81
i PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA POLIGAMI BAGI PNS DAN WARGA SIPIL DI INDONESIA (PP NO. 45 TH 1990, KHI DAN UU NO. 1 TH 1974) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: K A H F I 106043201275 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2010 M

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

i

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA POLIGAMI

BAGI PNS DAN WARGA SIPIL DI INDONESIA

(PP NO. 45 TH 1990, KHI DAN UU NO. 1 TH 1974)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

K A H F I

106043201275

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2010 M

Page 2: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

ii

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA POLIGAMI

BAGI PNS DAN WARGA SIPIL DI INDONESIA

(PP NO. 45 TH 1990, KHI DAN UU NO. 1 TH 1974)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

K A H F I

106043201275

Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. KH. A. Juaini Syukri, Lcs, MA Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH

NIP. 195507061992031001 NIP. 196911211994031001

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2010 M

Page 3: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA

POLIGAMI BAGI PNS DAN WARGA SIPIL DI INDONESIA (PP No. 45 Th 1990, KHI

dan UU No. 1 Th 1974) ”. Telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 22 Desember

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Islam (SHI) pada program study Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH).

Jakarta, 22 Desember 2010

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA (...........................)

NIP. 195703121985031003

Sekretaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, SAg, MSi (...........................)

NIP. 197412132003121002

Pembimbing I : Dr.H.A. Juaini Syukri, Lcs, MA (...........................)

NIP. 195507061992031001

Pembimbing II : Drs.H.Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH (...........................)

NIP. 196911211994031001

Penguji I : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA (...........................)

NIP. 150294051

Penguji II : Dr. Euis Amalia, MAg (...........................)

NIP. 197107011998032002

Page 4: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

iv

LEMBAR PERNYATAAN:

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil karya orang lain atau menjiplak dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 22 Desember 2011

K A H F I

Page 5: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

v

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulullah saya panjatkan kehadirat-Nya Allah SWT. Akhirnya penulisan

skripsi ini dapat terselasaikan oleh penulis dengan kerja keras dan diiringi do’a, dan berkat

rahmat dan hidayah dari Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis. Shalawat

serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa

risalah kepada kebenaran untuk umat Islam khususnya.

Skripsi ini merupakan sebuah karya penulis dalam penulisan skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga dan mendapatkan bantuan baik meteril

maupun non materil.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga yang telah berjasa

dan yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Jakarta.

2. Dr. H. Muhammad Taufiki, MAg, selaku ketua program study Perbandingan Mazhab dan

Hukum, serta bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, SAg, Msi, selaku sekretaris program study

Perbandingan Mazhab dan Hukum.

3. Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs, MA dan Drs. H. Asep Syarifudin Hidayat, SH. MH, selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.

4. Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA dan Dr. Euis Amalia, MAg, selaku penguji sidang

munaqasyah yang telah memberi arahan dan saran kepada penulis.

Page 6: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

vi

5. Pimpinan perpustakaan beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk

melakukan study pustaka.

6. Untuk orang tua saya Baba dan Mama Jamhuri, SH dan Juhaeriah yang telah memberikan

do’a yang tak putus-putus dan dukungan secara terus-menerus dalam penyusunan skripsi ini

sehingga dapat terselesaikan saya ucapkan banyak-banyak terima kasih.

7. Untuk nyai saya em’me Hj.Suryanah dan Hj.Hapsah yang telah memberikan doa yang tak

putus-putus saya ucapkan banyak-banyak terima kasih.

8. Untuk mpok dan adik-adikku wabil khusus Jundiah yang telah memberikan bantuan materi

dan non materi, selalu memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk istri Nenk Lie yang rela mengorbankan waktunya serta ego-nya dan telah memberikan

doa dan dukungannya, sehingga skripsi ini terselesaikan saya ucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya dan kecupan sayang.

10. Untuk mertua saya Bapak dan Ibu, Drs. Suhendar & Minarni yang telah memberikan doa

serta dukungannya saya ucapkan banyak-banyak terima kasih.

11. Untuk kawan-kawan seperjuangan yang telah membantu Lay, Kicunk, Fajrul, Ros, Boyo dan

kawan-kawan yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini yang penulis

tidak dapat sebutkan satu persatu.

12. Untuk pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan semua saya ucapkan

terima kasih.

Jakarta, 22 Desember 2010

K A H F I

Page 7: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................................... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Study Review ........................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

F. Metode Penelitian .................................................................... 10

G. Teknik Penulisan ...................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 11

BAB II : SEKILAS MENGENAI POLIGAMI DAN PNS

A. Pengertian Poligami .................................................................. 12

B. Sejarah Tentang Poligami ........................................................ 15

C. Dalil-dalil Poligami .................................................................. 20

D. Pengertian PNS ........................................................................ 24

Page 8: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

viii

E. Jenis-jenis PNS ........................................................................ 26

BAB III : PANDANGAN HUKUM TENTANG CARA BERPOLIGAMI

A. Poligami Menurut Hukum Islam dan Konsep Adil Menurut

Imam Empat Madzhab .............................................................. 28

B. Poligami Menurut PP No 45 Thn 1990 .................................... 36

C. Poligami Menurut KHI ............................................................. 39

D. Poligami Menurut UU No 1 Thn 1974 ..................................... 42

E. Perbedaan dan Persamaan Cara Poligami Menurut Hukum

Islam, PP No 45 Th 1990, KHI dan UU No 1 Thn 1974 ......... 46

F. Kenapa Ada Perbedaan Tentang Cara Poligami Bagi PNS

Warga Sipil ............................................................................... 57

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Analisa Penelitian .......................................................................... 58

B. Sanksi Melakukan Poligami Menurut Hukum Islam Diluar

Peraturan Pemerintah

1. PNS .......................................................................................... 62

2. Warga Sipil ............................................................................. 63

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................ 68

Page 9: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

ix

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di indonesia banyak pelaku poligami sebagaimana poligami merupakan salah

satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak terkecuali feminis islam, feminis

sendiri adalah suatu gerakan untuk mendapatkan hak untuk perempuan dengan

prinsip bahwa perempuan mempunyai hak dalam politik, sosial, dan ekonomi yang

setara dengan laki-laki. Feminisme juga berarti suatu kesadaran terhadap penindasan

dan perampasan terhadap perempuan ditengah masyarakat, tempat kerja, dan

keluarga. Dan kesadaran oleh perempuan atau laki-laki untuk mengubah keadaan

tersebut.1 Sedangkan kata Poligami adalah isyarat islam yang merupakan sunah

Rasulullah SAW tentunya dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil

diantara para isteri dan terbatas empat saja.

Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan

beban masyarakat yaitu dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan

menempatkannya ke shaf para isteri yang terpelihara dan terjaga.2

Oleh karena itu disyariatkan perkawinan dalam Islam agar ketika manusia

telah sampai pada masa untuk saling mengenal antar lawan jenis tidak sampai

1 M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, (Malang:UIN Malang Pers, 2008), h. 247

2 Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999), h. 5

Page 11: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

2

terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Oleh karena itu Islam

memberikan pengaturan yang benar terhadap masalah keluarga, yakni tiga puluh

persen dari ayat mengatur tentang hukum kemasyarakatan berjumlah 229 ayat.3

Dalam pembahasan tentang poligami ini banyak orang yang salah paham

tentang poligami ini, banyak orang yang mengira bahwa poligami itu baru dikenal

setelah Islam ada, mereka menganggap bahwa Islamlah yang membawa ajaran

tentang poligami. Bahkan ada yang menganggap bahwa kalau bukan karena Islam

poligami tidak akan dikenal dalam sejarah kehidupan manusia, padahal sudah

berabad-abad lamanya sebelum Islam diwahyukan masyarakat dibelahan dunia sudah

mengenal dan mempraktikkan poligami.4

Sebagian orang berbicara tentang poligami, seakan-akan Islam merupakan

yang pertama kali mensyari'atkan itu. Ini adalah suatu kebodohan dari mereka atau

pura-pura tidak tahu tentang sejarah. Sesungguhnya banyak dari umat dan agama-

agama sebelum Islam yang memperbolehkan menikah dengan lebih dari satu wanita,

bahkan mencapai berpulah-puluh orang atau lebih, tak ada persyaratan dan tanpa

ikatan apa pun.

Di dalam Injil Perjanjian Lama diceritakan bahwa Nabi Dawud mempunyai

istri tiga ratus orang, dan Nabi Sulaiman mempunyai tujuh ratus orang istri.

3 Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, ( Malang: UIN Malang Pers, 2008), h. 5

4 Murtadha Muthahhari, Duduk Perkara Poligami, (Jakarta: Serambi, 2007), h. 8

Page 12: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

3

Ketika Islam datang, maka dia meletakkan beberapa persyaratan untuk

bolehnya berpoligami, antara lain dari segi jumlah adalah maksimal empat. Sehingga

ketika Ghailan bin Salamah masuk Islam sedang ia memiliki sepuluh isteri, maka

Nabi SAW bersabda kepadanya, "Pilihlah dari sepuluh itu empat dan ceraikanlah

sisanya." Demikian juga berlaku pada orang yang masuk Islam yang isterinya delapan

atau lima, maka Nabi SAW juga memerintahkan kepadanya untuk menahan empat

saja.

Perkembangan poligami dalam sejarah kehidupan manusia mengikuti pola

pandangan masyarakat terhadap kedudukan perempuan, dan dalam tumbuh

berkembangnya tentang permasalahan poligami tergantung pada keadaan yang

tumbuh di dalam masyarakat dan hal tersebutlah yang kebanyakan menjadi alasan

seseorang untuk melakukan poligami, dan maraknya pelaku poligami di lihat dari

pola pikir masyarakat yang menilai masalah poligami dan menilai tentang keberadaan

perempuan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. ketika masyarakat menganggap

perempuan itu hina maka poligami akan menjadi subur, sebaliknya pada masyarakat

yang manganggap perempuan secara terhormat praktek poligamipun berkurang.

Jadi perkembangan poligami itu pasang surut mengikuti cara pandang

masyarakat terhadap poligami.5

5 Anik Faridha, Menimbang Dalil Poligami, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,

2008), h. 6-7

Page 13: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

4

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar banyak orang

membicarakan tentang poligami, banyak masyarakat indonesia yang melakukan

poligami tidak pandang usia para pelaku poligami mulai dari usia muda sampai yang

tua, baik orang kaya maupun orang miskin hampir tidak bisa kita pungkiri sampai

para pejabat publik maupun pemerintahan dan dari kalangan artis, yang semua itu

merupakan publik pigur dalam masyarakat. Sebenarnya yang utama di dalam

masalah pernikahan adalah cukup dengan satu isteri karena ingin menjaga

ketergelinciran, dan karena takut dari kepayahan di dunia dan siksaan di akhirat,

maka sesungguhnya di sana ada pertimbangan-pertimbangan yang manusiawi, baik

secara individu ataupun dalam skala masyarakat sebagaimana yang kami jelaskan.

Islam memperbolehkan bagi seorang Muslim untuk menikah lebih dari satu

(berpoligami), karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah yang bersih,

dan memberikan penyelesaian yang realistis dan baik tanpa harus lari dari

permasalahan.6

Melakukan poligami seperti yang dilakukan oleh K.H Abdullah Gymnastiar

di ujung tahun 2006, dimana masyarakat yang mendukung poligami berkelit dengan

argumen yang demikian bahkan tidak mengherankan bila kemudian dalil-dalil agama

pun dijadikan sebagai dasar legitimasi, terhadap praktek poligami pada bagian

masyarakat yang lain terutama kaum ibu-ibu yang menjadi pendengar setia ceramah

K.H Abdullah Gymnastiar, merasa terkhianati dengan memprotes keras praktek

6 Ibid., h. 55

Page 14: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

5

poligami yang dilakukan oleh da’i kondang tersebut, sebelumnya da’i kondang

tersebut menyebutkan bahwa poligami dapat dilakukan dalam kondisi atau keadaan

yang darurat, ibarat kapal yang mengalami kerusakan mesin maka ia harus mendarat

secara darurat tentunya lewat pintu darurat, padahal waktu itu rumah tangga K.H

Abdullah Gymnastiar belum masuk katagori dalam keadaan yang darurat, di

Indonesia sudah banyak para pelaku poligami dari semua kalangan, memang

poligami dalam ajaran islam tidak dilarang sehingga menyebabkan masyarakat di

Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim yang merupakan negara islam

terbesar di dunia sehingga banyak masyarakatnya yang melakukan poligami. Baru–

baru ini di Indonesia telah ada klub komunitas poligami yang dimana para

anggotanya wajib harus berpoligami.7

Padahal di Indonesia masih banyak yang menentang para pelaku poligami

khususnya para kaum wanitanya, sehingga banyak para pelaku poligami

melakukannya secara diam-diam agar bisa terlaksananya poligami itu, bila para

pelaku poligami melakukannya secara diam-diam ini apakah tidak melanggar sistem

hukum di indonesia.8 Dimana para pelaku poligami ini bisa melakukan penipuan

berupa memalsukan identitas, akta perkawinan dan lain-lain yang dimana bisa dijerat

dengan pidana, namun masyarakat awam masih banyak yang belum mengetahui

7 www.poligamiindonesia.com/

8 Setiati, Eni, Hitam Putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena,

(Jakarta:Cisera Publishing, tth), h. 12

Page 15: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

6

seperti apa sistem yang mengesahkan seorang itu berpoligami baik dalam islam

maupun hukum positif.

