33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Dalam tubuh manusia terdapat 2 macam alat gerak, antara lain : alat gerak aktif dan alat alat gerak pasif. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan alat gerak pasifnya adalah rangka (tulang). Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dipicu oleh potensial aksi. Dimana potensial kontraksi tersebut adalah miofilamen, yang terdiri atas aktin dan myosin, yang akan menghasilkan kontraksi dalam jumlah banyak. Selain itu juga, otot diklasifikasikan kedalam beberapa golongan yaitu dilihat dari fungsional dan anatominya serta berdasarkan bentuk seratnya. Berdasarkan fungsi dan anatominya otot dibagi menjadi : - Otot Skelet/rangka (skeletal muscle) - Otot Jantung (cardiac muscle) - Otot Polos (smooth muscle) Berdasarkan bentuk seratnya otot dibagi menjadi : - Otot Bergaris. Otot bergaris meliputi otot lurik dan otot jantung. - Otot Tidak Bergaris adalah otot polos. Dimana otot polos ini dapat dibagi menjadi 2 tipe utama, yakni : otot polos unit tunggal/visceral dan otot polos multi- unit. 1

Otot Polos

Embed Size (px)

DESCRIPTION

faal anatomi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Teori

Dalam tubuh manusia terdapat 2 macam alat gerak, antara lain : alat gerak aktif dan alat alat gerak pasif. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan alat gerak pasifnya adalah rangka (tulang). Otot memiliki mekanisme kontraksi yang dipicu oleh potensial aksi. Dimana potensial kontraksi tersebut adalah miofilamen, yang terdiri atas aktin dan myosin, yang akan menghasilkan kontraksi dalam jumlah banyak. Selain itu juga, otot diklasifikasikan kedalam beberapa golongan yaitu dilihat dari fungsional dan anatominya serta berdasarkan bentuk seratnya.Berdasarkan fungsi dan anatominya otot dibagi menjadi : Otot Skelet/rangka (skeletal muscle) Otot Jantung (cardiac muscle) Otot Polos (smooth muscle)Berdasarkan bentuk seratnya otot dibagi menjadi : Otot Bergaris. Otot bergaris meliputi otot lurik dan otot jantung. Otot Tidak Bergaris adalah otot polos. Dimana otot polos ini dapat dibagi menjadi 2 tipe utama, yakni : otot polos unit tunggal/visceral dan otot polos multi-unit.

Pada percobaan ini kita menggunakan otot polos pada lambung katak. Oleh sebab itu kita akan mengupas lebih lanjut tentang otot polos secara lebih mendalam dan terperinci.

1.1.1 Morfologi Otot PolosOtot polos secara anatomi berbeda dari otot rangka dan otot jantung karena otot polos tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang. Otot ini memiliki aktin dan miosin yang bergeser satu sama lain untuk menghasilkan kontraksi. Akan tetapi, filamen-filamen itu tidak tertata dalam susunan yang teratur, seperti pada otot rangka dan jantung, sehingga tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang. Otot polos juga mengandung tropomiosin, tetapi tampaknya tidak memiliki troponin. Isoform aktin dan miosin otot polos berbeda dengan yang terdapat pada otot rangka. Di dalam otot polos terdapat retikulum sarkoplasma, tetapi tidak berkembang dengan baik. Secara umum, otot polos mempunyai sedikit mitokondria, dan sangat bergantung pada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya.

1.1.2 Proses Kontraksi Otot PolosOtot polos mengandung filamen aktin dan miosin,yang akan saling berinteraksi satu sama lain. Selanjutnya kontraksi diaktifkan oleh ion kalsium dan adenosin trifosfat(ATP) dan akan dipecah menjadi adenosin difosfat(ADP) untuk memberikan energi bagi kontraksi. Otot polos tidak mengandung troponin yang dibutuhkan dalam pengaturan kontraksi otot rangka. Filamen miosin memiliki diameter dua kali lebih besar daripada filamen aktin. Dan filamen aktin lebih banyak sekitar 15 kali lebih banyak dari filamen miosin. Oleh karena itu kemungkinan terlihatnya filamen aktin dalam jumlah berlebihan pada suatu irisan otot polos pun meningkat dan filamen miosin relative jarang bila dibandingkan dengan filamen aktin. Otot polos pun dapat berkontraksi secara efektif lebih dari duapertiga panjang regangannya. Mekanisme LATCH Mekanisme Latch adalah mempertahankan kontraksi yang lama pada otot polos selama berjam-jam dengan menggunakan sedikit energi. Selain itu dibutuhkan sedikit sinyal dari sumber hormonal. Otot polos juga memilki kemampuan untuk mempertahankan besar tekanan tanpa mempedulikan panjang serat otot dalam waktu beberapa detik atau beberapa menit saja. Fenomena ini biasa disebut dengan stres-relaksasi dan stress relaksasi balik. Disebut stress-relaksasi bila adanya peningkatan tekanan yang besar,dan otot polos akan menormalkan kembali tekanan tersebut hampir pada nilai tekanan asalnya. Atau disebut stress-relaksasi balik bila tekanan akan menurun/rendah,dan otot polos akan menaikan tekanan pada nilai aslinya.

