Upload
nandajessica
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
D
Citation preview
PANKREATITIS
A. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi1,2
Pankreas adalah kelenjar asesori pencernaan, terletak memanjang pada daerah
retroperitoneal dan terletak melintang pada posterior dinding abdomen. Terletak pada baian
posterior antara gaster, dextra berbatasan dengan duodenum, dan sinistra berbatasan dengan
limpa.
Organ pankreas terdiri atas caput, collum, corpus dan kauda, selain itu juga terdapat proc
ucinatus yang merupakan bagian kaput yang menonjol ke bawah.
Sistem saluran pancreas terdiri atas saluran wirsung yang dimulai dari cauda sampai ke
caput pancreas dan bergabung dengan saluran empedu di ampula hepatiko-pankreatikauntuk
selanjutnya bermuara pada papilla vater. Saluran pancreas minor sartorini atau duktus
asesorius pankreatikus bermuara di papilla mayor terletak kira – kira 2 cm proksimal dari
papilla mayor. Ditemukan 60 – 70% variasi dari anatomi normal. Kira – kira 30% saluran
sartorini tidak masuk ke duodenum, 5-10% saluran sartorini bergabung dan duktus wirsung
menjadi saluran utama masuk ke papilla mayor, atau sama sekali tidaj ada sama sekali
saluran santorini. Variasi anatomi terakhir ini disebut pakreas divisum. Diameter saluran
pancreas yang awalnnya pada dewasa muda sebesar 3- 4 mm, dengan bertambahnya umur
bias mencapai 5 – 6mm.
Pancreas cukup kaya akan pasokan darah arteri. Caput pancreas divaskularisasi oleh
lengkungan anterior dan posterior yang berasal dari a.gastroduodenalis, kemudian korpus dan
cauda pancreas divaskularisasi oleh cabang a.lienalis.
Aliran limfa dari pankreas bagian cranial masuk ke kelenjar limfa didaerah hilus limfa,
kekelenjar limfa yang terletak di alur antara duodenum dan pancreas, dan ke kelenjar subpilorik.
Aliran limfa dari bagian anterior masuk ke kelenjar limfa disekitar pembuluh pankreatika
superior, gastrika superior, dan kelenjar limfa disepanjang arteri hepatika, sedangkan dari bagian
posterior aliran limfa masuk ke kelenjar limfa disekitar pembuluh pankreatika inferior,
mesokolika, mesenterika superior, dan aorta.
Saraf simpatis ke pankreas berasal dari n. Splanknikus mayor dan minor melalui pleksus
dan ganglion seliakus. Serat saraf ini membawa serat nyeri eferen dari pankreas. Tindakan
membius sementara pleksus seliakus atau memotong saraf splanknikus ini membuat nyeri
yang disebabkan tumor pankreas atau pankreatitis kronik bisa hilang.
Pankreas3,13
b. Fisiologi 2,4
Pancreas memiliki 2 fungsi, yaitu :
1. Fungsi endokrin, terdiri dari 3 jenis sel :
a) Sel α
Sel α berfungsi untuk menghasilkan glukagon, yang berguna untuk meningkatkan
kadar glukagon, menurunkan kadar glukosa,
b) Sel β
Sel β berfungsi untuk memproduksi insulin, kerjanya terbalik dengan sel α yaitu
untuk menurunkan kadar glukagon, dan meningkatkan kadar glukosa
c) Sel delta
Belum diketahui fungsi
Ketiga macam sel ini terdapat di pulau – pualu langerhans, yang mana terdiri atas
200.000 – 2 juta sel.
2. Fungsi eksokrin terdapat kurang lebih 9 enzim yang juga ikut membentuk protein,
mengandung banyak elektrolit, dan menghasilkan biksrbonat untuk menetralisirkan
asam lambung yang masuk ke duodenum.
Terdapat 3 hormon yang menstimulasi sekresi pancreas :
1. Sekretin
Dihasilkan oleh duodenum dan merangsang pengeluaran bikarbonat
2. Pancreozymin
Dihasilakn oleh duodenum dan mungkin juga oleh jejunum dan antrum di lambung.
Makanan yang masuk akan merangsang sel – sel duodenum mengeluarkan
pancreozymin yang kemudian akan merangsang pakreas.
3. Gastrin
Merangsang asam lambung dan pancreas.
Hromon lain adalah cholecystokinin yang menyebabkan relaksasi sfingter pancreas dan
ductus choledocus.
B. Defenisi2,5,6
Pancreatitis merupakan radang pada pancreas yang disertai manifestasi local dan
sistemik, kebanyakan bukan disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, namun akibat
autodigestive oleh enzim pancreas yang keluar dari saluran pancreas.
Secara klinis pankreatitis dibagi menjadi dua, yaitu pankreatitis akut dan pankreatitis
kronis. Pankreatitis akut merupakan suatu kondisi peradangan nonbakterial akut pada
pankreas, berawal dari aktivasi enzim pencernaan yang ditemukan dalam sel – sel asinar,
sehingga menyebabkan gangguan pada sel itu sendiri, jaringan didekatnya dan organ lain
yang bersifat reversibel. Sedangkan pankreatitis kronis merupakan suatu kondisi peradangan
pada pankreas yang ditandai dengan kerusakan fibrotik yang progresif dari parenkim
sekretori pankreas yang bersifat ireversibel
C. Epidemiologi 5,6
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pancreatitis akut cukup banyak dan di bagi
dalam beberapa kelompok. Penyakit pada traktus biliaris dan alcohol menempati 80%
penyebab pancreatitis akut.
