Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI COPPER OXIDE
PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi dalam Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh:
EVI SHOFIA INNAYATI
NIM: 210716141
Pembimbing:
AGUNG EKO PURWANA, SE, MSI
NIP: 197109232000031002
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
ABSTRAK
Innayati, Evi Shofia. NIM: 210716141, 2020, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide
Pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Jurusan Ekonomi Syariah, IAIN Ponorogo, 2020.
Kata Kunci: Bahan Baku, Tenaga Kerja, Overhead Pabrik.
Kenyataan yang ada di PT Agrofram Nusa Raya adanya selisih antara biaya standard dan
realisasi akan berdampak pada proses produksi copper oxide sehingga perusahaan membuat biaya
standar produksi untuk pengendalian biaya dan selanjutnya membandingkan antara biaya standar
tersebut dengan biaya realisasi dalam produksi. Dalam melakukan pengendalian yang efisien
terhadap biaya produksi PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hanya melakukan evaluasi terhadap
biaya produksi copper oxide dengan membandingkan antara biaya standar dengan biaya
realisasinya tanpa adanya analisis lebih lanjut penyebab semakin besar biaya yang sesungguhnya
atau yang direalisasikannya. Dengan adanya ketidakefisienan dalam produksi sehingga belum
optimal dalam mengelola perusahaan serta tingginya biaya produksi baik dari bahan baku, tenaga
kerja dan overhead pabrik. Sehingga peneliti berusaha untuk menurunkan tingginya biaya tersebut.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian field research karena peneliti dalam
melakukan pencarian data serta pengumpulan datanya dilakukan di tempat terjadinya fenomena
atau kasus tertentu terjadi. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini
menghasilkan data atau kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diwawancarai
maupun diamati.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Selisih Harga
Bahan baku Selisih Harga Bahan Baku (SHB) pada tahun 2019 tidak menuntungkan sebesar Rp.
186.333.950. Hal ini disebabkan adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi oleh
perusahaan serta penggunaan harga bahan baku ditentukan oleh faktor pablik.Hasil perhitungan
Selisih Tarif Upah Langsung (STU) menguntungkan sebesar Rp. 3.411.200. Hal ini karena
dampak dari penurunan pada produksi sehingga tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari tarif
yang distandarkan. Sedangkan pada Selisih Efisiensi Upah Langsung (SEUL) tidak
menguntungkan sebesar Rp. 3.419.000. Hal ini karena kurangnya pengawasan terhadap tenaga
kerja yang dilakukan. Sedangkan hasil perhitungan selisih biaya overhead pabrik tidak
menguntungan sebear Rp. 5. 055.493. adanya selisih yang tidak menguntungkan menunjukkan
adanya ketidakefisienan dalam pengendalian biaya produksi yang disebabkan karena adanya
keterlambatan dalam pemasokan bahan baku serta tejadi kerusakan pada mesin yang tidak dapat
dihindari.
iii
iv
v
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha dalam dekade terakhir semakin meningkat
terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah
transaksi bisnis dan memperluas pangsa pasar serta dengan ditemukannya
teknologi manufaktur baru. Perkembangan dalam dunia bisnis ini menjadi salah
satu faktor semakin banyak usaha-usaha baru yang dirintis. Perusahaan-
perusahaan ini pada umumnya menawarkan produk atau jasa dengan variasi
bentuk dan kualitas serta harga yang bersaing. Indonesia merupakan salah satu
negara yang mengalami perkembangan dalam dunia usaha, ditinjau dari
semakin meningkatnya jumlah investor asing maupun lokal yang menanamkan
modal di Indonesia. Perkembangan dunia usaha yang meningkat ini menuntut
perusahaan untuk tetap beroperasi dan berkembang sesuai dengan kemajuan
zaman dan tujuan perusahaan yang semakin kompleks. Persaingan dalam dunia
usaha menjadi meningkat dan penuh risiko. Selain persaingan antar perusahaan,
perusahaan juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti peningkatan
beban pajak, inflasi dan kebijakan-kebijakan atau deregulasi-deregulasi baru
dari pemerintah. Perusahaan atau industri itu didirikan dan beroperasi, tentu
memiliki suatu tujuan atau rencana yang akan dicapai.
2
Perusahaan atau industri biasanya bersaing ketat untuk mendapatkan
profit atau laba semaksimal mungkin dengan menekan biaya-biaya produksi
yang digunakan serendah mungkin. Dengan laba atau sisa hasil usaha tersebut,
perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu
mempertahankan eksistensinya sebagai suatu sistem dimasa yang akan datang.1
Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan
baik jangka panjang maupun jangka pendek, salah satu tujuan yang penting bagi
perusahaan yaitu pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa penting
karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan
perusahaan dan perluasan perusahaan. Biaya produksi merupakan unsur dari
harga pokok produksi yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam
menentukan harga jual terutama bagi perusahaan industri.2
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola barang
mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Proses produksi
dilakukan oleh perusahaan manufaktur terdiri dari barang-barang, bahan-bahan
serta unsur-unsur ekonomis lainnya yang masuk dalam proses produksi.3 Pada
kegiatan mengelola bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi
diperlukan bahan baku, tenaga kerja langsung atau jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
1Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi kelima, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2012), 10. 2 Tety Darise, David Paul Elia Saerang, dan Anneke Wangkar, “Analisis Penerapan Variabel
Costing Sebagai Alat Untuk Menghitung Harga Pokok Produksi Pada Aksan Bakery Di Manado,”
23. 3 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), 158.
Oleh karena itu,dalam kegiatan produksi dipelukan adanya pengorbanan
sumber ekonomi. Untuk menjalankan produksi diperlukan adanya tenaga kerja
bahan-bahan dan mesin, dan sebagainya.4 Biaya produksi diartikan sebagai
keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai ke pasar atau
sampai ketangan konsumen. Dengan demikian biaya angkut, biaya
penyimpanan di gudang dan biaya iklan yang menunjang proses produksi
hingga produk itu sampai ketangan konsumen dapat dikategorikan sebagai
biaya produksi.5 Secara garis besar biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis
yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya produksi meliputi: biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik6 Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
Biaya produksi yang terjadi dalam mengolah produk harus dapat
dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Pengendalian berusaha untuk
memonitor pelaksanaan dalam mencapai tujuan spesifik yang telah ditentukan
sebelumnya oleh perusahaan. Pengendalian biaya produksi diperlukan agar
efisiensi biaya produksi dapat dicapai.
4T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Revisi (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 125. 5Ahmad Eeng, Ekonomi (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2004), 162. 6Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 149.
4
Menurut William, pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk mencapai
tujuan.7 pengendalian adalah salah satu faktor kegunaan pengaturan yang pas. Karena dengan
tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh suatu perusahaan yang
juga rencana yang tak terduga. Dengan kata lain pengendalian merupakan salah satu alat untuk
mengambil suatu keputusan dalam mencapai tujuan yang dinginkan. Pengendalian ini tidak
terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan yang terkait. Biaya-
biaya yang dipakai atau dikeluarkan dalam biaya produksi perlu adanya pengendalian.
sehingga biaya dapat dikendalikan dengan baik sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh
perusahaan. Biaya produksi ini perlu adanya pengendalian dengan cara mengefisiensi biaya
yang ada, sehingga biayanya dapat digunakan secara optimum.8 Biaya produksi harus
dikendalikan dan dianalisa, karena usaha motivasi pengendalian dan akuntansi terhadap faktor
biaya produksi ini merupakan salah satu masalah penting pengelolaan. Pada dasanya biaya
adalah suatu pengorbanan sumber ekonomis untuk mendapatkan barang atau jasa yang dapat
diukur dengan satuan uang. Setiap biaya dicatat dan diakumulasikan ketika manajemen
membebankan biaya ke persediaan, menyusun laporan keuangan, merencanakan dan
mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan strategis, memilih diantara
altenatif, memotivasi karyawan. dan mengevaiuasi kinerja.
Efisiensi adalah kemampuan organisasi dalam menggunakan sumber daya dengan
benar dan tidak ada pemborosan.9 Efisiensi mengacu pada hubungan antara output (keluar) dan
input (masuk). Jika nilai output-nya lebih baik dari input-nya, berarti perusahaan telah bekerja
secara efisien. Untuk menilai efisiensi biaya produksi digunakan metode analisis varians
7 William K. Carter, Akuntansi Biaya (Cost Acounting) Edisi XIV, (Jakarta : Salemba Empat, 2009),6. 8 Rinda Fatmawati dkk, “ Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang)”, 2. 9Amirullah dan Hanafi, Pengantar Manajemen (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2002),5.
5
(analisis selisih). Metode analisis varians membandingkan antara realisasi biaya atau biaya
actual denga biaya standar atau yang telah dibuat sebelumnya. Menurut Carter biaya standar
adalah harga yang telah diperhitungkan periode sebelumnya untuk membuat sebuah item atau
sejumlah tertentu barang pada jangka waktu tertentu.10 Metode analisis varians terdiri dari
harga bahan baku dan varians kuantitas bahan baku untuk biaya bahan baku, varians tarif
tenaga kerja langsung untuk biaya tenaga kerja dan satu selisih sampai empat selisih untuk
biaya overhead pabrik.11
Kemampuan untuk menelusuri biaya menentukan seberapa objektif, handal, dan
berartinya ukuran biaya yang dihasilkan. Oleh karena itu, seberapa yakinkah pengambil
keputusan dalam memahami dan mengandalkan ukuran biaya sebagai dasar pengambilan
keputusan. Klasifikasi biaya meliputi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.
Kemampuan untuk menelusuri biaya ke objek biaya bcrvariasi tingkatannya. Adanya biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Pada tingkatannya biaya yang dapat ditelusuri secara
langsung adalah secara fisik atau kontak dapat diidentifikasi sebagai komponen unit produk
jadi. Biaya- biaya yang ada dalam produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan
biaya persiapan. Biaya persiapan adalah biaya untuk menyesuaikan mesin sebelum dapat
digunakan dalam proses produksi. Biaya yang dapat ditelusuri lagi ke semua unit yang pernah
diproduksi dari satu produk tertentu.
Dalam biaya produksi semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Setiap
biaya produksi yang dipakai penting untuk melakukan penghitungan, pertimbangan dan
keputusan yang akan diambil agar biaya yang dikeluarkan tidak menjadi beban bagi
perusahaan. Perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat dalam proses perhitungan biaya
10 Willian K. Carter, dan Usry Milton F, Akuntansi Biaya (Cost Acounting) Edisi XIV, 158. 11 Ibid.
6
produksi, maka perlu dilakukan strategi yang sesuai dengan perusahaan. Strategi yang dapat
dilakukan salah satunya adalah menganalisis biaya-biaya produksi yang digunakan sehingga
dapat menekan biaya dengan adanya pengendalian biaya.12
Pengendalian terhadap biaya produksi dapat dilakukan dengan menetapkan biaya
standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya
yang harus dikeluarkan untuk membuat satu- satuan produk atau untuk membiayai kegiatan
tertentu.13 Biaya yang ditentukan dimuka dipakai sebagai pedoman oleh perusahaan
manufaktur sebagai karateristik usaha, salah satunya yaitu perusahaan Pupuk. Biaya standar
menjadi tolak ukur sebagai pengendalian biaya produksi suatu perusahaan agar tercapai
efisiensi biaya produksi. Dalam menentukan standar biaya produksi perusahaan belum mampu
mendukung efisiensi biaya produksi, sehingga terjadi ketidakefisienan pada biaya produksi
yang dilakukan oleh pihak perusahaan.
Perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memproduksi pupuk kimia atau pupuk
mikro yang salah satu bahan bakunya dari tembaga (Cu) yang dileburkan menggunakan asam
sulfat dan tenaga listrik sehingga menjadi butiran-butiran kecil seperti pasir kemudian
dicampur dengan bahan kimia lainnya. copper oxide merupakan bahan baku yang diproduksi
sendiri oleh PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hal tersebut adanya ketidak efisienan dalam
produksi copper oxide sehingga belum optimal dalam mengelola perusahaan serta tingginya
biaya produksi baik dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dalam memproduksi
copper oxide. Tembaga oxide atau copper oxide merupakan hasil oksidasi dari tembaga yang
memiliki rumus kimia cuo. Zat ini tidak dapat diuraikan alam air atau dalam senyawa organik.