Bahkan dari data departemen agama tingkat perceraian dengan alasan

poligami dari tahun ketahun meningkat, mulai tahun 2004 dengan 813 kasus

perceraian, tahun 2005 879 kasus perceraian dan pada tahun 2006 dengan 983 kasus

perceraian, ini membuktikan bahwa tingginya perceraian dengan alasan poligami.9

Namun dalam kenyataannya di masyarakat banyak fenomena masyarakat

yang melakukan poligami, tidak sesuai dengan hukum positif yang berlaku tentang

poligami. Apakah ada sangsi bagi para pejabat yang melakukan poligami diluar

sistem hukum positif, apa dampak yang timbul dengan menggunakan sistem

poligami hukum positif bagi hukum islam serta sebalikanya dampak yang timbul

dalam hukum islam bagi pelaku yang menggunakan poligami yang diberlakukan

menurut hukum positif di Indonesia serta dampak yang timbul dalam masyarakat itu

seperti apa .10

Berdasarkan uraian tertulis di atas serta pentingnya mengetahui bagaimana

cara berpoligami yang benar menurut syariat Islam dan hukum poositif dan

berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi

yang berjudul: “ Pandangan Hukum Islam Terhadap Tata Cara Poligami Bagi

9 “ Data DEPAG tentang poligami dari tahun ketahun” diakses pada tanggal 15 januari 2011

dari www.bimaislam.net

10 Diakses dari www.eramuslim.com/oase-iman pada tanggal 20 agustus 2010.

Page 16: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

7

PNS dan Warga Sipil di Indonesia (PP No. 45 Th 1990, KHI, dan UU No. 1 Th

1974 ).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Agar peneliti tidak mengalami perluasan dalam pembahasan yang akan diteliti

maka penulis membatasi penelitiannya pada masalah tentang pandangan hukum

Islam dalam pelaksanaan izin poligami bagi PNS (pegawai negeri sipil) dan warga

sipil, dalam kajian PP No. 45 Tahun 1990, UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI

(kompilasi hukum Islam).

Rumusan Masalah

Agar dalam melakukan penelitian masalah ini lebih mudah dan terarah kepada

permasalahannya, maka penulis perlu merumuskan permasalahannya ke dalam

beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur melakukan poligami menurut hukum islam, KHI, PP No. 45

Tahun 1990 dan UU No. 1 Tahun 1974?.

2. Apa perbedaan dan persamaan prosedur poligami menurut hukum islam dengan

KHI, PP No 45 Tahun 1990 dan UU No1 Tahun 1974.

3. Apa sanksi PNS yang melakukan poligami diluar PP No.45 Tahun 1990

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 17: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

8

1. Untuk mengetahui cara melakukan poligami menurut hukum islam, KHI, PP

No.45 Tahun 1990 dan UU No.1 Tahun 1974.

2. Untuk mengetahui Kenapa PNS yang ingin berpoligami diatur khusus.

3. Untuk mengetahui Bagaimana sanksi orang yang melakukan poligami baik warga

sipil dan PNS diluar KHI dan PP No. 45 Tahun 1990.

4. Untuk mengetahui Apa perbedaan poligami menurut hukum islam dengan KHI,

PP No 45 Tahun 1990 dan UU No1 Tahun 1974.

D. Study Review

Syahroni, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan judul Pembagian Harta Warisan dalam Perkawinan PoligamiMenurut KHI

dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Dalam hasil penelitiannya bahwa dalam

melakukan poligami seorang suami harus memperhatikan syarat-syarat yang harus

dipenuhi, apakah suami tersebut dapat memenuhinya atau tidak, apabila suami

tersebut merasa tidak mampu maka harus dipertimbangkan kembali untuk melakukan

poligami.

Dan yang paling utama adalah dalam pelaksanaan poligami di Indonesia

adalah pengadilan dapat mengambil keputusan apakah seorang suami tersebut dapat

atau boleh berpoligami atau tidak.

Skripsi selanjutnya adalah ”Poligami Tanpa Izin Istri Pertama menurut

Perspektif Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974” yang di susun oleh Islamiyah

pada tahun 2006. Kajian skripsi ini membahas urgensitas izin poligami dari pihak

istri terdahulu dalam perbandingan perspektif hukum positif dan hukum Islam.

Page 18: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

9

Pembahasan skripsi karya Islamiyah ini terbatas pada suatu konsep bagaimana

kedudukan hukum apabila istri pertama tidak memberikan persetujuan menurut

hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974.

Karya tulis selanjutnya adalah skripsi yang di susun oleh Tajun Nasruoh

Qurhi tahun 2006, dengan judul ”Esensi dan Eksistensi UU No. 1 Tahun 1974

Terhadap poligami” (Study Kasus di KUA Kec. Rumpin Bogor). Isi dari skripsi ini

adalah suatu kajian tentang keadilan dari pengaturan poligami dalam UU No. 1 Tahun

1974. Pada kajian ini terlihat perbedaan mencolok antara judul ataupun esensi yang

dibangun pada kajian tersebut dengan apa yang penulis teliti saat ini.

E. Manfaat penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, hasil penelitian ini sangat diharapkan

bermanfaat untuk:

1. Sec ara akademis penelitian ini berguna untuk menambah referensi difakultas

syariah dan hukum serta memberikan gambaran secara mendetail mengenai

sistem poligami dalam hukum positif dan hukum islam.

2. Agar masyarakat awam dapat mengetahui bagaimana cara melakukan poligami

yang sah atau legal menurut hukum positif di Indonesia serta legal dalam hukum

islam.

F. Metode penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian

skripsi ini, karena metode penelitian dapat menentukan langkah-langkah dari suatu

Page 19: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

10

penulisan.11

Adapun metode penelitian yang dipakai sebagai dasar penulisan ini

adalah sebagai berikut :

Penelitian ini menggunakan penelitian normatif yang dilengkapi dengan

penelitian lapangan , penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan

data sekunder.12

Data primer diperoleh dari keterangan para pelaku poligami

sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dengan cara penelusuran

bahan-bahan hukum yang bersifat primer, sekunder, dan tersier. Keseluruhan data

yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.13

G. Teknik penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

H. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi dalam

bentuk bab dan sub-sub yang secara logis saling berhubungan dan merupakan satu

kebulatan dari masalah yang diteliti. adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis

membagi menjadi 5 ( lima ) bab yaitu sebagai berikut :

11 Moleog, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 1988) h. 101

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet Ke-3, h. 5

13 Ibid., h. 162

Page 20: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

11

Bab I : Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, batasan masalah

rumusan masalah, tujuan penelitian, study review, manfaat

penelitian, metode penelitian, teknik penulisan,

sistematika penulisan.

Bab II : Sekilas mengenai poligami dan PNS berisikan tentang definisi

poligami, sejarah dan dalil-dalil yang berhubungan dengan poligami

serta pengertian tentang PNS dan pembagian jenis PNS.

Bab III : Cara poligami menurut hukum islam , cara poligami menurut menurut

PP No. 45Th 1990, KHI dan UU No. 1 Th 1974 dan perbedaan cara

poligami menurut Islam dan aturan di atas, alasan kenapa dalam

berpoligami PNS diatur khusus dan dibedakan dengan warga sipil.

Bab IV : Alasan para pelaku berpoligami menurut hukum Islam dan serta sanksi

melakukan poligami poligami menurut hukum islam dan diluar hukum

yang ada di Indonesia.

Bab V : Penutup berisikan kesimpulan dan saran

Page 21: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

12

BAB II

SEKILAS MENGENAI POLIGAMI DAN PNS

A. Pengertian Poligami

Kata poligami berasal dari bahasa yunani. Menurut etimologi, kata

poligami berasal dari kata ”poly” atau ”polus” yang berarti banyak, dan kata

”gamein” atau ”gamis” yang berarti kawin/perkawinan. Jika dirangkaikan,

maka poligami berarti perkawinan yang lebih dari seorang isteri dalam waktu

yang bersamaan. 14

Dalam buku ensiklopedi Hukum Islam, terminologi poligami adalah:

”ikatan perkawinan di mana salah satu pihak memiliki atau mengawini lawan

jenisnya dalam waktu yang bersamaan”.

Walaupun pengertian di atas ditemukan salah satu pihak akan tetapi

karena perempuan yang memiliki suami banyak dikenal dengan sebutan

poliandri, maka yang dimaksud dengan poligami adalah ikatan perkawinan

seorang suami yang mempunyai beberapa orang isteri (poligami) sebagai

pasangan hidupnya dalam waktu yang bersamaan.15

14

Humaidi Tatapangansa, Hakekat Poligami Dalam Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,

1999), h. 17-18.

15

Abd. Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),

Jilid IV, h. 1186.

Page 22: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

13

Pengertian poligami, menurut bahasa indonesia adalah sistem

perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan

jenisnya diwaktu yang bersamaan16

Hanya saja yang berkembang pergeseran sehingga poligami dipakai

untuk makna beristeri banyak, sedangkan kata poligami sendiri tidak layak

dipakai.17

Namun dalam pandangan musdah mulia poligami adalah ikatan

perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa (lebih dari satu)

istri dalam waktu bersamaan.18

Poligami sering dimaknai dengan pernikahan

antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan.19

Poligami dalam ilmu fikih lebih umum dipahami sebagai pengumpulan

dua sampai empat istri dalam waktu yang bersamaan oleh seorang suami. Dalam

ilmu Antropologi poligami dibedakan dalam dua bentuk, yaitu poliandri

berartikan perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa orang laki-

16

Anton Muliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-3,

h. 779.

17

Ahmad Kuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),

Cet. Ke-1, h. 159.

18

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama &

Gender, 1999), Cet. Ke-1, h. 2.

19

Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, (Jakarta: Balai Penelitian Dan

Pengembangan Agama, 2008), h. 15.

Page 23: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

14

laki, dan poligami berartikan perkawinan antara seorang laki-laki dengan

beberapa orang perempuan.20

Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai

lebih dari seorang istri dengan istilah poligini berasal dari kata polus berartikan

banyak dan gune berartikan perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang

mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata

polus yang berartikan banyak dan andros berartikan laki-laki.21

Jadi kata yang tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih

dari seorang dalam waktu yang bersamaan adalah poligini bukan poligami.

Meskipun demikian, dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud dengan

poligami itu adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang

perempuan dalam waktu yang bersamaan. Yang dimaksud poligini itu, menurut

masyarakat umum adalah poligami.22

Sebenarnya arti poligami dan poligini sama-sama mempunyai arti

seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu, namun karena berdasarkan

pendahulu kita arti makna tersebut lebih dikenal dengan poligami.

20

Ibid, h. 1.

21

Zakiah Drajat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985),

h. 17.

22

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009), h. 352.

