Upload
widayu-mutiya-ramadhani
View
59
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pandangan Manusia Menurut Hakikat Islam
Citation preview
HAKIKAT MANUSIA DALAM
PANDANGAN ISLAM
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati tanah
yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi wujud yang
sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya akal dan
nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab, serta memilih
jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada
kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama
manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun
sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya akan
ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban
yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan
manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai
khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab
pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat disimpulkan bahwa
manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada surat al-Mu’minun ayat 115
Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : “Apakah kamu mengira bahwa kami
menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1] Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan [3]
Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
2
relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.[1] Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka
diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.
3
BAB II
PERMASALAHAN
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam
perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat
ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala
sampai sekarang belum juga berakhir dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah
berakhir. Pada kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang.
Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula yang
menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya, sedangkan yang
menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat. Memikirkan dan
membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha
mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu
sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya
dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain
pengertian atau definisi hakikat, pengertian manusia, asal usul kejadian manusia, penjelasan
mengenai proses penciptaan manusia menurut Al-Quran, fitrah kita sebagai manusia, fungsi,
peran, dan tujuan hidup manusia menurut islam, tanggung jawab manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT, dan penjelasan secara konkret hakikat manusia itu sendiri.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala
sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu
muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa
manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja.
Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
5
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir).
Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat
yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi
peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia,
akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa basyarun
mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr
: 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu “allamal
insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep Islam
selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir,
diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi
(becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna linnaasi fii
haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-
quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan
sosial. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa
bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
6
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu
potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah
makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia
tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai
kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
C. Asal usul kejadian manusia
Di dalam al qur’an cukup banyak ayat yang menerangkan tentang kejadian manusia, antara lain:
1. Firman allah, Artinya:”Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
Dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut” (QS Al insan: 1)
2. Firman allah,Artinya:”Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian” (Qs. nuh: 14).
3. Firman allah, Artinya:”dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya”
(QS nuh: 17).
4. Firman allah, Artinya:”Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah
mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.(Qs as syafaat:11)
5. Firman allah, Artinya:”Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia” (Qs. Ali imran:59).
6. Firman allah, Artinya:”dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”(QS.al hijr:28)
7. Firman allah, Artinya:”dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
7
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik” (Qs. Al mukminun:
12-14).
8. Firman allah, Artinya:”Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud”(Qs. Al hijr:29).
9. Firman allah, Artinya: “ yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur” (Qs. As sajdah: 7-9)
Dari ungkapan al qur’an itu di jelaskan bahwa manusia berasal dari zat yang sama yaitu tanah.
Pada kesempatan lain al qur’an mengatakan bahwa manusia di ciptakan dari air, air(mani) yang
terpancar dari tulang sulbi(pinggang) dan tulang dada, begitu juga segala sesuatu (alam) yang
hidup di ciptakan oleh allah berasal dari air. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan ini tidak
terlepas dari air, artinya air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini.
Al qur’an yang mengungkapkan proses kejadian itu di antaranya terdapat dalam surat al
mu’minun yaitu ayat 12-14 secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Di ciptakan dari sari pati tanah (sulatin min tiin)
2. Air mani (nuthfah)
3. Segumpal darah (alaqah)
4. Segumpal daging (mudhghah)
5. Tulang belulang (‘idhaman)
6. Di bungkus dengan daging (lahman)
7. Makhluk yang berbentuk atau janin
Menurut hadis bukhari-muslim, proses manusia adalah sebagai berikut:
8
1. 40 hari sebagai nutfah
2. 40 hari sebagai ‘alaqah
3. 40 hari sebagai mudhghah
4. Malaikat meniupkan ruh
Dari ungkapan al qur’an dan al hadits yang di kutip di atas, kita dapat mengetahui bahwa ketika
masih berbentuk janin sampai berumur empat bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh.
Ruh itu baru di tiupkan ke dalam janin setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40hari). Namun,
dari nash itu dapat di pahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu sudah ada sejak
manusia berada dalam bentuk nuthfah.