12 Ema Hartati. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi
Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Musi Landas” (Skripsi : Universitas
Muhammaiyah Palembang, 2016), 3-4. 13 Indra Bastian, Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik (Jakarta: Erlangga, 2007), 119.
7
Tembaga oksida terkonsentrasi larut dalam ammonia dan ditemukan sebagai mineral batu
warna merah. Bila terkena oksigen, tembaga akan secara alami akan teroksidasi menjadi
tembaga oksida dan membutuhkan waktu yang panjang dalam proses oksida.14
PT. Agrofarm Nusa Raya merupakan perusahaan pupuk satu-satunya di Ponorogo
yang bergerak di bidang industri pupuk (Agroindustri) dan bahan baku serta merupakan
perusahaan pupuk kimia yang memproduksi pupuk an organik yang berkualitas untuk
pertanian dan perkebunan di Indonesia, perusahaan ini berdiri sejak Tahun 2011 yang berlokasi
di JL. Raya Ponorogo-Madiun KM 4/ JL. Industri, Babadan, Ponorogo. Didukung oleh fasilitas
laboratorium dan SDM yang mumpuni, Agrofarm Nusa Raya terus melakukan riset dan
pengembangan agar menjadi yang terdepan dalam pengembangan pupuk kimia.
PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memiliki waktu kerja 6 hari dalam satu minggu
yaitu hari Senin sampai dengan hari Sabtu di mulai pukul 7:30 WIB sampai dengan pukul
16:30 WIB dengan waktu istirahat satu jam yaitu mulai pukul 12:00 WIB sampai pukul 13:00
WIB.15 PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo menggolongkan biaya produksinya kedalam tiga
golongan yaitu: biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan Overhead pabrik.
Dalam memproduksi copper oxide diperlukan biaya produksi, antara lain biaya bahan
baku yang terdiri dari asam dan tembaga yang digunakan PT Agrofarm Nuasa Raya Ponorogo
dalam memproduksi copper oxide. PT Agrofarm Nuasa Raya Ponorogo dalam satu tahun
baiaya produksinya mengalami naik turun yang disebabkan karena adanya ketidak stabilan
harga dipasar, sehingga perusahaan sulit untuk menentukan anggaran.
Biaya produksi lainnya adalah tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang
ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produksi jadi
14 http//en.wikipedia.org/wiki/copper%28II%29_oxide. Diakses pada tanggal 3 Juni 2020. Pukul 14.06 WIB. 15 Aan Yuniawan , Wawancara, 09 Januari 2020.
8
yang secara langsung diterjukan dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi
dan usah itu dapat terwujud.16 Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya gaji dan upah
tenaga kerja yang terlibat langsung untuk mengerjakan produk.17 Pada perusahanna PT
Agrofarm Nusa Raya Ponorogo terdapat 13 tenaga kerja yang tersebar di sejumlah bagian
produksi. Gaji atau upah langsung yang diberikan kepada mereka sesuai dengan pekerjaan
yang telah mereka kerjakan atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Selain itu, biaya produksi lainnya adalah overhead pabrik, realisasi biaya overhead
pabrik dalam satu tahun mengalami naik turun yang dikarenakan adanya biaya yang tak
terduga serta kurangnya pengawasan dari perusahaan terhadap pelaksanaan pekerjaan
dilapangan sehingga pengendalian sulit dilakukan terhadap biaya overhead pabrik pada PT
Agrofarm Nusa Raya Ponorogo.
Bahan baku utama yang digunakan PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo untuk
memproduksi copper oxide adalah tembaga dan asam. Bahan baku tersebut diperoleh dari
Malang dan Ponorogo sebagai suplaier. Adapun pengiriman dari Malang ke Ponorogo
dikenakan biaya pengiriman sesuai dengan banyaknya bahan baku yang dibeli. Selain itu,
gudang penyimpanan yang kecil juga menjadi kendala dalam penyimpanan bahan baku, ketika
melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah besar, maka resiko yang timbul dari
penyimpanan tersebut juga besar.
Namum ketika persediaan bahan baku habis tenaga kerja Electrowinning tidak
melakukan produksi copper oxide akan tetapi karyawan tersebut masih tetap mendapatkan gaji.
Sebagai gantinya karyawan Electrowinning dilimpahkan untuk melakukan pekerjaan lain,
sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak bisa maksimal karena tidak sesuai dengan bidangnya.
16 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah (Bandung : Pustaka Setia,2016), 149. 17 Badric Siregar, Akuntansi Mnajemen (Jakarta : Salemba Empat, 2013), 36.
9
Kenyataan yang ada di PT Agrofram Nusa Raya Adanya selisih antara biaya standar
dan realisasi akan berdampak pada proses produksi copper oxide sehingga perusahaan
membuat biaya standar produksi untuk pengendalian biaya dan selanjutnya membandingkan
antara biaya standar tersebut dengan biaya realisasi dalam produksi. Dalam melakukan
pengendalian yang efisien terhadap biaya produksi PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hanya
melakukan evaluasi terhadap biaya produksi copper oxide dengan membandingkan antara
biaya standar dengan biaya realisasinya tanpa adanya analisis lebih lanjut penyebab semakin
besar biaya yang sesungguhnya atau yang direalisasikannya.18
Dalam kriteria ekonomi suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien bila memenuhi
salah satu dari kriteria ini: a) meminimalisasi biaya untuk memenuhi produksi jumlah yang
sama. b) memaksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama. penggunaan biaya
standar selain mencatat biaya menurut standar juga mencatat biaya sesungguhnya yang
terjadi.19 Kedua biaya tersebut diperbandingkan sehingga akan diperoleh selisih (varians)
biaya yang terjadi dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk pengendalian biaya.
Pengendalian biaya yang baik dapat dikatakan efisien karena selisih yang terjadi semakin kecil
atau mendekati nol, akan tetapi sebaliknya pengendalian biaya dikatakan tidak efisien apabila
selisih yang terjadi semakin besar antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya.20
Bedasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,21 pengendalian biaya produksi copper
oxide pada PT Agrofram Nusa Rasa Ponorogo kurang baik, bawah di PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo terdapt selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya semakin bulan
18 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020. 19 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 5 ed. (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 144-145.
20 Dyah Arin Fitriani, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi PT. Nyonya Meneer Semarang”, (Skripsi, Universitas
Negeri Semarang, 2010), 3. 21 Ibid.
10
semakin besar. sedangkan menurut teori pengendalian biaya semakin baik atau efisien apabila
selisish (varians) biaya antara biaya standar dengan realisasinya kecil atau mendekati nol
(bernilai positif). Varians biaya yang terjadi meskipun bernilai positif akan tetapi perlu
dihitung untuk mengetahui tingkat efisien yang terjadi di PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Oleh sebab itu berdasarkan data diatas perlu adanya pengendalian atas biaya-biaya produksi
perusahaan sehingga tidak terjadi peningkatan biaya. Berdasarkan hal diatas maka penelitian
ini diberi judul Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide Pada PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi bahan baku langsung di PT Agrofram Nusa
Raya Ponorogo ?
2. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi tenaga kerja langsung di PT Agrofram
Nusa Raya Ponorogo ?
3. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi overhead pabrik di PT Agrofram Nusa
Raya Ponorogo ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam mengerjakan penelitian ini penulis bertujuan untuk:
11
1. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi bahan baku langsung di PT
Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
2. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi tenaga kerja langsung di PT
Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
3. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi overhead pabrik di PT Agrofram
Nusa Raya Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dalam
bidang ekonomi syariah yang bermanfaat bagi pembaca, serta teori yang berhubungan
maupun yang berpengaruh dengan efisiensi biaya produksi disuatu perusahaan. Sebagai
bahan perbandingan penelitian yang sama dengan tempat yang berbeda serta menjadi salah
satu referensi bagi kepentingan akademisi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi bagi PT
Agrofram Nuasa Raya Ponorogo dan bidang lain yang bersangkutan. Pihak perusahaan
juga dapat mengetahui sejauh mana deskripsi efisiensi biaya prouksi yang ada di PT
Agrofram Nuasa Raya Ponorogo.
12
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan, penelitian ini disajikan secara
sistematis. Penelitian ini akan disajikan menjadi tiga bagian utama yaitu bagian awal, inti dan
bagian akhir. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan berkelnjutan
dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika pembahasan pada
penelitian kualitatif ini sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan Dalam bab ini merupakan gambaran umum untuk
memberikan pola pemikiranari isi keseluruhan penelitian yang terdiri dari: Latar beakang
masalah untuk mendsikripsikan alasan penelitian ini dilakukan, rumusan masalah yang
berguna membantu peneliti mengarahkan fokus kajian yang dilakukan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi kajian terhadap beberapa teori dan referensi yang menjadi landasan
dalam mendukung studi penelitian ini, diantaranya adalah teori biaya produksi, teori efisiensi
biaya produksi, teori pengendalian, Standar dan Analisis Selisih Biaya Bahan Baku, Standar
dan Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Standar dan Analisis Selisih Biaya
Overhead Pabrik dan studi penelitian terdahulu.
Bab ketiga berisi mengenai metode penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik pengolaan data, teknik analisis data, teknik pengecekan keabsaan data.
Bab keempat yaitu berisi tentang profil perusahaan dan menjelaskan pokok bahasan
yang meliputi analisa efisiensi terhadap biaya produksi Copper Oxide di PT Agrofram Nusa
Raya Ponorogo mengenai efisiensi terhadap biaya bahan baku, efisiensi terhadap biaya
tenaga kerja langsung efisiensi terhadap biaya overhead pabrik.
13
Bab kelima Bab ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari
Bab I sampai Bab V. Bab ini berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan
lampiran-lampiran. Bab ini berfungsi untuk mempermudah para pembaca dalam mengambil
intisari.
14
BAB II
EFISIENSI BIAYA DAN BIAYA PRODUKSI
A. Efisiensi Biaya dan Biaya Produksi
1. Efisiensi Biaya
Efisiensi ekonomi dinyatakan bila sumber daya yang digunakan sebaik mungkin
untuk memaksimumkan tujuan tertentu. Pendekatan normatif dalam ilmu ekonomi
menyatakan bahwa maksimal keuntungan adalah salah satu tujuan umum suatu
perusahaan.1 Biaya produksi dapat dikatakan efisiensi pengeluaran biaya tersebut tidak
terjadi suatu pemborosan serta mampu menghasilkan output produk dengan kuantitas dan
kualitas yang baik. Efisiensi produksi adalah hal yang penting bagi perusahaan-perusahaan
jasa sekaligus perusahaan manufaktur. Efisiensi diindikasikan dengan biaya yang lebih
rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.2
Efisiensi merupakan produktivitas yang dinilai dengan uang. Dalam dunia usaha
pengertian efisiensi yang digunakan untuk mengukur efisiensi produksi disebut efisiensi
biaya, dan efisiensi keseluruhan termasuk nilai hasil produksi yang disebut efisiensi
perusahaan yang dikaitkan dengan hasil penjualan atau laba perusahaan.3 Efisiensi
perusahaan berkaitan dengan perolehan laba perusahaan. Upaya efisiensi perusahaan
menyangkut dua sisi yaitu sisi penggunaan/ alokasi sumber daya dengan penjualan hasil
produksi yang dihasilkan. Secara skematis efisiensi perusahaan dapat digambarkan sebagai
1 Aulia Tasman dan Havidz Aima, Ekonomi Manajerial, Revisi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016),
171. 2 Ali Akbar Yulianto, Pengantar Bisnis, 4 ed. (Jakarta: Selemba Empat, 2007), 545. 3 Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karateristik Wirausaha Sukses, Kedua
(Jakarta: Kencana, 2010), 234.
15
berikut: Laba penjualan = hasil penjualan = total biaya. Besar kecil laba usaha tergantug
pada 1) keberhasilan mencapai tingkat yang terbaik, 2) kemampuan memperbesar
penjulan, 3) efisinesi biaya, 4) kondisi lingkungan usaha.4
R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Besarnya R/C
ratio mempunyai prospek baik. Nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha
yang dilakukan oleh perusahaan layak untuk diusahakan. Tingginya nilai R/C ratio
disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditas yang sangat berpengaruh
terhadap penerimaan pengusaha.5 R/C ratio adalah jumlah ratio yang dipakai guna melihat
keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada sebuah proyek atau sebuah usaha.