Page 24: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

15

B. Sejarah Tentang Poligami

1. Poligami sebelum datangnya Islam

Timbulnya poligami sebagaimana dicatat oleh sejarah, bukan semata-

mata diseponsori oleh islam. Poligami ada sejak manusia mendiami planet bumi

ini, yang ditemui oleh hampir semua kebudayaan manusia 23

Eksistensi perkawinan sebelum Islam lahir sangat menyedihkan dan

merendahkan harkat dan derajat kaum perempuan. Mereka dianggap sebagai

khaddam (pembantu), sumber bencana, diperjual belikan, dan dianggap sebagai

benda mati yang dapat diwariskan bagi ahli waris bila suaminya telah meninggal

dunia.24

Dapat disimpulkan bahwa dalam pernikahan seringkali merendahkan

dan merugikan kaum perempuan. Kemudian Islam datang membawa aturan dan

syariat yang luwes, adil dan bijaksana untuk mengatur kehidupan rumah tangga

yaitu dengan menghapuskan pemberlakuan hukum-hukum pernikahan yang

dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam.25

Agama memang mempunyai ketentuan terhadap poligami, tetapi para

pendukung poligami itu berlainan penafsirannya dengan golongan yang anti

poligami. Ada yang mengatakan bahwa perkawinan nenek kita Adam dan Hawa,

23

Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), Cet. Ke-1,

h.35.

24

Humaidi Tatapangansa, Hakekat Poligami Dalam Islam, h. 17.

25

Nurbowo dan Apiko Joko M, Indahnya Poligami-Pengalaman Sakinah Puspo Wardoyo,

(Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003), h. 4.

Page 25: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

16

dalam keadaan monogami itu peraturan tuhan, yang harus kita ikuti. Tetapi

agama Yahudi memperbolehkan poligami, hanya saja pendeta-pendeta

membenci poligami. Dan kita mendengar pendapat yang berbeda-beda pula

tentang sikap agama kristen tentang poligami. Dan suara yang paling kuat

gemanya adalah agama kristen mengharamkan poligami. Dan sudah kita ketahui

bahwa agama Islam mengakui adanya peraturan poligami dengan menetapkan

syarat-syarat yang tertentu.26

Di Jazirah Arab sendiri jauh sebelum islam datang masyarakatnya telah

memperaktekan poligami, malahan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat

menyebutkan bahwa rata-rata pemimpin suku ketika itu memiliki puluhan istri ,

bahkan tidak sedikit kepala suku yang mempunyai sampai ratusan istri.27

Ameer ali menyatakan bahwa pada semua bangsa-bangsa barat dimasa

purbakala , poligami dianggap suatu kebiasaan yang diperbolehkan. Karena

dilakukan oleh raja-raja yang melambangkan ketuhanan, banyak orang yang

menganggapnya sebagai perbuatan suci. Pada orang hindu, poligami dalam

kedua aspeknya , dilakukan dengan meluas sejak zaman bahari, seperti juga pada

orang median dahulu kala, babilonia, Siria, dan bangsa parsi pun tidak

membatasi mengenai jumlah wanita yang boleh dikawini oleh seorang laki-laki.

Seorang Brahmana berkasta tinggi, bahkan dizaman modern ini, boleh

26

Abd. Natsir Taufiq Al’attar, Poligami Ditinjau dari Segi Agama, Sosial, dan Perundang-

undangan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 72-73.

27

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 3

Page 26: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

17

mengawini wanita sebanyak yang disukai. Poligami dialami orang Israel

sebelum datangnya nabi Musa a.s. yang meneruskan kebiasaan itu tanpa

mengadakan pembatasan mengenai jumlah perkawinan yang boleh dilakukan

oleh seorang suami bangsa ibra. Pada zaman kemudian, Talmud di Yerusalem

membatasi jumlah istri menurut kemampuan sang suami untuk memelihara istri-

istrinya dengan baik.28

Di Athena yang paling beradab dan paling tinggi kebudayaannya

diantara semua bangsa zaman purbakala, harga wanita tidak lebih harga hewan,

yang bisa dijual dipasar dan diperjualbelikan kepada orang lain, serta

diwariskan. Romawi didirikan dalam keaadan yang aneh. itulah sebabnya

poligami sah pada awalnya berdiri.29

Perkawinan model seperti ini telah menjadi tradisi yang mendarah

daging dikalangan bangsa arab sebelum kedatangan islam, bahkan bukan hanya

poligami, poliandri juga merupakan hal yang wajar pada saat itu.30

2. Poligami setelah datangnya Islam

Ketika islam datang, kebiasaan poligami itu tidak serta merta

dihapuskan. Namun, setelah ayat yang menyinggung soal poligami diwahyukan,

28

Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 169.

29

Ibid, h. 170.

30

Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, h. 16.

Page 27: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

18

nabi lalu melakukan perubahan yang radikal sesuai dengan petunjuk kandungan

ayat.31

Pertama, membatasi jumlah bilangan istri hanya sampai empat saja,

diriwayat oleh Naufal ibn Muawiyyah. Ia berkata: Ketika aku masuk islam, aku

memiliki lima orang istri. Rasullah berkata: ceraikanlah yang satu dan

pertahankanlah yang empat. Pada riwayat, lainya dari Qais ibn Tsabit berkata:

ketika aku masuk islam, aku punya delapan istri. Aku sampaikan kepada

Rosulullah Saw lalu berkata Rosulullah pilih empat dari mereka dan

pertahankan.32

Kedua menetapkan syarat yang ketat bagi poligami, yaitu harus mampu

berlaku adil kepada istri-istrinya .dengan demikian dapat dilihat bahwa praktek

poligami dimasa islam dengan sebelumnya sangat berbeda33

. Islam

membolehkan laki-laki tertentu melaksanakan poligami sebagai alternatif

ataupun jalan keluar untuk mengatasi penyaluran kebutuhan seks laki-laki atau

sebab-sebab lain yang mengganggu ketenangan batinya agar tidak sampai pada

lembah perzinaan maupun pelajaran yang jelas-jelas diharamkan agama. Oleh

sebab itu, tujuan poligami adalah menghindari agar suami tidak terjerumus ke

31

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 4.

32 Ibid, h. 5

33 Musyfir Al-Jahrani, Poligami Dalam Berbagai Persepsi, (Jakarta: Gema Insani Press,

1996), Cet. Ke-1, h. 52.

Page 28: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

19

jurang kemaksiatan yang dilarang islam dengan mencari jalan yang halal, yaitu

boleh beristri lagi (Poligami) dengan syarat berlaku adil.34

Namun laki-laki dapat berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-

anaknya, yang menyangkut masalah-masalah lahiriah seperti pembagian nafkah

sedangkan masalah batin, tentu saja selamanya manusia tidak mungkin dapat

berbuat adil secara hakiki.35

Untuk dapat memahami makna poligami Nabi Saw secara benar,

seseorang harus memahami dan menghayati perjalanan hidup pribadi nabi

Muhammmad Saw. Nabi menikah pertama kali dengan Khadijah binti khuwailid

ketika berusia 25 tahun sementara khodijah berumur 40 tahun, data-data sejarah

mencatat betapa bahagianya perkawinan Nabi saat itu karena dikarunia anak 4

perempuan dan 2 laki-laki ,namun anak laki-lakinya meninggal kedua-duanya

ketika masih anak-anak. Sampai khadijah wafat nabi tidak menikah dengan

perempuan lain. Selama 28 tahun, Nabi menjalankan monogami, 17 tahun

dijalani semasa nabi belum diangkat menjadi rosulullah dan 11 tahun setelah

menjadi rosulullah.36

Setelah dua tahun dari khadijah wafat, barulah Nabi menikah lagi yaitu

dengan Saudah binti Zamah namun usia Saudah agak lanjut lalu Nabi menikah

lagi dengan Aisyah binti Abu Bakar. Sejarah mencatat nabi melakukan poligami

34

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 358.

35 Ibid, h. 357.

36

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 22

Page 29: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

20

setelah berumur 54 tahunan yang biasanya pada usia itu kemampuan laki-laki

dalam seksual menurun, jika ditelusuri motif Nabi menikah dengan Saudah

adalah untuk melindungi saudah karena suaminya wafat dalam perang jihad

yang dimana agar Saudah tidak terlantar dan melindungi dari tekanan

keluarganya yang masih pada musyrik.37

C. Dalil-dalil Poligami

Dasar pokok Islam yang membolehkan poligami ialah firman Allah Swt :

( النسا ء:٣ )

Artinya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau

budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya. (An-nisa :3) 38

Dari ayat diatas merupakan kelanjutan tentang memelihara anak yatim

yang kemudian disebut sebagai dasar kebolehan beristri lebih dari satu sampai

empat. Karena erat hubungan pemeliharaan anak yatim dan beristri lebih dari

satu sampai empat, yang terdapat dalam ayat diatas maka akan dipaparkan

37

Ibid, h. 23

38

Sohari Sahrani, Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 358

Page 30: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

21

dahulu tentang asal mula turunnya ayat ini menurut tafsir Aisyah r.a., ayat ini

turun karena menjawab pertanyaan Urwah bin Zubair kepada Aisyah istri Nabi

Saw, “ Wahai anak saudara perempuanku, yatim disini dimaksudnya anak

perempuan yatim yang berada di bawah asuhan walinya mempunyai harta

kekayaan bercampur dengan harta kekayaan serta kecantikannya membuat

pengasuh anak yatim itu senang kepadanya,lalu ia ingin menjadikannya sebagai

istri, tetap tidak mau memberikan mas kawin dengan adil, yaitu memberikan

mas kawin yang sama dengan perempuan lainnya”. oleh karena itu pernikahan

seperti itu dilarang kecuali kalau mau berlaku adil.39

Menurut para ulama sepakat bahwa siapa yang yakin dapat berlaku adil

terhadap anak perumpuan yatim, maka ia berhak untuk menikahi wanita lebih

dari satu, sebaliknya apabila takut tidak dapat berlaku adil maka ia dibolehkan

menikah dengan perempuan lain.40

Selanjutnya dalil yang kedua mengenai masalah poligami menyangkut

masalah keadilan yaitu, Allah berfirman:

(۲۱٩النساء :)

39

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 368.

40 Ibid, h. 370

Page 31: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

22

Artinya:

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu

terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (An-Nissa: 129)41

Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa memang benar apabila

keadilan dalam cinta itu berada diluar kesanggupan manusia. Sebab, cinta itu

adanya didalam genggaman Allah Swt, yang mampu membolak baliknya

menurut kehendaknya. Begitu pula dengan masalah bersetubuh kadang dia

bergairah dengan istri yang satu sedangkan dengan istri yang lainya tidak.

Dalam hal ini apabila tidak disengaja ia tidak terkena dosa karena berada diluar

kemampuannya.42

Sifat adil dalam surat an-nissa ayat 3 bukanlah sifat adil yang ada di

ayat 129, sifat adil dalam ayat 3 itu sifat adil dalam nafkah yang dapat dijangkau

seperti memberikan rumah, menginap. Said ibn Zubair memberikan komentar

bahwa surat an-nissa ayat 3 merupakan ancaman bagi mereka yang tidak

mampu berlaku adil terhadap anak yatim.43

Sedangkan adil dalam ayat 129

adalah adil dalam sifat jiwa atau diluar kesanggupan manusia seperti rasa cinta

41

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rosulullah Saw, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1993), Cet. Ke-1. h. 14

42 M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 363

43 Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, h. 26

Page 32: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

23

kepada istri yang satu dengan istri yang lain tidak mungkin sama karena itu

masalah hati kekuaasan Allah swt.44

Dalam sebuah hadist Nabi Saw. Juga disebutkan

Rasulullah SAW bersabda:

عي ا بي ُزيز ة ا ى الٌبي صلي هللا عليَ و سلن قا ل : هي كا ًت لَ اهز ا تا ى فوا ل ا لي

القيا هت و شقَ ها ئل )رو ا ٍ ا بو دا و د و التز هيذ ى و الٌسا ء و ا بي احد ا ُوا جا ء يوم

حبا ى(45

"Dari Abu Hurairoh r.a sesungguhnya Nabi Saw bersabda: Barangsiapa yang

mempunyai dua isteri, kemudian lebih mencintai kepada salah satu di antara

keduanya maka ia datang pada hari kiamat sedangkan tubuhnya miring sebelah".

(HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i, dan Ibnu Hiban)

Kalau hadist diatas seolah-olah bertentangan dengan ayat 129 surat an-nissa

dan ayat 3, sesungguhnya pada hakikatnya kedua ayat tersebut tidaklah

bertentangan karena yang dituntut disini adalah adil dalam masalah lahiriah bukan

kemampuan manusia. Berlaku adil yang ditiadakan dalam ayat diatas adalah adil

dalam masalah cinta dan kasih sayang.46

44

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rosulullah Saw, h. 16

45 Abi Daud Al-Sijistani, Sahih Abu Daud, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1998), h. 328 hadis

nomor 2133.

