Outline Eliza

Embed Size (px)

DESCRIPTION

outline

Citation preview

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahHampir semua orang pernah mendengar istilah UKM, namun mungkin hanya sedikit orang yang paham maksud kata tersebut dengan satu kesamaan pandangan. Maklumlah, karena instansi-instansi pemerintah sendiri memiliki perbedaan cara dalam pengklasifikasiannya. Menurut Departemen Perindustrian (1993) UKM didefinisikan sebagai perusahaan yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), memiliki total aset tidak lebih dari Rp 600 juta (diluar area perumahan dan perkebunan). Sedangkan definisi yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengarah pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Usaha mikro menggunakan kurang dari lima orang karyawan, sedangkan usaha skala kecil menyerap antara 5-19 tenaga kerja. Pembuktian empiris dimana saat periode krisis ekonomi kemarin, ketika begitu banyak perusahaan-perusahaan besar yang tumbang dan melakukan PHK dalam jumlah besar, UMKM dengan fleksibilitasnya mampu survive dari kondisi tersebut.

Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya penyerapan tenaga kerja informal pada sektor Usaha Kecil. Oleh karena itu, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan keputusan yang mengatur tentang pengembangan usaha kecil, diantaranya adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 316/KMK.016/1994 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk lebih memperjelas Keputusan sebelumnya maka pemerintah mengeluarkan kembali Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 60/KMK.061/1996 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dimana perlu penyesuaian terhadap besarnya bagian pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi. Pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan pengembangan ekonomi serta kondisi lingkungan sekitar BUMN. Program PKBL terdiri dari Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari 1% hingga 3% dari laba bersih perusahaan.Program Kemitraan memiliki sasaran yaitu usaha kecil di wilayah regional perusahaan yang telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun, mempunyai prospek untuk dikembangkan dan belum mempunyai jaminan yang cukup untuk memperoleh kredit bank serta memiliki omset di bawah Rp. 200 juta. Sedangkan Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar lokasi perusahaan, melalui pemanfaatan dana sebesar maksimal 1% dari laba bersih perusahaan. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk hibah khusus bagi masyarakat kurang mampu dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan bencana alam, bantuan sarana dan prasarana umum, serta bantuan sarana ibadah. Berbagai program ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan dengan prioritas sektor sektor yang memiliki daya tampung tenaga kerja yang tinggi seperti pada sektor pertanian, industri padat karya, perdagangan dan lain-lain. Sebagaimana kita ketahui dari berbagai studi, bahwa dalam mengembangkan usahanya UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1) manajemen, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi.

Pada dasarnya UKM mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Namun demikian, perannya masih tertumpu pada penyerapan kerja, sedangkan pada indikator ekonomi lainnya peran UKM masih relatif kecil. Hal ini menunjukan bahwa UKM masih mengandalkan aktivitas bisnisnya pada bidang usaha yang padat tenaga kerja. Dengan kata lain, UKM masih mengandalkan penggunaan sumberdaya manusia dari aspek kuantitasnya. Karena itu, pendekatan kualitas sumberdaya manusia pelaksanaan UKM semakin mendesak untuk diwujudkan, karena merupakan salah satu masalah yang dihadapi UKM, di samping masalah lain yang berkaitan dengan aksesibilitas terhadap sumber-sumber produktif, seperti pembiayaan, pasar, teknologi, dan informasi.Para usaha kecil mempunyai dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja dan financial jangka panjang. Disini modal awal biasanya bersumber dari tabungan pribadi para pengusaha kecil ini. Sedangkan modal kerja dan financial jangka panjang diperoleh dari pinjaman kredit. Pinjaman kredit sangat bermanfaat bagi para usaha kecil untuk memperluas usaha mereka dan juga untuk meningkatkan pendapatan mereka, sehingga menambah laba dari usaha itu sendiri. Agar usaha yang dirintis para pengusaha kecil sukses dan untuk memajukan bisnisnya sudah sewajarnyalah para pengusaha kecil tersebut meminjam kredit ke bank.

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 2002 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Sayangnya pelaksanaan Program Kemitraan BUMN tersebut terlihat belum efektif dilihat dari tingkat pengembalian pinjamannya, padahal alokasi dana yang dianggarkan cukup besar (http://www.bumn-ri.com). Sebagai perbandingan, alokasi dana PUKK/PKBL tahun 2002 mencapai Rp. 847,45 milyar atau jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi dana APBN untuk UKM pada tahun yang sama yaitu senilai Rp. 669 milyar. Adapun alokasi dana PKBL seluruh BUMN pada tahun 2005 mencapai Rp. 1,064 Trilyun. Berdasarkan data Kementrian BUMN tahun 2004, saat ini akumulasi dana PKBL 142 dari 162 BUMN tercatat Rp. 3,613 Triliun. Dari jumlah itu yang berstatus dalam pengembalian mencapai Rp. 2 triliun lebih, dengan piutang pengembalian macet dan dihapusbukukan (write off) mencapai sekitar 35%

PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu BUMN yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu yang mempunyai 11 mitra binaan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang industry makanan dan mebeuler yang telah memiliki program kemitraan dan bina lingkungan sejak tahun 1995. Untuk melihat secara lebih jelas mengenai Jumlah mitra binaan dan realisasi pengembalian pinjaman dari program kemitraan dan bina lingkungan PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu dapat kita lihat pada penuangan table berikut ini.

Tabel 1 : Jumlah mitra binaan dan realisasi pengembalian pinjaman dari program kemitraan dan bina lingkungan PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2007 2011

NoTahunJumlah Usaha Kecil Mitra Binaan PTPN VJumlah dana TersediaRealisasi Pinjaman dan pengembaliannya

Jumlah Pinjaman tersalurkanRealisasi Pengembalian PinjamanProsentase Pengembalian Pinjaman

1.20078142.092.857136.092.85738.364.57528,19%

2.200813124.937.500116.937.50030.836.42026,37%

3.200912137.500.000130.000.00017.872.00013,75%

4.201011170.000.000160.000.00015.915.0009,95%

5.201110170.000.000165.000.00013.230.0008,02%

Sumber :PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Inhu, Tahun 2012

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa selama kurun waktu lima tahun yaitu mulai tahun 2007 sampai dengan 2011, PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu telah menyalurkan pinjaman atau kredit lunak terhadap 54 usaha kebcil dan menenmgah di Kabupaten Indragiri Hulu. Pada tahun 2007 dari Rp. 142.092.857 anggaran program kemitraan dan bina lingkungan yang tersedia telah berhasil disalurkan sebanyak Rp. 136.092.857,- atau dengan kata lain sekitar 95,77 %. Kemudian pada tahun 2011 dari Rp. 170.000.000,- dana tersedia berhasil disalurkan sebanyak 165.000.000,-. Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa tingkat keberhasilan penyaluran kredit Program kemitraan dan bina lingkungan dari PTPN V Kebun Bukit Selasih dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Akan tetapi dari tingkat pengembalian kredit, tingkat realisasinya masih sangat rendah. Pada tahun 2007 dari Rp. 136.092.857 jumlah pinjaman, realisasi pengembaliannya hanya sebesar Rp. 38.364.575,- atau hanya sekitar 28,19 %. Dan kecilnya tingkat realisasi pengembalian pinjaman ini berlanjut dari tahun ke tahun, sehingga didapatkan hasil bahwa pada tahun 2011 dari Rp. 165.000.000,- dana pinjaman yang tersalurkan, hanya Rp. 13.230.000,- yang usaha kecil dan menengah kembalikan atau hanya 8,02%.Masih rendahnya realisasi pengembalian dana pinjaman dari Program Kermitraan dan Bina Lingkungan dari PTPN V Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu ini secara langsung akan memperkecil kesempatan bagi usaha kecil dan menengah yang lain untuk mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dari PTPN V Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu tersebut di tahun - tahun mendatang. Hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah dari mitra binaan PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu ini.

Untuk melihat secara lebih jelas tentang peningkatan produktifitas 54 usaha kecil dan menengah mitra binaan PTPN V Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu setelah mendapat bantuan pinjaman modal kredit lunak dari perusahaan ini dapat dilihat dari penuangan tabel berikut ini.Tabel 2 : Rekapitulasi Perkembangan Produktifitas UKM Setelah mendapatkan Bantuan Modal dari program kemitraan dan bina lingkungan PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2007 2011

NoTahunJumlah Usaha Kecil Mitra Binaan PTPN VRekapitulasi Perkembangan Produktifitas UKM Setelah mendapatkan Bantuan ModalProsentase Perkembangan Produktifitas UKM Setelah mendapatkan Bantuan Modal

UKM yang meningkat ProduksinyaUKM yang Stagnan ProduksinyaUKM yang menurun ProduksinyaUKM yang meningkat ProduksinyaUKM yang Stagnan ProduksinyaUKM yang menurun Produksinya

1.2007834137,5050,0012,50

2.20081356238,4646,1515,38

3.20091256141,6750,008,33

4.20101146136,3654,559,09

5.20111045140,0050,0010,00

Sumber :PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Inhu, Tahun 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu telah menyalurkan pinjaman atau kredit lunak terhadap 54 usaha kebcil dan menengah di Kabupaten Indragiri Hulu. Pada tahun 2007 dari 8 mitra binaan perusahaan yang diberi pinjaman modal 3 UKM (37,50%) telah berhasil meningkatkan produksinya berkat adanya bantuan modal tersebut. Akan tetapi mayoritasnya yaitu 4 UKM (50%) tidak menunjukkan adanya perubahan produktifitas (stagnan) setelah adanya bantuan modal yang diberian bahkan ada 1 UKM (jenis usaha pertukangan) yang menurun produktifitasnya setelah mendapatkan bantuan modal ini yang diduga karena kurangnya kemampuan dari pemilik UKM untuk mengelola bantuan modal pinjaman ini. Fenomena tersebut berlanjut hingga tahun 2011, dimana dari 10 UKM yang mendapatkan bantuan pinjaman modal dari PTPN V Kebun Bukit Selasih hanya 4 UKM ( 40%) yang berhasil meningkatkan produktifitasnya.

