Upload
yos-zeth-wandry
View
10
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Cerita Harian
Pelajaran Hidup dari Petani Polos Dan Penumpang Angkot
Tidak ada yang menyangka kalau seorang lelaki tua yang berada dipinggir jalan dan menahan
angkot itu seorang petani. Lelaki separuh baya itu melambaikan tangannya sebagai tanda kepada
supir angkot untuk berhenti dan sudi untuk mengantar ia ketujuan.
Dengan percaya diri lelaki separuh baya itu berkata pada sopir angkot“ tolonglah bantu saya
untuk menaikan karung – karung kecil ini diatas mobil mikrolet ta’ daeng”. Dengan sigap dan
ikhlas sopir angkot pun turun dan membantu sang lelaki itu untuk menaikan karung – karung
kecil yang jumlahnya cukup banyak diatas angkot. Yah, cukup banyak sehingga karung –
karung itu menutupi pintu masuk angkot.
Saya pun dalam hati berkata “ waduh baik juga sopir angkot ini bukan hanya bersedia memberi
tumpangan tapi membantu menaikan karung – karung itu kedalam mobil angkot.” Saya pun
berpikir mungkin supir angkot ini keluarga dari si lelaki separuh baya itu. Ini kan kota besar
dimana setiap orang sedikit bertindak pragmatis.
Padahal karung – karung itukan bukan hanya memenuhi tempat duduk yang kosong namun pula
mengganggu kenyamanan penggunaan lain. Apalagi ternyata karung itu berisi kapur campuran
pupuk urea yang sedikit berdebu dan bau.
Para penumpang angkot pun menunjukan ekspresi sinis, kecewa dan tak habis pikir. Kenapa
sopir ini rela memberi tumpangan pada si pak tua ini. Mungkin sebagai bentuk protes
penumpang lain terhadap ketidaknyaman yang ada dalam angkot di tunjukan dengan gerakan
menutup hidung dan menunjukan muka sinis terhadap pak tua itu sambil memperingat sopir
“tidak ada penumpang yang mau naik mobil ta pak sopir karena karung itu sangat mengganggu”
Sopir pun nampaknya tidak peduli dengan omongan penumpang lain yang gusar dan kecewa.
Meskipun pada kenyataan ada beberapa calon penumpang mengurungkan niatnya untuk naik
mobil itu. Dan sopir pun mulai gusar dan cemas dengan kondisi ini. Pak sopir pun bertanya “
dimana ki kah, kita turun ?. Pak Tua itupun menjawab “ di Jalan Veteran de.Pak sopir setengah
mengelah nafas seakaan menunjukan sedikit penyesalan.
Tapi yang menarik dan unik pak Tua ini nampaknya tidak mempedulikan sikap penumpang lain
yang nampaknya sangat terganggu dengan barang bawaannya yang banyak itu. Bahkan pak tua
itu mencoba untuk membangun komunikasi dengan penumpang lain sambil bercerita panjang
lebar tentang karung – karung bawaannya meskipun penumpang angkot tidak menggubris dan
mempedulikan cerita pak tua itu.
Saya pun dengan simpatik memperhatikan pak tua ini bercerita mengenai barang bawannya itu
yang cukup mengganggu penumpang lain. Pak tua bercerita dengan ekspresif kepada semua
penumpang seolah –olah tidak mau mempedulikan kekecawan penumpang karena bawaannya
sambil berkata “ ini mi yang membuat beras kita menjadi murah – sambil menunjuk karung –
karungnya –“ saya pun menyimak dengan penuh antusias sambil berkata dalam hati “ oh rupanya
bapak ini petani “.Pak itu itu melanjutkan penjelasannya “ Dengan mencampurkan pupuk ini
dengan pupuk urea maka kita dapat menghemat penggunaan urea sehingga biaya produksi
perhektar dapat kami tekan dari 900,000 perhektar menjadi 250.000 perhektar dengan jumlah
produksi yang hampir sama perhektarnya tapi bagi kami petani itu meskipun untungnya sedikit
yang penting biaya produksi rendah kami sudah senang” Meskipun penumpang lain tidak
mempedulikan penjelasannya bahkan menunjukan sikap sinis kepada pak tua itu saya tetap
berupaya untuk memberi perhatian kepada pak tua sebagai bentuk penghargaan sekaligus
kekaguman saya pada cara berpikir dan pilihan katanya bapak ini seperti orang terpelajar. Pak
tua itupun semakin antusias memberikan penjelasan kepada kami dengan melanjutkan ceramah
ilmiahnya “ pupuk ini mampu menjaga keseimbangan pH tanah kalau ph tanah terlalu tinggi
maka ia akan turunkan jika ph tanah terlalu rendah maka pupuk ini akan menaikan bahkan ini
sudah di uji coba dibeberapa daerah seperti pinrang dan maros dan berhasil “ Entahlah benar
tidak penjelasan pak tua ini karena saya kurang mengerti masalah pertanian . Tapi rupanya pak
tua semakin enak dengan menjelaskan betapa pentingnya pupuk ini buat pertanian sementara
penumpang lain secara terang terang menunjukan ekspresi ketidaksenangan dan kekecewan
namun bagi pak itu tidak menanggapinya dengan negative. Pak itu semakin asik dengan dirinya
dan sebatang rokok kretek sambil tertawa kecil dan berkata “ tapi sayang pupuk ini juga dapat
menurunkan kesuburan tanah dan petani untuk berhasil harus terus menggunakan pupuk ini “ ia
pun menggellengkan kepala dan tertawa kecil memikirkan kekurangan campuran pupuk yang
berada dalam karung – karung pupuk itu.
Sayapun harus turun karena telah sampai tujuan sambil berjalan saya berpikir. Kenapa bisa Pak
tua itu tidak menunjukan rasa bersalah atas ketidaknyamanana yang terjadi pun juga tidak
menunjukan kertesinggungan apalagi marah atas reaksi penumpang lain yang secara terang
terangan menunjukan perasaan tidak senang dan ketidaknyamanan yang diciptakannya. Malah
pak tua itu asyik mengajak cerita para penumpang kecewa meskipun tidak mendapat perhatian
dan respon dari semua penumpang. Toh ia tidak peduli dan terus asik bercerita sambil mengisap
rokok kreteknya yang sudah hampir habis.
Sayapun berpikir memang hidup kita tidak lepas dari penilaian orang namun pada kondisi
tertentu kita tidak perlu tahu dan terlalu memikirkan penilaian orang lain terhadap kita apalagi
atas segala kondisi ketidakbaikan yang tercipta dengan tidak sengaja atau terpaksa.