1.1.3 Potensial Membran dan Potensial AksiPotensial MembranNilai kuantitatif dari potensial membran pada otot polos bervariasi dari satu tipe polos ke tipe lainya,dan bergantung pada keadaan otot saat itu. Pada keadaan istirahat yang normal,potensial membrane biasanya kira-kira sekitar 50-60 milivolt.Potensial AksiPotensial aksi terdapat pada otot polos unit tunggal. Biasanya tidak terjadi pada otot polos multi unit. Potensial aksi sendiri dibagi menjadi 2,yaitu:1.potensial aksi paku: potensial aksi berbentuk paku,yang khas. Lamanya potensial aksi ini 10-50 milidetik. Potensial aksi ini dapat timbul melalui banyak cara,misalnya melalui rangsangan listrik,melalui kerja hormon terhadap otot polos,dan sebagai hasil dari pembentukan spontan dalam serat otot itu sendiri.2. potensial aksi gambaran plato: mulanya potensial aksi ini mirip dengan potensial aksi paku,namun sebagai pengganti repolarisasi cepat pada membran serat saraf. Repolarisasi akan diperlambat selama beberapa ratus hingga seribu milidetik. Makna dari gambar plato adalah bahwa ia dapat menunjukkan perpanjangan waktu kontraksi yang terjadi pada keadaan tertentu. Potensial gelombang lambat (slow wave) dalam otot polos unit tunggalBeberapa otot polos bersifat dapat terangsang sendiri,artinya potensial aksi dapat timbul dengan sendirinya tanpa rangsangan dari luar. Keadaan ini sering sekali dihubungkan dengan adanya irama gelombang lambat ,dasar potensial membran khususnya otot polos dinding usus atau lambung. Penyebab dari tejadinya irama gelombang lambat sendiri belum diketahui. Gelombang lambat itu sendiri tidak dapat menyebabkan kontraksi otot. Namun jika gelombang meningakat melebihi 35milivolt akan memicu potensial aksi dan menyebabkan kontraksi otot.

1.1.4 Kontraksi Otot Polos Tanpa Potensial AksiBarangkali sedikitnya separuh dari kontraksi otot polos tidak dicetuskan oleh potensial aksi,namun oleh karena faktor perangsang yang bersifat bukan potensial aksi. Faktor perangsang meliputi : faktor jaringan setempat dan berbagai macam hormon. Respons terhadap faktor jaringan setempat Otot polos bersifat sangat kontraktil,yang bersifat sangat merespons cepat terhadap perubahan keadaan setempat dalam cairan interstisial sekirarnya. Dengan cara ini,sistem pengatur umpan balik setempat yang sangat kuat akan mengatur aliran darah yang menuju ke daerah jaringan setempat. Beberapa faktor pengendali yang khas adalah sebagai berikut:1. Kekurangan oksigen dalam jaringan setempat,menyebabkan relaksasi otot polos. Dan karena itu menimbulkan vasodilatasi.2. Kekurangan karbon dioksida akan menimbulkan vasodilatasi.3. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen juga akan menimbulkan peningkatan vasodilatasi.

Pengaruh hormon terhadap kontraksi otot polosKebanyakan hormon yang bersirkulasi dalam tubuh akan mempengaruhi kerja otot polos hingga derajat tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai pengaruh besar. Contohnyanorepinefrin,epinefrin,asetilkolin,angiotensin,vasopressin,oksitosin,serotonin,dan histamie. Suatu hormon dapat menimbulkan kontraksi otot polos bila membran sel otot mengandung reseptor perangsang untuk hormone tertentu.

