Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

  • Upload
    sam-day

  • View
    2.407

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pkn

Citation preview

Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa Indonesia sebagai Negara yang merdeka berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 sebagai pijakan serta filosofi bangsa, sesungguhnya menjamin perlindungan bagi setiap warga Negara didalam segala aspek kehidupannya, inilah yang melandasi kehendak mulai dari para pendiri Republik ini untuk membentuk Indonesia sebagai Negara Kesatuan. Reformasi sejak tahun 1998 bangsa kita mengalami cobaan danujian bertubi-tubi, krisis moneter dan ancaman disintegrasi bangsa sampai saat ini belum dapat diselesaikan dengan tuntas.Hal ini menimbulkan rasa frustasi dan ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, muncullah aneka ragam bentuk protes baik melalui demontrasi yang anarkis dan membuat parlemen tandingan.Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia tersebut menggambarkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara, jiwa kepribadian bangsa menunjukkan adanya kecenderungan tidak lagi dijadikan pedoman hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kecenderungan tersebut diantaranya tindakan sadis dan anarkis mewarnai berita-berita media massa baik elektronik maupun cetak, bagaimana seorang ibu membunuh anak kandungnya, seorang ayah memperkosa anak perempuannya, pembantaian, begitu juga kelompok masyarakat bertindak anarkis dalam menyampaikan pendapat, sarana umum hancur, lalu lintas macet, kendaraan dinas maupun pribadi dibakar, para pelakunya bebas tidak dapat hukuman. Konflik SARA.Sentimen bernuansa SARA yang diawali kecemburuan sosial telah meracuni landasan persatuan dan kerukunan hidup beragama yang ditanamkan oleh pendahulu kita yang notabene, terdiri atas berbagai suku dan agama, misalnya peristiwa yang pernah terjadi di POSO dan AMBONPermasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini, dengan berbagai kejadian-kejadian yang terjadi di sebagian daerah Indonesia sangatlah bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat, berbangsa dan bernegara mengingat Pancasila merupakan azas mutlak bagi rakyat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Dengan melihat perkembangan kehidupan berbangsa dan bertanah air di Negara kita yang sering terjadi konflik maka menjadi suatu tantangan buat kita untuk bisa menjawab bagaimana penanganan atau pemecahan masalah konflik tersebut dan dalam penangan konflik tersebut berpedoman kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan.

Kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku, bahasa, agama, adat istiadat dan banyak lagi, hal itu akan bisa berdampak pada konflik apabila kita tidak memiliki jiwa kesatuan dan pesatuan. Untuk itu didalam menumbuhkan nilai persatuan dan kesatuan maka salah satu langkah pemecahan adalah perlu dihidupkan kembali penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) kepada setiap lapisan masyarakat, karena dengan penataran tersebut secara tidak langsung masyarakat akan memahami tentang dasar falsafah kita dan bagaimana pengaplikasiannya sehingga akan mengurangi konflik-konflik yang terjadi di Negara kita,seperti halnya kalau kita simak Sila-Sila yang ada pada Pancasila, Sila pertama Pancasila (Ketaqwaan terhadap Tuhan YME) yang mengandung nilai saling menghormati antar sesama penganut agama dan tidak memperuncing perbedaan cara-cara pendekatan diri kepada Tuhan.

Kalau ini disimak dengan baik dan benar maka kemungkinan konflik yang terjadi di Ambon tidak akan terjadi atau tidak berlarut-larut sehingga tidak akan memakan korban yang sia-sia serta tidak ada kerugian harta benda.Hal ini tidak akan terjadi apabila kita memahami secara mendalam tentang Pancasila terutama pada Sila pertama.

Pada Sila kedua Pancasila (Kemanusiaan yang adil dan beradab) terkandung nilai-nilai kemanusiaan antara lain. (1) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia. (2) Perlakuan yang adil terhadap martabat manusia. (3) Pengertian manusia yang beradab memiliki daya cipta, rasa, karsa dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. Sehingga tumbuh nilai saling menyayangi dan mengasihi antar sesama serta menghormati nilai- nilai hidup setiap orang. Dengan memahami nilai-nilai ini maka tidak akan terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan lain-lain.

Pada Sila ketiga (Persatuan Indonesia)terkandung nilai-nilai sebagai berikut. (1)Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. (2) Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dan memiliki satu tekad yang sama dalam pencapaian cita-cita. (3) Pengakuan terhadap Ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku Bangsa (etis) dan kebudayaan Bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan Bangsa. Dalam pengaplikasiannya sama halnya dengan sila pertama dan kedua, sila ketiga apabila kita memahami dan mecermati serta mengilhami secara benar dan menginginkan persatuan dan persatuan maka konflik di Aceh dan Papua serta Ambon yang ingin memisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak akan terjadi.

Sedangkan pada Pancasila Sila keempat(Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan)terkandung nilai-nilai. (1)Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat. (2) Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang ditempuh melalui jalan musyawarah dengan dilandasi akal sehat. (3) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. (4) Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat.Sila keempat ini kalau diaplikasakan oleh segenap lapisan masyarakat dengan setiap permasalahan atau konflik diselesaikan dengan musyawarah maka tidak akan terjadi konflik yang berkepanjangan seperti di Ambon dan Poso.

Pada Sila kelima pada Pancasila (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) terkandung nilai-nilai. (1) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia dengan tidak memandang Suku, Agama, Ras dan golongan. (2) Keadilan dalam kehidupansosial terutama meliputi bidang-bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Kebudayaan dan Pertahanan/ keamanan nasional (Ipoleksosbudhankamnas). (3) Cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan spritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. (4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain.

Dengan memahami bagaimana pengaplikasian dari butir-butir Pancasila yang merupakan sebagai pandangan hidup seperti tersebut diatas, maka bangsa Indonesia akan dapat memandang suatu persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta dapat memecahkan persoalannya dengan tepat.Tanpa memiliki suatu pandangan hidup, bangsa Indonesia akan merasa terombang ambing dalam menghadapi suatu persoalan besar yang timbul baik persoalan masyarakat itu sendiri maupun persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia.

Pandangan hidup bangsa haruslah berakar pada pandangan hidup masyarakat dengan kata lain bahwa pandangan hidup bangsa harus berakar dari nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan masyarakat yang menjadi unsur lapisan masyarakat itu.Setiap masyarakat yang mendiami suatu daerah di Indonesia pastilah mempunyai ciri kebudayaan dan pandangan hidup masyarakat yang perlu dilindungi, dihormati, serta dimajukan oleh negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia karena sila-sila serta nilai-nilai yang secara keseluruhan merupakan intisari dari nilai-nilai budaya masyarakat yang majemuk. Pancasila memberikan corak yang khas dalam kebudayaan masyarakat, oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan merupakan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Realisasi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sehingga tertanam nilai-nilai Pancasilais dalam rangka mencegah terjadinya konflik antar suku, agama, dan daerah serta menghindari adanya keinginan pemisahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia maka perlu dilakukan sesara berangsur-angsur kepada lapisan masyarakat tentang pemahaman lebih mendalam mengenai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45, sehingga akan timbul jiwa persatuan dan kesatuan.Oleh karena itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencantumkan sesanti Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, Persatuan dan Kesatuan tidak boleh mematikan keanekaragaman dan kemajemukan sebagaimana kemajemukan tidak boleh menjadi faktor pemecah belah, tetapi harus menjadi sumber daya yang kaya untuk memajukan kesatuan dan persatuan itu.

Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan alat pemersatu Bangsa dari perpecahan, konflik yang terjadi ditengah lapisan masyarakat, dengan jalan setiap masyarakat harus mampu menjiwai secara mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, adapun untuk bisa menggalakkan lagi pemahaman tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar maka disarankan perlu dihidupkan kembali penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila.

Read more athttp://blekenyek.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-alat-pemersatu-bangsa.html#52MStczDvMGjVHoi.99Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa

JUMAT, 27 MEI 2011 19:38

Akhir-akhir inimuncul kesadaran baru tentang betapa pentingnya Pancasila digelorakan lagi, yang sudah beberapa lama seperti dilupakan. Sejak memasuki masareformasi, maka apa saja yangberbau orde barubolehdibuangdan ataudijauhi. Reformasi seolah-olah mengharuskan semua tatanankehidupan termasuk ideologinyaagar supaya diubah, menjadi idiologi reformasi.Siapapun kalau masih berpegang pandanganlama, semisal Pancasila, maka dianggap tidak mengikuti zaman.Pancasila pada orde baru dijadikansebagai tema sentral dalam menggerakkan seluruh komponen bangsa ini. Maka dirumuskanlah ketika ituPedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau disinghkat dengan P4. Pedoman ituberupa butir-butir pedoman berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai yang ada pada butir-butir P4tersebut sebenarnya tidak ada sedikitpun yang buruk atau ganjil, oleh karena itu,menjadi mudah diterima oleh seluruh bangsa Indonesia.Hanya saja tatkala memasukiera reformasi, oleh karena pencetus P4tersebut adalah orang yang tidak disukai, maka buah pikirannya pun dipandang harus dibuang, sekalipun baik. P4 dianggap tidak ada gunanya. Rumusan P4 dianggap sebagai alat untuk memperteguh kekuasaan. Oleh karena itu, ketika penguasa yang bersangkutan jatuh, maka semua pemikiran dan pandangannyadianggap tidak ada gunanya lagi, kemudian ditinggalkan.Sementaraitu,era reformasibelum berhasilmelahirkanidiologi pemersatu bangsa yang baru.Pada saat itu semangatnya adalah memperbaiki pemerintahan yang dianggap korup, menyimpang,dan otoriter, dankemudian harausdiganti dengan semangat demokratis. Pemerintah harus berubah dan bahkan undang-undang dasar 1945 harus diamandemen. Beberapa hal yang masih didanggapsebagai identitas bangsa, dan harus dipertahankanadalah bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, danlambang Buirung Garuda. Lima prinsip dasar yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara,yang selanjutnya disebut Pancasila, tidak terdengar lagi, dan apalagi P4.Namun setelah melewati sekian lamamasa reformasi, dengan munculnya idiologi baru, semisal NII dan juga lainnya, makamemunculkan kesadaran baru, bahwa ternyata Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dianggap penting untuk digelorakan kembali. Pilar kebangsaan itu dianggap sebagai alat pemersatu bangsa yang tidak boleh dianggap sederhana hingga dilupakan. Pancasila dianggap sebagai alat pemersatu, karena berisi cita-cita dangambaran tentang nilai-nilai idealyang akan diwujudkan oleh bangsa ini.Bangsa Indonesia yang bersifat majemuk, terdiri atas berbagai agama, suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah,menempati wilayah dan kepulauan yang sedemikian luas, makatidak mungkin berhasil disatukan tanpa alat pengikat.Tali pengikat itu adalah cita-cita, pandangan hidup yang dianggap ideal yang dipahami, dipercaya dan bahkiandiyakini sebagai sesuatu yang mulia dan luhur.Memang setiapagamapasti memiliki ajaran tentanggambaran kehidupan ideal,yangmasing-masing berbeda-beda.Perbedaan itu tidak akan mungkindapat dipersamakan. Apalagi, perbedaanitu sudah melewatidan memiliki sejarah panjang. Akan tetapi,masing-masing pemeluk agama lewat para tokoh atau pemukanya,sudah berjanji dan berekrar akan membangun negara kesatuan berdasarkan Pancasila itu.Memangada sementara pendapat,bahwa agama akan bisa mempersatukan bangsa. Dengan alasan bahwa masing-masing agama selalu mengajarkan tentang persatuan, kebersamaan dantolong menolong, sebagai dasar hidup bersama. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit konflikyang terjadi antara penganut agama yang berbeda.Tidak sedikit orang merasakanbahwa perbedaan selalu menjadi halangan untuk bersatu. Maka Pancasila, dengan sila pertama adalahKetuhanan Yang Maha Esa, merangkum dan sekaligus menyatukanpemeluk agama yang berbeda itu.Mereka yang berbeda-beda dari berbagai aspeknya itudipersatukanoleh cita-cita dan kesamaan idiologi bangsa ialah Pancasila.Itulah sebabnya, makamelupakan Pancasila samaartinya dengan mengingkariikrar, kesepakatan,atau janji bersama sebagai bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Selainitu, juga dem ikian,manakala muncul kelompok atau sempalan yang akan mengubahkesepakatan itu, maka sama artinya denganmelakukan pengingkaran sejarah danjanjiyang telah disepakati bersama. Maka,Pancasila adalah sebagai tali pengikat bangsa yang harus selalu diperkukuhdan digelorakan pada setiap saat. Bagi bangsa Indonesia melupakan Pancasila, maka sama artinya dengan melupakan kesepakatan dan bahkan janji bersama itu.Oleh sebab itu, Pancasila, sejarahdanfilsafatnya harus tetap diperkenalkan dan diajarkan kepada segenap warga bangsa ini, baik lewat pendidikan formal maupun non formal. Pancasilamemang hanya dikenal di Indonesia, dan tidak dikenal di negara lain. Namun hal itu tidak berarti, bahwa bangsaini tanpa Pancasila bisa seperti bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan sejarah politik yang berbeda dengan bangsa lainnya. Keaneka-ragaman bangsa Indonesia memerlukanalat pemersatu, ialah Pancasila.Wallahu alam.

PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA DARI SEGALA KEBERAGAMAN BANGSAREP| 03 November 2012 | 00:08Dibaca:2472Komentar:00Pancasilasebagaipemersatu bangsa dari segala keberagaman bangsaPancasila adalah pilosofi dasar berbangsa dan bernegara,yang didalamnya terdapat nilai-nilai bersama yang diyakini oleh seluruh rakyat Indonesia,yang dimana nilai-nilai pancasila itu sebenarnya berakar pada semangat kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang sangat beragam,yang dimana juga isi dari pancasila yang pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa mewakili semangat kebersamaan suatu bangsa yang tentram,sedangkan kedua sampai ke limaKemanusian yang adil dan beradap,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusawaratanperwakilan,Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesiamerupakan mewakili simpul kebersamaan yang mengikat keberagamam kita.Dan Pancasila juga merupakan dasar Ideologi dari Negara kita,untuk mewujudkan/ memberikan makna terhadap bangsa,dan juga merupakan pemersatu bangsa, pengikat keberagaman Negara kita,agar selalu rukun antara umat beragama,saling toleransi,saling pikul-memikul sesama warga Indonesia untuk mengatasi semua masalah yang ada di Negara kita baik dari luar maupun dari dalam.Pancasila juga adalah gagasan ideal yang harus terus-menerus kita dekati dan kita terapkan sehari-hari dalam bermasyarakat maupun bernegara. Pancasila juga sebagai yang mengatur pemerintahan suatu Negara dan juga dasar aturan Negara kita.Yang dimana juga pancasila itu sumber hukum Negara kita atau sumber tertib hukum.Di dalam isi dari pancasila tersebut mengajarkan tentang masyarakat/warga yang taat terhadap agama agar menjadi warga yang baik dan bermoral,demi menjaga keutuhan Negara kita ini.dan pancasila juga mengajak warga untuk selalu semangat untuk mencapai cita-cita bangsa kita menjadi Negara dan juga masyarakat yang adil dan makmurJadi untuk itu sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita banyak tahu dan mengerti tentang pancasila dan juga menegerti tentang sejarah bangsa ini,sebab sejarah bangsa ini merupakan hal yang penting yang harus kita jaga dan pertahankan.Tapi sayangnya banyak pejabat pemerintah yang tidak mengamalkan pancasila.sebab dari lima buah isi dari pancasila yang kelihatannya sederhana,tapi mengandung makna yang dalam.mungkin jika semua warga Negara Indonesia dapat mengamalkan dari isi pancasila tersebut bukan tidak mungkin kita semua akan terhindar dari yang namanya kerusuhan dan korupsi-korupsi yang sedang marak seperti sekarnag ini ,sehingga semua warga Negara Indonesia menjadi aman,tentram,sejahtera sehingga terhidar dari kemiskinan,dan tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi saja.Jadi untuk itu semoga warga Negara Indonesia lebih mengamalkan lagi tentang isi dari pancasila, bukan hanya menghafalkannya,termasuk para pejabat Negara,agar aturan dan peraturan Negara itu dapat bejalan sesuai dengan dengan isi pancasila itu tersebut,dan tidak hanya mementingkan pribadi saja,agar tercapai Negara/masyarakat yang adil dan makmur,sehingga bisa tercapai cita-cita bangsa kita untuk yang lebih baik lagi,dan bias bersaing dengan Negara tetangga maupun seluruh dunia,jadi tidak hanya bisa di mamfaatkan Negara lain dan juga diadu domba Negara lain.sehingga menjadi Negara yang kuat dalam bidang apapun..

Rumusan Pancasila yang dijiwai dengan sila-silanya merupakan konsepsi dasar untuk menyatukan berbagai perbedaan yang ada di Indonesia. Kemajemukan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, adat dan agama mencerminkan kekayaan budaya nusantara. Untuk mewadahi keanekaragaman tersebut maka Pancasila berfungsi sebagai alat persatuan bangsa.Persatuan ialah gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu, sedangkan kesatuan adalah keesaan, sifat tunggal atau keseutuhan (WJS Poerwadarminta 1987). Sebutan persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu . Dalam hal ini setiap suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu.Dalam persatuan bangsa, setiap suku bangsa tetap memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula. Selain itu, dalam persatuan bangsa , satu suku bangsa menjadi lebih besar daripada sekadar satu suku bangsa yag bersangkutan karena dia mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan. Misalnya suku bugis atau Batak manakala menyebutkan dirinya bangsa Indonesia serta merta memiliki ciri-ciri jauh lebih luas dan kompleks daripada suku Bugis atau Batak itu sendiri.Sedangkan kesatuan bangsa berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa, seperti yang diputuskan dalam Konggres Pemuda pada tahun 1928, dalam keadaan utuh dan tidak boleh berkurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari daratan , perairan, dan dirgantara diatasnya, seperti yang dinyatakan dalam deklarasi Juanda 1957 dalam keadaan utuh dan tidak boleh berkurang atau retak.Falsafah Sapu LidiBangsa Indonesia sama sekali tidak asing dengan konsep persatuan dan kesatuan karena disamping secara naluriah merupakan mahluk sosial, yaitu tidak dapat hidup menyendiri, bangsa Indonesia juga bersifat komunal. Hal ini dapat diamati dari sistem kemasyarakatan yang pada umumnya tetap mempertahankan struktur klan, marga, suku atau daerah asal. Dalam memecahkan masalah kehidupan , hal itu tetap tergambar dalam falsafah bahwa sapu lidi sebagai sapu lebih bermanfaat daripada sebagai lidi yang lepas dari ikatan. Semboyan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh merupakan semboyan orisinal bangsa Indonesia.Persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatua wilayah sebagai konsep merupakan suatu kondisi dan cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama. Suatu masyarakat yang didorong oleh keharusan pemenuhan kebutuhannya perlu bekerjasama atau bersatu dalam bekerja karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan. Masyarakat juga perlu bersatu agar dapat menghimpun kekuatan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri.Disamping itu, pencapaian suatu tujuan masyarakat dapat efektif bila dilakukan dalam satu tatanan atau suatu tata hubungan dalam masyarakat yang berada dalam satu kesatuan. Konsepsi persatuan dan kesatuan tidak saja berlaku secara nasional, tetapi juga diperlukan dalam lingkup regional dan global, yang wujudnya seperti ASEAN, APEC, WTO dan PBB.Dengan demikian Pancasila dalam sila ketiga Persatuan Indonesia, menyatakan bahwa negara Indonesia lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab dengan persatuan bangsa maka akan tercipta tujuan nasional bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. (DP)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Berbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.

Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro , menerangkan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal dalam setiap agama.

Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita.

Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya Pancasila.

1.2 Batasan MasalahPancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum derivatnya atau turunannya seperti undang-undang dasar, undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menegaskan: Pancasila merupakan sumber dari segala hukum.

Selain itu, Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.

Pancasila di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak saja memiliki makna strategis dan fundamelntal sebagai common denominator, sebagai way of life atau weltanschaung kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Bahkan lebih dari pada itu, dalam konteks juridis Pancasila merupakan prinsip hukum yang merupakan sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum lainnya yang berlaku di Indonesia.

1.3 TujuanTujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : melengkapi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pancasila sebagai bahan reverensi mata kuliah Pancasila salah satu cara untuk menggali pemikiran-pemikiran yang baru, orisinal, pemikiran dan realitas kehidupan warga negara upaya untuk mengenalkan pemahaman tentang Pancasila itu sendiri.

BAB IIPERMASALAHAN

2.1 Analisa PermasalahanBerbagai kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.Padahal sebagai negara yang mendasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Selama ini terdapat berbagai macam ketentuan yang berkaitan dengan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan termasuk teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

Dilihat dari tanggung jawab generasi, pengamalan Pancasila dalam era tinggal landas nanti pada dasarnya adalah tanggung jawab Generasi Penerus. Bahkan dalam sejarah perkembangannya Pancasila sendiri ingin menggantikan Pancasila dengan Peraturan hukum yang lain dan sering kali diwarnai konflik sosial politik baik dalam aras horizontal maupun vertikal, dengan latar belakang yang cukup beragamseperti SARA.