46

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 362

Page 33: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

24

D. Pengertian PNS

Kranenburg memberikan definisi dari pegawai negeri yaitu pejabat

yang ditunjuk jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang

memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainya.

Logemann memberikan definisi pegawai negeri yaitu tiap pejabat yang

mempunyai hubungan dinas dengan negara.47

Pegawai negeri sipil, menurut kamus umum bahasa indonesia

”pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintahan (perusahan atau

sebagainya) sedangkan ’’negeri’’ berarti negara atau pemerintahan jadi pegawai

negeri sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintahan atau negara.48

Pengertian pegawai negeri menurut Mahfud M.D dalam buku

kepegawaian, terbagi dalam dua bagian yaitu pengertian stipulatif (penetapan

makna yang diberikan undang-undang) dan pengertian ekstensif (perluasan

pengertian).49

Pengertian stipulatif

Pasal 1 angka 1 UU No.3 tahun 1999 pegawai negeri adalah setiap

warga negara republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserah tugaskan dalam suatu jabatan

47

Muchsan, Hukum Kepegawaian, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 13.

48

Sri Hartini, Hukum Kepegawaian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet, Ke-1, h. 32.

49

Ibid, h. 33.

Page 34: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

25

negri atau diserah tugaskan negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.50

Pengertian ekstensif

Ketentuan pasal 92 KUHP dimana diterangkan bahwa yang termasuk

dalam arti pegawai negeri adalah orang–orang yang dipilih dipemilihan

berdasarkan peraturan-peraturan dan juga mereka yang bukan dipilih, tetapi

diangkat menjadi anggota dewan rakyat serta kepala-kepala desa dan

sebagainya. Pengertian pegawai negeri menurut KUHP sangat luas tetapi

pengertiannya hanya berlaku dalam hal ada orang yang melakukan kejahatan

atau pelanggaran jabatan dan tindak pidana lain yang disebut dalam KUHP.51

Dalam UU no 43 Tahun 1999 pasal 2 pegawai negeri terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil.

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dari pasal 2 diatas tidak dijelaskan masing-masing pengertian namun

kita dapat ambil suatu kesimpulan apa yang dimaksud pegawai negri sipil yaitu

pegawai negeri yang bukan anggota TNI dan kepolisian.52

50

Tedy Sudrajat, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 32.

51

Setiajeng Kadarsih, Hukum Kepegawaian, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 33.

52

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Rineka Cipta 1988),

Cet, Ke-1, h.20

Page 35: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

26

Jadi apabila kita rincikan pegawai negeri sipil ialah “pegawai” berarti

orang yang bekerja pada pemerintahan sedangkan “negeri’’ berarti negara atau

pemerintahan “ sipil ” jadi pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja pada

pemerintahan atau negara.53

E. Jenis - Jenis PNS

Menurut UU No 43 tahun 1999 Pegawai Negeri Sipil dibagi dalam

2 jenis yaitu :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud pegawai negeri sipil pusat adalah pegawai negeri sipil

yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan

bekerja pada Departemen, Lembaga pemerintahan nondepartemen,

Kesekertariatan lembaga negara, instansi vertikal di daerah provinsi kabupaten

atau kota, kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan

tugas negara lainnya.54

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksud pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai negeri

sipil daerah provinsi/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada anggaran

pendapatan daerah dan bekerja pada pemerintah daerah, atau diperkerjakan

diluar instansi induknya.

53

Ibid, h. 21

54

Sri Hartini, Hukum Kepegawaian, h. 36.

Page 36: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

27

Pegawai negeri sipil pusat dan pegawai negeri sipil daerah yang

diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang

menerima perbantuan. Disini bisa diambil contoh seperti pegawai negeri sipil

yang diperbantukan di instansi kepolisian maka gaji dia dibebankan pada

instansi tersebut.55

Dapat diambil kesimpulan untuk membedakan pegawai negeri sipil

pusat atau pegawai negeri sipil daerah maka dilihat dari gaji pegawai negri sipil

tersebut dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

55

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, h. 22.

Page 37: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

28

BAB III

PANDANGAN HUKUM TENTANG CARA POLIGAMI

A. Bagaimana Cara Poligami Menurut Hukum Islam

Poligami dalam Islam merujuk kepada Al-Quran yang menjadi legalitas

seseorang berpoligami yaitu surat An-Nisa ayat 3 dan ayat 12956

. Dimana ayat 3

berbunyi;

( النسا ء:٣ )

Artinya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau

budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya. (An-nisa:3)57

Ayat di atas tersebut memberikan syarat untuk berlaku adil bagi laki-

laki yang ingin berpoligami, serta memberi batas berpoligami yaitu hanya

sampai empat saja. Dalam islam seseorang yang ingin beristri lagi hanya

56

Evi Muafiah, Poligami Dalam Tafsir Ulama, (Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2008), Cet.

Ke-1, h. 25.

57

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta:

Pustaka Al-Kausar, 2007), Cet. Ke-1, h. 133.

Page 38: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

29

dibebankan dengan dua syarat yang mutlak yaitu pertama mampu atau yakin

dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya. Kedua jumlahnya

dibatasi sampai empat saja.58

Dalam syarat pertama yaitu mampu berlaku adil dalam surat An-Nissa

ayat 3 dimana berlaku adil dalam ayat ini yaitu berlaku adil bagi anak yatim,

berlaku adil disini yaitu berlaku adil dalam urusan harta seperti yang telah

diriwayatkan bahwa turunnya surat An-Nissa ayat 3 ini dikisahkan dalam tafsir

Aisyah r.a.59

, ayat ini turun karena menjawab pertanyaan Urwah bin Zubair

kepada Aisyah istri Nabi Saw, “ Wahai anak saudara perempuanku, yatim disini

dimaksudnya anak perempuan yatim yang berada di bawah asuhan walinya

mempunyai harta kekayaan bercampur dengan harta kekayaan serta

kecantikannya membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya,lalu ia ingin

menjadikannya sebagai istri, tetap tidak mau memberikan mas kawin dengan

adil, yaitu memberikan mas kawin yang sama dengan perempuan lainnya.. oleh

karena itu pernikahan seperti itu dilarang kecuali kalau mau berlaku adil.60

Namun syarat yang pertama itu juga terdapat dalam surat An-Nissa ayat 129

yang berbunyi:

58

Rodli Makmun, DKK, Poligami Dalam Tafsir Muhammad Syahrur, (Ponorogo: Stain

Ponorogo Press, 2009), Cet. Ke-1, h. 19.

59

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 142.

60

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009), h. 368.

Page 39: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

30

( النساء

:۲۱٩) Artinya:

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu

terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (An-Nissa: 129)61

Dalam ayat 129 di atas yang dimaksud berlaku adil ialah berlaku adil

dalam urusan hati. Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa memang benar

apabila keadilan dalam cinta itu berada diluar kesanggupan manusia. Sebab,

cinta itu adanya didalam genggaman Allah Swt, yang mampu membolak

baliknya menurut kehendaknya.62

Jadi dapat diambil kesimpulan dari surat An-Nissa ayat 3 dan ayat 129

bahwa dalam mampu berlaku adil yang menjadi syarat berpoligami itu ialah

mampu berlaku adil dalam urusan harta seperti pembagian jatah uang kepada

istri-istri, namun dalam masalah hati manusia tidak mungkin bisa berlaku adil

karena masalah hati urusan Allah Swt.

61

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rosulullah Saw, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1993), Cet. Ke-1. h. 14

62

M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 363.

Page 40: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

31

Di kalangan para ahli hukum Islam (fuqaha), seperti Malik ibn Anas, asy-

Syafi`i, as-Sarakhsi, Ibn Mas`ud al-Kasani (Ulama Hanafiyah) dan Ibn Qudamah

(Ulama Hanabilah) poligami diperbolehkan bagi seorang suami yang hendak

melakukannya, dengan syarat sebagaimana ditetapkan al-Qur’an, yaitu; (1) tidak

melebihi dari empat orang isteri (sebagai batas maksimal toleransinya). (2)

memiliki kemampuan untuk menafkahi para isterinya dan kemampuan berlaku

adil di antara mereka.

Adapun konsep adil dalam poligami menurut Imam empat Madzhab adalah,

menurut Imam Syafe’i adil dalam poligami yaitu Dalam hal keadilan, asy-

Syafi`i menambahkan bahwa keadilan itu bersifat materi bukan immateri (cinta

dan kasih sayang) yang terkait dengan (perasaan) hati. Karena keadilan immateri

sangat sulit diwujudkan maka keadilan yang mungkin dapat direalisasikan oleh

manusia adalah bersifat fisik, yaitu perbuatan dan perkataan. Penafsiran yang

demikian ini dibenarkan oleh ayat yang lain; Al-Ahzab (33):50 dan An-Nisa’

(4):19.

Menurut Imam Hambali, konsep adil dalam poligami adil berkonsisten

dengan ajaran agama, dalam perkataan dan perbuatan.

Menurut Imam Hanafi konsep adil adalah konsisten menjalankan perintah

agama, lebih dahulu mempertimbangkan akal dalam mengambil suatu keputusan

dibandingkan hawa nafsu.

Page 41: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

32

Sedangkan menurut Imam Maliki, adil adalah melakukan kebaikan tanpa

harus ada yang dirugikan.63

Berbeda dengan pandangan para ahli hukum Islam di atas, kalangan mufassir

kontemporer, seperti Mahmoud Muhamed Taha, Muhammad Abduh, Qasim

Ahmad (modernis Mesir)dan lainnya justru mengarah pada larangan poligami.

Menurut Taha, ajaran murni dalam Islam adalah monogami, dengan tanpa

perceraian. Larangan poligami sebenarnya sudah tersirat pada An-Nisa ayat 3

yang dipertegas dengan ayat 129 yang menyatakan: “dan kamu sekali-kali tidak

akan dapat berbuat adil, maka (kawinilah) seorang perempuan saja”. Namun

karena Islam turun pada masyarakat yang tidak menghargai perempuan dan

seorang laki-lakinya dapat menikahi lebih dari sepuluh perempuan, maka syariah

Islam membolehkan poligami secara terbatas, meskipun tidak secara langsung

menganjurkan monogami karena kondisi masyarakat yang tidak memungkinkan

Berbeda dengan keduanya, Syahrur ulama dari kairo justru berpendapat

bahwa sesungguhnya Allah tidak hanya sekedar memperbolehkan poligami, akan

tetapi sangat menganjurkannya dengan dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama,

istri kedua, ketiga dan keempat harus seorang janda yang memiliki anak yatim.

Kedua, harus terdapat rasa khawatir tidak dapat berbuat adil terhadap anak

yatim. Bila kedua syarat di atas tidak dipenuhi maka gugurlah perintah poligami

atas dirinya. Syahrur tidak setuju bila konsep adil dalam ayat ini dimaksudkan

63

“ Konsep Adil Menurut Imam Empat Madzhab “ diakses pada tanggal 12 Januari 2011 dari

harysaputrapaw.blogspot.com

Page 42: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

33

sebagai adil dalam menggilir nafkah batin (al-qasam li ad-dukhul). Ayat ini

menurutnya, berkenaan dengan konsep keadilan sosial kemasyarakatan yang

terkait dengan anak yatim, bukan keadilan pembagian jatah kebutuhan biologis.

Dengan demikian, poligami itu tidak hanya berarti menjadikan ibu-ibu anak

yatim sebagai isteri kedua dan seterusnya, tetapi juga berarti menjadikan anak-

anak yatim sebagai anak yang berhak mendapatkan pendidikan dan nafkah

(finansial).

Asghar Ali Engineer, dalam bukunya, The Rights of Women in Islam,

menyatakan bahwa poligami bersama pergundikan adalah sarana pelampiasan

nafsu seksual yang bernaung di bawah hak kepemilikan (milk al-yamin).

