50
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI, JAKARTA

Outreach Pkbi Terbaru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

outreach team

Citation preview

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI, JAKARTA

Prostitusi aktifitas penjualan secara komersial atas

jasa layanan seksual. Tempat prostitusi

Tempat dimana lokasi tersebut menjadi sentra bagi aktifitas komersial (transaksi) jasa seksual

Lokalisasi Wanita Pekerja Seksual

latar belakang kebutuhan financial

Tujuan MDGs ke-6

Tujuan MDGs ke-6

Menangani berbagai penyakit

menular paling berbahaya

HIV/AIDS

Menangani berbagai penyakit

menular paling berbahaya

HIV/AIDS

Lakukan pencegahan IMS

Lakukan pencegahan IMS

Resiko umum akibat seks bebas tanpa pengaman seperti kondom Infeksi Menular Seksual(IMS) ▪ disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau

jamur▪ sumber penularan melalui hubungan seksual

dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya▪ Penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)

HIV/AIDS

IMS

HIV/AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional(BKKBN)

Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatra Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan dan layanan pengobatan dan perawatan

PKBI Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan membentuk Griya ASA : 10 Januari 2002

PKBI Semarang : program ASA-FHI di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang. memberikan informasi tentang IMS, HIV/

AIDS serta cara pencegahannya melalui pendekatan pendampingan (outreach).

Kegiatan yang dilakukan untuk menjangkau orang-orang yang berisiko tinggi, dengan cara melakukan kontak langsung dan tatap muka secara intensif kepada orang yang berperilaku berisiko tinggi di lingkungan mereka.

Individual maupun kelompok kecil (2-10 orang)

Pencegahan IMS di wilayah Sunan Kuning ditujukan kepada para WPS dan mucikari. Informasi IMS dan HIV / AIDS Skrining-VCT Penggunaan kondom

Bulan Jumlah penderita HIV

Januari 2

Februari 2

Maret 2

April 0

Mei 0

Juni 0

Juli 2

Agustus 0

September 4

Oktober 2

November 4

Desember 1

Bulan Jumlah penderita IMS

Januari 96

Februari 64

Maret 108

April 110

Mei 78

Juni 63

Juli 35

Agustus 49

September 135

Oktober 174

November 203

Desember 77

Kegiatan Mapping rutin Pembentukan Peer Educator Pelatihan-pelatihan khususnya yang

mendukung program Advokasi pada pengurus Resos dan

tokoh masyarakat (birokrat struktural kemasyarakatan, misal ketua RT, RW, kelurahan, dsb).

Sebelum bekerja sebagai seorang WPS di Argorejo, R pernah menjadi seorang PSK di Singapura selama 4 bulan dan Malaysia selama 3 bulan. Sebelum menjadi seorang PSK, R pernah bekerja menjadi pelayan rumah makan selama 1 tahun dan guru honorer SMP selama 2 tahun. R sudah bekerja selama 8 bulan, awalnya keluarga tidak mengetahui pekerjaan R, namun siring berjalannya waktu keluarga mengetahui dan bisa menerima pekerjaan R.

Wawancara dilakukan di Wisma Berkah, tanggal 19 Maret 2015, pukul

20.00 dengan narasumber R

2-6 orang tamu / hari dengan ± Rp 60.000 tarif sebagai PK, Rp 200.000 sebagai PK(+) Pendapatan per bulan Rp 6-10 juta untuk anak dan orang tua di kampung

R melakukan hub.seks melalui vagina serta oral, jika menstruasi R tidak melayani tamu. R selalu menggunakan kondom. Setelah melayani tamu, R selalu membilas vagina dengan air+sabun. R juga pernah mendapatkan pengobatan dari dokter karena keputihan.

Mucikari di wisma tempat R bekerja selalu memberikan dukungan dengan cara mengingatkan kapan jadwal VCT dan skrining akan dilakukan. Tetapi mucikari tidak membagikan kondom kepada para pelanggan.

Skrining IMS rutin setiap 2 minggu dan VCT setiap 3 bulan, R juga rutin memeriksakan kandungannya ke bidan setiap bulan, namun belum pernah melakukan USG. Sejak usia kandungan mencapai 4 bulan, R mulai membatasi jumlah tamu maksimal 2 setiap harinya, dan R berniat beristirahat ketika usia kehamilannya mencapai 8 bulan.

Sekolah setiap hari Senin serta senam setiap Jum’at dan Sabtu. R cukup mengetahui informasi dan cara penularan penyakit HIV dan IMS.

R mempunyai keinginan untuk berhenti bekerja sebagai WPS, namun belum ada pekerjaan lain yang bisa memenuhi kebutuhannya.

1,5 tahun yll, N bekerja sebagai pramusaji di Salatiga dengan gaji Rp 500.000/bln, krn dianggap kurang memenuhi kebutuhan N dan anaknya maka N memutuskan ke Semarang krn diajak teman. Awalnya N sempat menolak bekerja di kawasan Argorejo sesuai ajakan temannya, namun akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai PK(+) di Argorejo krn alasan ekonomi. Tujuan utama N untuk mencari modal membuka salon.