Hal ini terjadi dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 dan peristiwa G 30. Bahkan ketika era reformasi tiba meruntuhkan Orde Baru, Pancasila pun ikut terdorong ke belakang. Pancasila dianggap tidak bisa lagi dipergunakan di dalam mengelola negara dan bangsa. Bahkan untuk menyebutkannya saja orang menjadi segan termasuk pejabat-pejabat pemerintah. Tetapi pada masa orde baru Pancasila diproklamasikan sebagai asas tunggal.

Bahkan Akhir-akhir ini muncul isu yang mengkhawatirkan, yakni adanya orang-orang yang ingin mengganti Pancasila. Ada juga perbincangan untuk membela Pancasila. Semua itu menandakan adanya kesadaran akan pentingnya Pancasila di negara Indonesia untuk dilestarikan.

2.2 PembahasanPancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia.Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara dinamis. Dengan perkataan lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Dalam kapasitasnya Pancasila merupakan cita-cita bangsa yang merupakan ikrar segenap bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil maupun spirituil.

Sebagai salah satu peranannya yang merupakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, sudah seharusnya Pancasila menjadi tolak ukur untuk menentukan pembentukan landasan-landasan hukum lain seperti misalnya Undang-Undang. Tetapi untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang baik, diperlukan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan sistem, asas, tata cara penyiapan dan pembahasan, teknik, penyusunan maupun pemberlakuannya.

Indonesia sebagai negara yang mendasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum yang berlaku di Indonesia.

Selama ini terdapat berbagai macam ketentuan yang berkaitan dengan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan termasuk teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan, diatur secara tumpang tindih baik peraturan yang berasal dari masa kolonial maupun yang dibuat setelah Indonesia merdeka, yaitu:

1. Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie, yang disingkat AB (Stb. 1847: 23) yang mengatur ketentuan-ketentuan umum peraturan perundang-undangan. Sepanjang mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, ketentuan AB tersebut tidak lagi berlaku secara utuh karena telah diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1950 tentang Peraturan tentang Jenis dan Bentuk Peraturan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang dari Negara Bagian Republik Indonesia Yogyakarta.

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Menetapkan Undang-Undang Darurat tentang Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat dan Berita Negara Republik Indonesia Serikat dan tentang Mengeluarkan, Mengumumkan, dan Mulai Berlakunya Undang-Undang Federal dan Peraturan Pemerintah sebagai Undang-Undang Federal.

4. Selain Undang-Undang tersebut, terdapat pula ketentuan:a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pengumuman dan Mulai Berlakunya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah;

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234 Tahun 1960 tentang Pengembalian Seksi Pengundangan Lembaran Negara, dari Departemen Kehakiman ke Sekretariat Negara;

c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1970 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang dan Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia;

d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang;

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden.

5. Di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah, berlaku peraturan tata tertib yang mengatur antara lain mengenai tata cara pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah serta pengajuan dan pembahasan Rancangan Undang-undang dan peraturan daerah usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat atau dewan perwakilan rakyat daerah.

Nilai-nilai luhur yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang diharapkan mampu mewarnai perbuatan manusia Indonesia baik dalam melaksanakan secara objektif dalam penyelenggaraan negara maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu.

Ada faktor kesinambungan yang sangat mendasar yang kita anggap luhur dan menyatukan kita sebagai bangsa. Faktor kesinambungan yang mendasar itu ialah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Intisari dari faktor kesinambungan yang sangat mendasar inilah yang tidak boleh berubah. Yang kita lakukan adalah melaksanakan dan mengamalkannya secara kreatif dalam menjawab tantangan-tantangan baru yang terus menerus muncul dalam perkembangan masyarakat kita dan masyarakat dunia yang sangat dinamis.

Dalam peralihan dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat nasional, Pancasila telah menjalankan fungsinya yang sangat penting. Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita.

Selain itu , Pancasila telah menjadi obyek aneka kajian filsafat, antara lain temuan Notonagoro dalam kajian filsafat hukum, bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal yang biasanya diklim ada dalam setiap agama.

Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara. Suasana kebatinan itu di antaranya adalah cita-cita negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila mengandung nilai-nilai dasar seperti tentang cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai instrumental yang merupakan arahan kebijakan, strategi, sasaran yang dapat disesuaikan dengan tuntutan zaman. Ada cita-cita untuk mewujudkan persatuan yang melindungi dan meliputi seluruh bangsa, mengatasi paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan, mewujudkan keadilan sosial, dan negara yang berkedaulatan rakyat.

Mengenai hal evidensi atau isyarat yang tak dapat diragukan mengenai Pancasila terdapat naskah Pembukaan UUD 1945 dan dalam kata "Bhinneka Tunggal Ika" dalam lambang negara Republik Indonesia. Dalam naskah Pembukaan UUD 1945 itu, Pancasila menjadi "defining characteristics" = pernyataan jatidiri bangsa = cita-cita atau tantangan yang ingin diwujudkan = hakekat berdalam dari bangsa Indonesia. Dalam jatidiri ada unsur kepribadian, unsur keunikan dan unsur identitas diri. Namun dengan menjadikan Pancasila jatidiri bangsa tidak dengan sendirinya jelas apakah nilai-nilai yang termuat di dalamnya sudah terumus jelas dan terpilah-pilah.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, selalu mengalami polemik-polemik dalam permasalahan hukum misalnya mengenai Perda-Perda dalam bulan-bulan terakhir ini. Dimulai dengan petisi yang disampaikan 56 anggota DPR yang meminta pemerintah mencabut perda-perda yang ditengarai bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Belum lagi petisi ini ditanggapi, telah ada lagi kontra-petisi dari 134 anggota DPR lainnya yang justru meminta supaya tidak dengan mudah mencabut perda-perda seperti itu.

Adanya perda-perda itu dilihat sebagai kebutuhan dari daerah yang menetapkannya. Bagi sebagian orang, keberadaan perda ini disambut gembira. Tetapi bagi yang lainnya, mencemaskan. Setidaknya di daerah-daerah yang penduduknya tidak terlalu lazim dengan hal-hal bernuansa Islam, seperti NTT, Sulawesi Utara, Papua, dan seterusnya. Bahkan, ada yang mengancam untuk melepaskan diri dari NKRI. . Tidak mudah memperoleh jawaban bagi sebuah negeri yang masyarakatnya sangat majemuk ditinjau dari berbagai segi: suku, agama, ras, etnis, dan golongan.

Munculnya berbagai peraturan daerah yang secara substansial bertumpang tindih dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan sistim kodifikasi hukum publik nasional semakin menghambat penerapan sistim hukum nasional dan merusak instrument penegakan hukum dalam struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sementara itu, UU Otonomi Daerah ikut mendorong timbulnya perda-perda yang dinilai tidak selalu sejalan dengan Pancasila dan Konstitusi. Di beberapa daerah, perda-perda itu dinilai sebagai solusi menyelesaikan berbagai kemelut bangsa. Kendati penyusunan perda-perda itu terkesan praktis, yaitu untuk menjawab kepentingan-kepentingan tertentu di daerah, namun di belakangnya terkandung hal-hal yang bersifat ideologis.

Ketidakpastian, ikonsistensi, diskriminasi/tebang pilih dan kelambanan dalam penegakan hukum telah menimbulkan kondisi ketidakpercayaan terhadap hukum dan aparat hukum, terutama dengan dengan semakin marak dan terbukanya kegiatan dan atau tindakan melawan hukum yang dilakukan secara bersama-sama di muka umum dengan mengatasnamakan suku, agama dan/atau daerah yang pada gilirannya mengakibatkan terjadinya kerugian, ketidak-nyamanan, keresahan dan hilangnya rasa aman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Selain itu, belum berjalannya reformasi sikap mental, perilaku dan rasa pengabdian di kalangan serta institusi penegak hukum menimbulkan kekuatiran yang mendalam akan semakin sulitnya mewujudkan supremasi hukum di Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan hukum.Semakin berkembangnya egoisme, oportunisme dan primordialisme yang terefleksi dari berbagai kegiatan kelompok masyarakat, elit politik di berbagai daerah dan kebijakan publik berbagai pemerintah daerah semakin mengikis rasa kebangsaan dan mempersulit tumbuh kembangya sistim hukum nasional yang berbasis pada nilai-nilai kebhinekaan sebagai ciri utama dan kepribadian bangsa Indonesia.Perkembangan-perkembangan yang telah diuraikan diatas tadi merupakan sebagian kecil masalah-masalah yang sering timbul dalam hal mempersoalkan hukum-hukum yang ingin ditegakkan di Indonesia. Apakah hal-hal yang bersifat ideolgis ataukah hal-hal yang bersifat konkret?

Kita harus sungguh-sungguh mengonkretkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk juga di dalam menghasilkan berbagai produk hukum. Pada waktu lalu Pancasila sudah dinyatakan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Kalau benar-benar ingin merevitalisasikannya, kita harus konsisten melaksanakan prinsip ini.Indonesia adalah sebuah novum di dalam sejarah. Ia terdiri dari sekumpulan orang dengan derajat kemajemukan yang tinggi, namun ingin bersatu menyelesaikan berbagai persoalan bersama. Inilah keindonesiaan itu. Inilah yang mesti terus-menerus dibina. Keindonesiaan mesti tertanam di dalam hati sanubari setiap anak bangsa yang berbeda-beda ini sebagai miliknya sendiri. Hanya dengan demikianlah kita bisa maju terus ke depan.Pancasila seharusnya disikapi dengan arif dan kepala dingin, dengan berpikir dan bertindak agar Pancasila tetap sakti dan lestari sebagai falsafah, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan sebagai dasar dan ideologi negara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan perjanjian luhur seluruh anak bangsa Indonesia yang sangat majemuk, dan menghormati serta menjamin hak dan martabat kemanusiaan.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanSalah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia.Pancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum derivatnya atau turunannya seperti undang-undang dasar, undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menegaskan: Pancasila merupakan sumber dari segala hukum.

Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara dinamis. Dengan kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis.

Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.

Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.

