Upload
dinhthu
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SMARTSKY IPS SEJARAH
Masuknya Islam ke Indonesia
Terdapat 3 pendapat dan pandangan atas kapan pertama kali masuknya Islam dan darimana
asal kedatangan Islam ke Indonesia:
Islam masuk pada abad ke-7 dari Arab atau Mesir
Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal
dari Arab atau Mesir, karena sejak awal sudah menganut mazhab Syafi’I sama
dengan Mekkah.
Teori ini juga disampaikan oleh Anthony H Johns.
Bukti lain disebutkan dalam catatan Hsin-tangshu dari Dinasti Tang yang
menyebutkan pada 674 M sudah terdapat pemukiman pedagang Arab di Polu-
shih (Barus, Pantai Barat Sumatera)
Islam masuk dari Persia
Hoesein Djajadiningrat berpendapat Islam di Indonesia berasal dari Persia,
berdasarkan kesamaan budaya dan tradisi, seperti perayaan 10 Muharram atau
Asyuro yang berkembang dalam tradisi Tabot di Pariaman, Sumatra Barat dan
Bengkulu.
Islam masuk pada abad ke-13 dari Gujarat
Snouck Hurgronje berpendapat Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, India.
Mouquette berpendapat sama, berdasarkan kesamaan tulisan pada batu nisan
Sultan Malik Al Saleh 1297 M dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.
Marcopolo yang singgah di Perlak sekitar tahun 1292, menyebutkan bahwa
Perlak merupakan kota Islam.
Persebaran Islam di Indonesia
Persebaran Islam di Indonesia terjadi secara bertahap, dimulai dari daerah2 yang merupakan
jalur perdagangan internasional. Diawali dari daerah Aceh, lalu Banten, Jepara, Gresik, Tuban,
lalu kearah Timur, Makassar, Ternate, dan Tidore.
Adapun metode penyebaran yang dilakukan antara lain:
Perdagangan
Indonesia yang terletak di jalur pelayaran perdagangan internasional menjadi
tempat pertemuan pedagang dari bangsa Arab, Persia, Cina, dan India.
Pedagang tersebut ada yang bermukim dan menyebarkan agama Islam
Pernikahan
Pedagang yang menetap banyak yang menikah dengan penduduk setempat.
Terdapat pula pernikahan antara pedagang dengan putri bangsawan lokal,
seperti Puteri Campa dengan Raja Brawijaya, dan ulama Maulana Ishak dengan
putri Raja Blambangan.
Pendidikan
Penyebaran Islam juga dilakukan melalui Pendidikan.
Para ulama dan guru agama Islam melakukannya melalui Surau, Dayah, dan
Pesantren, seperti pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel dan Sunan Giri di
Gresik
Kesenian
Penyebaran Islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni, seperti wayang kulit.
Sunan Kalijaga selain ulama, juga mahir sebagai dalang yang memasukkan unsur
Islam dalam pertunjukan wayang
Pengaruh Islam di Masyarakat Indonesia
Masuknya Islam ke Indonesia membawa pengaruh di masyarakat, seperti:
Politik
Kerajaan Hindu dan Buddha sudah berkuasa sebelum masuknya Islam.
Kerajaan tersebut, mengalami kemunduran dan digantikan oleh kerajaan Islam.
Sosial
Pada masa Hindu dan Buddha, dikenal sistem kasta untuk membedakan
golongan dalam masyarakat. Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Sistem
tersebut tidak berlaku lagi setelah Islam masuk.
Hanya ulama atau Kyai dan Sunan yang memiliki status sosial lebih tinggi.
Agama
Dimulai pada masa Islam, mayoritas rakyat memeluk agama Islam sampai
sekarang, meskipun masih terdapat pemeluk agama lain.
Kebudayaan
Berkembangnya kebudayaan Islam tidak memusnahkan kebudayaan yang ada,
sehingga terjadi akulturasi dengan budaya terdahulu, antara lain:
o Bangunan atap tumpang
Bentuk bangunan masjid kuno memiliki atap tumpang, bersusun semakin
ke atas semakin kecil berbentuk limas, berjumlah ganjil.
Contoh: Masjid Demak dan Masjid Banten
o Menara
Menara masjid kuno berbentuk mirip dengan candi, seperti Menara
Masjid Kudus
o Makam
Makam kuno dibuat di daerah tinggi sebagai bentuk penhormatan,
seperti Makam Sunan Gunung Jati, Makam Raja Mataram di Imogiri.
o Seni Ukir
Seni ukir Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya, hanya
larangan ajaran Islam membuat patung atau relief makhluk hidup dirubah
dengan pola daun-daunan, bunga-bunga, dan kaligrafi
Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan Islam di Indonesia disebut kesulatanan, dan rajanya disebut Sultan, antara lain:
Kesultanan Samudra Pasai
Berdiri antara tahun 1270-1275 M, letaknya di sebelah Utara Perlak, daerah
Lhokseumawe.