Keduanya bukan ajaran murni Islam tetapi sudah menjadi tradisi umat manusia

selama berabad-abad sebelum kedatangan Islam. Menurut Asghar, poligami

merupakan pintu darurat bagi sekelompok laki-laki yang benar-benar terdesak

untuk mendapatkan sesuatu dalam perkawinan yang tidak diperoleh dari

isterinya (yang pertama). Ia tidak mendapatkan kesenangan dan ketenangan jiwa

(sakinah) sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an. Sehingga ia terdorong untuk

mencari kepuasan dan kesenangan di luar cara-cara yang legal dan sah, yaitu

perkawinan. Dengan demikian, poligami tidak dianjurkan atau diwajibkan, tetapi

juga tidak dilarang oleh Islam. Asghar menolak pandangan kalangan

tradisionalis yang melegalkan hubungan seksual tanpa akad nikah dengan budak-

budak perempuan dan tawanan perang perempuan yang dimiliki seseorang

Page 43: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

34

(pergundikan). Setiap hubungan seksual harus diperoleh dengan cara legal dan

sah, yaitu dengan akad.64

Menengahi perdebatan di atas, seorang mufassir Indonesia, M. Quraish

Shihab menyatakan bahwa al-Qur’an tidak pernah membuat peraturan tentang

poligami, baik mewajibkan atau pun menganjurkannya. Karena praktek poligami

telah berjalan jauh sebelum Islam datang. Dispensasi poligami tidak lain

merupakan sebuah darurat kecil yang hanya bisa dilalui pada saat sangat

membutuhkan dan dengan syarat yang tidak mudah. Jika demikian halnya, maka

pernyataan al-Qur’an tentang poligami hendaknya tidak dilihat terbatas pada segi

ideal atau baik dan buruknya, tetapi juga harus dilihat dari sudut pandangan

pengaturan hukum, dalam aneka kondisi yang mungkin terjadi. Maka dari itu,

wajar bagi satu perundang-undangan terlebih Islam sebagai agama universal dan

berlaku setiap waktu dan kondisi untuk mempersiapkan ketetapan hukum yang

boleh jadi terjadi pada satu ketika, walaupun kejadian itu hanya merupakan

kemungkinan. Dalam pandangan Quraish Shihab, menutup rapat (melarang

poligami) atau sebaliknya membuka lebar-lebar peluang poligami adalah kurang

bijaksana (kurang logis). Ada beberapa alasan atau kondisi poligami

diperbolehkan, seperti mandul, sakit parah yang tidak memungkinkan hubungan

biologis, dan kondisi-kondisi lain yang menyerupai hal itu.

64

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an, cet. 1 (Jakarta:

Paramadina, 1999), h. 94

Page 44: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

35

Fazlur Rahman mengatakan poligami merupakan perkawinan yang bersifat

kasuistik dan spesifik untuk menyelesaikan masalah yang ada saat itu, yakni

tindakan para wali yang tidak rela mengembalikan harta kekayaan anak yatim

setelah anak itu menginjak usia cukup umur (balig). Rahman tidak setuju dengan

formulasi para modernis lain yang menggunakan QS. (4):3 dan 129 sebagai

dasar asas perkawinan Islam adalah monogami, yakni dengan logika berpikir, al-

Qur’an membolehkan poligami dengan syarat berlaku adil, tetapi disebut bahwa

manusia tidak mungkin dapat berlaku adil terhadap para isterinya. Mungkin

esensinya benar, bahwa al-Qur’an menghendaki asas monogami, tetapi formulasi

modernis kurang meyakinkan. Sebab dengan konsep demikian terkesan

ditemukan kontradiksi dalam al-Qur’an. Menurut Rahman, bolehnya poligami

hanya bersifat temporal, dan tujuan akhirnya adalah menghapuskannya. Hal ini

sejalan dengan tujuan al-Qur’an untuk menegakkan keadilan sosial (social

justice), umumnya kepada masyarakat secara menyeluruh, dan terutama

komunitas perempuan. Atas dasar itu, pengakuan dan kebolehan poligami hanya

bersifat ad hoc, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi saat itu.65

Dengan demikian laki-laki yang akan beristri lebih dari seorang atau

bahasa populernya poligami dengan cara islam hanya harus memenuhi syarat

utama yaitu berlaku adil dalam urusan harta dan syarat kedua yaitu hanya

dibatasi empat istri saja.

65

Haifa A. Jawad, The Rights of Women in Islam: An Authentic Approach, h. 146.

Page 45: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

36

B. Cara Poligami Menurut PP No. 45 Tahun 1990

Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990 mengatur tentang perkawinan

bagi PNS dimana berisikan tentang poligami termuat dalam pasal 4, 9, 12 dan

15. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri

lebih dari seorang wajib memenuhi izin lebih dahulu dari pejabat diatasnya harus

diajukan secara tertulis dan mencantumkan alasan lengkap yang mendasari

permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang.66

Sementara Pegawai Negeri

Sipil wanita tidak diizinkan menjadi istri kedua/ketiga/keempat ketentuan ini

mengandung pengertian bahwa selama berkedudukan sebagai istri

kedua/ketiga/keempat dilarang menjadi Pegawai Negeri Sipil.67

Pasal 4 seluruhnya berbunyi:

1. Pegawai Negeri Sipil yang akan beristri lebih dari seorang, wajib

memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat.

2. Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizin untuk menjadi istri

kedua/ketiga/keempat.

3. permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan secara

tertulis.

66

Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, (Jakarta: Balai Penelitian Dan

Pengembangan Agama, 2008), h. 39.

67

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. Ke-3, h.

367.

Page 46: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

37

4. dalam surat permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus

dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan izin

untuk beristri lebih dari seorang.

Terlihat pada pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990 diatas

bahwa Pegawai negeri sipil pria yang akan melakukan perkawinan lebih dari

seorang wajib memperoleh izin dari pejabat atasannya beserta melampirkan

alasan-alasan yang menjadi dasar untuk melakukan poligami sedangkan bagi

pegawai negeri sipil wanita dilarang menjadi istri kedua/ketiga/keempat.68

Poligami bagi PNS, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 45 Tahun 1990. Bagi PNS yang

hendak menikah kembali, harus terlebih dahulu mendapat ijin dari atasannya,

permintaan ijin diajukan secara tertulis dengan mencantumkan alasan yang

lengkap yang mendasari permohonan tersebut.69

PNS harus memenuhi sekurang-kurangnya satu syarat alternatif seperti

diatur dalam Pasal 4 ayal (2) UUP jo Pasal 41 PP Nomor 9 Tahun 1975.70

Disamping itu, PNS yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan

kumulatif sebagaimana dituangkan dalam Surat Edaran Badan Administrasi

Kepegawaian Negara (BAKN) Nomor 08/SE/I 983 yang terdiri dari :71

68

Pasal 4 PP No. 45 Tahun 1990.

69

PP No. 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas PP No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin

Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

70

Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1997), Cet. Ke-1, h. 31.

Page 47: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

38

a. Ada persetujuan isteri yang disahkan oleh atasan PNS yang bersangkutan

serendah-rendahnya pejabat eselon IV.

b. PNS yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup.

c. Ada jaminan tertulis bahwa PNS tersebut akan berlaku adil terhadap isteri-

isteri dan anak-anaknya.72

Ketentuan di atas berlaku juga bagi anggota TNI yang akan beristeri lebih

dari seorang. Dia harus terlebih dahulu mendapatkan ijin dari komandannya.

Keharusan tersebut tertuang dalam Surat Keterangan Menteri Pertahanan

Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata (Menhankam/Pangab) Republik

Indonesia Nomor Kep/12/III/1972.

Dalam hal pejabat yang menerima permintaan izin untuk melakukan

perkawinan lebih dari seorang atau poligami dilakukan secara tertulis dalam

jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak permintaan izin itu diterima.

Dalam hal pemberian izin atau penolakan izin dari pejabat untuk melakukan

perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang (poligami) dilakukan secara

tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak diterimanya

permintaan izin tersebut itu.

71

Khoiruddin Nasution, Status Wanita Di Asia Tenggara : Studi Terhadap Perundang-

Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: INIS, 2002), h. 108

72

Pasal 10 PP No.10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai

Negeri Sipil.

Page 48: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

39

C. Cara Poligami Menurut KHI

KHI singkatan dari Kompilasi Hukum Islam yang dikeluarkan oleh

pemerintah melalui Inpres No.1 Tahun 1991, di dalam KHI dibahas tentang

perkawinan pada Bab IX dengan judul beristri lebih dari satu orang atau yang

lebih populer disebut poligami, dalam KHI dibahas tentang poligami terdapat

pasal 55, 56, 57, 58 dan 59.73

Dalam pasal 55 menyebutkan bahwa bagi suami yang akan beristri lebih

dari satu terbatas hanya sampai empat orang dan syarat utamanya adalah suami

harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Apabila syarat

utama ini tidak dapat dipenuhi, maka suami dilarang beristri lebih dari seorang.74

Selanjutnya dalam pasal 56 menerangkan, apabila seorang suami yang

akan beristri lebih dari satu orang, maka ia wajib mengajukan secara tertulis ke

Pengadilan Agama dan harus mengikuti prosedur yang diatur dalam bab VIII

Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975. Apabila perkawinan yang dilakukan

tanpa izin dari pengadilan agama maka tidak mempunyai kekuatan hukum.75

Dapat dilihat dari pasal 55 dan 56 di atas, KHI sepertinya tidak berbeda

dengan undang-undang perkawinan serta termasuk didalamnya semangat fiqih.

73

Ahmad Kuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),

Cet. Ke-1, h. 120.

74

Pasal 55 KHI

75

Pasal 56 KHI

Page 49: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

40

Namun pada dasarnya peluang yang diberikan untuk poligami juga terbuka

lebar. Demikian, kontribusi KHI hanya sebatas tata cara prosedurnya

permohonan poligami.76

Di dalam pasal 57 menjelaskan tentang alasan-alasan pengadilan agama

mengizinkan seorang suami melakukan poligami. Terdapat pada pasal 57 KHI,

pengadilan agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih

dari satu apabila terdapat alasan-alasan sebagai seberikut:

1. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri

2. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

3. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Dapat dilihat dalam pasal 57 ini syarat untuk mendapat izin dari pengadilan

agama harus memenuhi syarat yang diatas dimana syarat tersebut sama persis

dengan UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.77

Dalam pasal 58 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk

memperoleh izin pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yang

ditentukan pada pasal 5 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yaitu :

a. adanya pesetujuan isteri;

76

Amiur Nuruddin Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2004), Cet. Ke-4, h. 167.

77

Pasal 57 KHI

Page 50: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

41

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup ister-

isteri dan anak-anak mereka.

(2) Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 41 huruf b Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975, persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara

tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan tertulis,

persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan isteri pada sidang

Pengadilan Agama.

(3) Persetujuan dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diperlukan bagi seorang

suami apabila isteri atau isteri-isterinya tidak mungkin dimintai

persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian karena istri

tersebut menghilang atau tidak ada kabar sekurang-kurangnya dua tahun,

atau sebab lain yang perlu mendapat penilaian hakim.78

Apabila seorang istri tidak memberikan persetujuan dan permohonan izin

untuk suami beristri lagi maka berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur

dalam pasal 55 ayat 2 dan pasal 57, pengadilan agama dapat menetapkan tentang

pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di

persidangan pengadilan agama, dan terhadap penetapan ini istri atau suami dapat

mengajukan banding atau kasasi.79

78

Pasal 58 KHI

79

Pasal 59 KHI

Page 51: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

42

Terlihat pada pasal 59 di atas mengisyaratkan betapa besarnya wewenang

pengadilan agama dalam memberikan suatu izin, sehingga istri yang tidak mau

memberikan persetujuan kepada suami yang ingin berpoligami dapat diambil

alih oleh pengadilan agama. Namun dapat dilihat dari pasal-pasal di atas yang

hampir semuanya isi mengadopsi dari Undang-Undang No.1 tahun 1974.80

D. Cara Poligami Menurut UU No.1 Tahun 1974

Poligami dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 disebut juga dengan

perkawinan kedua, ketiga, keempat namun dalam prinsipnya undang-undang

perkawinan di Indonesia menganut sistem monogami tertuang dalam pasal 3

ayat 1 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi:

“ pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai

seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.”81

Walaupun dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 telah menganut

prinsip monogami, tetapi dalam pelaksanaannya prinsip ini tidak berlaku mutlak,

dalam undang-undang ini tetap diperbolehkan poligami dengan persyaratan yang

sangat ketat, dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukannya.

Dengan ada pasal-pasal yang membolehkan tentang poligami meskipun dengan

alasan yang sangat ketat jelas membuktikan dalam Undang-Undang No.1 tahun

80

Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, h. 37.