Insiden pancreatitis kronik di Negara maju kira kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun.
Iisden makin meningkat tiap tahun. Prevalensinya antara 25 – 35 per 100.000 penduduk
dewasa.
Pankreatitis Akut
A. Etiologi5,7
a) Batu empedu
Merupakan peyebab paling umum dari pancreatitis dimana dari semua kasus pancreatitis
60% di akibatkan olah batu empedu. Sekitar 5% dari individu dengan batu empedu dapat
beresiko untuk menajdi pancreatitis akut. Biasanya terjadi pada mereka yang memiliki
batu – batu empedu yang kecil, saluran ductus yang panjang, dan individu dengan
choledocholithiasis.
b) Alkohol
Alkohol adalah penyebab tersering kedua pankreatitis akut. Pasien dengan riwayat
minum alkohol 5-15 tahun merupakan salah satu penyebab utama pankreatitis akut.
Alkohol mengurangi jumlah inhibitor tripsin sehingga pankreas menjadi mudah dirusak
tripsin. Selanjutnya sekresi pankreas yang pekat yang ditemukan pada pasien-pasien
alkoholik, seringkali mengandung small protein plugs, yang berperan pada pembentukan
batu didalam saluran-saluran pankreas. Obstruksi saluran-saluran pankreas yang kecil
oleh plugs ini dapat merusak asinus pankreas
c) Postoperatif dan post-ERCP pancreatitis
Operasi pada daerah pankreas dan sekitarnya berhubungan dengan kejadian kecil tapi
signifikan pasca operasi atau pascaprosedur pankreatitis akut. Operasi gaster dan
hepatobilier terkait dengan insiden tertinggi operasi pada pankreas itu sendiri.
Pankreatitis pasca operasi dapat parah dan berhubungan dengan mortalitas yang
signifikan. Insiden keseluruhan pasca-ERCP pankreatitis adalah 1%, tapi insiden tersebut
lebih tinggi bila instrumentasi luas atau manipulasi papilla diperlukan. Sphincterotomy
endoskopi berhubungan dengan pankreatitis akut di 3% sampai 4% dari kasus.
d) Hiperlipidemia
Sebuah insiden yang lebih tinggi dari pankreatitis akut telah diakui dalam beberapa jenis
hyperlipidemias, terutama Tipe I, IV dan V. Beberapa pasien memiliki serum susu
selama serangan pankreatitis akut, karena elevasi besar trigliserida. Fenomena ini dapat
dilihat pada individu tanpa hiperlipidemia familial, mungkin sekunder untuk pankreatitis
akut berat. Oleh karena itu, ketika hiperlipidemia familial dicurigai, penyelidikan penuh
harus menunggu resolusi total pankreatitis tersebut. Pasien dengan hiperlipidemia
familial menunjukkan kadar trigliserida serum tinggi tetapi kolesterol normal.
Hiperlipidemia dapat berhubungan dengan beberapa serangan terberat necrotizing
pankreatitis.
e) Hiperkalsemia
Kedua hiperparatiroidisme primer dan sekunder dapat berhubungan dengan pankreatitis
akut. Meskipun mekanisme tidak diketahui, kalsium tidak hanya pelepas potensial
peptida yang merangsang pankreas, tetapi juga sebagai mekanisme sekunder intraseluler
menyebabkan sintesis dan sekresi enzim pankreas.
f) Obat-obatan
Beberapa obat yang berhubungan dengan pankreatitis akut. Yang paling umum adalah
diuretik thiazide, kortikosteroid, estrogen, azathioprine, angiotensin-converting enzyme
(ACE), sulfonamid, dan tetrasiklin.
g) Karsinoma pancreas
Kadang-kadang, karsinoma pankreas menyajikan dengan serangan pankreatitis akut,
mungkin karena obstruksi saluran pankreas oleh tumor.
h) Penyebab lain
Pankreatitis akut dapat terjadi setelah trauma, transplantasi organ, atau infeksi virus
seperti mumps, Epstein-Barr, virus coxsackie atau. Infeksi bakteri Campylobacter dan
dengan infestasi ascariasis dan Clonorchis sinensis juga telah dikaitkan dengan
pankreatitis akut. Asosiasi pankreas divisum dengan pankreatitis akut belum didukung
oleh penelitian kejadian di kelompok besar pasien.
Etiologi Pancreatitis akut
B. Patofisiologi5,8
Dalam keadaan normal pánkreas terlindungi dari efek enzimatik enzim digestinya
sendiri7. Enzim ini disintesis sebagai zimogen yang inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan
rantai peptik secara enzimatik. Enzim proteolitik ( tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase,
elastase ) dan fosfolipase A termasuk dalam kelompok ini. Enzim digestif yang lain seperti
amilase dan lipase dibentuk sebagai enzim inaktif dan disimpan dalam butir zimogen
sehingga terisolasi oleh membran fosfolipid didalam sel asini.
Selain itu, terdapat inhiibitor didalam jaringan pankreas, cairan pankreas dan serum
sehingga dapat menginaktivase protease yang diaktivasi terlalu dini. Dalam proses aktivasi
enzim didalam pankreas, peran penting terletak pada tripsin yang mengaktivasi semua
zimogen pankreas yang terlihat dalam proses autodigesti ( kimotripsinogen, proelastase,
fosfolipase A ).