Dengan dilatar belakangi uraian permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi suatu penelitian dengan judul: PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN PADA PTPN V PTKR BUKIT SELASIH KABUPATEN INDRAGIRI HULU TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka perumusan masalah yaitu : Apakah pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu?C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu

2. Kegunaan Penelitian

a. Hasil ini dapat diharapkan bermanfaat bagi pihak perusahaan dalam meningkatkan efektifitas program kemitraan dan bina lingkungan dari BUMN dan perusahaan swasta lain yang berinvestasi di Kabupaten Indragiri Hulu

b. Sebagai penambahan maupun aplikasi pengetahuan yang penulis dapat selama dibangku kuliah.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi selanjutnya bagi peneliti lain dalam wacana dan permasalahan yang sama.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini nantinya penulis membagi menjadi 6 (enam) bab pembahasan, dimana masing-masing bab dibagi menjadi sub bab, yakni : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan disajikan tinjauan realistis yang berkaitan langsung dan relevan dengan masalah yang dibahas, hipotesis dan variabel penelitian.BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini disajikan pembahasan mengenai lokasi penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan Analisis data.BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang gambaran umum dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengaruh pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian ini.BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESISA. Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil Menengah (UKM) didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar diperoleh pengertian yang sesuai tentang UKM, yaitu menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi. Berbagai definisi mengenai UKM yaitu : (Hubeis, 2009 : 25)

1. Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.a.Badan Pusat Statistik (BPS): UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang.b.Bank Indonesia (BI): UKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp. 20 juta; (b) untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet tahunan Rp 1 miliar.c.Departemen (Sekarang Kantor Menteri Negara) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995): UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih RP 50 juta Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan Rp 1 miliar; dalam UU UMKM/ 2008 dengan kekayaan bersih Rp 50 juta Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta Rp 2,5 miliar.d.Keppres No. 16/ 1994: UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta.e.Departemen Perindustrian dan Perdagangan: 1) Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung), 2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung) f. Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.g.Departemen Kesehatan : perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merk Dalam Negeri (MD) dan Merk Luar Negeri (ML).2.Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara, yaitu :a. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 30 orang, pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.b.Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.c.Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.d.Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal 50 juta 300 juta.e.Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 300 orang dan aset US$ 60 juta.f.Di beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 10 orang (Malaysia), atau 10 -99 orang (Singapura), dengan modal US$ 6 juta.B. Pengertian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Bagi UKMTerdapat kontrak sosial di antara perusahaan dan masyarakat. Kontrak tersebut mencantumkan tanggung jawab untuk menanggapi secara serius seperangkat hubungan yang diterima secara umum, kewajiban dan tugas yang berhubungan dengan dampak perusahaan pada kesejahteraan masyarakat.

Mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy mengemukakan empat hak dasar konsumen yang diterima secara umum sebagai inti dalam kontrak sosial tersebut, yaitu:

1. Hak akan keselamatan

2. Hak untuk diberi informasi

3. Hak untuk memilih

4. Hak untuk didengar (diberi ganti rugi)

Kemudian konsensus sosial pada dasawarsa berikutnya menambahkan dua hak baru yang menjadikan keseluruhannya terdapat enam buah hak :

5. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih dan menyehatkan

6. Hak orang miskin dan minoritas lain untuk dilindungi kepentigannya

Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility / CSR) merupakan tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, tanggung jawab etika, dan discretionary responsibilities. Karena itu, CSR dapat didefinisikan sebagai perilaku perusahaan yang bertujuan untuk mempengaruhi secara positif para pemangku kepentingan dan melampaui kepentingan ekonomi (Turker, 2008 : 15 )

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. (Solihin, 2009 :14)

Pada dasarnya CSR merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan berbagai stakeholders, yang berdasarkan pada prinsip sukarela maupun kemitraan. Corporate Social Responsibility dalam pemaknaannya tidak dapat dipisahkan dari maknanya secara filosofis, yang terdiri dari ethics, power, recognition dan governance yang terkait terhadap aspek social, ecology/ environment, actor and economic. Makna filosofis ini harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan, baik dari aspek konsep maupun dari aspek pelaksanaannya (Budimanta, 2004). Indonesia secara inisiatif melakukan regulasi pelaksanaan CSR sebagaimana tercantum pada Pasal 74 UU No.40 tentang Perseroan Terbatas. Peran BUMN dalam pengembangan usaha kecil dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO). Pertimbangan yang mendasari pelaksanaan program tersebut adalah adanya posisi strategis BUMN dalam hubungannya dengan usaha kecil yaitu memiliki keunggulan pada bidang produksi/pengolahan, teknologi, jaringan distribusi dan SDM yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN mulai tertata setelah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.: 1232/KMK.013/1989 yang mewajibkan BUMN menyisihkan 1-5% dari laba yang diperoleh perusahaan untuk membina Usaha Kecil dan Koperasi. Pada saat itu program ini dikenal dengan nama Program Pegelkop (pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi) dan pada tahun 1994 dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.: 316/KMK.016/1994 nama program diganti menjadi program PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi). Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat yang sangat pesat dan dinamis, peraturan-peraturan tersebut beberapa kali mengalami perubahan, terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat PKBL).

Program Kemitraan Usaha kecil dan Bina Lingkungan adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan dengan dasar Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN serta Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud dan tujuan BUMN tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Dana program diperoleh dari penyisihan sebagian laba perusahaan, masing-masing perusahaan memberikan 2% dari laba bersih perusahaan sebagai bentuk tugas sosial BUMN. Dalam pertanggungjawabannya, BUMN melakukan pembukuan terpisah atas implementasi PKBL ini yang disampaikan secara berkala, triwulanan dan tahunan setelah diaudit oleh auditor independen. Kewajiban melaksanakan CSR juga diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia yang diatur dalam UU No.25 tahun 2007.

Usaha yang berhak memperoleh dana PKBL adalah usaha kecil dan mikro milik Warga Negara Indonesia (WNI) dengan kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. Bentuk usaha yang dianjurkan adalah perseroan independen, bukan badan hukum ataupun koperasi dan sudah dijalankan minimal 1 (satu) tahun dengan potensi untuk dikembangkan.

Program ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu, Program Kemitraan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan Usaha Kecil bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui dukungan terhadap modal serta pelatihan SDM yang profesional dan terampil agar dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan. Sedangkan Program Bina Lingkungan digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui pengembangan sarana dan prasarana umum.

Evaluasi merupakan kata yang elastis yang mewakili penilaian terhadap banyak hal. Program sosial dirancang untuk mengembangkan banyak orang. Program bisa memberikan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku individu. Dengan kriteria tertentu, penelitian mengenai evaluasi program akan menggambarkan kesimpulan mengenai keefektifan, manfaat, dan kesuksesan program yang diteliti. Untuk mengukur efektivitas suatu program, pengukuran dilakukan berdasarkan kesesuaian efek program dengan tujuan dari program tersebut. (Solihin, 2009 : 26)

Beberapa jenis manfaat evaluasi keberhasilan program dalam pembuatan keputusan, diantaranya : (Solihin, 2009 : 26) 1. Untuk melanjutkan atau menghentikan program (continue or discontinue) 2. Untuk pengembangan prosedur dan pelaksanaan (to improve) 3. Untuk menambah atau mengurangi strategi dan teknik program spesifik (add or drop) 4. Untuk memulai program serupa di lain tempat (to institute) 5. Untuk mengalokasikan sumberdaya di antara program tandingan (to allocate) 6. Untuk menerima atau menolak pendekatan program atau teori (accept or reject)

Dalam evaluasi efektivitas program, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : (Solihin, 2009 : 32)

1. Temukan tujuan program 2. Ubah tujuan program ke dalam bentuk indikator yang dapat diukur pada ketercapaian tujuan 3. Kumpulkan data mengenai indikator pada partisipan atau peserta program

4. Bandingkan data dari peserta program dengan kriteria tujuan.

Variabel input penelitian terdiri dari tujuan, prinsip, metode, staf, peserta, lamanya berpartisipasi, lokasi, dan manajemen. Karakteristik partisipan juga dapat diklasifikasikan sebagai variabel input. Karakteristik peserta itu diantaranya seperti, usia, jenis kelamin, status ekonomi, sikap, motivasi menjadi partisipan, harapan terhadap program, dan lain-lain. Variabel operasional yang merupakan program itu sendiriC. Manajemen Kredit

Sebelum kita membicarakan tentang manajemen kredit ada baiknya apabila kita bahas tentang arti manajemen itu sendiri. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit.

