4
Cerita Harian Pelajaran Hidup dari Petani Polos Dan Penumpang Angkot Tidak ada yang menyangka kalau seorang lelaki tua yang berada dipinggir jalan dan menahan angkot itu seorang petani. Lelaki separuh baya itu melambaikan tangannya sebagai tanda kepada supir angkot untuk berhenti dan sudi untuk mengantar ia ketujuan. Dengan percaya diri lelaki separuh baya itu berkata pada sopir angkot“ tolonglah bantu saya untuk menaikan karung – karung kecil ini diatas mobil mikrolet ta’ daeng”. Dengan sigap dan ikhlas sopir angkot pun turun dan membantu sang lelaki itu untuk menaikan karung – karung kecil yang jumlahnya cukup banyak diatas angkot. Yah, cukup banyak sehingga karung – karung itu menutupi pintu masuk angkot. Saya pun dalam hati berkata “ waduh baik juga sopir angkot ini bukan hanya bersedia memberi tumpangan tapi membantu menaikan karung – karung itu kedalam mobil angkot.” Saya pun berpikir mungkin supir angkot ini keluarga dari si lelaki separuh baya itu. Ini kan kota besar dimana setiap orang sedikit bertindak pragmatis. Padahal karung – karung itukan bukan hanya memenuhi tempat duduk yang kosong namun pula mengganggu kenyamanan penggunaan lain. Apalagi ternyata karung itu berisi kapur campuran pupuk urea yang sedikit berdebu dan bau.

Pak Tani Dan Penumpang Angkot

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pak Tani Dan Penumpang Angkot

Cerita Harian

Pelajaran Hidup dari Petani Polos Dan Penumpang Angkot

Tidak ada yang menyangka kalau seorang lelaki tua yang berada dipinggir jalan dan menahan

angkot itu seorang petani. Lelaki separuh baya itu melambaikan tangannya sebagai tanda kepada

supir angkot untuk berhenti dan sudi untuk mengantar ia ketujuan.

Dengan percaya diri lelaki separuh baya itu berkata pada sopir angkot“ tolonglah bantu saya

untuk menaikan karung – karung kecil ini diatas mobil mikrolet ta’ daeng”. Dengan sigap dan

ikhlas sopir angkot pun turun dan membantu sang lelaki itu untuk menaikan karung – karung

kecil yang jumlahnya cukup banyak diatas angkot. Yah, cukup banyak sehingga karung –

karung itu menutupi pintu masuk angkot.

Saya pun dalam hati berkata “ waduh baik juga sopir angkot ini bukan hanya bersedia memberi

tumpangan tapi membantu menaikan karung – karung itu kedalam mobil angkot.” Saya pun

berpikir mungkin supir angkot ini keluarga dari si lelaki separuh baya itu. Ini kan kota besar

dimana setiap orang sedikit bertindak pragmatis.

Padahal karung – karung itukan bukan hanya memenuhi tempat duduk yang kosong namun pula

mengganggu kenyamanan penggunaan lain. Apalagi ternyata karung itu berisi kapur campuran

pupuk urea yang sedikit berdebu dan bau.

Para penumpang angkot pun menunjukan ekspresi sinis, kecewa dan tak habis pikir. Kenapa

sopir ini rela memberi tumpangan pada si pak tua ini. Mungkin sebagai bentuk protes

penumpang lain terhadap ketidaknyaman yang ada dalam angkot di tunjukan dengan gerakan

menutup hidung dan menunjukan muka sinis terhadap pak tua itu sambil memperingat sopir

“tidak ada penumpang yang mau naik mobil ta pak sopir karena karung itu sangat mengganggu”

Sopir pun nampaknya tidak peduli dengan omongan penumpang lain yang gusar dan kecewa.

Meskipun pada kenyataan ada beberapa calon penumpang mengurungkan niatnya untuk naik

mobil itu. Dan sopir pun mulai gusar dan cemas dengan kondisi ini. Pak sopir pun bertanya “

dimana ki kah, kita turun ?. Pak Tua itupun menjawab “ di Jalan Veteran de.Pak sopir setengah

mengelah nafas seakaan menunjukan sedikit penyesalan.