Wawancara dilakukan di Wisma Domisol, tanggal

24 Maret 2015, pukul 20.30 dengan narasumber N

Jam kerja tidak teratur, menerima tamu karaoke selama ±5jam, menerima tamu utk berhub.seks 1 tamu/hari. Penghasilan sbg PK Rp 200-250rb/hr, bisa memperoleh tambahan sebanyak Rp 300rb utk layanan seks.

Melakukan hub.seks melalui vagina, tdk pernah oral/anal seks.

Memiliki pacar, kebiasaan tidak memakai kondom jk berhub.seks dgn pacar

Tidak pernah berhub.seks saat menstruasi Sejak 1 minggu yll, mengalami keputihan, baru

pertama kali. Keputihan tidak menggumpal, berbau, tdk nyeri/panas/gatal, setiap pagi hari menumpuk banyak di celana dalam.

Terakhir berhub.seks 1 dengan pelanggan 1 bln yll, dengan pacar 1 bulan yll. Tidak pernah berhub.seks dengan pria yang penisnya bengkak atau mengeluarkan nanah

Tidak memiliki kebiasaan mencuci vagina dengan sabun atau zat kimia lain, tidak memakai pantyliner, mengganti celana 2x/hari setiap mandi.

Memeriksakan tentang keluhannya 1 minggu yll, tidak diberi obat krn N sedang deman saat itu, N diperiksa dan diambil cairan vagina, dinyatakan keputihan dan diminta kontrol 1 minggu kemudian

Rutin mengikuti skrining dan VCT. Mengikuti sekolah setiap hari Kamis

dan senam setiap hari Jum’at dan Sabtu

Peran PE (peer educator) menurut N hanya sebatas menjual kondom, memberikan nasihat untuk menggunakannya jika berhub.seks, N membeli kondom kepada PE

Hasil screening : tidak terdapat anak asuh yang menderitai IMS. Jumlah WPS di Wisma Berkah sebanyak 15 orang dengan layanan

variatif. Memiliki kamar tamu 2 buah dan 1 room karaoke dan 1 room

operator dengan fasilitas AC, 3 kamar kost dan kamar mandi luar.

Harga sewa kost Rp 500rb/bln, harga sewa kamar tamu Rp 30rb/30mnt. Menarik Rp 15rb/pendapatan WPS

Pendapatan ± Rp 50juta/bulan

Nama Ny. W

Usia 47 tahun

Status Menikah

Pekerjaan Mucikari

Pekerjaan sebelumnya

WPS Argorejo

Nama wisma Wisma Berkah

Wawancara dilakukan di Wisma Berkah, tanggal 19 Maret 2015, pukul

20.00 dengan narasumber W

Rutin mengadakan pertemuan utk edukasi ttg hub seks yg aman, IMS dan HIV.

Menyarankan pemakaian kondom kpd anak asuh dan pelanggan.

Mengistirahatkan anak asuhnya jika anak asuhnya sedang sakit dan menyuruh memeriksakan diri ke klinik Griya Asa atau ke klinik 24 jam.

Memastikan stok kondom tiap minggu mencukupi di setiap WPS

Mendorong anak asuhnya untuk selalu mengikuti kegiatan wajib di SK

Melanggar kegiatan wajib di SK, pengasuh akan memberikan sanksi berupa teguran dan apabila tidak mengikuti pembinaan maka WPS harus membayar denda Rp100rb, dan Rp 50rb jika tdk mengikuti senam.

Pengasuh mengerti tentang HIV serta IMS dan penularannya krn pernah menjadi PE selama 4 tahun.

K telah direkrut menjadi peer educator selama kurang lebih 6 bulan. K mengaku banyak mendapatkan pengalaman selama menjadi PE. K dipilih menjadi PE karena dianggap pengurus adalah orang

yangmampu berkomunikasi dgn baik, aktif dlm berbagai kegiatan, mampu bersosialisasi dan paham tg Resosialisasi Argorejo

Nama Ny. K

Usia 27 tahun

Asal Situbondo

Status Janda

Jumlah anak 1

Pendidikan terakhir SD (tamat)

Mulai bekerja 2 tahun yll

Wawancara dilakukan di Wisma Blueberry, tanggal

23 Maret 2015, pukul 20.00 dengan narasumber K

Kegiatan PE berupa kegiatan di lingkungan sunan kuning maupun di luar sunan kuning.

Penyuluhan atau pelatihan mengenai kesehatan dari dinas kesehatan maupun lembaga lainnya

Setelah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan, K bertugas menyampaikan atau memberikan informasi kepada teman lainnya baik secara formal dalam kegiatan maupun secara individu.

Mendistribusikan kondom kepada WPS lain di gang 6.

Bertanggung jawab atas ketersediaan 24 dus kondom untuk setiap WPS per bulannya, serta mengenai keaktifan WPS dlm setiap kegiatan yang diadakan

K mengaku sangat senang menjadi PE, selain mendapat pengetahuan, serta sebagai salah satu tambahan modal

Wawancara ini dilakukan adalah untuk mengetahui tujuan diwujudkan resosialisasi di Sunan Kuning, tenaga penggerak resosialisasi, serta program-program yang diwujudkan oleh pihak resosialisasi di Sunan Kuning serta permasalahan yang timbul dan cara menanganinya.