Fungsi dari Manajemen (Bennis, 2002 ; 6) adalah :

Untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.

Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuantujuan yang saling bertentangan, manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuantujuan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dalam karyawan, maupun kredit tertentu, pelanggan, kosumen, supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan masyarakat dan pemerintah.

Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. salah satu cara yang aman adalah efisiensi dan efektifitas. Pendapat dari beberapa ahli manajemen mengenai defenisi dari manajemen sebagai berikut :

Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. ( Hersey, 2006 : 150 )

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-uasaha para anggota organisasi dan penggunaaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.( Siagian, 2002 : 52 )

Proses dari manajemen ( Simon, 2002, 23) terdiri dari :

1. Planing menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apaapa yang harus di perbuat agar dapat mencapai tujuan itu.

2. Organizing pengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu.

3. Staffing menentukan keperluan-keperluan sumber daya-sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan dan pengemdangan tenaga kerja.

4. Motivating mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan

5. Controlling menyangkut pelaksaan-pelaksaan dengan menentukan tujuan - tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan - penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu. 1. Pengertian kredit Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan UU No.10 Tahun 2002, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Manajemen Perkreditan adalah suatu rangkaian kegiatan dan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain secara sistematis dalam proses pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu bank ( Stone, 2002 ; 12)

2. Unsur-unsur Kredit

Mengapa seseorang membutuhkan kredit, manusia adalah nama ekonomik dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai degan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas, hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya, dalam hal ini perusahaan, maka untuk meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan daya guna suatu barang, ia memerlukan bantuan dalam bentuk modal, bantuan dalam bentuk tambahan modal ilmiah yang sering disebut kredit.

Penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan/kesepakatan, pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU No. 7 Th 1992)

Kredit yang diberikan sebuah bank berdasarkan atas kepercayaan sehingga dengan kredit merupakan pemberian kepercayaan ini berarti bahwa bank baru akan memberikan kredit kalau ia benar-benar yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang akan diterimanya sesuai dengan jangka waktu dengan surat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, tanpa keyakinan tersebut bank tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur terdapat dalam kredit adalah :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar di terimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu suatu masa yang akan mengesahkan antara pemberian prestasi yang akan di terimanya pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan di hadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan di terimanya dikemudian hari, semakin lama kredit yang akan di berikan semakin tinggi pula resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih terlalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat di perhitungkan, inilah yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbulnya jaminan dalam bentuk pemberian uang.

4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja di berikan dalam bentuk uang, tetapi ada juga dapat bentuk barang atau jasa, namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

3. Tujuan Kredit

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan, diri dari falsafah yang di anut suatu negara. Pancasila adalah dasar dari falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak sematamata mencari keuntungan melainkan di sesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Dengan demikian maka tujuan kredit yang di berikan oleh suatu bank, khususnya Bank pemerintah yang mengembangkan tugas sebagai agen of development menurut : (Tambunan;2003:27) .

1. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat mencalonkan fungsinya guna menjamin terpenuhnya kebutuhan masyarakat.

2. Memperoleh laba akan kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara : (Tambunan;2003:27)1. Kepentingan pemerintah.

2. Kepentingan masyarakat.

3. kepentingan pemilik modal.

Walaupun bank mengembang tugas-tugas sebagai Agent of develop bank tidak bisa menghindari terjadinya kerugian dalam memberikan kredit, sehingga bank harus melakukan usaha-usaha yang bisa mencegah terjadinya kerugian hal ini dapat di katakan bahwa : 1. Sebagian kredit bank yang sudah beredar harus di kumpulkan kembali tanpa pengawasan ekstra.

2. Diantara kredit-kredit yang sulit di tagih atau ditarik kembali sebagian besar kredit terkumpulkan tanpa kerugian atau kekurangan.

3. Apabila memang harus terjadi kerugian, maka bank harus memperkecil kerugian seminimal mungkin.4. Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian yang modern banyak memegang peranan yang sangat penting untuk karena itu organisasi - organisasi bank selalu di ikut sertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter. Hal ini sebabkan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi.

Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. (Suryodiningrat, 2002 ; 25 )

1. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalulintas uang.

2. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna peredaran barang.

3. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

4. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

5. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

6. Kredit sebagai alat meningkatkan hubungan internasional.

5. Jenis Kredit Dilihat Dari Tujuan Pemberian Kredit

Dalam undang-undang perbankan tahun 1969 hanya memberikan penggolongan atas dasar jangka waktu pemakaian saja. Akan tetapi memperhatikan ketentuan-ketentuan undang-undang perbankan tahun 1967 secara mendalam ( Suryodiningrat, 2002 ; 34), yaitu :

a. Sifat penggunaan kredit.

b. Keperluan kredit

c. Jangka waktu kredit.

d. Cara pemakaian kredit.

e. Jaminan kredit.

a. Kredit menurut sifat penggunaannya.

1) Kredit Konsensif, Yaitu kredit yang di berikan dengan tujuan untuk memperoleh atau membeli barang dan kebutuhan lainnya yang bersifat konsuntif atau diartikan juga dengan kredit yang tidak menghasilkan misalnya :

Personal loan yaitu Kredit yang di berikan pada seseorang atau personal dengan mengetahui pendapatan secara jelas,bukti diri yang lengkap.

Carlean yaitu Kebutuhan pemberian mobil untuk keperluan pribadi atau perorangan yang di berikan nasabah untuk pemberian mabil baru atau bekas dengan dengan perjanjian yang ada.

2) Kredit Produktif, Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalanya proses produksi atau kredit usaha yang menghasilkannya, misalnya :

Modal kerja.

Investasi (penanaman modal).

3) Kredit Perdagangan, Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang dengan tujuan untuk di jual kembali.

b. Kredit menurut keperluan

1) Kredit Investasi, yaitu Kredit ini di berikan oleh Bank kepada para nasabah untuk keperluan penanaman modal, kredit ini mempunyai jangka waktu menengah dan jangka panjang.

2) Kredit Eksplotasi, yaitu kredit yang kepada para nasabah untuk keprluan menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara meluas, baik berupa pemberian bahan-bahan baku penolong maupun biaya produksi lainnya, atau dengan kata lain kredit eksplaitasi di gunakan untuk modal kerja,dan jangka waktu pendek tapi bisa di perpanjang.

3) Kredit Perdagangan yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang dan untuk di jual kembali, kredit perdagangan ini terdiri atas :

kredit perdagangan dalam negeri

kredit perdagangan luar negeric. Kredit menurut jangka waktu

1) Kredit Jangka Pendek, Adalah kredit yang jangka waktu maksimum satu tahun, Dilihat dari segi perusahaan kredit jangka pendek dapat berbentuk :

Kredit rekening koran

Kredit penjualan koran

Kredit penjualan.

Kredit pembelian.

Kredit wesel

2) Kredit Jangka Menengah, Yaitu kredit yang jangka waktu antara 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. Kredit jangka menegah di antaranya adalah kredit modal kerja permanen yang di berikan oleh bank kepada pengusaha golongan lemah yang berjangka waktu maksimum 3 (tiga) tahun.

3) Kredit Jangka Panjang, Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun, kredit jangka panjang umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk menambah atau melakukan rehabilitas, ekspensi, dan pendirian proyek baru.d. Kredit menurut cara pemakaiannya

1) Kredit dengan uang muka (persekot), yaitu maksimum kredit pada waktu penarikan pertama sepenuhnya di lakukan oleh nasabah untuk usahanya

2) Kredit rekening koran yaitu debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran dan kepadanya di berikan blanko chegue, nasabah bebas melakukan penarikanpenarikan kreditnya sesuai dengan yang di butuhkan untuk usahanya sampai batas maksimum kredit yang di tetapkan .sedangkan rekening koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang di tarik.penarikan yang melampaui batas maksimum yang telah di tetapkan tidak di izinkan.

e. Kredit menurut jaminan.

1) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit di berikan kepada nasabah tanpa ada jaminan, kredit tanpa jaminan disebut juga dengan pengunaan. Sebab di samping mengandung resiko bagi bank, juga tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam praktek perbankan.

2) Kredit dengan jaminan, Jaminan yang di berikan sesuatu kredit dapat berupa:

Jaminan barang,baik barang tetap maupun tidak tetap (bergerak) Jaminan pribadi, yaitu dimana satu pihak mengganggapi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayaran suatu hutang apabila si terhutang (debitur) tidak menempati janjinya.6. Pengamanan Kredit.

Pengamanan merupakan suatu mata rantai kegiatan bank dan suatu aspek yang penting dalam manajemen kredit, karena proses pengamanan berjalan terus menerus, berulang-ulang dan mengaitkan kegiatan yang satu dengan yang lain, langkah pengamanan ini dimulai sejak merencanakan pemberian kredit hingga kreditnya kembali. Pengamanan kredit terdiri dari (Weber, 2002 ; 63) :

1. Pengaman prefentif, yaitu pengaman yang di lakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit, pengamanan profentif prinsipnya adalah setiap kredit yang akan di berikan diwajibkan mempunyai jaminan atau anggaran, oleh Bank dalam bentuk pengamanannya adalah :

a. Golongan Pengusaha

1) Setiap nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan

2) Setiap pinjaman yang akan di berikan pada nasabah di perhatikan prospek dan kelayakan usaha nasabah yang bersangkutan.

b. Golongan Berpenghasilan Tetap

1) Penyediaan jaminan jika di perlukan.

