Upload
lamdang
View
235
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 1
SUBYEK PAJAK PENGHASILAN
A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan yang dikenakan terhadap subyek
pajak dalam tahun pajak
B. SUBYEK PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam tahun pajak.
(1) Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
a.1) Orang pribadi;
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak;
b. Badan;
c. Bentuk usaha tetap.
(2) Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri.
(3) Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah:
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia;
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
(4) Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 121 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
(5) Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen;
b. Cabang perusahaan;
c. Kantor perwakilan;
d. Gedung kantor;
e. Pabrik;
f. Bengkel;
g. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang
digunakan untuk eksplorasi pertambangan;
h. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
i. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
j. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan;
k. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 122 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
l. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia.
(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.
C. TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK PENGHASILAN ADALAH:
a. Badan perwakilan negara asing;
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat:
(a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
(b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota;
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia."
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 123 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 2
KEWAJIBAN MENGISI DAN MENYAMPAIKAN
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
A KEWAJIBAN MENGISI DAN MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN PPH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Wajib Pajak orang pribadi setiap tahun harus melaporkan penghasilannya yang
diperoleh selama satu tahun. Penghasilan yang dilaporkan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis wajib pajak yang berupa uang dan berupa barang (sesuai
dengan pasal 4 ayat 1 UU PPh). Seandainya ada penghasilan netto yang belum
dilaporkan dalam tahun yang sebelumnya maka dapat dilaporkan dengan mengadakan
pembetulan atas SPT yang telah dilaporkan. Yang diwajibkan menyampaikan SPT
Tahunan adalah:
a) Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
kegiatan usaha dan/ atau pekerjaan bebas.
b) Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
modal dan lain-lain
c) Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dan / atau yang memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu
pemberi kerja.
d) Kuasa warisan yang belum terbagi
e) Pejabat negara, PNS, anggota ABRI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan
Keputusan Presiden No. 33 tahun 1996
f) Warga negara Indonesia yang bekerja pada perwakilan negara asing dan
perwakilan organisasi internasional
g) Orang asing yang berada di Indonesia
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 124 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
h) Masing-masing suami istri yang dikenakan pajak penghasilan secara terpisah
dalam hal:
♦ Suami istri talah hidup terpisah
♦ Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan (Dalam hal ini suami istri wajib memiliki NPWP)
B DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN UNTUK MENGISI SPT TAHUNAN
PPh
Orang pribadi yang tidak diwajibkan memiliki NPWP adalah (Kep DJP 27/1995):
a) Tidak mempunyai penghasilan lain selain penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan dari satu pemberi kerja (Pasal 8 ayat 1 UU PPh)
b) Memperoleh penghasilan netto usaha yang tidak melebihi jumlah penghasilan
tidak kena pajak.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 125 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 3
JENIS-JENIS PENGHASILAN YANG
DILAPORKAN
A. PENGHASILAN NETTO DALAM NEGERI DARI USAHA, PEKERJAAN
BEBAS
Bagian ini digunakan untuk menghitung besarnya seluruh penghasilan dalam
negeri yang diterima oleh wajib pajak sendiri, isteri dan anak/anak angkat yang belum
dewasa dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas baik yang menyelenggarakan
pembukuan atau melakukan pencatatan dan memilih menggunakan Norma
Penghitungan dalam Tahun Pajak yang bersangkutan (Pasal 14 UU PPh)
Dalam melaporkan penghasilannya disarankan menggunakan pembukuan.
Namun jika tidak sanggup diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan
penghasilan netto yang prosentasenya ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
(Kep 01/Pj.7/1991). Norma perhitungan penghasilan netto hanya boleh digunakan
oleh Wajib pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari
Rp 600.000.000 berlaku sebelum 1 Januari 2007 dan mulai 1 Januari 2007 berlaku Rp
1.800.000.000 boleh menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Netto dengan syarat memberitahukan kepada Direktur
Jendral Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan. Jadi apabila wajib pajak ingin menggunakan norma untuk tahun 2007
maka permohonan tersebut sudah diajukan ke Kantor Pelayanan terdaftar paling
lambat 31 maret 2007. Wajib pajak orang pribadi yang tidak memberitahukan kepada
Direktorat Jendral Pajak untuk menghitung penghasilan netto dengan menggunakan
Norma Penghitungan penghasilan Netto, dianggap memilih menyelenggarakan
pembukuan.