Dalam kriteria ekonomi suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien apabila memenuhi
salah satu dari kriteria ini: a) meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.
b) maksimalisasi produk dengan jumlah biaya yang sama.6
Dapat disimpulkan tentang definisi efisiensi yaitu kemampuan suatu perusahaan
untuk menjalankan suatu pekerjaan dengan benar sesuai rencana yang telah ditetapkan
dengan cara tidak melakukan pemborosan mengenai sumber daya produksi yang ada.
Penilaian efisiensi yang sering digunakan dalam perusahaan manufaktur terdiri dari dua
aspek yaitu selisih anggaran fleksibel dan selisih aktivitas. Selisih anggaran fleksibel
adalah perbedaan antara hasil operassi yang sesungguhnya dengan yang ada dalam
anggaran fleksibel dengan tingkat operasi tertentu pada periode tertentu. Selisih anggrana
fleksibel mengukur efisiensi penggunaan masukan sumber daya untuk mendapatkan hasil
4 Ibid., 235 5 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 174 6 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2015),145.
16
operasi pada suatu periode, selisih aktivitas itu sendiri mengukur dampak penjualan, laba
operasi pada setiap perubahan unit penjualan.
2. Biaya Produksi
Sadono Sukirno mendifinisikan biaya produksi sebagai semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang produksi perusahaan
tersebut.7 Dalam kegiatan mengelola sebuah produk perusahaan harus mengetahui faktor-
faktor dan bahan-bahan yang akan diperlukan dalam proses produksi sehingga perusahaan
dapat mengatur biaya produksi yang akan dikeluarkan. Biaya produksi merupakan
sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk
menghasilkan produk.8 Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk
menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar atau sampai ketangan konsumen.
Biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Biaya
produksi menurut Wilson Bangun adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang digunakan
untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan tersebut.9
Berdasarkan beberapa pengertian biaya produksi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan biaya produksi adalah keseluruhan faktor produksi yang
dikorbankan dalam proses produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk hingga
produk itu sampai ke pasar, sehingga biaya angkut dan biaya iklan yang menunjang proses
produksi hingga ketangan konsumen juga termasuk biaya produksi. Oleh karena itu biaya
7 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 205. 8 Bambang Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Ekonomi (Bandung: Citra Praya, 2007), 33. 9 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah,165.
17
produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti pembelian bahan baku pupuk, tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
a. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya produksi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1) Bahan Baku Langsung
Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasikan sebagai bagian dari
barang jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu dengan cara yang sederhana
dan ekonomis. Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi. Bahan baku diartikan sebagai bahan yang menjadi komponen utama yang
membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Pengertian bahan
baku berdasarkan definisi di atas adalah bahan yang secara menyeluruh membentuk
suatu produk. Biaya bahan ini dapat langsung di bebankan ke produk karena
pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh
setiap produk. Penilaian apakah bahan tersebut termasuk bahan baku atau bahan
langsung, bahan setengah jadi tergantung dari perusahaan itu sendiri sesuai dengan
kebutuhan akan bahan tersebut dalam proses produksi.10
10 Horngren Charles T, Pengantar Akuntasi Manajemen Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1993), 75.
18
2) Tenaga Kerja Langsung
Yaitu biaya bagi para tenaga kerja yang ditempatkan dan didayagunakan dalam
menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi yang secara langsung diterjunkan
dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi dan usaha itu dapat
terwujud.11
3) Biaya Overhead
Yaitu didefiniskan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung,
dan biaya pabrik lainnya, seperti biaya pemeliharaan pabrik, yang tidak secara mudah
didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.12
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi adalah sebagai berikut:
1) Kuantitas dan kualitas barang yang diproduksi selama periode tertentu. Kuantitas
barang yang diproduksi adalah jumlah barang yang akan diproduksi oleh perusahaan
dalam periode tertentu, besar kecilnya jumlah barang yang akan diproduksi tergantung
permintaan konsumen dipasar. Kualitas barang yang diproduksi adalah mutu dari suatu
produk yang dipengaruhi oleh kualitas pemilihan bahan baku serta proses produksinya.
2) Kapasitas mesin dan peralatan produksi yang tersedia, serta kemungkinan perluasan
diwaktu yang akan datang.
Kapasitas mesin dan peralatan produksi yang tersedia jumlahnya harus mencukupi
untuk proses produksi dalam periode tertentu serta melakukan perluasan dengan cara
11 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149. 12 Ibid., 149
19
menambah jumlah mesin atau mungkin dengan meningkatkan kapasitas produksi dari
mesin dan peralatan produksi lainnya.
3) Tenaga kerja yang tersedia (baik kualitas maupun kuantitas) dan kemungkinan
perluasannya diwaktu yang akan datang.
Tenaga ketja yang dikerjakan harus mempunyai keahlian atau kualitas dibidangnya
masing-masing.13
4) Modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan dan kemungkinan penambahannya
diwaktu yang akan datang, hal ini terjadi karena perusahaan sudah mengalami
kemajuan pesat dalam menjalankan usahanya.
5) Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh perusahaan dan kemungkinan
penambahannya diwaktu yang akan datang.
Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh perusahaan sekarang ini dengan berjalannya
waktu akan menyesuaikan tingkat kebutuhan perusahaan di waktu yang akan datang,
dengan cara meningkatkan jumlah fasilitas serta kualitasnya untuk mendukung
kemajuan perusahaan.
6) Luas perusahaan yang optimal yaitu kapasitas produksi yang memberikan biaya
produksi rata-rata per unit yang paling rendah.
Luas perusahaan yang optimal yang dimaksud adalah luas perusahaan yang dapat
memberikan hasil kapasitas produksi dengan biaya produksi rata-rata per unit yang
paling rendah.14
13 Dyah, Analisis Efisiensi Biaya Produksi, 10-11. 14 Ibid., 11.
20
7) Kebijakan perusahaan di bidang persediaan barang jadi antara lain: fluktuasi
penjualan, fasilitas tempat penyimpanan, risiko kerugian yang timbul selama barang
dalam penyimpanan, biaya-biaya yang timbul dalam rangka penyimpanan, tingkat
perputaran persediaan barang jadi diwaktu yang lalu, lamanya waktu memproduksi
dan modal kerja yang dimiliki perusahaan.
8) Kebijakan perusahaan dalam menetapkan pola produksi selama periode tertentu, pola
produksi stabil, pola produksi bergelombang sesuai dan setingkat dengan gelombang
dari pola penjualan, dan pola produksi yang bergelombang secara lebih moderat
daripada gelombang dari pola penjualan.15
c. Klasifikasi Biaya
Menurut Badric siregar, banyaknya biaya-biaya berdasarkan klasitlkasinya
masing-masing yaitu:
1) Klasifikasi biaya berdasarkan ketertelusuran
a) Biaya langsung {direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri sampai kepada
produk secara langsung.
b) Biaya tidak langsung {indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat secara langsung
ditelusuri keproduk.
2) Klasifikasi biaya berdasarkan prilaku
a) Biaya variabel {variable cost) adalah biaya yang jumlah tolalnya berubah
sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas.
15 Ibid., 11.
21
b) Biaya tetap {fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
tingkat aktifitas dalam kisaran tertentu.
c) Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang memiliki karakteristik biaya
variabel dan sekaligus biaya tetap.
3) Klasifikasi biaya berdasarkan fungsinya
a) Biaya produksi {production cost) adalah biaya untuk membuat bahan menjadi
produk jadi.
b) Biaya pemasaran {marketing expense) adalah biaya yang terjadi untuk
memasarkan atau jasa.
c) Biaya administrasi dan umum {general and administrative expense) adalah biaya
yang terjadi dalam rangka mengarahkan, menjalankan, dan mengendalikan
perusahaan.
4) Klasifikasi biaya berdasarkan elemen biaya produksi
a) Biaya Bahan Baku ( raw material cost)
Biaya bahan baku adalah nilai bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi untuk diubah menjadi produk jadi. Pada dasamya ada dua kategori bahan,
yaitu bahan baku dan bahan penoiong. Bahan dikategorikan menjadikan bahan
baku dan bahan penolong tergantung pada keputusan manajemen. Umumnya,
ketertelusuran dan signifikansi nilai bahan dijadikan dasar untuk
mengklasifikasikan bahan menjadi bahan baku atau bahan penolong. Apabila
bahan mudah ditelusur ke produk atau nilainya signifikan. maka bahan tersebut
dapat dikategorikan sebagai bahan baku.
22
b) Biaya Tenaga Karja Langsung (direct labor cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah besamya nilai gaji dan upah tenaga
kerja yang terlibat langsung untuk mengerjakan produk. Pada dasamya ada dua
jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
Karyawan produksi yang langsung terlibat dalam pembuatan produk. misalnya
buruh, termasuk tenaga kerja langsung, supervisor dan kepala pabrik tidak secara
langsung terlibat mengerjakan produk sehingga dikategorikan sebagai tenaga kerja
tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung bukan biaya tenaga kerja
langsung melainkan biaya overhead pabrik.
c) Biaya Overhead Pabrik {manufakture overhead cost)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung relatif mudah ditelusur ke produk, sebaliknya biaya overhead pabrik
relative sulit ditelusur ke produk.16
Menurut William klasifikasi biaya adalah sangat penting untuk membuat ikhtisar
yang bcrarti alas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada
hubungan antara biaya dengan berikut ini:
a) Produk
b) Volume Produksi
Departemen, proses, pusat biaya atau sub divisi lain dari manufaktur
c) Periode akuntansi
d) Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi17
16 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen (Jakarta : Salemba Empat, 2013), 36-38. 17 William K. Carter, Akuntansi Biaya (Jakarta : Salemba, 2009), 40.
23
d. Objek Biaya
Menurut Hansen dan Mowen, objek biaya merupakan sistem akuntansi manajemen
dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya pada entitas.18 Sedangkan menurut
Blocher, objek biaya adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas atau unit organisasi
dimana biaya dibebankan.19 Sedangkan menurut William, objek biaya adalah sebagai suatu
item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur.20
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa objek biaya merupakan
suatu sistem dalam unit organisasi yang biayanya dibebankan dan dilakukan pengukuran.
e. Sistem Biaya
Biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya actual atau biaya
standar. Dalam sistem biaya actual atau sistem biaya historis, informasi biaya
diakumulasikan ketika biaya terjadi, tetapi penyajian atas hasilnya ditunda sampai semua
operasi untuk periode akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau dalam kasus bisnis
jasa, semua jasa untuk periode tersebut telah diserahkan. Dalam sistem biaya standar,
produksi, operasi, dan proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah yang telah ditentukan
dari sumber daya yang akan digunakan dan harga yang telah ditentukan dari sumber
tersebut. Biaya actual juga diakumulasikan secara terpisah, dan varians atau selisih antara
biaya actual dengan biaya standar dikumpulkan dalam akun yang terpisah.21
18 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial (Jakarta : Salemba Empat, 2009), 48. 19 Blocher dkk, Manajemen Biaya (Jakarta : Salemba Empat, 2011), 105. 20 William K. Carter, Akuntansi Biaya, 31. 21Ibid., 119.
24
f. Karakteristik Metode Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya merupakan proses pengumpulan, pengelompokan, dan
pembebanan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik pada
produk, jasa, atau proyek. Berikut karakteristik dari metode perhitungan biaya yaitu :
1) Metode akumulasi biaya (cost accumulation method) adalah perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (job costing), perhitungan biaya berdasarkan proses (proses
costing), dan perhitungan biaya berdasarkan gabungan (joint costing).
2) Metode pengukuran biaya (cost measurement method) adalah perhitungan biaya,
actual, normal, atau standar.
3) Metode pembebanan overhead (overhead assignment method) berdasarkan volume
(volume based costing) atau berdasarkan aktivitas (activity based costing).22
g. Pembebanan biaya
Ada tiga konsep yang perlu diketahui dalam membebankan baiaya:
1) Objek biaya
Objek biaya (cost object) adalah unsur berupa apapun yang kepadanya biaya
dibebankan. Objek biaya dapat berupa produk, departemen, aktivitas, atau bahkan
pelanggan.
