149

PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya
Page 2: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANG

Page 3: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Pasal 1 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan

prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpamengurangipembatasansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

Ketentuan Pidana Pasal 113 1. SetiapOrangyangdengantanpahakmelakukanpelanggaranhakekonomisebagaimana

dimaksuddalamPasal9ayat(1)hurufIuntukPenggunaanSecaraKomersialdipidanadengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda palingbanyakRp.100.000.000,00(seratusjutarupiah).

2. SetiapOrangyangdengantanpahakdan/atautanpaizinPenciptaataupemegangHak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksuddalamPasal9ayat(1)hurufc,hurufd,huruff,dan/atauhurufhuntukPenggunaanSecaraKomersialdipidanadenganpidanapenjarapalinglama3(tiga)tahundan/ataupidanadendapalingbanyakRp.500.000.000,00(limaratusjutarupiah).

Page 4: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

I MADE ADI SURYA PRADNYA

PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANG

2020

Page 5: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�v

Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :

Dilarangmengutipataumemperbanyaksebagianatauseluruhisibukuinitanpaizintertulisdaripenerbit.

I Made Adi Surya Pradnya

Design & Lay Out: Made Narendra Danadwipa

Diterbitkan oleh:

Cetakan Pertama:2020, viii + 140 hlm, 14 x 21 cm

ISBN :

PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANG

Page 6: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

vPalinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Kata Pengantar

Om Swastyastu,Puji syukurpenulispanjatkankehadirat Ida Sang

Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karenaberkat Asung Kertha Waranugraha-Nya, penulis dapatmenyelesaikan buku berjudul “Palinggih Multikultur Di Pura Gambur Anglayang.” Bukuyangdisusunberdasarkanhasilpenelitianlapangantahun2018initidakmungkindapatterselesaikantepatpadawaktunyatanpabantuandariberbagaipihak.Oleh sebab itu,dalamkesempatanini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepadaseluruhpihakyangtelahmemberikankelancarandalampenyusunandanpenerbitanbukuini.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak,demikianpuladenganbukuiniyangmasihjauhdarikesempurnaan.Olehkarenaitu,kritikdansaranyangkonstruktifsangatkamiharapkan demi kemajuan dan penyempurnaankajian tentang Pura Gambur Anglayang. Semoga bukuyangsederhanainidapatbergunabagikitasemua.Om, Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar,Mei2020

Penulis

Page 7: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayangv�

KATAPENGANTAR................................................ vDAFTARISI............................................................... vi

1. PENDAHULUAN............................................... 1PalinggihMultikultur............................................... 5PuraGamburAnglayang......................................... 6

2. GAMBARANUMUM........................................ 8SejarahDesaKubutambahan.................................. 8Geografis Wilayah Desa Kubutambahan .............. 12

3. BENTUKMULTIKULTURDIPURAGAMBURANGLAYANG...................... 15SejarahPuraGamburAnglayang........................... 15MitosPalinggih Multikultur..................................... 25StrukturPuraGamburAnglayang......................... 59

4. PROSESIUPACARADIPURAGAMBURANGLAYANG...................... 85RitualpadaPalinggihdiPuraGamburAnglayang 85

Daftar Isi

Page 8: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

v��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

ProsesipadaPersiapanUpacara............................. 92ProsesipadasaatUpacara....................................... 96ProsesipadasaatsetelahUpacara.......................... 107

5. IMPLIKASIPALINGGIHMULTIKULTUR TERHADAPKEHIDUPANBERAGAMA...... 111MenjagaKerukunanAntarUmatBeragama........ 111Memberikan Refleksi Kehidupan Beragama yangBerbudaya......................................................... 117DialogAntarUmatBeragama................................. 120PolitikPluralismeyangDemokrati........................ 123KeberagamanEtnisdanPendidikanMultikultur 124

6. PENUTUP............................................................ 127Simpulan.................................................................... 127Saran .......................................................................... 129

DAFTARPUSTAKA................................................. 131

Page 9: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayangv���

Page 10: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Indonesia mengatur kehidupan beragama yangtercantum pada UUD’1945 serta melindungi

setiap keyakinan masyarakatnya. Emile Durkheim(dalamAgus,2010:129)menyatakanesensiagamaadalahkehendakmasyarakatitusendiri,karenaituagamaadalahciptaan masyarakat, bahkan yang dipercayai sebagaiTuhansebenarnyaadalahmasyarakatitusendiri.

Teori Durkeim di atas sesuai keberadaan Pura diDesaKubutambahan,Bulelengyaitumemilikikeunikan,terdapat 8 palinggih berbentuk aneka relief mencirikandaerah atau negara yang pernah berkunjung ke DesaKubutambahan. Hal ini sebagai kehendak masyarakatdalammenjalinhubungankerjasamaantarsuku,rasdangolongan,sehinggaterwujudkonsepmultikulturdiPuraGamburAnglayangsebagaitempatsucipemujaanumatHindu.

Tempat suci pemujaan umat Hindu menurutTitib(2003:103) disebutpalinggih,katapalinggihberartibangunantempatberstanaIda Sang Hyang Widhibesertamanifestasi-Nya atau para leluhur di sebuah Pura.

PENDAHULUAN

1

Page 11: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�

Setiap Pura pastilah memiliki palinggih yang secaraumum terdiri dari palinggih pokok, palinggih tambahandan palinggihpengiring. Pada perkembanganya dengandatangnya Dang Hyang Niratha pada Pura terdapatbangunan Padmasana sebagai stana Sang Hyang Siwa RadityaatauSang Hyang Widhi Wasa.

Pendapat Titib sesuai dengan palinggih di PuraGambur Anglayang yang terdiri dari palinggih pokok,yaitu Palinggih Ratu Bagus Sundawan dari unsur SukuSunda, Palinggih Ratu Bagus Melayu dari unsur rasmelayu,palinggihRatuAyuSyahbandardanRatuManikMasmenunjukanunsurCinadanBudha,palinggihRatuPasek,DewiSridanRatuGedeSiwamencirikanunsurHindu, Palinggih Ratu Gede Dalem Mekah merupakanunsur Islam. Perkembangan berikutnya di bangunpalinggihPadmasanasebagaisimbolIda Sang Hyang Widhi Wasa.

Adanyaunsurkebudayaandalamsetiappalinggihdi Pura Gambur Anglayang menunjukan leluhurmasyarakat Bali memiliki ikatan emosional untukmenghormatikebudayaanlain.MenurutLawrenceBlummenyatakan multikulturalisme meliputi pemahaman,penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang,sertapenghormatandankeingintahuan tentangbudayaetnislain(Nugroho,2009:14).Ditambahkanlagibahwamultikultur merupakan sikap terbuka pada perbedaan.Mereka yang memiliki sikap multikultur berkeyakinan:perbedaanbilatidakdikeloladenganbaikmemangdapatmenimbulkan konflik, namun bila mampu mengelola dengan baik, maka perbedaan justru memperkayaeksistensi.

Page 12: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Berdasarkan pendapat tersebut, keberadaanPura Gambur Anglayang memberikan pemikiran bagiperkembangan keagamaan Hindu di Bali. TerlebiheksistensiPuraGamburAnglayangsampaisaatinitetapeksis dan terawat dengan baik. Hal ini memberikancerminan dan pendidikan kepada umat agama diIndonesia tentang pentingnya kerukunan antar umatberagamayangdiwariskansejakzamandahulu.

Keberadaan Pura Gambur Anglayang sebagaitempat yang disucikan pastilah memiliki interakasihistoris para leluhur masyarakat Bali dengan budayalain,sehinggaterwujudberbagaipalinggihdariberbagaiunsurkebudayaanyangterjadisaatitu.HalinipastinyaberpengaruhpadakeberadaanmasyarakatHindusaatini,karenapenyungsungataupengemponPuraadalahumatHindu, sehingga perlu dikaji lebih mendalam tentangmitologi atau historis Pura Gambur Anglayang dalamkajian multikultur, sehingga keberadaan Pura GamburAnglayangtetapeksissebagaipemersatu.

Bentuk kerukunan umat beragama di PuraGambur Anglayang mencerminkan konsep teologibahwaTuhanitusatu,namunorangbijaksanamenyebutbanyak nama. Ekam sat wipra bahudha wadanti, dalamUpanishad disebutkan Ekam ewa adwityam BrahmanartinyahanyaadasatuTuhan(Brahman)tidakadayangkedua.DemikianajaranHindumengajarkanmonotheismedalam penerapan ajarannya, namun di Pura GamburAnglayang, keberadaan pura tidak saja dipuja sebagaimanifestasi-Nya, namun mengisyaratkan pada agamalaindanbudayaluarBali.Haliniperlumendapatkajiandan analisis dalam penelitian ini, sehingga menambahrefrensiajaranTeologiHinduyangmultikultur.

Page 13: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�

Selain pendidikan multikultur di Pura GamburAnglayang dipandang melalui pendekatan TeologiHindu, sebaiknya jugadianaslisdariperpekstifbudayapolitik.Istilahdaribudayapolitikmencakupdidalamnyayaitu ideologi, sistem kepercayaan (belief system) dannilai-nilai. Rejai mengatakan ideology politik biasanyadiwarnai dengan emosi, penuh dengan mitos (myth),sistemkepercayaandannilai-nilaiyangmengarahpadagerakan-gerakan,berisikonseptentangmanusiamaupunmasyarakat, legitimasi maupun kekuasaan, mengakarsecara rutin maupun merupakan kebiasaan-kebiasaanyang saling menguatkan (Widjaja, 1982: 3 & 6).

Berdasarkan pendapat tersebut, keberadaan PuraGamburAnglayangkarenainteraksiparapedagangdanpenguasapadasaatitu,kemudiandibuatkanyapalinggihsebagai bentuk pemujaan. Hal ini disebabkan ideologipolitikyangdilakukanleluhurzamanitu.Ideologipolitiktentu berpengaruh pada generasi saat ini. Oleh karenaitu, ideologipolitikdalammultikulturdiPuraGamburAnglayang,perludikajidandianalisisdalampenelitianini,sehinggamemberikaninformasinilaiideologipolitikHinduyangtetapeksissampaisaatini.

Keberadaan pura Gambur Anglayang memilikipalinggih berbagai kultur didalam maupun luar negeri.Pastinyadirawatmelaluipelaksanaanritualkeagamaan.Halinipatutdikaji,sehinggabentukprosesritualpalinggihyangmultikulturmenambahkeuniversalanHindusebagaiagama fleksibel. Oleh sebab itu, Pura Gambur Anglayang dengan keunikan palinggihnya, memberikan pesan bagiumatberagamasaatini.ImplementasipesanmultikulturdarikeberadaanPuraGamburAnglayangmestidikupas

Page 14: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

lebihmendalam,sehinggadapatdiinformasikankepadaseluruhumatberagama,khususnyadiIndonesia.

Palinggih MultikulturKata palinggih berasal dari bahasa Bali yang

berasal dari kata linggih berarti tempat. Jadi Palinggihyang dimaksud pada penelitian ini adalah tempat ataustana Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Hyang MahaEsa beserta manifestasi-Nya berupa tempat pemujaan.Tempat pemujaan berupa kumpulan palinggih-palinggihdalamsebuaharealdisebutsebagaiPura.KataPura inipula mengalami pergeseran makna, dimana dulunyaberarti kota/benteng, namun kini Pura menurut Titib(2003: 89) berarti tempat pemujaan yang merupakanreplika kahyangan dilihat dari bentuk bangunan, relief,gambardanornamentdarisebuahPura.

Sedangkan konsep multikultur menurut sosiologiJerman yang mengajar di Universitas Passau, Alf Mintzel (dalam Ardhana, 2011: 5) menyatakan bahwa sebuahmasyarakat yang memiliki tingkat kebudayaan modernsebenarnya sudah dapat dikategorikan sebagai suatumasyarakat yang multibudaya. Ditambahkan olehLawrence Blum yang menyatakan multikulturalismemeliputi pemahaman, penghargaan dan penilaian atasbudaya seseorang, serta sebuah penghormatan dankeingintahuan tentangbudayaetnis lain (Nugroho (ed)(2009:14).

Berdasarkan pendapat tersebut, masyarakat Balikhususnya di Bali Utara dalam penelitian ini adalahKabupatenBuleleng,telahmemilikitingkatkebudayaanmodern. Hal ini dibuktikan bentuk pemujaan di Pura

Page 15: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�

Gambur Anglayang adalah adanya palinggih denganberbagaisuku,budayasertaetnisyangberanekaragam.MengacupadaBlumdiataspenguasapadazamandahuludi Bali, khsusunya di Desa Kubutambahan, Bulelengsangat menghargai dan memahami serta memberikanpenghormatan bagi para tamu yang datang ke Bali,sehingga dibuatkan palinggih yang sangat multikultur.Oleh karena itu, keberadaan Pura Gambur Anglayangdapat dijadikan pendidikan multikultur bagi umatberagama,karenapendidikanmultikulturmenjadimotorpenggerak dalam menegakan demokrasi, humanismedanpluralismeyangdilakukanmelaluisekolah.Kampusdaninstitusipendidikanlainya(Yakin,2005:24).

Pura Gambur AnglayangAjaran Hindu tentang asal mula kosmos dapat

dipahamidalamajaranpuranayangmengandungnilai-nilai filosofis dan teologis. Seorang sarjana besar dalam bidangpenelitiantentangpurana,yaituR.C.HazradalambukunyaThe Puranamenyatakan,jalammenghubungkankitab-kitab purana dengan upacara korban dan teoritentang asal muasal alam semesta dari upacara yajna(Titib, 2003: 19). Berikutnya juga dalam Kurma PuranaI.1.12 dijelaskan bahwa ada lima unsur penting dalamkitab-kitabpuranayangdisebutpancalaksana,yaitusarga(ciptaanalamsemestayangpertama),pratisarga(ciptaanalamsemestayangkedua),Vamsa(keturunanraja-rajadanpara rsi), Manvantara (perubahan dari Manu ke Manu),Vamsanucarita(deskripsiketurunanyangakandatang).

Padapenelitianiniadalahprosespenciptaanyangterdapatdalampurana.Prosespenciptaanmeliputikonteks

Page 16: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

teologis dan filosofis kehidupan beragama masyarakat di Bali Utara, khususnya Pura Gambur Anglayang.Nilai-nilai mitologi dan keyakinan masyarakat dalampemujaanmultikulturdiPuraGamburAnglayangadalahpembuktianBaliUtarasebagaidestinasiwisataspiritualzaman dahulu. Keunikan Pura Gambur Anglayangterdapat delapan palinggih mencerminkan unsurkeberagaman dalam ruang damai. Terdapat palinggihRatuBagusSundawandariunsurSukuSunda,palinggihRatu Bagus Melayu dari unsur ras Melayu, Ratu AyuSyahbandar dan Ratu Manik Mas yang menunjukkanunsurCinaatauBuddha,palinggihRatuPasek,DewiSridanRatuGedeSiwayangmencerminkanunsurHindusertayangpalingunikpelinggihRatuGedeDalemMekahyang memperlihatkan unsur Islam. Belakangan dalampuraitujugadibangunsebuahpadmasana.

Kajian terhadap asal muasal Pura GamburAnglayang diamati dari unsur teologis dan filosofis dalam konteks pendidikan multikultur yang dilakukandengan mengamati bentuk palinggih, proses yajna yangdilakukan serta implikasi Pura Gambur AnglayangterhadapkehidupanberagamaumatHindu,khususnyadiBaliUtara.

Page 17: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�

Sejarah Desa KubutambahanDeskripsihistorismengenaiDesaKubutambahan,

padadasarnyadapatditelisikbaikdarisumberinformasisecara tertulis maupun secara lisan (tidak tertulis).Namun, desa banjar yang tergolong kuno sebagianbesar lagi diantaranya hanya di ketahui melalui cerita-ceritarakyatyangturunmenurun(legenda)darileluhurmereka,dan sebagian lagi memang terbukti secaratertulisdalambabadpemancangan,prasastidanlain-lain.Untuk yang bersifat legenda sering kali menimbulkanbanyak versi dalam pengungkapan masalah dalampengungkapansejarahdaridaerahtersebut.SamahalnyadenganDesaKubutambahan,sumbersejarahbelumdapatdiungkapkankarenasuatuhalsangatpinsipwargaDesaKubutambahan tidak berani untuk membaca maupunmembacamenyalin prasasti tesebut.Dan juga karenaprasastitersebuthanyadapatdiambiljikatelahmendapatijin ( wahyu ) dari tempat penyimpanan (wahyu) daritempat penyimpannannya tidak menentu oleh IdaSanghyang Widhi Wasa.Untuk itu pada kesempatan ini

GAMBARAN UMUM

2

Page 18: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kami memaparkan hasil cerita dan piteket para leluhurwarga Desa Kubutambahan yang antara lain sebagaiberikut:

Bahwa dahulu kala letak Desa Kubutambahanberadadisebelahtimurdariletaknyayangsekarangdanberada di pinggir pantai dan bernama desa (Kerajaan)Besi MAjajar,yang pusat pemerintahannya disekitarPuraPuloKertaNegaraLokasekarang,didaerahpantaiyangbernamaKutabandingyangkinidihuniolehparakarma pura tersebut ada yang bernama Ratu GedeSubandar(mungkinberasaldariSyahBandar)danIdaBataraSolo.

Adapun penguasaannya pada waktu itu bergelarIda Ratu Hyang Ing Hyang (yang berate Raja) dankuno mempunyai wilayah sebanyak18 bale agungdarisebelah timur yaitu Desa Tianyar dan sebelah baatDesa Desa Pemuteran,ini terbukti pada waktu jamansebelum kemerdekaan,Ida Batara Hyang Ing Hyangjika mepeningan sampai pelabuhan aji dan DesaKubutambahanbernamasamadengansalahsatuPuradiDesaPatemonyaituPuraRatuGedePatihdimanapadawktuitupuratersebutmenyelengarakanUpacarabesarmasihmengadakanUpacaratatakarmaadatyaituKuntab(hadir) Nama Besi Mejajar untuk Desa KubutambahankononbeberapaPurayangadadiDesaKubutambahandanbeberapaPurayangadadiKubutambahan(terbuktisamai saat ini) terletak berjejer sepanjang pantai DesaKubutambahandanbeberapapurayangmengitariDesakubutambahansearahdelapanpenjurumataangin,darideretan Pura-pura tersebut merupakan suatu jajaranyang persis benteng yang juga merupakan penjagaan

Page 19: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

darimusuh-musuhpadawaktudarisebranglautan.Padasuatu ketika Pemerintahan Desa Besi Mejajar diserangoleh perusuh dengan jumblah yang cukup banyak darisebrang lautan .,yang juga bertepatan dengan banjir(air bah) pada pada sebelah timur pusat pemerintahanyaitudidaerahYehBuahyangsekarangyangsekarangberasal dari kata Yeh Wah (banjir).Untuk menyelamatkan pucuk pimpinan (raja) maka atas kesepakatan pusatpemerintahan di pindahkan keselatan,karena tempatpusatkerajaanamatmudahdiserangolehparamusuh-musuhdarisebrangdanjugatempattersebutmerupakantempat muara pangkung pembuangan air yang sangatbesar dari atas Desa Bila ,Bengkala,dan Tamblang. DansemuapemerintahanitubernamabernamaDesaBulianyang berarti abulih (satu).Kejadian-Kejadian pada saatpemindahan pusat kerajaan dalam keadaan daruratdan masih sampai sekarang tetap ada.Apabila wargaDesa Bulian yang tembus ke Yeh Buah sebelah baratPura Penyusuhan yang berasal dari kata banyu suan(pembersihan,petirtaan dan sampai sekarang wargadeaKubutambahanmepeninganngiringIdaBhatarakepura penyusuhan tersebut ) Pada suatu ketika keadaansudah mulai pulih kembali dari segala ancaman,makadatanglahlagiancamanlainyaituancamandariseorangyang bewujud Raksasa yang sangat besar mengangupenduduk Dsa Majajar semua kekuatan dan cara laintelahdikerahkanuntukmelawanraksasatersebut.Padasuatuketikapadasaatkeadansemakingentingdatanglahutusan dari kerajaan Gelgel Kelungkung yang hendakmencari daerah pertanian baru di daerah Den Bukit.AdapunnamautusantersebutbenamaKiGustiTAmbahan

Page 20: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

bersediamembantuyangsangatgawattersebutKiGustiTambahan bersedia membantu melenyapkan raksasatersebutdengansyaratjikaberhasildiberikantanahuntukdibukauntuktanahpertanian.Setelahpersyratantersebutdisepakatimakapemuka-pemukapemerintahanyaituKiPasekMenyali,KiPasekBebetindanKiPasekBayan,makaKi Gusti Ngurah Tambahan memohon doa restu danpetunjuk dari Ki Dukuh Bulian dan di beri keris yangbernamaKIBaanKawuolehKiGustiNgurahTambahanberhasil membinasakan raksasa tersebut tetapi dengandiiringipesanolehraksasatersebut,yangjugadisangupioleh Ki Gusti Ngurah Tambahan yang berhail hal-halsebagaiberikut:

BahwaiadapatbinasajikadibunuhdengankerisKiBaanKAwuolehKiGustiTambahanAgarsetelahraksasatersebutmatiagarsanggupKiGustiNgurahTambahanmenjagaduabuahkerisyangbernamaKiBaruSembahdanKiBaruUlaryangbermanfaatsebagaipenolakbala

Agar IGustiNgurahTambahansanggupmenjadipenguasadisebelahutaraDesaBulian,dantidakkembalikegelgel,karenakarenahalinisudahmenjadihakdariKiGustiNgurahTambahanmenetapdisini.

SetelahsemuapesanitudisanggupiolehKiGustiNgurah Tambahan maka matilah raksasa tersebut. Danpucak pimpinan di Bulian beserta para kerabatnyayaituKiPasekMenyali,KiPasekBebetin,KIPasekBayansepakatuntukmemberikantanahuntukdibukaolehKiGustiNgurahTambahanyaitu:• Daerah Tukad Aya (daya) sampai pinggir timur

DesaSangsit

Page 21: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

• Daerah Alas Agung (alas arum) Bungkulan dansekitarnya.Maka Ki Gusti Ngurah Tambahan beserta

pengikutnya membuat pondok (kubu) untuk tempatistiraat dan menyimpan alat-alat yang dipakaioleh oleh para pengikutnya untuk membuka lahantersebut,dantempat tersebut dinamakan Kubu Ki GustiNgurahTambahan,yanglama-kelamaandenganadanyakemajuan jamanmakadiubahmenjadiKubutambahansampaisaatini.

Geografis Wilayah Desa KubutambahanSecara geografis, maka Desa Kubutambahan

berada di ketinggian 0-200 M diatas permukaan laut.Desa Kubutambahan memiliki jarak 12 Km dari pusatkota Singaraja. Topografi dari Desa Kubutambahan lebih banyak dilingkari oleh kawasan perbukitan. KondisiiklimdiDesaKubutambahan,lebihbanyakditunjukkandengan kondisi udara panas, dengan tingkat intensitashujanmencapai26,69-136mm.Sedangkankondisisuhurata-rataharianhariandikawasanDesaKubutambahanmencapai C.

Topografi Desa KubutambahanTabel Batas Wilayah Desa Kubutambahan

Batas Desa/Kelurahan KecamatanSebelah utara Laut Bali KubutambahanSebelah selatan Bengkala / Bulian KubutambahanSebelah timur Bukti KubutambahanSebelah barat Bungkulan Kubutambahan

Page 22: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Berdasarkandatapada tabel diatas,makadapatdiuraikan bahwa Desa Kubutambahan memiliki empatwilayahperbatasan.DisebelahutaraberbatasanlangsungdengansamudraataulautBali.Kemudian,padabagiansisi selatan berbatasan langsung dengan DesaBengkaladanDesaBulian.DisisisebelahtimurberbatasadenganDesa Bukti. Sedangkan pada sisi barat, berbatasanlangsungdenganwilayahDesaBungkulan.KeseluruhanDesaataupunwilayahyangberbatasanlangsungdenganDesaKubutambahan,secarabersamaterangkumdalamsatukesatuanwilayahKecamatanKubutambahan.

Tabel Luas Wilayah Menurut PenggunaanLuas pemukiman 208 ha/m2Luas persawahan 198.8 ha/m2Luas perkebunan 2.40 ha/m2Luas kuburan 0.80 ha/m2Luas pekarangan 208 ha/m2Luas taman 0 ha/m2Perkantoran 1.8 ha/m2Luas prasarana umum lainnya 1.5 ha/m2Total luas 859.6 ha/m2

Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapatdiuraikanbahwa,berdasarkanluaslahanpenggunaannyaDesa Kubutambahan memiliki luas wilayah mencapai859.6ha/m2.Luaswilayahtersebutterbagiatasbeberapaalokasipenggunaanantaralain:penggunaanlahanuntukareal pemukiman seluas 208 ha/m2; penggunaan lahanuntukarealpersawahanseluas198.8ha/m2;penggunaanlahan untuk areal perkebunan seluas 2.40 ha/m2; lahanuntuk areal kuburan seluas 0.80 ha/m2; penggunaan

Page 23: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

lahanuntukpekaranganseluas208ha/m2;penggunaanlahan untuk dareah perkantoran seluas 1.8 ha/m2; danpenggunaanlahanuntukprasaranaumumseluas1.5ha/m2.

Page 24: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Eksistensi Pura Gambur Anglayang sebagaiklasifikasi tempat suci dengan kazanah

multikultur,dapatdisimakdalambeberapaaspekyangmemiliki relevansi dengan realitas keberagaman fahamreligi, yang menjadi karakteristik utama dari PuraGambur Anglayang. Aspek multikultur yang terdapatdidalamnya, tersaji dalam deskripsi secara historisserta diperkuat pula melalui pandangan mitologi darimasyarakat,yangselanjutnyadapatdilihatsecaranyatabaik melalui struktur, terlebih lagi kontruksi fisik dari masing-masing bangunan Palingih yang terdapat padateritorialPuraGamburAnglayang.Secara langsunghalinijugamenjadilandasarpolapikir,untukmenganalisisserta menyimak nuansa multikultur di Pura GamburAnglayang, baik dalam kerangka ideology, teologimaupun filsafat.

Sejarah Pura Gambur AnglayangUpaya dalam mengungkap kronologi historis

darikeberadaanPuraGamburAnglayang,memerlukan

BENTUK MULTIKULTURDI PURA GAMBUR ANGLAYANG

3

Page 25: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

berbagai sumber data dan informasi. Sumber-sumbertersebut, tentunya menjadi landasan utama didalammelakukan analisis secara mendalam terkait denganrentetansejarahterbangunnyaPura,begitujugarealitaskeberagaman unsur religi yang terdapat didalamnya.Kedudukan Pura Gambur Anglayang sebagai salahsatu klasifikasi kebudayaan fisik, memerlukan adanya pengungkapan sejarah yang lebih tertuju pada analisisterhadapberbagairefrensimaupuninformasimengenaikebaradaan Pura, termasuk aspek-aspek fisik yang terdapat didialamnya. Oleh sebab itu, sebagaimanapendapat Sudikan (2001 : 10) maka deskripsi sejarahterhadap keberadaan Pura Gambur Anglayang, lebihditekankan dengan melakukan analisis data baik yangdidapatkan melalui penuturan lisan dari para tokohPura, begitu juga dengan penyesuaian hasil obsrvasiterhadappeninggalankuno,benda-bendatertentu,begitujuga perewujudan yang terdapat pada Pura GamburAnglayang.

Berbicara mengenai deskripsi historis dari PuraGamburAnglayang,makadapatdikatakanbahwatidakditemukandokumentertulis,yangmampumemberikanulasansecaramendetailterkaitdenganperjalanansejarahterbangunnyaPura.UraiansejarahmengenaikeberadanPuraGamburAnglayang,hanyadapatditelisikmelaluiceritalisanyangakhirnyaterwarisdandipercayaisecarameregenerasi, baik pada tataran Pamangku, tokoh adat,Pangempon, begitu juga masyarakat (Krama Adat) yangbermukimditeritorialPura.

BerdasarkanpenuturanPenyarikan (sekretaris)Puraatas nama Nyoman Laken (Wawancara, 15 Juli 2018) mengatakanbahwa,PuraGamburAnglayangmerupakan

Page 26: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

salahsatutempatsuciyangmemilikiusiatertuaapabiladibandingandenganbeberapaPuralaindisektoralDesaKubutambahan.SecaralebihlanjutLakenjugamengatakanbahwa,PuraGamburAnglayangtelahberdirisejaktahun1260 atau sekitar abad ke 13. Widiarya (2013 : ix) juga menambahkan bahwa, pendirian Pura ini terjadi ketikamasapemerintahanRajaBhataraParameswara.Namun,cikalbakalPalinggih pokokyangyangakhirnyamenjadiPuraGamburAnglayang,diperkirakantelahberdirisejakabadke11.SebabkeberadaanDesaKubutambahanyangmerupakan bagian dari Desa Bulian atau Banyubuah,diperkirakantelahberdirisejakabad10abadsilam.