Dalam hal Wajib Pajak dengan status kawin pisah harta, jumlah Rp 1.800.000.000
tersebut merupakan gabungan peredaran usaha atau penerimaan bruto dari usaha
suami, istri dan atau/anak angkat yang belum dewasa.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 126 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun
pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari
tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan sebagaimana pasal pasal 6
ayat 2 : Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di dapat kerugian , maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berukutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima)
tahun, dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya kecuali penghasilan
tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah
dipotong PPh Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha
atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.Lihat pasal 8 ayat 1.
Penghasilan suami istri dikenakan pajak secara terpisah apabila:
a) Suami istri telah hidup terpisah
b) Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan (pasal 8 ayat 2 UU PPh). Dalam hal ini penghasilan netto
suami istri dikenakan pajak berdasarkan penggabungan penghasilan netto suami
istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing suami istri dihitung
sesuai dengan perbandingan penghasilan netto mereka.
Cara memperhitungkan dan melaporkan penghasilan netto:
1. Wajib Pajak menggunakan norma perhitungan
Prosentase norma yang digunakan dalam menghitung penghasilan netto adalah
berdasarkan Kep. Dirjen Pajak N0. KEP-01/Pj.7/1991 tanggal 9 Januari 1991
tentang norma penghitungan netto dan tata cara pembuatan catatan bagi Wajib
Pajak yang dapat menghitung penghasilan netto dengan menggunakan norma
perhitungan. Masing-masing Wajib Pajak akan mendapatkan klasifikasi Lapangan
Usaha (KLU) untuk memudahkan mencari prosentase norma sesuai dengan KEP
01/PJ.7/1991.
Contoh :
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 127 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Untuk perdagangan umum adalah 10%. Sehingga Wajib Pajak mempunyai
penghasilan omzet/peredaran usaha sebesar Rp 450.000.000 maka penghasilan
nettonya sebesar 10% X Rp 450.000.000 = Rp 45.000.000
2. Wajib Pajak menggunakan Pembukuan
Wajib pajak orang pribadi yang omzet/peredaran brutonya melebihi
Rp 1.800.000.000 dalam satu pajak diwajibkan mengadakan pembukuan.Dalam
menghitung penghasilan netto bagi wajib pajak orang pribadi mengurangkan
penghasilan bruto dengan biaya-biaya yang diperbolehkan dalam tahun fiskal,
antara lain:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan
limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak
Penghasilan;
Biaya-biaya yang dimaksud dalam ayat ini lazim disebut biaya sehari-hari
yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan
sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan
langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya.
Contoh:
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:
a. penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak sesuai dengan Pasal 4 ayat
(3) huruf h sebesar Rp 100.000.000,00
b. penghasilan bruto lainnya sebesar Rp 300.000.000,00
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 128 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Jumlal penghasilan bruto Rp 400.000.000,00
Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000,00, maka biaya yang
boleh dikurangkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
adalah sebesar 3/4 x Rp 200.000.000,00 = Rp 150.000.000,00.
Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham
tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya
tidak merupakan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat
dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, misalnya
pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham,
pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi
peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak
boleh dibebankan sebagai biaya.
Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya
boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, namun bagi pegawai yang
bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan, misalnya
fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh dibebankan
sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan
merupakan penghasilan. Namun demikian, pengeluaran dalam bentuk natura
atau kenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e,
boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau
menikmati bukan merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 129 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
pedagang yang baik. Dengan demikian apabila pengeluaran yang melampaui
batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka jumlah
yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Selanjutnya lihat ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f dan Pasal 18 beserta
penjelasannya.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain
Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai
(BM), Pajak Hotel dan Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.
Mengenai pengeluaran untuk promosi, perlu dibedakan antara biaya yang
benar-benar dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang pada hakekatnya
merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak
berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Selanjutnya lihat ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 11, dan Pasal 11A beserta
penjelasannya.