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut al qur’an itu, Ali syari’ati, sejarawan dan ahli
sosiaologi islam, yang di kutip oleh Muhammad daud ali, mengemukakan pendapat berupa
interpretasi tentang hakikat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme dalam
penciptaan manusia dari tanah dan dari ruh (ciptaan)allah. Makna simbolisme adalah manusia
mempunyai dua dimensi ketuhanan dan dimensi kerendahan ataukehinaan. Makhluk lain
mempunyai satu dimensi saja (uni dimensional). Dalam pengertian simbolis, lumpur (tanah)
hitam, menunjuk pada keburukan, kehinaan yang tercermin pada dimensi kerendahan. Selain itu,
dimensi lain yang di miliki manusia adalah dimensi keilahian yang tercermin dari perkataan ruh
(ciptaan)nya itu. Dimensi ini menunjukan pada kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri
kepada allah, mencapai asal ruh (ciptaan) allah dan atau allah sendiri.
Karena hakekat penciptaan inilah maka manusia pada suatu saat dapat mencapai derajat yang
tinggi, tetapi pada saat lain dapat meluncur ke lembah yang dalam, hina,dan rendah. Fungsi
kebebasan manusia untuk memilih, terbuka baik kejalan tuhan maupun sebaliknya. Kehormatan
dan arti penting manusia dalam hubungan manusia terletak dalam kehendak bebas (free will)nya
untuk menentukan arah hidupnya.
Hanya manusialah yang dapat menentukan tuntunan dan sifat nalurinya, mengendalikan,
Kebutuhan dan keinginan fisiologisnya untuk berbuat baik ataupun jahat, patuh atau tidak patuh
terhadap hukum tuhan.
Ali syari’ati lalu memberikan rumusan tentang manusia sebagai berikut:
9
1. Manusia tidak saja sama, tetapi bersaudara. Perbedaan antara persamaan dan persaudaraan
adalah jelas. Persamaan menunjuk pada istilah hukum, sedangkan persaudaraan menunjuk pada
arah esensi yang identik pada diri seluruh umat terlepas dari latar belakang ras, jenis kelamin dan
warna kulit.persaudaraan berarti seluruh umat manusia berasal dari asal usul yang sama.
2. Terdapat persamaan antara pria dan wanita, karena mereka berasal dari sumber yang sama,
yakni tuhan, sekalipun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan perbedaan (karena qadratnya
ataupun bawaan sejak lahir). Ali syar’ati tidak dapat memberikan penafsiran yang mengatakan
bahwa hawa diciptakan dari tulang rusuk(kiri) adam. Menurut ali syari’ati wanita diciptakan dari
esensi (hal pokok) yang sama dengan pria. Beliau mengutip firman tuhan dalam surat al
qiyamah: 37-39 yang artinya“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim). kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya. lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan?”.
Dan di dalam al qur’an surat an nisa ayat 1 bahwa laki laki dan perempuan di ciptakan dari satu
nafs (nafsin waahidatin): jenis yang satu dan sama. Karena itu kedudukanya sama: yang satu
tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain.
Dalam hubungan ini perlu di catat bahwa al qur’an tidak menyebut dengan jelas penciptaan hawa
(perempuan) dari tulang rusuk adam(laki laki). Dalam ayat yang di kutip diatas al qur’an
menyatakan kedudukan perempuan sama dengan laki laki. Akibatnya, hak dan kewajiban
perempuan sama atau seimbang dengan laki laki.
3. Manusia mempunyai derajat lebih tinggi di bandingkan dengan malaikat karena
pengetahuan yang di milikinya. Yang dimaksud adalah pengetahuan tentang nama nama. Allah
telah mengajarkan tentang nama nama kepada manusia dan dengan demikian manusia memberi
nama pada (benda) di dunianya, menyebutkan sesuatu dengan tepat. Tuhanlah yang menjadi guru
pertama manusia, dan pendidikan manusia pertama bermula dengan menyebutkan nama nama.
Dengan kemampuan menyebut nama nama itu dan dengan keberhasilan manusia menjawab
pertanyaan tuhan terbukti bahwa manusia lebih unggul dari malaikat dan dari ciptaan tuhan
lainnya.