2) Metode pembebanan biaya
Metode pembebanan biaya adalah penetuan biaya yang dikonsumsi oleh objek
biaya. Ada tiga metode pembebanan biaya yaitu :
22 Blocher dkk, Manajemen Biaya, 148.
25
a) Penelusuran langsung (direct tracing) adalah proses penentuan biaya yang
dikonsumsi objek biaya dengan mengamati hubungan langsung anatara biaya dan
objek biayanya.
b) Penelusuran pemicu (driver tracing) adalah faktor penyebab besar atau kecilnya
konsumsi biaya oleh objek biaya yang dapat diamati.
c) Alokasi (allocation)
3) Akurasi pembebanan biaya.23
2. Pengendalian
Menurut Dunia Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai
tujuan yang telah diterapkan dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara
pelaksanaan dengan rencana.24 Pengendalian (control) merupakan proses menetapkan
standar, memperoleh umpan balik mengenai kinerja yang sesungguhnya, dan melakukan
koreksi apabila kinerja yang sesungguhnya menyimpang dari rencana.25 Rida dkk
menyatakan bahwa pengendalian merupakan satu faktor kegunaan pengaturan yang pas,
karena dengan tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh
suatu perusahaan yang juga adalah suatu rencana menjadi tak berguna.26 Sedangkan
menurut William, pengendalian adalah aktivitas manajerial untuk memonitor
implementasi rencana dan melakukan perbaikan sesuai kebutuhan.27
23 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 34-35. 24 Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah, Akuntansi Biaya (Jakarta : Salemba Empat, 2012), 5. 25 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 113. 26 Rinda Fatmawati dkk, “ Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang)” Jurnal Administrasi Bisnis
Vol. 16. No.1. 2. 27 William K. Carter, Akuntansi Biaya, 8.
26
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah faktor yang paling penting dalam
suatu usaha untuk mengatur supaya rencana ini dapat terpenuhi dan untuk mengatur
mencegah terjadinya kecurangan- kecurangan yang ada diperusahaan dan apabila terjadi
kecurangan-kecurangan dapat dilakukan tindakan pengukuran efisiensi dari manajemen
perusahaan rencana yang telah ditetapkan.
Pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen perusahaan
untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang dibuat sebelum
kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya sesungguhnya yang terjadi dalam proses
produksi.
Pengendalian biaya merupakan salah satu usaha manajemen suatu organisasi atau
perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya
pengendalian atas biaya tujuan yang ingin dicapai akan sulit tercapai. Banyak faktor yang
menjadikan pengendalian menjadi salah satu kebutuhan dalam organisasi. Faktor tersebut
meliputi perubahan organisasi, semakin kompleknya organisasi adanya kemungkinan
anggota organisasi berbuat salah dan kebutuhan manjer untuk mendelegasikan
wewenangnya. Melihat hal tersebut perusahaan harus merencanakan dan melaksanakan
program pengendalian dengan baik.28
Tanggung Jawab atas pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada setiap
individu - individu yang bersangkutan. Setiap pekerjaan pasti membutuhkan pengendalian
untuk mengevaiuasi kcgiatan yang telah dilakukan agar sesuai rencana. Pengendalian
adalah melihat kebelakang. menentukan apakah yang sebenamya telah terjadi, dan
28 Andhita Dwi Mandasari dkk, “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Pada
PT Varia Usaha Beton Periode Tahun 2013, Sidoarjo)” Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 27. No.1. 2015.3
27
membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Hansen dan Mowen,
Biaya-biaya standar sebagai alat pengendalian manajerial adalah sebagai berikut:29
1) Anggaran produksi
Badric. dkk, anggaran adalah ekspresi kuantitatif suatu rencana yang dinyatakan
dalam satuan fisik atau keuangan atau keduanya.30 Hansen dan Mowen penganggaran
adalah pembuatan rencana tindakan yang menyatakan yang dinyatakan dalam istilah
keuangan. Anggaran memainkan peranan penting dalam perencanaan. pengendalian, dan
pengambilan keputusan.31 Arinna anggaran menjadi alat bagi manajerial yang menjamin
perolehan terhadap tujuan-tujuan organisasi dan penyediaan dana sebagai salah satu acuan
dalam menjalankan operasional sahari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu biaya-biaya yang dinyatakan
dalam keuangan. Anggaran produksi menjelaskan banyaknya unit yang harus diproduksi
untuk memcnuhi kebutuhan persediaan akhir. Anggaran produksi meliputi;32
a) Anggaran pembelian bahan baku langsung
b) Anggaran tenaga kerja langsung
c) Anggaran persediaan barang jadi
d) Anggaran harga pokok penjualan
e) Anggaran beban penjualan dan administrasi
29 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial, 426-515. 30 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 113. 31 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial, 515. 32 Arinna Pricillia Husain, “Analisis Varians Biaya Prouksi Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Efisiensi
Biaya Prouksi pada UD. Berkat Anugrah”, 1131.
28
Anggaran berdasarkan aklivilaslerbagi menjadi dua,yailu:
a) Anggaran aktivitas statis
b) Anggaran fleksibel aktivitas
2) Biaya standar
Menurut Hansen dan Mowen Biaya standar adalah jumlah biaya standar pcrunit
untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. biaya yang telah
ditentukan sebelumnya selama satu periode tertentu.33 Menurut Arinna biaya standar
merupakan biaya yang ditentukan dimuka untuk mengukur satuan produk berdasarkan
pengalaman masa lalu yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya
yang terjadi diperusahaan.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa Biaya standar adalah biaya yang
direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. 34
a. Elemen-Elemen Sistem Pengendalian
Menurut Robet dan Vijay menyatakan bahwa setiap sistem pengendalian
sedikitnya memiliki empat elemen :
1) Pelacak (detektor) atau sensor adalah suatu perangkat yang mengukur apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2) Penilai (asesor) adalah suatu perangkat yang menentukan signifikan dari suatu
peristiwa actual dengan cara membandingkan dengan beberapa standar atau
ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
33 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial. 497. 34 Arinna Pricillia Husain, “Analisis Varians Biaya Prouksi Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Efisiensi
Biaya Prouksi pada UD. Berkat Anugrah”, 1131.
29
3) Effector adalah suatu perangkat yang sering disebut umpan balik yang mengubah
perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.
4) Jaringan Komunikasi adalah perangkat ynag meneruskan informasi antara detector
dan assessor dan antara assessor dan effector.
3. Standar dan Analisis Selisih Biaya Bahan Baku
Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam
pengelolaan satu satuan produk. Dalam menentukan standar biaya bahan baku untuk
mengolah produk, ditentukan oleh dua faktor yaitu srandar kuantitas bahan baku dan
standar harga bahan baku.35
a) Perhitungan Selisih Harga Bahan Baku (SHB)
Untuk menghitung selisih harga bahan baku (materials price variance) maka
dibandingkan dengan harga bahan baku sesungguhnya dengan harga bahan baku
menurut standar. Secara matematis selisih harga bahan baku dapat dinyatakan dengan
rumus:
SHB = (HS x KS) – (HSt x KS)
= (HS-HSt) x KS
Dimana:
SHB = Selisih Harga Bahan Baku
HS = Harga Beli sesungguhnya setiap satuan
KS = Kuantitas sesungguhnya yang dibeli
Apabila HS < HSt maka selisih harga tidak menguntungkan (unfavourtable)
35 Supriyono R.A, Sistem Pengendalian Manajemen, Pertama (Yogyakarta: BPFE, 2000), 102.
30
Apabila HS > HSt maka selisih harga menguntungkan (favourable)
b) Perhitungan Selisih Kuantitas Bahan Baku (SKB)
Selisih kuantitas bahan baku (material quanty or usage variance) adalah
selisih yang timbul karena telah dipakai kuantitas bahan baku yang lebih besar atau
lebih kecil dibandingkan dengan kuantitas standar di dalam pengolahan produk.36
Selisih kuantitas dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
SKB = (KS x HSt) – (KSt x HSt)
= (KS-KSt) x HSt
Dimana:
SKB = Selisih Kuantitas Bahan Baku
KS = Kuantitas Sesungguhnya setiap tahun
KSt = Kuantitas Standar bahan baku dipakai
HSt = Harga Beli standar bahan baku dipakai
Apabila KS> KSt maka selisih harga tidak menguntungkan (unfavourtable)
Apabila KS< KSt HSt maka selisih harga menguntungkan (favourable)
4. Standar dan Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja langsung
Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung yang
seharusnya terjadi terjadi dalam pengolahan satu satuan produk. Di dalam menetapkan
biaya standar biaya tenaga kerja langsung ditentukan oleh dua faktor standar waktu (jam)
kerja langsung.
36 Ibid., 105
31
a. Perhitungan Selisih Tarif Upah langsung (STU)
Selisih taruf upah langsung timbul karena perusahaan telah membayar upah
langsung dengan tarif lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan tarif upah
langsung standar yang telah diterapkan.37 Secara matematis selisih tarif upah langsung
dapat dinyatakan dengan rumus:
STU = (TS x JS) – (TSt x JS)
= (TS-TSt) x JS
Dimana:
STU = Selisih Tarif Upah Langsung
TS = Tarif Sesungguhnya upah langsung per jam
TSt = Tarif Standar upah langsung per jam
JS = Jam Sesungguhnya
Apabila TS> TSt Maka STU langsung tidak menguntungkan (unfavourable)
Apabila TS< TSt maka STU menguntungkan (favourable)
b. Perhitungan Selisih Efisensi Upah Langsung (SEUL)
Selisih efisiensi upah langsung adalah selisih yang timbul karena telah
digunakan waktu kerja yang lebih besar atau lebih kecil dibanding waktu standar.
Secara matematis selisih efisiensi upah langsung dapat dinyatakan dengan rumus:38
SEUL = (TSt x JS) – (TSt x JSt)
= (JS – JSt) x TSt
Dimana:
STU = Selisih Efisiensi Upah Langsung
37 Supriyono, Sistem Pengendalian Manjemen, 107 38 Ibid., 107
32
TSt = Tarif Standar upah langsung perjam
JS = Jam Sesungguhnya
JSt = Jam Standar
Apabila JS> JSt maka selisih efisiensi sifatnya tidak menguntungkan
(unfavourable) atau rugi
Apabila JS < JSt maka selisih efisiensi sifatnya menguntungkan (favourable)
atau laba.
5. Standar dan Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi
untuk mengolah satu satuan produk. Selisih biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dengan biaya overhead pabrik standar atau yang seharusnya terjadi.39 Prosedur
penentuan biaya overhead pabrik standar dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu:
1) Menyusun biaya anggaran overhead pabrik
2) Memilih dasar pembebanan
3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Perlakuan terhadap selisih
Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara:
1) Ditutup ke rekening rugi laba
2) Dipakai untuk menyesuaikan rekening-rekening harga pokok penjualan, persediaan
barang jadi dan persediaan barang dalam proses.
39 Dina Kartika, Dwi Atmanto, Dkk, “Evaluasi Pengendalian Biaya Produksi Guna Menigkatkan Efisiensi
Produksi,” Jurnal (Malang: Universitas Brawijaya Malang,2016), 3.
33
Dapat dinyatakan dengan rumus:
ST = BOPS – AFKSt
ST= selisih terkendali
BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya
AFKSt = anggaran flesibel pada kapasitas atau jam standar.
B. Studi Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan sebagai acuan dalam
melakukan sebuah penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan berasal dari jurnal dan
skripsi dengan melihat hasil penelitian dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya,
diantaranya sebagai berikut:
Penelitian yang ditulis oleh : Novela Irene Karly Massie. “Analisis Pengendalian
Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi” Jurnal (Manado,
Universitas Sam Ratulangi, 2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara
mengendalikan biaya produksi dan untuk mengevaluasi efisiensi biaya produksi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bisnis tahu pak untung sudah tidak melakukan pengendalian
biaya produksi yang baik karena kurangnya perencanaan biaya yang tidak mengatur biaya
standar sehingga dalam beberapa bulan pembelian bahan baku telah meningkatkan pembelian
harga bahan baku.40 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Novela Karly Massie Dkk membahas tentang Analisis
Pengendalian Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi. Sedangkan
40 Novela Irene Karly Massie, “Analisis Pengendalian Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya
Produksi”, (Jurnal, Universitas Sam Ratulangi Manado, 2016), 355.
34
penulis membahas tentang analisis efisiensi biaya produksi copper oxide pada PT Agrofram
Nusa Raya Ponorogo serta dalam menganalisis data serta teori yang digunakan berbeda.
