10
 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA, ASAS ETIKA POLITIK DAN ACUAN KRITIK IDEOLOGI  M. Sastrapratedja* 1. Pengantar Sebagia n besar dari keh idupa n ki ta, termas uk keh idupan berbangsa dan  bernegara, atau kehidupan politik, kita lewatkan atas dasar “common sense” atau yang kerapkali disebut sebagai “akal sehat”. “Common sense” adalah pengetahuan sehari-hari, yang tid ak kita pert anyakan kebe nar anny a, tetapi kita andai kan “benar”, tak en for  granted . Tetapi salah satu ciri khas manusia adalah “mempertanyakan”. Ia tidak puas dengan “common sense”, ia terdorong untuk mengangkat apa yang dialami menjadi  pertanyaan. egitu kita mengajukan “pertanyaan”, “interrogating” kita mengatasi “common sense”. !e mpe rtanyak an, interrogating  adal ah awal da ri perke mba ngan ilmu  pengetahuan dan "ilsa"at. Ilmu pengetahuan mempertanyakan segala sesuatu termasuk manus ia sampai batas tertentu atau dalam per spekti " tert ent u, yait u pers pekti"  inst rumental. Ilmu pemgetahua n me mperta nyakan dan mencari ja waban atas  pertanyaannya untuk digunakan bagi kepentingan manusia. #ils a"at me mpert anyakan segala sesuatu, khususnya y ang menya ngkut “nasib” diri manusi a, lebih jauh dari ilmu pengetahuan. !empertanyakan siapakah dan apakah aku ini adalah awal dari "ilsa"at manusia, dimana manusia ingin memperoleh makna dari dirinya. “$ahamilah dirimu” demikian kata Sokrates. !empertanyakan manusia berarti mencari jalan bagaimana manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu semakin menjadi manusiawi. %alam pengertian ini bila "ilsa"at harus mati, kemanusian akan meredup tak lama kemudian. erhenti bertanya hanya akan berakibat kemandekan dan berhentinya  perkembangan. %alam kaitan ini "ilsa"at tidak hanya merupakan “disiplin &ilmu' yang mempertanyakan”, tetapi juga (disiplin &ilmu' yang membebaskan”. %alam arti apa) *

Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 1/10

 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA, ASAS ETIKA POLITIK 

DAN ACUAN KRITIK IDEOLOGI

 M. Sastrapratedja*

1. Pengantar

Sebagian besar dari kehidupan kita, termasuk kehidupan berbangsa dan

 bernegara, atau kehidupan politik, kita lewatkan atas dasar “common sense” atau yang

kerapkali disebut sebagai “akal sehat”. “Common sense” adalah pengetahuan sehari-hari,

yang tidak kita pertanyakan kebenarannya, tetapi kita andaikan “benar”, taken for 

 granted . Tetapi salah satu ciri khas manusia adalah “mempertanyakan”. Ia tidak puas

dengan “common sense”, ia terdorong untuk mengangkat apa yang dialami menjadi

 pertanyaan. egitu kita mengajukan “pertanyaan”, “interrogating” kita mengatasi

“common sense”.

!empertanyakan, interrogating   adalah awal dari perkembangan ilmu

 pengetahuan dan "ilsa"at. Ilmu pengetahuan mempertanyakan segala sesuatu termasuk 

manusia sampai batas tertentu atau dalam perspekti" tertentu, yaitu perspekti" 

instrumental. Ilmu pemgetahuan mempertanyakan dan mencari jawaban atas

 pertanyaannya untuk digunakan bagi kepentingan manusia.