Hanya lipase yang aktif yang tidak tergantung pada tripsin. Aktivasi zimogen secara
normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan mulanya aktivasi tripsin
yang kemudian mangaktivasi zimogen yang lain. Jadi diduga bahwa aktivasi dini tripsinogen
menjadi tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim dan autodigesti pankreas.
Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah refluks isi duodenum
dan refluks cairan empedu. Aktivasi sistem komplemen, stimulasi, sekresi enzim yang
berlebihan. Isi duodenum merupakan campuran enzim pankreas yang aktif, asam empedu,
lisolesitin dan lemak yang telah mengalami emulsifikasi, semuanya ini mampu menginduksi
pankreatitis akut. Asam empedu mempunyai efek detergen pada pankreas, meningkatkan
aktivasi lipase dan fosfolipase A, memecah lesitin menjadi lisolesitin dan asam lemak serta
menginduksi spontan sejumlah kecil tripsinogen sehingga berikutnya mengaktivasi proenzim
pankreas yang lain. Selanjutnya, perfusi asam empedu kedalam duktus pankreatikus yang
utama menambah permeabilitas sehingga mengakibatkan perubahan struktural yang jelas.
Perfusi 16,16 dimetil prostaglansin E2 mengubah penemuan histologik pankreatitis tipe
edema ke tipe hemoragik.
Kelainan histologis utama yang ditemukan pada pankreatitis akut adalah nekrosis
koagulasi parenkim dan piknosis inti atau kariolisis yang cepat diikuti oleh degradasi asini
yang nekrotik dan absorpsi debris yang timbul. Adanya edema, perdarahan dan trombosis
menunjukkan kerusakan vaskular yang bersamaan.
Patofisiologi pankreatitis akut.15
C. Patologi8
Terdapat dua bentuk anatomis yang utama yakni pankreatitis akut interstisial dan
pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik. Manifestasi klinisnya dapat sama, kedua bentuk
tersebut dapat pula berakibat fatal walau lebih sering pada bentuk yang kedua.
Pemeriksaan pencitraan kini dapat secara tepat membedakan kedua bentuk tersebut.
a) Pankreatitis akut interstisial
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat7. Tidak
didapatkan nekrosis atau perdarahan atau bila ada minimal sekali. Secara mikroskopik,
daerah interstisial melebar karena adanya edema ekstra selular, disertai sebaran sel-sel
leukosit Polimorfonuklear. Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-bahan purulen.
Tidak didapatkan destruksi asinus7.
b) Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan
inflamasi. Tanda utama ádalah adanya nekrosis lemak pada jeringan-jaringan di tepi
pánkreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan
perdarahan dan dapat mengisi ruang retroperitoneal7. Bila penyakit berlanjut dapat timbul
abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya Bakteri
sehingga dapat menimbulkan abses purulen. Gambaran mikroskopis ádalah Adanya
nekrosis lemak dan jeringan pánkreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan
berdarah ditemukan tersebar pada jeringan yang rusak dan jeringan-jaringan yang mati.
Pembuluh-pembuluh didalam dan disekitar daerah yang nekrotik menunjukkan kerusakan
mulai dari inflamasi perivaskular, vaskulitis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.
D. Manifestasi Klinis2,7,9,10
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri epigastrium yang timbul setelah makan
atau setelah meminum alcohol. Nyeri dapat timbul tiba – tiba atau perlahan – lahan. Nyeri
berkurang bila pasien duduk membungkuk dan bertambah bila terlentang. Muntah tanpa
mual dulu sering dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi sewaktu lambung sudah
kosong.
Nyetri tekan pada region epigastrium dapat menimbulkan nyeri, demam, takikardi. Syok
dapat terjadi bila banyak carian dan darah hilang di daerah retroperitonium atau
intraperitonium. Rangsangan cairan pancreas dapat menyebar ke perut bawah atau ke rongga
dada kiri sehingga dapat terjadi efusi pleura kiri. Dapat terjadi ileus paralitik, juga gagal
ginjal akut.
Dapat pula ditemukan ikterus akibat pembengkakan caput pancreas atau hemolisis sel
darah merah
Perubahan pada gambaran klinis. Tetanus dapat timbul bila terjadi hipokalsemia.
Terdapat tanda gray – turner yaitu perubahan warna di daerah perut samping berupa bercak
darah, dan tanda Cullen yang berupa bercak darah di daerah umbilikus. Tanda ini
menunjukan luasnya perdarahan retroperitoneal dan subkutis.
Tanda Gray-Tunner
Tanda Cullen
Perubahan gambaran klinis :
Fase hipofolemik, ditandai dengan :
Terjadi pada 24 jam pertama, ditandai dengan
Syok hipovolemi
Vasodilatasi seistemik
Nyeri abdominal, muntah, demam
Pelepasan faktor depresi miokard
hipotensi
Fase respiratori
Antara 48 – 72 jam, ditandai dengan :
Takipnea
Hipoksemia
Acute respiratory distress syndrome (pada kasus yanglebih berat)
Fase septic
Biasanya setelah 2 sampai 3 minggu,
Infeksi nekrosis
Asbes pancreas
Infected pseudocyst
Cholangitis acute
E. Diagnosis2,7,9,10,11
1. Anamnesis
Pada anamnesa dapat ditanyakan riwayat serangan yang timbul setelah makan atau
setelah minum alkohol. Rasa nyeri perut timbul tiba-tiba atau mulai secara perlahan.