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya
sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat
dilakukan melalui alokasi.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 130 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh
Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula
tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian
karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan
dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto.
e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
Kerugian karena selisih kurs mata uang asing dapat disebabkan oleh adanya
fluktuasi kurs yang terjadi sehari-hari, atau oleh adanya kebijaksanaan
Pemerintah di bidang moneter. Kerugian selisih kurs mata uang asing yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat asas. Apabila Wajib
Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs historis),
pembebanan kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi atas
perkiraan mata uang asing tersebut. Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem
pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap
akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun. Rugi selisih kurs karena kebijaksanaan
Pemerintah di bidang moneter dapat dibukukan dalam perkiraan sementara di
neraca dan pembebanannya dilakukan bertahap berdasarkan realisasi mata
uang asing tersebut.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 131 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi
pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang dan pelatihan
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan, dengan memperhatikan kewajaran dan kepentingan
perusahaan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
3) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
B. PENGHASILAN NETTO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN
PEKERJAAN
Wajib Pajak yang bekerja sebagai karyawan swasta maupun pemerintah
akan melaporkan pemghasilannya tersebut dalam “penghasilan netto sehubungan
dengan pekerjaan”. Wajib pajak tersebut akan menerima formulir 1721-A dari
bagian penggajian pada perusahaanya dan digunakan sebagai dasar dalam
pengisian “penghasilan neeto sehubungan dengan pekerjaan”.
Apabila Istri mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja dan terdapat
anak/anak angkat yang belum dewasa memperoleh penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari pemberi kerja yang tidak wajib memotong PPh pasal 21 serta
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 132 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
pemberi kerja yang bukan merupakan subyek pajak, maka penghasilan tersebut
digabung dan dimasukkan dalam “Penghasilan netto sehubungan dengan
pekerjaan”.
Penghasilan dan biaya yang digunakan untuk menghitung penghasilan
netto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan yang dilaporkan dalam lapiran I
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi meliputi:
1. Penghasilan bruto
a. Gaji/Uang pensiun/THT
b. Tunjangan PPh
c. Tunjangan lainnya, uang penggantian, uang lembur dan sebagainya
d. Honorarium, Imbalan lain sejenisnya
e. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja
f. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21
g. Tantiem, Bonus, Gratifikasi, Jasa produksi, THR
2. Pengurang
a. Biaya jabatan
Yaitu Biaya yang diberikan untuk karyawan tetap yang masih aktif bekerja,
biaya jabatan ini merupakan biaya yang fiktif (tidak riil), biaya ini
merupakan kebijaksanaan pemerintah, karena setiap orang yang
berpenghasilan, tentu ada biaya yang telah ia keluarkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 521 tahun 1998 biaya
jabatan adalah sebesar 5% x penghasilan bruto atau maksimal Rp
108.000/bulan dan Rp 1.296.000/tahun, kemudian pilih yang terkecil
berdasarkan masa kerja dengan ketentuan sbb:
♦ Biaya jabatan melekat pada perusahaan dia bekerja
♦ Tergantung masa kerja
b. Biaya pensiun
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 133 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Biaya diberikan kepada mantan karyawan/pensiunan bulanan. Biaya
pensiun perbulan Rp 36.000/bulan
c. Iuran pensiun dan iuran THT
C. PENGHASILAN NETTO DALAM NEGERI LAINNYA (TIDAK
TERMASUK YANG FINAL)
Apabila Wajib Pajak memperoleh penghasilan yang tidak teratur maka
penghasilan tersebut dapat dimasukkan pada bagian ini. Bagian ini dapat
digunakan untuk melaporkan besarnya penghasilan netto dalam negeri lainnya
seperti bunga, dividen, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari
penjualan/pengalihan harta dan penghasilan lain-lain yang diterima wajib pajak
sendiri, istri dan anak/anak angkat yang belum dewasa dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
Penghasilan lain tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bunga;
Bunga yang diteri oleh wajib pajak atau isteri dan anak/anak angkat atas
pinjaman kepada orang pribadi atau badan usaha. Untuk penghasilan bunga
yang diperoleh dari bunga bank dimasukkan ke dalam penghasilan yang
dikenakan pajak final di cantunkan pada lampiran III SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi. Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto
dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. Premium
terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai nominalnya
sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai
nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang
menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang
membeli obligasi. Atas penghasilan bunga ini dikenakan tarif 15% dari
penghasilan bruto.
b. Dividen,
yaitu penghasilan berupa penghasilan dari investasi yang diberikan kepada
pemegang saham. Yang dimaksud dengan dividen adalah bagian laba dengan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 134 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Termasuk dalam pengertian dividen:
1) Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan
nama dan dalam bentuk apapun
2) Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor
3) Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran kecuali saham
bonus berasal dari kapitalisasi agio saham baru dan revaluasi aktiva tetap
4) Pembagian laba dalam bentuk apapun
5) Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran
6) Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham –saham
oleh perseroan yang bersangkutan
7) Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan,
jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar
(statuter) yang dilakukan secara sah.
8) Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda tersebut.
9) Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi
10) Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis
11) Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi
12) Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan
Atas penghasilan Diveden ini dikenakan tarif 15% dari penghasilan bruto.
c. Royalti;
Yang dimaksud dengan royalti adalah setiap imbalan dengan nama apapun
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, istri dan anak/anak angkat
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 135 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
yang belum dewasa sehubungan dengan penyerahan penggunaan hak kepada
pihak lain, berupa:
1) Hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten merk
dagang, formula, atau rahasia perusahaan.
2) Hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial,
dan ilmu pengetahuan
3) Informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum,
walaupun mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman dibidang
industri, atau bidang usaha lainnya.
d. Sewa
Pengertian sewa adalah imbalan yang diterima atau diperoleholeh Wajib
Pajak, isteri dan anak/anak angkat dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnya
sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang. Atas penghasilan
Selain tanah dan bangunan dikenakan tarif 15% dari penghasilan bruto,
sedangkan untuk penghasilan sewa atas tanah dan bangunan dikenakan 10%
dari penghasilan bruto dan bersifat final.
e. Penghargaan dan hadiah
Jenis hadiah dan penghargaan untuk tujuan perpajakan dapat dibedakan:
1) Hadiah Undian (Final masuk lampiran III dengan tarif sebesar 25%)
Yang dimaksud dengan hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, istri
dan anak/anak angkat yang pemberiannya melalui cara undian. 42/1994)
2) Hadian dan Penghargaan perlombaan (tarif 15%)
Yang dimaksud dengan hadiah dan penghargaan perlombaan adalah
hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau
adu ketangkasan, misalnya:
♦ Lomba olah raga
♦ Lomba kecantikan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 136 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
♦ Kuis televisi
3) Penghargaan atau suatu prestasi tertentu, misalnya penghargaan atas
penemuanbenda purbakala, penghargaan dalam menjualkan suatu produk
(Tarif 15% Tidak final)
4) Hadiah sehubungan dengan pekerjaan pemberian jasa dan kegiatan
lainnya yang pemberiannya tidak melalui cara undian atau perlombaan
( Tarif 15% Tidak final).
f. Keuntungan dari penjualan/pengalihan harta.
Yang dimaksud dengan keuntungan dari penjualan/pengalihan harta adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri,isteri,
anak/anak angkat yang belum dewasa sehubungan dengan
penjualan/pengalihan harta, termasuk:
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang dialihkan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak–pihak yang
bersangkutan.
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang nilai aktivanya tidak termasuk
tanah dan bangunan tidak lebih dari Rp 600.000.000 (Kep Men.Keu
No.604/KMK.04/1994
3. Keuntungan karena penjualan harta pribadi, misalnya saham yang tidak
diperdagangkan di bursa efek.
(Pasal 4 ayat (1) huruf d dan pasal 8 UU PPh
g. Lain-lain
Penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri,
isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 137 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Contoh:
♦ Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
♦ Keuntungan karena pembebasan hutang
♦ Penerimaan piutang yang telah dihapuskan
♦ Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
♦ Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
♦ Anak sebagai penyanyi
♦ Honor main sinetron anak
Berikut ini ringkasan KEP-176/PJ/2000 sebagaimana telah diubah dengan KEP-
96/pj/2001 dan diubah lagi dengan KEP-305/PJ/2001 disempurnakan dengan
KEP-170/PJ/2002 tanggal 28 Maret 2002 (mulai berlaku tanggal 1 Mei 2002) dan
terakhr dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak No: PER-70/PJ./2007 tanggal 9
April 2007 tentang perkiraan penghasilan netto dan tarif efektif PPh Pasal 23:
TABEL PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA
No JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN
PENGHASILAN NETO
(1) (2) (3)
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan angkutan darat untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis.
10% dari jumlah bruto tidak termasuk
PPN
2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, selain kendaraan angkutan darat, untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
30% dari jumlah broto tidak termasuk
PPN
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 138 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
TABEL PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS IMBALAN JASA TEKNIK, JASA MANAJEMEN, JASA KONSTRUKSI
JASA KONSULTANSI DAN JASA LAIN No JENIS JASA PERKIRAAN
PENGHASILAN NETO
(1) (2) (3)
1. Jasa teknik,
2. Jasa manajemen,
I
3. Jasa konsultansi kecuali konsultansi konstruksi
30% dari jumlah
imbalan jasa tidak termasuk PPN
1. Jasa Pengawasan konstruksi,
2. Jasa perencanaan konstruksi
II
262/3 % dari jumlah
imbalan yang dibayarkan seluruhnya termasuk
pemberian jasa dan pengadaan material/barang tidak termasuk
PPN
III Jasa lain-lain :