Penelitian yang ditulis oleh : Rinda Fatmawati, Darminto, dkk. “Perencanaan Dan
Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi”
(Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang), Jurnal (Malang, Universitas Brawijaya, 2014).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengendalian biaya produksi yang
ada pada perusahaan dalam satu periode kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan menderita selisih merugikan. Varian yang rugi adalah varian bahan baku, harga
bahan baku dan selisih efisiensi, varian yang tidak rugi adalah varian bauran, sedangkan varian
hasil, varian biaya tenaga kerja, varian tarif upah dan selisih hasil mengalami selisih
menguntungkan. Yang terdapat pada selisih biaya overhead pabrik adalah selisih anggaran,
selisih kapasitas dan selisih hasil memiliki selisih menguntungkan, tetapi pada selisih efisiensi
terjadi selisih merugikan. Perusahaan seharusnya meninjau ulang standar secara periodik.
Penetapan standar dibuat dengan cermat dan seksama dengan mempertimbangkan faktor-
faktor terkait.41 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah
peneliti sebelumnya membahas mengenai pengendalian biaya produksi. Sedangkan penulis
membahas tentang pelaksanaan efisiensi pengelolaan bahab baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik, serta menggunakan teori yang berbeda.
Skripsi yang ditulis oleh: Dyah Arin Fitriyani. “Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada
PT Nyonya Meneer Semarang”. Skripsi (Semarang, Universitas Negeri, 2010). Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan tingkat efisiensi niaya produksi pada
41 Rinda Fatmawati, Darminto, DKK, “Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha
Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT Pabrik Gula Krebet Malang)”, (Jurnal, Universitas
Brawijaya Malang, 2014), 1.
35
PT Nyonya Meneer Semarang seta menganalisis dan mendeskripsikan biaya produksi yang
lebih efisiensi pada PT Nyonya Meneer Semarang. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan
varians biaya produksi tahun 2006-2008, analisis deskripsi presentase menunjukkan tingkat
efisiensi biaya produksi termasuk dalam kategori kurang efisien. Berdasarkan hasil deskripsi
presentase itu pula biaya produksi yang lebih efisien yaitu biaya tenaga kerja langsung.
Analisis kruskall walist test menunjukkan adanya perbedaan varians (selisih) biaya produksi,
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Tingkat efisiensi
produksi pada PT. Nyonya Meneer Semarang kurang efisien karena terdapat varians biaya
standar dengan realisasi biaya. Biaya produksi yang lebih efisien yaitu tenaga kerja langsung.42
Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah meguji kembali
penelitian ini dengan objek yang berbeda, selain itu teori yang digunakan berbeda.
Penelitian yang ditulis oleh : Tiara Ayu Palupi, dkk. “Analisis Biaya Sandar Untuk
Mendukung Efisiensi Biaya Produksi Perusahaan” (Studi Pada Pabrik Gula Lestari,
Patianrowo, Nganjuk), jurnal (Malang, Universitas Brawijaya,2016). Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis dengan mennggunakan biaya standar sebagai upaya untuk mendukung
efisiensi biaya produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menentukan standar
biaya produksi belum mampu mendukung efisiensi biaya produksi. Faktor penyebab hal
tersebut adalah kurangnya pengawasan biaya produksi secara keseluruhan, sehinggga terjadi
penyelewengan pada biaya produksi yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian biaya produksi secara efisien untuk mencapai
tujuan perusahaan.43 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah
42 Dyah Arin Fitriyani, “ Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Nyonya Meneer Semarang” (Skripsi,
Universitas Negeri Semarang, 2010), 1. 43 Tiara Ayu Palupi dkk, “ Analisis Biaya Stadar Untuk Mendukung Efisiensi Biaya Produksi Perusahaan (Studi
Pada Pabrik Gula Lestari, Patianrowo, Nganjuk)”, (Jurnal, Universitas Brawijaya Malang, 2016), 80.
36
peneliti sebelumnya menganalisis dengan menggunakan biaya standar sebagai upaya untuk
mendukung efisiensi produksi. Sedangkan penulis membahas mengenai analisis biaya
produksi copper oxide.
Dalam penelitian ini peneliti berupaya mengembangkan penelitian yang telah
dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, mengenai efisiensi. Peneliti berupaya
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Novela Irene Karly Massie yang
menggunakan teori dari Carter, dan menggabungkannya dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Rinda Fatmawati, Tiara Ayu Palupi yang menggunakan teori efisiensi dari
Carter, Witjaksono. Selain itu peneliti juga mengembangkan teori efisiensi, pada penelitian
sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Dyah Arin Fitriyani, menggunaka teori dari Daljono,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori dari Supriyono.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field researce)
yaitu dengan cara memperoleh informasi secara langsung mengenai efisiensi biaya
produksi pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo secara mendalam dan komperhensif.
Selain itu dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan
permasalahan yang dihadapai dengan menghasilkan kesimpulan berupa data yang
menggambarkan secara rinci.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci dan
juga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang dialami.1 Dalam hal ini peneliti sebagai narasumber secara langsung di
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo untuk melakukan wawancara langsung kepada pihak
perusahaan sehingga dapat. menghasilkan data-data yang peneliti inginkan baik berupa
data lisan atau tertulis.
B. Kehadiran Peneliti
Untuk memahami efisiensi biaya produksi Copper Oxide pada PT Agrofram Nusa
Raya Ponorogo dibutuhkan keterlibatan langsung penelitia terhadap objek yang ada
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta CV, 2016), 7.
38
dilapangan. Oleh karena itu instrument ini adalah peneliti itu sendiri sebagai instrument. Hal
ini dikarenakan dalam ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari keikut sertaan
peneliti sebab peran penelitilah yang menentukan skenarionya.2 Dengan peran serta peneliti
tersebut, peneliti diharapkan dapat mengetahui secara langsung aktifitas dan kegiatan yang
sedang terjadi.
Pengamatan berperan serta merupakan penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang
memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan
selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku
tanpa gangguan.3 Oleh karena itu, kehadiran peneliti dilapangan mutlak diperlukan sebagai
partisipan penuh, pengamat partisipan atau pengamat penuh.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo yang bertempat
di JL. Raya Ponorogo-Madiun KM 4/ JL. Industri, Babadan, Ponorogo. Kecenerungan penulis
memilih dan penentuan lokasi tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui Efisiensi Biaya
Produksi Copper Oxide pada PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Pemilihan lokasi ini
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi tersebut dilatar belakangi oleh pertimbangan atas dasar keunikan dan
kesesuaian dengan topik yang ada dalam penelitian yakni Efisiensi Biaya Produksi
Copper Oxide pada PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo.
2 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177 3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 106.
39
2. Kurangnya dana penelitian.
3. Selain itu juga tempatnya mudah untuk dijangkau dan diharapkan dapat mengumpulkan
data-data seakurat mungkin.
Penelitian ini dilakukan secara individu, jadi yang berperan aktif sebagai penanggung
jawab dari penelitian ini adalah penulis sendiri yang akan dibantu oleh dosen pembimbing.
D. Data dan Sumber Data
Adapun data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data tentang pelaksanaan efisiensi bahan baku langsung pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo.
2. Data tentang pelaksanaan efisiensi tenaga kerja langsung pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo.
3. Data tentang pelaksanaan efisiensi Overhead Pabrik pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo.
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya. Dalam hal ini sumber data diperoleh dari narasumber (informan) melalui
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, seperti Research & Development Spv bapak
Windu Shalat , Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control)
Bapak Aan Yuniawan, HR Spv bapak Yudi Ardiyanto PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
40
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.4
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawncara dengan bagian Research &
Development, Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and
Control),HR Spv. Untuk membatu pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan
handphone sebagai sarana perekaman hasil wawancara.
2. Observasi
Jenis observasi yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah observasi terus terang
atau tersamar. Dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu
saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari jika suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.5
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan penulis melalui pengumpulan-
pengumpulan dokumen pendukun yang berasal dari PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Adapun dokumen tersebut berupa sejarah perusahaan, data biaya bahan baku selama satu
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 215. 5 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), 106.
41
tahun, data biaya tenaga kerja selama satu tahun, data biaya overhead pabrik selama satu
tahun, dan proses produksi yang dilakukan di perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo.
F. Teknik Pengolahan Data
Secara rinci, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut :
1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data dengan memilih hal-hal yang pokok
sesuai dengan rumusan masalah penelitian yaitu tentang analisis efisiensi biaya produksi
copper oxide pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
2. Display data, adalah suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah untuk dianalisis
dan disimpulkan. Data yang diperoleh setelah direduksi kemudian diorganisasikan sesuai
dengan rumusan masalah.
3. Penarikan kesimpulan atau verivikasi, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait
dengan efisiensi biaya produksi, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada.
Pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah
selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda
dari temuan yang sudah ada.6 Dengan demikian dalam melakukan penarikan kesimpulan
peneliti menggunakan teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu teori efisiensi bahan
baku langsung, efisiensi tenaga kerja langsung, efisiensi overhead pabrik.
6 Ibid, 247-249.
42
G. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu menggunakan analisis
deskriptif kualitatif dengan menguraikan data yang diperoleh dari wawancara yang telah
dilakukan dan kemudian mudah dipahami kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus
menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal analisis data kualitatif, dalam bukunya Sugiyono
menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.7 Metode analisis data
yang penulis gunakan adalah metode deduktif. Analisis data deduktif adalah analisis dari
kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh konkrit atau fakta
untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut. Peneliti berangkat dari sebuah teori
yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta.
H. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Dengan triangulasi
sumber maka peneliti akan menjadikan bagian Research & Development, Manajer PPIC dan
Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control),HR Spv. PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo sebagai sumber pengumpulan data sebagai tolak ukur keabsahan data yang akan
diolah menggunakan teknik triangulasi.
7Ibid, 241.
43
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
1. Sejarah Singkat PT. Agrofram Nusa Raya Ponorogo
PT. Agrofarm Nusa Raya Ponorogo adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi pupuk yang memproduksi pupuk kelapa sawit, pupuk hayati dan
mycogrow. PT. Agrofarm Nusa Raya adalah suatu Perseroan yang berlokasi di Jalan Raya
Ponorogo-Madiun KM.4, Jl. Industri, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. PT. Agrofarm Nusa
Raya bergerak di bidang industri pupuk (Agroindustri) dan bahan baku dengan Akte
Pendirian Nomor 11 pada tanggal 26 Januari 2005 dari notaris Hartatik Hadiwijaya S.H.
notaris di Ponorogo.
PT. Agrofarm Nusa Raya juga merupakan perusahaan pupuk hayati yang fokus
memproduksi dan meneliti mikroorganisme tanah yakni Mikoriza atau cendawan akar
sejak tahun 2011. Didukung oleh fasilitas Laboratorium dan SDM yang mumpuni,
Agrofarm Nusa Raya terus melakukan riset dan pengembangan agar menjadi yang
terdepan dalam pengembangan pupuk hayati.
PT. Agrofarm Nusa Raya dengan brand Mycogrow, meneliti dan mengembangkan
mikoriza dari spesies lokal Asia untuk kelapa sawit dan tanaman lainnya.Aplikasi
mikoriza lokal dan unggul akan meningkatkan keberhasilan aplikasi candawan mikoriza
pada tanaman kelapa sawit.
Mycogrow telah didistribusikan ke banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit
dan kebun masyarakat.
Agrofarm Nusa Raya juga mengembangkan teknologi terbaru cendawan mikoriza
“Next Generation Mycorrhizae” dengan kandungan propagul hidup sangat tinggi
44
mencapai 10.000 per gram. Mycogrow SD diformulasikan khusus untuk coating
kecambah kelapa sawit (Seed treatment). Mycogrow SD meninfeksi perakaran kelapa
sawit sejak pada plumula akar. Infeksi cendawan mikoriza sejak diperkecambahan
meminimalisir serangan cendawan pathogen dikarenakan akar bermikoriza membentuk
asosiasi infeksi mikoriza yang menghalangi infeksi oleh jamur pathogen termasuk
ganoderma.