Kronologi historis dari beridirinya Pura GamburAnglayang,memilikirelevansieratdenganperkembangankondisiekonomimaritimyangmenjadiaktivitaspokokdarikehidupanmasyarakatdikawasanPura.PosisiPuraGamburAnglayangyangterletaktepatdikawasanpantai,dahulunyamerupakandermagaataupelabuhandagangyang dikenal dengan nama Kuta Banding. Pelabuhandagangini,menjadiwadahbagipengembanganaktivitasekonomimasyarakatmaritim,yangbermukimdikawasanPura. Bahkan dermaga ini juga mampu menjadi salahsatu aspek pendukung, bagi terselenggaranya aktivitasperdaganganyangdilakukanolehparaaktivisekonomidari berbagai belahan Pulau di Nusantara, begitu jugadisertaidenganlatarbelakangperbedaanras,sukudanagama.Kuatnyahubunganperdaganganyangdijalinolehparapelakuekonomidariberbagaipulau,sukurasdanagama,menyebabkanpelabuhanKutaBandingsempatdipandang sebagai sentralisme aktivitas perekomian dibumiNusantara.

Page 27: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Kuatnya hubungan perdagangan yang terjadi didermagatersebut,jugasemakinmendorongterwujudnyaperkembangan kerjasama ekonomi. Jalinan kerjasamaperdaganganyangsebelumnyahanyaberlangsungantaraaktitivis ekonomi Nusantara, kemudian mengalamiperkembangan dengan melakukan kerjasama denganberbagaipengusahadanaktivisdagangyangberasaldariluar negeri. Sehingga aktivitas transaksi perekonomianterjadi dipelabuhan Kuta Banding, tidak saja dipenuhiolehmasyarakatlokaldanNusantara.Namun,jugadiikutiolehbeberapapedagangyangberasaldarinegeriChina,Melayu,India,Mekahdanbeberapanegaralainnya.

Lancarnya kondisi perdagangan yang terjadi,ditunjukkan oleh adanya rombongan perahu dagangyang datang secara silih berganti, dengan mambawaberbagaikomoditas sertaprodakyangsiapdipasarkan.Suatu ketika, terdapat sebuah Bahtra (Perahu) yangbersandar di pelabuhan Kuta Banding. Tujuan utamadari kedatngan perahu dagang(Bahtra) tersebut adalahuntuk mencari bahan-bahan baku yang akan dijadikansebagaiprodukpenjualan, termasukmencaribeberapakebutuhanpokoksepertihalnyakonsumsimakanan,airdanyangsejenisnya.Perahutersebut,memuatbeberapapenumpang (awak kapal) dengan bermacam etnis(suku). Dikatakan pula bahwa, para penumpang yangmenjadiawakkapalperahuberasaldarisukuCina,sukuMelayu,sukuSunda,danadapuladiantaramerekayangmenganutagamaIslam.

Setelahmendapatkanhasilpangan,barang-barangyang akan dijadikan sebagai prodak penjualan, begitujuga bahan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan

Page 28: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

pokok, kemudian prahu serta awak kapal bersiagauntukkembalimelanjutkanperjalananperdagangannya.Namun,ketikahendakberanjakmeninggalanpelabuhanKuta Banding, terjadi sebuah musibah yang seketikamenggemparkan seluruh awak kapal. Perahu yangditumpangi oleh awak kapal multi etnis tersebut, tiba-tiba mengalami kebocoran dan tidak dapat oprasikan.Sehingga hal tersebut menyebabkan para awak kapalpanik,sertatidakdapatmelanjutkanperjalananataumisiperdaganganberikutnya.

Berbagaistrategitelahdiupayakanolehparanahkodabegitu juga awak kapal, untuk memperbaiki kebocoranperahuyangterjadi.Secarabergilirian,paraawakkapalmencobauntukmengerahkanseluruhkemampuansertapengetahuan teknis tentang transportasi pelayarandimiliki.Namun,usahatersebuttidakmembuahkanhasilapapun. Selanjutnya, para awak kapal mencoba untukmemintabantuanpadamasyarakatyangbermukimsertaberdagang ditepi dermaga. Namun, pertolongan yangdiberikan oleh msyarakatpun tidak dapat menutupikebocoranpadabadanperahutersebut.Kebocoranyangterjadi pada perahu tetap tidak dapat diperbaiki, yangakhirnya menyebaban seluruh air laut masuk kedalamlambungperahu.

Kemudian muncul inisiatif dari masyarakatsekitar yang memberi pertolongan, untuk mengajakseluruhanakbuahkapalagarsecarabersamamemohonkeselamatan pada sebuah Palinggih yang terdapat diwilayah dermaga. Tanpa menunggu lama, akhirnyaseluruh awak kapal begitu juga beberapa masyarakatsekitar, secara bersama melakukan persembahyangan

Page 29: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

serayamemohonpertolonganpadaTuhanyangberstanapadaPalinggih dipasisirdermagaKutaBandingtersebut.Meskipun dengan latar belakang keyakinan beragamsertanotabnenememelukfahamnonHindu,namunparaawakkapal tetapmelakukanpersembahyangandengankhusyuk padaPalinggih tersebut. Akhirnya seluruhmasyarakat lokal dan para awak kapal, melakukanpersembahyangansecarabersamasesuaidenganfahamagamanya masing-masing. Secara bersama, merekaselalu memohon kekuatan, bantuan serta izin kepadaTuhanataukekuatansemestayangberstanadiPalinggihtersebut, agar peristiwa kebocoran yang terjadi padakapaldapatsegerateratasi,begitujugadapatmelanjutkanmisiperjalananekonomidenganselamat.

Sembari memohon kekuatan dan pertolongan,masyarakat dan para awak kapalpun juga sempatmenyampaikansebuahjanji(KaulatauSesangi),kepadamanisfestasi Tuhan yang dipercayai bersthana diPalinggih tersebut. Pernyataan Kaul atauSesangi itusendiri disampaikan oleh awak kapal, yang sedangdilandakeresahanakibatdariadanyatragedikebocoranbadankapalyangdialami.Isidarijanji(Kaul atauSesangi)tersebut menyatakan bahwa, apabila kebocoran kapaldapatdiatasidengansegera,begitujugamisiperjalananekonomi maupun usaha selanjutnya dapat berjalandengan selamat dan sukses, maka mereka (para awakkapal yang multi etinik) sanggup berikrar atau sudimengakui,percaya,danyakinsertaikutmengagungkanmanifestasiIda Sang Hyang Widhi sebagaiDewaSiwa,yangdipercayabersthana(Malinggih)diPalinggih tersebut.

Page 30: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Setelah melakukan persembahyangan, akhirnyaparanahkoda,awakkapal,begitujugamasyarakatsekitar,kembali bekerja sama untuk mencoba melalakukanperbaikanterhadapkebocoranyangterjadipadabadankapal. Selama perbaikan berlangsung, maka selamaitu pula perahu kapal tetap diizinkan bersandar didermagaKutaBanding.Selamakapalbersandar,terjadijalinan interkasi yang semakin erat antara masyarakatlokal dengan para pedagang yang berlatar belakangmulti etinik. Keduanya, saling bercengkrama begitujuga saling bertukar pengalaman seputar kondisi sertapengalaman perekonomian masing-masing. Ternyata,para awak kapal tersebut memiliki pengetahuan danpengalaman,yangtidaksajaterpakupadabidangpadasektor ekonomi semata. Namun, mereka juga memilikipengetahuan serta pengalaman lebih terkait denganwawasan keprajuritan, militer, pertanian, maupunkelautan.Paraawakkapal,akhirnyamemberikanseluruhpengetahuanyangdimilikinya,padamasyarakatsekitaryangnotabeneberprofesisebagaipedagang,nelayandanpetani.Sehinggamasyarakat lokaldikawasandermagaKuta Banding, mendapatkan inspirasi baru untukmelakukan pengembangan potensi daerah yang sesuaidengankeahliandanprofesimerekamasing-masing.

Setelah beberapa lama melakukan perbaikan,akhirnya kebocoran pada badan perahu berhasildiperbaiki.Airlautyangsebelumnyameresapmasukkebadan kapal, akhirnya dapat dikuras sehingga perahuberada pada kondisi normal dan stabil. Normalnyakondisi perahu, membuat seluruh awak kapal merasalega, karena mereka dapat kembali melakukan misi

Page 31: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

perdagangan begitu juga kembali ke kediamannyamasing-masing.

Sebelum kembali melakukan pelayaran, makaantaraawakkapalyangberagametnikdanmasyarakatlokalsalingmengucapkanrasaterimakasih.Awakkapalberterimakasihkepadamasyarakatlokal,karenadengansetia dan ikhlas telah menampung awak kapal selamaperbaikan kapal, begitu juga telah berkenan untuk ikutsertamembantumelakukanperbaikanpadabadankapalyang mengalami kerusakan. Sedangkan masyarakatlokal sangat berterimakasih kepada para awak kapal,karena telah bersedia berbagai ilmu dan pengalamanterkaitdengankehidupanekonomiperdagangan,militer,pelayaran, dan pertanian kepada mereka, sehinggamemiliki inspirasi serta pengetahuan baru dalammeningkatkankesejatraanmereka.Sehinggaterwujudlahsebuahsebuahjalinaninteraksisertaingetrasisosialyangsangat mendalam, antara individu atau masyarakatdalambingkaikeberagamaansuku,ras,danagama.

Ucapan rasa terimakasih serta kuatnya integrasidari masyarakat multi etinik tersebut, pada akhirnyadiimplementasikansecarabersamamelaluipembangunanPalinggih, diareal Palinggih utama yang sebelumnyadijadikan sebagai tempat memohon keselamatan danpernyataanKaul Sesangi.Palinggih tersebut,padaintinyamerupakan bagian dari pembayaran atau pelunasanterhadapKaul Sesangiyangsempatdisampaikanolehparaawak kapal, ketika mengalami kepanikan menghadapikebocoran yang terjadi pada awak kapal. Disisi lian,pembangunanPalinggih tersebut, jugadijadikansebagaisimbolisme maha suci, yang tercipta dari adanya sikap

Page 32: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

saling menghormati, membantu, begitu juga toleransiyangterwujuddalambingkaimasyarakatmultikultur.

Pendirianmaisng-masingPalinggih,memangtetapmempergunakanacuankontruksiarsitekturyangberlakusecaraumumdiBali.Akantetapi,padabeberapaPalinggihmemang ditempatkan beberapa patung atau Arca yangmemiliki corakberbedasebagaimanacorakpatungBalipadaumumnya.Halinidilakukanataudiusulkanolehpara awak kapal, sebagai rasa hormat, terimakasih danpenghargaannya terhadap masyarakat lokal dari etnikHindu Bali, yang telah berkenan memberikan bantuanselamaperbaikankerusakankapaldilakukan.Meskipundemikian, masyarakat lokal yang berasal dari etnikHinduBalijugamemilikirasaterimakasih,hormatsertapenghargaan yang tinggi terhadap para awak kapal,yang notabene memiliki latar belakang perbedaan ras,suku dan agama, atas pengetahuan baru yang telahdiberikan.Ucapanrasaterimakasihdarimasyarakatlokal(etnikHinduBali),akhirnyadiimplementasikandenganmemberikan penyebutan atau penamaan terhadapmasing-masing Palinggih yang baru dibangun, sesuaidengan klasifikasi etnik yang dimiliki oleh masing-masingawakkapal.

Sehinggadenganadanyaaksisalingmenghormatidan menghargai yang disimboliskan melalui pendirianPalinggih tersebut,makaterwujudlahsebuahPurayangmenghimpunanbeberapaPalinggihataubangunansuci,dengan penamaan yang memakai keberagaman etnis.Adapun klasifikasi Palinggih yang memiliki penamaanberdasarkan latar belakang etnik antara lain : PalinggihRatuAgungDalemMekah (etnis Islam);Palinggih Ratu

Page 33: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

AgungSyahbandar(etnisCinadanBuda);Palinggih RatuAgungMelayu(etnisMelayu);PalinggihRatuRatuBagusSundawan(darietnisJawaBaratdanberagamaKristen);danPalingih BhataraRatuGedeSiwa(Palinggihpokok,yangberasaldarietnisHinduBali).

Kemudian, Pura yang didalamnya menyimpanPalinggih bernuansa multikultur tersebut, diberi namaPura Gara. Namun seiring waktu berjalan, akhiryapenamaanbegitujugapenyebutanterhadapistilahPuraGarakembalimengalamiperubahanmenjadiPuraKertaNegara Loka atau yang saat ini, lebih populer disebutdengannamaPuraNegaraGamburAnglayang.

Seiring dengan perkembangan sistem tata kelolapemerintahanDesa,begitujugaadanyakontribusibesardari Pangempon dan pemerintah daerah, akhirnya PuraGambur Anglayang juga mengalami beberapa prosesrenovasi. Pelaksanaan renovasi tersebut, didasarkanatas kondisi Palinggih begitu juga bangunan penunjangpada Pura yang sudah mulai mengalami kerusakan.Pemugaran yang dilakukan, tetap mempertahankanposisi asli dari kedudukan atau struktur penempatanPalinggih sebelumnya.Disisilain,penggunaanornamentserta karakteristik asli pada Palinggih, juga tetapdipertahankan sebagaimana kondisi asli sebelumnya.Sehingga hal ini mampu mempertahankan suasanabegitu juga karakteristik multicultural yang menjadidayatarikutamadarikeberadaanPuraNegaraGamburAnglayang.

Page 34: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Mitos Palinggih MultikulturMitos Palinggih multikutur di Pura Gambur

Anglayang, secara mengkhusus difokuskan padapengkajian beberapa klasifikasi Palinggih yangmemangmemiliki cerita mitos tersendiri, begitu juga menjadikenampakan utama dari realitas multicultural di PuraGambur Anglayang. Hal ini didasarkan pada landasankonseptualsertapandanganumummengenaimitosataumitologi,yangnantinyamenjadiacuandidalammenelisikklasifikasi Palinggih multikultur yangmemiliki rentetankisahatauceritamitologissecaramengkhusus.

Berdasarkan pandangan mitologi-mitologi lamamisalnya, maka mitos mempunyai pengertian sebagaisebuah cerita pada kehidupan masyarakat yangberorientasi dari masa lalu, atau dari bentukan sejarahyang bersifat statis dan kekal. Mitos dalam pengertianlama, juga sangat identik dengan kronologi sebuahhistoris, yang merupakan bentukan sesuai dengankeadaan masyarakat pada masanya (Iswidayati, 2007 :180). Sementara itu, Putra (2009 : 1) lebih menekankanpengertianmitossebagaiuntaiankisahyangmenguraikantentang terbentuknya alam semesta, dunia ataupunmanusiasebagaimanarealitasyangdapatdilihatsaatini.SarjanalainnyasepertiMalinowskidalambukunyayangberjudul Sex, Culture, and Myth, sebagaimana dikutip olehDhavamony (1998 :150)mengatakanbahwamitosadalah cerita sejati mengenai kejadian-kejadian yangmemberikansebuahbekasdirasa,sertamenjadisalahsatuaspek pembentuk realitas dunia dan hakekat tindakanmoral, begitu juga menenentukan hubungan ritualantaramanusiadenganpenciptanya,ataudengankuasa-

Page 35: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

kuasa yang ada.Berdasarkan argumentasinya tersebut,makaMalinowskijuga mendefinisikan mitos sebagai cerita mengenai kejadian yang menyebabkan manusiadipengaruhi dan mewujudkan tindakan sebagaimanapesan-pesanyangterangkumdalammitositusendiri.

Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa, mitosadalah sebuah cerita atau kisah yang terbentuk darirekaman historis, baik mengenai kehidupan sosial,budaya, maupun agama yang nantinya dipercaya sertamenjadisebuahlandasandidalammembentukkarakter,tingkahlakubegitujugaadatkebiasaansebuahkelompokmasyarakat. Mitos akan dijadikan sebagai salah satupenguat didalam menata begitu juga menguatkanbeberapa hal penting yang tidak memiliki deskripsihistorikalsecarapastidanmendetail.

Secara lebih lanjut, maka mitos juga dapatmemberikansebuahkontribusidalambentukpenguatannilai kepercayaan pada sebuah kelompok masyarakat,sehingga mampu menciptakan tindakan regenarasiterhadappesansertanilaipositifyangterkandungpadamitos, baik pada realita kehidupan saat ini maupundidalam menjawab tantangan kehidupan masyarakatdimasadepan.

Berdasarkan deskripsi konseptual tentangpengertianmitosdiatas,makadapat dikatakanbahwa,diPuraGamburAnglayangterdapatbeberapaPalinggihbernuansamultikulturyangmemangmemilikikandunganserta rentetan cerita mitologis tersendiri. Kalsifikasi Palinggih tersebut, juga merupakan kenampakanutamadarirealitasnuansamultikulturdiPuraGamburAnglayang. Cerita yang melekat pada Palinggih,

Page 36: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

jugabersumber dari adanya penafsiran terhadap ceritadan penuturan lisan, yang menjelaskan tentang sejarahawaldarikeberadaanmasing-masingPalinggihdimasalampau. Cerita mitologis yang menyertai kalsifiksi Palinggih multikultur, memberikan adanya sebuahpenguatan terhadap tradisi dan kebiasaan masyarakatdalam ruang multi etnik, untuk membina tradisi,kebiasaanbegitujugaberbagaipesanpositifyangmelekatpadaceritamitospadaPalinggihmultikulturitusendiri.HaltersebutsenadadenganasumsiBarretsebagaimanadikutipolehRobin (2010 :92)yangmenyatakanbahwamitos mampu menjadi dokumentasi masyarakat yangtidakditulisdalamsejarah.Mitos juga seringberfungsiuntuk memberikan penjelasan tentang asal kedatangansukumaupunkelompoketnik,darisisitempatmaupunasal kehidupannya. Mitos juga berfungsi sebagai solusidalam kehidupan yang mendasar, selain itu mitos jugasebagaisumberkekuatansosialdanpsikismanusia.

Adapun klasifikasi Palinggih multikultur yangmemiliki cerita mitologis antara lain : Palinggih RatuAgungSyahbandar; PalinggihRatuAgungDalemMekah;Palinggih Ratu Ratu Bagus Sundawan; Palinggih RatuAgung Melayu; dan Palingih Bhatara Ratu Gede Siwa(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Salah satu klasifikasi Palinggih multikultur yangmemiliki cerita mitologis adalah Palinggih Ratu AgungSyah Bandar. Berdasarkan cerita yang dipaparkanoleh Mangku Gede Pura Gambur Anglayang, atas namaIda Aji Mangku Kesama (Wawancara :8 Juli2018) maka dapat dikatakan bahwa, konon Palinggih Ratu AgungSyahbandarini merupakan ungkapan persembahan dan

Page 37: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

rasa terimakasih dari salah satu kelompok pedagangatau awak kapal, yang menumpang pada perahu yangmengalami kebocoran. Konon kelompok penumpangatau pedagang tersebut berasal dari Cina, yang secarakeseluruhan menganut agama Bhuda. Kelompokpedagang Cina ini, melakukan aktivitas perdagangandenganmengedepankannuansaagamaBudasertaunsurkebudayaanyangterdapatdinegeriCinasendiri.

Mitosyangberkembang jugamengatakanbabwa,kelompok pedagang dari negeri Cina ini merupakansalah satu dari beberapa kelompok pedagang, yangpalingpandaidanlihaimelakukanpraktekperdagangan.Mereka dipandang sebagai kelompok pedagang, yangmemiliki parktek ekonomi begitu juga strategi bisnisterbaik.SehinggakelompokpedagangCinaini,mampumendominasi dari penyediaan barang begitu jugaaktivitas jualbelibaikyang terjadipadakapalmaupunketikaberlabuhdidermagaperdagangan.

Kelihaian dari pedagang Cina dalam melakukanpraktekperdagangan,konondisebabkanolehmanajemenyang maksimal dari pimpinan kelompok pedagangCina itu sendiri. Pemimpin kelompok perdagangantersebut,dijabatolehseorangtokohbesaryangbernamaSyahbandar. Syahbandar diceritakan pandai membacapeluangbisnissertapenjualan,sesuaidengankebutuhanutamadarimasyarakatdanpasarpadamasaitu.Sajianprodak yang mereka tawarkan pada dermaga KutaBanding, dikatakan sangat sesuai dengan kebutuhanmasyarakatsekitarbeitujugabagiparapengempulataupedaganglainyangbersandardidermagaperdagangantersebut. Sehingga berbagai prodak yang ditawarkan

Page 38: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

oleh etnis Cina ini, mampu terjual begitu juga palingbanyakdiserapolehparakonsumenyangterdapatdalamkawasandermagaperdaganganKutaBanding.

Dikatakan pula bahwa, kelompok pedagang dariCina ini banyak menjual serta menyediakan beberapaprodukkerajinanyangmemilikicirikhasataukarakteristikdarinegeriCina, sepertihalnyagerabahsertabeberapaguci berukuran besar yang menjadi identitas prodakbernuansaagamaBudhadankebudayaanCina.Prodakkerajinanini,kononterserapdenganbaikpadakalanganpembeli serta masyarakat sekitar. Bahkan produkkerajinanpedagangCinadalambentukguciberukuranbesar, hingga saat ini juga menjadi salah satu warisanfisik yang terdapat di Pura Gambur Anglayang.

Mitosinikemudianmenjadidasarsertamemberikanpengaruh terhadap penamaan, penataan kontruksi fisik, fungsi, begitu juga realitas kehidupan ritual dan sosialkeagamaan yang terdapat pada Palinggih Ratu AgungSyahbandar. Deskripsi mitologis yang terdapat padaPalinggih Ratu Agung Syahbandar, dipandang denganaspekkepercayaantinggiolehmasyarakat.Kepercayaanini, kemudian memberikan ikatan emosional kepadaumat didalam memahami keberadaan Palinggih RatuAgung Syahbandar. Sehingga lahir adanya berbagaiupaya didalam menempatkan begitu juga melakukanpelestarian terhadap berbagai aspek terkait denganPalinggih Syahbandar, sesuai dengan kandungan pesanmaupun nilai hiostorikal pada mitos Palinggih RatuAgung Syahbandar itu sendiri. Hal ini menjadi sebuahindikasi bahwa, bentangan cerita mitologis mengenaiPalinggih Ratu Agung Syahbandar tidak saja menjadi

Page 39: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

warisankisahlisansemata.Namun,mitostersebutjugamampu untuk mebentuk sebuah realitas sebagaimanayang dikemukakan oleh Syaripulloh (2017 : 26) yakni,adanyaupayapenghormatantinggiterhadapperjalananmitos suci dari para leluhur. Sehingga dengan adanyaadanya wujud kepercayaan dan penghormatan tinggi,maka berimpliaksi melalui pencetusan simbol-simbolsesuai dengan mitos pada lingkungan Palinggih RatuAgungSyahbandar.

Penamaan Palinggih Ratu Agung Syahbandarmisalnya,terinspirasidarikeberadaansosokSyahbandaryang terdapat pada mitos. Tokoh Syahbandar selalumejadi subjek utama, ketika umat menerima begitujuga menceritakan kisah mitologis dari para pedagangCina. Karakter serta kemampuan sosok Syahbandaryang dipandang memiliki keunggulan dalam ilmuperdagangan, dijadikan sebagai pujaan, panutan sertapenghormatan yang kemudian direalisasikan melaluipemberian asas penamaan pada Palinggih (Kesama,wawancara :8 Juli2018). Hal ini menunjukkan bahwa,karaktersentralyangterdapatdalammitosRatuAgungSyahbandar, mampu menjadi sebuah penghatanmendalambagimasyarakat,sehinggaselaludiposisikanserta diingat keberadaannya melalui pemberian namapadaPalinggihRatuAgungSyahbandaritusendiri.

Selain menjadi dasar dalam penamaan Palinggih,disisi lain mitos tentang kedudukan pedagang asalCina dan Ratu Syahbandar, juga berimplikasi terhadapkontruksi fisik dari Palinggih RatuAgungSyahbandar.

Page 40: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Gambar 3.1Palinggih RatuAgungSyahbandar(Sumber;DokumenPribadi2018)

Berdasarkangambardiatasmakadapatdianalisisbahwa, kepercayaan umat terhadap mitologi dariPalinggih RatuAgungSyahbandarmemangdirealisasikandengancukupmaksimalpadamodekontruksiPalinggih.Naunsa etnik Cina dan agama Budha yang meletarbelakangi uraian mitos, ditunjukkan dengan beberapaaspek fisik yang terdapat pada Palinggih Ratu AgungSyahbandar.PadaPalinggih RatuAgungSyahbandarini,nampakbeberapahalyangmengidentikannuansaChinadan Buda antara lain, peletakan guci berwarma merahyang dilengkapi dengan corak gambar serta tulisanChina.Disisilain,jugaterdapatsebuahsimbolispatungberwujud seseorang yang mempergunakan topi, serta

Page 41: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

membawa sebuah senjata berupa senapan. Masyarakatmempercayaibahwaguci-gucitersebutmerupakanwujudperlengkapanyangdibawaolehetnikBudhadanChinaketikaterdampardipelabuhanKutaBanding.Sementaraitu,patungyangdiletakandihadapanPalinggih,dipercayasebagaisimbolisdarietnikChinayangikutsertamenjadisalahsatukelompokpedagangpadakapal.

Asasnilaidanmaknayangtercerminpadauraianmitos Palinggih, nampaknya juga menjadi dasar dalammenerkaaspekfungsionaldarikeberadaanPalinggih RatuAgungSyahbandar.Halinidapatdilihatdaripandanganmasyarakat terhadap fungsi dari Palinggih, begitujuga tujuan dan permohonan umat ketika melakukanaktivitas persembahyangan pada Palinggih Ratu AgungSyahbandar. Kesama (wawancara :8 Juli2018) jugamengatakan bahwa, Palinggih Ratu Agung Syahbandarmemilikifungsisebagaitempatmemohonkesejahteraandan kemakmuran. Fungsi Palinggih sebagaimana yangdisebutkan oleh Kesama, juga selaras dengan realitasdari tujuan umat atau Pamedek ketika melakukanpesembahyangan di Palinggih ini. Pamedek yang datanguntuk melakukan persembahyangan di Palinggih ini,notabeneberkeinginanuntukmemohonkelancaransertakeberhasilandalamsebuahrintisanusaha,bisnis,maupuntujuanlainyangmemilikiketerkaitandenganpencapaiankesuksesan dalam dunia ekonomi. Sehingga dapatdikatakanbahwa,mitosyangdidalamnyamengisahkankeunggulan Syahbandar begitu juga pedagang Cinadalamberbinis,kemudianmenjadiinspirasisertatujuanutama dari umat. Tujuan tersebut tentunya menyasarpeningkatankualitasperekonomian,begitujugamenemui

Page 42: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kelancaranpadarealitasduniaperdagangan,sebagaimanakisah pedagang Cina yang terdapat dalam mitos mitositu sendiri. Kondisi ini juga berkontribusi didalammemberikanpenguatanterhadapposisisertakeberadaanPalinggihRatuAgungSyahbandar,sebagaibasisspiritualdidalammenatakebertahananperekonomian.

Palinggih Ratu Agung Syahbandar yang di Empon olehwargadarijajaran(Trah)PasekBendesaManikMasini,jugaseringdisambangidandijadikansebagaitempatbersembahyangolehumatBudha.KetikaPiodalandiPuraGambur Anglayang tiba, maka di areal Palinggih RatuAgung Syahbandar dipadati oleh umat Budha. UmatBudhayangdatangberembahyangketempatini,berasaldari etnis Cina baik yang sudah menetap dan menjadiwarganegara,maupunyangberstatussebagaiwisatawanasing. Antusiasme umat Budha untuk mengadakanaktivitas persembahyangan ke Palinggih Ratu AgungSyahbandar, juga dilatar belakangi oleh pengetahuansertakepercayaanmerekaterhadapketerlibatanleluhurdari umat Budha itu sendiri, sebagimana termuatdalamuraianmitosmengenaiRatuAgungSyahbandar.Bahkan pernah terjadi sebuah fenomena aneh yakni,adanya Pamedek beragama Hindu yang berasaldari Bali, mengalami Kerauhan (kesurupan) denganmempergunakan bahasa mandarin. Hingga akhirnyaKrama Pangempon Pura mendatangkan penerjemahbahasamandarin,untukmenterjemahkansegalaucapandariPamedek yangmengalamiTrance.Hal inikemudianmemprtebal kepercayaan yang meregenerasi dikalaganumat Budha, untuk selalu mengingat serta melakukansujud bakti terhadap eksitensi leluhur mereka yang

Page 43: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

diperayabersthanadiPalingih RatuAgungSyahbandar(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Laken(wawancara:15Juli2018)jugamenambahkanbahwakepercayaanetnisCinaatauBudhaterhadapmitosmengenai Ratu Agung Syahbandar, disatu sisi sangatterlihat dari adanya penggunaan infrastrukur ritualBudhapadasetiappelaksanaanprosespersembahyangan.Ketika Piodalan di Pura Gambur Anglayang tiba, makakhususuntukPalinggih RatuAgungSyahbandarsangatmencolokdenganberbagaihiasanornamentkeagamaanbernuansa Budhis. Para etnis Cina yang melakukanpersembahyangan, selalu menghaturkan begitu jugamenghiasi areal Palinggih Ratu Agung Syahbandardenganonamet lampion, jejerandupaberukuranbesar,kain bermotif huruf Cina, serta berbagai kelengkapanlainyangindentikdenganrealitaskebudayaanCinadankeagamaanBudha.