Nyeri dirasakan di daerah pertengahan epigastrium dan biasanya menjalar menembus
kebelakang. Rasa nyeri hilang bila pasien duduk membungkuk dan bertambah bila
terlentang. Muntah tanpa mual dulu sering dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi
sewaktu lambung kosong..
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut tegang dan sakit terutama bila ditekan. Kira-kira
90% disertai demam, takikardi. Syok dapat terjadi bila banyak cairan dan darah hilang di
daerah retroperitoneal atau intraperitoneal apalagi bila disertai muntah. Rangsangan
cairan pankreas dapat menyebar ke perut bawah atau rongga dada kiri sehingga terjadi
efusi pleura kiri. Umumnya tampak tanda ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal akut
dapat pula ditemukan. Mungkin pula dapat ditemukan ikterus akibat pembengkakan
caput pankreas atau hemolisis sel darah merah yang sering rapuh pada pankreatitis.
Tetani dapat timbul bila terjadi hipokalsemia. Tanda Gray-Turner yaitu perubahan warna
didaerah perut samping berupa bercak darah didaerah pusar jarang terjadi. Tanda ini
menunjukkan luasnya perdarahan retroperitoneal dan subkutis. Nyeri perut, gejala dan
tanda perut lainnya serta gejala dan tanda sistemik dinilai dan dibedakan menurut berat
ringannya serangan pankreatitis
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar amilase darah yang tinggi dalam
dua jam, kadar amilase di cairan peritoneum mencapai puncak tertinggi sekitar hari
ketiga sejak ditemukannya gejala. Kadar amilase serum paling tinggi antara hari
kedua dan keempat. Yang lebih menentukan diagnosis adalah rasio amilase dan
bersihan kreatinin yaitu dapat dipastikan tidak ada pankreatitis bila lebih dari 5.
Apabila kalsium serum turun menjadi lebih kecil dari 7,5 mg/dl, umumnya prognosis
pankreatitis akut buruk. Kadar gula darah dapat meninggi atau normal. Kadar lipase
serum dapat pula dijadikan sebagai uji diagnostik karena akan meninggi lebih lama
dan lebih spesifik daripada amilase karena hanya dihasilkan oleh pankreas, sedangkan
peningkatan serum alanin transaminase >150 UI/l memiliki spesifisitas 96% untuk
mendiagnosis pankreatitis karena batu empedu.
b. Radiologi
Rontgent abdomen : dapat ditemukan distensi jejunum karena paralisis segmen
dan distensi duodenum seperti huruf C. Juga dapat memperlihatan suatu batu
empedu.
USG : memperlihatkan udem pancreas yang jelas, pelebaran duktus, cairan
sekitar pancreas, dan mungkin batu empedu.
CT scan : merupakan pemeriksaan yang terbaik , karena dapat membedakan
adanya nekrosis
ERCP : untuk mengidentifikasi adanya pankreas divisum, striktura duktus, tumor
dan untuk melakukan pengangkatan batu saluran empedu pada pasien dengan batu
empedu.
Untuk diagnosis dari pancreatitis akut harus terdapat 2 dari 3 kriteria berikut :
1. Nyeri akut pada perut bagian atas
2. Peningkatan kadar lipase dan amylase 3 kali dari nilai normal
3. Temuan khas pada pemeriksaan radiologi.
F. Diagnosis Banding 2
Diagnosis banding pankreatitis akut terutama ditujukan pada penyakit-penyakit yang
menimbulkan gejala-gejala nyeri yang hebat diperut bagian atas, antara lain meliputi kolik
empedu, kolesistitis akut, kolangitis, gastritis akut, tukak peptik dengan atau tanpa perforasi,
infark mesenterial, aneurisma aorta yang pecah, pneumonia bagian basal, obstruksi usus akut
disertai strangulasi, infark miokard dinding inferior, kehamilan ektopik yang pecah, kolik
ginjal dan periarteritis nodosa.
G. Terapi 2,5,9,11
Kebanyakan penderita pankreatitis akut, yaitu pankreatitis ringan atau sedang dapat
dikelola secara konservatif. Pada pasien dengan pankreatitis berat diperlukan tindakan
pembedahan.
1. Terapi konservatif
a. Manajemen awal
Hidrasi agresif, didefinisikan sebagai 250-500 ml per jam dari solusi kristaloid
isotonik harus disediakan untuk semua pasien, kecuali terdapat komorbiditas
jantung dan / atau ginjal. Hidrasi intravena awal agresif adalah yang paling
menguntungkan pertama 12-24 jam, dan mungkin memiliki sedikit manfaat lebih
Pada pasien dengan deplesi volume berat, bermanifestasi sebagai hipotensi dan
takikardia, lebih cepat hal penuh (bolus) mungkin diperlukan
Solusi Ringer laktat mungkin cairan pengganti kristaloid isotonic yang lebih
disukai
Kebutuhan cairan harus dinilai ulang pada interval yang sering dalam waktu 6 jam
masuk dan untuk selanjutnya 24 - 48 jam. Tujuan dari hidrasi agresif harus
menurunkan nitrogen urea darah.
Yang sangat penting pada pengobatan pankreatitis akut adalah pemberian cairan
dan elektrolit yang memadai yang diawasi melalui pemantauan diuresis,
hematokrit, volume darah, dan tekanan vena sentral.
