51
PENULIS : IRFAN SIDIQ FAK/ JUR : FKIP/ PENJASKESREK KELAS : 3.F FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

P. Point Biomekanika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P. Point Biomekanika

PENULIS : IRFAN SIDIQ

FAK/ JUR : FKIP/ PENJASKESREK

KELAS : 3.F

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

Page 2: P. Point Biomekanika

PENGERTIAN BIOMEKANIKA Belajar ada 2 cara yaitu:

1. Dengan pengalaman.

2. Dengan ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri orang belajar dengan Pengalaman:

Cara berfikirnya masih tradisional.

Sifatnya masih dogmatis.

Tidak toleran.

Tidak mau terima pendapat.

Page 3: P. Point Biomekanika

Ciri-ciri orang belajar dengan ilmu

pengetahuan:

• Cara berfikirnya tidak tradisional.

• Sifatnya masih Lugas dan Obyektif.

• Toleran.

• Mau terima pendapat.

Pengetahuan Ilmiah dapat diperoleh dengan

cara Berfikir, Diskusi, Membaca,

perpustakaan, observasi, eksperimen dan

tukar pikiran.

Page 4: P. Point Biomekanika

BIOMEKANIKA Menurut Engels F. (1958) masalah utama dunia

olahraga ialah mengakui prinsip-prinsip mekanika dari gerakan manusia. Semua gerakan pada manusia terjadi atas dasar atau prisip mekanika.

Biomekanika adalah Ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama sistem lokomotor dari tubuh.

Lokomotor=kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karena tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya

Page 5: P. Point Biomekanika

TUJUAN BIOMEKANIKA 1. Menambah pengetahuan dasar sehingga kita

mempunyai cakrawala yang lebih luas tentang gerakan

tubuh.

2. Kemampuan untuk mengetahui manfaat mekanis dari

gerakan.

3. Mengetahui persyaratan-persyaratan teknis dari setiap

tugas gerak.

Page 6: P. Point Biomekanika

Gerak itu Efisien bila 1. Kelompok otot yang besar bekerja lebih dulu.

2. Melakukan tugas/tugas dengan penuh gairah.

3. Mengeluarkan tenaga secara intelijen, artinya ada Koordinasi yang baik, dan saat timing yang tepat.

4. Bergerak secara Proporsional, dilakukan dengan Ekonomis dan Otomatis.

Page 7: P. Point Biomekanika

Gerak yang tidak Efisien 1. Penghamburan tenaga dan ketegangan yang

berlebihan.

2. Kelelahan fisik yang terlalu cepat, dan kelelahan psikis.

3. Kelesuan.

4. Rasa Nyeri.

5. Frustasi.

Page 8: P. Point Biomekanika

Sejarah Perkembangan Biomekanika 1. Leonardo Da Vinci (1452-1519), seorang seniman dan

cendikiawan berkebangsaan italia, menaruh perhatian yang besar terhadap dasar-dasar mekanis pada gerakan tubuh manusia.

2. Borelli (1679), seorang matematikus dr italia untuk pertama kalinya secara ekperimental menentukan kedudukan titik berat badan manusia.

3. W dan E. Weber (1839), Physiologi berkebangsaan jerman menyelidiki teknik berjalan dan mereka menulis tentang “Mechanik der menslichen Gehwerkzeuge”. Teorinya mengenai locomotion, khususnya gerak bandul (pendulum) dan gerakan siklis tungkai yang terjadi karena pengaruh gaya berat, telah dikembangkan kemudian oleh ahli-ahli lainnya.

Page 9: P. Point Biomekanika

4. Marey (1880), seorang peneliti dari perancis telah mengembangkan Fotografi dan pencatat dinamografi secara pneumatis.

5. Brauns dan Fischer, sarjana dari jerman pada pergantian abad ini, juga mempelajari teknik berjalan dan kedudukan titik berat dari tiap-tiap anggota tubuh.

6. Abalokov dari uni sovyet telah mengembangkan konstruksi khusus dinamografi untuk pengukuran biomekanika.

Page 10: P. Point Biomekanika
Page 11: P. Point Biomekanika
Page 12: P. Point Biomekanika

A

P Q

Page 13: P. Point Biomekanika

TITIK BERAT Titik Berat adalah titik dimana gaya

berat benda atau anggota tubuh itu

bekerja. Dapat juga dikatakan

bahwa titik berat adalah titik yang

mewakili berat dari benda atau tubuh

Page 14: P. Point Biomekanika

Maksud dan Tujuan

1. Membuat sikap yang benar.

2. Bergerak dengan benar.

3. Dapat memperbaiki gerakan yang salah.

4. Meningkatkan Efisiensi dan keterampilan dalm kegiatan

olahraga.