1. Jasa penilai, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
2. Jasa aktuaris, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
3. Jasa Akuntansi, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
4. Jasa Perancang, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
5. Jasa pengeboran (jasa driling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap.
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 139 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas,
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
8 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
9. Jasa penebangan hutan, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
10. Jasa pengolahan limbah, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
11 Jasa penyedia tenaga kerja, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
12. Jasa perantara, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI,
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
14. Jasa kustodion/ penyimpanan/ penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI,
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
15 Jasa pengisian suara, 30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
16. Jasa mixing film 30% Dari jumlah
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 140 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
imbalan jasa tidak termasuk PPN
17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
18. Jasa instalasi/ pemasangan :
- Jasa instalasi/ pemasangan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV Kabel;
- Jasa instalasi/ pemasangan peralatan;
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
Kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/ sertifikat sebagai pengusaha konstruksi;
19. Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan :
- Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV kabel
- Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan peralatan;
- Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan alat-alat transportasi/ kendaraan;
- Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan bangunan;
Kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/ sertifikat sebagai pengusaha konstruksi;
30% Dari jumlah imbalan jasa tidak termasuk PPN
20. Jasa pelaksanaan konstruksi, termasuk :
- Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan bangunan;
- Jasa instalasi/ pemasangan peralatan, mesin/ listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV kabel;
sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh Wajib Pajak yang mempunyai izin/ sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
13 1/3 % dari jumlah imbalan yang dibayarkan seluruhnya termasuk
pemberian jasa dan pengadaan material/barang tidak termasuk
PPN
21. Jasa maklon,
22. Jasa penyelidikan dan keamanan,
23. Jasa penyelenggara kegiatan/ event organizer,
24 Jasa pengepakan,
20% dari jumlah
imbalan jasa tidak termasuk PPN
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 141 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
25 Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi.
10% dari jumlah
imbalan jasa tidak termasuk PPN
26. Jasa pembasmian hama,
27. Jasa kebersihan/ cleaning service.
10% dari jumlah
imbalan jasa tidak termasuk PPN
28. Jasa catering 10% dari jumlah
imbalan yang dibayarkan seluruhnya termasuk
pemberian jasa dan pengadaan
material/ barang tidak termasuk
PPN
D. DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPH OLEH PIHAK LAIN
DAN PPH YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
Bagi Wajib Pajak yang menerima penghasilan tetapi sudah dipotong oleh pihak
lain atau PPh-nya sudah ditanggung pemerintah maka PPh yang sudah dipotong
tersebut dilaporkan dalam lampiran II SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
PPh yang sudah dipotong oleh pihak lain dan ditanggung pemerintah digunakan
untuk membuat permohonan kredit pajak.
E. PENGHASILAN NETTO DAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG
DIBAYAR / DIPOTONG / TERUTANG DI LUAR NEGERI
Dimungkinkan warga negara Indonesia mempunyai usaha dan penghasilan
dari luar negeri (Investasi, bunga, isteri bekerja di luar negari dsb). Penghasilan
dari luar negeri tersebut dilaporkan dalam bagian ini, yaitu:
1. Melaporkan rincian penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri
dan penghitungan kredit pajak luar negeri dari Wajib Pajak sendiri, isteri,
anak/anak angkat yang belum dewasa dalam tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali penghasilan: Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 142 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
a) Isteri yang sudah berpisah
b) Isteri yang mengadakan perjanjian pisah harta dan penghasilan secara
tertulis
2. Mengajukan permohonan kredit pajak luar negeri
(Pasal 24 UU PPh jo Kep.Men.Keu.No. 640/KMK.04/1994 tanggal 29
Desember 1994)
Permohonan kredit pajak luar negeri harus dilampiri:
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari usaha di luar negeri
2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri
3. Fotokopi dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penghasilan yang telah dipotong pajak penghasilan diluarnegeri tersebut dapat
digunakan sebagai kredit pajak dalam negeri yang berarti mengurangi pajak
terutang di dalam negeri melalui mekanisme pengkreditan PPh pasal 24 yaitu
dengan cara memilih antara penghasilan yang telah dipotong di luar negeri
dengan kredit pajak yang dihitung dari penghasilan netto. Yang diperbolehkan
dikreditkan adalah yang paling kecil antara PPh yang telah dipotong di luar
negeri dengan perhitungan dari penghasilan netto luar negeri dibandingkan
dengan total penghasilan tersebut. Jika ada kompensasi kerugian yang masih
dapat dikompensasikan maka perhitungan penghasilan netto setelah
kompensasi kerugian.
F. PENGHASILAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK YANG
BERSIFAT FINAL, DAN DIKENAKAN PAJAK TERSENDIRI
Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan yang dikenakan pajak bersifat
final dan untuk Wajib Pajak Orang pribadi yang berstatus kawin dan tidak pisah
harta maka penghasilan Istri dan penghasilan anak yang masih dalam
tanggungan yang sudah dipotong pajaknya oleh pemberi kerja wajib dilaporkan
pada Lampiran III SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk penghasilan
yang dikenakan pajak tersendiri.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 143 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Penghasilan yang dikenakan pajak final dan dikenakan pajak tersendiri
adalah:
I. Dikenakan pajak bersifat final
1. A. Bunga deposito, tabungan dan simpanan
B. Bunga/diskonto obligasi yang dijual di bursa efek dan diskonto SBI
2. Nilai Penjualan saham di Bursa Efek
3. A. Hadiah/penghargaan perlombaan dan hadiah undian
B. Pesangon, THT (Tunjangan Hari Tua) dan tebusan pensiun yang
dibayar sekaligus
C. Komisi pemasaran barang dan jasa
D. Honorarium atas beban APBN/APBD
4. A. Nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
B. Nilai bangunan yang diterima dalam rangka bangun guna serah
C. Sewa atas tanah dan atau bangunan
5. Jasa pelaksanaan konstruksi
6. Distributor/penyalur/dealer/agen: Produk pertaminan, premix, rokok,
tepung terigu, dan gula pasir
7. Penghasilan lain yang dikenakan pajak bersifat final
II. Dikenakan pajak tersendiri;
1. Penghasilan istri dari satu pemberi kerja
2. Penghasilan anak dari pekerjaan
Rincian tarif dari PPh yang telah dikenakan PPh final tersebut adalah sebagai
berikut: No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Penghitungan Diatur
1. Bunga deposito, tabungan 20% Bunga Ps 4(2) UU PPh
2. Bunga dan Premium SWAP/Forward 20% Bunga dan Premium Ps 4(2) UU PPh
3. Bunga diterima anggota koperasi 15% Bunga Ps 4(2) UU PPh
4. Transaksi saham serta sekuritas lainnya
di Bursa Efek, antara lain:
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 144 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
a. Saham diterima Orang pribadi atau
Badan
b. Saham diterima pendiri
0.1%
0.5%
Penjualan Bruto
Seluruh saham pendiri saat
IPO
Ps 4(2) UU PPh
Ps 4(2) UU PPh
5. Bunga obligasi dengan kupon
Diskono obligasi dengan kupon
20% Bruto Bunga Ps 4(2) UU PPh
6. Diskonto obligasi tanpa bunga 20% Selisih lebih Ps 4(2) UU PPh
7. Pengalihan tanahdan/bangunan 5% Nilai tertinggi antara harga
jual dan NJOP
Ps 4(2) UU PPh
8. Sewa tanahdan/bangunan 10% Sewa Bruto Ps 4(2) UU PPh
9. Jasa Konsultan manajemen 4% Bruto – PPN
10. Jasa maklon Internasional 2.1% Biaya pembuatan – bahan
baku
KMK 543/2002
11. Penerbangan Luar negeri 2.64% Bruto KMK 417/1996
12. Pelayaran Dalam Negeri 1.2% Peredaran bruto KMK 417/1996
13. Konstruksi pengusaha kecil, pengadaan
s.d Rp 1 miliar
2% DPP PPN Ps 4(2) UU PPh
14. Bahan Bakar minyak jenis Premix, Super
TT dan gas oleh penyalur/agen
PERTAMINA
0.3% Penjualan KMK 417/1996
15. Hasil Tembakau 0.15% Harga Bandrol KMK 348/2001
16. Semen 0.25% DPP PPN KMK 401/2001
17. Selisih lebih hasil revaluasi 10% Selisih lebih – Kompensasi
rugi
G. PENGHASILAN TIDAK TERMASUK OBYEK PAJAK
Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah:
a. 1) Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
dan para penerima zakat yang berhak;
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 145 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c. Warisan;
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah;
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau
Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1)
2)
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 146 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi;
k. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;
l. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan; dan
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia."