#ilsa"at mempertanyakan segala sesuatu, khususnya yang menyangkut “nasib”

diri manusia, lebih jauh dari ilmu pengetahuan. !empertanyakan siapakah dan apakah

aku ini adalah awal dari "ilsa"at manusia, dimana manusia ingin memperoleh makna dari

dirinya. “$ahamilah dirimu” demikian kata Sokrates. !empertanyakan manusia berarti

mencari jalan bagaimana manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu semakin menjadi

manusiawi. %alam pengertian ini bila "ilsa"at harus mati, kemanusian akan meredup tak 

lama kemudian. erhenti bertanya hanya akan berakibat kemandekan dan berhentinya

 perkembangan. %alam kaitan ini "ilsa"at tidak hanya merupakan “disiplin &ilmu' yang

mempertanyakan”, tetapi juga (disiplin &ilmu' yang membebaskan”. %alam arti apa)

*

Page 2: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 2/10

!anakala kita mengangkat pertanyaan, kita dibebaskan dari jawaban yang tidak 

dipertanyakan, yaitu jawaban berdasarkan “common sense” semata, yang diandaikan

 benar. %alam setiap pertanyaan kita mengatakan “tunggu sebenar”+ ada yang lebih dari

ini atau itu. ahkan ada “ekses” dari realitas, yang tidak tertampung dari suatu konsep

yang sekarang kita miliki, “ada yang lebih” yang terbelenggu oleh berbagai struktur yang

melilit kita.

2. Tiga Fungsi Fisa!at

da begitu banyak pengertian mengenai "ilsa"at dan cara ber"ilsa"at serta corak 

"ilsa"at. %i depan sudah dikatakan bahwa "ilsa"at itu berkembang dengan

“mempertanyakan”, “interrogating”. %alam kaitan dengan $ancasila, ada sedikitnya tiga

"ungsi "ilsa"at, yang saling terkait satu dengan lainnya.

*'  Pertama filsafat mempertanyakan dan mencari “dasar”. Sejak awal "ilsa"at unani

telah dipertanyakan apakah “dasar” dari dunia kita, apakah “dasar” dari perubahan,

apakah “dasar” dari persamaan dan perbedaan manusia, apakah “dasar” dari kebebasan

manusia, apakah “dasar” dari kehidupan suatu “polis”)

'  Kedua, filsafat mempertanyakan, mencari dan menemukan makna dari realitas  di

sekelilingnya, asal dan tujuan hidup manusia. Seringkali dikatakan bahwa "ilsa"at

mempertanyakan nilai dari suatu realitas dan tindakan manusia. !aka "ilsa"at dapat

mencerahi kehidupan manusia.

/ ) Ketiga, filsafat berfungsi pula sebagai kritik ideologi. #ilsa"at berusaha untuk 

membuka selubung dari berbagai sistem pemikiran, yang membelenggu manusia,

terutama kebebasannya. $engetehuan dan kekuasaan saling berpautan. !ar0 telah

memberi contoh bagaimana melakukan suatu kritik ideologi terhadap ideologi kapitalis.

%ari uraian di atas, #ilsa"at $ancasila dapat dilihat pertama, sebagai eksplisitasi

secara "iloso"is $ancasila sebagai dasar 1egara2  kedua, "ilsa"at $ancasila sebagai etika

 politik2 ketiga, "ilsa"at $ancasila sebagai kritik ideologi, termasuk kritik terhadap distorsi

dan penyalahgunaan $ancasila secara ideologis.

Page 3: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 3/10

". Pan#asia se$agai Dasar Negara

#ungsi "ilsa"at yang pertama adalah mempertanyakan dan menjawab “apakah

dasar dari kehidupan berpolitik atau kehidupan berbangsa dan bernegara. Sangat lah

tepat pertanyaan yang diajukan oleh 3etua $4$3I, %r. 5adjiman 6ediodiningrat di

hadapan rapat $4$3I bahwa “1egara Indonesia yang akan kita bentuk itu apa

dasarnya”) Soekarno mena"sirkan pertanyaan itu sebagai berikut+ “!enurut anggapan

saya, yang diminta oleh $aduka tuan 3etua yang mulia ialah dalam bahasa elanda+

(philosophische grondlsag7 dari pada Indonesia !erdeka.  Philosophische grondslag 

itulah "undamen, "ilsa"at, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-

dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia !erdeka.”*' “%asar 1egara”

dapat disebut pula “ ideologi negara”, seperti dikatakan oleh !ohammad 8atta+

“$embukaan 44%, karena memuatnya di dalamnya $ancasila sebagai ideologi 1egara,

 beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri

seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tatanegara Indonesia. 4ndang-undang ialah

 pelaksanaan daripada pokok itu dengan $ancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar 

mengatur politik 1egara dan perundang-undangan 1egara, supaya terdapat Indonesia

merdeka seperti dicita-citakan+ merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”'