Persembahyangan dengan sistem agama Budhasebagai wujud penghormatan dari etnik Cina terhadapterhadapmitosSyahbandar, tidakpernahmemberikanpotensi konflik ataupun pergesekan dengan tradisi persembahyangan sebagaimana berlaku dalamlingkungan Pura atau agama Hindu di Bali. AntaraumatHindudanBudha,secarabersamamerealisasikankepercayaanterhadapnilaikesucianpadamitosPalinggih,dengan melakukan aktivitas persembahyangan sesuaidengan tradisi keagamaannya masing-masing. Didalamtatacarapersembahyanganyangberbeda,selaluterjalinrasa saling menghargai dan toleran dalam perbedaankeyakinan.HalinidapatdisimakdaripenuturanKesama(Wawancara :8 Juli2018) yang mengungkapkan bahwa, ketika umat Budha melakukan persembahyangan,

Page 44: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

maka mereka bersedia dan bahkan dengan banggamempergunakanatributpersembahyangandalamsistemkeagamaan Hindu. Seperti halnya, mempergunakanSenteng (selendang), Kamben, ataupun destar ketikabersembahyang.HalyangsamajugaditunjukknolehumatHinduyakni,memberikankesempatan,ruang,danwaktubagietnisCinauntukbersembahyangberdasarkansistemBudhis, ketika melakukan aktivitas persembahyangandi Palinggih Ratu Agung Syahbandar. Fenomenologikeharmonisan tersebut, tercipta dari adanya kesadaranterhadapnilaitoleransibersejarahantaretnik,yangtelahtercerminmelaluimitossucidarileluhurmerekamasing-masing.

Merujukpadauraiandiatasmakadapatdikatakanbahwa,mitostentangPalinggih RatuAgungSyahbandarmampu menciptakan harmonisasi atau kerukunanberagama secara kohesif dan meregenerasi. Ungkapansikap saling menghormati serta menjunjung tinggikebudayanberagama,selaluterbentukdalamhubungansosial antara etnik Cina (Budha) dan Bali (Hindu) darimasakemasa.Dalamnyakepercayaansertapemahamannilai kesatuan yang terdapat dalam mitos Ratu AgungSyahbandar, berkontribusi didalam mewujudkankerukunan beragama yang ditunjukkan oleh adanyasebuahrelitassebagaimanapendapatRusydidanZolehah(2018 : 175) yakni, terbentuknya kedamaian, toleransi,serta menyepakati berbagai bentuk perbedaan untukkemudiandijadikanlandasanmembinahubungansosialkeagamaan,dalamikatansalingpengertian,menghormatidenganketulusanhati,sertamemaknairealitasperbedaanberagamasecarabersama.

Page 45: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

HarmonismeantaraetnikBalidanCinayangterjadidilingkunganPalinggih RatuAgungSyahbandar,menjadisebuah bukti dari keberhasilan begitu juga efektifitas dari sebuah mitos dalam membentuk kondisi masyarakatsecara realitas. Meskipun terjadi banyak pandangansinisyangterkadangberusahauntukmengesampingkansebuah mitos, akan tetapi hal itu tidak sepenuhnyamampumemberikanpengaruhterhadapkekuatanceritamitologisdalamkehidupansosialkeagamaanmasyarakat(umat)multietnikdi lingkunganPalinggihRatuAgungSyahbandar. Realitas hidup bernuansa modern yangtelah melekat pada etnik Cina dan Bali, ternyata tidakdapatmenekannilaikepercayaanterhadappesanmoralmaupun nilai historis yang terkandung dalam mitosRatu Agung Syahbandar. Menyimak relaitas tersebut,maka sangat beralasan apabila Budiartawan (2016 : 45)mengatakanbahwa,eksistensisebuahmitosyangtelahterpatri dengan rasa kepercayan tinggi, mendorongterciptanya kontruksi nyata dalam bingkai kehidupansecara realiatas. Budiartawan juga menekankan bahwa,realitasyangdimaksuddalamhaliniadalah,terciptanyasitauasi serta keadaan murni sebagaimana wujud asliyangterdapatdalamkehidupanmasyarakatsaatini.

TerciptanyakerukunanetnisCina(Budha)danBali(Hindu)yangterbentukatasdasarkepercayaanpadamitosRatu Agung Syahbandar, secara langsung mendorongadanya pelestarian dan peregenerasian terhadap mitositu sendiri. Pemahaman mendalam terhadap rentetanutuhsertanilaimoral,sosial,danreligiusyangterdapatpadamitos,melekatsebagaiceritapentingyangmenatakehidupanberagamadilingkunganPalinggih.

Page 46: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Disisi laindapatpuladikatakanbahwa,mitologistentang Palinggih Ratu Agung Syahbandar jugamenciptakan format terhadap kesadaran etnik CinadanBali.Kesadaranitusendiri,tidakditentukanolehwatakataupunpsikologisdarietnikCinamaupunBali.Namun lebih mengacu pada kedaaan masyasrakatsebagaimana uraian mitos, yang dipercaya telahmembesarakan serta merawat kerukunan antarkeduanya. Secara berlanjut, keasadaran tersebutkemudian tewujud dalam bentuk kesadaran akanrealitas diri, tatanan hubungan sosial dengan etnikatau agama lain, serta membangun pemahamanmaupun pengertian brdasarkan rekaman nilai luhurpadaPalinggih RatuAgungSyahbandar.

Selain Palinggih Ratu Agung Syahbandar, makaPalinggih Ratu Agung Dalem Mekah juga menjadisalah satu klasifikasi Palinggih multikultur yangmenggandengceritamitologis.Uraianmitosmengenaikeberadaan Palinggih ini, notabene mengarah padahubungan sosial perekonomian yang juga sempatdilakukanolehkelompokpedagangmuslim.Mitosinijugamemberikanpengaruhterhadapbeberapaaspekpada Palinggih seperti halnya kontruksi bangunanPalinggih, tradisi persembahyangan, termasukkerukunan umat beragam di lingkungan Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah. Sehingga, kenampakanmultikulturdariPalinggih RatuAgungDalemMekahini, jugamenjadidasardaripemikiranAtmadja(2017: 117) dalam memandang dan menganalisis kembalitentangkejelasanhubungansikapsalingmenghormatiantaraagamaHindu-IslamyangterdapatdiNusantarapadaumumnya,dandiBalipadakhususnya.

Page 47: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

HistorimitologisdariPalinggih RatuAgungDalemMekah, tidak memiliki perbedaan yang signifikansebagaimana mitologis yang terdapat pada Palinggih RatuAgungSyahbandarmaupunklasifikasiPalinggih multikultur lainnya. Kesama (wawancara :8 Juli2018)mengatakanbahwa,kononPalingih ini jugadibentukolehsalahsatukelompokdagangyangterdapatpadakapal yang mengalami kebocoran. Dengan kata lainsebagaisalahsatubentukrasasyukurdaripedagangmuslim, atas keselamatan dirinya dari marabahayakebocoran kapal. Secara lebih lanjut dikatakan pulabahwa,kelompokpedagangyangmayoritasberagamamuslim ini, datang langsung dari pusat kehidupanmuslimyangdalamhakiniadalahnegeriMekah.

KelompokpedagangasalnegeriMekahtersebut,secara bersama melakukan perdagangan denganbeberapa kelompok pedagang yang berasal daribeberapaetnis,agama,pulaumaupunnegara.Tujuanutamadariaktivitasprdagangankelompokmuslimin,juga tertuju dari penyebaran prodak atau barangandagangan yang menjadi komoditas utama di negaramereka.Prodakbarang,begitujugabudayakhasdarinegeriMekah,kemudiandicobauntukdiperkenalkanbaikpadakelompokdagangdarinegaraatauetniklain,begitu juga konsumen dan masyarakat sekitar yangberadadikawasandermagaKutaBanding. (Kesama,wawancara:8Juli2018).

Sebagaimana uraian mitos maka dapatdirumuskan bahwa, karakteristik budaya mekahyang dibawa oleh kelompok pedagang muslim ini,kemudian menjadi ikon utama dari realitas nuansamusliminpadapelabuhanKutaBanding.Keutamaan

Page 48: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

dari naunsa Mekah tersebut, pada akhinnya jugamejadiasasutamadaripemberiannamadariPalinggih.Sehingga,PalinggihmultikulturyangmenjadirealisasifahammuslimindiPuraGamburAnglayang,dikenalpula dengan istilah Palinggih Ratu Agung DalemMekah(Kesama,wawancara:8Juli2018).

MitosPalinggih RatuAgungDalemMekahyangmengedepankan aspek muslim dan kebudayaanMekah,kemudiandisimboliskanpuladengansebuahkontruksi Palinggih. Palinggih Ratu Agung DalemMekahhinggasaatinidiemponolehKrama Pekandel.

Gambar 3.2Palinggih RatuAgungDalemMekah

(Sumber;DokumenPribadi2018)

Berdasarkan gambar 5.2 diatas maka dapatdikatakan bahwa, kepercayaan masyarakat terhadap

Page 49: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

mitos dari etnik pedagang asal Mekah, ternyata jugadisimboliskan kedalam sebuah tatanan kontruksiPalinggih. Kontruksi Palinggih tersebut pada dasarnyajuga dipergunakn sebagai media konsentrasi didalammenghayati serta menghormati aspek-aspek teologisterkaitdengankeberadaanetnikMekahdiPuraGamburAnglayang.

Mitologi Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah,juga sangat dipercayai oleh umat muslim baik yangbertempat tinggal di sektoral Singaraja, maupundari beberapa daerah lain. Uraian mitos yangmengungkapkan kuatnya solidaritas antara leluhurumatmuslimdenganmasyarakatHinduBali,maupunetnik dan agama lainnya, nampaknya juga mersapdapalpemahamansosialkegaamaandarimasyarakatmuslim itu sendiri. Umat muslim, nampaknya selalumemberikan penghormatan terhadap nilai-nilai yangterkandung dalam mitos. Penghormatan tersebutdilakukan dengan merealisasikan kepercayaannya,pada aktivitas persembahyangan bersama diPalinggih Ratu Agung Dalem Mekah, dalam rentetanpelaksanaan Piodalan di Pura Gambur Anglayang(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Secara lebih lanjut maka Penyarikan (sekretaris)Pura Gambur Anglayang atas namaNyoman Laken (Wawancara: 15 Juli 2018) juga mengatakanbahwa,meskipunumatmuslimmemilikitatacarapesembahyanganyangsangatberbedadengantradisipersembahyangandi lingkunganPura (agamaHindu)padaumumnya,namunketikabersembahyangdiPalinggih RatuAgungDalemMekahumatmuslim

Page 50: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

tetap berkenan untuk mengikuti beberapa aspekyang terdapat dalam aktivitas persembahyangankeagamaan Hindu. Realitas penghormatan muslimterhadap tata aspek persembahyangan Hindu, jugakembali diperjelas oleh Laken yang menyatakanbahwaketikabersembahyangdiPalinggih RatuAgungDalemMekah,umatmuslimbersediamemakai Kambendan dilengkapi pula oleh selendang. Akan tetapipemakaian destar (Udeng), diganti dengan blangkonsebagaimana yang dipergunakan oleh umat HinduKejawen. Hal ini, kembali menjadi sebuah fenomenakuatnya keyakinan dikalangan umat muslim terhadamitosmengenaiPalinggihRatuAgungDalemMekah.

Kesamaan pandangan antara Hindu dan Islamterhadap mitos Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah,disatusisimampumendorongkeduanyauntuksalingmerajut penghargaan dalam perbedaan. Meskipunseringterjadiberbagaibentukgejolakyangmengatasnamakanperbedaanfahamagama,namunkerukunanantara kehidupan beragama Hindu dan Islam yangterjadi di lingkaran Pura Gambur Anglayang, masihtetap eksis dan terwaris dari generasi ke generasi(Laken,wawancara:15Juli2018).

Berdasarkan uraian diatas maka secara garisbesardapatdikatakanbahwa,mitologisdariPalinggih RatuAgungDalemMekahberhasilmempertahankankontruksinilaimoraldankerukunandalamperbedaanbergama antara Hindu dan Islam, meski terjadiberbagai bentuk problematik beragama ditengaharus modernisme. Nilai moral dan kebersamaanyang terselip kuat pada mitos Ratu Agung Dalem

Page 51: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Mekah,tetapdijunjungtinggisertaselaludiposisikansebagaisuatuhalyangsuciolehkeduaagama.HalinidiperkuatpulaolehpengakuanLaken(wawancara:15Juli2018)yangmengatakanbahwa,umatIslamselaluingatuntukmelakukanpersembhyangandiPalinggih Ratu Agung Dalem Mekah, ketika Piodalan di PuraGamburAnglayangberlangsung.SehinggapandanganSyaripulloh (2017: 28), yang menyatakan bahwakeberadaan dan kesakralan mitos tetap berkembangdi tengah berbagai problem masyarakat modern,nampaknyasangatrelevandenganrealitasharmonismeHindu Islam, yang terbentuk melalui kesamaan asaspandangan terhadap mitologi Palinggih Ratu AgungDalemMekah.

Kokohnya kerukunan Hindu Islam di PuraGambur Anglayang, didasari pula oleh tidak adanyasekatdarikelompok-kelompoktertentuyangterdapatbaik pada agama Hindu maupun Islam terhadapregenerasimitosRatuAgungDalemMekah.Maraknyakelompok agama yang muncul dalam modernismberagama, tidak menampik keberadaan mitos itusendiri. Keberadaan organisasi keagamaan maupunperkumpulantertentuyangpastiterdapatantarkeduaagama, secara bersama menerima kemurnian daripadauraianmitostentangRatuAgungDalemMekahini.Hal tersebutselarasdenganpendapat Iswidayati(2007: 182) yang menyatakan bahwa, penyebaran mitosyang terjadi secara apik, tanpa sekat dan melintasikomunitas tertentu, menciptakan adanya kemudahandalam menggalang kesetiakawanan sosial secara kuatserta meluas. Sehingga realisasi nyata dari pesan luhur

Page 52: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

dalam mitos, dapat terealisasi dengan sempurna secaraalik, apabila tidak ada upaya dalam jenis apapun yangberusahamengguncangkeberadaanmitositusendiri.

Pendapat Roibin (2010 : 188) yang mengatakanbahwa semangat nilai konstruksi mitos tidak akanlepas dari latar sosio-kultural dari pengkonstruk mitos,nampaknya memiliki keselarasan dengan realitaskerukunanHinduIslamdiPalinggh RatuAgungDalemMekahini.KuatnyakerukunanyangterjadiantarIslamdan Hindu, juga lahir dari pemahaman sosial budayakehidupanHinduIslam,sebagaimanayangterterapadamitos Ratu Agung Dalem Mekah. Perbedaan budayayang mampu menjadi kesatuan ikatan sosial secaramerenerasi,menjadi sebuahkebanggaan tersendiribagikeduaagama.Sehinggahalinipula,yangselalumemacupandanganidiologasidariHindudanIslamuntukselalumerajut kerukunan sebagaimana terlihat di lingkunganPalingih RatuAgungDalemMekahitusendiri.

Kelompok Palinggih multikultur dengan ceritamitosberikutnya,adalahPalinggih RatuBagusSundawan.Konon, latar belakang dari pendirian Palinggih ini jugamerupakan salah satu ungkapan rasa terimakasih darikelompok pedagang yang menjadi awal kapal. Lebihlanjut Kesama (wawancara :8 Juli2018) mengatakanbahwa, kelompok pedagang tersebut merupakanpenganut agama Kristen yang datang dari daerahSunda,JawaBarat.Tidakjauhberbedadenganpedaganglainnya, maka tujuan utama dari kelompok pedagangasal Sunda ini adalah untuk menawarkan produk khasSunda, sembarimencariberbagai jenis bahanbakudankebutuhanpanganlainnya.

Page 53: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Tanah Sunda sebagai daerah asal dari pedagangberagama Kristen ini, nampaknya menjadi salah satuaspek utama yang dipetik dari mitos, guna dijadikansebagaidasarpenamaan terhadapPalinggih RatuBagusSundawan.Hal itu,dapatdisimakdaripemakaianakarkata“Sunda”,yangterdapatpadakesatuankata“Sunda-wan”. Hingga saat ini, istilah Ratu Agung Sundawan,juga masih eksis diketahui oleh masyarakat yangmenganutfahamKristiani,baikyangberasaldaiwilayahSundaJawaBarat,maupunbeberapaumatKristenyengmenetapdiBali(Kesama,wawancara:8Juli2018).

TatananbentukdariPalinggih RatuBagusSundawan,nampaknyajugatercermindarideskripsimitologisyangmenyertaikeberadaanPalinggih itusendiri.Uraianmitosyang dipercaya oleh masyarakat, diimplementasikanpuladalamsebuahtatananPalinggih yangmenunjukkankarakteristikdarietnikpedagangasaltanahSunda.

Gambar 3.3Palinggih RatuBagusSundawan

(Sumber;DokumenPribadi2018)

Page 54: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Merujukpadagambardiatasmakadapatdianalisisbahwa, bentuk kontruksi dari Palinggih Ratu BagusSundawanlebihmenitikberatkanpadamitologisagamaKristen,yangmenjadianutanfahamreligidaripedagangasalSunda.Karakteristiknuansakristianiyangterdapatpada Palinggih Ratu Bagus Sundawan, dapat disimakdalambeberapareliefataubentukukiranyangmenjadipenghias Palinggih. Realita dilapangan menunjukkanbahwa,padabagianParba Palinggih (bagiandaribangunanPalinggih yangberisigambaratauukiran)terdapatsebuahukiranyangsecarasepintasmemilikikemiripandenganwujud atau naunsa Bunda Maria, sebagai salah satusimbolistikagamadariagamaKristen.

MitologiPalinggih RatuBagusSundawan,dipegangerat baik oleh Krama Desa Tajun atau Punduh Tajun(penyungsungkhususPalinggih),Krama PanyungsungdiPura Gambur Anglayang, begitu juga masyarakat darietnis Sunda dan agama Kriten lainnya. PenghayatanterhadapaspekketuhananyangterdapatpadaPalinggih ini, secara konsisten tetap mempertahankan sertamenghormati manifestasi Tuhan sebagai Hyang RatuBagusSundawan(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Khusus mengenai kepercayaan umat Kristenterhadap mitos Palinggih Ratu Bagus Sundawan, dapatdikategorikan masih tinggi. Hal ini dapat dianalisisdari penuturan Kesama (wawancara 8 Juli2018) yangmenyatakan bahwa, umat Kristen tetap datang untukmelakukan persembahyangan di Palinggih Ratu BagusSundawan. Meskipun tidak dapat hadir pada setiappelaksanaanPiodalan,akantetapiketikaadakesempatanuntuk ikut bersembahyang, mereka datang dengan

Page 55: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

jumlah yang cukup banyak. Dengan kata lain, kuatnyakepercayaan mereka terhadap mitos Ratu BagusSundawan, sangat terlihat dari jumlah partisipatorisumat Kristen ketika memuja kebesaraan Ratu AgungSundawan. Mereka mempercayai bahwa, mitos yangdidalamnya mengisahkan tentang perjalanan leluhuratau agamanya, memiliki makna tertentu baik dalamkehidupanspiritualitasmaupunrealitas.

Mitologis Palinggih Ratu Bagus Sundawan, jugamemberikan kerekatan hubungan sosial antara umatHindudanKristenditeritorialPuraGamburAnglayang.Tidak jauh berbeda dengan uraian sebelumnya, makaintegrasi sosial keagamaan yang terbina antara Hindu-Kristentersebut,jugamerupakanimplikasidarikuatnyakepercayaandarimasing-masingagamaterhadapsikaptolong menolong para leluhur sebagaimana deskripsimitos, meskipun keduanya berada dalam perbedaanfaham keagamaan. Hal ini terkadang ditunjukkanpula oleh adanya kesadaran dari umat Kristiani untukmelakukanPunia¸mapunkontribusidalambentuklainnyadidalamupayapembertahananeksistensiPalinggih RatuBagus Sundawan pada khususnya, dan Pura GamburAnglayangpadaumumnya.

Menyimak uraian tentang Palinggih Ratu BagusSundawandiatas,kemudiandenganmeminjampendapatDhavamony (1995: 150) maka dapat dikatakan bahwa,mitos Palinggih Ratu Bagus Sundawan menjadi suatuketerikatanpenting,baik terhadapkebertahanan fahamKristen, Hindu maupun kerukunan antara keduanya.MasihmengacupadapendapatDhavamony,makadapatdirumuskanpulabahwa,mitologiRatuBagusSundawantidak semata-mata dipandang sebagai khayalan atau

Page 56: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kisah adikrodati semata. Namun ternyata, ternyatamitos tersebut tetap memiliki fungsi eksistensial bagimanusia (umat Hindu dan Kristen), serta berusahaselalu dipertahankan berdasarkan pesan fungsionalyang tercermin dalam mitos Ratu Bagus Sundawan itusendiri.

Pentingnya mitos terhadap kebertahanan dankerekatansosialberagamaantarkeduanya, terlihatdaritidakadanyaupayadidalammelupakannilaisejarahpadamitos.Sebagaimanauraiansebelumnya,makahalinidapatditelisik pada tingkat jumlah partisipatoris yang cukupdariumatKristendalammelakukanpersembahyangandiPalinggih RatuBagusSundawan.Meskipunmengikutipersembahyangansecara tentative,namunhal itu tidakmemudarkanpemahamanmereka tentangnilaisejarah,begitu juga hal-hal penting yang telah dilakukan olehleluhur mereka sebagaimana termuat dalam mitosRatu Bagus Sundawan. Realitas tersebut, nampaknyasenadadenganpendapatMalinowski (1954 :101)dalamRobin(2010:95)yangmerumuskanposisimitossebagaipenggambaran asli dari sebuah fungsi, realitas murni,sertapokokprmasalahanyangdilakukanoleh individuterdahulu, dan bukan menjadi asas simbolisme sematayangsangatmudahuntukdirubahdandilupakan.

KetikamitologiRatuBagusSundawandipandangpentingdalamkebertahananHinduKristen,makadapatditarikpointpemikiranbahwamitostersebuttelahmampumemberikan support teologis terhadap kebertahananajaran agama maupun standar sosial beragama.Ketika ajaran agama Hindu-Kristen menekankan padapenghargaan dan penghormatan terhadap leluhur,

Page 57: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

meneruskannilaisosialspiritualyangdiwariskanleluhur,makadisinilahmitosberperanaktifuntukmemperdalamkerekatan intruksiagamapadakesadaranumatHindu-Kristen itu sendiri. Sehingga antara nilai agama danmitos,dapatselaluberdampinganuntukmasukkedalampemahaman moral umat, serta dapat teraplikasi secaraberlanjut.HalinipulayangmenyebabkanumatKristentidak berani keluar dari mitos Ratu Bagus Sundawan,sebab mitos tersebut dinilai sebagai kebenaran yangdapat merubah dan menuntun kehidupan umatnya(Syaripulloh,2017:26).

Keberadaan Palinggih Ratu Agung Melayu,juga turut memeperkaya aspek mitologis dari realitasmultikulturdiPuraGamburAnglayang.Palinggihyangdi Sungsung oleh Warga Arya Kenceng ini, tetap eksis menjadi salah satu simbolisme multikultur di kawasanPura Gambur Anglayang. Sebagaimana keberadaanmitos pada Palinggih lainnya, maka uraian mitologispada Palinggih ini juga mengkonstruk fenomena fisik dansosialdikawasanPalinggihRatuAgungMelayu.

Kesama (wawancara:8 Juli2018) juga mengatakanbahwa, konon Palinggih ini adalah ucapan rasaterimakasihterhadapkebesaranTuhanyangterdapatdiPura Gambur Anglayang. Ungkapan rasa terimakasihtersebut, datang dari kelompok dagang yang notabeneterdiridarirasMelayu.Kelompokinijugamenjadisalahsatu komunitas dagang, yang menumpang pada awakkapal yang mengalami kebocoran. Selain tertuju padamenjualprodakdagangyangditawarkan,makadikatakanpulabahwarasmelayuinimemilikitujuanpokokuntukmembelibahanpanganyangdihasilkanolehmasyarakatsekitar.

Page 58: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Uraian mitos yang nenekankan pada keberadaanRas Melayu, kemudian menjadi dasar dari penamaanPalinggih. Sehingga sampai saat ini, Palinggih yangmerupakanpenghormatanterhadaprasMelayutersebut,dikenaldenganPalinggihRatuAgungMelayu.Pemberiannama Ratu Agung Melayu itu sendiri juga merupakansalah satu bentuk penghormatan sekaligus pemujaanterhadap leluhur Ras Melayu. Disisi lain Palinggih inisecaralangsungdapatmenjadisimbolismedarikerekatanhubungan sosial antara ras Melayu dengan etnik BaliyangberagamaHindu(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Sebagaimana keberadaan mitos pada Palinggihmultikultur lainnya,makamitosmengenaiRatuAgungMelayujugajugaberimplikasipadatatananbentukataukontruksidariPalinggihRatuAgungMelayuitusendiri.

Gambar 3.4Palinggih RatuAgungMelayu

(Sumber;DokumenPribadi2018)Mengacupadagambardiatas,makadapatdikatakan

bahwa mitologi mengenai etnik melayu yang menjadi

Page 59: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

salah satu kelompok pedagang, diimplementasikanpula pada beberapa aspek konstruktif yang terdapatpada Palinggih. Beberapa konstruksi yang terdapat diaeral Palinggih bersumber dari pencernaan masyarakatterhadap deskripsi mitologis yang menyertai Palinggih Ratu Agung Melayu. Realita dilapangan menunjuakanbahwa, dihadapan Palinggih Ratu Agung Melayudiletakan sebuah patung manusia, yang mengenakanseragam keprajuritan lengkap dengan topi dan senjataapi.Umatmempercayaibahwa,Palinggih maupunpatungtersebutmerupakanperwujudansimbolisdaripedagangetnikMelayu,yangikutsertadalamkapaldagangyangmengalamikebocoran.

KramaPangemponPurayangmayoritasmenganutagama Hindu, selalu melakukan pelestarian terhadapkeberadaanPalinggihRatuAgungMelayu.Pesan-pesanyang termuat dalam mitos Ratu Agung Melayu, jugaselaludijadikandasardalampelaksanaanritualHindudiPuraGamburAnglayang.SalahsatupesanpentingyangtermuatdalammitosRatuAgungMelayuadalahtentangkeberadaanPajenenganAgung.Berdasarkanmitosyangditerima masyarakat, dikatakan bahwa pusaka suci inimerupakansuatubentukPengrajegKaryayangmemilikifungsi sebagaipenjagaataupelindung.Pusakasuci ini,juga harus selalu diletakan di Palinggih Ratu AgungMelayuketikaberlangsungnyaPujawalidiPuraGamburAnglayang(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Kesama(wawancara:8Juli2018)jugamenambahkanbahwa pesan pada mitos tersebut, akhirnya selaludipercayaisertadilaksanakandenganpenuhbahaktiolehmasyarakatPangempon.Halinidapatdilihatdariadanya

Page 60: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

tindakanmasyarakatuntukselalumemohonkeselamatandan perlindungan dalam pelaksanaan Yadnyayang diselenggarakanpadaPujawali diPuraGamburAnglayang.Pajenengan Agung itu sendiri, dianggap sebagai bendasakral dengan kekuatan supranatural, yang mempuberkontribusiuntukmenatakebertahanandankeamananritualismediPuraGamburAnglayang.