Struktur dan fungsi otot polos di berbagai bagian tubuh sangat beragam.Otot polos dari setiap organ jelas berbeda dengan kebanyakan organ lain dalam beberapa hal: (1) ukuran fisik, (2) susunan untuk membentuk berkas atau lembaran, (3) respons terhadap berbagai jenis rangsangan, (4) sifat persyarafan, (5) fungsi. Namun untuk tujuan penyederhanaan, pada umunya otot polos dapat dibagi menjadi dua tipe utama yaitu: otot polos unitary (unit tunggal)/visceral smooth muscle dan otot polos multi-unit (multi unit smooth muscle).

1.1.5 Otot Polos Unit Tunggal (Visceral)

Istilah unit tunggal bersifat membingungkan karena istilah ini tidak memaksudkan suatu serabut otot tunggal. Justru inilah mengartikan berkontraksi bersama-sama sebagai suatu unit tunggal. Serabut-serabut biasanya tersusun dalam bentuk lembaran atau berkas, dan membran selnya berlekatan satu sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam satu serabut otot dapat dijalarkan ke serabut berikutnya. Selain itu membrane sel dihubungkan oleh banyak taut rekah (gap junction) yang dapat dilalui ion-ion secara bebas dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga potensial aksi atau aliran ion yang sederhana tanpa potensial aksi dapat berjalan dari satu serabut ke serabut berikutnya dan menyebabkan serabut otot dapat berkontraksi bersama-sama. Jenis otot polos ini dikenal juga sebagai otot polos sinisital karena sifat antar hubungan sinisitalnya di antara serabut-serabut. Otot ini juga disebut otot polos visceral karena otot ini ditemukan pada dinding sebagian besar organ visera tubuh, termasuk usus, duktus biliaris, ureter, uterus, saluran empedu dan banyak pembuluh darah.

Perangsangan terjadinya potensial aksi dan kontraksi otot polos visceral bisa berasal dari :1. Peregangan : mengakibatkan penurunan potensial membran dan peningkatan frekuensi potensial aksi serta peningkatan tonus secara umum.2. Efek Hormone : menyebabkan kontraksi atau relaksasi otot melalui mekanisme reseptor.3. Rangsangan Neurotransmitter dari sistem syaraf : dasar timbulnya potensial aksi terjadi pada otot polos itu sendiri tanpa adanya ekstrinsik stimulasi. Hal ini dikarenakan adanya ritme gelombang lambat (basic slow wave rhytm) yang timbul karena ketidakmantapan potensial membran. Slow wave itu sendiri bukan suatu potensial aksi. Apabila slow wave ini mampu mencapai nilai ambang (kira-kira 35 milivolt) maka timbul lah potensial aksi yang selanjutnya akan menyebar ke seluruh otot polos visceral yang akhirnya kemudian disusul dengan terjadinya kontraksi. Mengingat karakter slow wave seperti itu, slow wave sering disebut pula sebagai gelombang pace maker.

Dan pada praktikum ini dilakukan percobaan terhadap kontraksi otot polos lambung katak yang termasuk salah satu contoh dari otot polos unit tunggal / visceral.

1.1.6 Otot Polos Multi UnitPermukaan luar serat ini ditutupi oleh lapisan tipis seperti membrane basal,yakni campuran kolagen halus dan fibrila glikoprotein yang membantu menyekat serat-serat terpisah satu dengan yang lainnya. Sifat yang paling penting dari otot polos ini adalah bahwa masing-masing serat dapat berkontraksi secara tidak tergantung pada yang lain danhampirseluruhnya karena rangsangan saraf dan sangat sedikit oleh factor stimulasi dari localtissue serta pengaturannya terutama dilakukan oleh sinyal saraf. Sifat tambahan lainnya adalah otot ini jarang bahkan hampir tidak menunjukan kontraksi yang spontan.Otot polos multi-unit tersusun atas unit-unit tersendiri tanpa jembatan penghubung (tidak membentuk sinsitium seperti pada otot visceral).Masing-masing serat berdiri sendiri, diinversi oleh single nerve ending seperti pada otot skelet (skeletal muscle fiber). Pada permukaan luar dari tiap serat otot ditutup oleh lapisan yang disebut basement membrane like substance, yang merupakan glukoprotein. Otot jenis ini tidak dapat dikendali secara volunter, tetapi memiliki banyak persamaan fungsional dengan otot rangka. Setiap sel otot polos multi-unit memiliki ujung en passant serabut saraf, tetapi di otot polos visceral lebih sedikit sel memiliki taut en passant, dengan eksitasi yang menyebar ke sel lain melalui taut celah. Selain itu, sel-sel ini berespons terhadap hormon dan bahan lain yang terdapat di dalam sirkulasi. Pembuluh darah memiliki otot polos multiunit dan visceral didindingnya. Contoh dari otot polos multi-unit : Otot Cilliary dari mata Iris pada mata Nictating membrane yang menutup mata dari beberapa binatang tingkat rendah Piloerector muscle yang menyebabkan berdirinya rambut. Otot-otot polos dari pembuluh-pembuluh darah besar