3alau seringkali dikatakan mengenai ideologi $ancasila, sebetulnya yang

dimaksudkan tidak lain adalah $ancasila sebagai dasar 1egara, sebagaimana dikatakan

ung 8atta, “ideologi 1egara”., yaitu prinsip-prinsip atau asas membangun 1egara. 9adi

$ancasila bukanlah suatu “doktrin” yang lengkap, yang begitu saja dapat dijabarkan

dalam tindakan, tetapi suatu orientasi, yang memberikan arah kemana bangsa dan negara

harus dibangun atau suatu dasar rasional, yang merupakan hasil konsensus mengenai

asumsi-asumsi tentang 1egara dan bangsa yang akan dibangun.

3arena masing-masing sila dari $ancasila akan diuraikan dalam rangkaian diskusi

dalam 3ongres ini, maka kami hanya akan memberikan catatan kecil saja+

*' Sila “3eruhanan ang !aha :sa” dirumuskan dalam konteks politik+ membangun

 1egara dan bangsa Indonesia, maka merupakan suatu prinsip politik, bukan suatu

 prinsip teologis. Implikasinya ialah bahwa 1egara mengakui dan melindungi

kemajemukan agama di Indonesia2 1egara tidak menilai “isi” dari suatu agama.

$enganut agama apapun wajib bersatu untuk membangun 1egara dan bangsa. 8al

/

Page 4: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 4/10

ini sangat jelas dari ajakan Soekarno dalam pidato “;ahirnya $ancasila” untuk 

 bersama-sama membangun 1egara dan bangsa Indonesia

' Sila “$erikemanusiaan yang adil dan beradab”mengimplikasikan bahwa 1egara

memperlakukan setiap warganegara atas dasar pengakuan martabat manusia dan

nilai kemanusiaan yang mengalir dari martabatnya itu.9elaslah bahwa sila kedua

ini menolak kekerasan yang dilakukan terhadap warganegara baik oleh 1egara,

kelompok atau indi<idu. 3ekerasan yang paling keji adalah kekerasan yang

dilakukan terhadap inti martabat manusia sendiri, yaitu kebebasannya.”8ewan

mencari mangsanya. !angsa !anusia adalah kebebasan”./'. 3ekerasan pada

 jaman sekarang kerapkali dikaitkan dengan identitas, religius atau etnik, yang

lebih banyak diproduksi daripada direproduksi

/' Sila “$ersatuan Indonesia” terkait dengan "aham kebangsaan. angsa bukan

sesuatu yang diwariskan dari masa lalu, tetapi suatu “proyek dan tantangan

 bersama” bagi masa kini dan masa depan.='. >leh karena itu harus melibatkan

semua dan tak seorangpun warga yang dieksklusi"kan.

=' $rinsip demokrasi yang dirumuskan sebagai “3erakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran?perwakilan”, menunjuk kepada

 pembatasan kekuasaan 1egara dengan partisipasi rakyat dalam pengambilan

keputusan. “3ita dapat berbicara mengenai sistem demokratik, apabila unsur-

unsur konstitusi, hukum dan sistem parelemen menerapkan tiga prinsip+

 pembatasan kekuasaan 1egara atas nama hak asasi, keterwakilan pelaku politik 

dan kewarganegaraan.”@'

@' Sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” paling sedikit memuat unsur-

unsur+ pemerataan, persamaan dan kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.

%. Pan#asia se$agai &asar eti'a ()iti'  

%engan dipilihnya $ancasila sebagai dasar hidup bernegara dan berbangsa atau

sebagai dasar hidup berpolitik, maka politik tidaklah netral, tetapi harus dilandasi nilai-

nilai etis. Itulah salah satu tugas "ilsa"at politik+ mencerahi makna berpolitik dan

mengekplisitkan nilai-nilai etis dalam politik yang didasarkan atas $encasila.