Sumber sejarah berasal dari batu nisan Sultan Malik Saleh 1297 M, catatan
Marcopolo 1292 M, dan catatan Ibnu Batutah 1345 M.
Perekonomian masyarakat tergantung dari perdagangan, Kesultanan mengutip
pajak dari kapal yang bersandar.
Ibnu Batutah mengatakan Sultan adalah seorang muslim yang taat, dan
menganut mazhab Syafi’i
Marcopolo mengatakan masyarakat Perlak sebagian besar penganut agama
Islam
Pada tahun 1521 M Kesultanan Samudra Pasai dikuasai Portugis, kemudian
tahun 1524 M dikuasai Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh
Darussalam.
Kesultanan Aceh Darussalam
Didirikan tahun 1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Berdasarkan catatan Portugis, Kesultanan Aceh Darussalam berhasil
menggabungkan Daya, Pedir, dan Samudra Pasai.
Dengan Portugis menguasai Malaka, pedagang Muslim menghindari Malaka, dan
menjadikan Aceh sebagai bandar transit.
Kesultanan mencapai masa kejayaan dibawah Sultan Iskandar Muda 1607-1636
M, menguasai pesisir Timur dan Barat Sumatra, Johor, dan Pahang.
Tahun 1629 M berupaya merebut Malaka dari Portugis, namun gagal.
Penggantinya, Sultan Iskandar Thani 1636-1641 M lebih mementingkan
keagamaan, didukung ulama Nuruddin Ar Raniri.
Setelah itu, Kesultanan Aceh perlahan mundur, bertahan sampai abad 20
Kesultanan Demak
Kesultanan Demak didirikan abad 15 oleh Raden Patah, putra Raja Brawijaya V,
raja terakhir Majapahit.
Dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis, pelabuhan Jepara, Tuban, Sedayu, dan
Gresik berkembang menjadi pelabuhan transit.
Pada tahun 1512 M Demak mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Adipati
Unus untuk merebut Malaka dari Portugis, namun gagal.
Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam, yang didukung Wali
Songo. Beberapa wali songo berasal dari Demak, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang,
Sunan Kudus, dan Sunan Muria. Penyebaran Islam diluar jawa, antara lain Sunan
Giri di Maluku, Tunggang Pararangan di Kalimantan.
Kesultanan Demak mencapai masa jaya dibawah Sultan Trenggana, meliputi
sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Penaklukan pesisir Jawa Barat dilakukan Fatahillah, yang nantinya merintis
Kesultanan Banten dan Cirebon.
Konflik internal menyebabkan kemunduran, diakhiri oleh Jaka Tingkir yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang.
Kesultanan Banten
Banten merupakan kota pelabuhan penting di bawah kerajaan Sunda.
Pada tahun 1526 M, Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut dari
kerajaan Sunda yang bekerjasama dengan Portugis.
Fatahillah lalu mendirikan benteng Surosowan, dan mengembangkan
perdagangan dan agama.
Setelah Kesultanan Demak mundur, Kesultanan Banten melepaskan diri dan
berkembang.
Kesultanan banten mencapai masa jaya dibawah Sultan Ageng Tirtayasa 1651-
1682 M, pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina, Jepang, dan Eropa
berlabuh di Banten.
Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji yang mendukung
VOC mengalami puncaknya ketika Sultan Haji yang didukung VOC bertempur
dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
Sejak saat itu Banten dibawah VOC.
Kesultanan Makassar
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan yang berada di Sulawesi Selatan.
Kesultanan Makassar berawal dari kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo, yang
bergabung menjadi satu dibawah pimpinan Raja Gowa. Setelah menganut Islam,
menjadi Kesultanan Makassar.
Kesultanan Makassar berkembang menjadi pusat perdagangan di Indonesia
Timur, mencapai masa jaya dibawah Sultan Hasanuddin 1653-1669 M.
Pada tahun 1660 M, terjadi perang antara Kesultanan Makassar dengan kerajaan
Bone yang didukung VOC. Karena mengalami kekalahan, Kesultanan Makassar
harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan.
Kesultanan Mataram
Didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1575 M, yang kemudian menjadi Sultan
Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Mencapai masa kejayaan dibawah Sultan Agung, daerah kekuasaan meliputi
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat, termasuk Banten.
Hasil utama adalah Beras, selain itu kayu, gula, kelapa, kapas, dan palawija.
Kebudayaan yang berkembang di Mataram merupakan perpaduan unsur budaya
Islam dan budaya Hindu-Jawa, seperti perayaan Sekaten dan Grebeg
Putranya, Sultan Amangkurat I pada tahun 1775 M harus menandatangani
Perjanjian Giyanti yang membagi Mataram menjadi 2 kerajaan; Daerah
Kesultanan Yogya dan Daerah Kasunanan Surakarta
Kesultanan Ternate dan Tidore
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam di Maluku.