Disamping itu, perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya merupakan perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam bidang produksi pupuk organik. Secara kronologis,
perusahaan ini berdiri secara legal pada tahun 2005. Namun, dimulainya merintis atau
menjalankan pekerjaan secara efektif pada tahun 2011. Dalam rangka untuk menjalin
mitra kerja, pada tahun 2012, PT Agrofarm Nusa Raya bekerjasama dengan perusahaan
besar seperti Gudang Garam. Pada tahun 2016, PT Agrofarm Nusa Raya mulai
menjalankan perusahaan secara mandiri, termasuk mendirikan merk dan legalitas
perusahaan, dengan dua holding, yaitu distributor dan supplier. Sampai saat ini kantor
marketing PT Agrofarm Nusa Raya berada di Bogor dan Jakarta, karena pada saat itu
produk yang dibuat pertama kali adalah berupa pupuk sawit sehingga sasaran pasar berada
di luar Ponorogo yaitu Sumatra, Kalimantan hingga ke Malaysia.1
Perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memprouksi pupuk kimia atau
pupuk mikro yang salah satu bahan bakunya sari tembaga (Cu) yang dileburkan
menggunakan asam sulfat dan tenaga listrik sehingga menjadi butiran-butiran kecil
seperti pasir kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya. Tembaga oxide atau copper
oxide merupakan hasil oksidasi dari tembaga yang memiliki rumus kimia cuo. Zat ini tidak
1 Yudi Ardiyanto, Wawancara, 09 Januari 2020.
45
dapat diuraikan alam air atau dalam senyawa organik. Tembaga oksida terkonsentrasi
larut dalam ammonia dan ditemukan sebagai mineral batu warna merah. Bila terkena
oksigen, tembaga akan secara alami akan teroksidasi menjadi tembaga oksida dan
membutuhkan waktu yang panjang dalam proses oksida.2
2. Biaya Bahan Baku Copper Oxide di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo
Bahan baku merupakan bahan terpenting dalam sebuah usaha manufaktur. Dengan
adanya bahan baku suatu usaha akan berjalan lancar, tersedianya bahan baku akan
membantu suatu perusahaan dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Biaya bahan
baku merupakan hal yang harus diperhatikan dalam memproduksi khususnya produksi
pupuk di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. ditinjau dari hasil wawancara biaya bahan
baku produksi menjadi hal yang sangat penting untuk di perhatikan. Menurut informasi
dari Bapak Windu Shalat yang selaku Research & Development Spv di PT Agrofarm Nusa
Raya Ponorogo : “penyebab adanya total biaya realisasi pada bahan baku diakibatkan
adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi oleh perusahaan sehingga sulit untuk
menetukan anggaran yang akan ditetapkan, serta penggunaan harga bahan baku ditentukan
oleh sektor publik sehingga perusahaan sulit untuk mengendalikan.”3
2 http//en.wikipedia.org/wiki/copper%28II%29_oxide. Diakses pada tanggal 3 Juni 2020. Pukul 14.06 WIB. 3 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020.
46
Tabel 4.1
Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Bahan Baku Langsung
Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
Januari 456.027.000 42.114.400
Februari 576.645.000 127.676.000
Maret 552.015.000 612.289.600
April 576.150.000 138.105.600
Mei 528.103.500 197.472.000
Juni 384.082.500 165.825.600
Juli 648.225.000 495.016.800
Agustus 624.222.000 264.292.000
September 80.225.000 243.170.400
Oktober 864.477.000 553.264.000
November 1.000.285.000 526.539.200
Desember 886.217.500 152.621.600
Total 7.176.674.500 2.967.387.200
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.
Yang dimaksud dengan biaya bahan baku sesungguh pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo adalah biaya yang digunakan untuk membeli semua bahan baku yang diperlukan
untuk memproduksi copper oxide yang telah ditetapkan oleh harga pasar. Sedangkan bahan
baku yang dipakai untuk memproduksi copper oxide diantaranya yaitu : asam dan tembaga.
Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yaitu
multiple supplier yang artinya pembelian bahan baku tidak hanya dari satu pemasok akan
tetapi dari beberapa pemasok. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kelancaran proses
produksi dan menghemat biaya.
Berdasarkan tabel bahan baku diatas dapat dideskripsikan, pada tahun 2019
realisasi bahan baku pada bulan Januari sampai Desember mengalami naik turun yang
47
disebabkan karena adanya ketidak stabilan harga di pasar, sehingga perusahaan sulit untuk
menentukan anggaran.
Tabel 4.2
Harga Biaya Tembaga 2019
PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo
No. Keterangan 2019
1 Harga Beli Sesungguhnya Rp. 80.000
2 Harga Beli Standar Rp. 75.000
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Tabel 4.3
Harga Biaya Asam 2019
PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo
No. Keterangan 2019
1 Harga Beli Sesungguhnya Rp. 1.500
2 Harga Beli Standar Rp. 1.250
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Harga beli standar merupakan harga yang telah ditentukan diawal produksi atau
harga yang telah direncanakan yang terjadi dalam memproduksi copper oxide sehingga
apabila harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak sesuai maka akan terjadi
pembekakan biaya atau sebaliknya.
Tabel 4.4
Standar Kuantitas Tembaga
Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Standar Kuantitas (Kg) Realisasi kuantitas (kg)
Januari 5.700 526,43
Februari 7.200 1595,95
Maret 6.900 766,12
April 7.200 1726,32
Mei 6.600 2568,40
Juni 4.800 2072,82
Juli 8.100 6187,71
Agustus 7.800 3330,63
September 1.000 3039,63
48
Oktober 10.800 6915,80
November 12.500 6581,74
Desember 11.000 1967,77
Total 89.600 37092,34
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Tabel 4.5
Standar Kuantitas Asam
Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Standar Kuantitas (Liter) Realisasi kuantitas (Liter)
Januari 18 23
Februari 430 435
Maret 10 15
April 100 150
Mei 69 74
Juni 55 195
Juli 150 175
Agustus 148 158
September 150 120
Oktober 318 458
November 190 330
Desember 145 160
Total 1783 2293
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
Kuantitas sesungguhnya yang dibeli merupakan jumlah barang atau bahan baku
yang dibeli untuk kebutuhan produksi copper oxide, dan yang dimaksud dengan kuantitas
standar bahan baku adalah jumlah barang atau bahan baku yang telah ditetapkan oleh
perusahaan untuk memproduksi copper oxide.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan realisasi kuantitas tembaga pada bulan
Januari sampai April mengalami naik turun yaitu 526,43, 1595,95, 766,12, 1726,32 hal ini
berarti kuantitas tembaga yang digunakan mengalami ketidak stabilan. Pada bulan Mei
sampai Juli mengalami peningkatan 2568,40, 2072,82, 6187,71 hal ini berarti kuantitas
49
tembaga yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan kuantitas yang dianggarkan,
hal ini disebabkan volume yang diproduksi lebih besar dari yang direncanakan. Pada bulan
Agustus sampai Desember mengalami naik turun yaitu 3330,63, 3039,63, 6915,80,
6581,74, 1967,77 artinya kuantitas bahan baku tembaga yang digunakan mengalami
ketidak stabilan. Jadi selama 12 bulan PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengalami
kelebihan dan pengurangan bahan baku yang digunakan.
Sedangkan pada bahan baku asam tahun 2019 kuantitas bahan baku asam selama
12 bulan yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan kuantitas yang dianggarkan,
hal ini disebabkan volume yang diproduksi lebih besar dari yang direncanakan.
3. Biaya Tenaga Keraja Langsung di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
pekerja yang telah menangani atau mengerjakan kegiatan-kegiatan proses produk jadi
maupun secara langsung diterjunkan dalam kegiatan proses produksi pupuk di PT
Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Seperti penuturan Bapak Aan Yuniawan yang selaku
Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control) di PT
Agrofarm Nusa Raya Ponorogo, mengatakan bahwa:
“Untuk gaji karyawan yang dikeluarkan perusahaan pada setiap individu berbeda
sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan, upah atau gaji yang diberikan kepada
mereka sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan, dengan jumlah karyawan 13
orang.4 Pada tahun 2019 biaya gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan secara keseluruhan
sebesar Rp. 156.200.000 gaji atau upah langsung yang diberikan kepada mereka sesuai
4 Aan Yuniawan, Wawancara, 09 Januari 2020.
50
dengan pekerjaan yang telah mereka kerjakan atau sesuai dengan target yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.”
Keterangan Bulan Tahun
Jam Sesungguhnya 208 2496
Jam Standar 182 2184
Jam sesungguhnya perbulan di PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo 208 jam
perbulan atau 2496 jam pertahun, dan jam yang telah distandarkan 182 jam perbulan atau
2184 jam pertahun.
Tabel 4.6
Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Tenaga Kerja Langsung
Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
Januari 8.600.000 8.600.000
Februari 8.600.000 8.600.000
Maret 10.300.000 10.300.000
April 10.300.000 10.300.000
Mei 10.300.000 10.300.000
Juni 10.300.000 10.300.000
Juli 10.300.000 10.300.000
Agustus 10.300.000 10.300.000
September 17.500.000 17.500.000
Oktober 19.900.000 19.900.000
November 19.900.000 19.900.000
Desember 19.900.000 19.900.000
Total 156.200.000 156.200.000
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.
51
Tabel 4.7
Standar Tarif Upah
Pada Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Tarif Standar Upah Langsung Tarif Sesungguhnya Upah
Langsung
Januari Rp. 10.300 Rp. 11.800
Februari Rp. 10.300 Rp. 11.800
Maret Rp. 9.900 Rp.11.300
April Rp. 9.900 Rp.11.300
Mei Rp. 9.900 Rp.11.300
Juni Rp. 9.900 Rp.11.300
Juli Rp. 9.900 Rp.11.300
Agustus Rp. 9.900 Rp.11.300
September Rp.9.000 Rp. 10.400
Oktober Rp. 8.700 Rp. 9.900
November Rp. 8.700 Rp. 9.900
Desember Rp. 8.700 Rp. 9.900
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.
Berasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa upah yang diberikan kepada
karyawan per jamnya dengan waktu 7 sampai 8 jam perhari. Standar upah langsung selama
12 bulan mengalami penurunan dikarenakan jumlah volume produksi copper oxide
mengalami penurunan dalam pemesanan dari jumlah konsumen.
Sedangkan penyebab selisih tarif upah karena adanya dampak dari penurunan pada
produksi yang mengakibatkan tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari pada tarif yang
distandarkan. Sedangkan pada selisih efisiensi uapah tenaga kerja langsung disebabkan
kurangnya pengawasan terhadap tenaga kerja yang dilakukan.5
5 Ibid.
52
4. Biaya Overhead Pabrik di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo
Biaya overhead pabrik merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk
diperhatikan. Menurut bapak Windu biaya overhead pabrik dinyatakan bahwa
Tabel 4.8
Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Overhead Pabrik
Pada Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
Januari 1.250.000 1.142.857
Februari 1.250.000 166.750
Maret 2.000.000 1.000.000
April 900.000 667.000
Mei 850.000 667.000
Juni 800.000 667.000
Juli 900.000 667.000
Agustus 700.000 667.000
September 900.000 700.000
Oktober 3.350.000 5.000.000
November 1.000.000 900.000
Desember 1.000.000 900.000
Total 15.000.000 13.147.107
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020
Dari tabel diatas realisasi biaya pada bulan Januari sampai Desember pengalami
naik turun, hal ini disebabkan adanya biaya-biaya yang tak terduga serta kurangnya
penawasan dari perusahaan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan sehingga
pengendalian sulit dilakukan terhadap biaya overhead pabrik pada PT. Agrofram Nusa
Raya Ponorogo.
Selisih biaya overhead pabrik pada tahun 2019 terjadi karena perbedaan antara
biaya sesungguhnya dengan biaya anggaran terjadi selisish yang besar diantara keduanya,
serta penurunan produksi yang dilakukan oleh perusahaan karena adanya keterlambatan
53
dalam pemasokan bahan baku dan terjadi kerusakan mesin yang tidak dapat dihindari. Hal
tersebut akan mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan produksi dan akan
mempengaruhi hasil produksi.6
Tabel 4.9
Kapasitas Produksi
Pada Bulan Januari s.d Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Bulan Kapasitas (kg) Biaya (Rp)
Januari 526,43 42.114.400
Februari 1595,95 127.676.000
Maret 766,12 612.289.600
April 1726,32 138.105.600
Mei 2468,40 197.472.000
Juni 2072,82 165.825.600
Juli 6187,71 495.016.800
Agustus 3303,65 264.292.000
September 3039,63 243.170.400
Oktober 6915,80 553.264.000
November 6581,80 526.539.200
Desember 1907,77 152.621.600
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.
Berdasarkan bahwa kapasitas produksi dan biaya overhead pabrik mengalami
peningkatan dan penurunan biaya dari bulan Januari s.d Desember. Hal ini akan memicu
adanya ketidakstabilan biaya produksi sehingga biaya produksi ini perlu adanya
pengendalian dan pengawasan terhadap kerja karyawan atau pun produksi yang sedang
dilakukan. Dengan demikian terhadap adanya pengawasan dan pengendalian tidak akan
terjadinya penyimpangan lagi.