81

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Pramita, 2006), Cet. Ke-37, h. 538.

Page 52: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

43

1974 bukanlah asas monogami mutlak melainkan asas monogami terbuka

menurut pendapat Yahya Harahap.82

Menurut pendapat Buya Hamka memberi gambaran bahwa kebolehan

laki-laki berpoligami seperti keberadaan pintu emergency (darurat) disebuah

pesawat terbang. Ketika pesawat tinggal landas semua penumpang pesawat tidak

diperbolehkan membuka pintu darurat, ia harus mendapat izin pilot untuk

membukanya kecuali dalam hal-hal yang sangat darurat, sama halnya dengan

poligami.83

Dalam undang-undang no.1 1974 tentang perkawinan menurut pasal 3, 4

dan 5 yang berisikan tentang aturan kebolehan beristri lebih dari seorang yang

berisikan alasan serta syarat-syarat beristri lebih dari seorang atau yang disebut

poligami. Seperti pasal 3 ayat 2 yng menerangkan bahwa pengadilan dapat

memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila

dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan ayat ini jelas sekali bahwa

undang-undang no.1 tahun 1974 telah melibatkan peradilan agama sebagai

instansi yang cukup penting sebagai keabsahan kebolehan poligami bagi

seseorang.84

82

Amiur Nuruddin Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 156.

83

Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta: el-Kahfi, 2008),

Cet. Ke-1, h. 204.

84

Amiur Nuruddin Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 157.

Page 53: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

44

Dalam pasal 4 ayat 1 menerangkan bahwa apabila seorang suami yang

akan berpoligami maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di

daerah tempat tinggalnya. Selanjutnya dalam pasal 4 ayat 2 disebutkan alasan-

alasan pengadilan mengizinkan seorang suami berpoligami apabila:

4. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri

5. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

6. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Apabila diperhatikan alasan-alasan diatas adalah mengacu kepada tujuan

pokok perkawinan itu dilaksanakan yaitu membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal bardasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika

ketiga hal diatas menimpa suatu keluarga atau pasangan suami istri sudah barang

tentu kehampaan dan kekosongan manis dan romantisnya kehidupan rumah

tangga yang menerpanya. Seperti istri tidak dapat memberikan keturunan tentu

akan terjadi kepincangan yang mengganggu laju bahtera rumah tangga yang

bersangkutan. Demikian juga apabila istri mendapat cacat badan atau penyakit

yang tidak dapat disembuhkan.85

Pada alasan ketiga tidak setiap pasangan suami istri yang istrinya tidak

dapat melahir keturunan memilih alternatif berpoligami, mereka kadang

menempuh cara mengangkat anak asuh. Namun jika suami ingin berpoligami

85

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 121

Page 54: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

45

adalah wajar dan masuk akal, karena keluarga tanpa kehadiarannya seorang anak

tidaklah lengkap seperti sayur asam tanpa garam.86

Dalam pasal 4 ayat 2 merupakan syarat alternatif pada pihak istri apabila

ada salah satu ketentuan diatas terjadi pada pihak istri maka bisa menjadi salah

satu alasan seorang suami untuk berpoligami.

Dalam pasal 5 undang-undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan

dijelaskan:

1. Untuk dapat mengajukan permohonan ke pengadilan harus dipenuhi syarat-

syarat sebagai berikut

- adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

- adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

- adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.

2. Persetujuan yang dimaksud disini tidak diperlukan bagi seorang suami

apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak

dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari

istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab-sebab lain

86

Ibid., h. 144

Page 55: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

46

yang perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak

memerlukan persetujuan dari istri/istri-istrinya.87

Dalam pasal 5 diatas merupakan persyaratan kumulatif dimana seluruhnya

harus dapat dipenuhi suami yang akan melakukan poligami.

Tata cara dan prosedur poligami menurut Undang-Undang No.1 Tahun

1974. Pertama, seorang suami yang akan melakukan poligami maka ia wajib

mengajukan permohonan tertulis kepada pengadilan sebelum pengadilan

memutuskan akan memberikan izin atau tidak sekaligus untuk meyakinkan data-

data yang ada, pengadilan lebih dahulu mengadakan pemeriksaan terpenuhi atau

tidaknya syarat-syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Dalam

pemeriksaan tersebut pemeriksa harus memanggil dan mendengarkan istri yang

bersangkutan. Jangka waktu pemeriksaan persyaratan-persyaratan yaitu 30 hari

setelah diterimanya permohonan tersebut. Apabila pengadilan merasa cukup

alasan bagi pemohon untuk melakukan poligami, maka pengadilan mengabulkan

permohonan pemohon untuk melakukan poligami.

E. Apa Perbedaan dan Persamaan Cara Poligami Menurut Hukum Islam,

PP No. 45 Thn 1990, KHI dan UU No.1 Thn 1974

Dapat dilihat dari keseluruhan cara poligami diatas dimana poligami

menurut hukum islam hanya memerlukan dua syarat yaitu mampu berlaku adil

87

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2008),

h. 81

Page 56: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

47

dan terbatas hanya empat saja.88

Mampu berlaku adil disini yaitu mampu berlaku

adil dalam urusan harta, pembagian giliran atau jatah, bukan berlaku adil dalam

urusan hati karena manusia tidak mungkin dapat berlaku adil dalam urusan

hati.89

menurut pendapat Abu Bakar bin Araby, dalam hukum islam orang yang

akan berpoligami tidak memerlukan izin dari seorang istri karena poligami

dalam islam merupakan hak seorang suami dan tidak terdapat ayat dalam Al-

Quran yang mengharuskan seorang yang ingin berpoligami memerlukan izin

dari istri/istri-istrinya maupun riwayat hadist yang menyatakan Nabi Saw

meminta izin untuk berpoligami kepada istri/istri-istrinya.90

Namun dalam UU No.1 Tahun 1974 orang yang akan berpoligami harus

memenuhi beberapa syarat pertama seorang suami tersebut harus mengajukan

permohonan izin kepengadilan untuk mendapatkan izin dari pengadilan, namun

untuk mendapatkan izin dari pengadilan seorang suami harus memenuhi

beberapa syarat yaitu istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri,

istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri

tidak dapat melahirkan keturunan. Namun dalam syarat diatas merupakan syarat

alternatif apabila terdapat salah satu pada istri maka sudah cukup terpenuhi

88

Diakses pada 27 Juli 2010 “ Islam Menyoal Poligami”, http://www.cybermq.com/pustaka

/print/20/284.

89

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-1, h. 191

90

Rodli Makmun, DKK, Poligami Dalam Tafsir Muhammad Syahrur, h. 11-12

Page 57: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

48

syaratnya tetapi masih ada lagi syarat untuk mendapatkan izin dari pengadilan

yaitu harus memenuhi pasal 5 yang berbunyi :

- adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

- adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

- adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.91

persetujuan yang dimaksud disini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila

istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat

menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama

sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab-sebab lain yang perlu

mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak memerlukan

persetujuan dari istri/istri-istrinya.

Perbedaan cara poligami di Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) seorang yang

ingin melakukan poligami, dalam KHI harus memenuhi syarat seperti dalam

hukum islam yaitu mampu berlaku adil dan terbatas hanya boleh beristri empat

saja dalam waktu bersamaan.92

namun dalam KHI ditambahkan dengan syarat

harus mendapat izin dari pengadilan yang untuk mendapat izin dari pengadilan

91

Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan manajemen Keluarga, (Jakarta: FSH

UIN Jakarta, 2006) h. 41.

92 Diakses pada 27 Juli 2010 www.fahmina.or.id/../703.html

Page 58: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

49

harus memenuhi syarat yang diatur dalam UU No1 tahun 1974 yang terdapat

dalam pasal 4 dan 5.93

Dalam peraturan pemerintah No. 45 tahun 1990 peraturan ini hanya

berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil, dapat terlihat dalam PP No.45 Tahun 1990

yang dimana berisikan bahwa seorang yang ingin berpoligami dia harus

mendapatkan izin dari atasannya yang dilengkapi dengan alasan - alasan yang

mendukung untuk melakukan poligami tersebut, bagi seorang pegawai negeri

yang akan berpoligami harus meminta izin kepada atasan atau pejabat minimal

golongan IV. 94

Setelah mendapat izin dari atasannya maka seorang pegawai negeri sipil

baru mengajukan permohonan izin kepengadilan dengan harus mendapatkan

persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan.95

seterusnya sama semua

dengan cara merujuk pada UU No.1 tahun 1974.

Dapat dilihat perbedaan terjadi prosedur untuk pegawai negeri yang akan

berpoligami yaitu harus mendapat izin dari atasan atau pun pejabat setempat dan

bila tidak mendapat izin bisa langsung dikenakan sanksi apabila tetap

melakukannya.

93

Diakses pada 27 Juli 2010 Hukum.unsrat.ac.id/uu/uu-1-74.html

94 Diakses pada 30 Juli 2010 www.legalitas.org/proses/pp.php

95 Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan

perceraian bagi pegawai negeri sipil (PNS).

Page 59: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

50

Dari semua peraturan di Indonesia seorang yang ingin melakukan

poligami atau beristri lebih dari seorang terdapat persamaan yaitu pertama harus

mendapat izin dari istri/istri-istrinya semua itu terdapat dalam UU No.1 tahun

1974, KHI, dan PP No.45 Thn 1990. Dalam hukum islam seorang yang akan

berpoligami tidak perlu meminta izin dari seorang istri karena poligami itu

merupakan hak seorang pria, dari peraturan diatas maupun menurut hukum islam

semuanya dibatasi hanya boleh beristri sampai empat saja, peraturan-

peraturannya di indonesia itu merujuk pada aturan islam terbatas sampai empat

saja, karena mayoritas penduduk indonesia beragama islam jadi hukum dalam

perkawinan islam merujuk pada hukum islam, namun ada yang ditambahkan

poin-poinnya seperti harus meminta izin dari seorang istri.96

Persamaan dan Perbedaan Tata Cara Poligami Menurut Aturan Hukum

No. Aturan Hukum Persamaan Perbedaan

1. Hukum Islam 1. Adil

2. Terbatas hanya

boleh sampai

empat istri

1. Tidak perlu

meminta izin dari

istri pertama

2. Tidak perlu

mengajukan ke

Pengadilan

Agama

2. KHI 1. Adil

2. Hanya boleh

sampai empat istri

1. Harus

mengajukan

permihonan ke

Pengadilan

Agama dengan

alasan:

a. Istri tidak

96

Diakses pada 30 juli 2010 www.docstoc.com/docs/24679023

Page 60: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

51

dapat

menjalankan

kewajibannya

b. Istri terdapat

cacat atau

penyakit yang

tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak

dapat

melairkan

keturunan

2. Harus

mendapatkan izin

dari istri pertama

3. Dijamin dapat

memenuhi

nafkah seluruh

keluarga

3. UU No. 1 Th 1974 1. Adil

2. Hanya boleh

sampai empat istri

4. Harus

mengajukan

permihonan ke

Pengadilan

Agama dengan

alasan:

d. Istri tidak

dapat

menjalankan

kewajibannya

e. Istri terdapat

cacat atau

penyakit yang

tidak dapat

disembuhkan

f. Istri tidak

dapat

melairkan

keturunan

5. Harus

mendapatkan izin

dari istri pertama

6. Dijamin dapat

Page 61: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

52

memenuhi

nafkah seluruh

keluarga

4. PP No. 45 Th 1990 1. Adil

2. Hanya boleh

sampai empat istri

1. Harus mendapat

izin dari dari

atasan yang

bersangkutan

2. Ada persetujuan

istri yang

disahkan oleh

pejabat eselon IV

3. Harus

mendapatkan izin

dari pengadilan

4. Mempunyai

penghasilan yang

cukup

5. Ada jaminan

tertulis tentang

adil

F. Kenapa Ada Perbedaan Tentang Cara Poligami Bagi PNS dan Warga

Sipil

Untuk mengetahui alasan kenapa cara poligami bagi Pegawai Negeri Sipil

diatur khusus dengan cara poligami bagi warga sipil bila dilihat dari

kedudukannya Pegawai Negeri sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara,

dan abdi masyarakat yang harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat

dalam tingkah laku, tindakan dan ketaatan kepada peraturan perundang-

undangan yang berlaku, termasuk dalam menyelenggarakan kehidupan

berkeluarga,97

jadi PNS bila ditinjau dari aspek yuridis PNS terikat oleh

97

Sri Hartini, Hukum Kepegawaian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet, Ke-1, h. 66.