H KOMPENSASI KERUGIAN
Jika wajib pajak orang pribadi yang menggunakan pembukuan mengalami
kerugian dalam tahun-tahun sebelumnya maka kerugian fiskal nya dapat
dikompensasikan selama 5 (lima) tahun sejak dialaminya kerugian (Pasal 6 ayat 2
UU PPh)
Kompensasi kerugian hanya diperbolehkan diisi oleh Wajib Pajak yang
menyelenggarakan pembukuan. Kompensasi yang boleh diisikan adalah jumlah
kerugian fiskal yang telah terjadi untuk tahun pajak 5 (lima) tahun.
Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperbolehkan secara fiskal terdapat kerugian-
kerugian fiskal maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan
netto atau laba fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turut di mulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun diperolehnya kerugian tersebut:
Contoh:
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 147 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
PT A dalam tahun 1995 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000,00.
Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut :
1996 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
1997 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
1998 : laba fiskal Rp N I H I L
1999 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2000 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 1995 (Rp 1.200.000.000) Laba fiskal tahun 1996 Rp 200.000.000 (+) Sisa rugi fiskal tahun 1995 (Rp 1.000.000.000) Rugi fiskal tahun 1997 Rp 300.000.000 Sisa rugi fiskal tahun 1995 (Rp 1.000.000.000) Laba fiskal tahun 1998 N I H I L Sisa rugi fiskal tahun 1995 (Rp 1.000.000.000) Laba fiskal tahun 1999 Rp 100.000.000 (+) Sisa rugi fiskal tahun 1995 (Rp 900.000.000) Laba fiskal tahun 2000 Rp 800.000.000 (+) Sisa rugi fiskal tahun 1995 (Rp 100.000.000) Rugi fiskal tahun 1995 sebesar Rp 100.000.000,00 yang masih tersisa pada akhir
tahun 2000 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2001,
sedangkan rugi fiskal tahun 1997 sebesar Rp 300.000.000,00 hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2001 dan tahun 2002, karena jangka
waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 1998 berakhir pada akhir tahun 2002.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 148 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 4
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Wajib pajak orang pribadi mendapat pengurangan pajak penghasilan sebesar
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan keadaan keluarga menurut
ketentuan. Penerapan PTKP dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun pajak
atau awal bagian tahun pajak. Penghitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun
sebelumnya sudah bekerja di Indonesia) dilakukan dengan melihat keadaan pada awal
tahun takwim (1 Januari). Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal
bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak mulai berlaku tanggal 1 Januari 2007diberikan sebesar:
1) Rp 13.200.000 (Tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi;
2) Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin;
3) Rp 13.200.000 (Tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, dalam hal isteri:
♦ Bukan karyawati, tetapi mempunyai penghasilan dari usaha / pekerjaan bebas
yang tidak ada hubungannya dengan usaha / pekerjaan bebas suami, anak / anak
angkat yang belum dewasa.
♦ Bukan karyawati, tetapi pada pemberi yang bukan sebagai pemotong pemotong
pajak walaupun tidak mempunyai penghasilan dari usaha / pekerjaan bebas.
♦ Bekerja sebagai karyawati pada lebih dari 1 (satu) pemberi kerja.
4) Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
Berikut ini tabel Penghasilan Tidak kena Pajak:
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 149 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
PTKP JUMLAH
TK/0 13.200.000
TK/1 14.400.000
TK/2 15.600.000
TK/3 16.800.000
K/0 14.400.000
K/1 15.600.000
K/2 16.800.000
K/3 18.000.000
K/I/- 27.600.000
K/I/1 28.800.000
K/I/2 30.000.000
K/I/3 31.200.000
5) Warisan yang belum terbagi sebagai Wajib Pajak menggantikan yang berhak tidak
memperoleh pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
6) PTKP untuk wajib pajak yang melakukan pisah harta adalah sebesar PTKP masing-
masing. Namun status kawin dan tanggungan diikutkan pada suami sebagai kepala
keluarga.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 150 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 5
TARIF DAN KREDIT PAJAK
A TARIF PAJAK
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi orang pribadi :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp 25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah)
5%
(lima persen)
di atas Rp 25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah)
s.d. Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
10%
(sepuluh persen)
di atas Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
s.d. Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
15%
(lima belas persen)
di atas Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
s.d. Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah)
25%
(dua puluh lima
persen)
di atas Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah)
35%
(tiga puluh lima
persen)
B KREDIT PAJAK
Wajib pajak yang memperoleh penghasilan dan dipotong PPh oleh pihak lain
(PPh pasal 21, 22, 23, 24) atau PPh yang ditanggung pemerintah dapat dikurangkan dari
PPh terutang:
a. Untuk PPh pasal 21 PPh yang dapat dikreditkan dari PPh terutang adalah yang
berasal dari Form 1721-A1 atau bukti potong PPh pasal 21.