3.2 SaranUntuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka harus dilakukan peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Yang lebih penting lagi, para pemimpin harus menjadi teladan dalam pengamalan Pancasila. Pancasila akan menjadi ideologi yang kuat apabila diamalkan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menuju negara aman, damai, tentram, adil, makmur dan sejahtera dalam semua aspek kehidupan terutama dalam penegakan hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

PANCASILA SEBAGAI PEREKATPERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA[1]Oleh; Alif Lukmanul Hakim, S. Fil., M. Phil[2]Sekadar PengantarAkhir-akhir ini muncul kesadaran baru tentang betapa pentingnya Pancasila digelorakan lagi, yang sudah beberapa lama seperti dilupakan. Sejak memasuki masa reformasi, maka apa saja yang berbau orde baru boleh dibuang dan atau dijauhi. Reformasi seolah-olah mengharuskan semua tatanan kehidupan termasuk ideologinya agar supaya diubah, menjadi idiologi reformasi. Siapapun kalau masih berpegang pandangan lama, semisal Pancasila, maka dianggap tidak mengikuti zaman.Pancasila pada orde baru dijadikan sebagai tema sentral dalam menggerakkan seluruh komponen bangsa ini. Maka dirumuskanlah ketika itu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau disinghkat dengan P4. Pedoman itu berupa butir-butir pedoman berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang ada pada butir-butir P4 tersebut sebenarnya tidak ada sedikitpun yang buruk atau ganjil, oleh karena itu, menjadi mudah diterima oleh seluruh bangsa Indonesia.Hanya saja tatkala memasuki era reformasi, oleh karena pencetus P4 tersebut adalah orang yang tidak disukai, maka buah pikirannya pun dipandang harus dibuang, sekalipun baik. P4 dianggap tidak ada gunanya. Rumusan P4 dianggap sebagai alat untuk memperteguh kekuasaan. Oleh karena itu, ketika penguasa yang bersangkutan jatuh, maka semua pemikiran dan pandangannya dianggap tidak ada gunanya lagi, kemudian ditinggalkan.[3]Sementara itu, era reformasi belum berhasil melahirkan idiologi pemersatu bangsa yang baru. Pada saat itu semangatnya adalah memperbaiki pemerintahan yang dianggap korup, menyimpang, dan otoriter, dan kemudian harus diganti dengan semangat demokratis. Pemerintah harus berubah dan bahkan undang-undang dasar 1945 harus diamandemen. Beberapa hal yang masih didanggap sebagai identitas bangsa, dan harus dipertahankan adalah bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, dan lambang Burung Garuda. Lima prinsip dasar yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara, yang selanjutnya disebut Pancasila, tidak terdengar lagi, dan apalagi P4. Namun setelah melewati sekian lama masa reformasi, dengan munculnya idiologi baru, semisal NII dan juga lainnya, maka memunculkan kesadaran baru, bahwa ternyata Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dianggap penting untuk digelorakan kembali. Pilar kebangsaan itu dianggap sebagai alat pemersatu bangsa yang tidak boleh dianggap sederhana hingga dilupakan. Pancasila dianggap sebagai alat pemersatu, karena berisi cita-cita dan gambaran tentang nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan oleh bangsa ini.[4]Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang mencakup lebih dari 17.500 pulau, baik yang berpenghuni dan memiliki nama, maupun yang tidak berpenghuni dan belum memiliki nama. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang 81.000 KM, setelah Kanada. Dari keseluruhan pulau yang dimilikinya, Indonesia memiliki 92 pulau terluar (TERDEPAN) yang tersebar di 19 provinsi. Sebanyak 67 pulau di antaranya berbatasan langsung dengan negara lain dan 12 pulau di antaranya rawan diklaim oleh negara lain.[Indonesia, dalam pandangan Nurcholish Madjid (1939-2005), merupakan bangsa yang sukses. Bagaimana tidak? Indonesia adalah bangsa yang mampu mempertautkan solidaritas kultural, merangkum tak kurang dari 250 kelompok etnis dan bahasa, di sekitar 17.500 pulau. Dari sekian banyak etnis dan bahasa, Indonesia mampu menghadirkan suatulinguafrancayang mampu mengatasi isolasi pergaulan antarsuku.Sebelum negeri ini merdeka, para pendiri bangsa merumuskan cara untuk mengikat suku bangsa dalam sebuah negara kebangsaan. Tepatnya sebelum pidato 1 Juni 1945, mereka berkumpul dan menyepakati persatuan sebagai landasan negara Indonesia merdeka. Bahkan, Muhammad Yamin secara tersirat menyinggung "negara kebangsaan" yang mengandaikan kedaulatan yang berfungsi memberi perlindungan dan pengawasan pada putra negeri serta kesempatan luas berhubungan dengan negara lain.Dalam nada lain, Sosrodiningrat menegaskan bahwa persatuan berarti bebas dari rasa perselisihan antar golongan, pertikaian antar individu dan suku. Saat yang sama, perhatian, penghargaan, dan penghormatan terhadap corak dan bentuk kebiasaaan kelompok lain menjadi penting untuk menopang persatuan ini.Persatuan merupakan kata yang penting di dalam Indonesia yang beragam dalam hal agama, suku, etnis dan bahasa. Pentingnya persatuan sebagai landasan berbangsa dan bernegara Indonesia bukan hanya bertumpu pada perangkat keras seperti kesatuan politik (pemerintahan), kesatuan teritorial, dan iklusivitas warga, akan tetapi juga memerlukan perangkat lunak berupa eksistensi kebudayaan nasional. Bahwa persatuan memerlukan apa yang disebut Soekarno sebagai "identitas nasional", "kepribadian nasional", dan "berkepribadian dalam kebudayaan".Akar nasionalisme Indonesia sejak awal justru didasarkan pada tekad yang menekankan cita-cita bersama di samping pengakuan sekaligus penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat kebangsaan. Di Indonesia, kesadadaran semacam itu sangat jelas terlihat. Bhinneka Tunggal Ika ("berbeda-beda namun satu jua") adalah prinsip yang mencoba menekankan cita-cita yang sama dan kemajemukan sebagai perekat kebangsaan. Dalam prinsipnya, etika ini meneguhkan pentingnya komitmen negara untuk memberi ruang bagi kemajemukan pada satu pihak dan pada pihak lain pada tercapainya cita-cita akan kemakmuran dan keadilan sebagai wujud dari tujuan nasionalisme Indonesia.Prinsip Indonesia sebagai negara "bhineka tunggal ika" mencerminkan bahwa meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam keikaan dan kesatuan. Namun, realitas sosial-politik saat ini, terutama setelah reformasi, menunjukkan situasi yang mengkhawatirkan: konflik dan kekerasan berlangsung hanya karena persoalan-persoalan yang sebetulnya tidak fundamental tapi kemudian disulut dan menjadi isu besar yang melibatkan etnis dan agama.[6]Kini, setelah enam puluh enam tahun setelah Pancasila dikemukakan secara publik saat ini merupakan momentum reflektif bagi bangsa Indonesia untuk meradikalkan Pancasila agar bisa beroperasi dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila haruslah dijadikan dasar kehidupan bersama karena di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan bersama, multikulturalisme, persatuan, demokrasi, keadilan sosial dan penghormatan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Pancasila haruslah menjadi perekat bangsa, menjadi landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Persoalan Wilayah PerbatasanPersoalan wilayah perbatasan dinilai menjadi masalah yang sangat krusial dalam sebuah negara. Hal ini karena ia menyangkut juga batas wilayah negara tersebut. Untuk negara seperti Indonesia, masalah perbatasan mestinya mendapat perhatian lebih karena beberapa tahun kemarin kita dikejutkan dengan lepasnya pulau Sipadan-Ligitan ke pelukan negeri jiran, Malaysia.Setelah Sipadan-Ligitan yang lepas, kawasan Kepulauan Miangas di Sulawesi juga terancam lepas karena klaim laut oleh Filipina. Hal ini juga menjadi persoalan bagi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Singapura. Belajar dari pengalaman Sipadan-Ligitan, aksi nyata untuk pembangunan wilayah perbatasan lebih dibutuhkan dan lebih jelas pembuktiannya daripada sekadar pengesahan Peraturan Pemerintah.