Transfusi darah diperlukan pada pankreatitis hemoragik. Pasien harus dipuasakan
untuk mengistirahatkan pankreas dan menghindarkan refleks gastropankreatik
yang menyebabkan pelepasan gastrin. Pemasangan pipa nasogastrik penting untuk
mengeluarkan cairan lambung, mencegah distensinya, dan dekompresi ileus
paralitik usus
Pemberian insulin dosis rendah diperlukan bila ada hiperglikemia, demikian juga
kalsium glukonat bila kadar kalsium serum menurun, sedangkan manfaat obat
seperti glukagon, atropin dan inhibitor tripsin seperti trasilol diragukan.
Untuk menghilangkan nyeri dapat digunakan analgesik golongan meperidin.
b. ERCP in acute pancreatitis
Pasien dengan pankreatitis akut dan kolangitis akut bersamaan harus menjalani
ERCP dalam 24 jam masuk.
ERCP tidak diperlukan pada kebanyakan pasien dengan batu empedu pankreatitis
yang hasil laboratorium atau bukti klinis menunjukan obstruksi bilier yang sedang
berlangsung.
Dengan tidak adanya kolangitis dan / atau penyakit kuning, MRCP atau USG
endoskopik (EUS) daripada ERCP diagnostik harus digunakan untuk menyaring
choledocholithiasis jika sangat diduga
Duct stent pankreas dan / atau prosedur pasca rektal nonsteroidal obat anti-
inflamasi (NSAID) supositoria harus dimanfaatkan untuk mencegah parah pasca-
ERCP pankreatitis pada pasien berisiko tinggi.
c. Peran antibiotic
Antibiotic diberikan pada pada infeksi ektrapankreatik
Profilaksis antibiotic secara rutin tidak direkomendasikan
Pemeberian antibiotik pada pasien yang telah erjadi sepsis atau abses pancreas
(Carbapenem, quinolon, metronidazole.
d. Nutrisi
Pada pancreatitis akut ringan, pemberian nutrisi secara oral dapat segera diberikan
jika sudah tidak ada mual dan muntah, dan jika nyeri perut sudah diatasi
Pada pancreatitis akut ringan, insiasi makanan dengan diet rendah lemak padat
lebih aman diberikan dalam bentuk cairan bening.
Dalam AP parah, nutrisi enteral direkomendasikan untuk mencegah komplikasi
infeksi. Nutrisi parenteral harus dihindari kecuali rute enteral tidak tersedia, tidak
ditoleransi, atau tidak memenuhi persyaratan kalori
2. Peran operasi
Pada pasien dengan pancreatitis akut ringan, ditemukan memiliki batu empedu di
kandung empedu, kolesistektomi yang harus dilakukan untuk mencegah
kekambuhan
Pada pasien dengan nekrotik empedu AP, untuk mencegah infeksi,
kolesistektomi harus ditunda sampai reda peradangan aktif dan dilakukan koreksi
cairan.
Tindak bedah yang diperlukan sering cukup berupa debrideman terbatas di
jaringan pankreas dan sekitarnya yang nekrotik serta membuka semua kantong
atau rongga disekitar pankreas, mencuci dan membilas sebersih mungkin rongga
peritoneum dari cairan pankreas, disertai pemasangan penyalir.
Debridemen dan pemasangan drainage14
H. Komplikasi2,7
Komplikasi lokal antara lain pembentukan pseudokista, abses disekitar pankreas,
peradangan pada organ-organ disekitarnya, stenosis duodenum, ikterus obstruktif dan lain
sebagainya.
Komplikasi yang bersifat lebih umum termasuk antara lain sepsis, kelainan paru hingga
insufisiensi pernapasan, syok, gangguan saraf pusat, perdarahan saluran cerna, gangguan
ginjal maupun gangguan metabolik.
I. Prognosis2
Prognosis pankreatitis akut dapat diramalkan berdasarkan tanda pada waktu pemeriksaan
pertama dan 48 jam kemudian menurut kriteria Ranson3. Dengan tabel kriteria Ranson dapat
dipastikan derajat kegawatan pankreatitis akut. Mortalitas pankreatitis akut sangat
bergantung pada gambaran klinis dan berkisar antara 1 sampai 75%. Pada setiap kriteria
Ranson diberi angka 1. angka kematian untuk pasien yang negatif pada tiga kriteria kira-kira
5%. Sedangkan pasien dengan lima atau lebih kriteria positif adalah diatas 50%. Dengan
mengenal stadium awal perjalanan serangan pankreatitis berat, dapat dilakukan pengelolaan
yang rasional dalam pengobatan pankreatitis tersebut3.
Kriteria Pankreatitis menurut Ranson :
Pemeriksaan pertama :
Umur > 55 tahun
Leukosit > 15.000/mm3
Kadar glukosa > 200 mg/dl
LDH > 35 U/I
SGOT > 250 units/dl
Pemeriksaan setelah 48 jam :
Hematokrit turun >10%
Ureum darah > 5 mg/dl
Kalsium < 8 mg/dl
Saturasi O2 darah arteri turun
Defisit basa > 4meq/l
Sekuestrasi cairan > 6 liter
Interpretasi klinik kriteria Ranson
Kriteria awal menggambarkan beratnya proses inflamasi. Sedangkan kriteria akhir waktu 48
jam menggambarkan efek sistemik aktivitas enzim terhadap organ target, seperti paru dan
ginjal.