Dengan meminjam pendapat Kirk (1983: 258)maka dapat dikatakan bahwa, deskripsi motos tentangPalinggih Ratu Agung Melayu merupakan salah satuklasifikasi mitos yang bersifat operatif. Mitos operatif itu sendiri merupakan uraian mitologis, yang mengalamiproses regenerasi secara alik serta dijadikan ideologydalammenatakehidupanbernuansamagis,ritual,sertamenghasilkan sebuah kontinuitas dalam aspek religisesuai dengan standar yang diinginkan. Tatanan nilaidalam mitos, dirangkum dalam sebuah kepercayaandan pemaknaan mendalam sehingga akhirnya mampumendoronginstingdantindakanmenudiauntukbertindaksesuai dengan aspek operatif dalam mitos. Dengankata lain, mitos Ratu Agung Melayu ini memberikansebuah mobilitas berbasis keyakinan spiritual, dalammewujudkankonsistensiritualdiPalinggih RatuAgungMelayuitusendiri.

Dorongan operatif yang ditimbulkan oleh mitosPalinggih Ratu Agung Melayu, merupakan salah satuupaya manusia didalam merealisasikan keyakinannyaterhadapaspekfungsionaldalamketidaknyataan.MitosRatuAgungMelayuyangdipercaya sebagaipelindungsekaligus pengamanan aspek ritual di Pura GamburAnglayang, telah memberikan sebuah inspirasi religius

Page 61: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

bagiumatuntukbertindakmewujudkankeamanandanketertibanritualsecarakonkret.Halinisearahdenganpola pikir Iswidayati (2007 : 181) yang menyatakanbahwa, kebudyaaan serta nilai abstraksi, akan memacudan menertibkan pemikiran manusia untuk memahamidanmenatalingkungan,termasukberbagaiaspeknyatayang ditemui dalam proses kelangsungan hidupnya.Realitas tersebut telah memebrikan sebuah indikasibahwa, bentangan mitos tentang Ratu Agung Melayutidakhanyaterkonstruksebagaiceritamistisdalamduniahayal. Namun ternyata, telah memberikan kontribusiinspiratifpadapemikirandantindakannyatadariumat.

KetikamitologiPalinggih RatuAgungMelayutelahmemberikan sebuah dorongan inspiratif, maka dapatdisimpulkanbahwatelahterjadipenerimaansecarautuhterhadapmitologi itu sendiri.Umat tidak lagimemilikikeraguan dan ketidakpercayaan terahadap uraianmitositusendiri.Disisi lain,pertanyaanmendalamdanbersifat kritikal yang bisanya menyertai sebuah mitos,nampaknya tidak terdapat dalam realitas kepercayaanterhadap mitologi Palinggih Ratu Agung Melayu ini.SebagaimanaasumsiIswidayati(2007:181)makamitosPalinggih RatuAgungMelayu telahdiposisikansebagaipernyataantentangkenyataanyangtidaktampaksecarakasatmata(Jiwo Katon).

Klasifikasi Palinggih multikultur dengan ceritamitos yang terkahir adalah, Palinggih dari etnik Baliyang menganut beragama Hindu. Secara umum dapatdikatakan bahwa, Palinggih yang terdapat di PuraGambur Anglayang notabene berasal atau bernuansaetnik Bali, dan kental dengan konsep ketuhanan atau

Page 62: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

tradisikeberagamaanHindu.Akantetapihanyaterdapatsatu Palinggih yang memang memiliki cerita mitologistersendiri,sertadipercayaibersamaolehetnikBaliataupenganutagamaHindu.Palinggih tersebutadalahsalahsatu klasifikasi Palinggih multikultur yang diSung-sung olehtrahKemenuh,ataudikenaldengannamaPalinggih RatuGedeSiwa(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Mitologis tentang Palinggih Ratu Gede Siwadapat ditelisik dari penuturan Kesama (wawancara :8Juli2018)yangmengatakanbahwa,kononPalinggih RatuGede Siwa ini merupakan bangunan Palinggih pertamadan satu-satunya yang terdapat di kawasan dermagaKuta Banding. Palinggih ini, selalu dijadikan sebagaitempat persembahyangan oleh para pelaku ekonomidan masyarakat yang bermukin di kawasan dermaga.Sehingga, Palinggih ini juga menjadi sentralisme dariaktivitas persembahyangan Hindu di sektoral wilayahdermagaKutaBanding.

Konon, Palinggih inilah yang juga dijadikansebagai tempat bersembhyang sekaligus tempatmemohon keselamatan dari para awak kapal, atastragedy kebocoranpada perahuyangditumpanginya.Dicertakan pula bahwa, para awak kapal yang berlatarbelakang multi etnik dan agama ini, secara bersamamelakukan persembahyangan di Palinggih Ratu GedeSiwa. Mereka melakukan persembahyangan dengankhusyuk,tanpamemandangdimensiperbedaanras,etnikmaupun agama. Meskipun persembahyangan tertujuatau dilaksanakan pada tempat suci Hindu, namunpara awak kapal yang berasal dari berbagai agama initetap melakukan persembahyangan sembari memohon

Page 63: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

keselamatan atas musibah yang dialaminya (Kesama,wawancara:8Juli2018).

Sebagaimanapesansertakepercayanyengterdapatpadamitos,makadikatakanpulabahwayangbersthanadiPalinggih RatuGedeSiwainiadalahIdaSangHyangWidhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Siwa. Umat Hindu atau masyarakat lokal di kawasandermaga mempercayai bahwa, Ida Bhatara Siwamerupakan manifestasi Tuhan yang utama. ManifestasiTuhanSiwa,dipercayamemiliki fungsisebagaipeleburproseskehidupan termasukmarabahayayangdimilikioleh manusia. Sehingga pada proses selanjutnya, akantercipta kehidupan yang baru, serta terhindarnyakehidupan dari ancaman mara bahaya itu sendiri. Halinilah yang kemudian menjadi dasar bagi masyarakatsekitardanparaawakkapal,untukmemohonkeselamatandiPalinggih ini.Merekaberharapagarsegalamarabahayayang menimpa perjalanan perdagangan, dapat dilebursehingga dapat melanjutkan aktivitas perdagangandenganselamat(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Mitos tentang keagungan Bhatara Siwa tersebut,kemudiansecaraberlanjutmenjadidasarbagipenamaanPalinggih.KeagunganBhataraSiwa,sebagaiTuhanyangmahautama,kemudiandijadikansebagailandasannamadari Palinggih Ratu Gede Siwa ini. Bahkan penamaanPalinggih sebagai Ratu Gede Siwa, diperkirakan telahberlangsung atau diterapkan sebelum kedatangan parakelompok pedagang. Hingga saat ini, ekistensi RatuGedeSiwamenjadisentralismedarikepercayaanHinduyang terdapat di Pura Gambur Anglayang (Kesama,wawancara:8Juli2018).

Page 64: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

MitologiyangmengungkapkantentangkebesaranBhatara Siwa, sebagai aspek ketuhanan Hindu yangbersthana di Palinggih Ratu Gede Siwa, ternyata jugaberpengaruhterhadapkontruksiPalinggih.

Gambar 3.5Palinggih RatuGedeSiwa

(Sumber;DokumenPribadi2018)

Bertitik tolak dari gambar 5.5 diatas, maka dapatdianalisisbahwamitosmengenaikebesaranTuhandalammanifestasinya sebagai Tuhan Siwa, terkontruksi puladalam tatanan simbol berupa Palinggih. Pada dasarnyaPalinggih ini merupakan Palinggih utama dan pertamayangterdapatdiPuraGamburAnglayang.Kepercayaanumat terhadapmitoskebesaranTuhanSiwa,kemudian

Page 65: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

dituangkandalamtatananPalinggih, yangkontruksidanbentuknya mengacu pada konsep agama Hindu terkiatdengan bentuk tempat suci yang diperuntukan bagikebesaranTuhanSiwa.

Asas fungsional dari Palinggih Ratu Gede Siwa,nampaknyajugatercermindarikepercayaanakanfungsidanperananBhataraSiwasebagaimanayangdisampaikandalam mitos. Masyarakat atau umat Hindu sekitarmempercayaibahwa,Palinggih RatuGedeSiwaberfungsisebagaitempatuntukmemohonkeselamatanlahirbhatin.Manifestasi Tuhan Siwa, dipercayai dapat meleburberbagai bentuk mara bahaya, serta mempermudahberbagaibentukperjalanankehidupanmerekaSehinggauraian mitos tersebut, kembali memperkuat ekistensifungsionalisme dari aspek-aspek teologi yang berlakudalam kehidupan beragama Hindi di wilayah PuraGamburAnglayang(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Disisi lain, mitologi Ratu Gede Siwa jugamempertahkankonsepHindudalambasisSiwaistikyangberlaku di Pura Gambur Anglayang. Aspek SiwaismeyangmenjadinaunsakehidupanagamaHindudiPuraini, tetap diregenerasikan serta dijadikan sebagai asaspokokdalamtatanankehidupanHindudiPuraini.Halini dapat dilihat dari kebertahanan pelaksanaan ritualmauputradisiHindudiPuraGamburAnglayang,yangsangat kental dengan karakteristik Siwaisme atau SiwaSiddhanta(Kesama,wawancara:8Juli2018).

Meskipun Ratu Gede Siwa serta Palinggih etnikBali menjadi sentralisme pemujaan di Pura GamburAnglayang, namun hal tersebut tidak menghapuskerekatan sosial antara etnik Hindu Bali dengan etnik

Page 66: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

lain yang bersembahyang di Pura Negara GamburAnglayang. Mayoritas nuansa dan kaum Hindu yangterdapat di Pura tersebut, tidak pernah memberikanpotensiperpecahanterhadapintegrasimultietnikdiPuraGambur Anglayang. Kesama (wawancara :8 Juli2018)juga mengungkapkan bahwa, masyarakat Hindu selalumemberikan keterbukaan bagi para etnik serta agamalain, untuk melakukan pemujaan pada setiap Palinggih multikultur,sesuaidenganlatarbelakangsertakesesuaianras,etnikdanagamamerekamasing-masing.

SecaralebihlanjutKesama(wawancara:8Juli2018)mengatakanbahwa,salahsatufaktoryangmenjadidasardari hamronisasi antara etnik Hindu dan klasifikasi etniklainnyaadalahnilaisolidaritasyangterdapatpadamitos. Nilai-nilai tersebut, juga menjadi sebuah mediaperenunganbagietnikHinduBali,untukmembinasertamemperkuatkerukunandalambingkaimultietnikyangterdapatdiPuraGamburAnglayang.Sehinggatidaklagimemperdebatkan aspek mayoritas dan minoritas baikdalamlingkupagama,rasataupunetnikyangberbeda.

Merujuk pada pemaparan diatas, maka dapatdikatakanbahwamitologiyangterdapatpadaPalinggih Ratu Gede Siwa merupakan suatu bentuk representasiteologisyangkemudianmemberikanlandasanpenataanterhadap kehidupan Hindu Siwaistik di Pura GamburAnglayang.KepercayanterhadapmanifestasiTuhanSiwa,terimplementasisebagailandasanpenguatfahamHinduSiwaistikdiPuraGamburAnglayang.HalinidiperkuatpuladenganpenuturanKesama(wawancara:8Juli2018)yang mengatakan bahwa, masyarakat Hindu selalumelakukanaktivitaspersembahyanganataupemujaandi

Page 67: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Palinggih RatuGedeSiwa,sesuaifakemdantradisiHinduSiwa Sidhanta. Sehingga dengan meminjam pendapatDjamhari (1988 : 35),makamitologi tentangRatuGedeSiwa merupakan suatu bentuk ungkapan pemikiransederhana mengenai asas ketuhanan, yang kemudianmenjadi landasan dalam merangkai usaha pemahamanterhadap realitas sebuah ajaran, serta memperdalampemehaman teologis megenai asas ketuhanan danpemujaan.

Mitologi Ratu Gede Siwa yang memberikansorotan lebih terhadap pemahaman teologis TuhanSiwa, secara meregenarasi lebih banyak direalisasikanmelalui penghormatan terhadap lambang atausimbol berkarakteristik Siwaisme. Lambang tersebut,dikontruksi sesuai dengan tingkat imajiner dari umatdidalam merepresentasikan pemahamannya terhadapasasketuhananSiwa.SelarasdenganpendapatSubagya(1981:70-71),makabeberapahalyangdijadikansebagaisimbolataulambangbernuansaSiwaitusendiritertuangdalam benda alam semesta, upacara, bentuk dan reliefbangunan suci, miniatur wujud Dewa maupun hal lainyangdigambarkansebagaisimbolismekebesaranTuhanSiwa.

Secaraberlanjut,ketikamitologidankepercayaanterhadapTuhanSiwadikontruksidalamwadahsimbol,maka tindakan umat selanjutnya adalah menaruhimpianserta tujuanhidupsebagaimanaasas fungsionaldari Tuhan Siwa itu sendiri. Fungsi Tuhan Siwa yangdipercaya sebagai yang Maha Pelebur marabahaya danpemberi keselamatan, akhirnya memberikan inspirasipula bagi umat untuk menaruh impian dan cita-cita

Page 68: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

hidup yang tentram serta penuh dengan keberhasilanatau keselamatan. Merujuk pada fenomena tersebut,maka sangat beralasan apabila Arkount (1999 : 112)menitik beratkan mitos sebagai sebuah inspirasi dalammembentuk impian hidup dan cita-cita kebajikan,sekaligus memberikan keterbukaan berpikir untukmembangkitkanfungsivitaldalammitoskedalamsebuahrealitas(wujudnyata).

Struktur Pura Gambur AnglayangSecaraumumstrukturPuramerupakanpembagian

tata letak wilayah pada Pura, yang didasarkan padaaturan dan aspek-aspek teknis yang termuat dalamTeksAsta Kosala-Kosali. Realita kontruksi pada setiapPura di Bali, tidak pernah terlepas dari balutan aspekbegitujugatatanansebagaimanayangtelahditetapkanatautercantumdalamTeks Asta Kosala-Kosali itusendiri.Strukruraliasi Pura yang sesuai dengan tatanan dalamTeks Asta Kosala-Kosali, menjadi sebuah fakem yangselalu diberdayakan oleh masyarakat Bali, didalammerancang pembangunan sebuah Pura. Struktur Puramenjadi sebuah pembatas secara fisik, yang nantinya berpengaruh serta berfungsi sebagai salah satu wadahdidalammenataaktivitas riualistikpadaPura.Merujukpadapemikirantersebut,makasangatberalasanapabilaMaharlika (2010 : 1)berasumsibahwa, adanya tatanankebenarandalampenyusunanstrukturPuradiBali,akanberpotensi didalam melahirkan sebuah keseimbanganataukeselarasan.

Masyarakat Hindu di Bali, memiliki keperayaantinggidenganberpandanganbahwa,strukturPurayang

Page 69: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

dibangun berdasarkan kode etik Teks Asta Kosala-Kosaliberpotensiuntukmenghasilkansebuahnuansaspiritual.Nuansa spiritualitas tersebut, menjadi salah satu aspekpendukung dalam memperkokoh tata kehidupanberagama yang kerap berlangsung didalam areal Pura.Masing-masing ukuran secara teknis, penempatanbangunansesuaidenganarahmataangin,danbeberapahal yang tersirat dalam teks tersebut, secara teologisdipercaya memiliki aspek ketuhanan tersendiri begitujuga dilengkapi dengan kanduangan makna tertentuyang bersifat magis dan penuh kesakralan (Parwata,2011:98).

Penataan strukturalisasi Pura yang termuatdalam TeksAsta Kosala Kosali, dicerminkan melaluipemahaman kosmologi terhadap alam semesta, dankonsep keseimbangan hidup yang terkandung dalamajaran agama Hindu. Pandangan kosmologi terhadapalam semesta dan konsep keseimbangan hiduptersebut,menjadi salahsatu idiologimendasardidalammenciptakan serta menentukan aspek kesucian danpemaknaan pada masing-masing bagian struktur Pura.Sehingga masing-masing jenjang dan struktur yangterdapat pada sebuah Pura, menjadi wahana aktivitasyangmencerminkannilai-nilaidanpemaknaanluhurdarikesucianalamsemestadankonsepkeseimbangan,yangharusdiupayakansemaksimalmungkinolehumatketikaberada ada sebuah lingkungan struktur Pura. BahkanRelin (2012 : 59) mengatakan bahwa, tatanan strukturyang terdapat pada sebuah Pura, selayaknya menjadiinspirasibagimanusiadidalammenapakikesucian,yangditempuhsecarabertahapatauberjenjang.

Page 70: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Struktur Pura yang ditata berdasarkan kosmologialamdankeseimbanganhidupdalamkonsepAsta Kosala-Kosali, secara umum diklasifikasikan menjadi tiga tataran wilayah secara struktural. Tiga klasifikasi struktur wilayah yangterdapatpadasebuahPura,disebutdenganistilahTri Mandala (Parsua,2012).Trimemilikiartitiga(Surada,2007 : 150) dan Mandala diratikan sebagai kelompokdaerah(Surada,2007:247). Tigawilayah(Tri Mandala)ini,terdiridariJaba Sisi (Nista Mandala)yangmerupakanbagian terluar dari sebuah Pura; Jaba Tengah (Madya Mandala) yang merupakan bagian tengah dari sebuahPura;danJeroan (Utama Mandala)yangmenjadiwilayahutamadarisebuahkelompokPura.Pembagian tersebutselarasdengantigaaspekkosmologialamsemestadalamHindu(Tri Loka),yangterdiridariBhur(alambawah)atauNista Mandala, Bwah (alam tengah) atau Madya MandaladanSwah (alamatas)atauUtama Mandala.Disisilain,jugaselarasdengantigaasaskeseimbanganhidupyangdalamHindu (Tri Hita Karana), yang terdiri dari Sukerta Tata Palemahan (keseimbangan hubungan manusia denganalamlingkungan),Sukerta Tata Pawongan (keseimbanganhubunganmanusiadengansesamamanusia)danSukerta Tata Parahyangan (keseimbangan hubungan manusiadenganTuhan).

Pembagian struktur Pura yang didasarkan ataskonsepTri Mandala, jugamenjadisimbolismepenyatuanunsur Purusa dan Prakerti. Struktur Pura yang terbagisecara horizontal, merupakan simbolisme Prakerti (unsurmaterialamsemesta).Sedangkan,jajaranvertikaldari Palinggih yang memadati masing-masing strukturPura, merupakan simbolik dari unsur Purusa (aspek

Page 71: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

kejiwaan spiritual alam semesta). Adanya penyatuanterhadap dua kasas perbedaan ini, secara langsungjuga menjadi simbolisme dari Super Natural Power. Halini juga mendasari pemikiran Titib (2007 : 101), untukmengungkapkan pandangannya dengan menyatakanbahwa, orang-orang dapat merasakan adanya getaranspiritual atau super natural of power (Tuhan Yang MahaEsa),ketikamasukdalamsebuahkawasanPura.

Merujuk pada uraian mengenai struktur Puradiatas, serta penyesuaian dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat dikatakan bahwa keberadaanPura Gambur Anglayang juga memiliki struktur Purayang mengacu pada konsep Tri Mandala. Tatanan Tri Mandal yangterdapatpadaPura ini,diperkirakantelahdisusun sedemikan rupa semenjak didirakannya Purasecara perdana (Sukarawan, wawancara :23 Juli 2018).Konsep Tri Mandala menjadi sebuah tatanan apik padaPura Gambur Anglayang, yang berdiri secara kokohmenghadapluruskearahselatan.

Masing-masing Mandala pada Pura ini, dibatasiolehsebuahtembokpembatas(Panyengker)yangterbuatdari bahan dasar pasir pantai. Pada setiap Panyengker,dihiasidenganornamentdanaspekkontruksilain,yangmerupakankarakteristikgayabangunankotaSingaraja.Disisi,lainbeberapaPanyengkerdihiasipulaolehbeberapaornament,yangmenggambarkankehidupansatwalaut.Secaralebihlanjutmakapadamasing-masingPanyengker,juga dilengkapi dengan beberapa Candi Bentar, yangberfungsi sebagai pintu masuk dari Mandala terluar,menujubagianMadya sertaUtama Mandala.

Pada setiap Mandala, terdapat beberapa Palinggihserta dilengkapi pula oleh beberapa bangunan dalam

Page 72: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

bentukBalesebagaibangunanpendukungataupelengkap.Palinggih yangditempatkanpadamasing-masingwilayahMandala,disesuaikandenganfungsisecaraumum,begitujugadisertaidenganbeberapabangunanPalinggihyangmerupakancetusandariaspekmitologidarimasyarakatsekitarsertaberlakudalamskuplokal.

StrukturMandaladantatananhimpunanPalinggih yang terdapatdiPuraGamburAnglayang,secara lebihlanjutakandijelaskanmelaluigambarataudenahberikutini:

Gambar 3.6Struktur Mandala dan Tata Letak Palinggih

di Pura Gambur Anglayang1

Gambar Struktur Mandala dan Tata Letak Palinggih di Pura Gambur Anglayang

25

1 2 3 4 5 6 7 810

11

12 13

17

16

14

1819

15

20

21

24

23

9

22

Page 73: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Secaralebihlanjut,adapunketerangandarigambar3.6diatasadalahsebagaiberikut:1. Palinggih RatuBagusSundawan;2. Palinggih RatuAgungMelayu;3. Plainggih RatuAgungSyahbandar;4. Palinggih RatuPasek;5. Palinggih RatuBhatariSriDwijendra;6. Palinggih RatuGedeDalemMekah;7. Palinggih RatuGedeSiwa;8. Palinggih Padmasana;9. Palinggih RatuBhatariPangambelTirta;10. Palinggih RatuBhataraMuteringJagat;11. BalePiasan;12. BaleGong;13. BalePawedan;14. Palinggih KayuBase;15. Pawaregan;16. BaleKul-Kul;17. BaleGong;18. Palinggih RatuAyuTelenginTirta;19. Kolam(Telaga);20. Palinggih RatuAyuMelanting;21. Palinggih RatuGedeMasPengawa;22. Palinggih PengayatanDalemSolodanMajapahit;23. JalanmenujuPura;24. Palinggih Penebusan;25. Cekunganbekasdermaga.

Page 74: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Palinggih Multikultur: Antara Ideologi, Teologi, dan Filsafat

Palinggih multikultur di Pura GamburAnglayang, menjadi sebuah simbolisme yangdidalamnyaterangkumasasdasaratauideologisebuahmultikulturalis,pemahamanteologisdalamkarakteristikkeberagaman, termasuk telisik filosofis terhadap fenomenologikebhinekaan.LatarbelakangPalinggihyangdibalut oleh mitologi, kebudayaan, serta kepercayaanbernuansadifrensiasietnikdanagama,menjadisebuahindikasi bahwa sebuah integrasi kebhinekaan tidakmelunturkanasasasalataukarakteristikaslidarisebuahetnik maupun agama. Ideologi etnik dan agama tetapmengalamikebertahanansebagaimanamestinya,bahkanmemberikansebuahpemahamanbaruterhadaprelevansiteologis,sertamemberikankejelasanmengenaipandangankebenaran atau filsafat dari sebuah integrasi kebhinekaan itusendiri.SehinggadenganmeminjampendapatMambal(2016:30),makadapatdikatakanbahwabesarnyanuansakeragaman pada Palinggih multikultur di Pura GamburAnglayang, tidak memasung asas persamaan sebagaikenyataanlainyangutama.PersamaandalamperbedaaninilahyangkemudianmenjadidasaridentitaspokokdarieksistensiPuraGamburAnglayang.

Berdasarkan rekaman historikal dan mitologisyang ada, maka realitas Palinggih multikultur di PuraGambur Anglayang nampaknya juga terkonstruk olehsebuah budaya politik yang akhirnya berdiri sebagaiprodukideology.Integrasiyangterbentukdalamruangdifrensiasi etnik, sudah tentu mendapatkan beberapasugestibudayapolitik,yangakhirnyamelahirkansebuah

Page 75: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

nilai sosial dalam wujud kerukunan dan solidaritasmulticultural.Kerukunantersebut,kemudiandipandangsebagai ide utama didalam menciptakan sebuah tujuankehidupan. Apabila ditelisik secara lebih lanjut, makapandangan itu sendiri selaras dengan konsep ideologysebagaimanadikemukakanolehStegerdalamFirmansyah(2011:96)yakniadanyasebuahsebaranide,kepercayaan,yangakhirnyadijadikanpandangandalammembentuktatanan nilai dan norma yang diterima sebagai faktadan kebenaran bagi kelompok tertentu. Disisi lain jugasenada dengan intisari ideology politik, sebagaimanayang dicetuskan oleh Asnawi (2014 : 1) dan Prasetya,(2011 : 32) yakni, seperangkat pandangan dangagasan,yangmengarahpadasebuahtujuantertentu.

Budaya politik yang kemudian menjadi konstrukideology pada Palinggih multikutur, terselubungdalam besarnya keyakinan umat multi etnik terhadapkeberadaan Palinggih multi kultur itu sendiri. BesarnyakeyakinanumatmultietnikterhadapekistensiPalinggih multikulturtidaksajadipicuolehkesadarandanbisikanbathin secara spiritual. Namun, juga disertai dengansugestiyangbersumberdariaspekmayoritasbaikdalambidang pemerintahan, budaya, tradisi, mitologi, danmasyarakatyangadadilingkunganPalinggih multikulturterdahulu. Sehingga masyarakat makin memilikikemantapan baik dalam mempercayai, dan bertindaksesuai dengan nilai-nilai pada Palinggih multikutur.Realitas tersebut, memiliki keselarasan dengan unsur-unsur ideology sebagaimana pendapat Koento Wibisono yangdikutipolehBakri(2010:178-179)yakni,Pertama,unsurkeyakinan.Setiapideologiselalumemuatkonsep-

Page 76: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

konsep dasar yang menggambarkan seperangkatkeyakinan yang diorientasikan kepada tingkah lakuparapendukungnyauntukmencapaisuatutujuanyangdicita-citakan. Kedua,unsur mitos. Setiap ideologi selalumemitoskan suatu ajaran dari seseorang atau beberapaorang sebagai kesatuan, yang secara fundamentalmengajarkan suatu cara bagaimana sesuatu hal yangidealitupastiakandapatdicapai.Ketiga,unsurloyalitas.Setiap ideologi selalu menuntut adanya kesetiaan sertaketerlibatanoptimalparapendukungnya.

Merujukpadapaparandiatas,makadapatdikataanbahwapraktekbudayapolitikdanideologypolitikyangberkembang di lingkungan Palinggih multikultur, tidakterlihat secara signifikan. Ideology politik yang berjalan, tidak mematahkan persatuan dari perbedaan etnik danhal-hal lain yang bersifat minoritas. Dengan kata lain,ideologypolitik tidakdiarahkandalamkonteksnegatif.Namun, diarahkan serta dibungkus dengan tindakansolidaritas bernuansa agama dan kebudayaan, yangakhirnya menjadi pandangan bersama bagi masyarakatmultietnikdikawasanPalinggih multikultur.Berdasarkanprediksi tersbut, maka sangat beralasan apabila Arifin (2011 : 286)berargumentasibahwarealitaspolitik lebihmudah dijelaskan dengan pendekatan kebudayaan.Pendekatan kebudayaan, akan memberikan kamuflase terhadapaspekkekuasaandanpolitik,sehinggaideologypolitik tersebut secara cepat dapat menyesuaikan diridan meresap dalam masyarakat. Bahkan argumentasiArifin tersebut, kembali diperkuat oleh pandangan Tanti (2014 : 188) yang mengatakan bahwa, budaya politikyang identik dengan kekuatan kuasa menguasai, tidak

Page 77: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

selaludiperlihatkansecaragamblang.Akantetapipadabeberapa tahap tertentu, ideology dan budaya politikberprosesdengansebuahkebudayaanbaru,namuntetapdenganvisimisiataubenangmerahyangsama.

Tidak menutup kemungkinan bahwa, praktekdan realisasi ideology politik yang terselubung dibalik Palinggih multikultur, merupakan aksi nyata daripemegangkekuasaanuntukmenyelipkanpraktekpolitikdalam jalinan interaksi yang terjadi antara penguasadenganparapedagangmultietnik.Halini,didasarkanatasanalisisdariEbenstein(1994:7-8)yangmengemukakanbahwadalamsebuahkenampakanideologypolitik,terjadiupayapemusatanatausentralisasiolehkelaspenguasa,untuk memegang seluruh tatanan politik, hukum,maupun ideology tertentu yang nantinya memberikanpenguatanterhadapsistemdanketahanansosial,politik,ekonomipadadaerahkekuasaanya.PendapatEbensteintersebut, pada intinya memberikan penekanan bahwapenguasa akan selalu melakukan manajemen secaraterpusat, untuk merealisasikan seluruh prinsip politikmaupunhukumyangdimilikinya,kepadaberbagaihalyangadadisektoralkuasadantanggungjawabnya,demipeningkatankesejahteraandaerahnyasendiri.