1.2 PermasalahanDalam laporan ini kami selaku tim penyusun mengambil beberapa rumusan masalahdari judul yang sudah ditentukan yang untuk kemudian kami bahas dalam laporan ini.Berikut rumusanmasalah yang kami susun :1.2.1 Bagaimana pengaruh masing-masing obat (Pilocarpin, Sulfat Atropin, dan Adrenalin) yang direaksikan dalam praktikum ini ?1.3 Tujuan PraktikumLaporan ini disusun selain karena untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Ilmu Faal dan melalui praktikum yang kami lakukan ini juga memiliki tujuan lain yang sangat penting guna menambah pengetahuan. Tujuan itu diantaranya adalah mahasiswa mampu untuk :1.3.1 Memahami fisiologi otot polos, baik otot polos unit tunggal/visceral maupun otot polos multi-unit1.3.2 Mengetahui pengaruh obat-obatan (Pilocarpin, Sulfat Atropin, dan Adrenalin) terhadap kontraksi otot polos lambung secara teoritis dan mekanisme kerjanya1.3.3 Mampu membandingkan hasil praktikum dengan teori serta menyebutkan alasan-alasannya jika hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori

BAB IIMETODE KERJA2.1Alat dan Bahan PraktikumUntuk praktikum ini digunakan alat-alat sebagai berikut :1. Kymograph2. Kertas pencatat (kertas milimeter blok)3. Tabung perendam lambung katak4. Alat untuk mengalirkan oksigen ke dalam tabung perendam lambung katak5. Benang dan penulis tanda kontraksi6. Jarum pentul sebagai fiksasi kaki katak7. Penusuk otak atau medulla spinalis katak8. Alat-alat bedah seperti : pisau bedah (scalpel), gunting, dan pinsetUntuk praktikum ini dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut :1. Katak yang akan diambil lambungnya2. Obat-obatan yang akan diselidiki pengaruhnya terhadap otot polos lambung kataka. Larutan Pilocarpin 0,5 %b. Larutan Sulfat Atropin (SA) 0,01 %c. Larutan Adrenalin 0,01 % 3. Larutan Thyrode untuk merendam lambung katak yang mempunyai susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cair tubuh katak. Berikut ini komposisi dari larutan thyrode : NaCl40 gr- Glukosa5 gr KCl1 gr- Aquades5 liter CaCl1 gr MgCl20,5 gr NaHCO35 gr NaH2PO40,25 gr