Penilaian kriteria Ranson
Skor Mortalitas
> 3 0%
3-5 10-20%
> 5 > 50%, biasanya sesuai dengan pankreatitis nekrotikans
Pankreatitis Kronis
A. Etiologi
a) Penyebab metabolik2,6,7 :
1. Alkohol
Kebiasaan mengonsumsi alkohol merupakan penyebab utama pankreatitis kronik
dimana mengambil bagian sekitar 60% dari seluruh kasus pankreatitis kronik6.
Namun dari seluruh populasi yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi alcohol
tersebut ternyata hanya didapatkan 5-10% saja peminum alkohol yang menderita
pankreatitis kronik. Hal ini yang membuat para peneliti tertarik untuk mencari faktor
lain yang mempermudah terjadinya pankreatitis kronik pada peminum alkohol. Saat
ini, Berdasarkan penelitian telah diidentifikasi adanya mutasi gen yang mengkode
serine protease inhibitor, Kazal tipe I pada penderita pankreatitis kronik. Mutasi pada
gen ini ditemukan pada 5,8% dari 274 pasien dengan pankreatitis kronik karena
alcohol. Mutasi pada gen ini menyebabkan abnormalitas dari pancreatic protease
inhibitor.
2. Pankreatitis Herediter
Pankreatitis herediter juga merupakan gangguan metabolik6. Dimana penyakit ini
merupakan kelainan autosomal dominan yang setelah diteliti ternyata terjadi mutasi
pada gen kationik tripsinogen kromosom 7. mutasi ini menyebabkan gangguan pada
mekanisme kontrol aktivasi enzim proteolisis.
Pankreatitis Herediter
3. Fibrosis Kistik
Merupakan penyakit akibat abnormalitas gen yang tersering dan bersifat autosom
resesif namun hanya sedikit yang berkembang kearah pankreatitis kronik6. Kelainan
ini menyebabkan mutasi pada Cystic Fibrosis Transmembrane Regulator ( CFTR )
yang berfungsi mentranskrip protein yang penting dalam pengaturan transport klorida
melewati membran sel.
4. Hiperlipidemia ( tipe I dan tipe V )
5. Hiperkalsemia. Merupakan kasus jarang
6. Obat-obatan
b) Pancreatitis kronik idiopatik
Kejadian pancreatitis kronik idiopatik ini sekitar 30% dari seluruh kasus. Sebenarnya
penyebab pastinya masih Belum diketahui, Namur akhir-akhir ini disebutkan mutasi pada
gen CFTR, kationik tripsinogen dan protein lain sebagai faktor penyebab.
c) Obstruksi dari saluran páncreas
Kejadiannya sekitar 10% dari seluruh kasus pancreatitis kronik, dapat terjadi secara
kongenital atau didapat.
1. Kelainan kongenital.
Kelainan kongenital antara lain ádalah pánkreas divisum, Namun kelainan ini jarang
sekali menyebabkan pankreatitis kronik jika terjadi sendiri. Tetapi jika seseorang
mempunyai pánkreas divisum disertai dengan stenosis papilla minor ini merupakan
resiko terjadinya pankreatitis kronik.
2. Kelainan yang didapat
Kelainan yang didapat terutama disebabkan oleh trauma tumpul abdomen seperti
kecelakaan kendaraan bermotor, sepeda maupun kuda. Pada kasus ini terjadi whiplash
injury terhadap tulang belakang yang menyebabkan trauma pada saluran páncreas.
Inflamasi pada duodenum atau pada papila duodenum dapat menginduksi terjadinya
fibrosis dan stenosis pada papilla vateri yang barakibat pada pankreatitis kronik.
d) Pankreatitis autoimun
Kejadian ini sangat jarang dan hanya 1% dari keseluruhan kasus pankreatitis kronik6.
Biasanya bisa asimptomatik maupun simptomatik dengan pembesaran difus pada
pánkreas, penyempitan difus dan tidak teratur pada duktus pankreatikus mayor,
peningkatan kadar gammaglobulin pada sirkulasi darah, terjadi fibrosis dengan infiltrasi
limfosit yang dapat terlihat pada PA dengan peningkatan kadar IgG4. bentuk sekunder
dari pankreatitis autoimun biasanya berhubungan dengan sirosis biliar primer, kolangitis
sklerosis primer, dan Sjorgen sindrom
B. Patofisiologi2,9,11,12
Mekanisme patologi dari pankreatitis kronik adalah sebagai berikut :
Terjadi obstruksi pada saluran pankreas yang disebabkan antara lain oleh batu atau
tumor.
Toksin metabolik menyebabkan sel asinar pankreas menstimulasi pelepasan sitokin
dimana sitokin ini menstimulasi sel stellata untuk memproduksi kolagen sehingga terjadi
fibrosis. Sitokin juga menstimulasi inflamasi oleh neutrofil, makrofag dan limfosit.
Stress oksidatif seperti pankreatitis idiopatik
Nekrosis dan fibrosis seperti pada pankreatitis akut berulang yang sembuh namun
meninggalkan fibrosis
Iskemia karena obstruksi atau fibrosis
Kelainan autoimun
Pankreatitis kronik juga dihubungkan dengan penyakit-penyakit autoimun seperti Sjorgen
sindrom, sirosis biliar primer, dan renal tubular asidosis.