Page 15: P. Point Biomekanika

Letak Titik Berat Badan Titik berat badan pada sikap anatomis letaknya adalah

sebagai berikut :

1. Pada sikap tegak/sikap sempurna, tinggi dari titik

berat badan ± 57 % dari tinggi badannya.

2. Letak titik berat badan, kurang lebih 2,5 cm di bawah

Promontorium(antara ruas pinggang dan tulang kemudi).

Page 16: P. Point Biomekanika

3. Titik berat badan berada didalam panggul, di depan

tulang kemudi yang kedua.

4. Pada sikap normal, letak titik berat badan berada di

N, pada sikap istirahat di G dan pada sikap

bersiap/militer letaknya di M.

5. Titik berat adalah maya, oleh karena itu ada

kemungkinan titik berat tersebut berada di luar

benda/badan.

Page 17: P. Point Biomekanika

Berat kepala = 6,9 %

Berat leher = 1 % = 59 %

Berat badan = 51 %

Berat lengan atas = 2,7 %

Berat lengan bawah = 1,6 % = 4,9 % 2L

Berat tangan = 0,6 %

Berat tungkai atas = 9,7 %

Berat tungkai bawah = 4,5 % = 31,2 % 2T

Berat kaki = 1,4 %

Berat seluruh tubuh = 100 %

Page 18: P. Point Biomekanika

Segmen tubuh Braunce

& fischer

Menurut Borelli Dempster Perkiraan

umum Laki-laki Perempuan

% % % % %

Kepala Togok 7,06

42,70

6,72

43,30

8,12

43,90

6,9

46,1

7

43

Panggul

Tungkai

Kaki

11,58

5,27

1,79

12,21

4,65

1,56

12,89

4,34

1,29

10,7

4,7

1,7

12

5

2

Bahu

L. Bawah

Tangan

3,36

2,28

0,84

2,65

1,82

0,70

2,60

1,82

0,55

3,3

2,1

0,8

3

2

1

Berat

Keseluruhan

100

100 100 100 100

Tabel berat relatif dari segmen tubuh manusia

Page 19: P. Point Biomekanika

Letak titik berat badan berubah-ubah

Letak titik berat badan menurut :

Croskey :

laki-laki = 56,16 % X tinggi badan (rata-rata 55-58 %).

Perempuan = 55,44 % X tinggi badan (rata-rata 54-58 %).

Hellebrandt dkk :

perempuan = 55,17 % X tinggi badan (rata-rata 53-59 %).

Palmer :

laki-laki dan perempuan 55,7 % X tinggi ± 1,4 cm.

Page 20: P. Point Biomekanika
Page 21: P. Point Biomekanika

KESETIMBANGAN Dalam ilmu pengetahuan dapat dibedakan tiga macam

kesetimbangan :

1. Stabil.

2. Labil .

3. Indifferent.

Kesetimbangan ditentukan oleh 3 faktor :

1. Letak t.b.b terhadap poros.

2. Luas bidang alasnya

3. Letak t.b.b terhadap bidang tumpuan.

Page 22: P. Point Biomekanika

a. Letak t.b.b terhadap poros yaitu bila tbb berada pada

garis gaya-berat/garis vertikal, dan berada dibawah

poros-geraknya, maka benda dalam keadaan

stabil;sebaliknya bila tbb berada diatas poros-geraknya,

benda dalam keadaan labil.

Page 23: P. Point Biomekanika

b. Bila bidang tumpuannya cukup luas, benda dalam

keadaan stabil, sebaliknya bila tumpuan realatif

kecil benda ada dalam keadaan labil.

c. Bila bidang tumpuan cekung/concaf(sehingga bila

benda itu bergeser/bergerak, tbb-nya naik),

benda ada dalam keadaan stabil. Sebaliknya bila

tumpuannya cembung/convex, benda ada dalam

keadaan labil.

Page 24: P. Point Biomekanika

Tiga Macam Kesetimbangan

STABIL LABIL INDIFFERENT

Letak t.b

terhadap poros

Luas Bidang

Tumpuan

Letak t.b

terhadap bidang

tumpuan

Page 25: P. Point Biomekanika

Batasan Stabil, Labil dan Indifferent

Stabil. Suatu benda atau seseorang itu dalam kesetimbangan stabil, kalau benda atau orang tersebut mendapat pengaruh dari luar (pengaruh yang relatif), kesetimbangannya tidak berubah atau kembali dalam kesetimbangan yang semula.

Page 26: P. Point Biomekanika

CONTOH STABIL

G

B

G

B

Page 27: P. Point Biomekanika

LABIL Labil. Suatu benda atau seseorang itu

dalam kesetimbangan labil, kalau benda

atau orang tersebut mendapat pengaruh

dari luar(pengaruh yang relatif kecil)

kesetimbangannya akan hilang/jatuh.

