5
Berdikari, Kemandirian Bangsa Ala Bung Karno Berkepribadian dalam kebudayaan. Indonesia sudah saatnya memiliki pemimpin yang bisa memacu rakyatnya untuk memiliki kepribadian yang kuat, tidak mudah dipengaruh oleh budaya asing dan justru harus bangga dengan budayanya sendiri. - See more at: http://www.soekarno.net/berdikari-kemandirian-bangsa-ala-bung- karno/#sthash.3JfNiXY5.dpuf PLOT CERITA Bidang: Animasi Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang hanya terdiri dari kakek dan cucunya. Sang kakek bernama “Darto” sedangkan cucunya bernama “Deon”. Kakek Darto adalah seorang pemain musik tradisional yang sejak masa mudanya telah mengudara di berbagai pagelaran seni gamelan di seluruh wilayah Indonesia. Grup pagelaran seni gamelan yang dikepalai kakek Darto begitu terkenal sehingga kakek Darto mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai pelestari budaya daerah. Namun putrinya meninggal saat melahirkan Deon dan saat Deon menginjak kelas 4 SD, ayahnya meninggal karena suatu kecelakaan. Keluarga satu-satunya yang dimiliki Deon saat ini hanyalah kakek Darto. Deon sangat bergantung kepadanya, dan sangat menyayanginya. Suatu hari, saat kakek Darto memainkan salah satu alat musik di ruang musiknya, Deon merasa penasaran dan mengintip di balik pintu memperhatikan apa yang dilakukan kakeknya. Kakek Darto yang menyadarinya langsung melihat ke arah pintu, tersenyum dan mengundang cucunya untuk masuk. Deon kemudian

Pak Darto dan cucunya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cerita tentang deon yang tidak suka gamelan, tapi suatu hari menjadi pemain gamelan profesional menggantikan kakeknya

Citation preview

Page 1: Pak Darto dan cucunya

Berdikari, Kemandirian Bangsa Ala Bung Karno

Berkepribadian dalam kebudayaan. Indonesia sudah saatnya memiliki pemimpin yang bisa

memacu rakyatnya untuk memiliki kepribadian yang kuat, tidak mudah dipengaruh oleh

budaya asing dan justru harus bangga dengan budayanya sendiri. - See more at:

http://www.soekarno.net/berdikari-kemandirian-bangsa-ala-bung-karno/

#sthash.3JfNiXY5.dpuf

PLOT CERITA

Bidang: Animasi

Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang hanya terdiri dari

kakek dan cucunya. Sang kakek bernama “Darto” sedangkan cucunya

bernama “Deon”. Kakek Darto adalah seorang pemain musik tradisional

yang sejak masa mudanya telah mengudara di berbagai pagelaran seni

gamelan di seluruh wilayah Indonesia. Grup pagelaran seni gamelan yang

dikepalai kakek Darto begitu terkenal sehingga kakek Darto mendapat

penghargaan dari pemerintah sebagai pelestari budaya daerah. Namun

putrinya meninggal saat melahirkan Deon dan saat Deon menginjak kelas

4 SD, ayahnya meninggal karena suatu kecelakaan. Keluarga satu-

satunya yang dimiliki Deon saat ini hanyalah kakek Darto. Deon sangat

bergantung kepadanya, dan sangat menyayanginya.

Suatu hari, saat kakek Darto memainkan salah satu alat musik di

ruang musiknya, Deon merasa penasaran dan mengintip di balik pintu

memperhatikan apa yang dilakukan kakeknya. Kakek Darto yang

menyadarinya langsung melihat ke arah pintu, tersenyum dan

mengundang cucunya untuk masuk. Deon kemudian tersenyum lebar,

membuka pintunya dan berlari menuju pangkuan kakeknya. Setelah Deon

berada di pangkuan kakeknya, sang kakek memberikan alat pemukul

gamelan atau biasa disebut tabuh bonang kepada cucunya itu. Sang

kakek mengajarinya dengan bahagia dan mulai berharap agar suatu hari

nanti Deon dapat tetap melestarikan kesenian tersebut sekalipun ia telah

meninggal.

3 tahun berlalu, sang kakek dan cucunya sangat menikmati hari-

hari yang mereka habiskan bersama. Namun suatu ketika, sang kakek

Page 2: Pak Darto dan cucunya

jatuh sakit. Hal itu membuatnya harus menghabiskan waktunya di atas

tempat tidur. Deon yang cemas datang ke kamar kakeknya, memegangi

tangan kakeknya dengan harapan agar kakeknya dapat cepat sembuh.

Deon tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat berarti lagi. Hal itu

membuat Deon meneteskan air matanya. Kakek Darto yang menyadari air

mata Deon yang menetes di tangannya kemudian terbangun, tersenyum

memandangi cucunya dan kemudian mengusap air mata Dion. Senyuman

kakeknya secara tidak langsung telah memberikan harapan bagi Deon.

Deon kemudian meninggalkan kakeknya agar kakeknya dapat beristirahat

kembali, lalu beranjak menuju ruang musik kakek Darto dan memainkan

gamelan hanya untuk menghibur dirinya.