2.2Tata Kerja Praktikum2.2.1Bunuhlah katak dengan cara sebagai berikut :1.Peganglah katak dengan tangan kiri dan jari telunjuk diletakkan di bagian belakang kepala, sedang ibu jari diletakkan di bagian punggungnya. Tekanlah jari telunjuk, agar kepala menjadi sedikit tertunduk, sehingga terdapat lekukan antara cranium dan columna vertebralis.2.Ujung jarum penusuk dipegang dengan tangan kanan, kemudian ditusukkan pada tempat lekukan antara cranium dengan columna vertebralis.3.Rusaklah otak katak dengan mengarahkan jarum tersebut ke cranial, kemudian jarum digerakkan kian kemari sampai kedua tungkai kaki katak tersebut menjadi lemas dan dalam posisi ekstensi.2.2.2Setelah katak dibunuh, maka bedahlah dinding rongga perut dengan cara sebagai berikut :1.Tempatkan katak terlentang di atas papan kemudian fiksir kedua kaki belakangnya dengan menggunakan jarum pentul.2. Irislah rongga dada dan perut katak tersebut dengan irisan berbentuk huruf Y. Pada waktu mengiris kulit, harap dilakukan dengan hati-hati menggunakan gunting (hindari menggunakan scalpel). Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang dipegang dengan tangan kiri, sedang tangan kanan memotong kulit katak tersebut dengan menggunakan gunting. Ingat, waktu menggunting jangan sampai memotong organ-organ lain. Setelah perut katak terbuka, perhatikanlah secara invivo pergerakan-pergerakan lambung katak tersebut.3.Bebaskan lambung katak tersebut dari jaringan sekitarnya dengan hati-hati dan jangan sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung tersebut, karena hal ini merupakan stress sehingga akan mempengaruhi kontraksi lambung tersebut.4.Ikatlah bagian pylorus sedistal dan bagian cardia proksimal dengan benang, kemudian potonglah bagian pylorus di sebelah distal dari ikatan dan potonglah bagian cardia di sebelah proksimal dari ikatan.5.Angkatlah dengan segera, potonglah lambung tersebut dan masukkan ke dalam larutan Thyrode dalam tabung perendam supaya lambung tidak sampai rusak.6.Sebelum lambung dimasukkan ke dalam tabung perendam, larutan thyrode harus dialiri oksigen dengan keepatan optimal.7.Ikatlah ujung cardia pada kait dalam tabung perendam, sedang ujung pylorus dihubungkan dengan benang penulis sehingga percobaan pengaruh obat terhadap kontraksi lambung dapat dimulai.8.Adanya kontraksi lambung katak ditandai dengan pemendekan otot lambung yang akan menarik penulis ke bawah sehingga terbentuk gambaran garis naik pada kertas pencatat yang terpasang pada tabung kymograph.9.Kemudian sesudah terjadi kontraksi beberapa saat, maka otot lambung akan relaksasi yang ditandai dengan kembalinya otot pada panjang semula sehingga akan menggerakkan penulis ke bawah dan membentuk gambaran garis menurun kembali pada posisi awal.10.Dan dengan adanya kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis akan membentuk gambaran gelombang naik turun sehingga bisa kita mengukur frekuensi, amplitudo serta tonus dari gelombang tersebut.11.Catatlah gerakan lambung normal sebanyak minimal 3 kali kontraksi (yang bentuknya seragam) sebagai kontrol percobaan pengaruh obat yang pertama (Pilocarpin).12.Teteskanlah 3 tetes Pilocarpin ke dalam tabung perendam lambung katak dan berilah tanda pada kertas pencatat pada saat meneteskan obat tersebut. Dan catatlah sebanyak minimal 3 kali kontraksi seragam.13.Kemudian mulai selidikilah pengaruh obat yang telah diteteskan terhadap kontraksi otot polos lambung katak dengan melihat perubahan frekuensi, amplitudo serta tonus sebelum ditetesi obat (kontrol) dan sudah ditetesi obat (perlakuan) dengan syarat kontraksi kontrol dan perlakuan dicatat dalam satu kali putaran kymograph. Apabila pengaruh obat kurang nyata maka obat dapat diteteskan lagi sehingga terlihat jelas efeknya.14.Setelah cukup mempelajari pengaruh satu macam obat, maka cucilah lambung katak tersebut dengan jalan mengganti cairan didalam tabung perendam dengan larutan thyrode baru sebanyak 3 kali.15.Kerjakanlah langkah nomor 11 sampai 14 untuk obat Sulfat Atropin dan Adrenalin. (Pada penggunaan larutan adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu dalam keadaan fresh, yaitu proses pembuatannya kurang dari 24 jam).

