20
Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang Ekonomi

Pancasila dalam kebijkan ekonomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pancasila sebagai dasar negara, memegang peranan penting dalam berbagai aspek. Dokumen ini berisi tentang rangkuman peranan Pancasila dalam kebijakan ekonomi.

Citation preview

Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang Ekonomi

Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang Ekonomi

Disusun Oleh

• Fandi Fadliansyah (03071282320016)• Frillia Fitriani Putri Nasution (03071381320014)• M Ajie Prasetyo (03071381320029)

Pendahuluan

Kebijakan Negara yang dibuat dalam bidang ekonomi harus sesuai dengan nilai Pancasila dimana lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berdasarkan pada tujuan bersama demi mencapai kesejahteraan rakyat secara luas. Misalnya saja dalam bidang ekonomi kebijakan ini diatur dalam Undang- Undang nomor 11 tahun 2005 tentang Sistem Perekonomian di Indonesia.

Sistem ekonomi kekeluargaan atau kelembagaan yang diamanatkan oleh Pancasila adalah sistem ekonomi kekeluargaan, penjelasannya sistem ekonomi kapitalis yang mengabsahkan penindasan kepada yang lemah, eksploitasi, individualisme. Sedangkan sistem ekonomi kekeluargaan tidak ada penindasan. Semuanya diatur secara keluarga pastinya hal-hal yang bersifat musyawarah dan mufakat yang tentunya sudah di jabarkan dalam pasal 33. Sistem ekonomi kekeluargaan juga dapat diartikan membangun perekonomian secara mandiri dengan pengertian tidak diperbolehkan menggantungkan pada asing atau biasa di sebut ekonomi kerakyatan.

PANCASILAPancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu : Panca dan Sila. Panca artinya lima, sila artinya batu sendi, alas, dasar, peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.

Secara Etimologis

Pancasila “Panca” dan “sila”

Memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.

Pancasila Sebagai Cita-cita Bangsa

Menjadi acuan Undang-Undang Dasar 1945, seharusnya menjadi acuan kebijakan, dan turunan

dari kebijakan ini adalah undang-undang dan peraturan dibawahnya, dari perumusan kebijakan,

implementasi sampai pada evaluasi kebijakan.

Permasalahan Pengambilan Kebijakan Ekonomi di Indonesia

Kebijakan ekonomi bangsa Indonesia tentunya harus mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Proses pembuatan kebijakan harus sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, karena itu bagian dari perintah konstitusi kita. Namun dalam pelaksanaannya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pembuatan kebijakan publik dalam hal ini kebijakan ekonomi tentu ada kendalanya. kendala internal seperti orang atau si pembuat kebijakan itu tau tidak mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, kemudian ada tidaknya ititkad baik dari si pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan mengacu pada Pancasila, kecenderungannya adalah pembuat kebijakan sudah terkontaminasi oleh neoliberalisme.

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kebijakan Ekonomi Menurut

Mubyarto

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Asas ketuhanan Yang Maha Esa kiranya jelas Diharapkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mencakup sila ketuhanan Yang Maha Esa yaitu mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral ekonomi Indonesia itu memang telah melandasi atau menjadi pedoman perilaku ekonomi perorangan, kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Semangat kekeluargaan, cinta-mencintai, tenggang rasa, bila sudah merata pada seluruh anggota masyarakat, akan menjelma menjadi semangat solidaritas sosial menuju kemerataan sosial. Inilah manifestasi dari sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. berdasarkan pengalaman, semangat solidaritas akan menebal dalam keadaan susah dan prihatin, dan sebaliknya cenderung menipis dalam serba kemakmuran.

Persatuan Indonesia.