=

Page 5: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 5/10

da anggapan negati" dan sikap skeptik serta sinis terhadap politik. da

kecenderungan untuk menghindar dari politik. 1amun perlu dicattat beberapa hal+

 pertama,  mau tidak mau kita tidak dapat lepas dari politik. Segala kegiatan kita

mengandaikan kerangka 1egara dan masyarakat.  Kedua, berbagai kesulitan yang

dihadapi dunia modern, seperti peningkatan kesejahteraan, lingkungan hidup,

kesenjangan sosial-ekonomi, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

tidak dapat dipecahkan dengan meninggalkan politik, tetapi mengadakan trans"ormasi

 politik sedemikian rupa, sehingga memungkin kita membentuk dan mengorganisir 

kehidupan secara e"ekti". Ketiga, sikap sinis dan skeptik terhadap politik, bukan hal yang

tak terhindari. %engan membangun kredibilitas dan kelayakan suatu model alternati" dan

imaginati" institusi politik, ketidakpercayaan akan pilitik bisa diatasi.A'

%a<id 8eld mengartikan politik sebagai berikut+ “$olitik adalah mengenai

kekuasaan, yaitu mengenai kapasitas pelaku sosial dan institusi sosial untuk 

mempertahankan atau mentrans"ormir lingkungannya, sosial dan "isik. $olitik 

menyangkut sumber-sumber yang mendasari kapasitas ini dan mengenai kekuatan-

kekuatan yang membentuk dan mempengaruhi operasi dari kekuatan itu. >leh karena itu,

 politik adalah suatu "enomena yang diketemukan di dalam dan di antara institusi dan

masyarakat, melintasi kehidupan publik dan pri<at. $olitik terungkap di dalam semua

akti<itas kerjasama, negosiasi dan perjuangan dalam penggunaan dan distribusi

sumberdaya. $olitik terlibat dalam semua relasi, institusi dan struktur yang melekat

dalam akti<itas produksi dan reproduksi dalam kehidupan masyarakat. $olitik 

menciptakan dan mengkondisikan semua aspek kehidupan kita. $olitik berada pada inti

 perkembangan permasalahan dalam masyarakat dan cara kolekti" penyelesaian masalah

tersebut.”B'

agi ristoteles manusia akan menjadi sempurna dan mencapai tujuan

kodratinya, kalau ia hidup dalam polis &negara-kota'. Suatu 1egara ada, demi hidup baik 

dan bukan hanya untuk hidup saja. Seperti dikatakan 8. rend, “$olis sebenarnya

 bukanlah 1egara-kota &city-state' dalam lokasi "iknya2 polis adalah organisasi masyarakat

yang muncul dari perbuatan dan pembicaraan bersama dan ruang yang sebenarnya

terletak di antara orang yang hidup bersama untuk tujuan itu, tak peduli dimanapun

terjadi.”' !aka istilah politik menunjuk kepada akti<itas dari polis, dimana

@

Page 6: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 6/10

kesejahteraan bersama dideliberasikan dan keputusan yang secara kolekti" mengikat

dibuat. 9adi politik muncul dari tindakan bersama, “sharing o" words and deeds”. da

hal-hal yang dapat kita petik dari kehidupan politik pada jaman unani itu, meskipun

harus diakui bahwa ada contoh yang jelek yang terjadi pada waktu itu, misalnya wanita

dan budak tidak termasuk dalam warganegara. da anggapan pada waktu itu bahwa

mereka yang berhasil dalam kehidupan politik, yaitu hal-ihwal kehidupan dalam 1egara,

akan mencapai kebaikan tertinggi. 3ehidupan bersama dalam 1egara (polis' akan

mencapai kebaikan yang lebih besar, karena dilakukan bersama. !aka kehidupan

 bersama dalam 1egara tidak hanya akan melindungi indi<idu dan hak miliknya

&sebagaimana jaman sekarang dituntut oleh liberalisme', tetapi harus menciptakan

keunggulan manusiawi &arte'. 3odrat manusia mendorong, agar 1egara berperan dalam

