25
Nama kelompok 3 : 1.I.A. Kus Omi Handayani (01) 2.Ketut Mariasa (02) 3.Ketut Donika Sari (04) 4.Kd. Sumitra Dwi W. (05) 5.Kd. Nova Yani (08) 6.Kd. Ayu Sugiani (18) 7.Ketut Yastrini (19) 8.Luh Armini (32) Bahasa Bali Bukanlah Bahasa Feodal

Pak teken present

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pak teken present

Nama kelompok 3 :1.I.A. Kus Omi Handayani (01)2.Ketut Mariasa (02)3.Ketut Donika Sari (04)4.Kd. Sumitra Dwi W. (05)5.Kd. Nova Yani (08)6.Kd. Ayu Sugiani (18)7.Ketut Yastrini (19)8.Luh Armini (32)

Bahasa Bali Bukanlah

Bahasa Feodal

Page 2: Pak teken present
Page 3: Pak teken present

PENGERTIAN BAHASA BALI

* Bahasa Bali adalah salah satu bahasa

daerah di negara Indonesia.

* Bahasa Bali merupakan bahasa ibu.

* Bahasa bali merupakan suatu ilmu tata

wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki

systematika baik.

* Dalam penerapannya, bahasa bali lebih sering digunakan

dalam dibidang sosiolinguistik.

Page 4: Pak teken present
Page 5: Pak teken present

Dalam perkembangannya bahasa bali

terintegrasi dengan tata krama, etika dan

sopan santun Sor-Singgih Basa Bali

berarti aturan tentang tingkat-tingkatan

atau tinggi rendah yang menyangkut

rasa/ perasaan yang merujuk pada rasa

solidaritas dengan saling hormat

menghormati dalam menggunakan

bahasa Bali terhadap lawan bicara.

Page 6: Pak teken present

Berikut adalah pembagian terhadap tingkatan tingkatan bahasa bali menurut Sor-Singgihnya yang terdiri dari :1. Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag2. Basa Andap3. Basa Madia4. Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih5. Basa Mider

Page 7: Pak teken present

•Pembahasan Basa Kasar

Page 8: Pak teken present

Pembahasan Basa Kasar Jabag

Page 9: Pak teken present

Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja (

dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut

dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari

bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali

yang memiliki wangsa jaba. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan

apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin

erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan,

sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan. Contoh :

Percakapan antar wangsa ksatriya :

“Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin”

“Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya”

Pembahasan Basa Andap

Page 10: Pak teken present

Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong

menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara

bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa

konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus,

karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara

( tidak halus dan juga tidak kasar). Contoh : “Ampunang irika negak, ten tepukin tiang” “Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu” “Mara suud ngajeng, suba nagih mepamit” “Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.

Page 11: Pak teken present

Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai

rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini

digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar,

percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari : Basa Alus Sor Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri

sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara.

Contoh : - Titiang jagi grereh pakaryan sane patut anggen pangupa

jiwa Saya ingin mencari pekerjaan yang sesuai untuk

pemenuhan hidup

Pembahasan Basa Alus

Page 12: Pak teken present

Basa Alus Mider Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang memiliki nilai rasa

tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah bahasa bali alus dwi fungsi, bisa masuk dalam basa bali alus singgih dan juga bias masuk dalam basa bali alus sor. Contoh “Ipun makta asiki, ida makta kekalih”“Ia membawa satu, beliau membawa dua”

Basa Alus Singgih Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang hanya dapat

digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan.

Contoh : “ I Ratu kayun ngrayunang ulam bawi?” “Ratu, yening wenten karya ring geria, nikain titiang”

Page 13: Pak teken present

Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak memiliki

tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini

dapat digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu

dalam pemakaiannya tidak terikat dengan status social

dalam masyarakat, situasi / kondisi pembicaraan.

Contoh : (kata sifat) nyongkok, kija, ke kantor (tempat),

televisi/ radio (kata benda),

Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan

dalam kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.

Pembahasan Basa Mider

Page 14: Pak teken present

Penggunaan bahasa bali ini adalah salah satunya banyak

ditemukan dalam upacara ritual keagamaan khususnya

hindu “Mabebaosan”atau “Pewarah” serta sekaligus

penggunaan aksara / huruf bahasa bali pada upakara “

ulap-ulap” serta aksara “Kajang” yang digunakan pada

ritual hindu pada upacara Ngaben (Pitra Yadnya) dan

pada saat upacara Catur Yadnya , saat rapat / Sabha /

Paum desa pakraman / adat .

Page 15: Pak teken present

Wangsa disini dapat diartikan sebagai pembagian golongan masyarakat berdasarkan

kelahirannya. Jadi yang dimaksud Catur Wangsa / Warna adalah empat golongan

yang terdapat pada masyarakat hindu di Bali. Pembagian Catur Wangsa itu terdiri dari:

Wangsa Brahmana : Wangsa yang paling dihormati dan biasanya jika ditinjau dari

kelahirannya, mempunyai kedudukan tinggi sebagai guru yang memberikan

pencerahan kerohanian / suci kepada para wangsa lainnya. Biasanya bahasa yang

digunakan adalah bahasa alus singgih.

Wangsa Ksatriya : Wangsa yang dihormati dan biasanya jika ditinjau dari

kelahirannya, mempunyai kedudukan sebagai seorang pemimpin / kepemerintahan.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa alus sor, dan basa alus mider, basa madia.

Catur Wangsa yang ada di Bali.