Kemudian muncul 4 kesultanan Islam; Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Pada saat kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim sudah menyebar sampai
ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Maluku terkenal sebagai daerah penghasil pala dan cengkeh.
Kesultanan yang paling maju adalah Ternate, sehingga timbul persaingan.
Muncul 2 kubu; Uli Lima dipimpin Ternate terdiri dari 5 daerah; Ternate, Obi,
Bacan, Seram, Ambon. Uli Siwa dipimpin Tidore terdiri dari 9 daerah; Tidore,
Jailolo, Makyan, Soe-siu, pulau2 antara Halmahera dan Papua Utara.
Pada 1521 M Portugis masuk ke Maluku dan bekerjasama dengan Ternate, tidak
lama Spanyol masuk dan bekerjasama dengan Tidore. Perseteruan 2 pihak
diakhiri dengan perjanjian Saragosa, dimana Spanyol harus pergi.
Portugis berusaha menguasai Maluku, namun mendapat perlawanan. Tahun
1575 M, dibawah pimpinan Sultan Baabullah benteng Portugis di Ternate
direbut, dan Portugis diusir.
Tahun 1605 M, VOC menduduki Ambon dan hendak menguasai Maluku,
mendapat perlawanan dari rakyat, diantaranya dipimpin Sultan Nuku dari Tidore.
Kesultanan Banjar
Pada awal abad 16, di Kalimantan Selatan terdapat 3 kerajaan, Nagara Dipa,
Nagara Daha, dan Banjar. Raja Kerajaan Banjar bernama Raden Samudra.
Saat Nagara Daha menyerang Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer
dari Demak, dengan janji seluruh rakyat akan masuk Islam.
Raden Samudra dinobatkan oleh Sunan Kudus menjadi Sultan Banjar dengan
gelar Sultan Suryanullah 1526-1545 M.
Mencapai kejayaan pada abad 17, berhasil membangun militer yang kuat,
komoditas utama Lada membuat perdagangan maju. Terdapat ulama besar
Muhammad Arsyad ibn Abdullah Al Banjari yang sekembalinya dari Mekah atas
biaya Kesultanan Banjar, melakukan syiar agama dan menulis kitab Sabil al-
Muhtadin.
Mengalami kemunduran setelah Sultan Adam Al Wasik Billah 1857 M,
disebabkan intervensi Belanda dalam pergantian sultan.
Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia
Adapun peniggalan sejarah dari masa Islam di Indonesia, antara lain:
Masjid
Masjid yang merupakan peninggalan masa Islam di Indonesia seperti Masjid
Demak, Mesjid Ampel Surabaya, dan Masjid Banten
Keraton
Keraton yang termasuk peninggalan Masa Islam seperti Istana Maimun di
Sumatera Utara, Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, dan Keraton Kanoman
Cirebon
Makam
Makam kuno peninggalan masa Islam umumnya terdiri atas jirat (kijing), nisan,
dan cungkup
Jirat adalah bangunan dari batu atau tembok yang berbentuk persegi panjang
Nisan adalah tonggak pendek dari batu yang ditanam diatas gundukan tanah
sebagai tanda kuburan
Cungkup adalah bangunan mirip rumah yang berada diatas jirat
Contoh makam masa Islam, Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Fatimah
binti Maimun di Leran, Gresik
Kaligrafi
Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik
menggunakan huruf Arab. Aneka ragam kaligrafi dapat ditemukan di dinding
masjid atau nisan
Karya Sastra
Berdasarkan corak dan isinya, karya sastra masa Islam ada beberapa jenis:
o Babad
Babad adalah karya sastra dengan latar belakang sejarah, Babad Tanah
Jawi, Babad Cirebon
o Hikayat
Hikayat adalah karya sastra berupa dongeng atau cerita sebagai pelipur
lara atau pembangkit semangat; Hikayat Hang Tuah
o Suluk
Suluk adalah kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari baik
dan buruk.
Suluk merupakan bagian dari ajaran tasawuf, dan merupakan karya sastra
tertua peninggalan masa Islam; Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang
o Syair
Syair adalah puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas 4 baris yang
berakhir dengan bunyi sama; Syair Perahu
Seni Tari
Salah satu tarian peninggalan masa Islam adalah Tari Seudati atau Tari Saman
dari Aceh.
Debus
Debus merupakan seni bela diri dari Banten, dimana pemain menusukkan benda
tajam ke badan tanpa luka.
Pernah digunakan sebagai pemompa semangat melawan Belanda pada masa
Sultan Ageng Tirtayasa
Sekaten dan Grebeg
Sekaten merupakan upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di alun2
Surakarta dan Yogyakarta, dimana 2 gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai
Gunturmadu dimainkan 7 hari berturut2.
Puncak perayaan ditandai dengan Grebeg Mauludan mengarak gunungan dari
beras ketan, buah2an sebagai tanda syukur