2) Asuransi jiwa nasabah apabila nasabah yang bersangkutan meninggal dunia.

2. Pengaman kuratif yaitu pengamanan yang dilakukan dengan cara : apabila nasabah cidera di lakukan penyitaan terhadap barang jaminan.

7. Sikap Dan Perilaku Nasabah Yang Di Beri Kredit

Dalam pemberian kredit oleh suatu bank, sikap dan perilaku nasabah atau calon debitur meminta kredit sangat memegang peranan, karena hal inilah yang menentukan apakah nasabah tersebut dapat di beri kredit atau telah permohonya.

Adapun sikap dan perilakunya nasabah yang di beri kredit menurut ( Tricahyono; 2002 : 77) antara lain :

1. Mempunyai karakter yang baik.

2. Tidak terlilit hutang.

3. Sehat jasmani dan rohani.

4. Tidak untuk usaha yang bertentangan dengan perundang-undangan.

5. Tidak untuk usaha yang bertentangan dengan moral, adat istadat dan pencemaran lingkungan hidup.

Biasanya keadaan dari nasabah yang meminta kredit dari Bank pada umumnya adalah masyarakat yang berekonomi lemah yang sangat memerlukan bantuan untuk mengembangkan serta meningkatkan usahanya.

Apabila kemampuan pembayaran cicilan kredit dari debitur cukup baik itu dikarenakan sebelum kredit dikeluarkan,para debitur mendapat pengarahan dari bank sehingga debitur mengetahui syarat-syarat dan kewajiban yang harus di penuhinya. Selain dari itu petugas Bank Perkreditan Rakyat telah memperhitungkan terlebih dahulu besarnya kredit yang akan diberikan nantinya. Walaupun nilai jaminan jauh lebih besar dari yang diminta.

Sebenarnya dengan jaminan yang diberikan meskipun pendapatan debitur kecil. Namun demikian pihak Bank tidak mengiginkan nasabahnya nanti dalam pembayaran tidak dapat menutupi dengan pendapatannya sendiri yang akhirnya jaminan kreditnya yang dijadikan penutup pembayaran kreditnya. Maka hal ini bearti untuk membantu debitur melalui kredit tidak lagi mencapai sasaran.

8. Analisis Dalam Pemberian Kredit Pada Nasabah

Formula yang di kenal dalam dunia perbankan adalah The Five of Credit Analisis, yang menurut ( Handoko; 2002 : 128) terdiri dari :

a. Character (kepribadian, watak)

Kepribadian, modal dan kejujuran calon nasabah perlu diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah ia dapat memenuhi kewajibannya degan baik, yang timbul dari persetujuan kredit yang akan deadakan. Seseorang debitur yang hanya bersedia melunasi hutangnya dengan paksaan, sulit untuk dapat diberikan kredit, dengan demikian Character merupakan salah satu faktor yang turut menentukan disetujui atau tindaknya permohonan kredit yang diajukan.

b.Capacity (kemampuan, kesanggupan).

Yaitu kemampuan calon nasabah yang mengembangkan dan mengendaliakan sahanya serta kesanggupan dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.

Kemampuan calon nasabah dapat dilihat dari :

1) Pengetahuannya tentang usaha, yang dihubungkan dengan pendidikan, baik umum maupaun kejujuran.

2) Penggalaman-penggalaman usahanya dalam menyelesaikan diri dari kondisi perekenomian serta mengikuti serta mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

3) Kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor uasaha yang dijalankan.dari beberapa hal yang diteliti sehubungan dengan capacity pada akhirnya adalah untuk mengetahui kemampuan membayar dari calon nasabah bila permohonan kredit dikabulkan.

c. Capital ( modal, kekayaan )

Capital adalah modal usaha calon nasabah yang telah bersedia sebelum mendapatkan fasilitas kredit. Keadaan, struktur dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar fasilitas kredit Bank yang akan diberikan sebagai tambahan modal.

Dalam meneliti faktor capital yang perlu diperhatikan antara lain:

1) Apakah perusahaan calon nasabah mempunyai modal yang cukup untuk mendapatkan usahanya.

2) Bagaimana distribusi modal itu ditempatkan oleh calon nasabahnya

3) Bagaimana likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaannya.

4) Sampai sejauh mana modal usahanya calon nasabah dapat diuangkan dengan mudah dan cepat tanpa kehilangannya.

d. Condition of EconomyKondisi kredit yang perlu diperhatikan dengan permohonan kredit,tidak saja kondisi ekonomi secara umum dimana perusahaan calon nasabah itu berada.

Di dalam menilai faktor kondisi ekonomi, hendaklah diperhatikan hal-hal yang menyangkut :

1) Kedudukan usaha calon nasabah dalam bidang usaha sejenis dalam daerah setempat.

2) Kemungkinan-kemungkinan pemasaran dari hasil produksinya.

3) Keadaan ekonomi pada umumnya yang mungkin dapat mempengaruhi usaha calon nasabah dan lain sebagainya.

e. CollateralJaminan yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan itu bersifat sebagai jaminan tambahan, karena jamianan utama kredit adalah pribadi calon nasabah dan usahanya. Disamping sifatnya sebagai tambahan, jaminan juga dapat dikatakan sebagai benteng akhir dari keselamatan kredit. Dengan adanya jaminan Bank mendapat kepastian bahwa kredit yang diberikan dapat diterima kembali pada saat yang telah tentukan.

Sehubungan dengan jaminan hal-hal yang perlu diteliti adalah:

1) Surat tanda bukti dari benda jaminan.

2) Atas benda jaminan tersebut, apakah sudah perlu dikaitkan secara yuridis sebagai jaminan atas pinjaman lainnya.

3) Apakah benda yang akan dikaitkan sebagai jaminan telah diasuransikan Dengan memperhatikan dan mengetahui hal-hal tersebut di atas, apat di harapkan bantuan kredit yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

9.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Perkreditan

Dalam pelaksanaan manajemen perkreditan ada faktor-faktor yang mempengaruhi kepada usaha untuk pemberian kredit Menurut (Tjoekam, 2002 ; 60) a. Perkembangan Tingkat Bunga, yaitu : bagaimana peningkatan bunga menentukan besarnya pengembalian suatu kredit dan mempengaruhi terhadap proses manajemen kredit tersebut,

b. Mobilisasi Dana, yaitu bagaimana bank mengatur penggunaan dana untuk keperluan kredit agar usaha-usaha yang dilakukan oleh bank dapat terlaksana dengan baik dan optimal D. Pengembangan Usaha Kecil

Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dan produksi dan aktivitas, dimana daya produksi sebagai penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dan daya produksi tersebut. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dan sisi output saja, maka produktivitas dipandang dan dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan sisi output.

Produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dan hasil yang dicapai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan menurut formulasi National Productivity Board (NPB) Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan penmgkatan perbaikan. (Sedarmayanti, 2002:56)

Produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Dengan adanya perbaikan itu diharapkan akan dapat menghasilkan barang dan jasa yang bennutu tinggi dan standar kehidupan usaha yang Iebih tinggi.(Sedarmayanti, 2002:56)

Produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunan sumber daya daim suatu organisasi yang biasaiya dinyatakan sebagai rasio dan keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.Dengan kata lain produktivitas dapat dikatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. (Sedarmayanti, 2002:58)

Berdasarkan pengertian produktivitas diatas, secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Produktivitas juga merupakan ukuran prestasi produksi yang menggunakan usaha manusia sebagai tolak ukur, dan produktivitas juga dapat dinyatakan efisiensi yang mengubah sumber daya yang digunakan menjadi suatu komoditi atau jasa.

Untuk melihat besarnya tingkat produktivitas suatu perusahaan, termasuk industri jasa konstruksi perlu dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah dikemukakan oleh Vincent Gasverz dimana produktivitas dapat diukur melalui pendekatan output/input.

Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi, yang bertujuan agar perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang amat kompetitif.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain: (Gazperz, 2003 : 102)1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.

4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.

5. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.

6. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.

7. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus menerus (continuous productivity improvement)

8. Pengukuran produktivitas terus menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

9. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektifitas dari perbaikan terus menerus yang dilakukan dalam perusahaan itu.

10. Aktivitas perundingan bisnis (kegiatan tawar menawar) secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.

Dengan adanya pengukuran peroduktivitas di perusahaan dapat memberi manfaat bagi perusahaan yaitu dapat membandingkannya dengan produktivitas standar yang telah ditetapkan manajemen, mengukur tingkat perbaikan produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa.Ciri-ciri usaha yang tidak produktif adalah : (Simon, 2002 : 85)

1. Prosedur-prosedur yang kaku dalam pelayanan 2. Manajemen pendukung pelayanan tidak melakuka sentralisasi 3. Tidak adanya laporan keuangan yang lengkap 4. Kegiatan organisasi kedalam unit-unit yang sama tidak terdesentralisasi5. Pemakaian produk yang stagnan 6. Tidak adanya konsolidasi pelayanan-pelayanan

Cara untuk meningkatkan produktivitas suatu usaha adalah sebagai berikut : (Simon, 2002 : 56)1.Menerapkan Program Reduksi Biaya

2.Mengelola Pertumbuhan

3.Bekerja Lebih Tangkas

4.Mengurangi Aktivitas

5.Bekerja Lebih EfektifE. Manajemen Pengawasan Kredit

Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen mempunyai proses yang sangat pentiiig dalam proses manajemen. Karena dengan pengawasan dapat diamati apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak. Bila terjadi penyimpangan dan rencana semua akan dengan cepat dapat ditaggulangi.

Pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian, 2002: 135).

Hal ini sesual dengan pendapat G.R. terry mengenai fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: (Handayadiningrat, 2003:25)

1. Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan - kegiatan yang dikehendakinya.2. Pengorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian, penugasan orang-orang dalam tugas ini dengan menekankan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dengan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 3. Penggerakan adalah agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasiannya. 4. Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan bila perlu mengadakan tindakan korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana, yaitu sesuai dengan standar.

Proses pengawasan terdiri dari tahapan pelaksanaan, penilaian pelaksanaan dan bila perlu mengadakan tindakan korektif apabila terjadi penyimpangan di lapangan.

Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan yang dilakukan bawahanya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan (Handayadiningrat, 2003: 143).

Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui dan menunjukan kelemahan-kelemahan yang ada agar dapat diperbaiki dan mencegah terulangnya kelemahan - kelemahan tersebut.

Dalam setiap usaha pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Pengawasan bertujuan menemukan atau menunjukan atu menemukan kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah berulatignya kelemahan-kelemahan itu.

Pengawasn beroperasi terhadap segala hal, baik benda, manusia, perbuatan, maupun hal-hal yang lainnya. (Sarwoto, 2004: 95)

Dengan pengawasan ini juga diusahakan bagaimana langkah-langkah untuk menanggulangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan rencana tersebut.

Tujuan pengawasan sebagai berikut: (Handayaningrat, 2003:105)

1. untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan.

2.untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah diinstruksikan.

3. untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelamahan-kelemahan dalam bekerja.

4. untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien.

5untuk mencari jalan keluar; bila ternyata dijumpai kesulitan - kesulitan, kelemahan-kelemahan, atau kegagalankegagalan ke arah perbaikan.

Dengan demikian jelaslah bahwa pengawasan bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk mencari sekaligus untuk memperbaiki kesalahan-kesalahaan atau kelemahan - kelemahan yang ada. Memperbaiki penyimpangan, ketidaksesuaian penyelewengan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas wewenang yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian menurut ahli di atas, penulis berpendapat bahwa peranan Dinas merupakan harapan-harapan yang dikenakan pada dinas tersebut yang menempati kedudukan sosial tertentu, yaitu bagaimana dinas tersebut melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang diharapkan. Organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan. akan tetapi bagi diri pribadi karyawan kata pengawasan bermakna tidak menyenangkan karena dianggap akan mengancam kebebasan untuk bekerja dan merasakan adanya suatu otonomi pribadi. Maka dari itu para manajer harus jeli dalam melakukan pengawasan tersebut dan menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkatan pengawasan yang tepat.

Dalam menilai Keberhasilan suatu program pinjaman kepada masyarakat, perlu Manajemen Pengawasan Kredit dengan melakukan penilaian terhadap (Adam: 2006 : 24)

a. Program Penyaluran Kredit yang tepat sasaran

b. Proses Pengajuan Kredit

c. Ketentuan Pinjaman Kredit

d. Penyaluran dan Pencairan Kredit

e. Pengembalian Dana

F. Jaminan Jaminan adalah penyerahan barang bergerak yang diserahkan oleh nasabah peminjam untuk memperoleh sejumlah uang pinjaman. (UU No.10 tahun 1998 tentang pokok-pokok Perbankan Pasal 1 ayat(23)

Pengertian jaminan secara luas termuat dalam pasal 8 UU No.10 Tahun 1998 menyatakan:

1. Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan analisis yang mendalam atas dasar itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

2. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kesimpulan yang dapat diambil dan penjelasan diatas adalah bahwa jaminan merupakan penyerahan barang bergerak yang diberikan dan debitur kepada kruditur agar dapat memperoleh pinjaman yang sesuai dengan nilai barang jaminan tersebut.

Jaminan dikatakan ideal apabila agunan berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang mana nilai nominalnya sebesar jumlah kredit pinjaman atau pembayaran yang diterimanya dan sewaktu-waktu dapat dijual ke pasaran untuk dijadikan uang tunai. (UU Perbankan No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia pasal II ayat 2).

Analisis penaksiran agunan atau barang jaminan dalam usaha perbankan merupakan kegiatan yang sangat berperan penting bagi stabilitas perusahaan, karena kegiatan penaksiran ini digunakan untuk menentukan jumlah pinjaman yang dapat diperoleh nasabah sesuai dengan harga pasaran barang jaminan tersebut. (UU Perbankan No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia pasal 11 ayat 2).

Besar pinjaman sangat tergantung dan nilai taksiran barang jaminan yang digadaikan. semakin besar nilai taksiran maka semakin besar jumlah pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah, begitupun sebaliknya jika nilai taksiran rendah maka semakin kecil pula pinjaman yang dapat diberikan oleh pihak pemberi kredit atau usaha perbankan.

Jaminan adalah barang agunan yang diberikan untuk membayar kembali pinjaman bila pinjaman tersebut tidak dapat dibayar kembali, umumnya dalam bentuk asset. Biasanya agunan bertujuan untuk dapat mengukur tingkat resiko antara pinjaman yang diberikan dengan agunan yang diserahkan. baik secara ekonomis maupun yuridis.

Jaminan kredit adalah keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperianjikan. sedangkan agunan (collateral) hanya merupakan salah satu unsur dan jaminan kredit atau jaminan tambahan.

Jaminan kredit menurut bank, merupakan sumber kedua pembayaran kembali kredit dan bunga yang tertunggak. Sumber pertama pembayaran kembali kredit adalah dana intern perusahaan terutama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang dijamin akan dipergunakan sebagai gantinya.

G. Hipotesis

Hipotesis ini merupakan dugaan yang masih dimungkinkan benar atau salah. Berdasarkan rumusan permasalahan dan temuan diatas sehingga hipotesis alternatif yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : Diduga pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu. H. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan sebagai variable independen 2. Pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu sebagai variable dependen

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden baik dari hasil wawancara maupun dari angket yang disebarkan

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah ada dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu

C. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2008:90)

Berdasarkan pengertian diatas, maka populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemilik usaha kecil menengah yang menjadi mitra binaan PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu yang berjumlah 54 pemilik UKM. 2.Sampel

Keuntungan mengambil sampel bagi penelitian populasi adalah pengambilan sampel yang cukup, yang representatif dari populasi adalah menghemat waktu, tenaga dan biaya. (Iskandar, 2008:69). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik pengambilan sampel secara sensus yaitu seluruh anggota populasi dijadikan responden D Metode Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif, sehingga pengumpulan datanya bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang variabel yang diteliti dengan cara :

1. Interview yaitu Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak pihak terkait dengan pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu ini.

2.Kuesioner yaitu penulis mengadakan pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden

E. Analisis Data

Di dalam penulisan ini metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah dengan menggunakan Metode Kuantitatif. Dalam hal ini, data yang diperoleh kemudian diolah dan akhirnya dianalisa dengan menggunakan persamaan Analisis Regresi Linier Sederhana dan Uji t

a. Regresi Linear

Y = a + bx

Dimana : Y = Pengembangan usaha kecil

a = konstanta

b = koefisien regresi dan

x = Pemberian kredit Program kemitraan bina lingkungan

b. Uji t

Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut: t=b

Sb

dengan bentuk hipotesis sebagai berikut: Ho =Tidak ada pengaruh yang berarti antara pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan dengan pengembangan usaha kecil. HI = Ada pengaruh yang berarti antara pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan dengan pengembangan usaha kecil.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu PT Perkebunan Nusantara V (Persero) merupakan hasil konsolidasi wilayah perkembangan PTP II, IV, dan V pada tahun 1996, yang berdiri pada tanggal 14 Februari 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1996 dan disahkan 11 Maret 1996. Secara efektif perseroan mulai beroperasi sejak tanggal 9 April 1996 dengan kantor Pusat di kota Pekanbaru. Direksi PTPN V sebagai penanggung jawab pelaksanaan proyek PIR/Trans disamping tetap melaksanakan usahanya sendiri yaitu dapat membangun 6000 ha kebun plasma tanaman kelapa sawit lengkap dengan sarana pengolahan dan transportasi, dan kemampuan untuk bisa menerima hasil produksi petani peserta PIR/Trans. Bagi para peserta PIR/Trans dibangun pemukiman dalam bentuk desa lengkap dengan segala fasilitas sosial seperti pasar, sekolah, tempat ibadah, sarana olahraga, koperasi, dan polibun.

