24
8/17/2019 Palu Radikalisme http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 1/24  RADIKALISME AGAMA (Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D.

Palu Radikalisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 1/24

 

RADIKALISMEAGAMA 

(Suatu Pendekatan Sosiologi) Oleh: Abu Hapsin, Ph.D.

Page 2: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 2/24

 Ilmu Sosial: agama sebagai fakta sosial

yang memiliki banyak dimensi.

Antropologi: banyak prilaku keagamaan

yang berasal dari proses akulturasi maupun

inkulturasi budaya.Psikologi: agama mampu menghadirkan

gejala kejiwaan yang khas.

Sosiologi: agama telah melahirkankelompok-kelompok dan prilaku sosial.

Page 3: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 3/24

Mengingat agama memiliki banyakdimensi, maka pendekatan (baik

dalam mendiagnosa, menganalisis

maupun dalam penyelesaian)

permasalahan radikalisme agama

harus bersifat multi-disipliner danmulti-dimensional.

Page 4: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 4/24

Radikalisme sebagai Masalah Sosial 

Radikalisme adalah suatu paham yang

menghendaki adanya perubahan,perombakan dan pergantian terhadap

suatu sistem sosial sampai ke akarnya dan

dilakukan secara total. Jika perlu bisa saja

dilakukan dengan menggunakan cara-cara

kekerasan. Karena itu radikalisme agamamerupakan masalah sosial yang

kehadirannya tidak diinginkan oleh

masyarakat.

Page 5: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 5/24

Sudut pandang Sosiologi mendasarkan

pada tiga kerangka teori induk, yakniteori Fungsional Struktural (Patologi

Sosial, disorganisasi/disintegrasi dan

teori Deviasi Sosial), teori Konflik 

(Konflik Nilai individual/personal dan

Konflik Nilai institusional) dan teoriInteraksionisme Simbolik

(Labeling).(Julian, 1986: 11).

Page 6: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 6/24

Dua Asumsi Dasar: 

Pertama, masalah sosial merupakanefek tidak langsung dari pola tingkah

laku serta sistem sosial yang ada. Olehkarena itu radikalisme agama harus

dilihat sebagai efek atau akibat dari

pola, sistem nilai maupun struktur

sosial yang ada.

Page 7: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 7/24

Kedua, Dalam setiap struktur sosial,pasti ditemukan orang-orang yang bisa

beradaptasi dengan struktur sosial dan

sistem nilai dan juga ada orang-orang

yang menyimpang. Radikalisme agama

merupakan suatu bentuk prilaku yangmenyimpang secara sosial.

Page 8: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 8/24

Radikalisme Agama Sebagai Akibat dari

Struktur Sosial (Religio-Politik) 1. Demokrasi rakyat yang “lapar” ditambah

“tidak berpendidikan” dapat melahirkan

persepsi yang simplistis yang kemudian

akan mudah membawa pada sikap-sikap

emosional karena kurangnya pemahamanyang komprehensif mengenai masalah

yang dihadapi.

Page 9: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 9/24

2. Masyarakat politik ( political

community ) lebih senang mendirikan

insitusi daripada membangun budayademokratis.

3. Partai politik yang ada sudah tidak

lagi berfungsi sebagai institusi

demokrasi yang mampu

menyelenggarakan pendidikan politik.

Page 10: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 10/24

3. Partai-partai politik sudah kehilangan

idealismenya sehingga yang terjadi bukan

perjuangan mempertahankan citra diriserta karakter ideologis partai tetapi

bagaimana agar partai bisa digunakan

menjadi alat bargaining posisi politik dan

kendaraan sewaan.

4. Euforia politik yang ditandai dengantuntutan berlebihan atas hak-hak politik

tetapi pada saat yang sama mengabaikan

kewajiban politik.

Page 11: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 11/24

5. Konflik elite dalam perebutan kekuasaan

yang berkepanjangan juga telah ikut

mewarnai struktur sosio-politik yang adasekarang. Jargon ”kepentingan rakyat”

selalu dinyanyikan meskipun kenyataannya

untuk kepentingan pribadi dan

golongannya.

6. Pernyataan konstitusional “NegaraHukum”, kenyataannya politik masih

diangap sebagai panglima, bukan hukum.

Page 12: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 12/24

 7. Pimpinan partai menjadi rebutan bukan

untuk tujuan ideologis tetapi karena posisi

ketua partai politik bisa dijadikan sebagai alattawar menawar posisi politik yang ujung-

ujungnya duit dan kepentingan pribadi.

8. Para tokoh agama seharusnya muncul

sebagai “guru bangsa”, yang dapat

mencerdaskan warga negara akan hak-hak dankewajibannya, malah banyak yang menjadi

pelayan politisi/penguasa atau pelayan calon

penguasa.

Page 13: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 13/24

 

9. Peran tokoh agama baik sebagai social

engeener maupun sebagai penggantiperan-peran kenabian tidak berfungsi

dengan baik.  Akibatnya politik kerakyatan

yang merupakan inti dari peran kenabian

ini tidak pernah dimainkan dengan baik.