Hari demi hari berlalu, setiap harinya Deon selalu mengulangi

aktivitas yang sama. Namun, suatu ketika saat Deon memutuskan untuk

melihat kakenya lagi setelah dari ruang musik, dia mendapati kakeknya

dalam keadaan tak bernyawa. Secara refleks, Deon berteriak memanggil

“KAKEK..........”. Deon tertunduk, badannya ambruk tidak kuasa menerima

kenyataan ini. Samar-samar terlihat beberapa orang berlari masuk.

Deon pingsan begitu lama, saat ia terbangun pemakaman kakeknya

telah selesai dilaksanakan. Deon yang dibaringkan di kamar kakeknya

kemudian beranjak pergi menuju ruang musik. Setelah masuk, Deon

berdiri di depan pintu dan memandangi peralatan musik yang biasa

dimainkan kakeknya itu sembari mengingat bagaimana ia menghabiskan

waktunya bersama kakeknya. Ia pun kemudian berjalan menghampiri

gamelan yang biasa ia mainkan, dan mengambil tabuh bonang yang

berada di samping gamelan itu. Namun, saat ia mencoba untuk

memainkannya, tiba-tiba tangannya terasa berat karena mengingat

kakeknya telah meninggalkannya seperti ayah dan ibunya yang telah

meninggalkannya. Deon pun menjatuhan tabuh bonang dan kemudian

menangis sejadi-jadinya.

Hari demi hari berikutnya, Deon hanya memandangi ruang musik

dan seluruh peralatan musik yang ada tanpa pernah memainkannya,

baginya hanya ada kesedihan jika ia terus memainkan musik itu karena ia

akan terus mengingat bahwa kakeknya, satu-satunya harapannya juga

Page 3: Pak Darto dan cucunya

telah pergi meninggalkannya. Tetapi Deon adalah sesorang yang memiliki

bakat bermusik yang tinggi, dia sangat mudah mempelajari alat musik

baru. Deon kemudian merasa tertarik untuk membeli sebuah gitar

akustik. Dia kemudian membawa gitar tersebut ke ruang musik kakeknya

dan belajar memainkannya setiap hari dan hanya memandang sekilas alat

musik peninggalan kakeknya itu.

Semakin ia beranjak dewasa, semakin banyak jenis alat musik

modern yang dibawanya, dan semakin pula ia menggeser peralatan musik

kakeknya agar dapat ditempati alat musik modernya. Setiap harinya, ia

berlatih musik bersama teman-temannya di ruaang musik tersebut. Genre

musik yang dimainkannya juga merupakan genre musik barat yang

sedang digemari banyak orang. Deon benar-benar tidak pernah ingin

mencoba lagi memainkan alat musik peninggalan kakeknya itu.

Namun, suatu hari setelah Deon dan teman-temannya selesai

berlatih, salah satu temannya merasa penasaran dan mencoba mengutak

atik peralatan musik tradisional kakek Darto. Deon yang menyadarinya

kemudian marah dan temannya yang merasa kaget atas reaksi Deon,

tidak sengaja menyenggol suatu alat musik dan mengakibatkan salah

salah satu gong terjatuh. Tidak diangka, dibalik gong tersebut terdapat

sebuah kotak yang diatasnya terdapat tulisan “Untuk Deon, cucuku

tersayang”. Deon yang penasaran segera membuka kotak tersebut dan

didapati beberapa kaset koleksi lagu yang biasa dimainkan kakek Darto

dan sepucuk surat. Surat tersebut berisi betapa bahagianya kakek Darto

memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama cucunya, serta

pesan bahwa kakek Darto ingin agar Deon dapat melestarikan budaya

musik tradisional gamelan jawa tersebut. Kakek Darto juga berpesan agar

Deon dapat mewujudkan mimpinya sendiri, tidak peduli akan jadi apa

Deon nanti, Kakek Darto hanya berpesan agar dimanapun dan dalam

posisi apapun Deon harus berusaha melestarikan budaya tersebut dengan

caranya sendiri, dengan begitu kakek Darto akan tetap hidup bersama

lestarinya budaya bangsa, karena budaya adalah jiwa dan raganya.

(teks surat menyusul)

Page 4: Pak Darto dan cucunya

Setelah membaca surat tersebut, tidak terasa, mata Deon telah

basah akan air mata. Ia merasa bersalah karena selama ini ia justru

berusaha melupakan kakeknya, bukannya melestarikan, Deon justru

berusaha menyingkirkannya. Dia kemudian memeluk kotak peninggalan

kakeknya tersebut.

Keesokan harinya, dia memutuskan bahwa ia akan memainkan

gamelan di pertunjukan sekolah, teman-temannya jelas menolak ide gila

Deon karena pertunjukan tinggal beberapa hari lagi. Teman-temannya

pun pergi begitu saja. Tetapi keesokan harinya, saat Deon duduk di depan

gamelan tiba-tiba teman-temannya datang dan tersenyum, mereka tidak

bisa meninggalkan Deon karena mereka telah bersahabat begitu lama.

Mereka sepakat akan membuat kolaborasi musik modern dan musik

tradisional yang akan menggemparkan semua orang. Dengan begitu

mereka dapat tetap memainkan alat musik modern namun tetap dapat

melestarikan kebudayaan tradisional bangsa.

Kisah ini diakhiri dengan genggaman tangan persatuan serta pesan

agar setiap orang dapat tetap melestarikan kebudayaan bangsa di masa

modern seperti sekarang.

TAMAT