Karakteristik autoimun saat ini sudah dapat digambarkan, dimana bersifat simptomatik atau
asimptomatik dengan pembesaran difus dari pankreas, penyempitan difus dan tidak teratur
dari duktus pankreatikus mayor, peningkatan kadar gammaglobulin pada sirkulasi darah,
fibrosis dengan infiltrasi limfosit pada pemeriksaan PA serta didapatkan peningkatan
konsentrasi IgG4.
Alkohol merupakan penyebab utama yaitu sekitar 60-70% dari seluruh kasus pankreatitis
kronik, sedangkan 20-30% kasus adalah idiopatik dan 10% kasus disebabkan oleh kasus-
kasus yang jarang. Walaupun jumlah alkohol yang dikonsumsi berhubungan langsung
dengan resiko terserang pankreatitis kronik namun faktanya hanya sekitar 10% pasien
dengan kebiasaan minum alkohol yang menderita pankreatitis kronik. Alkohol ini
menyebabkan sel asinar pada pankreas meningkatkan sekresi protein sehingga menyebabkan
penurunan produksi cairan dan bikarbonat dari sel epitel saluran empedu. Yang akhirnya
menyebabkan peningkatan viskositas cairan pankreas sehingga dapat menyebabkan
obstruksi saluran pankreas yang dapat berakibat terjadinya fibrosis dan atropi dari sel asinar.
Menurut teori dimana hasil metabolisme alkohol dapat menyebabkan stress oksidatif pada
pankreas dan menyebabkan kerusakan sel dan organ baik reaksi oksidatif maupun reaksi
nonoksidatif dari metabolisme alkohol. Reaktif oksigen hasil dari reaksi oksidatif alkohol
menyebabkan kerusakan sel pankreas. Reaksi nonoksidatif alkohol yang menghasilkan asam
lemak etilester dapat menyebabkan cedera sel pancreas
Patofisiologi Pankreatitis Kronik15
C. Manifestasi Klinis2,7
Banyak pasien dengan pankreatitis kronik mengalami gejala nyeri pada abdomen. 96%
dari pankreatitis ididopatik mengalami nyeri abdomen. Dan 77% pasien pankreatitis
alkoholik mengalami nyeri abdomen. Secara klinis pasien memiliki pengalaman serangan
nyeri yang timbul tiba-tiba seringnya pada ulu hati atau sebelah kiri dari abdomen atas dan
juga menjalar ke punggung belakang.
Nyeri tersebut biasanya muncul setelah makan. Biasanya pasien mengalami gejala ini
selama beberapa tahun sebelum diagnosis ini ditegakkan, rata-rata waktu dari gejala pertama
sampai diagnosis ini ditegakkan adalah sekitar 62 bulan. Keterlambatan diagnosis biasanya
terjadi pada pasien yang tidak terbiasa mengkonsumsi alkohol dimana baru dapat
terdiagnosis setelah 81 bulan sejak gejala pertama timbul.
Riwayat nyeri pada penderita pankreatitis sangat bervariasi. Banyak pasien yang
mengalami serangan nyeri yang tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Pada banyak pasien
tingkat keparahan nyeri menurun setelah 5-25 tahun. Karena variasi nyeri yang berbeda pada
tiap individu inilah yang menyebabkan keterlambatan dalam mendiagnosis pankreatitis
kronik serta sulit dalam menentukkan terapi yang sesuai. Gejala lain yang berhubungan
dengan pankreatitis kronik adalah diare, ikterus dan penurunan berat badan. Ini biasanya
berhubungan dengan rasa takut pada pasien untuk makan yaitu gejala nyeri yang sering
timbul setelah makan dimana berhubungan dengan gangguan eksokrin pancreas atau
steatorea.
D. Diagnosis2,6,9,11
a) Klinis :
Nyeri kronik abdomen
Nyeri punggung berulang (T12 – L1)
Riwayat alkoholisme
Diare, penurunan berat badan
b) Laboratorium
Tingkat serum amilase serum biasanya normal kecuali pankreatitis akut yang menjadi
diperburuk atau berkembangnya pseudokista. Tes fungsi hati yang dinilai untuk
menyingkirkan empedu obstruksi duktus. Waktu protrombin harus dinilai, terutama
dengan adanya steatorrhea, yang dapat menyebabkan malabsorbsi vitamin K.
Tes fungsi pankreas :
Endokrin
Status endokrin pancreas harus dinilai dengan melakukan puasa dan tingkat glukosa
darah 2 jam postcibal.
Eksokrin
Studi fungsi eksokrin pankreas terbatas dalam menegakkan diagnosis dan biasanya
berguna hanya jika diagnosis dicurigai dan pencitraan negatif. Dua tes lebih populer
mengukur bikarbonat duodenum dan enzim sekresi: satu dalam menanggapi makan
(tes Lundh), yang lain dalam menanggapi secretin intravena dengan atau tanpa
cholecystokinin. Tes ini rumit untuk melakukan dan sulit untuk membakukan. Enzim
pankreas (tripsin dan kimotripsin) juga dapat diukur dalam darah atau feses. Aksi
enzim pankreas juga dapat diukur secara tidak langsung oleh N-benzoil-tryosyl-p-
aminobenzoic acid (NBTPABA; bentiromide) tes napas.
c) Radiologi
Plain Abdominal X-Ray
Klasifikasi bercak pancreas atau batu kalsium dalam pancreas memberi konfirmasi
yang kuat suatu pancreatitis kronik
USG
Pemeriksaan ini dapat menilai ukuran dan tekstur dari pankreas dan ada atau tidak
adanya dilatasi saluran pankreas dan pseudocysts.