Pada saat yang bersamaan banyak paratokoh agama yang lebih memilih berada

pada wilayah politik praktis, terutama

menjelang PILKADA.

Page 14: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 14/24

Radikalisme Agama sebagai Deviasi Sosial

1. Deviant ( orang-orang yang prilaku tidaksejalan dengan sistem nilai dan sistem

sosial yang telah disepakati bersama) bisa

terjadi karena banyak faktor. Dalam

kaitannya dengan pemahaman keagamaan,

deviasi sosial bisa saja muncul ketika modelpemahaman seseorang berbeda dengan

umumnya orang menafsirkan.

Page 15: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 15/24

2. Model pemahaman tekstual,

membuat orang terpasung oleh teks,

sementara pendekatan pemahamanromantik dalam memandang sejarah

masa lalu juga bisa membuat orangmenjadi kehilangan daya kritis. Dua

model pendekatan dalam memahami

ajaran agama ini sangat mungkin

membuat seseorang mengalami konflik

nilai.

Page 16: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 16/24

3. Jika konflik nilai terjadi

berkepanjangan pada diri seseorang,maka ketakutan, kecemasan dan

frustasi akan mengendap pada jiwa

seseorang (Gordon, 1993: 393).

Ketakutan dan kecemasan inilah yang

kemudian melahirkan tiga macamsikap, yakni, rigiditas, agresif dan

schizophrenia.

Page 17: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 17/24

4. Rigiditas pada umumnya disertai dengan

sikap exclusive. Keduanya (rigiditas dan

eksklusifitas) merupakan penyimpanganpsikologis yang ditandai dengan prilaku

maladaptive (ketidak-mampuan

menyesuaikan diri). Secara psikologis,

keduanya dianggap “abnormal” atau secara

sosiologis disebut deviant , sebab individuyang normal selalu memiliki kemampuan

untuk berpikir realistik dalam menafsirkan

kejadian-kejadian di sekelilingnya.

Page 18: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 18/24

5. Rigiditas dan Exclusiveness bermula dari

suatu keyakinan akan kebenaran suatu

nilai. Nilai yang diyakini benar, sudah

barang pasti berasal dari sebuah otoritas.

Sedangkan prilaku exclusive merupakanakibat langsung dari keberpihakan jiwa

terhadap apa yang dianggap sebagai

otoritas dan mengalahkan konformitassosial (Gergen, 1990:21-24).

Page 19: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 19/24

6. Semakin keras konflik nilai, semakin

frustasi seseorang, dan semakin frustasi

seseorang, maka akan semakin agresif(Gordon, 1993:397). Tapi sikap agresif ini

hanya mungkin diwujudkan manakala

kondisi sekitarnya memungkinkan. Jika

tidak, maka dua kemungkinan bentuk

prilaku akan timbul, melakukan kepatuhansemu ( pseudo obediance) atau melakukan

tindakan agresif berupa tinakan

radikalisme keagamaan.

Page 20: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 20/24

Apa Yang Harus Dilakukan?

1. Penafsiran yang Memberi Kenyamanan

Beragama dan Berbangsa Tafsir terhadap agama tentu saja tidak

pernah tunggal. Kalau memang demikian

memilih model dan hasil penafsiran

keagamaan yang tidak membuat para

pengikut agama berada dalam konflik nilaimenjadi penting. Orang yang dilanda

konflik nilai bisa berakibat kaku, eksklusif

dan emosional.

Page 21: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 21/24

 2. Pengendalian Semangat dan Emosi

Keagamaan

Kenyataannya setiap agama telahmemunculkan dua kondisi kejiwaan para

pemeluknya yang diidealkan berjalan paralel,

yakni sikap agamis dan emosional. Seorangpemeluk agama tidak mungkin dikatakan

agamis menurut logika agama yang dipeluknya

 jika tidak memiliki emosi keagamaan. Tapi jikahanya semangat, tanpa disertai dengan

kemampuan memahami agama dengan baik

maka radikalisme sangat mungkin terjadi.

Page 22: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 22/24

3. Tidak melakukan politisasi

agama

Berpolitik tanpa fondasi agama bisa

membawa pada tindakan pembenaran segalacara (Machiavellism). Tapi bukan berarti kita

boleh melakukan eksploitasi agama untuk

pemenuhan kepentingan politik. Ini pentinguntuk menghindari “perang tafsir” demi

kepentingan politik.

Page 23: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 23/24

4. Membangun Padaparadigma

Kemanusiaan 

Membangun kerjasama dengan sesamakelompok lain baik dalam satu agama maupun

beda agama harus berdasarkan pada

paradigma kemanusiaan (Humanity ), tidakberdasar pada paradigma politik. Dalam politik

berlaku adagium “tidak ada lawan dan teman

abadi yang ada hanyalah kepentingan abadi”. “In politics your enemy can not hurt you but

your friend will kill you” . Jadi dalam politik yang

ada hanya persahabatan semu.

Page 24: Palu Radikalisme

8/17/2019 Palu Radikalisme

http://slidepdf.com/reader/full/palu-radikalisme 24/24

Sekian

dan

Terima Kasih