mengembangkan potensi manusia, mengajarkan kita untuk mencintai yang baik dan

membuat warganegara menjadi lebih baik dengan menciptakan kebiasaan yang baik 

&inilah arti utama dari “pendidikan politik”'. !aka dapat dikatakan bahwa bagi

ristoteles, 1egara atau polis adalah “perkumpulan teman-teman yang saling

mempro<okasi untuk berbuat kebajikan. $olitik adalah suatu akti<itas etis, yaitu

 bersangkut paut dengan masalah bagaimana kita harus hidup dalam suatu masyarakat

 politik.

!ichel #oucault mengatakan bahwa politik pada masa ini ditandai oleh

“pendisiplinan” dan “penundukan” yaitu pemaksaan agar manusia berperilaku tertentu.

Ini disebut “biopower”. $olitik adalah pengaturan dan penguasaan hidup dan biopower 

ini secara "undamental modern, yaitu manakala kehidupan manusia dipertaruhkan oleh

strategi politiknya sendiri. %engan lain perkataan, kehidupan manusia menjadi objek 

 politik itu sendiri. Ini yang menjadi ciri dari politik modern, berbeda dari politik di masa

lalu.

erbeda dari #oucault, Diorgio gamben dalam  !omo "acer# "o$ereign Po%er 

and &are 'ife,E' berpendapat bahwa tidak benar kehidupan manusia selalu menjadi objek 

dari politik. Ia mengingatkan bahwa dalam uku $ertama  Politics  &*..' ristoteles

membedakan antara “kehidupan yang begitu saja” atau “kehidupan biologis

semata”&bare life, nuda $ita, kehidupan telanjang, kehidupan biologis, to en' dan “hidup

yang baik” &eu en'. 3ehidupan politik mengatasi kehidupan “yang biologis melulu”

A

Page 7: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 7/10

menjadi “sesuatu yang lebih”, yaitu lebih manusiawi. ang menjadi ciri politik adalah

 perwujudan kemampuan manusia untuk menstrukturkan suatu kehidupan bersama dalam

komunitas yang tidak memaksa, yang mampu melakukan re"leksi deliberati" atas

 pertanyaan apakah keadilan itu dan sarana konkrit apa untuk mencapainya) “3eadilan

melekat dalam polis2 karena keadilan, yang adalah penentuan apa yang adil, adalah

 pengaturan persekutuan politik” & Politics *..AA'. gamben menarik perhatian kita pada

apa yang dikatakan oleh ristoteles mengenai bahasa dalam  Politics  *..*A+ gar 

menjadi benar-benar manusiawi orang harus menjadi anggota polis, karena hanya

dengan begitu, ia dapat berbicara. “!engeluarkan suara ber"ungsi untuk menunjukkan

kesenangan atau kesakitan, dan ini suatu kemampuan yang dimiliki hewan pada

umumnyaF.. Tetapi bahasa ber"ungsi untukF..menyatakan apa yang adil dan tidak 

adil”. %isini kehidupan di lihat tidak hanya sebagai suatu "akta, tetapi suatu capaian.

Capaian itu adalah kebudayaan. gamben menyebut kehidupan biologis semata sebagai

“inklusi" eksklusi" &un esclusione inclusi$e'. !aksud dari pernyataan itu ialah bahwa

kehidupan yang baik &eu en' bukan kehidupan biologis semata, namun kehidupan yang

 baik juga merupakan perkembangan dari kehidupan biologis semata. $olitik seolah-olah

merupakan tempat dimana kehidupan harus mengalami trans"ormasi menjadi kehidupan

yang baik. Tetapi ini bukan suatu capaian dari ufhebung  dari kehidupan biologis semata.

 ufhebung  politik tidak pernah tercapai, identitas tak pernah selesai7

%engan ditetapkannya $ancasila sebagai dasar negara, kehidupan politik 

memiliki dimensi etis, bukan sesuatu yang netral. 1ilai-nilai yang terkandung dalam

$ancasila mendorong warganegara untuk berperilaku etis dalam politik.

  pabila nilai-nilai $ancasila itu dapat ditrans"ormasikan ke dalam ethos

masyarakat, maka akan menjadi pandangan hidup atau +eltanschauung . $andangan

hidup dapat dilihat sebagai suatu cultural soft%are,  suatu perangkat lunak budaya.