Parapenguasa tidakmembiarkanproses interkasiyang terjadi antara pedagang dan penguasa, berlalutanpaadanyakemanfaatanyangdirasakanlangsungolehpenguasaitusendiri.DenganmeminjampendapatAsnawi(2014 :4),makaparapenguasamemandangkedatangankelompokpedagangdanaktivitasperdagangantersebutsebagai paradigma atau teknologi baru yang telahmasuk kedalam lembaga sosial, ekonomi dan politik

Page 78: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

daripenguasaitusendiri.Sehingga,parapenguasatidakmembiarkan kesempatan dan peluang tersebut, berlalusebagai historikal yang penuh kehampaan. Sebab parapenguasa tersebut, memiliki ideology yang nantinyaharus dipatuhi serta menjadi penata kedatangan hal-hal baru, guna memperkuat ketahanan sosial, budaya,politik,maupunekonomidisektoralwilayahnya.

Disisilain,sebagaimanapendapatDeliarnov(2006:16),makaparapenguasapadadasarnyajugaberposisisebagai manusia atau mahluk rasional, yang memilikihasrat untuk memenuhi prinsip serta kepentinganpribadinya.Kepentinganpribadiyangdimaksudadalah,terealisasinya program serta tujuan tertentu yangmenjadi misi penguasa, baik itu dalam hal menguasai,membeli, memanfaatkan, memperbesar nilai, maupunmenjual suatu hal disekitarnya. Rasionalitas dalammempertahankan kepentingan pribadi inilah, yangkemudiandirealisasikanmelaluipraktekideologypolitikdalamberbagaikesempatan.

Sehingga dengan adanya kepemilikan strategipolitik, peraturan dan prinsip tersendiri yang dimilikiolehpenguasa,begitujugaditunjangolehhakekatdasarpenguasasebagaiindividudengankepentinganpribadi,makaterciptasebuahstrategipolitikdaripenguasauntukmenggali keuntungan dari kuatnya jalinan interkasiantarapenguasadanpengusahaataupedagang.Strategipolitik ini, berjalan secara aman dan bersifat salingmenguntungkan Srategi politik tersebut direalisasikanmelalui peningkatan asas teologis, religi, penguatankebersamaandansolidaritas,maupunkerjasamadenganpedagang multi etnik, yang kemudian disenergikan

Page 79: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

dalamsebuahtatanansimbolkeagamaanberupaPalinggih dengannuansamultikultur.

Beberapahasilkajianmenunjukkanbahwa,ideologymerupakan salah satu faktor penting bagi penggerakatau manajemen kehidupan manusia (Thompson, 2003;Takwin,2003;Larrain,1996),yangpadaakhirnyahalinimenjadidasarbagiFirmanzah(2007)memvonisideologypolitiksebagaisuatuagendayangtidakpernah lenyap.Selarasdenganhaltersebut,makaprinsipideologypolitikyang menjadi salah satu landasan pembentuk Palinggihmultikultur, juga menjadi konseptual penting yangakhirnya tidak pernah pudar bahkan selalu meresap,sertaberpengaruhpadaperadabangenerasiberikutnya.

Adanya pandangan penting terhadap ideologypolitik dibalik keberadaan Palinggih multikultur,disebabkan oleh fungsi serta arah ideologi yang tidakhanya berfungsi sebagai landasan didalam menatakehidupan masyarakat. Namun, juga berfungsi sebagaidalil pembentukan kekuatan integrasi, kerjasamaekonomi, maupun kerukunan antar etnik. Terciptanyaintegrasi yang kuat antar masyarakat, penguasamaupun pengusaha (dagang) secara damai dan salingmenguntungkan, dipandang sebagai pencapaian utamadariprinsipdanrealisasi ideologipolitikyangdimiliki.Disisi lain, terciptanya pandangan khusus dan pentingterhadap ideologi politik di balik Palinggih multikultur,juga disebabkan oleh beberapa karakter umum dariideologi politik sebagaimana dikatakan oleh Kaelan(2005) yakni, diterapkan secara apik dalam kondisikritis yang dalam hal ini ditunjukkan dengan tragedykebocoran kapal, terencana, menampung keragamanasumsi,universaldaneratdengantatanorma.

Page 80: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Penerapan ideologi politik yang melahirkankerukunanantarmasyarakatmultietniksertapendirianPalinggih multikultur,akhirnyadiposisikansebagaiaspekpentingyangwaibuntukdijadikanpedomanhidupsosialsecarameregenarasi.Pandanganini,tidaksajalahirdarisatu pihak. Akan tetapi, diaplikasikan secara bersamadanberlanjut,olehseluruhumatataumasyarakatyangberlatarbelakangmultietnikdiPuraGamburAnglayang.Masyarakatmultietniksangatmenghormatikerukunanbernuansa religius yang terbentuk dari interaksi sosialantara masyarakat dan pedagang, maupun antarapedagangdanpemegangsistemideologipolitikdimasalampau. Meminjam pendapat Mannheim (1998 : xvii) maka dapat dijelaskan bahwa, masyarakat telah menganggapkerukunan dan Palinggih multikultur sebagai ideologipolitikberbasisrealitaspenuhetisdanmoral,sertakentaldenganunsurnormayangwajibdigalakanbersamadanberlanjutsecarameregenerasi.

Ideologi politik di balik Palinggih multikultur,berimplikasibesarbagitatanankehidupangenerasimultietnik di Pura Gambur Anglayang. Implikasi tersebut,terjadi secara berlanjut hingga menyentuh aspek sosialkultural generasi saat ini. Meminjam pendapat Hewitt (1992),makadapatdikatakanbahwarealitasimplementasi,dan implikasi ideologi politik di Palinggih multikultur,secarategastelahditetapkansebagainilaidansikapdasarbagitatananbudayaprilakuyangakhirnyamenjadicirikhas secara meregenerasi di Pura Gambur Anglayang.Nilaitersebutdipandangsebagaisuatuhalpentingdanvital,sehinggaharusdijagasecaraberlanjutolehgenerasipenerusdiPuraGamburAnglayang.

Page 81: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Besarnya implikasi ideologi politik Palinggih multikultur terhadap generasi secara berkelanjutan,dapatdisimakmelaluiadatkebiasaansertatradisiyangberlaku di wilayah Pura Gambur Anglayang. Sepintas,aktivitasmaupunadattradisidiPuraGamburAnglayang,nampaknya tetap dibalut dengan realitas budaya atauideologipolitiksebagaimanayangtelahterbentukdimasalampau.HalinidapatdicermatimelaluipenuturanLaken(wawancara : 15 Juli 2018), yang mengatakan bahwa,masyarakat multi etnik yang sering bersembahyang diPalinggih multikultur, selalu berupaya untuk menjagakerukunan,disertaipuladenganmerealisasikanberbagaikontribusi,baikberupamaterialtertentu,produkdagang,maupun hal-hal bersifat finansial terhadap Pura Gambur Anglayang.

Ideologi politik di Palinggih multikultur jugaberimpikasiterhadapaspekpendidikandarigenerasidilingkunganPalinggihmaupunduniapendidikan formalsaat ini. Kerukunan dan solidaritas yang terbina dalaminterkaksisosialreligiusdiPalinggih multikultur,seringdijadikansumberfalsafahdalammembangunpendidikankarakter serta kecintaan terhadap kebhinekaan diPura Gambur Anglayang pada khususnya, dan diIndonesiapadaumumnya(Sukarawan,wawancara ;23Juli 2018). Realitas kerukunan atau persatuan dalamkebhinekaan tersebut, senada dengan tatanan ideologiPancasila yang menjadi dasar kehidupan berbangsadanbernegaradiIndonesia.Sehinggaideologipolitikdibalik Palinggih multikultur, menjadi aspek nyata yangdapat memperkokoh pendidikan Pancasila. Disisi lain,jugamenjadisalahdasarpenguatkedudukanPancasila

Page 82: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

sebagaimanapendapatAgus(2016:229)danKaelan(2008: 35) yakni, Pancasila sebagai ideologi sekaligus sentralpembelajaranideologi,yangdiangkatdarinilaireligius,adatistiadat,kebudayaanaslimasyarakatIndonesiadarisejaklampau.

Ketika ideologi politik di Palinggih multikuklturmemberikan implikasi terhadap generasi, makadidalamnya tidak saja terjadi penguatan dari segipendidikankenegaraan.Namundisisilain,jugaberhasilmembentuk suasana sosial di Pura Gambur Anglayangyangidentikdengankarakteristikmasyarakatatauumatberbudaya di sebagaimana pendapat Wiyono (2013) yakni, (1)masyarakatyangmemilikikesadarantinggiterhadaphak dan kewajiabn berwarga negara; (2) bertingkahlaku yang religius sesuai dengan kepercayaan masing-masing; (3)bijaksanamemposisikanhakdankewajibandalam kehidupan bersama; (4) membina hubunganyangharmonis,antarsesamawargaNegara;(5)memilikipemahamanbesardalammenciptakanmasyarakatyangdamai,berkeadilan.

Merujukpadapaparandiatasmakadapatdikatakanbahwa,implikasiideologipolitikdilingkunganPalinggih multikultur telah menopang sekaligus memperkuattatanan generasi atau masyarakat yang diikat olehsebuahideologiPancasila.Ideologipolitiktersebut,telahmemberikan semacam penguatan terhadap realisasiPancasila,baikdarisegispiritualreligius,interaksisosial,maupun budaya di Pura Gambur Anglayang. Hal initentunya berpotensi besar dalam mewujudkan tujuaninternalisasi ideologi Pancasila sebagaimana asumsiArief (2010 :142)yaknimenghendaki lahirnyamanusia

Page 83: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

PancasilayangbermuarapadaterbentuknyamasyarakatPancasila. Sehingga dengan terbentuknya masyarakatPancasila,makaterciptalahsebuahrealitassebagaimanapandangan Widisuseno (2014 : 64) yakni, Bangsa Indonesia yang eksis dalam wadah Negara KesatuanRepublikIndonesia(NKRI).

Kemudian dari sisi teologi, maka Palinggih multikulturdiPuraGamburAnglayangmenjadisebuahsimbolisme dari kemanunggalan asas ketuhanan, yangpadaakhirnyadipahamimelaluikeanekaragamanaspekkultusdankeyakinan.Seluruhkeyakinanyangada,sertaperbedaancarapujayangadadidalamnya,padadasarnyasecarabersamamenujusatukekuatanEsayangtidaklainadalah Tuhan itu sendiri. Kemanunggalan Tuhan padahakekatnyamerupakankemanunggalanasaskebenarantertinggi,yangmenjadisumberdantujuanpokokpadamasing-masingbentukfahamkeyakinan.Dalamartian,kebenaranyangditerkadengankepekaanhati(Ngaji Rasa)manusia, dan selanjutnya diimplementasikan denganperbedaancara(Ma’mun,2013:123).

Kemanunggalanasasketuhanandalamperbedaankeyakinanini,memberikansebuahpemahamanbahwa,realita multikulturalisme dalam ranah keyakinan ataukehidupanberagamadiPuraGamburAnglayang,padadasarnya tidak menjadi latar belakang untuk menekanperbedaan-perbedaan yang ada. Perbedaan beragama,hanya menjadi suatu bentuk lingkar terluar dari upayapemahaman terhadap satu kesatuan asas ketuhanan.DalamhaliniTuhanmenjadikebenaranmanunggalyangdipujaolehberbagai fahamagama.Sehinggameskipunmemiliki realita perbadaan dalam ranah faham agama,namun pada dasarnya memiliki kesatuan dalam ranah

Page 84: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kebenaran Tuhan. Fenomena ini, senada dengan salahsatu uraian dalam Kekawin Sutasoma Bab 139 : 5 yangberbunyi:

Bhineka Tunggal Ika

Terjemahannya:Berbeda-beda tapi tetap satu (Dinas Pendidikan

ProvinsiBali,1993).

Perbedaan-perbedaanyang tampakdalamsebuahkeyakinan, dapat dikatakan sebagai salah satu wujuddarikekuatansertapancaransucidanTuhanYangMahaTunggal.PancaransuciTuhan,memenuhisecaratotalitasdarikeagunganjagatraya.Pancarantersebut,teruraidanterimplementasi dalam berbagai wujud dan realisasisimbol sakralis. Begitu juga halnya dengan klasifikasi Palinggih multikultur di Pura Gambur Anglayang.Masing-masing klasifikasi Palinggih multikultur,menggandeng ciri khas atau karakteristik tersendirisehingga melahirkan sebuah nuansa keragaman atauperbedaan. Namun, perbedaan nuansa masing-misingPalinggih multikulturpadadasarnyamerupakanrealisasisimbolikdarikebesarandankeagunganTuhan. Realitatersebut selaras dengan petikan dalam Kitab Athavaveda XIII.3.17 yangmenyatakanbahwa:

Ya ekam jyotir bahudhâ vibâhati

Terjemahannya: AdasatuTuhanYangMahaEsayangMahaAgung

yang bercahaya. Dia bersinar dalam bentuk yangberbeda-beda(Sâyanâcârya,2015:813).

Page 85: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Selain berbeda dari segi bentuk atau simbolikdalamwujudPalinggih,sebagaimanauraiansebelumnya,makaperbedaanyangnampakdariPalinggih multikulturdi Pura Gambur Anglayang juga ditunjukkan denganpenyebutan atau penatanamaan terhadap manifestasiTuhan yang bersthana pada masing-masing Palinggih.Masyarakat mempercayai bahwa, pada masing-masingklasifikasi Palinggih multikulturbersthanamanfetasidariIda Sang Hyang Widhi Wasa, dalam Prabhawa-Nyabaiksebagai Ratu Agung Syahbandar, Ratu Agung DalemMekah,RatuRatuBagusSundawan,RatuAgungMelayu,maupunBhataraRatuGedeSiwa.Halinimenunjukkanbahwa, eksistensi Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi) sebagai aspek transcendental yang Maha Tunggal, jugadisebutdengankeanekaragamanatauperbedaannama.Fenomena tersebut, kembali memiliki keselarasandengansalahsatukonseptualdalamagamaHinduyangmengatakanbahwa:

Yo devânâm nâmadhâ eka eva (Yajurveda XVII.27)

Terjemahannya: Tuhan Yang Maha Esa adalah satu dan Dia

dinamakandengannama-namayangberbeda-beda(Titib,2011:153).

Selain memiliki kontekstual yang sama denganuraian Kitab Yajurveda XVII.27 diatas, maka adanyaperbedaan dalam pemberian atau penatanamaanmanifestasi Tuhan pada masing-masing Palinggih Multikultur,jugasearahdenganuraianKitab Rgveda I.164. 46yangmengatakanbahwa:

Page 86: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Ekam sad viprâ bahudhâ vadanti-agnim yamam mâtariúvânam âhuh.

Terjemahannya: TuhanyangMahaAgungadalahtunggal.Parabijak

mnyebut Dia dengan nama-nama yang bebeda-beda. Mereka menyebut Dia : Agni (Api), Yama(Sang Pengawas Alam Semesta), dan Matariśvan (udara)(Titib,2011:152).

Kepercayaan dan pemujaan terhadap perbedaanmanifeastasi Tuhan pada masing-masing Palinggih multikulturdiPuraGamburAnglayang,jugadilakukandenganaktivitasreligiyangberbeda.Persembahyanganada yang dilakukan dengan mengikuti tata ritualkeyakinan masing-masing, bahkan ada pula yangmelakukan persembahyangan sebagaimana tradisipersembahyangan berkarakteristik Hindu. Disisi lain,persembahyanganyangdilakukanjugadilengkapidenganmenghaturkansedekah(Punia),ataupunkontribusi lainyangdilakukansecaratulusikhlas.SehinggadikawasanPalinggih multikultur muncul sebuah kondisi spiritualyang senada dengan salah satu uraian dalam Kitab Bhagavad Gita IX.15yangberbunyi:

Jñâna-yajñena câpy anye yajanto mâm upâsate ekatvena prthaktvena bahudhâ viúvato-mukham

Terjemahannya: Beberapapemujalainadayangdengankesadaran

tidak mendua menyembah dan memuja-KumelaluipersembahanilmupengetahuansuciJñâna,

Page 87: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

sedangkanadapulapemujalainyangmembedakandirinya dengan yang lainnya, dengan beranekaragam mereka memuja-Ku dalam Wujud Semesta dengan wajah-wajah tak terhingga mengarahkesegalaarah(Darmayasa,2018:206).

Realitadilapanganmenunjukkanbahwa,meskipunterjadi aktivitas pemujaan dengan cara pemujaan sertakonsentrasi nama Dewa yang berbeda, namun haltersebut tidakmemberikankepudaran terhadap tingkatkekhusyukan masing-masing umat atau enik, didalammelakukan proses persembahyangan. Para umat yangberlatar belakang ras, etnik dan agama yang berbeda,tetap melakukan persembahyangan dengan tenang,tentram, serta dengan kemantapan spiritualitas yangmatang. Hal ini menunjukkan bahwa, titik point dariaspektranscendentalyangmerekapujaadalahkebenarantertinggiitusendiri.Ketikamasing-masingumatmemilikikemantapanbhatinuntukmempercayaidanmenyembahsalah satu dari ribuan manifestasi Tuhan, makakemantapan tersebut secara langsung akan mmberikansebuahketenangandankedamaianpadamasing-masinghsanubari individu. Hingga akhirnya, tidak terpancingrasa kegaduhan ataupun ketidaknyamanan dalamperbedaancarapuja.Terkaitdenganhaltersebut,makadalampersepktifHindudijelaskanpulabahwa:

Yo yo yâm yâm tanum bhaktah sraddhayârcitum icchati tasya tasyâcalam sraddhâm tâm eva vidadhâmy aham.

(Bhagavad Gita VII.21)

Page 88: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Terjemahannya: Pada Dewa manapun dan dalam wujud apapun

merekainginmelakukanpemujaandenganpenuhkeyakinan, maka Aku pasti akan memantapkankepercayaanya kepada para Dewa (yang merekasembah)(Darmayasa,2018:178).

PenegasansebagimanatersiratdalamKitab Bhagavad Gita VII.21diatas,kembalimemberikansebuahkejelasanbahwa, klasifikasi manifestasi Tuhan yang tertuang dalamberbagaikonsepDewapadadasarnyaterangkumdalamsatukesatuankonsepKetuhanan.ParaDewayangdipuja dengan berbagai nama di Palinggih multikultur,pada hakekatnya terintegrasi dengan kemanunggalanIda Sang Hyang Widhi Wasa. Sehingga hal tersebut memiliki relevansi pemaknaan apabila disandingkandengansebuahuraian,sebagaimanatermuatdalamKitab Atharvaveda XIII.4.13yangmenyatakanbahwa:

Ete asmin devâ ekavrto bhavanti

Terjemahannya: Semua para Dewa menjadi satu di dalam Dia

(Sâyanâcârya,2015:822).

Para umat multi etnik yang bersembahyang diPalinggih multikultur,nampaknyatelahmampumemetikmakna dari realitas kebenaran sejati (Tuhan) sebagaisumber segalanya. Perbedaan jalur dalam memahamiTuhan, ternyata tidak memudarkan kesadaran danpemahaman mereka untuk menghayati Tuhan sebagaisumberdarisegalasumber.Haltersebutjugaberkontribusi

Page 89: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

dalam mengkonstruk pemikiran dan tindakan mereka,untuksalingmerangkuldalambingkaiperbedaan.SebabdalamsudutpandangHindujugadisebutkanbahwa:

Ekam Ewa Adwityam Tasmad Asatah Sojjayasa(Chandogya Upanisad VI.2.1)

Terjemahannya: IayangMahaEsatidakadaduanya,daripada-Nya-

lahsemuamahluktercipta(Pudja,1982).

KetikaumatmultietnikdiPuraGamburAnglayangmenyadari bahwa diri mereka berasal dari yang mahaTunggal, maka disanalah lahir rasa persaudaraan dansaling memiliki. Perbedaan dalam berbagai hal, tidaklagimemberikansebuahsekatbagimasing-masingumatmultietnik,untukselalumeningkatkanasaskerukunan.Kerukunan dalam wadah perbedaan di Palinggih multikultur, nampaknya telah menjadi suatu bentukrealisasinyatadaripemahamanmendalamterhadapke-Esaan dan asas kemanunggalan Tuhan. Sehingga halini berpotensi untuk mendorong terwujudnya sebuahfenomena, yang berwujud kerukunan antar umatberagamadalamdifrensiasiteologiataudasarketuhanandiPuraGamburAnglayang.

Sedangkan dari sudut pandang filsafat, maka Palinggih multikuktur dapat dijadikan sebagai objekanalisissecaramendalam.Analisistersebut,memberikansebuah gambaran terhadap proses sistematis dariterbentuknya realitas Palinggih multikultur itu sendiri.Pandangan ini, membedah keberadaan Palinggih multiultur secara mendalam, baik melalui kerangka

Page 90: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

ontologis, epistimologis maupun aksiologis, termasukkritikal filosofis terhadap Palinggih multikultur di PuraGamburAnglayang.

Secara ontologis maka dapat dianalisis bahwa,keberadaan Palinggih multikultur searah denganbeberapaasumtifsertadalil-dalilmendasardarisebuahmultikulturalisme. Keberadaan Palinggih yang identikdengan integrasi dalam difrensiasi komunal, salingmenghargai dan merajut sebuah kerukunan dalamkebhinekaan,politikkekuasaan,menjadidasarkesamaandarirealitassosialPalinggih multikultur,denganbeberapadeskripsi ontologis dari sebuah multikulturalisme.Identitas pada Palinggih multikultur, salah satunyamemiliki keselarasan dengan bentuk dan konsepmultikulturalismenormative.Multikulturalismenormatifitusendiriadalahsebuahfenomenamulticultural,yangdidalamnya tumbuh sebuah sokongan positif, bahkanperayaan terhadap keberagaman komunal, yang secaratipikal didasarkan entah atas hak dari kelompok-kelompokyangberbedauntukdihargaidandiakui,atauataskeuntungan-keuntunganyangbisadiperoleh lewattatanan masyarakat yang lebih luas keragaman moraldankulturalnya(Heywood,2007:313).

Keberadaan Palinggih multikultur yang tidakmenampik adanya ideologi politik, kesadaran untukmembentukkesejajarankomunaldanetnik,jugamenjadisalah satu unsur yang menggiring adanya keselarasanantara keberadaan Palinggih, dengan beberapa asumsiontologismdarisebuahmultikulturalisme.Aspekideologipolitik dan kesadaran untuk membangun kesejajarandalamperbedaanidentitaskomunal,menjadisalahsatu

Page 91: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

dalil pokok didalam mendefinisikan sebuah fenomena multicultural.SehinggakeberadaanPalinggih multikulturitu sendiri, senada dengan salah satu asumtif definitive dari Fay(1996),yangmerumuskanbahwamultikulturalismeadalahsebuahrealitasyangmengandungaspekideologi,politikdandemokrasi,keadilandanpenegakanhukum,hak asasi manusia, maupun prinsp-prinsip etika danmoral.

Apabila dikupas secara epistimologis, makakedudukan Palinggih multikultur yang senada denganbeberapaasumsiontologidiatas, terbentukdariadanyakepercayaan dan ikatan sosial berbasis tradisi lokalyang terdapat di kawasan Palinggih multikultur. Ikatansosialyangdijiwaiolehkebudayaanataukebiasaanlokaltersebut, memberikan tatanan didalam mewujudkanrealitas sebuah multikulturalisme yang didikat olehrasa toleransi dan menghargai dalam kebhinekaan.BagisebagianbesarmasyarakatBali,makaikatansosialyang identik dengan tradisi, lebih ditekankan kepadapola interaksiberbasiskearifan lokal.Kearifan lokal itusendiri,lebihcondongditekankanpadasikapmenghargaiikatanperasudaraan(Menyama Braya),menekankanpadakebersamaan, saling menolong, maupun menghormati.Realitas tersebut, nampaknya memberikan dukunganpada asumsi Azra (2007 : 12) yang mengatakan bahwakearifan lokal berfungsi sebagai landasan normativedidalam mengantisipasi berbagai potensi guncangantradisi, termasuk memelihara integrasi sosial kulturalmasyarakatdalambingkaikemajemukan.

Ikatansosialyangdiperkuatolehadanyakebiasaanbersifat lokal, kemudian direalisasikan dalam tatanan

Page 92: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

prilakudanberbagaihalyangidentikdenganperwujudannuansa kerukunan berdasarkan asas kearifan lokal itusendiri.UmatmultikulturyangterdapatdiPuraGamburAnglayang,tidaksajamemposisikanikatansosialsebagaiidentitasdalamsebuahwacana.Namun,selaluberupayauntuk memantapkan ikatan sosial dalam berbagaitindakannyata,yangmengarahpadapenguatanintegrasirealistic dari sebuah kebhinekaan. Realita dilapanganmenunjukkan bahwa, upaya meningkatan ikatansosial yang mantap selalu di tata dengan membangunkesadaranuntuksalingbertegursapa,berkontribusibaikdalam pemikiran, materi, maupun tindakan lain, yangmengarah pada perawatan nuansa kerukunan dalamlingkarankebhinekaandikawasanPalinggih multikulturPuraGamburAnglayang.

Sedangkan dalam sudut pandang aksiologis,maka Palingih multikultur di Pura Gambur Anglayangberimplikasi terhadap penguatan pendidikan danpemahaman kebhinekaan pada masyarakat. Palinggih multikultur yang memberikan cerminan kerukunandalamtatananperbedaanetnik,tradisi,budayamaupunagama, dijadikan cerminan bagi banyak kalangandidalam upaya menguatkan aspek kerukunan dalamkebhinekaan. Realita dilapangan penunjukkan bahwa,Palinggih multikultur di Pura Gambur Anglayang yangmenyajikan nuansa asli dari sebuah kerukunan dalamberbagai perbedaan, menarik perhatian dan upaya dariberbagaielemenmasyarakatuntukmenjadikaneksistensiPalinggih multikultursebagaiobjekutamapembelajarankebhinekaan. Sehingga hal ini juga memposisikanPalinggih multikultursebagairealitaspendidikanbudaya,

Page 93: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

yangmenjunjungnilai-nilaikemanusiaan(Sudiarja,2006:430-431).

Pandangansecarakritikaljugadapatmenjadisalahsatu aspek pelengkap, didalam mengupas keberadaanPalinggih multikultur berdasarkan alur pemikiranfilsafat. Fenomena penghargaan dan perawatan terhadap aspek multikulturalisme (kebhinekaan) pada jajaranPalinggih multikultur,padadasarnyajugaharusdisikapidengankritisdanmendalam.Meskipunwujudtoleransidan kebhinekaan tekah terwujud secara realistis,namun hal tersebut tidak memberikan halangan untukmemunculkan aksi disintegrasi dalam kebhinekaan.Upaya disintegrasi dalam apiknya solidaritas dalamperbedaan, masih tetap menjadi salah satu indikasinegatifyangdapatmunculkepermukaan.Ketikaupayadiisintegrasi tersebut bergejolak, maka akan membukapeluang untuk terwujudnya multikulturalisme radikal,yangdidalamnyaterdapatsemangatsparatismetermasukpsike kelompok kultural (Phillips, 2007 : 13). Sehinggahalinimenuntutadanyakepekaandanpolapoikiryangkritikal, untuk menepis berbagai prediksi dan indikasinegatif, yang berpotensi untuk mengancurkan integrasidalam kebhinekaan pada Palinggih multikultur di PuraGamburAnglayang.

Page 94: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Ritual pada Palinggih di Pura Gambur AnglayangRitual merupakan tata cara dalam upacara atau

suatuperbuatankeramatyangdilakukanolehsekelompokumatberagama.Yangditandaidenganadanyaberbagaimacam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu,tempat-tempatdimanaupacaradilakukan,alat-alatdalamupacara, serta orang-orang yang menjalankan upacara.Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata, tindakanpemeluk agama dengan menggunakan benda-benda,peralatan dan perlengkapan tertentu, ditempat tertentudan memakai pakaian tertentu pula. Begitu halnyadalam ritual upacara kematian, banyak perlengkapan,benda-benda yang harus dipersiapkan dan dipakai(Koentjaraningrat,1985;56).

Bustanuddin(2007;95)menegaskanritualatauritusdilakukandengantujuanuntukmendapatkanberkahataurezekiyangbanyakdarisuatupekerjaan.Sepertiupacaramenolakbalakdanupacarakarenaperubahanatausiklusdalamkehidupanmanusiasepertikelahiran,pernikahan

PROSESI UPACARADI PURA GAMBUR ANGLAYANG

4

Page 95: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

dan kematian, serta pelaksanaan ritual sebagai wujudsyukuratasanugrahyangdiberikan.