Page 2: Pak Tani Dan Penumpang Angkot

Tapi yang menarik dan unik pak Tua ini nampaknya tidak mempedulikan sikap penumpang lain

yang nampaknya sangat terganggu dengan barang bawaannya yang banyak itu. Bahkan pak tua

itu mencoba untuk membangun komunikasi dengan penumpang lain sambil bercerita panjang

lebar tentang karung – karung bawaannya meskipun penumpang angkot tidak menggubris dan

mempedulikan cerita pak tua itu.

Saya pun dengan simpatik memperhatikan pak tua ini bercerita mengenai barang bawannya itu

yang cukup mengganggu penumpang lain. Pak tua bercerita dengan ekspresif kepada semua

penumpang seolah –olah tidak mau mempedulikan kekecawan penumpang karena bawaannya

sambil berkata “ ini mi yang membuat beras kita menjadi murah – sambil menunjuk karung –

karungnya –“ saya pun menyimak dengan penuh antusias sambil berkata dalam hati “ oh rupanya

bapak ini petani “.Pak itu itu melanjutkan penjelasannya “ Dengan mencampurkan pupuk ini

dengan pupuk urea maka kita dapat menghemat penggunaan urea sehingga biaya produksi

perhektar dapat kami tekan dari 900,000 perhektar menjadi 250.000 perhektar dengan jumlah

produksi yang hampir sama perhektarnya tapi bagi kami petani itu meskipun untungnya sedikit

yang penting biaya produksi rendah kami sudah senang” Meskipun penumpang lain tidak

mempedulikan penjelasannya bahkan menunjukan sikap sinis kepada pak tua itu saya tetap

berupaya untuk memberi perhatian kepada pak tua sebagai bentuk penghargaan sekaligus

kekaguman saya pada cara berpikir dan pilihan katanya bapak ini seperti orang terpelajar. Pak

tua itupun semakin antusias memberikan penjelasan kepada kami dengan melanjutkan ceramah

ilmiahnya “ pupuk ini mampu menjaga keseimbangan pH tanah kalau ph tanah terlalu tinggi

maka ia akan turunkan jika ph tanah terlalu rendah maka pupuk ini akan menaikan bahkan ini

sudah di uji coba dibeberapa daerah seperti pinrang dan maros dan berhasil “ Entahlah benar

tidak penjelasan pak tua ini karena saya kurang mengerti masalah pertanian . Tapi rupanya pak

tua semakin enak dengan menjelaskan betapa pentingnya pupuk ini buat pertanian sementara

penumpang lain secara terang terang menunjukan ekspresi ketidaksenangan dan kekecewan

namun bagi pak itu tidak menanggapinya dengan negative. Pak itu semakin asik dengan dirinya

dan sebatang rokok kretek sambil tertawa kecil dan berkata “ tapi sayang pupuk ini juga dapat

menurunkan kesuburan tanah dan petani untuk berhasil harus terus menggunakan pupuk ini “ ia

pun menggellengkan kepala dan tertawa kecil memikirkan kekurangan campuran pupuk yang

berada dalam karung – karung pupuk itu.

Page 3: Pak Tani Dan Penumpang Angkot

Sayapun harus turun karena telah sampai tujuan sambil berjalan saya berpikir. Kenapa bisa Pak

tua itu tidak menunjukan rasa bersalah atas ketidaknyamanana yang terjadi pun juga tidak

menunjukan kertesinggungan apalagi marah atas reaksi penumpang lain yang secara terang

terangan menunjukan perasaan tidak senang dan ketidaknyamanan yang diciptakannya. Malah

pak tua itu asyik mengajak cerita para penumpang kecewa meskipun tidak mendapat perhatian

dan respon dari semua penumpang. Toh ia tidak peduli dan terus asik bercerita sambil mengisap

rokok kreteknya yang sudah hampir habis.

Sayapun berpikir memang hidup kita tidak lepas dari penilaian orang namun pada kondisi

tertentu kita tidak perlu tahu dan terlalu memikirkan penilaian orang lain terhadap kita apalagi

atas segala kondisi ketidakbaikan yang tercipta dengan tidak sengaja atau terpaksa.