BAB IIIHASIL PRAKTIKUM

3.1Grafik Hasil Pengamatan Praktikum3.1.1Larutan Pilocarpin 0,5 %

Bagian KontrolBagian Perlakuan

3.1.2Larutan Sulfat Atropin (SA) 0,01 %

Bagian KontrolBagian Perlakuan

3.1.3Larutan Adrenalin 0,01 %

Bagian KontrolBagian Perlakuan

3.2Hasil Perhitungan Praktikum3.2.1Perhitungan Pengaruh Pilocarpin 0,5 %

PerlakuanDiket : v = 0,1 mm/s S = 322mm Gel = 11Amplitudo Gelombang = 0.4 cmRumus : KontrolDiket : v = 0,1 mm/s S = 162 mm Gel = 6Amplitudo Gelombang = 0.86 cmRumus :

3.2.2Perhitungan Pengaruh Sulfat Atropin (SA) 0,01 %

PerlakuanDiket : v = 0,1 mm/s S = 320mmAmplitudo Gelombang = 0,8 cmRumus : KontrolDiket : v = 0,1 mm/s t S = 145 mmAmplitudo Gelombang = 1,7 cmRumus :

3.2.3Perhitungan Pengaruh Adrenalin 0,01 %

PerlakuanDiket : v = 0.1 mm/s S = 320 mmAmplitudo Gelombang = 0.3Rumus : KontrolDiket : v = 0.1 mm/s S = 131 mmAmplitudo Gelombang = 1.3 cmRumus :

3.3Tabel Hasil Pengamatan Praktikum

Jenis ObatFrekuensi kontraksi/menitAmplitudocmTonus naik/tetap/turunKesimpulan naik/tetap/turun

PilocarpinKontrol0.2200.86NaikNaik

Perlakuan0.2050.4

Sulfat AtropinKontrol0.1651.7Turun-Turun-

Perlakuan0.1120.8

AdrenalinKontrol0.1371.3TurunTurun

Perlakuan00.3

Keterangan:= naik= Frekuensi= Tonus= turun= Amplitudo= Kesimpulan

BAB IVPEMBAHASAN

4.1Diskusi Hasil PraktikumDalam praktikum kontraksi otot polos lambung katak ini, kita lakukan percobaan dari visceral smooth muscle untuk mengetahui pengaruh adrenergic dan cholinergic terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in-vitro. Pengamatan ditujukan terhadap variabel : amplitudo, frekuensi dan tonus. Pada awal percobaan lambung dipotong pada bagian cardiac dan pylorus, kemudian segera dimasukkan ke dalam tabung perendam yang sebelumnya sudah diisi larutan thyrode yang telah dialiri oksigen dari udara dengan kecepatan optimal. Larutan tersebut mempunyai susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cairan tubuh katak.Selain dalam keadaan normal, penyelidikan juga dilakukan dengan pengaruh tiga macam obat terhadap kontraksi otot polos lambung katak. Berikut ini akan dijabarkan hasil kesimpulan dari penyelidikan yang kami lakukan tersebut.

4.1.1Keadaan NormalPada keadaan normal dapat terlihat adanya sifat-sifat dari otot polos, sebagai berikut : a. Rhytmicity yaitu terjadinya kontraksi secara ritmis dari otot polos tanpa rangsangan dari luarb. Tonik kontraksi yaitu otot polos mempunyai tonus tertentu, baik dalam keadaan kontraksi maupun relaksasi. Tapi sewaktu-waktu tonus dapat meningkat dan beberapa lama menurun lagi tanpa adanya rangsangan dari luar. c. Plasticity yaitu sifat ini terutama pada otot visceral. Pada panjang yang berbeda tegangan otot polos bisa sama maupun sebaliknya, pada panjang yang sama bisa mempunyai tonus yang berbeda.

4.1.2Penambahan Larutan Pilocarpin 0,5 %Penambahan pilokarpin bersifat menurunkan potensial membran sehingga amplitudo meningkat. Bahan ini juga menyebabkan peningkatan permeabelitas membran terhadap Na, sehingga terjadi peningkatan frekuensi kontraksi yang diikuti oleh peningkatan tonus otot. Dalam grafik hasil percobaan terjadi peningkatan kontraksi sehingga menyebabkan amplitudo naik dibandingkan dengan grafik kontrolnya. Hal ini dibuktikan dari hasil praktikum, yaitu :a. Frekuensi meningkat dari 2,22 kontraksi/menit menjadi 2,05 kontraksi/menitb. Amplitudo menurun dari 0,86 cm menjadi 0,4 cmc. Tonus dilihat dari grafik menunjukkan peningkatand. Kesimpulan : Pilocarpin meningkatkan potensial aksi