Perkembangan ritual yang dilaksanakan olehmasyarakat Bali sangat segnifikan sekali, setiap saat mengalamiperubahan.Haltersebutdikarenakankepadakeadaanperekonomianmasyarakatyangdidorongolehtersedianya alternative ritual. Alternatif pelaksanaanritual keagamaan sejatinya tidak mengurangi maknapelaksanaan yaitu sebagai wujud syukur kepada alamsemesta. Dalam konsep agama Hindu tertuang dalamajaran tri hita karana, filsafat yang medasar dan wajib dilaksanakan oleh umat melalui hubungan harmonisantartigauntukkehidupanyaitu;(1).HubungankepadaTuhanmelaluipelaksanaanritualpersembahyangan,(2)hubunganharonisdenganmanusiamelaluisilaturahmi,dan (3) Hubungan harmonis dengan lingkunganyang dalam ajaran agama Hindu dilakukan denganpelaksanaan ritual caru yang dipersembahkan kepadaalam/lingkungan.

Perwujudan dari konsep tri hita karanadiimplementasikan oleh masyarakat Bali dalamsetiap pelaksanaan kegiatan utamanya kegiatanritual keagamaan. Hal tersebut juga tercermin daripelaksanaan upacara di Pura Gambur Anglayang yangberlokasi di Kabupaten Buleleng, pada pelaksanaanupacarakeagamaandipura.Ritual/upacaraagamayangdilaksanakan di Pura Gambur Anglayang setiap Buda Kelau Sasih Kalima Nuju Purnama, selain pelaksanaanupacara pada hari tersebut juga dilaksanakan upacaradihariyanglainnyasesuaidenganpenjelasanpenyarikanNyomanLaken:

Page 96: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

PiodalandiPuraGamburAnglayangdapatdipilahmenjadi tiga piodalan; 1). Pada Buda Kelau Sasih Kalimaketika bulan purnama dilaksanakan upacara piodalanyangditujukankepadasemuaPelinggihyangadadiarealpura, 2). Buda Kelau Sasih Kalima pinanggal apisan/siki/satu dilaksanakan upacara pedudusan Agung, dan 3).Sasih KapitudilaksanakanupacaraPemarahayu Jagatyangdilaksanakansetiaplimatahunsekali(wawancara,15Juli2018).

Sesuai dengan kutipan pernyataan di atas dapatdisimak bahwa pelaksanaan piodalan di Pura GamburAnglayang dilaksanakan tiga kali dihari yang berbeda.Terdapatpulapelaksanaanupacarapiodalansesuaidengankondisi alam semesta, seperti pelaksanaan upacaraPemarahayu Jagat yang dilaksanakan setiap lima tahunsekali yaitu pada Sasih Kapitu. Upacara persembahanbertujuanuntukmohonkeselamatandankeharmonisanalam semesta sehingga terjalin hubungan manusiadengan lingkungan.Melaluiperwujudankeharmonisandengan lngkungandapatmenanggulangibencanaalamyangdapatmerugikankehidupanmanusia.

Ritual keagamaan/piodalan dalam Pura GamburAnglayang bersifat multiketnis karena setiap Pelinggihdiempon oleh kalangan masyarakat tersendiri,sehingga bentuk dari persembahan berupa banten/sesajen yang dipersembahkan dimasing-masingPelinggih berbeda tergantung dari dresta setempat. Haltersebut sudahmencerminkan multi segala aspek gunamemberikan pengetahuan kepada masyarakat. PadapelaksanaanpiodalandiPuraGamburAnglayangbukansajadilaksanakanolehumatHinduakantetapidisiapkan

Page 97: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

tempat untuk umat lain melakukan persembahyangan,karena masing-msaing Pelinggih merupakan simbuldari multikultur agama/ras yang ada di Indonesia. Haltersebut merupakan wujud kebersamaan masyarakatIndonesia dari zaman terdahulu yang terjalin denganbaikdanberibadahdalamsatutempat.

Masing-masing Pelinggih di Pura GamburAnglayang diempon oleh generasi penerus atau yangmasih memiliki garis keturunan dari leluhur yangdulunya menetap dan beraktifitas di wilayah Singaraja. Seperti halnya PelinggihRatu Sundawan di sungsungatau diempon oleh warga keturunan Kulub Tajun atauwilayah Tajun/ Pula Sari, sedangkan PelinggihAgung MelayudiemponataudisungsungolehwargaketurunanArya Kenceng/ Pejenengan Agung. Meskipun berasaldariberbagaidaerahdipenjuruBalitidakmenghalinginwarga/ kramapengempon pura untuk melakukan ritualupacarapiodalanbahkandilakukandalamtigajenisritual.Keanekaragaman wilayah dan pendapat serta drestamembuatperbedaandarimasing-masingsesajenPelinggihberbedaakantetapimemilikitujuanyangsama.Terdapatsesajenwajibataustandaroperasionaldaripelaksanaanritual cukup menggunakan bantenprasdaksina, tebasandipersembahkan ke masing-masing Pelinggih. Lebihlanjut dijelaskan pula oleh Jero Mangku Pura GamburAnglayang Ida Aji Mangku Putu Kesama sebagaiberikut:

Pada saat pelaksanaan piodalan baik piodalan alitatau ageng sarana yang terpenting adalah bantensuci ngulap ambe, yang dipergunakan untuk mendak ida bhattara sehingga tejun dan berstana di masing-masing

Page 98: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Pelinggih, setelah banten tersebut distanakan barulahdilanjutkan oleh penyukcuk atau penyungsung dariPelinggih melaksanakan persembahan sesuai kebiasaanmereka(wawancara8Juli2018).

Sesuai dengan penjelasan Jero mangku PuraGamburAnglayangdapatdisimakbahwaterlebihdahulupemangkudariPuramelaksanakan ritualpersembahanberupatebasan ngulap ambebarudilanjutkandaripemangkudimasing-masingPelinggih.Setelahprosessemuaberjalandilanjutkan dengan melakukan persembahyanganbersama, Titib (2011: 72) menjelaskan sembahyangmerupakan perwujudan memuja Sang Hyang Widhi, paraDevata,paraleluhur.Sembahyangbagimasyarakatsebagai sarana untuk memohon berbagai hal baikmemohonkeselamatan,rejeki,kekuasaan,kemakmuran,danberbagaihallainnya.Beberapakalanganmasyarakatlainnyasembahyangmerupakanperwujudanpenyerahandiri kepada Tuhan/ Sang Hyang Widhi Vaidhika Paurusam, be instrument of God. SikaftersebutdisebutdenganPrapatti,penyerahandirisecaratotal.

Prosessembahyangsebagaiperwujudanlangsungmasyarakat pengemponPura Gambur Anglayang selainritual yang dilaksanakan. Sejatinya pelaksanaansembahyang merupakan penyerahan diri secara tulusdari dalam diri tanpa terwakilkan oleh simbul sepertibanten. Hal tersebut dijelaskan pula dalam mantra RgVedasebagaiberikut:

Arcata prarcata, priyamedhaso arcataArcantu putraka uta puram na dhrsnwarcata

(RgVedaVIII.6.8)

Page 99: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0

Terjemahan: Sembahlahdiadengansepenuhhati.Ya,andapara

pencinta pengetahuan, sembahlah dia, suruhlahanak-anak juga menyembah dia sebagai suatutempatperlindunganyangtidakterkalahkan(Titib,2011:73).

Persembahansepenuhhatisecaratulusiklasakanmembentengidiridarisegalabentukenerginegatifyangadadialamsemesta.Dalampustakasucisudahdijelaskandi atasbahwaapabilamelaksanakanpersembahyangansecaratulusiklasdengansepenuhhatimakasenantiasaakan diberikan pengetahuan dan perlindungan tiadahenti. Melaksanakan persembahyangan bersama dalamsebuahupacarakeagamaansepertipadaupacarapiodalandiPuraGamburAnglayangmenjadipersembahanyangdiberikan oleh umat kepada Tuhan khususnya yangberstanadipuratersebut.

Mohon keselamatan dan kesejahteraan menjaditujuan doa semua umat dalam melaksanakanpersembahyangan.SebagaipuraNegara(namalaindariPura Gambur Anglayang) sudah menjadi kewajibanuntuk melindungan dan memberikan perlindungankepadawilayahnya.Sehinggadilaksanakanupacarayangdikenal oleh masyarakat sebagai upacara Pemarahayu Jagat/ netegang gumi upacara yang dilaksanakan setiaplimatahunsekaliatauketikaadabencanaalamyangtiadahenti melanda Indonesia maka dilaksanakan upacaratersebut.JroPasekmenjelaskan: Selain melaksanakan upacara setiap enam bulan

sekaliatausatutahunsekaliterdapatjugapelaksanaanupacara yang bertujuan untuk menyucikan jagat,

Page 100: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

karena Pura Gambur Anglayang juga disebutdengan Pura Negara. Hal tersebut juga dapatterlihat dari pusaka/bendera/ lambing dari PuraGambur Anglayang adalah Merah Putih. SebagaipuraNegarabanyakwargadatangdarinusantarauntukmelaksanakanpersembahyangdipurabaikuntuk memohon keselamatan, mohon jabatan,dan berbagai kepentingan lainnya. PelaksanaanupacaraPemarahayu JagatdilaksanakansetiaplimatahunsekalidenganmelaksanakanMulang Pekelemke laut. Pada pelaksanaan upacara Pemarahayu Jagatbertujuanuntukmemohonkeselamatanalamsemesta khususnya nusantara supaya terhindardari musibah yang dapat merugikan masyarakatluas(wawancara,18Juli2018).

Hampir disetiap pelaksanaan ritual khususnyapiodalan sarat dengan kepentingan, baik sebagai saranauntuk memohon keselamatan, memohon rezeki,memohon ketentraman sebuah wilayah, dan bahkanmemohon untuk memperoleh jabatan. Sebagai umatyangberreligiusmempercayaenergialamsemestaakanmembantu mencapai sebuah tujuan yang diinginkan,sehingga pelaksanaan ritual upacara sebagian orangawam menganggap sebagai retus untuk memohonberbagaihalberdasarkepentingan.

Ritual yang dilaksanakan di Pura GamburAnglayangdilaksanakandengantigajenisupacara,yaitu:1). Pelaksanaan Upacara pada Purnama sasih kalmiamelaksanakanupacarapiodalansepertibiasa,2).Pinanggalapisan sasih kalima dilaksanakan upacara piodalan lagisekali, dan 3). Sasih Kapitu setiap 5 (lima) tahun sekalidilaksanakan upacara pemahayu Jagat dengan prosesiMulang Pekelemkelautsebagaiwujudpersembahan.

Page 101: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

Prosesi pada Persiapan UpacaraPersiapan piodalan di Pura Gambur Anglayang di

mulaidari1(satu)bulansebelumpelaksanaanpiodalan.Diawali dengan melaksanakan rapat yang dipimpinoleh jero pemangku pura dan penyarikan pura. Halterkait dengan persiapan pelaksanaan dan mekanismepelaksanaan piodalan di bahas dalam rapat tersebut.I Nyoman Laken selaku penyarikan Pura GamburAnglayangmenjelaskansebagaiberikut: Rapat/paruman pemaksan dilakukan satu bulan

sebelumtegakpiodalandipura,padasaatparumandi bahas mengenai pendanaan dari upacaranya,kapan membuat banten/sesajen dan berbagai haldalam persiapan upacara piodalan. Dalam pasepersiapan piodalan panitia utawi pengempon puramempersiapkan biaya yang diperlukan dalamupacara. Baru dilanjutkan dengan melaksanakanupacara nanjeb pepayon, matur piuning yaitu 7(tujuh)harisebelummelaksanakanupacarapiodalan(wawancara,15Juli2018).

Sesuaidenganpenjelasandiataspersiapanupacarapiodalan dilaksanakan satu bulan sebelum upacara diawali dengan paruman pemaksan untuk menentukanpendanaandanmekanismepelaksanaanupacarapiodalan.Secaraumumpendanaanbiasanyabersumberdariiurankramapemaksan.Barusetelahtujuhharisebelumupacarapiodalandilaksanakannanjeppepayondanmaturpiuningbahwa akan dilaksanakan upacara piodalan di PuraGamburAnglayang

Nancep pepayon apabila disimak lebih lanjutdari maknanya ialah sebagai pertanda/ perwujudanakan dilaksanakan upacara piodalan di Pura Gambur

Page 102: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Anglayang. Naceb pepayon menjadi simbul awalpelaksanaan ritual yang diikuti dengan pelaksanaanmaturpiuningpemangkudisemuaPelinggihyangadadiPura.Maturpiuningmerupakanperwujudanmohondoadan kelancaran akan dilaksanakan upacara piodalan diPuraGamburAnglayang.Secaraetimologimaturpiuningberasal dari bahasa Jawa Kuno dari kata Matur danPiuning. Matur berarti menghadap, sedangkan Piuningyang artinya memberitahukan atau mengabarkan. Jadisecaraartikatamaturpiuningadalahmenghadapuntukmemberitahukanataumengabarkan.

Dalam tradisi agama Hindu, matur piuningdilaksanakan ditempat suci seperti Pura, Candi danlainnya. Matur piuning, dilaksanakan sebagai suatuupacara memohon restu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan Para Battara atau leluhur agar diberi keselamatan.Matur piuning padaumumnya dilaksanakan ketika akan melakukan suatukegiatan. Semua kegiatan yang dilaksanakan harusdiketahuimaknayang terkandungdidalamnya,begitujugapelaksanaanritualharusdiketahuimaknadariritual.Lebih lanjut Manawa Dharmasastra 3.97menjelaskanbahwa tidak ada gunanya untuk melakukan suatuupacara jika tidakmengetahuiapamaknadariupacaratersebut:

Nasyanti hawwyah kawyani naranamawijajanatam, bhasmi bhutesu wipresu mohad dattani datrbhid.

Terjemahan: Persembahan kepada Dewa dan Leluhur

yang dilakukan oleh orang yang tidak tahu

Page 103: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

peratunyanyaadalahsia-sia,kalaumemberikarenakebodohanya memberikan bagianya kepadaBrahmana, persembahannya tidak ada bedanyadenganabu.

Penjelasan dalam kitab Manawa dharmasastrasangat jelas bahwa setiap umat dalam melaksanakanritual persembahan harus mengetahui terlebih dahulumakna yang terkandung di dalamnya bukan semata-mata hanya melaksanakan tanpa mengenal esesnsinya.Bigitu juga dalam melaksakan upacara matur piuningsetiap krama maksan harus mengetahui dan setidaknyahadirdalamupacaratersebut.

Setelah melaksanakan matur piuning 3 (tiga) harisebelum upacara piodalan dilaksanakan pemasanganatribut di masing-masing Pelinggih. Hal yang berbedadan unik lagi di Pura Gambur Anglayang adalahWastra atau kain/atribut di masing-masing Pelinggih ditempatkanpadagedong jurusongsongmasing-masing.SehinggawastraPelinggihtidakterdapatdiPuraGamburAnglayang.lebih lanjut Ida aji mangku putu kesamaselakupemangkupuramenjelaskan: Tiga hari sebelum upacara dilakukan penghiasan

Pelinggih yang ada di areal pura. Sebelum itudilaksanakan pemendak wastra di masing-masinggedong penyungsung/ pengemponPelinggih, barusetiap pengemponPelinggih memasang wastra danmenghiasPelinggihmasing-masing.HampirsetiapPelinggihyangadadiarealPuraGamburAnglayangmemilikipemangkunyatersendirikarenaterdapatperbedaanpengemponPelinggih.Perbedaantersebutbukan menjadi pemecah akan tetapi penyatukehidupan social yang dikoordinir oleh mangkuPuraGamburAnglayang(wawancara8Juli2018).

Page 104: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Persiapan dilanjutkan dengan menghias PelinggihyangadadiarealPuraGamburAnglayang.Pemasanganwastra/hiasan Pelinggih sesuai dengan penjelasanjero mangku di atas dilakukan oleh masing-masingpengemponPelinggihdiPuraGamburAnglayang.Halitudisebabkan setiap Pelinggih di empon oleh klen yangberbeda dan wastraPelinggih ditempatkan di gedongatau pemerajan pengemponPelinggih di Pura GamburAnglayang.

Wastra atau kaih hiasan Pelinggih yang terdapatdi Pura Gambur Anglayang hanya Pelinggih utama.Setelah merias Pelinggih kemudian dilanjutkan denganmelaksanakan pekemitan atau berjaga di pura sampaipelaksanaan upacara piodalan selesai. Sesajen ataubanten yang dipergunakan di Pura Gambur Anglayangdi siapkan melalui system gotong royong krama.Pelaksanaan pioadalan tidak bias terlepas dari saranapersembahyangan seperti dupa, banten, bunga danlainnya. Sebab dalam lontar yadnya prakerti dijelaskanbahwa:

“Sehananing Bebanten pinaka raganta tuwi. pinaka warna rupaning Ida bhattara pinaka Andha Buwana”.

Terjemahan: Semuabantenlambangdirikita(manusia),lambang

aneka kemahakuasaan Tuhan dan lambangBhuwanaAgung.

Bantenmerupakan salah satu komponen pentingdalam kehidupan mereka ibaratnya masyarakat Hindumenggunakan banten seperti mereka menggunakan

Page 105: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

udara untuk bernafas. Banten memiliki arti sebagaipersembahansertasaranabagiumatHinduBalisebagairasabhaktikepadaTuhanYangMahaEsaatauIdaSangHyang Widhi Wasa atas dasar tulus ikhlas, perwujudan cinta kasih, serta tidak lupa untuk mewujudkanrasa terima kasih atas semua anugerah yang telah dilimpahkan-Nya.

Prosesi pada saat UpacaraPada buda wage kelau melaksanakan puncak

piodalanyang diawali dengan mendak tirta di masing-masing pura. Seperti halnya pura Dalem Puri/ DalemGeni, Pura Penegil Jagat yang masih mempunyaiketerkaitan sejarah. Mendak tirta dilaksanakan secarabersamaanolehpengemponpurakemasingmasingpura,sehinggadiwaktuyangbersamaanjugatirtatelahdatang/rauhkePuraGamburAnglayangsebagaitirtaupasaksipelaksanaanupacarapiodalan.Lebih lanjutmenurut Idaaji mangku putu kesama dalam kutipan (wawancara 8Juli2018)menjelaskansebagaiberikut: Prosespersiapanyangdilaksanakandalamwaktu

satu bulan sebelum upacara sampai kepadapemasangan wastra dan matur piuning akandilaksanakanupacarapiodalan,dansampaikepadahariutamapelaksanaanpiodalandiawalindenganmendak tirta ring lingungan pura. Mendak ratuayudalemsoloringpuradalemsolo,mendaktirtaringdalempuri/dalemgeni,danmendaktirtaringPuraPenegilDarma.Mengapamestimelaksanakanmendak tirta ke Pura tersebut? Dikarenakanmasihmemiliki ikatansejarahyangmekilitAntaramasing-masingpuradenganpuraNegara/GamburAnglayang. Apabila tidak dilaksanakan mendaktirtamakapelaksanaanupacaratidakakanberjalan

Page 106: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

dengan lancar. Ketika tirta yang dipendak sudahsampai di pura maka secara bersamaan akan diupacaradenganupacarapebiakaladanmelinggihdipuraluwur.

Tirta yang dipendak akan distanakan di puraluwur atau pura utama dari Pura Gambur Anglayang.Kemudianbaridilanjutkandenganpelaksanaanmelastikesegara atau pembersihan semua sarana upacara ataukebeji.Dalamupacarainisemuasaranaseperti lelontekdan umbul-umbul di ikut sertakan sebagai pengiringdari rantasan dan pejenengan ida bhattara untuk kebejimesiram.Dalamistilahlainsemuasaranatermasukdewayang berstana di Pura Gambur Anglayang di sucikanlayaknyamanusia.Haltersebutmerupakanperwujudandari falsafah yang memanusiakan dewa atau bhatara,tiada lain tujuannya adalah mendekatkan diri kepadaTuhanmelaluicarasepertiitu.

Dalam tatanan akademisi penerapan ajaranmempersonalkan Tuhan/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa sampai kepada memperlakukan seperti manusia merupaka hal yang sesuai karena Ida Sang Hyang Widhi memiliki sifat personal God. Tuhan memiliki wujuddan memiliki sifat kemanusia, sehingga diperlakukanselayaknyamanusia.SegalabentukkepercayaantersebutmerupakanperwujudanatauimplementasiteologiHindudalamkehidupanlokalmasyarakatuntukmempercayaikeberadaanTuhan.

Pemahaman akan keberadaan Tuhan yangbersifat transenden atau impersonal God sangat sulitdilaksanakan terlebih kepada manusia atau umat yang

Page 107: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��

memiliki konsentrasi bercabang. Melalui hal tersebutuntuk mempermudah cara manusia untuk melakukanpersembahan kepada Tuhan maka diwujudkan denganpratima sebagai perwujudan Tuhan dan dipercayaisebagai stana Ida Sang Hyang Widhi. Persembahan yang dihaturkan sesuai dengan kemampuan umat dalammenjalankan upacara piodalan, hal tersebut dipertegasdalamkutipanBhagavadgitaberikut:

Ye yatha mam prapadyanteTams tataiva bahajami ahamMam vratma navartanteManusia partha sarvasah

Bhagavadgita (IV: 11)Terjemahan: Dari mana saja dan dengan cara apasaja manusia

mendekati-Ku (Tuhan). Aku (Tuhan) akan terima(Donder,2006;54).

Berbagaicaradanberbagai saranadiperkenankanmanusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya, segalabentuk persembahan bertuju kepada Tuhan melaluicara-cara yang berbeda. Ajaran Teologi Hindu yanglebih dikenal dengan Brahma Widya memberitahukan pengetahuan tentang bagaimana cara umat manusiauntukmengetahui,mendekati,danmemujaTuhandenganberbagaicaraataujalansesuaidengantahapkematangansepiritualseseorang.HalitulahsebabnyaadabanyakjalandancarayangberbedasatusamalainnyatidakadayangdianggaplebihunggulAntarasatudenganyanglainnya.Perbedaancaraatau jalandalamkonteksBrahmawidyasangatdihargai(Donder,2006;55).

Page 108: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

��Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Perbedaan bentuk kepercayaan atau keyakinandarimasing-masingritualyangdilaksanakantidakakanmengurangi esensi pelaksanaan dari sebuah upacara.Hal inilahyangmembuatpelaksanaanupacarapiodalanberbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.Tuhan yang memiliki sifat personal God dimanfaatkanoleh manusia untuk mempermudah melakukanpersembahankepada-Nya.Sehinggadalampelaksanaanupacara piodalan dilaksanakan upacara kebeji ataumelasti/pembersihan sehingga Tuhan yang berstana disana menjadi bersih dan suci. Selain itu terdapat jugamaknalaindaripelaksanaanmelastiataukebejitersebut.Tuhan/ Ida Sang Hyang Widhi diirinng untuk melancaran supayamengetahuisituasialamyangadadisekitarPura,tentunya hal ini bertujuan untuk memberikan anugrahkapadalingkungansekitarsupayatetapsubur.

Setelah melaksanakan upacara kebeji/ melastisemuapratimayangdiiringdariPuraGamburAnglayangkemudian dipersiapkan untuk kembali ke Pura yangdisambut dengan bantenbyakala. Banten Byakala/Bayakaonterdiridariduasukukatayaitu:bayadankaon.Bayaberartisegalamarabahayabaikpadasetiapupakarayadnya, pralingga, termasuk yang terdapat dalam dirisendiri, yang kemudian dapat menimbulkan gejolak-gejolak negatif tatkala berpikir, berucap dan berprilakuyang bersumber dari ahamkara (egoisme). SedangkankataKaonartinyamenghilangkan.

Banten Bayakaon sebagai lambang untukmenghilangkan segala bentuk marabahaya. Dalambentukbantenbayakaonpadaintinyaterdiridariwarnamerahyaitu:sampiyandibuatdaridaunandongmerah

Page 109: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�00

dan tetebus yang dipakai juga berwarna merah. Warna merah sebagai lambang agni/api, api sebagai lambangbayu, bayu sebagai lambang aktivitas atau perilaku.Banten Byakala/Bayakaon digunakan untuk memohonkekuatankepadaSangHyangAgniagarsegalaperilakuterhindardari segalahal-halyang tidakbaikatauyangmembahayakan. Dalam penggunaan banten byakala,dijalankan pada bangunan bagian bawah (ring sor),dalam tubuh manusia dilaksanakan pada bagian kaki.SedangkandalamwujudTriBhuwanasebagaipensucianbhur loka.

Pada Tri Mandala dilaksanakan pada nisthamandala,didalamTriPremanasebagaipensucianbayu,dalam wujud Tri Kaya sebagai pensucian dari perilakuataupun perbuatan (Wijayananda, 2004: 71-72). Pada upacara tutug kambuhan banten byakala sebagai saranauntuk menghilangkan semua gejolak negatif yangbersumber dari ahamkara (egoisme), pada saat prosesupacara byakala tirtha dipercikkan ke bawah atau daripinggang ke bawah dan diayab ke belakang. DalamLontarRareangondikatakan:

“Banten Bayakaon inggih punika maka sarana ngicalang sekancanin pikobet-pikobet sane nenten ecik, dumugi sidha galang apadang”.

Terjemahan: Dengan demikian Banten Bayakaon berfungsi

sebagaisaranauntukmenghilangkansemuagejolaknegatifyangbersumberdariahamkara(egoisme).

Page 110: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�0�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Banten Byakala/Byakaon sebagai penetralisirkekuatan bhuta kala yang bersifat negatif, yangmengandung arti membersihkan dan menyebabkanbahaya atau menetralisir kekuatan bhuta kala yangbersifat negatif untuk dijadikan bhuta hita. Padaupacara tutug kambuhan banten byakala dipergunakansebagai manggala upacara, baik unsur BhuwanaAgungmaupunBhuwanaAlitdengantujuanmencapaikeseimbangan antara lahir dan bhatin. Secara niskalauntuk menghilangkan kekuatan-kekuatan buruk bhutakala serta mengembalikan ke sumbernya dan tidakmenggangguprosesupacara.

Sebagai sarana menstanakan, mengembalikan,memanggilagarpremanaataukarisma(taksu)padasuatubangunan dan diri manusia kembali bersinar dengancerah.SetelahTriBhuwana,TriMandhala,TriPremanadanTrikayakitaterlepasbelenggumalaataukekotoranmembelenggunya, dengan sinar Atma yang cerah akandapat menyatu dengan sinar Ida Sang Hyang Widhi, sebagai sumber dari segala kehidupan (Wijayananda, 2004:75).

Selesaimelaksanakanupacarabyakala Ida bhattarangeranjingkejeroan langsungmurwadaksina/berputarmengelilingi Pelinggih di areal utama mandala PuraGamburAnglayang.Secaraetimologi,purwaberasaldaribahasa Sansekerta. Artinya bermacam-macam: ‘awal,permulaan,depan,bagiandepan;timur;yangterdahulu,paling terdahulu.’ (Zoetmulder 2006: 887). Semuapemaknaanituterikatdalamsatuobjek,yaitumatahari.Matahari terbit di sebelah timur. Sedangkan daksinamengandung arti selatan. Upacara pradaksina dalam

Page 111: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0�

kepercayaanHinduadalahberputardenganmengelilingiobjek. Berputarnya pun berdasarkan arah jarum jam.Objekyangdikelilinginyaadalaharcaatauapisuciyangdisebutdaksinâgni.

Pengertian yang berbeda dalam pembahasanmengenai purwa daksina adalah nedunang ataumemanggil Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan yang berada di alamsemestauntukberstanadimasing-masingPelinggihareal Pura Gambur Anglayang. Setelah melaksanakanpurwa daksina sebanyak tiga kali pratima kemudiandistanakan,sementaradiPelinggihsudahterdapatbantensuci asoroh sebagai sarana pemujaan. Banten Suci yangsederhana atau disebut satu Soroh Suci terdiri dari:Banten Suci, Daksina, Peras, Ajuman, Tipat Kelanan, Banten Duma, Banten Pisang Matah dan Pisang Lebeng, Banten Pebersihan, Canang Lengewangi Burat wangi dan Canang Sari. Dalam Banten yang lebih besar dilengkapi denganBantenPerayunan.KelengkapanBantenSuciinidiuraikandlam Lontar Kusuma Dewa koleksi Ida Pedanda MadeSidemenSanur.

Semua jenis banten yang disebut Soros Suci itulambang kesucian Hyang Widhi yang tiada cela. Dalam Lontar Kusuma Dewa disebutkan ada tiga jenis BantenSuci sesuai dengan tingkatan upacara Nista Madyadan Utama. Suci yang paling sederhana disebut Suci Nanampan hanya menggunakan satu Tamas saja. Tidakmenggunakan daging itik cukup diganti dengan teloritiksaja.JugatidakmenggunakanJajanSaraswatinamundigantidenganberasbasahyangdisebutbaas mes.BantenSuci yang sederhana ini dipergunakan dalam upacarayang sederhana seperti upacara Pekala-kalaan dalamUpacaraPawiwahan.