[7]Selain karena absennya perhatian pemerintah dalam persoalan perbatasan ini, masalah kesenjangan struktural dan ketidakmerataan juga menjadi faktor dominan bagi lepasnya wilayah-wilayah tersebut dari bumi Indonesia. Kasus lepasnya Timor-Timor dari pangkuan Bumi Pertiwi patut menjadi pelajaran penting agar kasus serupa tidak terjadi di wilayah lain. Lalu lintas perdagangan barang/orang, misalnya di Entikong, Kalimantan Barat, juga patut menjadi perhatian pemerintah Indonesia agar menghilangkan ketergantungan pada pihak Malaysia. Berbagai problem seperti kemiskinan,kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga, keterbatasan akses permodalan dan pasar bagi masyarakat, kebijakan fiskal dan moneter yang kurang kondusif, keterisolasian dan mobilitas penduduk akibat keterbatasan akses transportasi, lemahnya penegakan hukum, dan problem degradasi sumberdaya alam, merupakan sederet persoalan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk segera dicarikan solusinya. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga keutuhannya.[8]Keadilan SosialTak ada persatuan tanpa keadilan. Dengan kata lain, persatuan haruslah dibangun atas dasar keadilan dan kesejahteraan sosial. Mustahil, negara bisa membangun persatuan jika tidak ditopang keadilan dan kesejahteraan masyarakatnya. Karena itu, sila ketiga dan sila kelima dalam Pancasila memiliki keterkaitan erat. Hal ini terumus dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bahwa ketika negara sudah terbentuk maka kekayaan negara dieksplorasi demi kemaslahatan warga negara Indonesia. Sehingga tidak adil jika hanya satu daerah yang menikmati hasil pembangunan.Namun setelah melewati sekian lama masa reformasi, dengan munculnya idiologi baru, semisal NII dan juga lainnya, maka memunculkan kesadaran baru, bahwa ternyata Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dianggap penting untuk digelorakan kembali. Pilar kebangsaan itu dianggap sebagai alat pemersatu bangsa yang tidak boleh dianggap sederhana hingga dilupakan. Pancasila dianggap sebagai alat pemersatu, karena berisi cita-cita dan gambaran tentang nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan oleh bangsa ini.Bangsa Indonesia yang bersifat majemuk, terdiri atas berbagai agama, suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, menempati wilayah dan kepulauan yang sedemikian luas, maka tidak mungkin berhasil disatukan tanpa alat pengikat. Tali pengikat itu adalah cita-cita, pandangan hidup yang dianggap ideal yang dipahami, dipercaya dan bahkian diyakini sebagai sesuatu yang mulia dan luhur.Memang setiap agama yang ada pasti memiliki ajaran tentang gambaran kehidupan ideal, yang masing-masing berbeda-beda.Perbedaan itu tidak akan mungkin dapat dipersamakan. Apalagi, perbedaan itu sudah melewati dan memiliki sejarah panjang. Akan tetapi, masing-masing pemeluk agama lewat para tokoh atau pemukanya, sudah berjanji dan berekrar akan membangun negara kesatuan berdasarkan Pancasila itu.Memang ada sementara pendapat, bahwa agama akan bisa mempersatukan bangsa. Dengan alasan bahwa masing-masing agama selalu mengajarkan tentang persatuan, kebersamaan dan tolong menolong, sebagai dasar hidup bersama. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit konflik yang terjadi antara penganut agama yang berbeda. Tidak sedikit orang merasakan bahwa perbedaan selalu menjadi halangan untuk bersatu. Maka Pancasila, dengan sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, merangkum dan sekaligus menyatukan pemeluk agama yang berbeda itu. Mereka yang berbeda-beda dari berbagai aspeknya itu dipersatukan oleh cita-cita dan kesamaan idiologi bangsa ialah Pancasila. Itulah sebabnya, maka melupakan Pancasila sama artinya dengan mengingkari ikrar, kesepakatan, atau janji bersama sebagai bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, juga dem ikian, manakala muncul kelompok atau sempalan yang akan mengubah kesepakatan itu, maka sama artinya dengan melakukan pengingkaran sejarah dan janji yang telah disepakati bersama. Maka, Pancasila adalah sebagai tali pengikat bangsa yang harus selalu diperkukuh dan digelorakan pada setiap saat. Bagi bangsa Indonesia melupakan Pancasila, maka sama artinya dengan melupakan kesepakatan dan bahkan janji bersama itu.Oleh sebab itu, Pancasila, sejarah dan filsafatnya harus tetap diperkenalkan dan diajarkan kepada segenap warga bangsa ini, baik lewat pendidikan formal maupun non formal. Pancasila memang hanya dikenal di Indonesia, dan tidak dikenal di negara lain. Namun hal itu tidak berarti, bahwa bangsa ini tanpa Pancasila bisa seperti bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan sejarah politik yang berbeda dengan bangsa lainnya. Keaneka-ragaman bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu, ialah Pancasila.Realitasnya, kesenjangan sosial masih terjadi di era reformasi ini, sebagaimana yang terjadi di wilayah perbatasan.Bangunan demokrasi yang ditegakkan pascareformasi memang ditantang untuk menjawab harapan masyarakat yang begitu besar. Para pengambil kebijakan dituntut untuk membuktikan bahwa pilihan demokrasi yang memakan biaya cukup mahal bukanlah pilihan yang keliru. Jawaban yang diberikan tidak cukup dengan pemberian ruang kebebasan yang lebih besar, tetapi juga kehidupan ekonomi yang lebih baik.Itulah cita-cita hakiki demokrasi Indonesia yang terkandung dalam Pancasila, yakni cita-cita yang tidak hanya memperjuangkan emansipasi dan partisipasi di bidang politik namun juga emansipasi dan partisipasi di bidang ekonomi. Hal ini seturut dengan tesis yang mengatakan bahwa dasarpendirian sebuah negara, apapun ideologinya, adalah bagaimana membawa warganya kepada kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Kemerdekaan nasional, tegas Soekarno saat sidang pertama RIS tahun 1949, bukanlah tujuan akhir bagi kita semua. Bagi kita kemerdekaan nasional Indonesia hanyalah syarat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dalam arti jasmani dan rohani. Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah tujuan kita bersama. Polemik kistimewaan Yogyakarta, yang dibiarkan mengambang dan tidak jelas oleh pemerintah pusat, pada dasarnya merupakan suatu ketidakadilan yang menjadi kesalahan pemerintah dan akan menjadi bara api dalam sekam atau bom waktu yang dapat menjadi sangat liar.Perbaikan ekonomi bangsa dan pewujudan kesejahteraan rakyat memang bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata, tetapi juga memerlukan bantuan dan partisipasi warga masyarakat, pelaku ekonomi dan bisnis, negarawan, politikus, akademisi, dan elemen organisasi pemerintah. Selanjutnya, kebijakan politik harus memberi kerangka insentif berbasis meritokrasi, bagi inteligensia yang mencurahkan talenta-talenta terbaiknya dalam berbagai bidang profesi. Oleh karena itu, marilah kita bersama merevitalisasi nilai dan pelaksanaan Pancasila secara kongkret.Kita telah diingatkan oleh Bung Karno wahai Pemuda! Indonesia akan kembali menjadi bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina di rumah sendiri (Dan Sejarah akan menulis di sana, di antara benua Asia dan Benua Australia, di antara lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula mentjoba untuk hidup kembali sebagai sebuah bangsa, akhirnja kembali mendjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali mendjadieen natie van koelis, en een koelie onder de naties Sukarno, Tahun Vivere Pericoloso (Tahun-tahun nyrempet bahaya), 17 Agustus 1964).Dirgahayu kemerdekaan RI yang ke-63DAFTAR PUSTAKAEbenstein, William & Edwin Fogelman, 1987,Isme-isme Dewasa Ini, Edisi 9, Penerbit Erlangga: Jakarta.Effendi, Sofian,et. al., Editor (Abbas Hamami, et. al) 2007,Membaca Ulang Pancasila, BPPF Philosophy Press: Yogyakarta.Hakim, Alif Lukmanul, 2003,Pancasila dan Keberlanjutan NKRI, artikel dalam Koran Kedaulatan Rakyat: Yogyakarta: 1 Februari 2006.Hakim, Alif Lukmanul, 2007,Nasionalisme Kita, Nasionalisme Multikultur, www. Pikiran-rakyat.com.Maliki, Zainuddin, 2003,Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik, Penerbit LPAM: Surabaya.Mills, C. Wright, 2001,Teori-teori Marxisme, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.Ricklefs, M. C., 1994,Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Press: Yogyakarta.Simbolon, Parakitri T., 1995,Menjadi Indonesia, Penerbit KOMPAS Gramedia: Jakarta.