Page 16: Pak teken present

Wangsa Wesia : Dalam Wangsa ini , jika ditinjau dari segi kelahirannya, mempunyai

kedudukan dalam bidang “pertukangan” / ulet melaksanakan pekerjaan sesuai dengan profesi

yang digelutinya (pande). Bahasa yang digunakan biasanya basa alus sor, basa andap, basa

madia, dan basa kasar jabag

Wangsa Sudra : Wangsa ini merupakan wangsa terakhir dalam penggolongan Catur

Wangsa. Jika ditinjau dari segi kelahirannya, mempunyai kedudukan dalam bidang

keniagaan/ kewirausahaan “dagang” yang melakukan aktifitas jual beli sebagai mata

pencaharian dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa yang digunakan , basa madia, basa

andap, basa kasar jabag.

Itulah system pembagian dalam penggunaan Bahasa Bali ditinjau dari penggolongan warna/

wangsa yang ada di dalam masyarakat hindu di Bali menurut kelahiran pada umunya .

Page 17: Pak teken present
Page 18: Pak teken present

Selain itu dalam masyarakat hindu di Bali selalu berpedoman pada tiga kerangka

dasar agama hindu yaitu filsafat, etika dan upakara dalam pelaksaan kehidupan

bermasyarakat, ritual keagamaan, dan bersosial. Selain itu penggunaan bahasa yang

memakai system pembedaan kelas masyarakat selalu memperhatikan pedoman

“Desa Kala Patra” yang artinya penggunaan bahasa yang sebagai

keterampilan berbicara harus sesuai dengan tempat/ situasi kondisi

lingkungan dalam konteks pembicaraan (desa), waktu (kala) sesuai dengan

topic pembicaraan terkini dibicarakan, dan (patra) menganut fungsi /

pembicaraan yang kita sampaikan memiliki daya guna yang tepat ,padat dan

berisi yang dapat dijadikan sebagai pedoman / direalisasikan / mempunyai

daya interpretasi bagi penyimaknya yang sebagai lawan pembicara.

Page 19: Pak teken present

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kata Fe·o·dal

/féodal/ ada tiga definisi mengenai kata tersebut yaitu :

Berhubungan dengan susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan

Mengenai kaum bangsawan (tentang sikap, cara hidup, dsb)

Mengenai cara pemilikan tanah pada abad pertengahan di Eropa

Jika ditinjau dari segi paham Feodalisme mempunyai arti sistem politik dan militer

antara seorang bangsawan feodal (bangsawan atau Paduka), dan pengikut-Nya.

Feodalisme berkembang dari abad kesembilan hingga abad kelima belas. Dalam

pengertian yang paling klasik, feodalisme mengacu pada sistem politik Abad

Pertengahan Eropa terdiri dari seperangkat kewajiban hukum dan militer timbal

balik antara bangsawan prajurit, bergulir di sekitar tiga konsep kunci dari tuhan,

pengikut, dan para tuan.

Arti Kata Feodal

Page 20: Pak teken present

Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak

pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan

istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan

yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena

penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para

pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan

dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.

Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, kata feodal ini

mengalami pergeseran makna secara peyoratif dimana seringkali digunakan untuk

merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang

lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang

sudah banyak ditinggalkan'. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian

politiknya.

Page 21: Pak teken present

Jika berbicara mengenai eksistensi penggunaan bahasa yang memiliki tingkatan

ini pada era masa kini , sungguh suatu permasalahan yang pelik bagi

masyarakat bali pada umumnya. Apalagi di era Globalisasi ini, banyak sekali

beberapa pengaruh yang masuk dalam kehidupan masyarakat bali, baik dari

segi kebudayaan, berbahasa, seni, dan sastra yang berkembang pesat sehingga

menjadi suatu pencampuran alkulturasi didalamnya. Pada hal, penggunaan

Bahasa Bali dengan memperhatikan Sor-Singgih Basa Bali ini mencerminkan

identitas dan status social diantara mereka sebagai pembicara dan lawan

biacara. Dan sekaligus berfungsi sebagai sarana edukasi dalam melatih

manusia, khususnya kaum muda hindu bali, memperhatikan situasi social, dan

saling menghormati serta memupuk kerendahan hati yakni kejujuran terhadap

adanya perbedaan social masyarakat.

Bahasa Bali bukanlah bahasa feodal

Page 22: Pak teken present

Tetapi terkadang tidak sesuai dengan apa yang menjadi keinginan para

pengguna bahasa bali di dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat

sekarang cenderung mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa

bali dengan memperhatikan sor singgih basa bali terutama pada seorang

pembicara / pewarah yang menyampaikan suatu informasi kepada kaum

brahmana atau kaum bangsawan dianggap Bahasa Bali itu sebagai bahasa

feodal, atau bahasa yang kolot, tidak modern atau ketinggalan zaman,

bahasa yang sudah lama bahkan ditinggalkan, atau bagi pengguna bahasa

bali yang demikian cenderung ditanggapi negative, yaitu “dengan

menggunakan bahasa bali, diartikan orang tersebut ingin selalu dihormati

oleh orang lain,” oleh para pendengarnya di kehidupan masyarakat.

Page 23: Pak teken present

Salah satu yang menyebabkan bahasa Bali dikatakan bukan bahasa

feodal dapat dilihat dari sejarah kebudayaan penutur Bahasa Bali.

Bahasa Bali digunakan untuk menunjukkan identitas penuturnya,

dalam hal ini adalah untuk menunjukkan identitas etnik Bali.

Disamping itu pula bahwa penggunaan tingkat tutur (sor-singgih basa)

dapat juga berfungsi sebagai sarana edukasi dalam melatih manusia,

khususnya kaum muda, memperhatikan status sosial dan menghormati

manusia lain serta memupuk kerendahan hati yakni kejujuran terhadap

adanya perbedaan sosial antar manusia, bukan feodalis.

Page 24: Pak teken present
Page 25: Pak teken present