Tujuan resosialisasi memastikan para WPS berada dalam

keadaan sentiasa sehat, d menjaga keamanan para WPS

Program-program Skrining terhadap Penyakit Infeksi menular

Seksual (IMS) dan HIV/AIDS. ▪ Setiap 2 minggu pada WPS yang tidak menderita IMS ▪ 1 minggu sekali pada WPS yang menderitai IMS.

Skrining HIV/AIDS di wujudkan program khusus yaitu VCT yang di anjurkan setiap 3 bulan

Program Pembinaan ini dilaksanakan pada setiap hari Senin untuk gang 1 dan 2, hari Selasa gang 3 dan 4, hari Rabu untuk WPS yang tinggal di kos, dan hari Kamis untuk gang 5 dan 6.

Kegiatan senam buat WPS yang dilaksanankan pada hari Jumat dan Sabtu

Wanita berusia 18 tahun >1hari keatas

Mempunyai surat keterangan ijin dari suami bagi yang sudah menikah. Jika calon WPS tidak menyertai surat keterangan ijin dari suami maka WPS dipulangkan ke daerah asalnya.

Sudah mengikuti skrining pada pertama kali datang di Sunan Kuning

Tidak memiliki catatan kriminal

Bukan pengguna NAPZA Bersedia tidak bertato Selalu menyetok,

menawarkan dan memakai kondom

Bersedia menaati segala peraturan lain yang dikeluarkan oleh Resosialisasi Argorejo

Sanksi Sanksi dan peraturan yang diwujudkan

di Sunan Kuning ini adalah bertujuan untuk memastikan WPS yang berkerja di Sunan Kuning berdisiplin dan untuk mengurangi jumlah WPS yang menderitai IMS dan HIV/AIDS.

Terdiri dari 3 indikator utama yaitu kesehatan, keamanan dan pengentasan.

Kesehatan: program skrining penyakit IMS dan HIV/AIDS, targetnya dengan menurunkan angka IMS <10%, program dilakukan setiap 2 minggu pd WPS non IMS dan setiap 1 minggu pd WPS dgn IMS. Skrining HIV/AIDS dilakukan VCT tiap 3 bulan

Keamanan: lokal (warga) dan terkait (babinkamtibmas dan babinsa, polsek, polda dan PM)

Pengentasan: pembinaan yang dilakukan oleh pihak Resosialisasi Argorejo. Bentuk pembinaan berupa keterampilan salon, tata boga, jahit-menjahit.

Hari, tanggal : Kamis, 19 Maret 2015 Jam : 09.00-12.00 WIB Lokasi : Sunan Kuning Pelaksana : Pengurus Resosialisasi, PKBI,

Kepolisian Sektor Semarang Barat

Peserta : Seluruh WPS gang 4, 5 dan 6 Laporan

Telah dilaksanakan kegiatan pembinaan yang meliputi penyuluhan tentang kesehatan, skrining pada seluruh WPS gang 4, 5 dan 6. Kegiatan ini bertujuan untuk membina kesehatan masing-masing peserta, memberikan kesadaran serta pemahaman akan pentingnya mencegah terinfeksi penyakit IMS. Selain itu, diharapkan baik WPS maupun pengasuh menjadi lebih disiplin untuk menjaga tingkah laku di luar area Resosialisasi.

Sulitnya pemantauan mengenai penggunaan kondom pada saat berhubungan seks antara WPS dengan pelanggan

WPS yang takut akan kehilangan pelanggan maupun berkurangnya pendapatan oleh karena pelanggan yang tidak menyukai pengunaan kondom pada saat berhubungan seks.

Sulitnya mengontrol perilaku seksual pasangan atau pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom ketika berhubungan.

Pekerjaan sebagai WPS pun diakui masih menjadi pilihan karena pendapatan yang besar dan tidak adanya keterampilan atau kemampuan di bidang lainnya. Sehingga, masih banyak yang memilih pekerjaan ini untuk mencari nafkah dan menghidupi keluarga.

Pengasuh sulit mengontrol WPS yang tinggal di luar wisma. Pengasuh tidak bisa mengetahui apa saja yang dilakukan WPS di luar wisma

Memberlakukan sistem denda untuk para WPS yang tidak hadir ketika jadwal wajib skrining untuk seluruh WPS ataupun jadwal yang ditentukan oleh dokter untuk WPS yang terinfeksi penyakit menular seksual.

Menghentikan kegiatan pelayanan oleh para WPS yang menderita IMS. Hal ini harus dilakukan untuk menghindari penyebaran IMS. Alangkah baiknya, diberikan denda atau sanksi untuk WPS yang masih melayani pelanggan apabila diketahui masih melayani pelanggan pada saat menderita IMS.

Dokter yang memeriksa memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada WPS yang terkena IMS.

Kepada pengurus agar selalu memberikan motivasi kepada WPS untuk mengumpulkan modal sehingga nantinya dapat keluar dari SK dan bekerja mandiri untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.