[1]Makalah disampaikan dalam acara Sosialisasi Pemantapan Wawasan Kebangsaan bagi Tokoh Masyarakat di Kota Yogyakarta, Kamis 24 Mei 2012, di Balaikota Yogyakarta.[2]Pemakalah adalah Dosen FTI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pengampu Mata kuliah umum (Pancasila dan Kewarganegaraan) serta Filsafat, Logika, dan Peradaban Islam. Mengampu juga di UNY dan UAJY. Kolomnis dan pemateri dalam berbagai seminar dan pelatihan terkait Kepemudaan, Nasionalisme, Sosial-Politik dan Budaya. Phone: 08157952385, email/facebook: [email protected].[3]Seharusnya kita mampu hal-hal yang baik dari masa lalu kita dan mengambil hal-hal yang baik dari masa kini kita, untuk selanjutnya kita memadukannya dengan baik.[4]Mari bersama-sama kita renungkan kembali, kemunculan paham sektarianisme dalam agama dan kerusuhan antar agama terjadi karena ditinggalkannya Pancasila serta ketidaktegasan pemerintah kita dalam menjalankan aturan berdasarkan Pancasila. Semisal juga organ-organ Islam Garis Keras seperti FPI dan sejenisnya yang sampai hari ini masih saja dibiarkan hidup oleh pemerintah kita.[5]Lihat: Alif Lukmanul Hakim, dalam Newsletter KOMPAK 2007.[6]Lihat, M. Kholid Syaerozi, 2003,The Death of Nationalism, Majalah Tradem-PMII Cabang Sleman dan Alif Lukmanul Hakim, 2007,Nasionalisme Kita, Nasionalisme Multikultur, www. Pikiran-rakyat.com.[7]Peran dan posisi kementrian dalam negeri, khususnya Dirjen Kesbangpol di sini sangatlah penting. Serta Kantor Kesbang di daerah-daerah pada wilayah praksisnya.[8]Semua terjadi dikarenakan kita melanggar nilai-nilai Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila kita dalam kebijakan yang dibuat sekaligus dalam penerapannya.About these adsShare this: Share Memuat...Tulisan ini dipublikasikan diArtikel atau Tulisandan tagBangsa,Kesatuan,Pancasila,Perekat,Persatuan. Tandaipermalink.Navigasi tulisan2012 in reviewBersama Putraku Bahri103 GAGASAN UNTUK PANCASILA SEBAGAI PEREKAT PERSATUAN DAN KESATUANBANGSA1. Narendra DewantaraApril 24, 2013 pukul 6:36 amkerekatan bangsa indonesia sudah semakin berkurang karena sifat rakyatnya yang semakin individual, banyak krisis, masalah yang menambang renggangnya kesatuan antar masyarakat Indonesia, untuk itu dibutuhkan suatu alat agar warga dapat bersatu. Salah satunya adalah landasan negara kita sendiri yaitu pancasila. Karena dengan warga negara berpegang teguh pada Pancasila negara akan aman. Seemua rakyatnya sadar akan kebersaamaan, keadilan, sehinggga tidak akan terjadi lagi pelanggaran nilai-nilai moral, tidak ada lagi tidakan anarki, dan akan menimbulkan terciptanya perdamaian.seperti yang sudah disampaikan:Pancasila haruslah dijadikan dasar kehidupan bersama karena di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan bersama, multikulturalisme, persatuan, demokrasi, keadilan sosial dan penghormatan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Pancasila haruslah menjadi perekat bangsa, menjadi landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Balas2. MEILINDA PUSPITA SARI_PBD 2012_UNYApril 24, 2013 pukul 7:58 amMEILINDA PUSPITA SARI12205241009PENDIDIKAN BAHASA JAWAUNYSeperti yang kita ketahui bahwa Negara Indonesia pada saat ini sedang dirundung berbagai masalah yang sangat banyak. Mulai dari masalah ekonomi, lenyapnya ideologi meskipun itu masih ada dan sangat banyak lagi masalah-masalahnya. Seperti apa yang telah dipaparkan pada artikel diatas, saya setuju bahwa pancasila sekarang ini sudah tidak digubris lagi keberadaannya, sebenarnya bila kita tinjau lebih dalam lagi, banyak sekali nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk hidup bermasyarakat. Indonesia memang negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam etnis, suku dan budaya yang berbeda-beda. Sebagai alat untuk mempersatukan itu semua adalah adanya pancasila. Pancasila memang bersifat mengikat, akan tetapi dalam realisasinya pancasila dianggap seolah tidak ada. Saat ini menurut saya yang harus kita lakukan adalah menanamkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kepada semua elemen masyarakat agar tercipta suatu persatuan dan kesatuan, serta kemakmuran. Setelah itu, kita perbaiki kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini, perbarui kebijakan yang dapat mengubah Indonesia menjadi lebih maju dan harus belajar dari kebijakan-kebijakan sebelumnya. Kita olah kembali peraturan perundang-undangan yang mulai melenceng dari nilai-nilai pancasila. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa Indonesia sebenarnya negara yang kaya, nah kita sebagai generasi penerus bangsa harus melestarikan kembali kekayaan yang kita miliki jangan sampai terus-terusan seperti ini. Mari kita berdayakan, unggulkan lestarikan kembali apa yang telah kita miliki saat ini.Balas3. YESI PERMATA EKO W._A_2012_PBD_12205241012April 24, 2013 pukul 8:02 amYESI P.E.W.12205241012PENDIDIKAN BAHASA DAERAHA/2012Saya setuju dengan artikel tersebut, Pancasila memang sebagai pengikat multikulturalisme yang hidup subur di Indonesia. Peran Pancasila sebagai tali pangikat memang sudah baik, bisa menyatukan semua perbedaan yang ada. Akan tetapi, banyak sekali kasus yang menimpa Indonesia, sehingga membuat Pancasila itu terpojok bahkan diabaikan. Bila kita tidak merealisasikan dan menyelaraskan dalam kehidupan sehari-hari maka suatu saat Pancasila tersebut hanya akan menjadi sebuah simbol tanpa mengerti fungsi, peran, serta nilai yang terkandungnya. Bangsa Indonesia tersebut diibaratkan seperti Pancasila itu sendiri, bila bangsa Indonesia tidak bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah kerumunan masalah di berbagai bidang yang menerpa, maka ia hanya akan menjadi orang yang diperbudak orang lain di negeri sendiri. Begitu pula Pancasila akan seperti itu bila kita tidak bisa merealisasikan nilai yang terkandung di dalamnya. Walaupun kita hidup berbeda-beda tetapi kita tetap bisa bersatu dengan tali Pancasila di dalam wadah NKRI.Balas4. Dwi suryati / PBD / A / 12205241015April 24, 2013 pukul 11:10 amMembaca artikel di atas, menambah lagi pemahaman kita tentang pondasi bangsa ini, Pancasila. Berbicara mengenai Indonesia, Pancasila dan para pendirinya menimbulkan kekaguman. bagaiman tidak, Indonesia merupakan negara yang kaya akan SDM maupun SDA nya, tapi apa yang terjadi? tingginya SDM justru menimbulkan perpecahan suku agama, tidak kepercayaan antar sesama, dan kriminalitas. Sedang SDA nya tereksploitasi habis-habisan. Padahal pendiri kita telah bersusah payah menyusun Pancasila yang begitu sesuai dengan Indonesia yang multiculture sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan pondasi bangsa yang paling TOP, tapi sayangnya saat ini Pancasila hanya dijadikan aksesoris saja. Saat ini banyak kebijakan yang tak lagi berpedoman pada Pancasila, alhasil timbullah berbagai macam masalah dan penyimpangan disegala sistem tatanan bangsa. menurut saya, Pancasila tidak hanya mengacu pada pembelajaran secara teoritis saja tapi aktualisai dari nilai moral Pancasila juga harus diterapkan di segala lapisan masyarakat. sehingga masyarakat dan pemerintah paham betul bahwa di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai persatukan dan kemudian merealisasikannya. Di sini kebijakan pemerintah haruslah sesuai dengan pancasila sehingga tidak akan menimbulkan ketidak adilan , perpecahan , ataupun krisis kepercayaan antar masyarakat.Balas5. SULIS LESTARI kelas A PBD UNY 2012April 24, 2013 pukul 2:20 pmbangsa Indonesia memang negara yang multikulturalisme bukan hanya kaya akan pulau dan agama akan tetapi juga kaya akan budaya, suku, bahasa, dan ras. bangsa Indonesia memang sadar dengan hal itu tetapi tidak mampu mempertahankan multikulralisme tersebut. jika ada kesadaran akan pentingnya persatuan nasional, adanya rasa peduli, dan adanya kesigapan baik pemerintah maupun masyarakatnya semua masalah seperti pengeklaiman pulau dan lain sebagainya tidak akan terjadi. Pancasila. Pancasila menjadi dasar filsafah negara yang lebih tinggi nilai harfiahnya bukan hanya sekedar pilar saja, pemerintah saya yakin sudah paham akan hal ini, namun pencerminan dari nilai pancasila belum terlihat dari pemerintah pada saat sekarang ini. Pancasila sebagai pemersatu bangsa namun masyarakat Indonesia saja masih belum paham dan mengerti apa itu Pancasila apalagi nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila? masyarakat itu seharusnya diberi pemahaman terlebih dahulu mengenai esensial pancasila sebagai dasar negara, filosofi dan pilar negara agar tercipta masyarakat yang paham akan dasar negaranya sendiri sehingga persatuan dan kesatuan negara Indonesia tetap terjaga bahkan akan menjadi lebih kuat dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya lima sila beserta nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila PANCASILA tersebut. semua akan kembali kepada kesadaran diri sendiri baik masyarakat maupun pemerintahnya.Balas6. alfianita fauziah PBD A 2012April 25, 2013 pukul 12:43 amBangsa indonesia adalah bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa dan berbagai perbedaan baik perbedaan individual maupun kelompok. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadikan bangsa indonesia menjadi bangsa dan rusuh namun pancasila yang memuat sila-sila dasar bangsa indonesia dapat menjadi pemersatu bangsa. Saya setuju jika pancasila dihidupkan kembali dan dijadikan sebagai pemersatu kesatuan dan persatuan bangsa supaya bangsa indonesia dapat berkembang menjadi bangsa yang lebih baik dan dapat bersatu dalam satu kesatuan.Balas7. Astrini Tunjung Anggitasari/12205241020/PBD/A/UNYApril 25, 2013 pukul 1:18 amPersatuan Indonesia. Itulah bunyi sila ke tiga Pancasila. Yang artinya bahwa bangsa Indonesia ini harus selalu bersatu dalam keadaan apapun. Meski sedang dalam keadaan terpuruk, memprihatinkan ataupun juga sedang dalam kondisi bersenang-senang. Namun, kini makna dari sila ke tiga semakin ditanggalkan atau seakan semakin tidak dimaknai oleh bangsa Indonesia khususnya masyarakat di kota besar. Mereka hanya mau bersatu ketika mereka sedang dalam kondisi yang terpuruk dan memprihatinkan. Mereka bahkan jarang mau berbaur dengan masyarakat yang keadaanya kurang. Kondisi ini justru yang sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia sendiri. Dimana letak dari persatuan bangsa Indonesia yang telah jelas dituangkan di dalam salah satu sila Pancasila. Para masyarakat Indonesia terlalu bersemangat dalam mempertahankan pendapat mereka masing-masing, dan itu justru yang akan menimbulkan perpecahan diantara masyarakat Indonesia sendiri. Sudah terbukti dengan banyaknya konflik antar keluarga, antar bangsa, antar ras, antar agama, antar suku dsb. Semua itu disebabkan karena mereka kurang memahami makna dari Persatuan Indonesia. Mereka senang menggunakan kekerasan dalam mempertahankan argumen mereka yang tidak boleh salah. Mereka tidak memperhatinkan tembe mburine dari perlakuan mereka tersebut. Maka dari itu, marilah kita senantiasa mempertahankan keelokan dari persatuan bangsa Indonesia ini. Janganlah mau dipengaruhi oleh bangsa dari negara lain yang senang mengompor-ngompori untuk berperang. Jadikanlah Pancasila sebagai pedoman dalam melakukan apapun itu.Balas8. Retno Dwi Hapsari (PBD \A\2012April 25, 2013 pukul 1:18 amIndonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku dan banyak sekali perbedaan karakter antar individunya, jika pancasila sudah tidak menjadi pedoman dan hanya menjadi simbolik saja maka bangsa ini sudah tidak mempunyai perekat kesatuan bangsa lagi untuk menyatukan perbedaan individual bangsa ini. Jika melihat dari nilai nilai yang terkandung didalam pancasila, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah tidak mengacu lagi pada pondasinya yaitu pancasila. Pancasila sebagai dasar negara