Page 28: P. Point Biomekanika

CONTOH LABIL

G

B

G

B

Page 29: P. Point Biomekanika

INDEFFERENT Indefferent. Suatu benda atau seseorang

dalam kesetimbangan indeffernt, kalau benda atau orang tersebut mendapat pengaruh dari luar(pengaruh yang relatif kecil) kesetimbangannya berubah (tidak hilang) atau dalam kesetimbangan baru.

Page 30: P. Point Biomekanika

CONTOH INDIFFERENT A1 A2 A3

Page 31: P. Point Biomekanika

HUKUM KESETIMBANGAN Hukum Kesetimbangan I

Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuan.

Hukum Kesetimbangan II

Stabilitias berbanding lurus*) dengan luas bidang tumpuannya.

Artinya makin luas bidang tumpuan, makin besar stabilitasnya;sebaliknya makin kecil bidang tumpuan,makin kecil pula stabilitasnya.

Page 32: P. Point Biomekanika

Hukum Kesetimbangan III

Stabilitas berbanding lurus dengan berat benda/badan.

Artinya semakin berat badan seseorang, semakin besar

stabilitasnya;sebaliknya semakin ringan badan seseorang

semakin kecil stabilitasnya.

Hukum Kesetimbangan IV

Stabilitas berbanding lurus dengan jarak horozontal dari

t.b.b. terhadap sisi bidang tumpuan kearah mana

benda/badan bergerak.

Artinya makin besar jarak horizontal kearah tertentu,

makin besar stabilitasnya kearah tersebut;sebaliknya

makin kecil jarak horizontal, makin kecil stabilitasnya.

Page 33: P. Point Biomekanika

Hukum Kesetimbangan V

Stabilitas berbanding terbalik*0 dengan jarak vertikal

dan t.b.b terhadap bidang alasnya.

Artinya makin besar jarak vertikalnya, makin kecil

stabilitasnya;sebaliknya makin kecil jarak vertikalnya,

makin besar stabilitasnya

Page 34: P. Point Biomekanika
Page 35: P. Point Biomekanika

TUAS Tuas ialah suatu mekanisme

penggerak pada sebuah

benda, berupa dua buah

momen yang bekerja

berlawana terhadap

porosnya.

Page 36: P. Point Biomekanika
Page 37: P. Point Biomekanika
Page 38: P. Point Biomekanika
Page 39: P. Point Biomekanika
Page 40: P. Point Biomekanika
Page 41: P. Point Biomekanika
Page 42: P. Point Biomekanika
Page 43: P. Point Biomekanika

Kerjakan dirumah dikumpulkan 1 minggu sebelum UAS

Page 44: P. Point Biomekanika

KECEPATAN (VELOCITY) Seorang sprinter yang sedang berlari, mempunyai kecepatan

tertentu. Betapa cepatnya ia berlari tergantung dari panjang jarak yang ditempuh, dan lamanya waktu tempuh. Kecepatan adalah kata sifat dari berubah atau berpindahnya suatu benda. Bola yang dilempar atau ditendang atau dipukul, semisal pukulan servis tennis lapangan, dapat bergerak dengan kecepatan 120 km/jam. Kalau seorang sprinter menempuh jarak 100 m dalam waktu 12 detik, berarti kecepatannya adalah 100 : 12 = 8,3 m/dtk. Ini adalah kecepatan rata-rata, sedang dalam kenyataannya kecepatan berlari sprinter tersebut tidaklah tetap.

Kecepatan ada yang tetap (konstan), dan ada pula yang berubah. Kecepatan yang berubah, ada yang meningkat (dipercepat) dan ada pula yang menurun (diperlambat).

Page 45: P. Point Biomekanika

Gerak Lurus Beraturan Gerak lurus beraturan adalah gerak dengan lintasan yang

lurus dan kecepatannya tetap (konstan). Dikatakan

beraturan sebab setiap periode (kesatuan waktu tertentu)

jarak yang ditempuh selalu sama (teratur). Kalau misalnya

orang yang lari dengan kecepatan yang tetap dan diukur

setiap 10 detik, maka jarak yang tercatat adalah tetap

sama.

Page 46: P. Point Biomekanika

Bila seorang pelari/sprinter menempuh jarak 100 m

dalam waktu 10 detik maka satuan jaraknya adalah

meter dan satuan waktunya detik. Dari penjelasan di

atas dapat dikatakan bahwa “ Kecepatan adalah

perbandingan antara jarak (panjangnya lintasan) dan

waktu (lamanya gerak)” dengan perkataan lain

“jarak yang ditempuh dibandingkan dengan lamanya

perjalanan melukiskan betapa cepatnya suatu gerak”

Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam

satuan waktu

Page 47: P. Point Biomekanika

Kecepatan disingkat dengan V (velocity), jarak disingkat dengan S (spatium) dan waktu disingkat dengan t (tempus, tempo). Rumus untuk mencari besarnya kecepatan adalah :

Kecepatan = Jarak : Waktua

V = S : t

Rumus di atas menyatakan bahwa, kecepatan berbanding lurus dengan jarak, hal ini berarti : “Makin besar S, makin besar pula V” dan “Makin kecil S, makin kecil pula V”.