PT. Perkebunan Nusantara V memiliki 18 kebun dan dua unit rumah sakit. Untuk pengolahan produksi PTPN V memiliki 12 unit PKS, empat unit pabrik pengolahan karet, satu kilang kakao. Luas kebun sawit untuk inti adalah 57.909,69 ha, TBM : 5.521,79 ha, TM : 52.386,90 ha, sedangkan untuk plasmaadalah 56.665,00 ha, TBM : 84,00 ha, TM : 56.581,00 ha. Untuk wilayah kerja PTPN V terletak di lima Kabupaten, yaitu Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Indragiri Hulu.

PT. Perkebunan Nusantara V mempunyai 12 PKS yaitu PKS Sei. Pagar, PKS Garo, PKS Sei. Intan, PKS Lubuk Dalam, PKS Tanjung Medan yang memiliki kapasitas olah sebesar 30 ton TBS/jam. PKS Tandun dengan kapasitas 40 ton TBS/ jam dan PKS Sei. Buatan, PKS Sei. Rokan, PKS Sei. Tapung, PKS Sei. Galuh, PKS Terantam serta PKS Tanah Putih yang masingmasing memiliki kapasitas olah sebesar 60 ton TBS/jam.

PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Bukit Selasih dibangun pada tahun 1994, yaitu berlokasi di Desa Bukit Selasih, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragrii Hulu, Propinsi Riau 210 km dari kota Pekanbaru. Luas areal kebun seluas 65.000 m dengan memiliki PKS sendiri yang pembangunannya memakan waktu 18 bulan oleh kontraktor Sumatera Raya Sari Eng. Co, sementara engenering consultant adalah PT. Tri Karya Pacindo Medan. Pelaksanaan Commisioning Take Over Test (TOT) tanggal 27 November 1995 dengan kapasitas olah terpasang 30 ton TBS/jam, dengan luas areal kebun inti seluas 2.752,68 ha dan kebun plasma seluas 6000 ha. Managemen organisasi PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabuopaten indragiri Hulu dipimpin oleh seorang manager dan dibantu oleh asisten teknik pabrik, asisten pengendalian mutu, asisten umum proses, asisten CPO, asisten inti sawit dan kepala tata usaha. Sedangkan untuk karyawan terdiri dari empat bagian, yaitu bagian administrasi berjumlah 24 orang, laboratorium 26 orang, bengkel 53 orang, dan bagian pengolahan 71 orang. Untuk jam kerja di PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabuopaten indragiri Hulu ini dibagi menjadi dua shift yaitu shift A pukul 06.30 18.30 dan shift B pukul 18.30 06.30, khusus bagian administrasi jam kerja yaitu pukul 06.30 16.00. Untuk tenaga permanen di PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabuopaten indragiri Hulu yaitu untuk afdeling I sebanyak 33 orang, adfeling II sebanyak 38 orang, adfeling III sebanyak 28 orang, dan adfeling IV sebanyak 28 orang. Untuk melihat secara lebih jelas tentang struktur Organisasi dari PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih dapat kita lihat pada gambar berikut ini.

Sumber: PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih, Tahun 2012

Gambar 1. Struktur Organisasi PTPN V Unit PTKR Bukit SelasihB. Keadaan Kebun di PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu

a. Keadaan Iklim

Menurut sumber badan meteorologi dan geofisika Simpang Tiga PekanbaruRiau, lokasi kebun sawit Bukit Selasih secara geografis terletak antara 1032 9244 LU dan 1258 2439BT. Lokasi kebun tersebut termasuk kedalam tipe iklim A berdasarkan pembagian iklim, hal itu berarti bahwa daerah tersebut mempunyai ratarata bulan basah dengan curah hujan lebih dari 100 mm. Temperatur udara harian yaitu 21.9 0C 32.30C (maks), ratarata 26.10C. Temperatur ini masih cocok untuk tanaman kelapa sawit karena kisaran temperatur bagi tanaman ini antara 150 C 300C. Kelembaban relatif ratarata 83 persen, kelembaban minimal 82 persen dan kelembaban maksimal 84 persen. Lama intensitas penyinaran matahari ratarata adalah 48.1 persen. Lama penyinaran puncak 57.6 persen terjadi pada bulan Juni. Bulanbulan penyinaran matahari yang tinggi terjadi pada bulan AprilAgustus (50 persen). Ketinggian tempatnya adalah tujuh sampai 30 m diatas permukaan laut. Untuk faktor tanah, diperkirakan 40 60 persen areal terdiri dari tanah gambut sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kondisi jalan produksi. Untuk mengatasi hal tersebut dibuat parit keliling blok dan parit ranjangan dalam blok. b. Luas Kebun

Luas kebun PTPN V Kebun Bukit Selasih dibagi dua jenis kepemilikan yaitu kebun inti dan kebun plasma. Kebun inti dikelola PTPN V Kebun Bukit Selasih, sedangkan kebun plasma dikelola petani plasma. Luas area kebun inti seluas 2.752,68 ha sedangkan kebun 176 plasma seluas 6000 ha, yang rencananya total kebun baik inti dan plasma adalah seluas 15000 ha.

c. Tahun Tanam

Pada PKS SPA untuk tahun tanam kelapa sawit mulai dari tahun 19861995 yaitu :

Afdeling I TM 1986 = 678 ha

Afdeling II TM 1986 = 698.8 ha

TM 1988 = 24 ha

TM 1989 = 9.2 ha

Afdeling III TM 1986 = 145.5 ha

TM 1988 = 480.5 ha

TM 1990 = 20 ha

TM 1995 = 48.5 ha

Afdeling IV TM 1990 = 486.4 ha

TM 1995 = 59.7 ha

d. Luas Kebun Produktif dan Tidak Produktif

PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Bukit Selasih memiliki kebun inti dengan total luas kebun produktif 2.762,53 ha (tanaman menghasilkan/ TM) dan kebun non produktif 111.98 ha (tanaman belum menghasilkan/ TBM), yaitu sebagai berikut:

Afdeling I = 678 ha (TM) dan 74.60 ha (TBM)

Afdeling II = 732 ha (TM) dan 22.73 ha (TBM)

Afdeling III = 694.50 ha (TM) dan 14.65 ha (TBM)

Afdeling IV = 546.05 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

Untuk kebun plasma dengan luas total kebun 6000 ha (TM) dan 0 ha (TBM) yaitu sebagai berikut :

Wilayah KUD Manunggal = 1500 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

Wilayah KUD Kusuma Bakti = 1500 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

Wilayah KUD Tri Manunggal = 922 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

Wilayah KUD Rukun Makmur = 958 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

Wilayah KUD Usaha Maju = 812 ha (TM) dan 0 ha (TBM)

e. Produksi tiap petak / blok

Pada Kebun Bukit Selasih produksi tiap blok sebagai berikut : 1. Afdeling I

Tahun tanam 1986, terdiri dari 46 blok dengan luas lahan total 678 ha dan jumlah pokok 86.300 serta pokok per hektar 127.

2. Afdeling II

Tahun tanam 1986, terdiri dari 39 blok dengan luas lahan 698.80 ha dan jumlah pokok 89.840 serta pokok per hektar 129. Tahun tanam 1988, terdiri dari dua blok dengan luas lahan 24.00 ha dan jumlah pokok 3. 088 serta pokok per hektar 129. Tahun tanam 1989, terdiri dari empat blok dengan luas lahan 9.20 ha dan jumlah pokok 1.174 serta pokok per hektar 128.

3. Afdeling III

Tahun tanam 1986, terdiri dari 13 blok dengan luas lahan 145.50 ha dan jumlah pokok 18.836 serta pokok per hektar 129. Tahun tanam 1988, terdiri dari 29 blok dengan luas lahan 480.50 ha dan jumlah pokok 61.267 serta pokok per hektar 128. Tahun tanam 1990, terdiri dari satu blok dengan luas lahan 20 ha dan jumlah pokok 6.380 serta pokok per hektar 123 Tahun tanam 1995, terdiri dari empat blok dengan luas lahan 48.50 ha dan jumlah pokok 6.380 serta pokok per hektar 132

4. Afdeling IV

Tahun tanam 1990, terdiri dari 23 blok dengan luas lahan 486.35 ha dan jumlah pokok 60.749 serta pokok per hektar 125. Tahun tanam 1995, terdiri dari tiga blok dengan luas lahan 59.70 ha dan jumlah pokok 7.740 serta pokok per hektar 130.

f. Jenis Varietas Tanaman

Untuk jenis varietas tanaman yang dipakai di PTPN V PKS SPA adalah jenis Tenera yang merupakan persilangan antara jenis Dura (memiliki biji besar dan tempurung tebal) dengan jenis Pesifera (memiliki biji kecil dan tempurung tipis) yang hasilnya adalah jenis Tenera (memiliki biji besar dan temopurung tipis). C. Aktifitas Proses Pengolahan TBS Menjadi CPO pada PTPN V Kebun Bukit Selasih

Pengolahan tandan buah segar (TBS) sampai diperoleh minyak sawit (CPO) dan inti sawit (Kernel) dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang.