Page 62: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

53

peraturan pemerintah yang dimana PNS merupakan cermin pemerintah sebagai

contoh dalam masyarakat. Pemerintah dalam undang-undang melihat PNS dari

segi negara sehingga menempatkan PNS sebagai unsur utama aparatur negara.98

PNS adalah manusia yang punya integritas kepribadian harga diri, punya

posisi sebagai aparatur negara dan abdi masyarakat yang memahami kewajiban

dan tanggung jawabnya.99

Pegawai Negeri Sipil yang demikianlah yang

diharapkan memiliki kegairahan dan kegembiraan bekerja, penuh inisiatif dan

langkah-langkah yang positif, guna menciptakan prestasi kerja yang bermutu,

dan sikap mental dalam dinas dan pergaulan masyarakat yang dapat diandalkan

menjadi contoh.100

Oleh karena itu dalam rangka tugas pegawai negeri sipil yaitu tugas

pemerintah dan tugas pembangunan yang dipikulkan kepundaknya wajib

mengangkat sumpah pada saat ia diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Dalam

diktum sumpah tersebut dinyatakan bahwa akan menaati segala peraturan

Perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung

jawab.101

Sumpah merupakan ikrar yang diucapkan dibawah nama Allah,

98

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Rineka Cipta 1988),

Cet, Ke-1, h. 26.

99

Ibid., h. 27

100

Ibid, h. 28

101 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, h. 377

Page 63: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

54

sumber dari segala moral yang agung, yang seharusnya ditaati dan ditepati

dengan setulus hati dan penuh penghayatan. Hendaknya sumpah ini bisa menjadi

tonggak moral yang kuat dimana setiap pegawai negeri dapat berpegangan

dengan kokoh dan teguh. Dengan demikian setiap pegawai negeri sipil tidak

mudah berbuat tindakan-tindakan yang keliru dan tercela, didalam dan diluar

dinas seperti misalkan perbuatan korupsi, peneriman sogokan, penyalahgunaan

kekuasaan serta sewenang-wenangan.102

Disini akan dipaparkan hak-hak pegawai negeri sipil sebagai aparatur

negara, abdi negara dan abdi masyarakat yaitu hak gaji yang layak, hak cuti, hak

perawatan jika ditimpa sesuatu kecelakaan, hak tunjangan apabila menderita

cacat, hak uang duka bagi keluarga, hak pensiun dan hak kenaikan pangkat.

Namun hak-hak pegawai negeri dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :

Hak-hak materiil dan hak-hak non materil, pertama hak materiil terdiri

dari penghasilan pegawai negeri sipil yang berupa uang, jaminan hari tua,

pakaian dinas, perawatan, tunjangan cacat, uang duka. Selanjutnya hak non

materiil yaitu terdiri dari pangkat, pendidikan tambahan, istirahat, naik banding

dalam hal mendapat hukuman jabatan, serta usaha-usaha kesejahteraan pegawai

negeri sipil.103

102

Ibid., 380

103

Diakses pada 29 Juli 2010 dari www.inkepeg.net/infkepeg.php.

Page 64: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

55

Selanjutnya akan di paparkan tentang kewajiban pegawai negeri sipil serta

kode etik pegawai negeri sipil yaitu;

1. Pegawai Negeri Sipil merupakan warganegara Kesatuan Republik

Indonesia yang berlandaskan atau berdasarkan Pancasila, yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan bersikap hormat

menghormati antara sesama Warga Negara yang memeluk

agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

berlainan.104

2. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara,

dan Abdi Masyarakat, setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta

mengutamakan Kepentingan Negara di atas kepentingan diri sendiri,

seseorang atau golongan.

3. Pegawai Negeri Sipil menjunjung tinggi kehormatan Negara,

Pemerintah dan martabat Pegawai Negeri Sipil serta menaati segala

peraturan, perundang-undangan, peraturan kedinasan dan

Pemerintah, perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran,

pengabdian dan tanggung jawab.

4. Pegawai Negeri Sipil memberikan pelayanan terhadap masyarakat

sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya.

104

Tedy Sudrajat, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 32

Page 65: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

56

5. Pegawai Negeri Sipil memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan

dan kesatuan Negara dan bangsa Indonesia serta korps Pegawai

Negeri Sipil.105

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan bagi

pegawai negeri sipil, maka sanksinya terhadap pelanggarnya yaitu sanksi moral.

Untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanan tugas diadakan peraturan

disiplin pegawai negeri sipil yang termuat keharusan, larangan dan sanksi.106

Tentang warga sipil adalah seseorang yang bukan merupakan anggota

militer dan tidak terikat dinas oleh pemerintah atau menjadi aparatur negara.107

Jadi, warga sipil merupakan masyarakat biasa yang bukan PNS atau militer.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat secara keseluruhan kenapa ada

perbedaan cara poligami untuk warga sipil dengan seorang pegawai negeri sipil

seorang pegawai negeri sipil itu merupakan aparatur negara yang mencitrakan

diri pemerintah itu, apa lagi pegawai negeri sipil merupakan abdi masyarakat

jadi apabila seorang pegawai negeri ingin berpoligami dia harus meminta izin

kepada atasannya karena perlu untuk pertimbangan, disebabkan seorang pegawai

negeri sipil membawa nama baik institusinya lain halnya warga sipil biasa yang

hanya membawa nama baik dirinya dan keluarganya. Bagi Pegawai Negeri Sipil

disamping berlaku ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1

105

Diakses pada 29 Juli 2010 Kepegawaian.unpad.ac.id/info_detail…

106

Victor. M. Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri, h. 67

107

Diakses pada 31 Juli 2010 Id.wikipedia.org/wiki/wargasipil

Page 66: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

57

Tahun 1974, juga berlaku Peraturan Pemerintah (PP) 10 tahun 1983 dan PP 45

tahun 1990. Kedua PP ini pada prinsipnya hampir sama dengan ketentuan yang

tertuang dalam Undang-Undang Perkawinan. Hanya saja kedua PP ini menitik

beratkan pentingnya ijin atasan untuk melakukan poligami. Baru kemudian yang

bersangkutan menempuh proses yang sesuai ketentuan Undang-Undang

Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya. Kedua PP ini dilengkapi dengan janji

sanksi terhadap PNS yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut.

Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia yang

mengakomodasi dari hukum fiqh Islam yang bisa dipakai oleh umat Islam

Indonesia. 108

108

Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, h. 31.

Page 67: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

C. Analisa Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya dan berdasarkan hasil

wawancara, penulis mencoba menjelaskan hasil analisa dalam pembahasan ini

adalah sebagai berikut.

Maraknya pelaku poligami di Indonesia yang pelakunya ada dari berbagai

kalangan, namun disini penulis hanya mengkhususkan penelitian tata cara

poligami bagi warga sipil dan PNS.

Bapak Jamal seorang PNS di Departemen Komunikasi dan Informasi beliau

menikah sejak tahun 1990, dan berpoligami pada tahun 1993, beliau mengatakan

alasan kenapa melakukan poligami, karena saya mengikuti jejak Rasulallah,

karena beliau adalah junjungan saya, maka saya harus ikut dan mencontohkan apa

yang dilakukan Rasulullah.109

Bapak Abdul Aziz, SE. Kelahiran tahun 1960an beliau seorang PNS di

Pemprop DKI Jakarta, beliau menikah yang kedua kalinya pada tahun 2008 dan

melakukan poligami dengan cara hukum Islam dengan alasan beliau ingin

menjalankan ajaran agama dan mengikuti jejak Rasulullah SAW.110

109

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Juli 2010.

110

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2010.

Page 68: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

59

Bapak Drs. Munajad, seorang guru di SDN 07 pagi di Jakarta Barat, beliau

menikah pada tahun 1989, dan menikah yang kedua kalinya pada tahun 2009

lumayan jauh jarak dari pernikahannya yang pertama, beliau berpoligami dengan

cara Hukum Islam, karena beliau merasa sebagai umat muslim harus melakukan

jejak Rasulullah, namun pada saat ini beliau sudah bercerai dengan istri

keduanya.111

Bapak Sabeni, seorang warga sipil biasa mempunyai pekerjaan seorang guru

silat, beliau menikah pada tahun 1974, dan menikah yang kedua kalinya pada

tahun 2005, beliau menikah lagi menggunakan cara hukum Islam, alasannya

kalau memakai Undang-undang beliau kurang memahami, beliau mengatakan

dari pada berbuat dosa mending beliau menikah lagi karena memang sudah jatuh

cinta lagi dengan wanita lain.112

Bapak Zamakh Sari SH. MH, menikah pada awal tahun 1986, menikah

secara resmi di KUA, dan beliau menikah lagi pada tahun 2008, beliau menikah

lagi dengan cara hukum Islam, karena menurut beliau kalau mengunakan hukum

yang ada di Indonesia harus melalui proses yang lumayan sulit, harus mengajukan

ke Pengadilan Agama dan harus mendapat izin dari istri pertama. Dan istri

pertamanyapun akhirnya mengetahui kalau beliau menikah lagi.113

111

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Juli 2010.

112

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Juli 2010.

113

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Juli 2010.

Page 69: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

60

Alasan kenapa mereka melakukan poligami adalah jika melihat dari sisi

ajaran agama Islam yang diterangkan dalam surat An-Nisa ayat 3:

( النسا ء:٣ )

Artinya:

” Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu

takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak

berbuat aniaya”. ( Q. S. An-Nisa : 3)

Dan mereka mengikuti jejak Rasulullah SAW sebagai panutan kita, yang

mana tujuan dilakukannya poligami adalah melindungi para wanita yang tidak

bersuami dan menempatkannya ke shaf para istri yang terpelihara dan terjaga.

Namun jika dilihat dari sisi kehidupan yang menusiawi, kebanyakan dari

mereka kenapa melakukan poligami adalah timbulnya rasa suka dan sayang

terhadap orang lain yang bukan istrinya, hal tersebut memang sangat manusiawi

dari pada mereka berbuat dosa lebih memilih untuk menikah lagi.

Walaupun di Indonesia sudah ada peraturan khusus yang berlaku tentang

poligami bagi warga sipil dan PNS yaitu KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 bagi

warga sipil dan PP No. 45 Tahun 1990, tetapi kebanyakan dari mereka malah

melakukan poligami dengan cara hukum Islam. Hal tersebut dikarenakan selain

Page 70: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

61

ajaran hukum Islam merupakan ajaran panutan bagi mereka, poligami dalam

hukum Islam adalah menuju kehidupan rumah tangga yang sejahtera dengan

menempatkan para wanita yang tidak bersuami kedalam jajaran istri yang

terpelihara dan terjaga.

Selain itu prosedur poligami dalam hukum Islam dinilai tidak

memberatkan bagi orang yang ingin berpoligami, dalam hukum Islam yang paling

utama bagi orang yang ingin berpoligami adalah dapat berlaku adil.

Berbeda dengan aturan di Indonesia yaitu dalam KHI dan UU No. 1

Tahun 1974 tata cara dalam aturan tersebut dinilai sangat sulit, karena mereka

yang ingin berpoligami harus mngajukan permohonan ke Pengadilan Agama

dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan sebagaimana telah

dijelaskan dalam bab sebelumnya, jadi seseorang baru dapat berpoligami jika

sudah mendapat ijin dari Pengadilan Agama. Dan bagi yang tidak mengikuti

aturan tersebut dampaknya adalah perkawinan tersebut tidak diakui menurut

hukum Indonesia, dan anak hasil perkawinannya tidak diakui menurut Undang-

undang dan anak tersebut tidak berhak mendapatkan waris.

Sedangkan bagi PNS lebih banyak tahap untuk melakukan poligami yaitu

harus mendapatkan ijin dari atasan dan dan adanya persetujuan istri harus

disahkan oleh pejabat yang terkait minimal eselon IV, dan harus mempunyai

penghasilan yang cukup jadi dijinkan atau tidak itu tergantung keputusan pejabat

yang berwenang. Kemudian sanksi yang diberikan apabila tidak mengikuti

Page 71: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

62

ketentuan tersebut adalah sanksi minimal adalah dipotong gaji dan ditunda naik

jabatan, sedangkan sanksi maksimal adalah diberhentikan menjadi PNS.

