27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 70 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan YME dan ternyata merupakan light- star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila 1

Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengetahui Pancaila sebagai dasar Hukum Indonesia

Citation preview

Page 1: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era

reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 70 tahun yang lalu

disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah

bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.

Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila

memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan YME dan ternyata merupakan

light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai

pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu

dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk

kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan

sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila

itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat

dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari

guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik

dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila

berarti dia menentang toleransi.

Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat

mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain

yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk

memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri

dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup

bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh

Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan

ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.

Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan

berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia

1

Page 2: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa

Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu

benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara

Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar

menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah

dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah

berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda

maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya

keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian filsafat Pancasila?

2. Apakah manfaat dan landasan filsafat Pancasila?

3. Apakah bukti bahwa  Pancasila dijadikan sebagai dasar negara Indonesia?

4. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara?

1.3 Tujuan

1.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

2.      Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek filsafat

3.      Untuk mengetahui landasan filosofis Pancasila

4.     Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara

Indonesia

2

Page 3: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

BAB II

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT HIDUP BANGSA

2.1 Pengertian dan Pembandingan Filsafat Pancasila

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat

dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa

filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila

senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga

Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

1. Filsafat Pancasila Asli

Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato

Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di

Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.

Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,

sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.

2. Filsafat Pancasila versi Soekarno

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955

sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu

menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari

budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat

(Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal

dari Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno

tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.

3. Filsafat Pancasila versi Soeharto

Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf

yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti

interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly

Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila

3

Page 4: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang

bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia

antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,

Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan,

Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara

umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa

Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,

norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling

baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti

praktis, filsafast Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa

filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak

hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk

memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga

dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut

dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat

hidup, way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat

mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-

macam dan bertingkat-tingkat sebagai berikut:

1.      Kebenaran indra (pengetahuan biasa);

2.      Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);

3.      Kebenaran filosofis (filsafat);

4.      Kebenaran religius (religi).

4

Page 5: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

2.2 Manfaat Filsafat Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia

1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah

mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata

hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang

persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana

memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka

suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-

persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam

masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam

pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang

jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia

memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul

dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan

hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.

Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan

yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam

dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada

akhirnya pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang

dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan

tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam

kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup

ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam

rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki

yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik

Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu

dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi

pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap

eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara,

dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam

5

Page 6: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu

mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

2. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni

1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia

merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan

kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar

itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan

kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan

budaya.

Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar

negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal

18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,

Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung

unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa

dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai

seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara

sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,

maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang dikeluarkan

oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan

dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Dasar negara kita berakar

pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan

dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu

hingga sekarang.

3.   Filsafat Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan

kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang

membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-

6

Page 7: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan

perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan

oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan

dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala

bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,

Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia

tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah

tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur

asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya

sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.

Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan

jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.

Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati

dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka

Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam

Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta

tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.

4.  Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia

Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita

temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan

negara Indonesia seperti di bawah ini :

1) Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.

2) Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV

yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945

(terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta).

3) Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.

4) Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal

27 Desember 1945, alinea IV.

7

Page 8: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

5) Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI)

tanggal 17 Agustus 1950.

6) Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI

tanggal 5 Juli 1959.

Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam

dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak

berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut :

1) Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni

1945 Oleh Ir. Soekarno

2) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang

Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)

3) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD

1945

4) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi

RIS 1949

5) Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD

Sementara RI (UUDS-RI 1950)

2.3 Landasan Filsafat Pancasila

1. Landasan Ontologis

Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima

sila memiliki satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan

merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri.

Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada

hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis

sebagai dasar ontologis Pancasila.

Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa

hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :

Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, 

rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.

8

Page 9: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil

adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

 Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi)

segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk

kehidupan sesudah mati, dan Tuhan.

Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

1) Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi

ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

2) Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas,

dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan

prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat

asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;

3) Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat

manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik

personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi

mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam

kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan sesama

manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi

manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan

kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;

4) Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian

manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah

perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem

kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara.

Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup

dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis,

berkebajikan;

5) Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem

kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,

kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka

9

Page 10: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat

kesetiaan, dan kebanggaan nasional.

2. Landasan Epistimologi

Epistemologi adalah cabang filsafat  yang menyelidiki asal, syarat, susunan,

metode, ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses

dan syarat terjadinya pengetahuan, batas ilmu pengetahuan.

Menurut Titus (1984 : 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam

epistemologi, yaitu:

·  Tentang sumber pengetahuan manusia

·  Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia

·  Tentang watak pengetahuan manusia

Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari

hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.

Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa

Indonesia sendiri. Sedangkan susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan

yaitu Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti

susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.

Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada

pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk

mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.

Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan

hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan

azas-azas:

Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan

martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan

ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur:

pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat

manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/ keagamaan.

10

Page 11: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara:

1) Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam,

semesta, sosio-budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;

2) Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang,

kepustakaan, dokumentasi;

3) Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.

Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis:

1) Pengetahuan indrawi;

2) Pengetahuan ilmiah;

3) Pengetahuan filosofis;

4) Pengetahuan religius.

Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu

adalah perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan

budaya umat manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia.

Perwujudannya adalah pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat

luhur dan kebajikan para cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati,

bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian mandiri dan matang serta meningkatkan

harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap dalam pergaulan), psikis

(sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas kepribadian, termasuk

kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.

Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan

manusia untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan,

memiliki wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan

ruang (negara, alam semesta), bahkan secara suprarasional menghayati Tuhan

yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan

menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan

derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti

mengakui ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia

suprarasional dan supranatural. Tahu secara ‘melampaui tapal batas’ ilmiah dan

filosofis itu justru menghadirkan keyakinan religius yang dianut seutuh

11

Page 12: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-rasional adalah

kesadaran rohaniah tertinggi yang membahagiakan.

3. Kajian Aksiologi

Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau

yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan

dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada

hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti

bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.

Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai

instrumental, dan nilai praktis.

1) Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai

kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

2) Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma

hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan

mekanisme lembaga-lembaga negara.

3) Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam

kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai

instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.

Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan

nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua

aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara.

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai

Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang

berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai

secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi

dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:

Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan

segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum

moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani,

12

Page 13: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan

hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin

multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.

2.4 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan

dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-

undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :

1) Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam

sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945

2) Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni

1945 di depan sidang BPUPKI

3) Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni

1945

4) Pengertian Pancasila yang sah dan benar secara Konstitusional adalah

pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat

dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No.

12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan,

penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar

adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.

2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan suatu konsep yang dijadikan

sebagai pegangan untuk mencapai suatu tujuan bangsa dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu ketetapan bagi seluruh warga

negara Indonesia, seperti yang telah kita tahu bahwa warga Indonesia memiliki

keanekaragamaan yang kompleks, baik dalam bidang budaya, ras, warna kulit, dll.

Oleh karena itu untuk mencapai tujuan bangsa kita, Indonesia harus bersatu

membentuk kekuatan sehingga dapat rukun, damai, kuat, dan dinamis. Nah untuk

mempersatukan Indonesia, maka dijadikanlah pancasila sebagai suatu pegangan

yang mengatur pola pikir warga negara agar bisa mencapai tujuan bangsa. Tujuan

13

Page 14: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

Bangsa kita adalah tujuan yang telah tertera dalam Pembukaan UUD 1945, yang

diantaranya melindungi segenap warga negara indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi

dan keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya banyak hal yang harus dilakukan,

salah satunya adalah menjadikan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, Pancasila

menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara antara lain:

1) Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan

Fungsi Pancasila sebagai sarana agar bangsa Indonesia tetap bersatu

dan tidak terpecah belah sangatlah penting. Seperti yang telah saya katakan

diatas bahwa Indonesia memiliki Keanekaragam suku yang sangat banyak

sehingga apabila terpecah belah akan sangat beresiko dan memberikan

banyak dampak negatif. Pancasila Menjadi Ideologi persatuan dengan

membangun suatu konsep atau ide yang menjadi watak warga negaranya,

sehingga memiliki kepribadian dan rasa percaya diri yang tinggi. Pancasila

sebagai Ideologi Persatuan dapat di analogikan seperti “pancasila

membangun karakter bangsa (character Building oleh pancasila).

2) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila Sebagai Ideologi terbuka artinya pancasila dapat

dikembangkan nilai-nilainya agar menjadi suatu ideologi yang lebih baik

seiring terjadinya kemajuan dalam kehidupan. “Terbuka” yang dimaksud

disini bukanlah mengubah pancasila, namun mengarahkan penerapan nilai –

nilai pancasila menjadi lebih mapan dan sesuai dengan perkembangan

zaman.

3) Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan

Pancasila sebagai Ideologi pembangunan artinya pancasila memiliki

kemampuan untuk menjadi ideologi agar bangsa Indonesia dapat

berkembang seutuhnya. Pembangunan yang dimaksud disini bukan hanya

14

Page 15: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

dari sebagi perkembangan ekonomi, perkembangan teknologi, dan

perkembangan fisik lainnya, melainkan juga terhadap perkembangan

sumber daya manusianya. Setiap Warga Negara Indonesia harus terus

berkembang agar terjadi perubahan indonesia ke arah yang lebih baik.

Selain 3 Fungsi Utama diatas, berdasarkan fungsi Ideologi, Pancasila sebagai

Ideologi Bangsa juga berfungsi untuk :

1) Sebagai Pedoman Memajukan Bangsa

2) Menjadi arahan dalam mencapai cita – cita bangsa

3) Menjadi Pegangan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

15

Page 16: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya

dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu

(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling

bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Manfaat filsafat Pancasila dalam berbangsa dan bernegara bermacam-

macam antara lain: Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila sebagai

jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah

negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam

beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia .

3.2 Saran

Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan

tinggal di negara Indonesia. Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia

harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga,

memahami dan mengamalkan Pancasila dalam segala kehidupan. Tanpa ini maka

Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam

Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta

tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Sehingga kekacauan yang

sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan

bangsa dan negara Indonesia.

16

Page 17: Pancasila Sebagai Filasafat Hidup Bangsa

DAFTAR PUSTAKA

Sandi Jundira. 2014. Pancasila Sebagai Falsah Negara, (online),

(http://sandijundira.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pancasila-

sebagai.html, Diakses 30 Oktober 2015)

Diny Zulfiqor. 2012. Pancasila Sebagai Dasar Negara, (online),

(http://dinyzulfiqor.blogspot.co.id/2013/05/contoh-makalah-pancasila-

sebagai-dasar.html, Diakses 30 Oktober 2015)

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Abdul Hadi. 2015. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, (online),

(http://softilmu.blogspot.co.id/2015/02/Pengertian-Fungsi-Pancasila-

Sebagai-Ideologi-Bangsa-Negara-Nasional.html, Diakses 21 November

2015)

17