Prosesnya melalui beberapa stasiun, yaitu:

1. Stasiun penerimaan buah (Fruit Reception Station)

Stasiun yang berfungsi menerima TBS dari kebun inti maupun kebun plasma yang diangkut oleh truk pengangkut TBS ke pabrik, dan pada stasiun ini sudah dapat diketahui jumlah produksi TBS. Stasiun ini meliputi beberapa peralatan, yaitu:

a. Jembatan Timbang (Weight Bridge) yang berfungsi untuk mengetahui berat TBS yang diterima. Truk yang berisi TBS ditimbang untuk mengetahui berat pada saat berisi buah (bruto). Kemudian TBS dikeluarkan di Loading Ramp maka truk yang kosong ditimbang untuk mendapatkan berat tara (tidak bermuatan) sehingga diperoleh berat bersih (neto) TBS tersebut. b. Tandan Buah Segar (TBS) akan diolah melalui proses pengolahan sehingga menghasilkan CPO dan kernel. Untuk mendapatkan mutu sesuai dengan keinginan perusahaan maupun konsumen maka diadakan sortasi TBS terlebih dahulu. c. Penimbunan TBS (Loading Ramp) berfungsi sebagai tempat penimbunan sementara dan pemindahan TBS ke dalam lori rebusan. Loading Ramp memiliki panjang 60 m terdiri dari 20 pintu dengan kapasitas 15 ton/pintu. Loading Ramp dibuat miring dengan 27 terhadap bidang datar untuk memudahkan penurunan buah ke lori. d. Lori adalah alat yang berfungsi sebagai wadah untuk mengangkut dan merebus TBS. e. Transfer carriage berfungsi untuk memindahkan lori yang telah diisi di Loading Ramp dan sebagai penyambung jalur pengisian buah ke jalur perebusan.

2. Stasiun perebusan (Sterilizer Station)

Stasiun yang berfungsi untuk merebus TBS yang terdapat di dalam lori. Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olah suatu pabrik sawit, terutama ditentukan oleh keberhasilan rebusan. Tujuan dari sterilisasi TBS adalah:

Menonaktifkan enzim lipase dan oksidase yang terdapat dalam buah sawit yang dapat menaikkan ALB. Enzim tersebut dapat terhenti ktifitasnya dengan pemanasan tertentu Menaikkan kadar air hingga 12 persen Memudahkan brondolan lepas dari tandan Melunakan daging buah sehingga mempermudah proses pressing Membantu proses pelepasan inti dari cangkang Pada stasiun ini terdapat beberapa alat sebagai berikut: Alat penarik (Capstand) berfungsi sebagai alat penarik lori keluar dan masuk rebusan Ketel rebusan (Sterilizer) merupakan bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Masingmasing rebusan terdiri dari delapan lori dengan kapasitas 20 ton TBS dengan tekanan kerja yang diinginkan.

3. Stasiun penebahan (Threshing Station)

Stasiun yang berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandan yang sudah direbus. Pada stasiun ini terjadi proses pemisahan pertama antara janjangan kosong (jankos) pada konveyor jankos (Empty Bunch Conveyor) dan berondolan yang akan didistribusikan ke tiap unit digester oleh distributing conveyor. 4. Stasiun pengempaan (Pressing Station)

Stasiun kempa berfungsi untuk mengambil miyak dari mesocarp (daging buah yang berserabut dan mengandung minyak) dan memisahkan dari ampas press. Pada stasiun kempa terdapat peralatan umumnya terdiri dari:

a. Digester (Ketel Pelumat buah) yang berfungsi untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji.

b. Pengempaan buah (Screw Press) digunakan untuk memisahkan crude oil dari daging buah (mesocarp) dengan kapasitas olah 10 12 ton/jam.

c. Pemisah ampas kempa (Cake Breaker Conveyor) adalah alat yang berfungsi untuk memecahkan ampas kempa, untuk mempermudah pemisahan biji dan ampas.

d. Pemisahan ampas dan biji adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dan sisasisa serabut yang masih melekat pada biji. 5. Stasiun pemurnian (Clarification Station)

Proses yang terjadi pada stasiun ini adalah pemisahan minyak dari fraksi lainnya, seperti air dan sludge, sehingga diperoleh minyak produksi. Pemisahan minyak, air, dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi, dan luapan.

6. Statiun pengolahan inti (Kernel Station)

Stasiun kernel adalah stasiun terakhir untuk menghasilkan inti sawit sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan serta cangkang (shell) dan serat (fiber) sebagai bahan bakar boiler

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemberian Kredit Program Kemitraan Bina Lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih Kabupaten Indragiri HuluProgram Kemitraan Bina Lingkungan telah diamanatkan di dalam Peraturan Menteri No.PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan, serta Undang Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih sendiri telah melaksanakan program CSR ini dibagi menjadi dua kelompok besar, kalau di BUMN itu dikenal dengan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Program kemitraan bertujuan memberdayakan masyarakat supaya mampu menolong dirinya sendiri. Misalnya memberikan bantuan modal usaha dan pinjaman kemitraan ini syaratnya sangat lunak, misalnya pengembaliannya bisa sampai 5 tahun dengan bunga hanya 6 %. Kelompok yang kedua ini namanya bina lingkungan. Bina lingkungan ini adalah kategori amal dimana lingkungan PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih berada. Kebijakan CSR PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih dalam program bina lingkungan, sudah ditentukan apa-apa yang bisa dibantu yaitu di bidang pendidikan, kemudian dibidang layanan kesehatan, sarana ibadah, lingkungan hidup, dan bencana alam. Dibidang pendidikan itu biasanya memberikan beasiswa dan memperbaiki sarana-sarana pendidikan, misalnya mengisi kebutuhan alat tulis menulis,alat peraga pendidikan, komputer, buku-buku perpustakaan. Sarana ibadah, biasanya untuk membangun mesjid, gereja, dll. Lingkungan hidup itu berupa gerakan menanam pohon dan dilakukan di seluruh dimana perusahaan ini berada.

Program Kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan yang ditetapkan dalam RUPS. Program Kemitraan mempersiapkan pengusaha kecil yang feasible tetapi belum bankable untuk selanjutnya diharapkan dapat mengakses fasilitas pinjaman PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih melalui BPR Indra Arta Rengat.

Kriteria penerima Program Kemitraan antara lain usaha kecil produk unggulan daerah sebagai penyerap tenaga lokal, dan anggota kelompok usaha pemberdayaan masyarakat yang memiliki potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Program Kemitraan diimplementasikan dalam bentuk penyaluran Pinjaman Kemitraan dan bantuan Hibah Pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas Mitra Binaan usaha kecil.

Adanya program kemitraan ini sangatlah membantu para pelaku usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. bantuan kredit kemitraan dari PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih menurut salah satu kelompok UKM yang dibantu dari CSR perusahaan ini sebesar 25 juta. Uang ini digunakan untuk mengisi barang-barang yang sudah jadi untuk dipajang di tokonya. Selain itu untuk membeli bahan-bahan mentah pembuatan plafon.

Karena selama ini menurut pengakuan pengurus UKM tersebut sebelum mendapatkan bantuan kredit kemitraan ini mereka belum berani untuk mengambil orderan yang cukup besar hal ini diakibatkan karena kurangnya dana untuk membeli bahan-bahan dalam skala besar. Akan tetapi setelah mendapat bantuan kredit kemitraan ini, UKM ini sudah mulai berani memasok bahan-bahan dalam jumlah besar untuk orderan yang lebih besar lagi. Hal ini terbukti dengan peningkatan pendapatan yang sangat signifikan yang diperoleh UKM ini yaitu dari 4-5 juta per minggunya setelah mendapatkan bantuan kredit kemitraan beliau mampu memperoleh pendapatan sebesar 10 - 15 juta per minggunya.

Untuk saat ini di wilayah Kabupaten Indragiri Hulu sendiri, PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih melalui program kemitraannya memiliki sekitar 60 usaha yang menjadi mitra binaan.

Sedangkan untuk Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di sekitar PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Kriteria bantuan untuk Program Bina Lingkungan, adalah supaya dana/bantuan yang disalurkan pasti akan ada manfaatnya untuk komunitas rakyat banyak. Jadi bukan ke individu.

Untuk melihat efektifitas pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan melalui pemberian kredit bagi usaha kecil menengah (UKM) pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih, dapat kita lihat melalui penuangan tabel berikut. Tabel 3 : Distribusi Pendapat Responden Terhadap pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit terhadap UKM pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih

PertanFrekuensi (orang)Bobot SkorTotal Skor

yaanSangat BaikBaikCukup BaikKurang BaikTidak Baik54321

1691115133036333013142

2581211182532362218133

351018129254054249152

4671411163028422216138

Total Skor Keseluruhan565

Sumber : Hasil penelitian Lapangan, 2013 X =565=565=2,61Dibulatkan menjadi 3

4X54216

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata rata jawaban responden tentang efektifitas pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit bagi UKM mitra binaan pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih adalah sebesar 2,61 atau dapat dibulatkan menjadi 3 yang berarti cukup baik. Hal ini dilihat bahwa sebenarnya pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit bagi UKM mitra binaan pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih telah mampu meningkatkan produksi dari usaha kecil mitra binannya. Akan tetapi anggota UKM yang dibantu melalui program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit tersebut tersebut belum sungguh sungguh untuk merubah paradigma mereka dalam menjalankan usahanya sehingga usaha mereka masih tidak produktif. Hal ini karena mereka menganggap bantuan itu merupakan bantuan Cuma-cuma yang sudah seharusnya dilakukan oleh PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih.