CT scan
CT scan adalah studi pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
pankreatitis kronis. Pemeriksaan ini mengevaluasi keberadaan kalsifikasi, dilatasi
saluran pankreas, dan pseudocysts. Ini juga merupakan cara terbaik untuk
menyingkirkan adanya kanker pankreas.
ERCP
ERCP tidak hanya cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis pankreatitis
kronis, tetapi juga cara terbaik untuk memvisualisasikan anatomi duktus pankreas,
memberikan informasi penting dalam pengambilan keputusan bedah. Kelainan duktus
pankreas mungkin ringan dan hanya melibatkan ductules perifer . Atau mungkin
melibatkan saluran pankreas utama, yang dapat melebar, kadang-kadang dengan
rantai-of-danau deformitas ketika saluran tersebut sebentar-sebentar melebar antara
situs striktur atau batu dampak. ERCP juga menilai ada atau tidaknya umum obstruksi
saluran empedu atau patologi saluran empedu lainnya.
E. Terapi 2,7,9,11
a) Konservatif
Pantang alcohol.
Control nyeri
Edukasi pasien
Terapi dengan enzim pancreas
Diet
Kontrol diabetes
b) Terapi endoskopik
Dengan terapi endoskopik dilakukan sfingterotomi muara duktus pankreas, ekstraksi batu
dan pemasangan pipa prostesis. Batu juga dapat dihancurkan dengan cara litotripsi
( shock wave lithotripsy ). Endoprostesis dipasang jika ditemukan striktur duktus
setempat.
c) Operatif
Tindakan bedah terdiri atas pankreaktomi parsial atau total bergantung pada letak
kelainannya. Beberapa yang menjadi pertimbangan jenis tindak bedah yang dipilih adalah
ukuran dan anatomi saluran pankreas, distribusi pankreatitis pada pankreas, ada atau
tidaknya pseudokoista atau striktura saluran empedu, dan keadaan umum pasien. Jika
dilatasi saluran > 6 cm, tindak bedah berupa penyalir interna adalah yang terbaik. Namun
jika saluran pancreas < 6 cm, bedah reseksilah yang terpilih. Hipertensi portal, ketagihan
alcohol atau ketagihan opiate merupakan kontraindikasi tindakan bedah. Melalui foto
roentgen dengan kontras yang diberikan melalui endoskopi, diperoleh gambar kelainan
seluruh duktus. Jika kelainan terutama terletak di caput pankreas, dapat dilakukan
pankreatiko-duodenektomi menurut Whipple.
d) Untuk mempertahankan pylorus dapat dilakukan operasi Beger, yang merupakan
ekstirpasi caput pankreas tanpa mengganggu lambung dan duodenum3. Keuntungan
operasi ini ialah jalan cerna tetap utuh sehingga keadaan gizi penderita lebih baik.
Tambahan lagi ekskresi endokrin dan eksokrin pankreas umumnya dapat dijamin. Bila
seluruh pankreas menunjukkan kelainan dan duktus pankreas tampak melebar biasanya
dilakukan yeyunopankreatikostomi menurut partington dan rochelle. Pada operasi ini,
duktus pankreas dibuka sepanjang pankreas sejajar sumbu pankreas dan diadakan
anastomosis dengan yeyunum secara roux-en-Y sehingga penyaliran ekskresi eksokrin
bebas dan terjamin. Bila kelainan hanya terletak di caudal pankreas dapat
dipertimbangkan tindakan pankreatektomi parsial. Bila caput pankreas rusak dan
mengalami fibrosis, dapat dikerjakan autotransplantasi korpus dan caudal pankreas.
Cangkokan ini ditempatkan di fosa iliaka melalui anastomosis a. Lienalis dan a.Iliaka
komunis atau a.Iliaka Eksterna
Pakreaktomi13
Prosedur Berger14
Yeyunopankreatikostomi12
Pankreatiko-duodenektomi Whipple 12
F. Komplikasi9
Komplikasi yang paling sering adalah pembentukan pseudokista dan obstruksi dari
duodenum serta duktus koledokus. Komplikasi yang jarang adalah ascites atau efusi pleura,
trombosis vena splanknikus dengan hipertensi portal serta pseudoaneurisma pada arteri
splanknikus.
G. Prognosis10
Prognosis pasien dengan pankreatitis kronik biasanya dihubungkan dengan faktor umur
saat diagnosis itu ditegakkan, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, dan
penyulit seperti sirosis hepatis6. Berdasarkan studi penelitian survival rate pada pankreatitis
kronik ialah 70% pada 10 tahun dan 45% pada 20 tahun. Sedangkan berdasarkan studi
internasional sekitar 599 pasien pankreatitis kronik meninggal dibandingkan dengan hitungan
secara rasio mortalitas standar dengan angka yang diharapkan sekitar 157 pasien.
Berdasarkan angka tersebut tingkat mortalitas 10 tahun adalah sekitar 30% sedangkan tingkat
mortalitas 20 tahun adalah 55%. Jika pasien dengan pankreatitis kronik sudah berkembang
menjadi kanker pankreas survival rate 20 tahun turun menjadi 4%6.