Semangat nasionalisme di bidang ekonomi selalu menjiwai bangsa Indonesia. apabila terlihat menyurut semangat ini, disebabkan oleh unsur-unsur keterpaksaan karena semakin ketatnya persaingan internasional. Kita harus bisa menganalisis setiap kasus kebijakan ekonomi yang hendak diambil oleh pemerintah, apakah akan menyumbang atau tidak pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional serta kesatuan indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan organisasi atau perkumpulan orang bukan perkumpulan modal yang dibentuk oleh para anggotanya untuk melayani kepentingan mereka, yaitu membantu memperjuangkan kepentingan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti misi dari koperasi adalah pelayanan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin kepada anggota. Maka ukuran paling mendasar untuk menilai berhasil tidaknya koperasi adalah manfaat pelayanan kepada anggota. Inilah salah satu implementasi dari sila ke 4. Koperasi sebagai bentuk permusyawaratan dan perwakilan dalam bidang ekonomi di kehidupan bermasyarakat.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat IndonesiaAdanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan

di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial. Keadilan sosial atau sosial justice merupakan masalah yang sudah lama menjadi perhatian para pemikir, khususnya filosof. Bangsa Indonesia mencantumkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai tujuan akhir yang digambarkan sebagai masyarakat yang adil dan makmur, yang gemah ripah karta raharja, karena wujud akhir dari masyarakat bangsa yang dituju, jelas dimaksudkan sebagai masyrakat yang mengandung sifat-sifat keadilan dan kemakmuran yang lengkap, yang mencakup keadilan hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, dan moral.

Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang Ekonomi

Indonesia sebagai negara yang menganut ideologi Pancasila, serta menganut pula sistem ekonomi Pancasila maka akan menerapkan nilai-nilai ekonomi yang di amanatkan oleh Pancasila. Kebijakan Negara yang dibuat dalam bidang ekonomi harus sesuai dengan nilai Pancasila dimana lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berdasarkan pada tujuan bersama demi mencapai kesejahteraan rakyat secara luas.

Sistem Ekonomi Berasaskan PancasilaSistem Ekonomi Berasaskan Pancasila

Sistem ekonomi yang sesuai dengan amanat Pancasila adalah sistem ekonomi kekeluargaan, atau sistem ekonomi kerakyatan dan ada pula yang menyebutnya sistem ekonomi kelembagaan. Merupakan sistem ekonomi yang mengabsahkan nilai-nilai kekeluargaan yang bersifat musyawarah mufakat seperti yang tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945.

Lanjutan…..Lanjutan…..

Oleh karena itu, Proses pembuatan kebijakan harus sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, karena itu bagian dari perintah konstitusi kita. Namun dalam pelaksanaannya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pembuatan kebijakan publik.

Faktor Yang Menyebabkan Menurunnya Nilai-Nilai Pancasila

Dalam rangka mengembangan usaha menengah menjadi usaha besar, usaha kecil menjadi usaha menengah, dan usaha mikro menjadi usaha kecil, salah satu kendala yang dihadapi adalah modal untuk investasi dan modal untuk kerja. Karena jangkauan pasar yang masih terbatas, teknologi yang digunakan belum efisien, dan manajemen usaha yang belum efisien, maka resiko kegagalannya cukup tinggi. Tingginya resiko gagal menyebabkan resiko investasinya juga besar. Tingginya resiko investasi dan rendahnya pemilikan collateral, menyebabkan lembaga keuangan bank kurang berminat memberi pinjaman kepada UKM.

Pertanyaan ??

KESIMPULAN• Kebijakan Negara yang dibuat dalam bidang ekonomi harus sesuai dengan nilai

Pancasila.• Indonesia menerapkan nilai-nilai ekonomi yang di amanatkan oleh Pancasila,

yaitu ekonomi yang berdasarkan pada tujuan bersama demi mencapai kesejahteraan rakyat secara luas.

• Sistem ekonomi kekeluargaan atau kelembagaan sesuai dengan Pancasila yakni, sistem ekonomi kekeluargaan, penjelasannya sistem ekonomi kapitalis yang mengabsahkan penindasan kepada yang lemah, eksploitasi, individualisme

• Sistem ekonomi kekeluargaan tidak ada penindasan. Semuanya diatur secara keluarga pastinya hal-hal yang bersifat musyawarah dan mufakat yang tentunya sudah di jabarkan dalam pasal 33.