4.1.3Penambahan Larutan Sulfat Atropin 0,01 %Sulfat Atropin mempunyai fungsi yang sama dengan adrenalin yang menaikkan potensial membran sehingga permeabilitas membrane menurun dan menurunkan potensial aksi. Akibatnya frekuensi, amplitudo, dan tonus yang didapatkan dari percobaan lebih rendah dari kontrolnya. Pada percobaan kami dengan melihat grafik ternyata dihasilkan bahwa frekuensi saja yang meningkat sedikit sedangkan tonus dan amplitudonya terlihat menurun. Hal ini dibuktikan dari hasil praktikum, yaitu :a. Frekuensi meningkat dari 1,65 kontraksi/menit menjadi 1,12 kontraksi/menitb. Amplitudo rata-rata menurun dari 1,7 cm menjadi 0,8 cmc. Tonus dilihat dari grafik menunjukkan penurunand. Kesimpulan : dilihat dari beberapa aspek yang lebih banyak menurun (aspek tonus dan amplitudo) daripada aspek yang meningkat (aspek frekuensi) maka kami mengambil kesimpulan bahwa Sulfat Atropin menurunkan potensial aksi.

4.1.4Penambahan Larutan Adrenalin 0,01 %Pada penambahan adrenalin terjadi penurunan potensial sehingga frekuensi dan kontraksi ritmis turun drastis. Adrenalin merupakan suatu sympatic agent yang meningkatkan potensial membran dengan threshold tetap, sehingga depolarisasi sukar terjadi, akibatnya potensial yang terjadi sangat kecil. Adrenalin juga menghambat permeabilitas Na, sekaligus menghambat pemasukan Na ke dalam sel, sehingga frekuensi kontraksi meningkat dan otot sulit mencapai nilai ambang karena jarang terjadi potensial aksi. Penghambatan ini juga berhubungan dengan penurunan arus keluar Ca dari sel-sel otot. Dari grafik kami didapatkan keadaan tonus yang turun setelah ditambahkan larutan adrenalin yang berbeda dengan keadaan aslinya saat kontrol dilakukan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil praktikum, yaitu :a. Frekuensi menurun dari 1,37 kontraksi/menit menjadi 0 kontraksi/menitb. Amplitudo rata-rata menurun dari 1,3 cm menjadi 0,3 cmc. Tonus dilihat dari grafik menunjukkan penurunan yang drastis dimana dalam grafiknya garis perlakuan hampir mendekati garis lurus tanpa gelombang.d. Kesimpulan : Adrenalin menurunkan potensial aksi

4.1.5Faktor Kesalahan Yang Mempengaruhi Hasil PraktikumDalam praktikum yang dilakukan terjadi beberapa perbedaan hasil antar kelompok yang disebabkan oleh beberapa faktor alamiah maupun faktor kesalahan manusia, yaitu :1. Ketegangan otot dari masing-masing katak yang digunakan dalam percobaan tidak sama2. Adanya sentuhan secara berlebihan terhadap lambung katak ketika lambung katak dipreparasi, diangkat atau mungkin dipindahkan ke tabung perenadam.3. Cara mengikat bagian pylorus dan cardia yang tidak sempurna dan terlalu lama mengikat bagian tersebut bisa mempengaruhi kontraksi otot polos lambung katak4. Kecepatan aliran oksigen yang tidak optimal. Hal ini bisa dimungkinkan dari saluran oksigen dari alat penghasil oksigen yang kotor atau tersumbat5. Keterlambatan memasukkan lambung ataupun obat ke dalam tabung perendam6. Pencucian lambung katak (setelah mengalami perlakuan) yang kurang bersih7. Sentuhan atau goncangan pada meja praktikum yang mempengaruhi alat kymograph dalam mencatat gelombang kontraksi otot lambung8. Kesalahan pada alat kymograph yang bisa berhenti mencatat gelombang ditengah-tengah percobaanKesalahan-kesalahan tersebut mungkin sekali terjadi sehingga mempengaruhi hasil dari praktikum yang kami lakukan sehingga menyebabkan adanya perbedaan hasil antar kelompok, namun semua terjadi sesuai dengan teorinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.1999.Fisiologi Kedokteran edisi 17.EGC: JakartaGanong, W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22.EGC: JakartaGuyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9.EGC: JakartaGuyton, Arthur C. MD dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteranedisi 11.EGC: JakartaWard, J. and Robert Clarke.2009.At a Glance Fisiologi.EMS: Jakarta

21