$andangan hidup adalah suatu cara memahami dunia dan kehidupan sosial, suatu

kosmologi masyarakat. Sebagai perangkat lunak budaya pandangan hidup berperan

dalam mengkonstruksikan dunia sosial dan politik. Tetapi pandangan hidup itu selalu

 berada dalam kontestasi dan negosiasi dengan pandangan hidup lainnya. ultural 

 soft%are  dikopi dalam setiap indi<idu melalui sosialisasi, interaksi dan komunikasi.

#ungsi cultural soft%are  mirip dengan apa yang disebut Dadamer “tradisi”+ tradisi

B

Page 8: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 8/10

melengkapi kita dengan pra-pemahaman yang memungkinkan kita membuat penilaian

mengenai dunia sosial Sejauh masyarakat memiliki kopi yang kurang lebih sama, maka

 pemahaman budaya mereka adalah pemahaman budaya bersama.*G'.

*. Pan#asia Se$agai A#uan Kriti' I&e))gi

gnes 8eller membedakan “yang politik” dengan “politik” & politics). Istilah

“yang politik” menunjukkan domain, atau lingkup dimana deliberasi terjadi, Sedangkan

istilah “politik” & politics', merujuk kepada akti<itas yang terjadi dalam lingkup itu.**' Ini

mempunyai implikasi pada masalah sejauh mana (ruang lingkup politik” &pakah batas

kekuasaan politik), Siapa memiliki hak untuk melaksanakan kekuasaan politik itu) Isu-

isu apa yang rele<an bagi politik 3alau dalam masa unani kuno “yang sosial” dan

“yang politik” terjadi tumpang tindih, sementara dalam modernitas hal itu tidak terjadi.

$ara “"ounding "athers” sejak awal telah melakukan suatu “kritik ideologi”,

meskipun pada jaman itu model alternati" terhadap ideologi-ideologi besar &liberalisme

dan sosialisme' masih terbatas. da dua tradisi mengenai konsepsi mengenai “yang

sosial” dan “yang politik” dan interaksi antara keduanya. $olitik di dalam demokrasi

liberal kapitalis didasarkan pada premis konsepsi mengenai indi<idu sebagai unit utama

moral dan politik. 3arenanya hak dan kebebasan dide"inisikan lebih dalam kerangka

indi<idual. 8ak-hak ini memberikan prioritas kepada kepentingan pribadi indi<idual di

atas kepentingan umum. sumsinya ialah bahwa indi<idu dengan usahanya sendiri dapat

memenuhi kebutuhannya tanpa terlalu banyak inter<ensi dari 1egara. 1amun dengan

 berkembangnya demokrasi dan kewarganegaraan, model liberal dianggap tidak memadai.

3ritik terhadap ideologi demikian pada abad ke *E dilontarkan oleh !ar0, yang

menyatakan bahwa kewarganegaraan modern lebih menguntungkan indi<idu dari kelas

 borjuis. $ada abad ke G negara-negara modern telah menyesuaikan diri dengan kritik ini

dengan memperluas “hak-hak sosial” pada kesehatan, kesejahteraan dan jaminan sosial.

 1amun 1egara haruslah berinter<ensi dalam ekonomi dan masyarakat, lebih dari masa

sebelumnya .*H %engan demikian “yang politik” lebih masuk ke dalam “yang sosial.

Inilah salah satu makna “akhir dari ideologi”, seperti dikemukakan oleh %aniel ell. Tak 

ada lagi ideologi yang murni, melalu “liberal” atau melulu “sosialis”. $ancasila dan

44% *E=@ mencari keseimbangan dan perpaduan antara keduanya.

Page 9: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 9/10

%inamika $ancasila terletak dalam ketegangan antara “ideologi” dan “utopia”.