Sedangkan dari rumus di atas berlaku pula bahwa, kecepatan berbanding terbalik dengan waktu, hal ini berarti : “Makin besar t, makin kecil V” dan “Makin kecil t, makin besar V”.

Page 48: P. Point Biomekanika

Pada aktifitas olahraga, kecepatan merupakan factor yang utama untuk berprestasi. Misalnya pada tolak peluru makin panjang awalan yang digunakan dan makin singkat pelaksanaannya dari awalan tersebut, makin cepat jalannya peluru dan berarti pula makin jauh jatuhnya peluru.

Kalau kita menghendaki kecepatan (V) sebesar-besarnya, maka jarak (S) harus sebesar-besarnya dan waktu (t) harus sekecil-kecilnya.

Page 49: P. Point Biomekanika

CONTOH SOAL 1. Kalau seorang sprinter (100 m) lari dengan

kecepatan 11 detik, berapakah kecepatan rata-ratanya ?

Jawab : V = S/t = 100 m / 11 dtk = 9,09 m/dtk

2. Kalau mobil kecepatannya 80 km/jam, berapakah jarak yang ditempuh setelah 15 menit ?

Jawab : V = S/t, S = V x t, 15 menit = ¼ jam sehingga, S = 80 x ¼ = 20 km

Page 50: P. Point Biomekanika

3. Seorang sprinter 100 m dengan kecepatan 12,5 detik, kecepatan rata-ratanya besar mana dibanding dengan kecepatan mobil 30 km/jam ?

Jawab : Kecepatan rata-rata sprinter = 100 / 12,5 = 8 m/dtk Kecepatan mobil 30 km/jam, berarti 1 jam = 30.000 m

1 menit = 30.000 / 60 = 500 m, dan 1 detik = 500 / 60 = 8,3 m

Jadi kecepatan mobil lebih besar dari sprinter.

4. Pada perlombaan lari sprint 100 m, pelari A kecepatannya 9 m/dtk, dan pelari B 8 m/dtk. Saat sampai digaris finish B ketinggalan berapa meter dari A ?

Jawab : I. saat A sampai digaris finish, waktunya adalah :

V = S / t ; S = V x t ; t = S / V = 100 / 9 = 11,11 dt Pada saat A sampai di finish, B menempuh jarak S = V x t

8 x 11,11 = 88,88 m, jadi B ketinggalan 100 – 88,88 = 11,12 m

II. saat A sampai di finish, waktunya 100 / 9 = 11,11 dtk

saat B sampai di finish, waktunya 100 / 8 = 12,50 dtk atau B ketinggalan jarak 1,39 x 8 = 11,12 m

Page 51: P. Point Biomekanika

5. Pada perlombaan lari 200 m, tiga orang pelari pada saat tertentu berada pada posisi sebagai berikut : Pelari A berada 70 m menjelang garis finish, Pelari B berada 80 m menjelang garis finish, dan Pelari C berada 90 m menjelang garis finish. Kalau kecepatan ketiga pelari konstan (tetap) sebesar A = 8 m/dtk, B = 9,3 m/dtk, dan C = 9,5 m/dtk.

a. Siapakah yang mencapai garis finish lebih dahulu ?

b. Siapakah pelari kedua yang mencapai finish ?

c. Pelari ketiga ketinggalan berapa m dari yang pertama dan kedua ?

Jawab : waktu tempuh (t) = jarak (S) / kecepatan (V)

Pelari A, jarak 70 m dengan kecepatan 8 m/dtk t = 70 / 8 = 8,75 dtk

Pelari B, jarak 80 m dengan kecepatan 9,3 m/dtk t = 80 / 9,3 = 8,60 dtk

Pelari C, jarak 90 m dengan kecepatan 9,5 m/dtk t = 90 / 9,5 = 9,47 dtk

yang mencapai garis finish lebih dahulu adalah B

yang mencapai garis finish kedua adalah A

pelari C ketinggalan waktu dari B, 9,47 – 8,60 = 0,87 dtk

atau ketinggalan jarak S = V x t = 9,5 x 0,87 = 8,265 meter

pelari C ketinggalan waktu dari A, 9,47 – 8,75 = 0,72 dtk

atau ketinggalan jarak S = V x t = 9,5 x 0,72 = 6,84 meter