6 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020.
54
Tabel 4.10
Anggaran Biaya Produksi Copper Oxide
Bulan Januari – Desember 2019
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo
Keterangan Jumlah (Rp)
Biaya Bahan Baku Langsung 7.170.674.500
Baiaya Tenaga Kerja Langsung 156.200.000
Biaya Overhead Pabrik 15.000.000
Total 7.328.374.500
Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung yang digunakan dalam memproduksi copper oxide pada
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo adalah asam dan tembaga biaya pembelian dari
suplier. Total biaya bahan baku langsung yang dianggarkan selama bulan januari
sampai desember 2019 yaitu Rp 7.170.674.500.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengeluarkan biaya-biaya tenaga kerja
langsung yang berhubungan lagsung dengan proses produksi Copper Oxide. Adapun
biaya tenaga kerja langsung pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo adalah gaji
karyawan sebanyak 13 orang sebesar Rp. 156.200.000.
c. Biaya Overhead Pabrik
PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengeluarkan biaya untuk menunjang
proses produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja lamgsung yaitu
biaya perawantan meain, biaya listrik, perawatan peralatan produksi dan biaya lain-lain
sebesar Rp. 15.000.000.
55
B. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide Pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo
Biaya timbul disebabkan adanya aktivitas, maka dari itu manajemen harus
memfokuskan perhatiannya pada penyebab yang menimbulkan biaya itu sendiri. Dengan
menghilangkan pemborosan dari aktivitas yang ada, sehingga biaya tersebut akan berkurang
dengan sendirinya. Banyaknya biaya yang mengalami peningkatan akan mengakibatkan
terjadinya penurunan terhadap laba sehingga perlu adanya pengendalian biaya secara efisien.
Pengenalian secara kontinyu untuk memastikan bahwa hasilnya akan berada dalam
batasan yang diinginkan. Konsep pengendalian didesain untuk menggunkan ukuran-ukuran
fisik sebagai masukan informasi yang mana dilakukan oleh pengendalian manajemen yang
sesuai dengan strategi perusahaan. Tanggung jawab atas pengendalian biaya sebaiknya
diberikan kepada individu-individu tertentu yang juga bertanggung jawab untuk menganggar
biaya yang berada dibawah kendali mereka. setiapa tanggung jawab manajer sebaiknya
dibatasi pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer. Untuk membantu
dalam mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan jumlah biaya yang telah
ditetapkan sebelumnya yang disebut dengan biaya standar.
Khusus untuk produksi, manajemen harus benar-benar memperhatikan efisiensi
produksi suatu produk. Biaya produksi harus dihemat sedemikian rupa dengan tidak
mengurangi kualitas produk sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran. Salah
satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai efesiensi biaya adalah dengan
mengendalikan biaya produksi perusahaan.7
7 Ema Hartati. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi
Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Musi Landas”, 46-47.
56
Pengendalian adalah salah satu faktor kegunaan pengaturan yang pas, karena dengan
tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh suatu perusahaan yang
juga suatu rencana yang tak terduga, biaya produksi merupakan faktor biaya yang sangat
penting senantiasa perlu diukur, dikendalikan, dan dianalisis, karena usaha motivasi
pengendalian dan akuntansi terhadap faktor biaya produksi ini merupakan salah satu masalah
penting pengelolaan.
Pada dasarnya biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomis untuk mendapatkan
barang atau jasa yang dapat diukur dengan satuan uang. Setiap biaya dicatat dan
diakumulasikan ketika manajemen membebankan biaya ke persediaan, menyusun laporan
keuagan, merencanakan dan mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan
strategis, memilih alternative, memotovasi karyawan dan mengevaluasi kinerja.8
1. Analisis Efisiensi Terhadap Biaya Bahan Baku Copper Oxide di PT Agrofarm Nusa
Raya Ponorogo.
Efisiensi produksi adalah hal yang penting bagi perusahaan-perusahaan jasa
sekaligus pula perusahaan manufaktur. Efisiensi diindikasikan dengan biaya yang lebih
rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.9 Dalam kriteria ekonomi suatu
sistem produksi dikatakan lebih efisien apabila memenuhi salah satu dari kriteria ini: a)
meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama. b) maksimalisasi produk
dengan jumlah biaya yang sama.10
8 Ibid.,47. 9 Ali Akbar Yulianto, Pengantar Bisnis, 4 ed, 545. 10 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 145.
57
Biaya bahan baku secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan
suatu macam produk jadi yang siap untuk di pasarkan.11
a. Pelaksanaan Biaya Bahan Baku
Analisis bahan baku produksi copper oxie di PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo terdiri dari selisih harga bahan baku (SHB) pada tahun 2019. Berdasarkan
data yang tersedia maka perhitungan selisih bahan baku (SHB) di PT Agrofarm Nusa
Raya Ponorogo.
Berdasarkan tabel 4.2 selisih harga bahan baku bulan januari sampai
desember dapat dihitung sebagai berikut :
1) Analisis Selisih Harga Bahan Baku
Tembaga
SHB Januari = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 526,43
2.632.150 (Unfavourable)
Asam
SHB Januari = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 23
5.750 (Unfavourable)
Pada bulan januari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
2.637.900
Tembaga
SHB Februari = (Hs - Hst) Ks
11 Vina Sri yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149.
58
=(80.000–75.000) x 1595,95
= 7. 979.750 (Unfavourable)
Asam
SHB Februari = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 435
= 108.750 (Unfavourable)
Pada bulan februari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
8.088.500
Tembaga
SHB Maret = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 766,12
= 3.830.600 (Unfavourable)
Asam
SHB Maret = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 15
=3.750 (Unfavourable)
Pada bulan Maret selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp. 3.
834.350
Tembaga
SHB April = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 1726,32
= 8.631.600 (Unfavourable)
59
Asam
SHB April = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 150
= 37.500 (Unfavourable)
Pada bulan April selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
8.668.100
Tembaga
SHB Mei = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 2468,40
= 12.342.000 (Unfavourable)
Asam
SHB Mei = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 74
= 18.500 (Unfavourable)
Pada bulan januari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
12.360.500
Tembaga
SHB Juni = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 2072,82
= 10.364.100 (Unfavourable)
Asam
SHB Juni = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 195
60
= 48.750 (Unfavourable)
Pada bulan Juni selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
10.412.850
Tembaga
SHB Juli = (Hs - Hst) Ks
= (80.000–75.000) x 6187,71
= 30.938.550 (Unfavourable)
Asam
SHB Juli = (Hs - Hst) Ks
= (1.500–1.250) x 175
= 43.750 (Unfavourable)
Pada bulan juli selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp. 30.
982.300
Tembaga
SHB Agustus = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 3303,65
= 16.518.250 (Unfavourable)
Asam
SHB Agustus = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 158
= 39.500 (Unfavourable)
Pada bulan agustus selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
16. 557.750
61
Tembaga
SHB September = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 3039,63
= 15. 198.150 (Unfavourable)
Asam
SHB September = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 120
= 30.000 (Unfavourable)
Pada bulan september selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
15. 228.150
Tembaga
SHB Oktober = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 6915,80
= 34.579. 000 (Unfavourable)
Asam
SHB Oktober = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 458
= 114.500 (Unfavourable)
Pada bulan oktober selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
34.693.500
Tembaga
SHB November = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 6581,74
62
= 32.908.700 (Unfavourable)
Asam
SHB November = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 330
= 82.500 (Unfavourable)
Pada bulan November selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
32.991.200
Tembaga
SHB Desember = (Hs - Hst) Ks
=(80.000–75.000) x 1967,77
= 9. 838.850 (Unfavourable)
Asam
SHB Desember = (Hs - Hst) Ks
=(1.500–1.250) x 160
= 40.000(Unfavourable)
Pada bulan desember selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.
9.878.850
Hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap bahan baku copper oxide pada
tahun 2019 diperoleh hasil bahwa terdapat hasil yang tidak menguntungkan
(unfavourable). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya penurunan produksi atas kebijakan
perusahaan dalam upaya menekan biaya produksi.
63
Dari perhitungan analisis selisih harga bahan baku diatas dapat di kelompokkan
dalam tabel sebagai berikut :
Bulan Realisasi Efisiensi
Januari 42.114.400 2.637.900
Februari 127.676.000 8.088.500
Maret 612.289.600 3.834.350
April 138.105.600 8.668.100
Mei 197.472.000 12.360.500
Juni 165.825.600 10.412.850
Juli 495.016.800 30. 982.300
Agustus 264.292.000 16.557.750
September 243.170.400 15.228.150
Oktober 553.264.000 34.693.500
November 526.539.200 32.991.200
Desember 152.621.600 9.878.850
Total 2.967.387.200 186.333.950
Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.
Untuk meminimalisir adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi, maka
alternative yang digunakan yaitu dengan cara membeli bahan baku yang berkulitas baik,
hal ini bisa dilakukan dengan mencari supplier yang dapat memberikan bahan baku yang
berkulitas dengan harga yang sesuai, karena bahan baku yang berkulitas baik akan
menghasilkan produk yang berkualitas baik pula. Serta mentukan jumlah bahan baku
produksi yang sesuai dengan kebutuhannya yang terpakai habis pada waktu tertentu.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi maka yang harus perusahaan lakukan adalah
perusahaan meneliti ulang anggaran ke arah yang lebih efisien, lebih meningkatkan
pengawasan terhadap kegiatan produksi dan kemampuan pekerja, serta mencegah
kegagalan dalam mengatur mesin dan peralatan yang dapat menyebabkan ketidakefisien
dalam pemakain bahan baku.
64
2. Analisis Efisiensi Terhadap Tenaga Kerja Langsung di PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo.
Biaya tenaga kerja langsung Yaitu biaya bagi para tenaga kerja yang ditempatkan
dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi yang secara
langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi dan
usaha itu dapat terwujud.12 Efisiensi tenaga kerja langsung selama 12 bulan :
a. Pelaksanaan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Data biaya tenaga kerja langsung pada penelitian ini adalah biaya tenaga kerja
yang ada di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Perhitungan tenaga kerja langsung
terdiri dari Selisih Tarif Upah langsung (STU) dan Selisih Efisiensi Upah Langsung
(SEUL) berikut adalah perhitungan STU dan SEUL pada PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo:
Berdasarkan tabel 4.6 selisih tarif upah bulan januari sampai desember dapat
dihitung sebagai berikut :
STU Januari = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 10.300 – Rp. 11.800) x 208
= Rp. 312.000 (favourable)
Pada bulan januari selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 312.000
SEUL Januari = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.800
= Rp. 306.800 (unfavourable)
12 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149.
65
Pada bulan januari selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
306.800
STU Februari = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 10.300 – Rp. 11.800) x 208
= Rp. 312.000 (favourable)
Pada bulan februari selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 312.000
SEUL Februari = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.800
= Rp. 306.800 (unfavourable)
Pada bulan februari selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
306.800
STU Maret = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
Pada bulan maret selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL Maret = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
Pada bulan maret selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU April = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
66
Pada bulan april selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEULApril = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
Pada bulan april selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU Mei = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
Pada bulan mei selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL Mei = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
Pada bulan mei selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU Juni = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
Pada bulan juni selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL Juni = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
67
Pada bulan juni selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU Juli = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
Pada bulan juli selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL Juli = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
Pada bulan juli selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU Agustus = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
Pada bulan agustus selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL Agustus = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300
= Rp. 293.800 (unfavourable)
Pada bulan agustus selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU September = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 9.000 – Rp. 10.400) x 208
= Rp. 291.200 (favourable)
68
Pada bulan september selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200
SEUL September = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 10.400
= Rp. 270.400 (unfavourable)
Pada bulan maret selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
293.800
STU Oktober = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208
= Rp. 249.600 (favourable)
Pada bulan oktober selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600
SEUL Oktober = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900
= Rp. 257.400 (unfavourable)
Pada bulan oktober selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
257.400
STU November = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208
= Rp. 249.600 (favourable)
Pada bulan november selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600
SEUL November = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900
= Rp. 257.400 (unfavourable)
69
Pada bulan november selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
257.400
STU Desember = (TS-TSt) x JS
= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208
= Rp. 249.600 (favourable)
Pada bulan desember selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600
SEUL Desember = (JS-JSt) x TSt
= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900
= Rp. 257.400 (unfavourable)
Pada bulan desember selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.