$ancasila sebagai ideologi memberi arah pembangunan sistem sosial dan politik. Sistem

yang dibangun tidak pernah merupakan perwujudan utuh dari $ancasila, maka selalu bisa

dikritik. isa terjadi juga $ancasila $ancasila sebagai “ideologi” membenarkan dan

meneguhkan sistem yang dibangun untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga

menjadi mandeg. !aka atas dasar $ancasila itu pula dapat dilakukan kritik. !ungkin

dapat dikatakan dari perspekti" ini $ancasila merupakan “utopia”. 4topia dapat bersi"at

“sub<ersi"”, menggoncangkan sistem-sistem yang dibangun berdasarkan orientasi

ideologi. 4topia dapat menciptakan kreati"itas dengan imaginasi sosialnya. *'

Sebagai kesimpulan, $ancasila dapat dikembangkan menjadi "ilsa"at dalam tiga arah+

*' Sebagai “#ilsa"at $ancasila”, yang merupakan re"leksi kritis atas dasar hidup

 bernegara.' Sebagai “:tika $olitik” yang merupakan re"leksi kritis atas nilai-nilai etis yang

terkandung dalam $ancasila./' Sebagai “3ritik Ideologi” yang merupakan re"leksi kritis dalam menge<aluasi

 berbagai ideologi lainnya.

E

Page 10: Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

7/23/2019 Pancasila Sebagai Dasar Negara Asas Etik

http://slidepdf.com/reader/full/pancasila-sebagai-dasar-negara-asas-etik 10/10

Catatan

*. Soekarno, “;ahirnja $antja Sila” dalam+ amkan Panta "ila. %epartemen$enerangan 5.I, *EA=.

. !ohammad 8atta, $engertian $ancasila. 9akarta+ Idayu $ress, *EBB, h. *,

sebagaimana dikutip oleh Todung !ulya ;ubis “$ancasila, Dlobalisasi, dan 8ak sasi !anusia, “dalam+  /estorasi Pancasila. 0endamaikan Politik 1dentitas dan

 0odernitas.  $enyunting, Ir"an 1asution dan 5onny gustinus, 9akarta+

$erhimpunan $endidikan %emokrasi, GGA, h. //../. 9.-!. %omenach, “The 4biuity o" Jiolence,”  1nternational "ocial "cience

 2ournal , /G &*EB', h.B*E..

=. . 5. >7D.,nderson, “ Indonesian 1ationalism Today and in the #uture,”

 1ndonesia AB &pril *EEE'.@. lain Touraine, +hat is 3emocracy” oulder, Colorado+ 6est<iew $ress, *EEB,

h. B.

A. %a<id 8eld, 0odels of 3emocracy. Cambridge+ $olity $ress, *EE, h. E@-EB.

B. %a<id 8eld, 1bid., /G. 8. rend, he !uman ondition. Chicago and ;ondon+ The 4ni<ersity o" 

Chicago $ress, *EE, h. *E.E. Diorgio gamben,  !omo "acer# "o$ereign Po%er and &are 'ife. Stand"ord+

Stand"ord 4ni<ersity $ress,*EE. 4raian mengenai pandangan gamben, kami

ambil dari+ ndrew 1orris, “Diorgio gamben and the $olitics o" the ;i<ing%ead”, 3iacritics, Jol./G, 1o. = &winter, GGG', h. /-/E

*G. ;ihat mengenai ini+ 9.!.alkin, ultural "oft%are. heory of 1deology. 1ew

8a<en K ;ondon+ ale 4ni<ersity, *EE.

**. 9ames !artin, “The Social and the $olitical”, dalam+ #idelma she, et alii,ontemporary "ocial 4 Political heory. uckingham, $hiladelphia+ >pen

4ni<ersity $ress, *EEE, h.*@A

*. 9ames !artin, op.cit ., h.*A*-*A.*/. ;ihat #red %allmayr, 3ialogue mong i$iliation. "ome 56emplary 7oices. 1ew

ork+ $algra<e !acmillan, *GA-**.

*G