Page 112: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�0�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Jenis Banten Suci yang lebih besar atauMadyadisebutSuci Sibakan. Banten yang disebut Suci Sibakan ini mempergunakan empat buah Tamas. DuabuahTamasuntuktempatjajanSesamuhandanduabuahuntuktempatrerasmen(laukpauk)dannasi,BantenSuciyang Utama adalah Banten Suci Bungkulan atau disebutjuga Suci Laksana. Banten Suci ini menggunakan enambuah Tamas. Empat untuk tempat jajan Sesamuhanyadan dua untuk tempat tempat nasi dan Rerasmen ataulauk pauknya. Dalam Banten Suci ini yang terpentingadalah jajan Sesamuhanya yang dibuat dengan suatutatacarayangsuci.MisalnyaorangyangdalamkeadaanCuntakatidakbolehikutmembuatjajanSesamuhanSuci.Jenis jajan Sesamuhan Suci ini banyak sekali jenisnya.Warna jajan Sesamuhan Suci ini hanya dua warna yaituberwarna putih dan berwarna kuning. Ini lambangperwujudan kesucian Hyang Widhi bahwa kesucian Hyang Widhi dapat mewujudkan kebahagiaan rohani yangdilambangkandenganjajanputihdankemakmuranekonomi dilambangkan dengan jajan berwarnakuning. Dalam pembuatan Banten Suci ini jumlah jajanSesamuhan yang berwarna putih selalau lebih banyakdari yang berwarna kuning. Hal ini melambangkanuntuk mendapatkan kehidupan yang berbahagia haruslebihmengutamakankesucianbatinterlebihdahuludariyanglain.

Kesucian rohani menuju kemakmuran ekonomi.Mewujudkan kesucian Tuhan dalam hidup ini adalahdengan membangun sifat-sifat yang mulia bermoraltinggi, tangguh menghadapi godaan dan membangunkemakmuran ekonomi secara nyata dan adil. Suci itu

Page 113: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0�

adalah lambang peningkatan diri yang kurang baikmenjadi semakin baik sampai mencapai kesempurnaanhidup.Halinidilambangkandalamjumlahpenggunaanjajan Sesamuhanya. Misalnya pada Banten Suci Sibakanyang menggunakan empat Tamas. Tamas yang palingbawah menggunakan jajan Sesamuhan satu biji setiapjenis.Tamasyangdiatasnyamenggunkanduabiji,tamasyang diatasnya lagi menggunakan tiga biji setiap jenisdemikianlah seteruanya. Makna dari Banten Suci itulebihlengkapdilambangkanolehjajanSesamuhanyangdisebutJajanSaraswatidanDodol Madu Parka.Jenisbantensucimenentukantingkatdariupacarayangdilaksanakan.Penggunaan banten suci dalam upacara agama menjadisimbul dari Tuhan yang bersifat tidak ternodai, bantenyang munggah di masing-masing Pelinggih di PuraGambur Anglayang merupakan persembahan utamadalamyajnadalamtatananPelinggihdisana.

Setelahselesaimelaksanakanprosesipurwadaksinadilanjutkan dengan ngantebpiodalan, disini perananpemangkudalammelakukanpemujaandanmenjabarkanbanten yang munggah kepada bhatara-bhatari yangbersatana di Pura. Menurut Jero Gede Suka Rawanmenegaskan mengenai pelaksanaan upacara piodalanpadasaatbudawagekelausebagaiberikut: Selesai mesucian/melasti dilanjutkan Ida bhattara

melancaran mewali ke Pura, di Pura sudahdipersiapkan banten Byakala untuk menyambutkedatangan Ida bhattara Sampai di Pura, setelahproses itu berjalan dilanjutkan Ida bhattarangeranjing kejeroan untuk melaksanakan purwadaksina mengitari Pelinggih di arean utamamandalapurasebanyaktigakali.Selesaiitubaruida bhattara katuran melinggih dan mempersiapkan

Page 114: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�0�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

ngantebbantenpiodalan oleh pemangku baikpemangku pura dan pemangku dari pengemponmasing-masing palinggih. Baru dilanjutkandengan melaksanakan persembahyangan bersama(wawancara,23Juli2018).

ProsespadaharipiodalandiPuraGamburAnglayangdilanjutkan dengan melaksanakan persembahyangbersamasemuapemedek/pengemponpurayangdatang.Prosespersembahyangandiawalidenganmempersiapkansarana persembahyangan seperti dupa, bunga, buahdalam bentuk kuangen. Sarana persembahyangan yangdipergunakan itu dipertegas juga dalam Bhagavadgita.IX.26sebagaiberikut:

Patram puspam phalam toyamYo me bhaktya prayacchati,Tad aham bhakti upahrtamAsmani prayatmanah

Artinya: Siapaun yang sujud bhakti kepada-Ku,

mempersembahkansehelaidaun,sekuntumbunga,sebijibuah,setegukair,Akuterimasebagaibhaktipersembahandariorangyangberhatisuci (Pudja,1999:239).

Sesuai kutipan sloka bhagavadgita tersebutdijelaskanbahwaintidarisaranapersembahanmeliputidaun,bunga,buah,danairyangolehumatHindudiBalidirangkai dalam bentuk wangi atau kuangen. Saranapersembahyangan menjadi simbul dari kesucian Tuhandari aspek estetika banten yang dipergunakan. Setalah

Page 115: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0�

mempersiapkan sarana sesajen kemudian dilanjutkandengan melaksanakan puja trisandya untuk mengawaliprosesipersembahyangan.Adapunmantrapujatrisandyasebagaiberikut:

1. Om,Om,Om bhur bwah swah, Tat sawitur wrenyem, Bhargo Dewasya dhimahi, Dhoyo nah pracodayat

2. Om narayana ewedam sarwam, Yad bhutam yaw ca bhawyam, Niskalanko niranjano nirwikalpo, Nerakyatah suddho dewo eko, Narayana na dwilyo asti kascit,

3. Om twam Siwah twam maha Dewah, Iswara parami swara, Brahma wisnuca rudraca, Purusah parikitirtah,

4. Om papa ham papa karmaham, Papatma papasembawah, Trahimam pundarikatsa, Sabahya bhyantara sucih,

5. Om ksamaswamam maha Dewa, Sarva prani hitamcara, Mam moca sarva papebyah, Palaya sva sadaSiwa,

Page 116: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�0�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

6. Om ksantawyah kayiko dosah, Ksantawyo waciko mamo, Ksantawyo manasa dosah, Tat pramadat ksamamswamam,

Om Santih,santih,santih om

DilanjutkandenganmelaksanakanPancaSembah,untuk melakukan sembah bhakti kepada semua dewa/bhattara dan ida bhattara yang beratana di Pura Gambur Anglayang. Dilanjutkan nunas tirta (air suci) dan bija,persembahyanganbersamaselesaidilaksanakan.Setalahselesaimelaksanakanpersembahyangbersamadilanjutkandengan upacaara penyineban yang dilaksanakan tepatpukul 24.00 Wita. Penyineban dilaksanakan penutup selesai melaksanakan upacara piodalan. Akan tetapidilanjutkan dengan pelaksanaan nyejer selama tiga harikedepan.

Prosesi pada saat setelah UpacaraTahapan terakhir piodalan di Pura Gambur

Anglayangadalahnyejerpiodalanselamatigahari.Halinibertujuan supaya pemedek yang datang dari berbagaiwilayahdapatmelaksanakanpersembahyangandiPura.PenyarikanINyomanLakenmenegaskanbahwa: Selesai upacara piodala dilaksanakan ida bhattara

katurnyejertigangrahina, selama nyejerpunikabanyak umat yang datang dari berbagai wilayahmelaksanakan persembahyangan karenaberhalangan hadir pada puncak piodalan di Pura.Setelah berjalan selama tiga hari baru ida bhattara katuran nyimeb malih dan membersihkan sisa

Page 117: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang�0�

upacaradanmengembalikanwastrayangterpasangdi Pelinggih ke masing-masing pengemponPelinggih(wawancara,15Juli2018).

SesuaidenganpenjelasanpenyarikanPuraGamburAnglayangyaitupiodalannyejerselamatigahari,dalamtigaharitersebutsemuapengemponpuramelakukanpekemitandi pura dan jero pemangku melaksanakan/ ngantebpersembahyangansecarabergiliran.Setelahberjalantigabaru dilaksanakan upacara penyineban kembali. Seharisetelah itu pengempon pura melaksanakan pembersihansisa upacara serta membuka busana/ wastra di masing-masingPelinggihuntukkembalidistanakanpadatempatsemula.

ProsesipiodalandiPuraGamburAnglayangsecaraumumdilaksanakanlebihdari7haridaritahappersiapansampai kepada penyineban piodalan. Terdapat jugapelaksanaan upacara lain di Pura Gambuar AnglayangyaituupacaraPemarahayu Jagatyangdilaksanakansetiaplima tahun sekali. Secara umum dari proses persiapansampai kepada hari utama upacara piodalan memilikikesamaan akan tetapi setelah upacara puncak piodalandilakukanMulang Pekelemkelautsebagaipersembahan.

UpacaraMulang Pekelemdilaksanakandengantujuanmemohon dan menjaga keharmonisan alam semesta.Pekelemsendiriberartimenenggelamkansesajen(yadnya)di air; baik air laut, danau, atau kepundan gunung.Dipercayabahwadanaudanlautmerupakansumberairyangtentuamatpentingbagikehidupanmanusia.DanauBatur dianggap memiliki kekuatan makrokosmos, Olehkarenaitu,tempatinidianggapsebagaisakraldantepatuntukpelaksanaanupacarasucitersebut.

Page 118: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

�0�Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Bencana dan fenomena yang menunjukkanketidakseimbangan alam adalah beberapa alasanyang menjadi dasar dilaksanakannya upacara ini olehmasyarakatHindusejakberabadlamanya.BeberapabuktibahwaUpacaraMulang Pekelemadalahupacarawarisanleluhur Hindu dapat dilihat dari prasasti-prasasti danlontar-lontar yang menyebutkan tentang makna atautujuan upacara tersebut. Salah satunya adalah PrasastiBatur Sakti; pada prasasti ini disebutkan bahwa padatahun Saka 833, keturunan Raja Sri Ugrasena Warmadewa menyampaikantelahadaperintahdarirajauntuktetapmelaksanakanUpacaraPekelem.

Dalam Lontar Bhuana Kertih disebutkan bahwatujuan dari upacara ini adalah untuk menghilangkanhamapenyakityangdatangdari sumbernya,yaitu lautataudanau.Disampingitu,tujuanlainnyaadalahuntukmemohonkemakmurandankesuburantanahpertaniandan memohon perlindungan dari ancaman bencanaalam.HaltersebutditegaskanpulaolehpenglingsirPuraGamburAnglayangbahwatradisiMulang Pekelemsudahdiwarisi dari nenek moyang terdahulu, yang bertujuanuntuk menetralisir kekuatan negatif yang ada di alamsemesta sehingga dapat menanggulangi bencana alamyangmelandasesuaidenganpenjelasanberikut: Mulang Pekelem sesungguhnya dilakukan setiap

limatahunsekali,akantetapibeberapabelakanganterjadi bencana alam yang melanda Indonesia,kenapaIndonesia,karenaPuraGamburAnglayangmerupakan Pura Nusantara dan disebut denganPura Negara sehingga sudah menjadi kewajibanuntuk melindungi dan tempat pertemuan paraleluhur untuk menjaga kedaulatan Nusantara.Terjadinya bencana alam yang melanda wilayah

Page 119: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��0

Indonesia makan sebagai pusat pemerintahandilaksanakanlah upacara Mulang Pekelem atauupacaraPemarahayu Jagat(wawancara,Agustus2018).

Sesuai penjelasan di atas dapat disimak bahwaupacara Mulang Pekelem bertujuan untuk memohonkeselamatandannetralisirkekuatannegatifyangadadialamsemestabeserta isinya.Dengandemikianbencanaalam yang melanda nusantara diharapkan dapatberkurang atau bahkan tidak terjadi lagi. Menciptakankehidupanharmonismanusiadenganlingkungansangatpenting dilakukan, karena kehidupan manusia sangattergantungkepadaalamsemesta.

Page 120: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Menjaga Kerukunan Antar Umat BeragamaMenjaga dan mempererat kerukunan antar umat

beragama, menjadi salah satu aspek implementatifdari keberadaan Palinggih multikultur. Kesatuanmasyarakatmultiagamayangmelakukanaktivitasreligidi Palinggih multikultur, secara bersama membangunsebuah pemahaman serta kesadaran untuk merajuttali persaudaraan ditengah perbedaan cara pendangkeyakinan masing-masing. Realita dilapanganmenunjukkan bahwa, situasi sosial yang tercipta dariadanya interkasi masyarakat multi agama di kawasanPalinggih multikultur, selalu diwarnai oleh upaya-upaya strategis untuk menjalin persatuan, menghapussekat perbedaan, serta saling memberikan kontribusiantarumatberagama berdasarkanatas faedahmaupunlandasankeagamaanmasing-masing.Fenomenatesebutakhirnya membentuk sebuah realitas sosial masyarakatreligius, yang senada dengan konsep kerukunan umatberagama sebagaimana digariskan dalam PeraturanBersamaMenteriAgamadanMenteriDalamNegeriNo.9dan8Tahun2006yangmenyatakanbahwa:

IMPLIKASI PALINGGIH MULTIKULTUR TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA

5

Page 121: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Kerukunan umat beragama yaitu hubungansesama umat beragama yang dilandasi dengantoleransi, saling pengertian, saling menghormati,menghargai,kesetaraandalampengamalanajaranagamanya, dan kerja sama dalam kehidupanbermasyarakat,berbangsa,danbernegaradidalamNegaraKesatuanRepublikIndonesiaberdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublikIndonesiaTahun1945.

Kerukunan antar umat beragama yang terjagadengan apik di lingkungan Palinggih multikultur, jugamenjadisalahsatukenampakanajaranagamayangpadadasarnya menekankan nilai kedamaian secara bersama,serta mengandung ajaran filosofis yang mendukung gagasanpluralitas(Munawar,2001).Nilaiinilahyangpadadasarnyamulaidipahamiolehantarumatberagama,dandijawantahkanmelaluiinterkasisosialantarmasyarakatberbeda agama. Fenomena dilapangan menunjukanbahwa, masing-masing umat beragama di lingkunganPalinggih multikulturmemegangteguhajaranagamanyamasing-masing, sembari meningkatkan kedamaiandengan umat yang berkeyakinan lain. Sehingga sangatrelevan apabila Bakri (1983 : 6) berargumentasi bahwa,kerukunan beragama dalam pengertian praktis dapatdiartikansebagaiko-eksistensisecaradamaiantarasatuataulebihgolonganagamadalamkehidupanberagama.Oleh sebab itu, dapat dirumuskan bahwa ketika nilaikedamaian pada sebuah agama dikontruksi denganmaksimal, maka terciptalah kesadaan dalam diri insanberagama yang akhirnya bermuara pada aksi praktisdalambentukkedamiankehidupanberagama.

Page 122: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Disisi lain, implementasi Palinggih multikulturyang tertuju pada penguatan kerukunan antarumat beragama, menjadi salah satu poros didalammemperkokohkonsepkerukunanumatberagamayangberlaku di Indonesia. Terbentuknya kerukunan antarumat bergama sebagaimana yang terjadi di kawasanPalinggih multikultur, tentunya dapat menjadi inspirasiuntuk membentuk kerukunan dalam konteks internumat beragama maupun kerukunan umat beragamadengan pemerintah. Sehingga hal ini mendorongadanya penguatan dan pengejawantahan tiga klasifikasi kerukunan (Trilogi Kerukunan) umat beragama yangmencangkup, kerukunan intern umat beragama,kerukunanantarumatberagama,sertakerukunanantarumat beragama dengan pemerintah (Alamsyah, 1982 :12).

Aksisolidaritasdantoleransiantarumatberagama,menjadi wujud utama dari fenomena implementasikerukunanantarumatberagamadiPalinggih multikultur.Solidaritasdantoleransiantarumatberagama,dipandangdandipercayaisebagaisalahsatuimplementasirealisticdarikepercayaansertapemaknaannilai-nilaiagamayangterdapatdiPalinggih multikultur.Toleransidansolidaritasantar umat beragama, juga dirasakan sebagai tindakansosial religius yang mampu menghantarkan masing-masing umat berbeda agama, untuk meresapi sertamenghayatikedamaianhidupdalamperbedaan.SituasisosialdilingkunganPalinggih multikulturmenunjukkanbahwa,antarasatuumatberagamadenganumatberagamalainnya, tidak pernah terjerumus dalam disharmonimaupundegradasidalam tindakan toleransidansaling

Page 123: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

menghargai. Tindakan tolong menolong, sikap salingmenyokong dalam usaha menjaga serta melestarikanPura,menghormati,menjunjungtinggikeyakinanagamalain,selaluterjadidalamaktivitasdaninteraksisosialdiPalinggih multikultur.Sehinggasolidaritasdantoleransiantarumatberagamatersebut,mejadisebuahfenomenasosialyangmenunjukkanadanyapengamalanterhadaphak-hak insan beragama sebagaimana asumsi Hasani(2011) yakni, hak untuk menganut agama, hak untuktidak dipaksa (coersion), serta hak untuk berfikir sesuai denganhatinuranidanagamanya.

PandanganBahrul(2012)yangmenyatakanbahwapendekatansosialdapatmengatasipersoalanperbedaanteologisdikalanganumatberagama,nampaknyamenjadisalah satu pijakan bagi terealisasinya solidaritas dantoleransiyangterbinaantarumatberagamadiPalinggih multikultur. Apiknya praktek pendekatan sosial yangterjalin antar umat beragama, mampu menghapuskanpotensi negatif yang menggoyahkan kesadaran salingmembantu dan menghargai dalam bingkai perbedaanberagama. Keakraban, aksi saling bertegur sapa antarumatmultiagama,sudahmenjadisebuahfenomenasosialpokokdiPalinggih multikulturitusendiri.Disisilain,jugaselaluterjadiaktivitasdiskusi,bertukarargumentasidanpemikiranantarumatberagama.Sehinggasecaralangsunghaltersebut,akanmelupakanbeberapaperbedaankrusialdalam tatanan teologis yang akhirnya mempertemukanumatberagamadiPalinggih multikulturpadakerukunan,solidaritasmaupuntoleransihidupberagama.

Pendekatan sosial sebagaimana uraian diatas,tentunyalebihcondongdilakukandalambentukaktivitas

Page 124: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

dialogisyangterjalinantarumatberagamadilingkunganPalinggih multikultur. Dialog atau komunikasi menjadisalah satu media didalam menyampaikan aspirasi,pemikiran, dan hal lain yang mengkerucut padasebuah upaya pendekatan sosial dalam menumbuhkansolidaritas dan toleransi antar umat beragama. Halini dapat di amati ketika berlangsungnya upacarakeagamaandiPuraGamburAnglayangpadaumumnya,serta persembahyangan yang berlangsung di Palinggih multikultur pada khususnya. Beberapa tokoh sentralpadamasing-masingfahamagamayangada,cenderungmelakukanbeberapanegosiasi,maupunaktivitasdialogisyangmengarahpadakeberhasilanpelaksanaanupacara,maupunkekusyukanaktivitasreligipadamasing-masinganutan agama yang ada di sektor Palinggih multkultur.Sehingga,denganmeminjampendapatD’Ambar(1991:43)makaaspekkomunikasiataudialogyangterjadiantarumatberagamadiPalinggih multikulturdapatdiartikansebagai bahasa kasih Tuhan yang diekspresikan dalamhidup.Dialogantarumatberagamaitusendirimerupakanpertemuan hati, pikiran, antar pemeluk agama yangberbeda, yang selanjutnya menghantarkan para aktordialogisuntukduduk,berolidaritsdanbertoleransisecarabersamadidalammendekatkandirikepadaTuhan.

Ketika dialog dapat menjadi wahana pendekatansosialdalammenciptakansolidaritasdantoleransiantarumat beragama di Palinggih multikultur, maka dapatdirumuskan bahwa keberadaan dialog itu sendiri tidakdapatdinilaisebagaiwujudinteraksikomunikasibiasa.Dialog tersebut pada dasarnya telah menjadi sebuahstrategisosialyangditerapkanolehmasing-masingumat

Page 125: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

multiagama,didalammembangunsebuahiklimintegrasidenganumatberagamalainya.Laken(wawancara,15Juli2018) mengungkapkan bahwa, umat multi agama yangterdapat di kawasan Palinggih multikultur tidak hanyamelakukanaksidialogisdenganbahasasendiri,maupundenganumatseimannya.Namunjugamempergunakanpendekatantatananbahasaumum,yangnantinyadapatdijadikansebagaimediadialogisdenganumatagamalainyangbersembahyangdiPalinggih multikultur.Sehingga,dengan mengutip pendapat Hidayat (1998 : xiii) maka dapat dianalisis bahwa, dialog antar umat beragamayangterjadidikawasanPalinggih multikulturtidakhanyaterpaku sebagai gaya hidup (Life-style) ataupun mediakomunikasi scara internumatberagama.Namun,disisilain jugadikontruksi sebagaipandanganhidup (Way of life)dalammenciptakansebuahketerbukaanantarumatberagama. Nampaknya konsep dialog sebagaimanadinyatakan oleh Hidayat, selaras dengan pemikiranSumartana (2001 : 87) yang menekankan bahwa dialogmerupakansalahsatukenampakanpolitikmenujusebuahprosesdemokrasi,yangdalamhalinidiposisikandalamwujud demokrasi berbentuk solidaritas dan toleransiantarumatberagama.

Terciptanya kerukunan antar umat beragamayangdiidentikkandenganaksi toleransidansolidaritasdi Palinggih multikultur, pada dasarnya juga dipicuoleh tidak adanya doktrin ataupun aspek dominasiyang membayangi kehidupan beragama di Palinggih multikultur. Netralnya dominasi maupun doktrintersebut, memberikan wadah bagi umat multiagama untuk mewujudkan kebebasan membangun

Page 126: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kenyamanan, kedamaian, dan keharmonisan beragamadiPalinggih multikultur.Pihakpemerintahyangbiasanyamengeluarkan aturan yuridis dalam mengatur sesuatu,pada kondisi ini hanya berposisi sebagai penengah(Arbiter) (Madjid, 2004 : 199). Dalam artian pemerintahtidak memposisikan atau mempraktekan dirinyasebagai lembaga sentral yang mendominasi kehidupanberagama ataupun kerukunan di Palinggih multikultur.Namun,hanyasebagaipihakyangmemberikanfasilitasdan menjebatani seluruh aspek positif yang mengarahpada kerukunan, solidaritas maupun toleransi antarumat beragama di Palinggih multikultur Pura GamburAnglayang.

Memberikan Refleksi Kehidupan Beragama yang Berbudaya

KeberadaanPalinggih multikultur,jugaberkontribusimenjadi salah satu aspek yang mendukung terciptanyasebuah refleksi kehidupan bergama berbasis budaya. Kepercayaanumatmultiagamaterhadapmitologi,fungsi,maknamaupunkerukunanyangterdapatpadaPalinggih multikultur, semata-mata dipandang sebagai anugrahTuhan Yang Maha Esa dalam salah satu sisi fenomenakehidupan beragama. Kasih Tuhan dipercaya meresapdalam segala hal termasuk terintegrasi dalam masing-masing insan beragama. Kasih Tuhan yang terintegrasidalam insan beragama tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan sosial beragama. Sehingga lahirlahsikap keagamaan lain yang penuh dengan aksi salingmengenal, maupun nuansa kerukunan yang diresapiolehnilai-nilaibudaya(Ismail,2010:175).

Page 127: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Palinggih multikultur sebagai salah satu wujudsimbolistik kehidupan beragama, pada satu sisi telahdijadikansebagaisumberinspiratifuntukmemetiknilai-nilaimoral,etikaabsolute,temasukberkembangsebagaisalahsatuspiritdalamsebuahsistemkebudayaan.KetikaPalinggih multikulturmenjadisalahsatutonggakdalammenciptakan sistem budaya, maka hal tersebut tidakterlepasdariprosesperesapandanrespondenpositifdarimanusiaterhadapaspek-aspekKetuhananyangterdapatdalamPalinggih multikulturitusendiri.SecaralebihlanjutmakaSetiyawan(2012:210)memaparkanbahwaketikaaspekteologisditanggapiolehmanusia,makadidalamnyatelahterjadisebuahprosestranspormasidalamkesadarandan kognisi manusia. Kemudian hasil dari tanggapanini, mendorong seorang individu dan agamanya untukmembentuk sebuah gejala budaya. Sehingga spirit dangejala kebudayaan inilah yang kemudian terkonstruksimenjadikenampakankehidupanberagamayangpenuhdengannuansadankarakteristikbudaya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dianalisisbahwa,fenomenamultikulturalismeagamayangterdapatdalam Palinggih multikultur telah memberikan erupsipada sisi kesadaran umat multi agama, untuk dapatbersikapsesuaidengannilai-nilailuhuryangterdapatdiPalinggih multikulturitusendiri.Nilaiyangterserapdalamaspek sikap tersebut, kemudian menjadi unsur utamayang membentuk dan merefleksi fenomena kehidupan beragama yang berbudaya. Wujud kehidupan beragama yang berbudaya tersebut, selanjutnya diterapkan olehseluruhinsanatauumatmultiagama,sehinggaterjadilahsebuahregenerasiataupembudayaanterhadapkehidupan

Page 128: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

beragamayangberbudayadiPalinggih multikulturPuraGamburAnglayang.

Kehidupan beragama yang didominasi olehrealitas kearifan lokal, menjadi karakteristik dari refleksi kehidupan beragama yang berbudaya di lingkunganPalinggih multikultur.KearifanlokalmasyarakatBaliyangtertuangdalamtatanannorma,etikadancarabersikap,nampaknya menjadi basis utama ketika mensinergikannilai-nilai pada Palinggih multikultural untuk menjaditatananberagamayangberbudaya.KearifanlokaldalambentukcarabersikapyangdimilikiolehmasyarakatBali,tertuangdalamtradisiMenya Braya,Saling Tulung(salingmolong), kemudian dijadikan aspek utama didalammenata kehidupan beragama di Palinggih multikultur.Sehinggadapatdikatakanbahwa,melaluitradisitersebutmampu memberikan celah untuk terciptanya jalinankomunikasiantarumatberagama,denganikatanbudayalokal yang sangat kental (Sulaiman, 2010; Fauzi, 2010;Ismail,2010).

Adanya dominasi aspek budaya kearifan lokaldalam kehidupan beragama di kawasan Palinggih multikultur, disebabkan oleh kuatnya pandanganmasyarakat Bali terhadap relevansi antara aspek-aspekagamadenganunsur-unsurbudaya.MasyarakatHinduBalisebagaimasyarakatmayoritasdilingkunganPalinggih multikultur,selalumenyatukanseluruhnilaiagamayangadadengansegenapunsurkebudayaanBaliyangdimiliki.MasyarakatHinduyangterdapatdiPalinggih multikulturPura Gambur Anglayang, nampaknya tidak menitikberatkan sekat perbedaan agama dalam mengkemasseluruhaspekagamadalambudayaatautradisikearifa

Page 129: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��0

lokal.Sehinggahalinimampumerangkulseluruhfahamagama,untukbertindaksesuaidenganmaknaluhurdaritradisiataubudayalokalyangada.

Fenomena diatas, ternyata telah diamati pulaolehbanyakkalangan.Olehsebab itu, sangatberalasanapabila Ismail (2010 :178)berpandanganbahwaagamamerupakan bagian dari budaya masyarakat Bali, yangkemudian memposisikan agama serta kebudayaansebagaihal terpentingdalamberbagaiperbedaansosialdanagama.BahkanIsmail(2010:184)jugamempertegasbahwa budaya yang terkontruksi dalam kearifan lokal,dapatmembukaperasaansalingmemilikisuasanasosial,keterbukaansosial,menghilangkanrasacuriga,dansikapfanaticsempitdalamberagama.

Merujuk paparan diatas maka dapat dikatakanbahwa,kehidupanberagamayangberbudaya(diwarnaioleh tradisi dan budaya) pada dasarnya mendukungkedudukan agama sebagaimana asumsi Huntington(2005) yakni, sebagai sebuah sistem yang memilikiperanan sebagai media penengah untuk menciptakankeharmonisandalamkehidupanmanusia.Disisilain,jugamengantisipasi beberapa kecenderungan konflik dalam bingkai perbedaan agama yang umumnya disebabkanolehdegradasikulturaldalambentuknilai,sikap,sejarah,maupun komunikasi antar umat beragama (Manoppo,2005).