sebaiknya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat indonesia, sebagai pemersatu multikultural di indonesia.Balas9. Arif Nur FitriyantiApril 25, 2013 pukul 1:31 amArif Nur Fitriyanti12301241004Pendidikan Matematika UNY 2012Artikel ini kembali mengingatkan dan menyadarkan betapa pentingnya Pancasila bagi persatuan Indonesia. Kini, Indonesia sedang dilanda berbagai permsalahan multidimensional baik dari segi ekonomi, sosial, hukum, budaya, agama, politik, ekologi dan lainnya seperti yang diungkapkan dalam artikel ini. Sedikit mengulas, dalam bidang ekonomi, sebenarnya Indonesia adalah negara yang kaya tapi bangsa Indonesia lebih menyukai sesuatu yang instant dan tidak mau bersusah payah. Selain itu, tidak ada upaya pemerataan ekonomi dan dukungan terhadap UKM atau usaha rumahan. Rakyat Indonesia dipaksa terus menerus menjadi konsumen bagi produk asing dan melupakan produk dalam negeri. Sungguh ironis! Dalam dunia politik dan hukum pun sama. Seperti yang pernah Bapak katakan bahwa hukum di Indonesia itu seperti pisau yang tumpul di atas tapi tajam di bawah dan politik di Indonesia adalah politik keluargaMenurut saya, permasalahan di Indonesia ini saling berkaitan dan belum dapat diselesaikan secara tuntas. Masalah ini hanya dibiarkan mengambang dengan solusi yang mengantung (masih dalam tanda tanya ?). Pihak-pihak terkait saling menyalahkan dan seolah lepas tangan. Permasalahan itupun hanya akan ditangani setelah mendapat perhatian publik jika terus-menerus diungkap di media dan pada akhirnya akan dibiarkan tenggelam lagi setelah berita itu dianggap expired. Contohnya kasus bank Century, Hambalang, Lapindo, pembunuhan Munir, dll yang kini entah beritanya hilang ditelan waktu. Ini salah siapa? Saya rasa masalah ini mengarah pada satu hal yaitu kebijakan yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Menurut saya, kini baik pemerintah maupun warga negara Indonesia lupa akan makna Pancasila yang sebenarnya. Padahal Pancasila dibuat bukan untuk dibacakan pada Upacara Hari Senin atau hanya dipajang di dinding kelas dan tugu saja. Saya setuju bahwa Pancasila merupakan buah pikir pemimpin Indonesia yang mencakup seluruh aspirasi warga Indonesia yang berfungsi sebagai alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa.Indonesia memang negara yang hebat jika hanya dilihat dari luarnya saja, tapi di dalamya Indonesia bisa dikatakan rapuh bahkan bisa disebut bukan negara lagi (pseudonation). Ibarat handphone dengan chassing bagus tapi aplikasi lemot.Menurut saya, apa yang diramalkan Soekarno tentang nasib Indonesia mungkin saja terjadi. Saat ini sudah terlihat tanda-tandanya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menyamakan visi yaitu Pancasila. Masalah ini adalah tanggung jawab bersama. Pancasila adalah ideologi negara!Balas10. Arina Fauzia A_12301241037_PMatSub2012April 25, 2013 pukul 1:34 amMemang benar, akhir-akhir ini masalah yang berkaitan dengan perpecahan bangsa Indonesia kian muncul. Beberapa daerah bahkan mencoba untuk berdiri sendiri, seperti GAM yang masih hangat disuarakan kembali. Hal ini tentunya memprihatinkan banyak orang, terutama orang-orang yang memang peduli dan mau membangun kembali bangsa Indonesia.Saya setuju dengan pernyataan artikel di atas, bahwa langkah tepat dalam memperbaiki semua itu adalah dengan membangunkan kembali Garuda yang sudah lama tertidur, dengan meneriakkan kembali nilai-nilai Pancasila yang sudah lama terhalang individualisme anak bangsa dan egoisme orang-orang atas.Persatuan harus disuarakan kembali. Pesan sekaligus tugas yang ditinggalkan Bung Karno untuk menjadikan kemakmuran sebagai tujuan bersama, tidak boleh diabaikan. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada pengecualian pihak untuk memperbaiki bangsa kita sendiri.Mengutip kalimat pada artikel di atas, yaitu persatuan tidak akan berjalan tanpa keadilan, dan keadilan juga tidak akan tercipta tanpa persatuan. Pemerintah seharusnya membuka mata dan menaruh perhatian untuk masalah ini, sehingga semua ikut terangkul untuk bersama-sama menggelorakan kembali Pancasila.Di atas semua itu, bukan hanya suara saja yang perlu dikeraskan namun juga ada tindakan yang nyata untuk mengembalikan kembali Pancasila sebagai perekat bangsa. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.Balas11. Kholifatun N. R.April 25, 2013 pukul 1:39 amKholifatun Nur Rokhmah12301241039Pend. Matematika 2012 UNYIndonesia adalah negara yang beragam, beragam agama, suku, budaya, etnik, dan lain-lain. Maka dibutuhkan suatu alat untuk mempertahankan persatuan yang telah terbentuk di awal kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya para tokoh kemerdekaan telah memikirkannya dan memunculkan suatu ideologi Pancasila. Pancasila yang kita kenal denga lima butirnya dan selalu dibacakan saat hari senin oleh pelajar-pelajar yang melaksanakan upacara bendera. Namun, yang terlihat adalah Pancasila tersebut hanya memjadi formalitas untuk selalu dibacakan dan di pasang di atas papan tulis setiap ruang kelas. Kenyataan yang kita lihat, contoh kecilnya adalah masih terjadi banyak tawuran antarpelajar yang tidak sedikit memakan korban. Kejadian tersebut sudah sangat melanggar sila ketiga Pancasila. Lebih ironisnya adalah ketika tawuran tersebut dilakukan oleh pelajar yang jelas-jelas mendapat mata pelajaran Pancasila melalui pendidikan formal, lalu bagaimana dengan bentrok antar warga yang dikarenakan konflik SARA? Mungkin ada beberapa dari mereka yang tidak mempunyai kesempatan untuk merasakan bangku sekolah. Yang menjadi pertanyaan, apa mungkin karena mereka belum paham tentang Pancasila? Jika disebutkan dalam tulisan di atas Pendidikan Pancasila disampaikan melalui pendidikan formal maupun non formal, saya masih belum memiliki bayangan bagaimana contoh pendidikan Pancasila non formal tersebut. Bukan hal yang mudah mempertahankan persatuan dan rasa saling toleransi dan apresiasi terhadap sesama rakyata Indonesia yang beragam. Oleh karena itu kita tidak boleh hanya terus menuntut pemerintah, tapi juga harus ikut andil membantu mempertahankan persatuan dan kesatuan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Oleh karena mari kita bersama-sama kembali menjunjung tinggi Pancasila untuk dijadikan pedoman dalam kita melangkah menyusun kesejahteraan Bangsa Indonesia, mencapai cita-cita bersama yang terkandung dalam lima sila Pancasila. Untuk generasi penerus, mulai dari kecil harus benar-benar ditanamkan Pancasia dan mencintai Indonesia termasuk alam dan budayanya. Jangan sampai mereka hapal tarian-tarian dan lagu-lagu luar negeri tapi tidak tahu tarian dan lagu Indonesia.Balas12. Arif Nur FitriyantiApril 25, 2013 pukul 1:41 amArif Nur Fitriyanti12301241004Pendidikan Matematika UNY 2012Artikel ini kembali mengingatkan dan menyadarkan betapa pentingnya Pancasila bagi persatuan Indonesia. Kini, Indonesia sedang dilanda berbagai permsalahan multidimensional baik dari segi ekonomi, sosial, hukum, budaya, agama, politik, ekologi dan lainnya seperti yang diungkapkan dalam artikel ini. Sedikit mengulas, dalam bidang ekonomi, sebenarnya Indonesia adalah negara yang kaya tapi bangsa Indonesia lebih menyukai sesuatu yang instant dan tidak mau bersusah payah. Selain itu, tidak ada upaya pemerataan ekonomi dan dukungan terhadap UKM atau usaha rumahan. Rakyat Indonesia dipaksa terus menerus menjadi konsumen bagi produk asing dan melupakan produk dalam negeri. Sungguh ironis! Dalam dunia politik dan hukum pun sama. Seperti yang pernah Bapak katakan bahwa hukum di Indonesia itu seperti pisau yang tumpul di atas tapi tajam di bawah dan politik di Indonesia adalah politik keluargaMenurut saya, permasalahan di Indonesia ini saling berkaitan dan belum dapat diselesaikan secara tuntas. Masalah ini hanya dibiarkan mengambang dengan solusi yang mengantung (masih dalam tanda tanya ?). Pihak-pihak terkait saling menyalahkan dan seolah lepas tangan. Permasalahan itupun hanya akan ditangani setelah mendapat perhatian publik jika terus-menerus diungkap di media dan pada akhirnya akan dibiarkan tenggelam lagi setelah berita itu dianggap expired. Contohnya kasus bank Century, Hambalang, Lapindo, pembunuhan Munir, dll yang kini entah beritanya hilang ditelan waktu. Ini salah siapa? Saya rasa masalah ini mengarah pada satu hal yaitu kebijakan yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Menurut saya, kini baik pemerintah maupun warga negara Indonesia lupa akan makna Pancasila yang sebenarnya. Padahal Pancasila dibuat bukan untuk dibacakan pada Upacara Hari Senin atau hanya dipajang di dinding kelas dan tugu saja. Saya setuju bahwa Pancasila merupakan buah pikir pemimpin Indonesia yang mencakup seluruh aspirasi warga Indonesia yang berfungsi sebagai alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa.Indonesia memang negara yang hebat jika hanya dilihat dari luarnya saja, tapi di dalamya Indonesia bisa dikatakan rapuh bahkan bisa disebut bukan negara lagi (pseudonation). Ibarat handphone dengan chassing bagus tapi aplikasi lemot.Menurut saya, apa yang diramalkan Soekarno tentang nasib Indonesia mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menyamakan visi yaitu Pancasila. Masalah ini adalah tanggung jawab bersama. Pancasila adalah ideologi negara! Pancasila adalah ideologi bersama!Balas13. Ria WarniApril 25, 2013 pukul 1:51 amRia Warni12205241029Pend.Bahasa JawaA/2012Saya setuju dengan isi artikel di atas. Dalam sila ke-3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia jelas bermakna bahwa bangsa Indonesia sendiri harus nya memang bersatu di atas keanekaragaman suku,ras dan golongan. Namun karena kepentingan individu maupun kelompok, sila ke-3 Pancasila tersebut sepertinya sudah tidak di perhatikan lagi. Memang seharusnya kita menjunjung tinggi pluralitas di atas keberagaman. Sebenarnya untuk masalah konflik antar suku,ras,agama dan golongan di masyarakat Indonesia sendiri dapat terselesaikan dengan kesadaran masyarakat sendiri dengan nilai-nilai Pancasila. Namun tidak dapat terselesaikan pula tanpa campur tangan pemerintah. Saya rasa kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat sangat perlu,dengan adanya perhatian yang lebih terhadap masalah bangsa ini. Memang sepantasnya nilai-nilai Pancasila sendiri ditanamkan sejak dini. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa tetap menghargai lingkungan yang majemuk di Indonesia ini atas dasar Pancasila.Balas14. Titis Tria WulandariApril 25, 2013 pukul 2:08 amTitis Tria Wulandari12205241017PBD A 2012setelah saya membaca artikel diatas, saya setuju dengan artikel yang telah dismpaikan diatas dan saya merasa tergugah serta sangat prihatin dengan keadaan negara kita yaitu Indonesia. betapa tidak, negara kita yang sangat kaya akan sumber daya alam, budaya, suku, etnis ini dapat mengalami hal yang sangat memprihatinkan. banyaknya masalah yang muncul seperti adanya salah satu pulau kita yang harus jatuh ke tangan negara lain. itu disebabkan karena Indonesia kurang perhatian dengan daerah-daerah di perbatasan khususnya. tidak hanya itu saja, konflik yang terjadi antar umat beragama ini yang seharusnya mendapat perhatian lebih dalam hal ini. bukan kah dalam pancasila sudah terdapat sila ke 3 yang berbunyi persatuan Indonesia yang seharusnya menjadikan pedoman kita untuk menghargai segala perbedaan yang ada untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan tujuan bersama antar masyarakat. marilah kita sebagai warga Indonesia yang baik, harus mampu mengatasi perbedaan atau kemajemukan negara kita dengan tidak menimbulkan konflik maupun perpecahan, namun keberagaman maupun perbedaan itu hendaknya malah menjadikan suatu persatuan yang kukuh agar bangsa kita lebih maju dan sejahtera untuk kedepannya.Balas15. Fajar KurniawatiApril 25, 2013 pukul 2:20 amFAJAR KURNIAWATI12205241031PBD KELAS AFBS UNYMengacu pada artikel yang disampaikan Pak Alif tersebut, saya sangat setuju sekali dengan apa yang disampaikan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang bersifat majemuk, multikultural yang terdiri atas berbagai agama, bermacam-macam ras dan suku bangsa, adat istiadat dan budaya, bahasa daerah yang berbeda-beda, dan menempati menempati wilayah dan kepulauan yang sangat luas, dari ujung timur sampai ujung barat. Dari Sabang sampai Merauke. Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun satu jua merupakan prinsip yang menyatakan persatuan dan perekat bangsa. Namun pada dasarnya pancasila-lah yang bersifat mengikat seluruh elemen bangsa. Realitanya, saat ini muncul berbagai masalah yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Pancasila seolah olah dianak-tirikan, dikesampingkan. Dalam kehidupan bernegara Pancasila tidak digunakan sebagai landasan dalam bertindak dan mengambil kebijakan dalam membuat peraturan negara. Dilingkungan masyarakat, pancasila juga dikesampingkan. Hanya simbolitas saja dibacakan ketika upacara peringatan hari-hari besar. Oleh karena itu Pancasila perlu direfresh lagi, disegarkan kembali, disosialisasikan lagi nilai nilai yang terkandung didalamnya. Dengan tujuan semua elemen negara ini ingat kembali dengan adanya pancasila dan negara indonesia tetap utuh, tanpa terpecah-belah dengan timbulnya berbagai masalah.Balas16. Herdiana Melati .SApril 25, 2013 pukul 2:24 amHERDIANA MELATI S12205241004KELAS A PBD 2012Benar apa yang dikatakan pak Alif jika Pancasila haruslah menjadi perekat bangsa, menjadi landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Karena dalam menyatukan sebuah bangsa haruslah ada sebuah alat. Dan saya rasa Pancasila merupakan alat yang tepat untuk menjadi perekat bangsa dan landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia yang mempunyai nilai universal sangat tepat dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga segala tindakan yang dilakukan oleh setiap warga negara sesuai dengan kaidah nilai dan norma yang ada di negara ini.Kita sebagai Warga Negara Indonesia sudah sewajarnya untuk selalu mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga tercipta persatuan dan kesatuan bangsa sebagai wujud sila ke-3.Balas17. Keisuke (@Galih_Bazhari)April 25, 2013 pukul 2:27 amGalih Imam Bazhari12205241039 / PBD / UNYMenurut saya artikel tersebut sangat bagus, pertama saya akan mengomentari kalimat ketika penguasa yang bersangkutan jatuh, maka semua pemikiran dan pandangannya dianggap tidak ada gunanya lagi, kemudian ditinggalkan. Argumen tersebut sepertinya memang benar, seperti yang kita tahu kebijakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di masa kepemimpinan tertentu sangat berbau kepentingan politik yang di anutnya.Namun seperti pada kalimat setelah melewati sekian lama masa reformasi, dengan munculnya idiologi baru, semisal NII dan juga lainnya, maka memunculkan kesadaran baru, bahwa ternyata Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dianggap penting untuk digelorakan kembali. Itu menjadi momentum bagi seluruh bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar kehidupan NKRI.Kemudian adalah kesadaran kita sendiri sebagai bangsa Indonesia untuk mempraktekan nilai nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, maka bukan tidak mungkin bangsa indonesia akan menjadi bangsa menurut ucapan Bung Karno wahai Pemuda! Indonesia akan kembali menjadi bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina di rumah sendiri.Balas18. DESINTA SATYANINGTYAS_PBD_A_12205241024_UNYApril 25, 2013 pukul 2:39 amsaya setuju dengan artikel diatas. PANCASILA SEBAGAI PEREKAT PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA. memang pancasila sebagai landasan nomor 1 di Indonesia, tetapi masih banyak manusia hidup itu mementingkan pribadi dan golongan daripada umum, pancasila hanya menjadi sebuah landasan yang belum dipahami oleh banyak manusia itu sendiri. masih banyak aksi2 yang melanggar Pancasila, masih banyak hal2 yang merusak bangsa Indonesia. kurangnya kesadaran diri dan kebijakan yang tidak sesuai bagi warga negara indonesia. banyak penindasan akibat ulah petinggi negara yang memakan banyak uang rakyat. seharusya petinggi negara yang melakukan banyak kecurangan itu dihukum seberat-beratnya. keadilan seadil adilnya untuk rakyat indonesia, itulah fungsi pancasila yang sesungguhnya. patutlah kita mengamalkan sila sila yang ada pada pancasila agar negara indonesia menjadi negara yang maju dan dapat tumbuh menjadi negara yang adil dan makmur.Balas19. Azhar AjiApril 25, 2013 pukul 2:45 amIndonesia adalah bangsa yang multikultur, bangsa yang terdiri dari berbagai mcam suku dan budaya, indonesia juga merupakan negara kepulauan, dengan kata lain bangsa indonesia membutuhkan alat pemersatu bangsa yang dapat mempererat dan menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalam diri bangsa indonesia, dan itu dapat diwujudkan dengan adanya pancasila. Pancasila adalah ideologi bangsa sekaligus alat yang dapat mempererat dan menyatukan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sangat sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia, jadi dapat dikatakan bahwasannya nilai-nilai pancasila sangat cocok dengan pribadi bangsa Indonesia. Tetapi faktanya masih banyak penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai dasar pancasila yang terjadi di Indonesia, misalnya di bidang Ekonomi, kita tahu bahwa Bangsa Indonesia kaya akan hasil alam dan hasil lautnya semua itu terbukti dengan luasnya wilayah laut kita yaitu sekitar 12 mil dari lepas pantai,dan juga suburnya tanah di Indonesia sehingga dapat ditanami tanaman apa saja yang cocok di daerah tropis. Tetapi pemerintah kurang memperhatikan itu semua, kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah sangat merugikan masyarakat, terutama nelayan dan petani. Pemerintah hanya memperhatikan ekonomi dari bidang Indutrialisasi saja, sehingga banyak lahan-lahan persawahan ataupun ladang yang digusur kemudian digantikan oleh Indutrialisasi.Menurut saya kebijakan pemerintah itu kurang tepat, seharusnya pemerintah memperhatikan potensi apa yang ada di daerahnya, masih banyak bidang lain yang dapat memajukan perekonomian bangsa Indoneisa,misalnya dari perdagangan, pertanian, ataupun nelayan, tetapi pemerintah hanya kurangmemperhatikan itu semua,sehingga dampaknya adalah kita harus Import beras dan bahan pokok lainnya dari luar negeri, padahal kita sendiri sebenarnya sanggup dan bisa memproduksi bahan-bahan pokok itu sendiri. Berbicara soal Pancasila sangat banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, misalnya nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyaatan dan keadilan sosial. semua nilai-nilai itu memiliki filosofi sendiri-sendiri, dan jika kita dapat mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan baik dan benar niscaya kita dapat mensejahterakan dan mempersatukan masyarakat Indonesia. Jadi marilah kita kembali membuka dan mempelajari apa nilai-nilai yang terkandung dari tiap-tiap sila yang ada di Pancasila, sehingga nantinya kita tidak salah dalam mengambil kebijakan dan keputusan.Balas20. Danawan Graha Taruna. PBD 2012. 12205241029April 25, 2013 pukul 3:02 amPancasila sudah tidak diberarti lagi bagi Indonesia apalagi P4 yang dibuat oleh orang yang tidak disukai, tetapi menurut saya bila P4 bermanfaat bagi negara tidak ada salahnya kita menerapkan kembali tanpa melihat siapa yang merancangnya.Indonesia juga salah satu negara yang berpotensi besar dalam hasil alamnya, tetapi kurangnya keperdulian Pemrintah terhadap hal tersebut menyebabkan Indonesia tidak bisa mengolah hasil alamnya sendiri.Indonesia memiliki beragam etnis,suku, dan bahasa. Itulah identitas negara yang perlu dijaga. Walaupun masyarakat Indonesia dari bermacam-macam suku dan semacamnya, tetapi Indonesia masih dapat menjaga satu persatuan negara Indonesia. walaupun terkadang masih sedikit ada konflik suku di daerah.Seringnya pulau di indonesia yang di ambil oleh negara tetangga karena kurangnya kesejahteraan pulau tersebut. dan ada masyarakat Indonesia yang memilih bekerja di negara tetangga bahkan ada yang rela mengganti kewarnegaraannya pindah ke negara tetangga karena hidupnya disana lebih menjamin kehidupannya.Sekarang ini juga muncul idiologi baru seperti NII, karena idiologi yang sebagai dasar negara masih ada tetapi tidak difungsikan lagi. dan kita sebagi bangsa Indonesia harus tetap menjaga Pancasila sebagai dasar negara dan memaksimalkan peran Pancasila di Indonesia.Balas21. Dwi Safitri/12205241001/PBD/A/UNYApril 25, 2013 pukul 3:09 amIndonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, ras, bahasa, maupun agama. Akan tetapi Indonesia mempunyai alat pengikat yang mempersatukan bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila harus dijadikan alat pemersatu bangsa Indonesia agar Indonesia tidak akan terpecah-belah. Akan tetapi dewasa ini banyak masyarakat Indonesia apalagi pemerintah yang tidak memegang teguh nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, terutama pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. yang akhirnya berdampak pada keutuhan negara Indonesia, seperti Pulau Sipadan dan Ligitan yang akhirnya menjadi milik negara lain. oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menjadikan Pancasila sebagai alat pengikat dan perekat bangsa agar bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh, bangsa yang satu, Bangsa Indonesia.Balas22. Sarjiono_PBD_ A _2012 _UNYApril 25, 2013 pukul 3:23 amseperti yang telah kita ketahui pada sekarang ini, bahwa negara Indonesia sedang mengalami krisis yang amat memprihatinkan. seperti halnya pada moral anak-anak remaja pada sekarang ini, keadaan ini memang sangat bertolak belakaang dengan Pancasila. apa mungkin anak-anak remaja sekarang ini tidak tahu kalau negara Indonesia memiliki dasar negara yaitu PANCASILA?? buktinya banyak sekali remaja sekarang ini yang sudah rusak moralnya. melihat fenomena yang seperti itu, maka sekarang ini negara Indonesia sangat membutuhkan sekali adanya pendidikan moral pancasila sejak dini. tujuannya hanyalah satu yaitu supaya anak-anak remaja memiliki moral yang lebik baik dari yang sekarang ini. selain hal itu, dewasa ini banyak kubu-kubu diantara bangsa kita, yang mana kubu-kubu itu justru malah saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. apalagi sekarang ini sedang ada PEMILU Capres/cawapres, banyak sekali partai yang satu dengan yang lainnya saling beradu pendapat atau bahkan saling menjelek-jelekkan. padahal didalam pancasila memiliki nilai-nilai yang luhur, salah satunnya adalah sebagai parekat antar bangsa. oleh sebab itu sangatlah setuju apabila Pancasila merupakan Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa.Balas23. dika setiawan_PBD_ A _2012 _UNYApril 25, 2013 pukul 3:47 amDIKA SETIAWAN12205241016KELAS A 2012saya sangat setuju dengan artikel yang di tulis pak alif karena Pancasila itu perekat bangsa dan menjadi landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Karena dalam menyatukan sebuah bangsa kita harus berpedoman terhadap pancasila. Saya rmeasa Pancasila merupakan pedoman yang tepat untuk menjadi perekat bangsa dan menjadi landasan persatuan dan kesatuan Indonesia.Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia yang mempunyai nilai universal sangat tepat dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga segala tindakan yang dilakukan oleh setiap warga negara sesuai dengan kaidah nilai dan norma yang ada di negara indonesia. kita sebagai warga negara seharusnya bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Balas24. alif nur rohmad ( PBD "A" 2012 ) 12205241033April 25, 2013 pu