257.400
Dari perhitungan analisis selisih tenaga kerja langsung dapat di kelompokkan
dalam tabel sebagai berikut :
Bulan Realisasi Efisiensi
Januari 8.600.000 312.000
Februari 8.600.000 312.000
Maret 10.300.000 291.200
April 10.300.000 291.200
Mei 10.300.000 291.200
Juni 10.300.000 291.200
Juli 10.300.000 291.200
Agustus 10.300.000 291.200
September 17.500.000 291.200
Oktober 19.900.000 249.600
November 19.900.000 249.600
Desember 19.900.000 249.600
70
Total 156.200.000 3.411.200
Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.
Untuk meminimalisir adanya dampak dari penurunan produksi maka
perusahaan harus mengurangi jumlah tenaga kerja atau mengganti dengan tenaga kerja
dengan teknologi mesin, dengan adanya teknologi atau mesin perusahaan cukup
mengeluarkan biaya operasional saja. Sehingga dapat menekan biaya untukmupah
tenaga kerja setiap bulannya.
Upaya meningkatka efisiensi perusahaan adalah dengan melakukan pengawsan
secara lanjut ketika proses produksi agar tenaga kerja mampu menjalankan tugas
dengan tanggung jawab karena disiplin harus menjadi perhatian perusahaan. Jadi
dengan adanya pengawasan secara lanjut diharapakan terjadi peningkatan kinerja dan
kualitas hasil pekerjaan yang dilakukan para karyawan.
3. Analisis Efisiensi Terhadap Biaya Overhead Pabrik di PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo.
Biaya overhead pabrik yaitu didefiniskan sebagai bahan tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya, seperti biaya pemeliharaan pabrik, yang
tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.
a. Pelaksanaan Biaya Overhead pabrik
Data biaya overhead pabrik pada penelitian ini adalah data yang di dapat dari
laporan keuangan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. perhitungan selisih biaya
overhead pabrik terdiri dari Selisih Terkendali (ST) dari PT Agrofarm Nusa Raya
Ponorogo.
71
Berdasarkan tabel 4.5 selisih overhead pabrik bulan januari sampai desember
dapat dihitung sebagai berikut :
ST = BOPS – AFKSt
ST Januari = 1.142.857- 1.250.000
= 107.143 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Februari = 166.750- 1.250.000
= 1.083.250 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Maret = 1.000.000- 2.000.000
= 1.000.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST April = 667.000- 900.000
= 233.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Mei = 667.000- 850.000
= 183.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Juni = 667.000- 850.000
= 133.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Juli = 667.000- 9000.000
= 233.000 (unfavourable)
72
ST = BOPS – AFKSt
ST Agustus = 667.000 - 700.000
= 33.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST September = 700.000- 900.000
= 200.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Oktober = 5.000.000 – 3.350.000
= 1.650.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST November = 900.000 - 1.000.000
= 100.000 (unfavourable)
ST = BOPS – AFKSt
ST Desember = 900.000 - 1.000.000
= 100.000 (unfavourable)
BOPS merupakan biaya overhead pabrik sesungguhnya yang merupakan biaya-
biaya dari perusahaan berupa keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
selama suatu periode. Sedangkan AFSKSt merupakan biaya anggaran fleksibel pada
kapasitas atau jam standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mememuhi
biaya-biaya pada suatu periode tertentu. Dari perhitungan analisis selisih Biaya
Overhead pabrik dapat di kelompokkan dalam tabel sebagai berikut :
73
Bulan Realisasi Efisiensi
Januari 1.142.857 107.143
Februari 166.750 1.083.350
Maret 1.000.000 1.000.000
April 667.000 233.000
Mei 667.000 183.000
Juni 667.000 133.000
Juli 667.000 233.000
Agustus 667.000 33.000
September 700.000 200.000
Oktober 5.000.000 1.650.000
November 900.000 100.000
Desember 900.000 100.000
Total 13.147.107 5.055.493
Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.
Untuk meninimalisir keterlambatan bahan baku adalah dengan cara
memperpendek lead time pesanan diterima atau dengan membuat inventori bahan baku.
Sedangkan upaya untuk meninimalisir kerusakan pada mesin adalah perusahaan
melakukan perawatan dan pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga dapat
membantu kemampuan mesin dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi inefisiensi adalah harus
memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dengan
adanya perhatian terhadap biaya overhead pabrik akan mempermudah perusahaan untuk
mencapai efisiensi, serta menelusuri selisih yang merugikan pada bagian
departementalisasi pada proses produksi dan menindak lanjuti kesalahan tersebut agar
tidak terjadi pemborosan biaya untuk proses produksi periode selanjutnya.
74
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan analisis varian bahan baku pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yang telah
dilakukan, bahwa Selisih Harga Bahan baku (SHB) pada tahun 2019 mengalami inefisensi
sebesar Rp. 186.333.950. Hal ini disebabkan adanya harga bahan baku yang susah untuk
diprediksi oleh perusahaan sehingga sulit untuk menetukan anggaran yang akan ditetapkan,
serta penggunaan harga bahan baku ditentukan oleh faktor pada public sehingga
perusahaan sulit mengendalikannya, maka dari itu perusahaan mengalami kerugian.
2. Berdasarkan analisis perbandingan antara biaya standar dan biaya aktual yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada tahun 2019 bahwa total yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
langsung sebesar Rp. 156.200.000. Hal ini disebabkan karena perusahaan membayar tarif
upah sesungguhnya sesuai dengan tariff upah yang di standarkan langsung oleh
perusahaan. Sedangkan analisis varian biaya tenaga kerja pada PT Agrofram Nusa Raya
Ponorogo yang telah dilakukan, bahwa jika dihitung dari segi Selisih Tarif Upah Langsung
(STU), pada tahun 2019 menunjukkan hal yang menguntungkan atau efisien sebesar Rp.
3.411.200. Hal ini dikarenakan dampak dari penurunan pada produksi yang mengakibatkan
tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari pada tarif yang distandarkan. Namun jika
dilihat dari segi Selisis Efisiensi Upah Langsung (SEUL), secara langsung tidak
menguntungkan sebesar Rp. 3.419.000. Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan
terhadap tenaga kerja yang dilakukan.
3. Bedrasarkan analisis varian overhead pabrik pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yang
telah dilakukan, bahwa pada tahun 2019 mengalami inefisensi sebesar Rp. 5. 055.493. Hal
ini disebabkan terjadi kendala seperti keterlambatan pasokan bahan baku dan terjadi
kerusakan pada mesin yang tidak dapat dihindari. Kejadian seperti ini akan mengakibatkan
perusahaan mengalami penurunan produksi dan akan mempengaruhi hasil produksi karena
pada kenyataannya perusahaan dapat dikatakan efisien apabila memenuhi standar yang
telah ditetapkan oleh perusahaan, maka dari itu perusahaan mengalami kerugian.
75
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka saran-saran yang dapat
dipertimbangkan untuk pihak PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo sebagai berikut :
1. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada bahan baku, perusahaan diharapkan agar meneliti
ulang anggaran ke arah yang lebih efisien, dan hendaknya perusahaan melakukan
pemesanan dengan melakukan perjanjian pembelian dengan harga yang tetap serta
mencegah kegagalan dalam mengatur mesin dan peralatan yang dapat menyebabkan
ketidakefisienan dalam pemakaian bahan baku.
2. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada tenaga kerja, perusahaan diharapkan melakukan
pengawsan secara lanjut semacam survei untuk mengukur efesiensi secara keseluruhan
pada karyawan. Seperti menugaskan seluruh supervisor untuk menentukan bagaimana
mereka menangani pekerjaan dan membuat membuat evaluasi dalam proses tersebut.
3. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada overhead pabrik, perusahaan diharapkan agar
memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dengan
adanya perhatian terhadap biaya overhead pabrik akan mempermudah perusahaan untuk
mencapai efisiensi, serta menelusuri selisih yang merugikan pada bagian
departementalisasi pada proses produksi dan menindak lanjuti kesalahan tersebut agar
tidak terjadi pemborosan biaya untuk proses produksi periode selanjutnya. Sedangkan
upaya untuk meninimalisir keterlambatan bahan baku adalah dengan cara memperpendek
lead time pesanan diterima atau dengan membuat inventori bahan baku. Sedangkan upaya
untuk meninimalisir kerusakan pada mesin adalah perusahaan melakukan perawatan dan
pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga dapat membantu kemampuan mesin dalam
memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
A. Karim Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam 5 ed. Jakarta: Rajawali Press, 2015.
Akbar, Ali Yulianto. Pengantar Bisnis, 4 ed. Jakarta: Selemba Empat, 2007.
Amirullah dan Hanafi. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002.
Aulia Tasman dan Havidz Aima. Ekonomi Manajerial. Revisi Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008.
Bastian, Indra. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Erlangga, 2007.
Blocher dkk. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik
Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Prenadamedia Group,
2013.
Carter, William K. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba, 2009.
Charles T, Horngren. Pengantar Akuntasi Manajemen Jilid 1. Jakarta: Erlangga,
1993.
Dedeh. Analisis Anggaran Operasional Sebagai Alat Pengendalian Manajemen
PDAM Tirta Pakuan Bogor: 2009.
Dunia, Firdaus Ahmad, dan Wasilah Abdullah. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.
Eeng, Ahmad. Ekonomi. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2004.
Gilarso, T. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Revisi. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Hansen dan Mowen. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet Ke-35 Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016.
77
Mahsun, Mohamad. Pengukuran Kerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE, 2006.
Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Jakarta: Salemba
Empat, 2001.
Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi kelima, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,
2012.
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandu Burhan Bungin,
Metoologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi,
Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsirl-Mishbah Pesan dan Keserasian al-Qur’an. Ciputat:
Lentera Hati, 2000.
Siregar, Badric. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D), Cet Ke-21. Bandung: Alfabeta, 2015.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
CV, 2016.
Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonom. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2015.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press,
2008.
Supriyono. Sistem Pengendalian Manajemen, Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2000.
Suryana Yuyus, dan Kartib Bayu. Kewirausahaan Pendekatan Karateristik
Wirausaha Sukses. Kedua. Jakarta: Kencana, 2010.
Sri Yuniarti, Vinna. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: Pustaka Setia, 2016.
Widjajanta, Bambang, dan Aristanti Widyaningsih. Ekonomi. Bandung: Citra
Praya, 2007.
78
Jurnal :
Darise, Tety David Paul Elia Saerang, dan Anneke Wangkar. “Analisis Penerapan
Variabel Costing Sebagai Alat Untuk Menghitung Harga Pokok Produksi
Pada Aksan Bakery Di Manado.
Fitriani, Dyah Arin. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Nyonya Meneer
Semarang. Skripsi. Semarang Universitas Negeri Semarang.
Fatmawati, Rinda Darminto, dkk. “Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi
Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi
Pada PT Pabrik Gula Krebet Malang)”, (Jurnal, Universitas Brawijaya
Malang, 2014.
Hartati. Ema. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara
VII (PERSERO) Unit Musi Landas” (Skripsi : Universitas Muhammaiyah
Palembang, 2016), Dyah Arin Fitriani, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi
PT. Nyonya Meneer Semarang”, (Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
2010.
Kartika, Dina, Dwi Atmanto, Dkk. “Evaluasi Pengendalian Biaya Produksi Guna
Menigkatkan Efisiensi Produksi,” Jurnal (Malang: Universitas Brawijaya
Malang, 2016).
Mandasari, Andhita Dwi dkk. “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian
Biaya Produksi (Studi Pada PT Varia Usaha Beton Periode Tahun 2013,
Sidoarjo)” Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 27. No.1. 2015.
Massie, Novela Irene Karly. “Analisis Pengendalian Produksi Untuk Menilai
Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi”, Jurnal, Universitas Sam
Ratulangi Manado, 2016.
Palupi, Tiara Ayu. “Analisis Biaya Stadar Untuk Mendukung Efisiensi Biaya
Produksi Perusahaan (Studi Pada Pabrik Gula Lestari, Patianrowo,
Nganjuk)”, Jurnal, Universitas Brawijaya Malang, 2016.
Internet :
Anonim b.2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Copper%_oxide. Di Akses pada
tanggal 3 Juni 2020 . Pukul 14.06.