Oleh karena itu kenapa kebanyakan dari mereka yang melakukan poligami

sampai saat ini menyembunyikan perkawinan kedua mereka, hal tersebut terjadi

karena sulitnya ijin untuk berpoligami, dan sanksi yang diberikanpun cukup berat.

B. Sanksi melakukan poligami diluar peraturan pemerintah

Sanksi bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil)

Sanksi.yang dapat diberikan terdiri dari :

1. sanksi disiplin ringan,

2. sanksi disiplin sedang

3. sanksi disiplin berat

jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:

1. teguran lisan

2. teguran tertulis

3. peryataan tidak puas secara tertulis

jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:

1. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun

2. penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1

tahun

3. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun

jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:

1. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Page 72: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

63

Sanksi bagi warga sipil

Bila melihat dampak yang akan didapat dari seorang warga sipil yang

melakukan poligami tidak sesuai Undang-undang seperti :

- perkawinan keduanya itu tidak memiliki kekuatan hukum

- anak hasil perkawinanya tidak akan diakui oleh undang-undang

- anak tersebut tidak mendapat waris dari ayahnya

Page 73: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam hukum Islam berdasarkan penjelasan ayat Al-Qur’an surat An-Nisa

ayat 3 dan 129 bahwa persyaratan seseorang yang ingin berpoligami

hanya harus memenuhi syarat utama yaitu berlaku adil. Sedangkan

menurut kompilasi hukum Islam tata cara poligami terdapat dalam pasal

55, 56, 57, 58 dan 59. Dalam pasal 55 dijelaskan bahwa seorang suami

hanya boleh beristri tidak boleh dari empat, dan prosedur pelaksanaannya

adalah suami harus mendapat izin dari Pengadilan Agama, pengajuan izin

yang dimaksud adalah sesuai dengan Bab VIII PP No. 9 Tahun 1975,

selanjutnya sama halnya dalam UU No. 1 Tahun 1974 yaitu adanya

persetujuan dari istri dan adanya jaminan bahwa suami tersebut dapat

menjamin kehidupan istri-istrinya dan anak-anaknya. Izin istri baik secara

lisan ataupun tulisan, karena pada saat persidangan hakim akan

mendengan penjelasan si istri apakah dia benar-benar menyetujuinya atau

tidak setelah itu baru hakim memberikan keputusan. Sama halnya dengan

KHI dalam UU No. 1 Tahun 1974 melibatkan pihak Pengadilan Agama.

Dan dalam undang-undang ini hanya orang-orang tertentu saja yang dapat

diizinkan berpoligami, yaitu karena alasan:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya

Page 74: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

65

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Selanjutnya suami mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama dengan

syarat:

a. Adanya persetujuan istri pertama

b. Adanya kepastian suami akan menjamin kehidupan istri-istrinya dan

anak-anaknya

c. Adanya jaminan suami akan berlaku adil

Karena sebelum memberikan keputusan pihak pengadilan akan memeriksa

apakah persyaratannya sudah terpenuhi, dan memanggil istri untuk

memberikan keterangan dan jangka waktunya 30 hari pengadilan akan

memberikan keputusan. Sedangkan tata cara poligami menurut PP No. 45

Tahun 1990 adalah:

a. Wajib memperoleh izin dari pejabat yang bersangkutan

b. Permintaan izin diajukan secara tertulis

c. Dalam surat permohonan harus dicantumkan alasan ingin berpoligami

Page 75: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

66

Setelah itu PNS harus memenuhi syarat kumulatif berdasarkan Surat

Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) No.

08/SE/1983 yang terdiri dari:

a. Adanya persetujuan istri pertama yang disahkan oleh atasan PNS

yang serendah-rendahnya eselon IV.

b. PNS mempunyai penghasilan yang cukup

c. Adanya jaminan tertulis PNS tersebut akan berlaku adil.

2. Adapun sanksi apabila seorang PNS yang berpoligami tidak mengikuti

aturan PP No. 45 Tahun 1990 yaitu:

a. Akan mendapatkan sanksi disiplin ringan

b. Sanksi disiplin berat

c. Sanksi disiplin berat

Dan jenis hukumannya adalah:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Jenis disiplinnya terdiri dari:

Page 76: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

67

a. Penundaan kenaikan gaji paling lama satu tahun

b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling

lama satu tahun

c. Penundaan kenaikan pangkat paling lama satu tahun

Jenis hukuman terberat adalah pemberhentian tidak dengan hormat

sebagai PNS.

Sedangkan dampak bagi warga sipil yang tidak mematuhi peraturan

pemerintah adalah:

a. Perkawinan kedua dan selanjutnya tidak mempunyai kekuatan

hukum

b. Anak hasil perkawinannya tidak akan diakui oleh undang-undang

c. Dalam waris anak tersebut tidak berhak mendapatkan waris.

3. Perbedaan tata cara poligami menurut hukum islam dengan KHI, UU No.

1 Tahun 1974 dan PP No. 45 Tahun 1990 adalah dalam hukum islam yang

paling utama adalah seseorang yang akan berpoligami harus dapat berlaku

adil dan terbatas tidak boleh lebih dari empat. Perbedaannya dengan KHI

dan UU No. 1 Tahun 1974 suami harus mendapat putusan hakim

Pengadilan Agama berdasarkan syarat-syarat yang telah dijelaskan dalam

bab sebelumnya, sedangkan dalam PP No. 45 Tahun 1990 terdapat

Page 77: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

68

perbedaan yang sangat besar karena peraturan tersebut dikhususkan untuk

PNS yang merupakan pejabat pemerintahan maka dalam melakukan

poligami PNS harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari atasan yang

berwenang dan harus mempunyai penghasilan yang cukup dan tidak perlu

mengajukan ke Pengadilan agama, selanjutnya sama dengan KHI dan UU

No. 1 Tahun 1974 yaitu harus mendapatkan izin istri dan berlaku adil.

B. Saran-saran

Mengenai saran lebih baik indonesia khususnya para pejabat indonesia

yang berwenang membuat undang-undang di negeri ini janganlah terlalu

memperketat masalah perkawinan yang kedua yaitu masalah poligami lebih baik

undang-undang tentang syarat poligami itu disesuaikan saja dengan yang ada di

quran dan yang dicontohkan rosullah nabi Muhammad Saw karena masyarakat

islam di indonesia itu hampir 80 % lebih muslim sehingga mengurangi seorang

melakukan poligami secara sirih tanpa surat nikah kedua karena sarat untuk

poligami agar dapat disahkan oleh pemerintah harus mendapat izin dari seorang

istri dan izin pengadilan disinilah yang menimbulkan konflik terjadinya banyak

seorang suami yang melakukan nikah siri yang dimana dampaknya pada seorang

anak ,lebih baik pemerintah merepisi aturan-aturan yang mempersulit rakyatnya

tentang identitas yang legal di negrinya sendiri.

Sehingga kedepanya nanti tidak ada lagi seorang anak yang sulit mendapat

harta waris dari ayah kandungnya disebabkan dia anak hasil dari nikah sirih,

Page 78: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

69

serta mendapat pengakuan oleh negaranya bahwa dia benar-benar anak sah dari

ayahnya walaupun dia tidak memiliki bukti akte nikah namun dia anak hasil

pernikahan yang sah menurut keyakinan agamanya dimata masyarakat seperti

tertuang dalam UUD 1945 pasal 28D ayat (1) dan (4) yang berbunyi ayat (1)

yaitu setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Ayat (4)

berbunyi setiap orang berhak atas status kewarganegaran.

Lebih baik para pembuat kebijakan undang-undang membuat peraturan

yang melarang seorang melakukan kumpul kebo, dan memberikan hukuman

yang pantas bagi para pelakunya, jangan mempersulit sesuatu yang dihalalkan

agama, masa yang diharamkan dibiarkan sementara yang halal di persulit.

Page 79: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

70

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Departemen Agama R.I, 2007.

Ahmad Jaiz, Hartono, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007.

AL-Athar, Abdul Natsir Taufiq, Poligami Ditinjau Dari Segi Agama, Sosial dan

Perundang-Undangan, Jakarta:Bulan Bintang, 1996, Cet ke-1, h. 154.

Al-Jafrani, Mushfir, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh Suten Ritonga,

Jakarta:Gema Insani Press, 1997, Cet ke-2.

Al-Qurtuby, Imam Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Nihayatul Mustashid, Riyadh:

Maktabah Nazar Musthafaal-Baz, tth juz ke-II.

As-Sanan, Arij Binti Abdurrahman, Adil Terhadap Para Istri, Jakarta: Darussunah

Press, 2006.

As-Sanan, Arij, Abdul, Rahman, Memahami Keadilan Dalam Poligami, Jakarta: PT.

Global Media Cipta Publishing, 2003.

Badan Penasehat Perkawinan dan Perceraian (BP-4), Membina Keluarga Bahagia

Sejahtera, Jakarta: BP4 DKI Jakarta, 1991.

Badrun, Ahmad, Indahnya Monogami, Yogyakarta: Mikraj, 1997, Cet. Ke-1.

Dahlan, Abd. Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997

Jilid IV.

Daud Ali, Muhammad, DKK, Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum

Nasional, Pamulang: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Dept. Agama RI. Kompilasi Hukum

Islam, Jakarta: Qalbun Salim, 2005.

Faridha, Anik, Menimbang Dalil Poligami, Jakarta: Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama, 2008.

Ghazali, Al, Menyikap Hakikat Perkawinan, Bandung: Kharisma, 1995.

Page 80: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

71

Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW Poligami vs Monogami

Barat, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. Ke-1.

Hartini, Sri, DKK, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Hilmi, Karim, Farhat, Ahmad, Poligami Berkah atau Musibah, Jakarta: Senayan

Publishing, 2007.

Himpunan Peraturan Kepegawaian Republik Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Husein, Imanuddin, Satu Istri Tak Cukup, Kairo: Khazanah Pustaka, 2003.

Iluas, Yunahar, Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Labda Press,

2006.

Jailani, Abd. Qodir, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995.

Kompilasi hukum islam, Surabaya: Kesindo Utama, 2010.

Kuzairi, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Mardhiyah, Lailatul, Poligami Ditinjau dari Hukum Positif, artikel diakses pada 10

Oktober 2010 dari http://unisys.ac.id/index.

Mubarak, Syaiful Islam, Poligami yang Didambakan Wanita, Bandung: Syamil Citra

Media, 2003.

Muchtar, Yati, Gerakan Perempuan Indonesia dan Politik Gender Orde Baru, Jurnal

Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, 2001.

Mudhzar, Atho, dan Khoirudin, Hukum Keluarga Dunia Islam Modern Study

Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dan Kitab-kitab Fiqh, Jakarta:

Ciputat Press, 2003.

Murtadha, Muthahhari, Duduk Perkara Poligami, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2007.

Musdah, Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta:Lembaga Kajian

Agama dan Gender, 1999.

Muthabaqoni, Mazin, Sholah, Beristri 2, 3, atau 4?, Jakarta: Cakrawala, 2005.

Nasution, Khaerudin, Riba dan Poligami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Page 81: PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TATA CARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3904/... · 2013-04-17 · B. Sejarah Tentang Poligami ... dan Nabi Sulaiman mempunyai

72

Nurbowo, dan Apiko Joko M, Indahnya Poligami Pengalaman Puspo Wardoyo,

Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003

Qardhawi, Syeikh M. Yusuf, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1999.

R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramitha, Cet.

Ke-34

Roem, Moehammad, Poligami, Monogami dan PraktekPengadilan Agama, Jakarta:

Fajar Shadiq, 1973, Cet ke-tiga.

Rusdiana, Kama dan Arifin, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007.

Setiati, Eni, Hitam Putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah

Fenomena, Jakarta:Cisera Publishing

Soekanto, Soerjono dan Mamuji, Sri, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. Ke-4, 1995

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, cet Ke-3, 1986.

Suprapto, Bibit, Liku-liku Poligami, Yogyakarta: Al-Kutsar, 1999, Cet. Ke-1.

Tata Panguarsa, Humaidi, Hakikat Poligami Dalam Islam, Surabaya: Usaha nasional,

2001.

Ulwan, Nasih, Abdullah, Hikmah Poligami Dalam Islam, Jakarta: Studio Press, 1997.

www.poligamiindonesia.com

Yasin , Nur, Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang Pers, 2008.