Dialog antar Umat BeragamaPura Gambur Anglayang merupakan pura yang

memilikikeunikanluarbiasa,halinidikarenakandalamsatu tempatyangdikelilingioleh tembok terdapat limanama Pelinggih yang mewakili lima kepercayaan umat

Page 130: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

diNusantara.LimaPelinggihyangdimaksudadalah:1).Pelinggih Ratu Bagus Sundawan merupakan Pelinggihyang dipercaya sebagai simbul agama Kristiani; 2).PelinggihAgungMelayumerupakantrahyangmerupakansimbuldarikeberadaankeluargamelayudiBalizamandahulu;3)RatuAgungSyahBandarmerupakansimbuldari keberadaan agama budha di Bali ditandai denganbanyaknyawargaketurunancinayangmenetapdiBali;4) Ratu Gede Dalem Mekah merupakan simbul darikeberadaanagamaIslamdiBali;5)PelinggihUtamaRatuGede Siwa merupakan simbul dari keberadaan agamaHindudiBali.

Fakta sejarah yang membuktikan bahwa sifatfluralisme dan toleransi telah dimiliki oleh masyarakat Balidarizamandahulu.Toleransitermasukjugadalammelaksanakan ibadah keagamaan. Dialog antar umatagamaterjalindenganbaikmelaluibuktisejarahtersebut,dansampaisekarangdialogumatberagamamasihterjalindenganbaik.HalitudibuktikandaribanyakumatIslamyang dating untuk silaturahmi atau bahkan melakukanpersembayangandiPuraGamburAnglayang.PemangkuPura Jero Gede Suka Rawan menjelaskan sebagaiberikut: SeringkaliterdapatumatdiluarumatHinduyang

datang untuk melakukan persembahyangan kepura.Rombongandarikampus IslamyangadadiJawa kerab datang untuk mengenal sejarah pura.Mereka kadang melakukan persembahyanganbersamaakantetapitidaksholatsepertidiMesjid.Komonikasi terjalin dengan baik antar umatberagamadilingkunganPura,halinimencerminkansikaf toleransi antar umat sangat terjaga denganbaik(wawancara,23Juli2018).

Page 131: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Study banding sering datang mengunjungipeninggalan sejarah baik untuk melakukanpersembahyangandanmengenalsejarahperadabanpura.Dialog antar umat beragama khususnya terjadi di PuraGambur Anglayang berdampak kepada aspek interndan ekstern. Secara Intern umat beragama dapat lebihmenguatkan kemampuan menghayati dan mendalamidanmelaksanakanajranagamayangdiyakininyadalamkehidupan sehari-hari. Dari segi ekstren, umat dapatlebih memahami keberadaaan agama lain. Mengingatkekerasan atas nama agama menjadi permasalahanyang begitu pelik di Indonesia, kerukunan antar umatberagama di Negeri ini akan bisa terlaksana denganbaik,bilasemuapimpinanagamadanumatnyamasing-masingmaumanahandiri.Tidakmerasalebihhebatdariumatlainnya.Namunapabilapemaksaankehendakdanmerasa superior, maka hal itulah yang membuat tidakrukunnyaantarumatberagama.

Pluralism kecenderungan tidak memaksanakankehedak kepada orang lain, senantiasa menerimaperbedaandanmengayomisegalabentukperbedaanyangada. Keberadaa Pura Gambur Anglayang sebagaisimbulmultikulturmempunyaiesensilainyangbersifatpluralisme.MenyimakkeberagamanetnisyangadadankepercayaanyangadadiPuratercermindaripelinggih.Kepercayaan masyarakat sekitar bahwa Pura GamburAnglayang memiliki bermacam agama seperti agamaIslam, agama Hindu, agama Budha, agama Kristen.Keberagamaan merupakan warisan yang telah dilakonioleh leluhur pendahulu untuk hidup bermasyarakat dizamantersebut.

Page 132: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Politik Pluralisme yang DemokratisPluralisme politik adalah ruang demokrasi yang

mampu membuka sumbatan-sumbatan agar kekuasaandari berbagai kelompok rakyat dapat mengalir denganbebas menuju penguasaan rakyat terhadap negara.Demokrasi telah menjamin bahwa pluralisme politikdalam sebuah negara tidak akan melahirkan negaratotaliter,tidakakanmenciptakansentrakekuasaanpadagolongantertentu.Tidakbolehadaniatapalagitindakandari kelompok rakyat tertentu untuk mendominasikelompok rakyat yang lain dalam sebuah sistemkekuasaan negara, baik kekuasaan negara di tingkatnasional (pemerintah pusat) atau kekuasaan negaradi daerah. Dalam dimensi pluralisme politik, seluruhrakyatmelaluiberbagaijalur“entitas”dankomunitasnyaharusdiberijalanuntukmengendalikankekuasaanataumempengaruhikekuasaan.Melaluijalantersebutrakyatdapat mengirim orang-orang yang telah dipilih untukmasukkelembagalegislatifdaneksekutif.

Pluralisme demokrasi dalam hal ini tidak hanyasebatasmengakuisisi luarperbedaannyasaja, tapi jugaharus diikuti kesadaran atas konsekuensi tersebut.SekedarmelihatbangunandemokrasiBaratyangsampaihari ini masih menjadi kultur yang kuat bagi otoritasdan mekanisme sistem sosial masyarakatnya, bahwakeabsahantatananpluralismedemokrasiyangdibangundiBaratatasdasarprinsip-prinsiptoleranasi,kebebasan,kompromi dan sebagainya, sering juga tersisihkan dariwacana umum, lebih-lebih jika ternyata hal itu hanyadapat diartikulasikan dari sudut pandang keagamaan.Hal ini dapat saja dimaklumi mengingat pengalaman

Page 133: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

demokrasi di Barat banyak diikuti oleh rasa traumatisataskezalimanpemimpinagamadimasalampau.

Ketika bengunan toleransi, kebebasan, dankompromimejaditersisihdarimekanismesistemsosial,bukanhanyamembuatdemokrasiakansemakinjauhdariotoritas sosial, namun bentuk-bentuk perubahan sosialakan sedikit sekali bersifat ramah dan tidak memberiharapanbagiterhindarnyakekacauanpublik.

Keberagaman Etnis dan Pendidikan MultikulturIndonesiakayaakanpotensiwilayahdan sumber

dayaalamnya.Berbagaipotensiyangwaijibdikembangkandan keudayaan yang wajib untuk dilestarikan menjaditugas generasi untuk itu. Kebudayaan dalam berbagaiaspek terkait dengan kebudayaan social masyarakat,kebudayaan ritual, dan berbagai etnis kebudayaanlainnya.Koentjaraningrat(2000:181)kebudayaandengankata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yangberarti “budi” atau “akal”. Budaya sebagai daya budiyangberupacipta,karsadanrasa,sedangkankebudayaanadalahhasildaricipta,karsadanrasa.

Padadasarnyayangmembedakanantarabudayadankebudayaan,dimanabudayamerupakanperkembanganmajemukbudidaya,yangberatidayadaribudi.Namun,pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakansingkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan daridefinsi.Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”,merupakan“keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasilkarya manusia dalam rangka kehidupan masyarakatyangdijadikanmilikdirimanusiadenganbelajar.

Page 134: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Salah satu wujud kebudayaan warisan nusantarayang masih dapat di nikmati sampai sekarang adalahperadaban Pura Gambur Anglayang. Pura yang kayaakannilaisejarahinimemilikiberbagainilaikebudayaandiantaranyaterdapatberbagaietnik,suku,ras,danagamamenjadisatuwilayah.SebagaiPelinggih/puramultikulturmenaungi etnis sunda, etnis cina/tionghoa dan etnislainnya. Hal itu tidak terlepas dari sejarah tempat/PuraGamburAnglayangyangdulunyamerupakandermagapertamadipulauBali.Dilokasiinipertamakalinuaoragdari seluruhpenjuruduniamasukuntukberdagangkeBali, sehingga terkumpul dari berbagai suku, ras, dankebudayaanyangberbeda.UntukmenetralisirperbedaantersebutmakadibuatlahtempatsembahyangmultikulturPuraGamburAnglayangsebagaitemaptsucimelakukanpersembahyangansemuaumatberagama.

Beranekaragam agama sesungguhnya salat sulitterjalindalamsatuatapterlebihkaumfanaticcenderungmengagungkan agamanya sendiri tanpa menerimaperbedaan.Hal iniyangdisatukandanmenumbuhkansifat pluralism dan membuka wawasan terhadapperbedaan ajaran/pemahaman akan nilai keagamaan.Padadasarnyaagamamerupakankeyakinanyangtidakboleh dipaksakan dan bersifat rahasia, sehingga tidakpentinguntukmendebatkeyakinanpersonaloranglain.

Pura Gambur Anglayang menjadi simbulmultikulturbagikehidupanberagamadizamansekarang.Wujud multikultur telah ada dan terjalin dengan baik diperadaban terdahulu, sehingga keyakinan agamatidak membatasi pergaulan masyarakat. KeberadaanPura Gambur Anglayang memberikan pendidikan bagi

Page 135: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

generasi muda melului bangunan fisik (perwujudan lima kepercayaan/agama di Indonesia) dan perkembangansejarah Pura, merupakan perwujudan multikultur darikeberanekaragaman etnis di Indonesia dapat memilikisatutujuandalamsatutempat/wilayah.

Page 136: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

SimpulanDari penjelasan diata sdapat disimpulkan sebagai

berikut:1. Bentuk Pelinggih Multikultur di Pura Gambur

Anglayang desa Kubutambahan merupakanpeninggalan sejarah peradaban masa lalu danmenjadi wujud keanekaragaman baik budayadalambentukkepercayaan/agamatercermindaripelinggih yang ada di Pura Gambur Anglayang.Terdapat pelinggih inti seperti pelinggih RatuSyah Bandar, Pelinggih Ratu Dalem Mekah,PelinggihRatuMelayu,danPelinggihRatuGedeSiwa menjadi simbul kepercayaan yang pernahmelakukanpersembahyangandiwilayahtersebut.Bentuk pura tidak terlepas dari perkembangansejarahnya dimana Pura Gambur AnglayangmerupakanDermaga/PelabuhanKapalLautyangpertama kali ada di Bali. Wilayah tersebut sebaga ipintu masuk perdagangan dunia, sehinggaterdapatberbagaiunsuredangolonganmasyarakat

PENUTUP

6

Page 137: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

yangdatangdengankepercayaanmasing-masing.Keberanekaragaman etnis dan kepercayaanmaka dibuatlah satu tempat sembahyang yangdi dalamnya terdapat ruang untuk semuakepercayaan melakukan sembahyang. Seiringperkembangan zaman maka wilayah tersebutkemudian dibanguni tempat suci/pura bernamaGara/Negara/GamburAnglayang.DidalamPuraGamburAnglayangterdapat14pelinggihintidanbeberapabangunanpendukunglainnya.

2. ProsesritualyangdilaksanakandiPuraGamburAnglayang dimulai dari tahapan persiapandengan menentukan kepanitiaan dan anggarandanayangdigunakanuntukmelakukanupacarapiodalan. Piodalan di Pura Gambur Anglayangdapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kali piodalanyaitu: 1) Buda Wage Kelau melaksanakan piodalandi Pura Gambur Anglayang, 2) Buda Wage Kelau pinanggal apisan sasih kalima melaksakan piodalandiPuraGamburAnglayang,dan3)SasihKapitusetiap5(lima)tahunsekalimelaksanakanupacaraPemarahayu Jagat. Secara umum pelaksanaanupacara di Pura Gambur Anglayang memilikikesamaan dengan piodalan di pura lainnyaakan tetapi yang memiliki perbedaan adalahketika melaksanakan upacara PemarahayuJagat melaksanakan mulang pakelem ke lautdan mementaskan tari sacral dimana penarinyamenutupmuka/prerai.

3. Implementasi Pelinggih multikultur antarkehidupanmasyarakat tercermindari terjalinnya

Page 138: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

kerukunanantarumatberagama,seringkaliumatlain datang untuk mengunjungi pura untukmelakukan persembahyangan dan mengenaiperadaban sejarah Pura Gambur Anglayang.Selain itu impementasi Pelinggih Multikulturjuga memberikan refleksi kebudayaan terhadap dunia luas mengenai keragaman budaya yangterjalin dalam satu naungan Pura yang dapatberdampingandanmenjadisimbulkeberagamaanetnis dan budaya Indonesia. Dialog anta rumatberagama mencerminkan pluralism dalambermasyarakat ataupun dalam berdemokrasitercermindarikeberadaanpuradimanapengemponpura mengutamakan sistem gotong-royong danmelaksanakan musyawarah mukapat untukmengembilkeputusangunakepentinganbersama.Selain itu Pura GamburAnglayang merupakanperwujudankeberagamanetnikdanmemberikanpendidikan multikultur kepada pengempon purasertamasyarakatluasapabiladisimakdarisejarahpura.

SaranSesuai dengan hasil penelitian diatas, dapat

disarankansebagaiberikut:1. Kepada pemerintah terkait, Dinas Kebudayaan,

Agama,danpenerintahanterkaituntuksenantiasadapatmelestarikanwarisanbersejarahyangadadiwilayahSingaraja.

2. Kepada Peneliti yang akan melakukan penelitianterkait harus dapat mengkaji dari berbagai sudut

Page 139: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��0

pandanguntukmengungkapnilaiyangterkandungdidalamnya.

3. Kepada masyarakat umum harus menjaga danmelestarikan warisan sejarah yang ada di Bali,hal itu penting dilakukan untuk nanti diwariskankepadageneraiselanjutnya.

Page 140: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A.Aco. 2016. Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi. Jurnal Office, II (2) : 229-236.

Agus,Bustanuddin,2006.Agama dalamKehidupanManusia, PengantarAntropologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Alamsyah, Ratu Perwira Negara. 1982. Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jakarta :DepartemenAgama.

Ali, Muhamad, 2003. Teologi Pluralis-Multikultural (Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan).Jakarta:Kompas

Ardhana, dkk (ed), 2011. Masyarakat Multikultural Bali (Tinjauan Sejarah, Migrasi dan Integrasi). Denpasar:PustakaLarasan

Arief,Usman.2010.Menciptakan Sistem Politik Berdasarkan Pancasila Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Nasional.JshJurnalSosialHumaniora,III(2):139-147.

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik. Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta:GrahaIlmu.

Arkoun,Muhammad.1999.Membongkar Wacana Hegemonik dalam Islam dan Post-Modernisme.Surabaya:alFikr.

Asnawi., Hartutik. 2014. Analisis Historis Terhadap Komunisme Sebagai Suatu Ideologi Politik. JurnalSeuneubokLada,I(2):1-15.

Page 141: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Atmadja,NengahBawa.2017.The Meaning Of Penyelaman For Hindus And Moslems In Bali, Indonesia.InternationalJournalofMultidisciplinaryEducationalResearch,VI(3):103-120.

Azra,Azyumardi.(2007).Merawat Kemajemukan Merawat Indonesia.Yogyakarta:Kansius.

Bagus,Lorens.2000.Kamus Filsafat.Jakarta:Gramedia.Bahri, Media Zainul, 2011. Satu Tuhan Banyak Agama

(Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabi, Rumi dan Al-Jili).JakartaSelatan:Mizan

Bahrul, Hayat. 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama.Jakarta:PT.SaadahCiptaMandiri.

Bakri,Hasbullah.1983.Pendekatan Dunia Islam Dan Dunia Kristen. Jakarta : PT. Grafin Utama.

Bakri,NoorMs.2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:PustakaPelajar.

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif: Mikro (Inter Simbolik, Hermeneutik, Etnometodologi, Etnografi, Dramaturgi, Metode Refleksi).Surabaya:InsanCendekia.

Beilharz, Peter, 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta:PustakaPelajar

Bogdan dan Tylor. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif, Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial.Surabaya:UsahaNasional.

Budiartawan, I Ketut. 2016. Mitos Dan Realitas Dalam Cerita Lisan Asal Mula Masyarakat Desa Bayung Gede.E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan BudayaUdayana,XIV(1):45-51.

Bungin, Burhan, 2003. Analisis Data PenelitianKualitatif.Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Page 142: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Bungin, Burhan, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kntemporer).Jakarta: Raja GrafindoPersada.

D’Ambar,Sebastian.1991. Life in Dialogue : Pathways to Inter-religious Dialogue and the Vision-Experience of the Isamic-Christian Silsilah Dialogue Movement. Philipina:SilsilahPublications.

Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, (terjemah).(Yogyakarta:Qalam,2001)

Darmayasa. 2018. Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan).Denpasar:YayasanDharmaSathapanam.

Deliarnov.2006.Ekonomi Politik : Mencangkup Berbagai Teori Dan Konsep Yang Kompreshensif.Jakarta:Erlangga.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama.Yogyakarta:IKAPI.

Dhavamony, Mariasusai. 1998. Fenomenologi Agama.Yogyakarta:Kansius.

DinasPendidikanProvinsiBali.1993.Kekawin Sutasoma.Denpasar:DinasPendidikanProvinsiBali.

Djamhari.1988.Agama dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DirjenDikti,ProyekPengembanganLembagaPendidikanTenagaKependidikan.

Donder,IKetut.2006.Brahmavidya:TheologiAlamSemesta.Surabaya:

Durkheim, Emile. 2011. The Elementary Forms of The Religious Life (Sejarah Bentuk-Bentuk Agama Yang Paling Dasar).Jogjakarta:IRCiSoD

Ebenstein, William & Edwin Fogelman. 1994. Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta:Erlangga.

Page 143: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

EcholsdanShadily,1983.Kamus Inggris Indonesia,Jakarta:Gramedia

Fay, B. 1996.Contemporary Philosophy of Social Science: A Multicultural Approach. Oxford: Blackwell.

Firmansyah.2011,Mengelola Partai Politik:Komunikasi Dan Positioning Idelogi Politik Di Era Demokrasi.Jakarta:YayasanPustakaOborIndonesia.

Firmanzah.2007.Mengelola Partai Politik.Jakarta:YayasanOborIndonesia.

Hasani,Ismail.,Naipospos.,Tigor,Bonar.2011.Mengatur Kehidupan Beragama: Menjamin Kebebasan Beragama ? Urgensi Kebutuhan RUU Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan.Jakarta:PustakaMasyarakatSetara.

Hewitt, Martin. 1992. Welfare, Ideology and Need, Developing Perspectives on the Welfare State.Maryland:HarvesterWheatsheaf.

Heywood, Andrew. 2007.Political Ideologies. Palgrave:McMillan.

Hidayat, Komaruddin.,GausAF,Ahmad.1998.Passing Over : Melintasi Batas Agama. Jakarta:Garamedia.

Huntington, Samuel P. 2005. Benturan Antar Peradaban Dan Masa Depan Politik Dunia. Yogyakarta:Qalam.

Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokokMateriMetodePenelit iandanAplikasinya .Yogyakarta:Ghalia

Ismail , Arifuddin. 2010. Refleksi Pola Kerukunan Umat Beragama(Fenomena Keagamaan di Jawa Tengah, Bali dan Kalimantan Barat).JurnalAnalisa,XVII(2):175-186.

Ismail, Arifuddin. 2010. Majelis Taklim Hidayatullah di Perusahaan Non MuslimKudus : Suatu Fenomena

Page 144: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Kerukunan Umat Beragama. Semarang:BalaiLitbangAgama.

Iswidayati,Sri.2007.Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya (The Function Of Myth In Social Cultural Life Of Its Supporting Community). Harmonia Jurnal Pengetahuan DanPemikiranSeni,VIII(2):180-184.

Kaelan,2008,Pendidikan Kewarganegaraan. Tiara Wacana :Yogyakarta.

Kaelan, Dr, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat.Yogyakarta:Paradigma

Kaelan.2005.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:UniversitasGajahMada.

Keene,Michael,2006.Agama-Agama Dunia.Yogyakarta:Kanisius

Kirk,G.S.1983.Myth Its Meaning & Functions in Ancient & Other Cultures. London:UniversityofCaliforniaPress.

Koentjaraningrat, 1986. Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta:AksaraBaru

Koentjaraningrat. 1977. Metode-MetodePenelitianMasyarakat,Jakarta:Gramedia

Larrain, J. 1996. Konsep Ideologi (Penerjemah : RyadiGunawan).Yogyakarta:LKPSM.

Ma,mun, Syukron. 2013. Relevansi Agama Dan Alam Dalam Pandangan Aliran Kebatinan Dayak Indramayu.Kontekstualita,XXVIII(2):117-126.

Madjid, Nurcholish., dkk. 2004. Fiqih Lintas Agama Membangun Masyarakat Inklusifpluralis. Jakarta :Yayasan Wakaf Paramadina.

Page 145: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Maharlika,Febry.2010.Tinjauan Bangunan Pura Di Bali.Jurnal Wacana Cipta Ruang, II (2) : 1-32.

Mambal, Ida Bagus Putu. 2016. Hindu, Pluralitas Dan Kerukunan Beragama.Al-AdyaN,XI(1):28-45.

Mannheim,Karl.1998.Ideology and Utopia, An Introduction to the Sociology ofKnowledge. (Penerjemah: F. BudiHardiman).Jakarta:PenerbitKanisius.

Manopo, Pieter George. 2005. Refolusi Konflik Interaktif Berbasis Komunitas. Surabaya:PT.DietaPratama.

Moleong, Lexy, 2001.MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung:PT.RemajaRosdakarya

Munawar,Rachman.,Budhy.2001.Islam Pluralis Wacana Kesetaran Kaum Beriman.Jakarta:Paramadina.

Ngurah, I Gusti Made, 2010. Saling Menerima Dan Menghargai Perbedaan melalui Dialog Antarumat Beragama Dalam Maysrakat Multikultural.Denpasar:YayasanSariKahyangan.

Nugroho,dkk(ed),2009.Multikulturalisme (Belajar Hidup Bersama Dalam Perbedaan). Jakarta:Indeks

Pals,DanielL.,2001.Seven Theories of Religion.Yogyakarta:Qalam

Parwata, I Wayan. 2011. Rumah Tinggal Tradisional Balidari Aspek Budaya dan Antropometri.MUDRA,XXVI(1):95-106.

PeraturanBersamaMenteriAgamadanMenteriDalamNegri No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang PedomanPelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan UmatBeragama, Pemberdayaan Forum KerukuananUm.itBeragama,danPendirianrumahIbadat.

Page 146: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Phillips, Anne. 2007. Multiculturalism Without Culture.Princeton:PrincetonUniversityPress.

Poerwasadarminta, WJS, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Yogyakarta:BalaiPustaka.

Pradnya, I Made Adi Surya, 2013. Eksistensi Palinggih Berbentuk Mobil Sebagai Tempat Pemujaan Umat Hindu Di Pura Paluang, Banjar Karang Dawa, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida (Kajian Teologi Hindu).Fakultas Brahma Widya. Institut Hindu Dharma NegeriDenpasar.

Prasetya, Imam Yudhi. 2011. Pergeseran Peran Ideologi Dalam Partai Politik. Jurnal Ilmu Politik dan IlmuPemerintahan,I(1):30-40.

Prastowo, Andi, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-RUZZMedia

Pritchard,E.E.Evans,1984.Teori-Teori Tentang Agama Primitif.Yogyakarta:PLP2M

Pudja,G,1999.Bhagawad Gita.Surabaya:Paramita.Pudja, Gede, 1999. Theologi Hindu (Brahma Widya),

Surabaya:ParamitaPudja, I Gde., Sadia, I Wayan. 1982. Chandogya Upanisad.

Jakarta : Dirjen Bimas Hindu dan Budha DepagR.I.

Putra, I Nyoman Miarta. (2009). Mitos-Mitos Tanaman Upakara.Denpasar:PTPustakaManikGeni.

Relin,D.E.2012.Teologi Hindu Pura Agung Besakih Di Desa Besakih Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem.Denpasar : Institut Hindu Dharma NegeriDenpasar.

Page 147: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang���

Ritzer-Goodman, 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :KencanaPrenadaMediaGroup

Roibin. 2010. Mitos Dan Agama : Dari Imajinasi Kreatif Menuju Realitas Yang Dinamis.el-Harakah,XII(2):85-97.

Rosyadi,Paul (alihbahasa),1984. Idiologi-Idiologi Politik.Jakarta:Ind

Rusydi, Ibnu. Zolehah, Siti. 2016. Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks Keislaman Dan Keindonesiaan. al-Afkar, Juournal for Islamic Studies, I(I):170-181.

Sargent,LymanTower,1986.Ideologi Politik Kontemporer.Jakarta:PT.BinaKasara.

Sâyanâcârya, Bhâsya Of. 2015. Atharvaveda Samhitâ II.Surabaya:Paramita.

Setiyawan, Agung. 2012. Budaya Lokal Dalam Perspektif Agama : Legitimasi Hukum Adat (‘Urf) Dalam Islam.Esensia,XIII(2):203-221.

Sivananda,SriSwami,2003.Intisari Ajaran Agama Hindu,Surabaya:Paramita

Stuart-Fox, David J, 2010. Pura Besakih (Pura, Agama, Dan Masyarakat Bali. Denpasar: Pustaka Larasan,UdayanaPress,KITLV-Jakarta

Subagya, Rahmad. 1981. Agama Asli Indonesia. Jakarta :SinarHarapan.

Sudiarja.(2006).Karya Lengkap Driyarkara Esei-esei Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya.Jakarta:PTGramediaPustakaUtama.

Sudikan,SetyaYuana.2001.Metoda Penelitian Kebudayaan.Surabaya : Citra Wicana.

Page 148: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

���Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang

Sugiyono, 2010.MetodelogiPenelitianPendekatan Kuantitatif Kualitatifdan RD.Bandung:Alfabeta.

Sulaiman. 2010. Pola Kerjasama Antar Umat Beragama di Ambarawa. Semarang:BalaiLitbangAgama.

Sumartana,Th.,dkk.2001.Pluralisme,Konflik dan Pendidikan Agama. Yogyakarta:PustakaPelajar.

Supena, Ilyas; Mulyono, Edy, dkk, 2012. Belajar Hermeneutika (dari konfigurasi Filosofis menuju Praktis Islamic Studies).Jogjakarta:IRCiSoD

Surada,IMade.2007.Kamus Indonsia Sansekerta.Denpasar: Widya Dharma.

Syaripulloh.2017.Mitos di Era Modern.SosioDidaktika,IV(1):25-35.

Takwin, B. 2003. Akar-akar Ideologi. Yogyakarta :Jalasutra.

Tanti,DewiSad.2014.Rakyat Dalam Bingkai Budaya Politik Kontemporer.JurnalVisiKomunikasi,XIII(3):185-199.

Thompson, J.B. 2003. Analisis Ideologi Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia International Grandbook of the Studies in Theory of Ideology (Penerjemah : HaqqulYaqin).Yogyakarta:IRCiSoD.

Tim Penyusun Bali Post, 2010. Mengenal Pura Sad Kahyangan & Kahyangan Jagat.BaliPost:Denpasar

TimPenyusun.2000.Panca Yadnya:DenpasarTitib,IMade,2003.Teologi & Simbol-Simbol Dalam Agama

Hindu,Surabaya:Paramita.Titib, I Made. 1996. Veda, Sabda Suci, Pedoman Praktis

Kehidupan,Surabaya:Paramita.Titib, IMade.2011.Bahan Ajar Veda.Denpasar : Institut

HinduDharmaNegeriDenpasar.

Page 149: PALINGGIH MULTIKULTUR DI PURA GAMBUR ANGLAYANGsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022007070531-50.pdf · Gambur Anglayang adalah adanya palinggih dengan berbagai suku, budaya

Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang��0

Titib, I Made. Prof. Dr, 2011. Bahan Ajar Teologi Dalam Susastra Hindu. Denpasar: Institut Hindu DharmaNegeri.

Titib, I Made. Prof. Dr, 2011. Bahan Ajar Teologi Veda.Denpasar:InstitutHinduDharmaNegeri.

Titib,IMd.Dr.2003.PuranaSumberAjaran Agama Hindu Komprehensif.Jakarta:PustakaMitraJaya

Varma, S.P, 1987. Teori Politik Modern. Jakarta: C.V.Rajawali.

Wiana, Ketut, 1995. Yajna dan Bhakti dari Sudut Pandang Agama Hindu.Denpasar:ManikGeni.

Wiana, Ketut, 2000. Makna Agama Dalam Kehidupan.Surabaya:Paramita.

Widiarya, Gede. 2013. Pura Negara Gambur Anglayang di Desa Pakraman Kubutambahan, Buleleng, Bali (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Media Pendidikan Multikultural Bagi Masyarakat Sekitarnya).Singaraja:JurusanPendidikanSejarahUniversitasPendidikanGanesha.

Widisuseno, Iriyanto. 2014. Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara. Humanika, XX (2) : 62-66.

Winanti, Ni Putu, 2009. Pura Keluarga dan Pratima, Meneguhkan Keyakinan Pada Tuhan. Denpasar:PustakaBaliPost

Wiyono, Suko. 2013. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: UniversitasWisnuwardhana Malang Press.

Yaqin, M.Ainun, 2005. Pendidikan Multikultural (Cross-Cultural Understanding Untuk Demokrasi dan Keadilan).Yogyakarta:PilarMedia.