b. Untuk PPh Pasal 22 berasal dari bukti potong pemungut PPh Pasal 22 (Bukti
potong dapat berupa SSP atau dokumen lain)
c. Untuk PPh Pasal 23 berasal dari bukti potong PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 151 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
d. Untuk PPh Pasal 24 berasal dari perhitungan PPh pasal 24
C PPH YANG SUDAH DIBAYAR SENDIRI
Dalam tahun berjalan biasanya wajib pajak diwajibkan untuk membayar angsuran
PPh Pasal 25. Namun secara insidentil juga biasanya mereka membayar fiskal luar
negeri jika mereka melakukan perjalanan ke luar negeri. Pembayaran tersebut dapat
mengurangi PPh terutang. PPh yang dibayar sendiri meliputi:
a. PPh Pasal 25
Merupakan pembayaran bulanan berdasarkan SPT tahun sebelumnya
b. Pembayaran surat tagihan pajak
Jika angsuran PPh Pasal 25 tidak dibaya, kemudian terbit STP dan dibayar maka
pembayaran tersebut dapat dikreditkan namun hanya sebesar pokok pajaknya
saja.
c. Fiskal luar negeri (PP 17/98 jo PP 42/2000)
Fiskal luar negeri dikenakan untuk perjalanan ke luarnegeri dengan ketentuan:
Udara : Rp 1.000.000 per penerbangan
Laut : Rp 500.000 per perjalanan
D PENGISIAN SPT TAHUNAN NO KODE
FORMULIR
NAMA FORMULIR KETERANGAN
1 1770 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Induk SPT
2 1770-I Perhitungan penghasilan Netto dalam Negeri Lampiran I
3 1770-II Daftar pemotongan / pemungutan PPh oleh pihak
lain, PPh yang ditanggung pemerintah,penghasilan
netto dan pajak atas penghasilan yang
dibayar/dipotong/terutang di Luar negeri
Lampiran II
4 1770-III Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat
final, dikenakan pajak tersendiri dan penghasilan
yang tidak termasukobyek pajak
Lampiran III
E LAMPIRAN YANG HARUS DISERTAKAN DALAM SPT PPH ORANG
PRIBADI
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 152 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Lampiran yang harus disertakan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
adalah:
a. Seluruh lampiran SPT Tahunan yang ada yang telah dibakukan (1770,1770-I,
1770-II, 1770-III)
b. Neraca dan rugi laba (jika menggunakan pembukuan)
c. Daftar aktiva yang dimiliki dan digunakan untuk usaha (jika menggunakan
pembukuan)
d. Rekapitulasi bulanan peredaran bruto (jika menggunakan norma perhitungan
penghasilan netto)
e. Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3 (jika SPT wajib pajak kurang Kurang
Bayar)
f. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan wajib pajak (nama, tanggal
lahir, hubungan keluarga dan pekerjaan)
g. Foto copy 1721-A1 dari pemberi kerja (jika karyawan swasta termasuk BUMN
dan BUMD)
h. Foto copy 1721-A2 dari pemberi kerja (jika PNS, ABRI atau pejabat negara)
i. Surat kuasa (jika ditanda tangani selain wajib pajak)
j. Lembar perhitungan pajak penghasilan (jika wajib pajak yang kawin dengan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan)
k. Lembar perhitungan PPh pasal 25 (jika ada kompensasi kerugian atau
penghasilan tidak teratur atau lebih bayar)
l. Daftar harta dan daftar hutang wajib pajak
F Lain-Lain
1. Wajib pajak yang belummempunyai npwp harus mendaftarkan diri terlebih dahulu
di kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib
pajak
2. SPT Tahunan dapat diambil sendiri oleh Wajib Pajak di tempat wajib pajak
terdaftar
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 153 dari 152 141
Laboratorium Pengembangan Akuntansi
3. Wajib pajak dapat menggunakanmata uang rupiah dan dalam bahasa Indonesia.
Jika menggunakan bahasa Inggris harus mengajukan permohonan. Untuk wajib
pajak asing dapat menggunakan bahasa inggris dan mata uang $ USA
4. Angka-angka dalam SPT Tahunan berikut lampiran disajikan dalam rupiah penuh
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Hal. 154 dari 152 141