Keberpihakan kepada masyarakat jelas dibuktikan oleh PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih dalam pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit bagi UKM tersebut. Dengan adanya bantuan kemitraan, maka terjawab harapan para pengusaha-pengusaha kecil untuk memperoleh bantuan modal dengan guna peningkatan kualitas usahanya. Dalam pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan nya ini, PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih telah memiliki langkah-langkah praktis dalam penyaluran dana pemberian kredit kemitraan dan bina lingkungan. Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat secara garis besar tentang pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih. Bahwa dalam pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan ini, pihak perusahaan selalu berusaha untuk mencari mitra usaha yang belum kuat dalam hal permodalan untuk dibina dan diberdayakan sehingga diharapkan mampu bersaing dan bertumbuh usahanya. Sedangkan untuk bina lingkungan PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih mempunyai beberapa mekanisme dalam penyalurannya mulai dari bekerja sama dengan pemda setempat, mempunyai tim survey, hingga menerima pengajuan bantuan berupa proposal.B. Pengembangan Usaha Kecil Menengah Mitra Binaan PTPN V PTKR Bukit SelasihWujud keterlibatan para pengusaha kecil mengah yang menjadi mitra binaan pada Program kemitraan bina lingkungan PTPN V PTKR Bukit Selasih merupakan faktor pendorong terwujudnya program kemitraan bina lingkungan yang berkelanjutan (sustainable). Wujud keterlibatan masyarakat, penulis membagi ke dalam dua tipe yaitu masyarakat sebagai salah satu pelaksana program kemitraan bina lingkungan dan masyarakat sebagai pengelola hasil program kemitraan bina lingkungan. Keterlibatan pengelola UKM sebagai pelaksana program kemitraan bina lingkungan PTPN V Kebun Bukit Selasih terlihat pada bentuk kerja sama PTPN V Kebun Bukit Selasih dengan mereka. Sedangkan keterlibatan pengelola UKM sebagai pengelola hasil program kemitraan bina lingkungan PTPN V Kebun Bukit Selasih terlihat pada upaya pengembangan sarana dan prasarana yang diberikan pihak PTPN V PTKR Bukit Selasih kepada pengelola UKM yang selanjutnya mereka kelola untuk kepentingan pengembangan UKM itu sendiri. Akan tetapi pada kenyataanya banyak usaha kecil mitra binaan dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu setelah mendapat bantuan modal kredit lunak dari perusahaan ini masih tetap tidak produktif yang ditandai dengan ciri ciri :

1. Prosedur-prosedur yang diterapkan dalam pelayanan penjualan produk barang / jasa kepada konsumen masih kaku2. Tidak adanya laporan keuangan yang lengkap 3. Kegiatan organisasi masih dikendalikan oleh pemilik, tidak terdesentralisasi ke karyawannya4. Pemakaian barang / jasa yang diproduksinya yang stagnan / tidak meningkat5. Tidak adanya konsolidasi terhadap upaya peningkatan produk dan pemasaranUntuk melihat secara lebih jauh tentang pengaruh pemberian modal usaha berupa kredit lunak dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu kepada usaha kecil yang menjadi mitra binaannya untuk merubah usha mereka yang tidak produktif menjadi usaha yang produktif, maka penulis membaginya dalam empat pertanyaan meliputi kemauan usaha kecil mitra binaan untuk melengkapi laporan keuangan perusahaan (1), Kemauan pemilik untuk melakukan desentralisasi kegitan usahanya kepada para karyawannya (2), peningkatan pemakaian atau permintaan produk yang dihasilkan (3) dan Kemauan semua pihak dalam usaha kecil untuk mengkonsolidasikan segala upaya peningkatan produk dan pemasaran (4) yang rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini dapat dilihat pada penuangan table berikut.Tabel 4 : Distribusi Pendapat Responden Terhadap pengaruh pemberian modal usaha berupa kredit lunak dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu kepada usaha kecil yang menjadi mitra binaannya untuk pengembangan usaha mereka

PertanFrekuensi (orang)Bobot SkorTotal Skor

yaanSangat BaikBaikCukup BaikKurang BaikTidak Baik54321

1791114133536332813145

2561012212524302421124

381216126404848246166

4691013163036302616138

Total Skor Keseluruhan573

Sumber : Hasil penelitian Lapangan, 2013 X =573=573=2,65Dibulatkan menjadi 3

4X54216

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa rata rata jawaban responden tentang pengaruh pemberian modal usaha berupa kredit lunak dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu kepada usaha kecil yang menjadi mitra binaannya untuk pengembangan usahanya adalah sebesar 2,65 atau dapat dibulatkan menjadi 3 yang berarti cukup baik). Hal ini dilihat bahwa sebenarnya modal usaha dalam bentuk kredit lunak yang diberikan oleh PTPN V Kebun Bukit Selasih telah mampu meningkatkan produksi dari usaha kecil mitra binannya. Akan tetapi pemilik usaha kecil tersebut belum sungguh sungguh untuk merubah paradigm mereka dalam menjalankan usahannya sehingga usaha mereka masih saja tidak produktif.

Hal hal yang menyebabkan usaha mereka masih menjadi usaha yang tidak produktif adalah karena masih kurangnya kemauan dari pemilik usaha kecil mitra binaan PTPN V Kebun Bukit Selasih untuk melengkapi laporan keuangan usaha sehingga dapat dinilai apakah usaha yang dilakukan ada peningkatan atau tidak dalam hal pencapaian rugi laba perusahaan, kemudian Kemauan pemilik usaha untuk melakukan desentralisasi kegiatan usahanya kepada para karyawannya juga masih kurang sehingga usaha tidak akan jalan apabila tidak ada komando dari sang pemilik dan terakhir adalah kemauan pemilik dan karyawan yang ada dalam usaha kecil mitra binaan PTPN V Kebun Bukit Selasih untuk bersinergi atau bersama-sama mencari solusi terbaik dalam kemajuan usahanya masih kurang.

C.Pengaruh pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri HuluSecara matematis, persamaan regresi linier sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = a + bxDimana :

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

Y = pengembangan usaha kecil x = pemberian kredit program kemitraan bina lingkunganDengan menghitung nilai a dan b, dapat diperoleh persamaan garis trendnya. Penghitungan nilai a dan b ini dapat dicari dengan menggunakan metode least square (kuadrat terkecil) sebagai berikut :

dimana n = banyaknya observasiProsedur penentuan garis trend dapat dilihat secara lebih jelas melalui tabel dibawah ini.

Tabel 5. Penentuan persamaan garis trend antara variabel pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan pada PTPN V PTKR Bukit Selasih dan pengembangan usaha kecil di Kabupaten Indragiri Hulu No. RespPemberian Kredit (x)Pengembangan UKM (Y)X.YX2Y2

145201625

254202516

312214

445201625

53412916

65210254

7155125

811111

932694

10428164

1155252525

1221241

1331391

1412214

1545201625

165315259

1732694

1813319

19144116

20515251

2122444

223515925

2321241

2412214

2521241

263412916

2713319

2823649

2911111

3033999

31414161

32144116

333515925

344312169

3511111

3632694

3722444

38248416

3933999

40248416

4133999

4223649

4331391

44414161

45248416

4622444

4732694

4823649

4944161616

5013319

5131391

5212214

534312169

5431391

Jumlah 143146401465492

Sumber : Data Hasil Pengolahan Data, Tahun 2013Dari tabel tersebut di atas maka dapat dicari nilai a dan b :

n = 54

EMBED Equation.3

sedangkan nilai a, dicari dengan persamaan :

Dari kedua nilai koefisien tersebut maka dapat digambarkan garis trendnya sebagai berikut :

Y = a + bx

Y = 2,19 + 0,17 x

Hal tersebut berarti jika nilai x (pemberian kredit program kemitraan bina lingkungan) meningkat sebesar 1 point,- maka akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan usaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program tersebut sebesar 0,17 point dan jika tidak ada pemberian kredit dari program kemitraan bina lingkungan (x) atau nilai x = 0 (nol) maka UKM yang menjadi mitra binaan dari program kemitraan bina lingkungan dari PTPN V UPKR Bukit Selasih ini masih akan tetap mengalami perkembangan sebesar 2,19 point.BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab - bab sebelumnya, maka akhirnya penulis mencoba memberikan simpulan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Efektifitas pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit bagi UKM mitra binaan pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih cukup baik. Hal ini dilihat bahwa sebenarnya pelaksanaan program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit bagi UKM mitra binaan pada PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih telah mampu meningkatkan produksi dari usaha kecil mitra binannya. Akan tetapi anggota UKM yang dibantu melalui program kemitraan bina lingkungan melalui pemberian kredit tersebut tersebut belum sungguh sungguh untuk merubah paradigma mereka dalam menjalankan usahanya sehingga usaha mereka masih tidak produktif. Hal ini karena mereka menganggap bantuan itu merupakan bantuan Cuma-cuma yang sudah seharusnya dilakukan oleh PTPN V Unit PTKR Bukit Selasih.2.Pengembangan usaha kecil yang menjadi mitra binaan dari PTPN V Kebun Bukit Selasih Kabupaten Indragiri Hulu dari program kemitraan b