10
Ilmu pengetahuanlah yang menjadi sumber keunggulan manusia dan karena itu pula manusia
mendapat amanah menjadi khalifah. Oleh karena pengetahuan itulah maka malaikat bersujud
kepada adam(manusia) kecuali iblis.
4. Manusia mempunyai dualistis: terdiri dari tanah dan ruh (ciptaan) tuhan. Karena fenomena
dualistis itu manusia bebas untuk memilih, tetapi harus mempertanggung jawabkan pilihannya
itu. Manusia adalah satu satunya makhluk yang bertanggung jawab terhadap masa depannya,
baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Manusia adalah pembuat sejarah.
Dalam perjalanan sejarah, karena itu manusia sealalu bergerak ke spectrum yang mengarah ke
jalan tuhan, di pihak lain manusia mengarah juga ke spectrum sebaliknya, yaitu jalan syetan.
Dalam tarik menarik mengenai arah yang di tuju itu, manusia harus menentukan pilihannya.
Dengan akal yang merupakan anugrah dari tuhan kepadanya, manusia dapat memilih apakah ia
akan terbenam ke lumpur kehinaan ataukah ia akan mengangkat dirinya menuju ke kutub mulia
yaitu kearah allah.
Dalam menentukan pilihan itulah, manusia memerlukan petunjuk. Petunjuk yang benar terdapat
dalam agama allah yang menciptakan manusia itu sendiri yaitu agama islam.Mengapa agama
islam?
Sebabnya, karena agama islam tidak hanya berorientasi kepada dunia ini saja tetapi kepada
keseimbangan antara keduanya. Hanya dengan agama yang mengajarkan pemeliharaan
keseimbangan antara dunia dan akhirat, manusia yang mempunyai dua dimensi atau bi-
dimensional itu akan mampu menetapkan pilihannya dan melaksanakan tanggung jawabnya di
dunia ini dan di akhirat kelak. Dan memang, seperti yang di utarakan dalam al qur’an, agama
yang benar di sisi allah hanya satu yaitu islam. Seperti firman allah surat ali imran ayat 19 yang
berbunyi
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi allah hanyalah islam.
Al qur’an adalah sumber agama islam, menagandung berbagai ajaran termasuk tentang
kehidupan manusia. Melalui al qur’an, manusia mengetahui siapa dirinya, dari mana ia berasal,
dimana ia berada (sekarang) dan kemana ia akan pergi.
11
Berangkat dari kalimat tersebut terakhir ini, pada uraian berikut akan di jelaskan perjalanan
hidup manusia yang di mulai dari-nya.
Manusia, kalau di amati perjalanan hidupnya, tanpa kecuali, melalui beberapa tahap, tahapan
tahapan itu ialah:
1. Manusia hidup dan berada di alam ghaib (para ahli ilmu kalam memyebutnya alam ruh). Di
mana alam ghaib tidak ada manusia yang mengetahuinya dengan pasti.
2. Pada tahapan ini manusia sudah dapay diketahui dengan pasti yakni dalam kandungan
seorang wanita, lamanyapun hidup dalam rahim dapat di perkirakan sekitar Sembilan bulan
sepuluh hari.
3. Merupakan tahapan kehidupan manusia yang sangat menentukan masa depan tahapan
berikutnya. Yang menarik adalah setiap bayi normal yang sehat akan menangis begitu keluar dari
kandungan ibunya, sedangkan keluarga yang menanti kehadirannya semua tertawa. Maka
simbolis tangis seorang bayi itu adalah manusia yang baru lahir kea lam dunia merasakan
tantangan yang akan di hadapinya berupa romantika hidup baik berupa suka duka, romantisme
silih berganti dalam kehidupan tahap ke tiga nanti.
Islam mengajarkan, bila setiap manusia yang baru lahir di adzankan pada telinga kanannya, dan
iqamat pada telinga kirinya.
Manusia yang hidup di alam dunia akan menghadapi berbagai ujian. Untuk menghadapi ujian
yang di iringi dengan tarik menarik antara bisikan syetan dan malaikat, manusia diberi oleh allh
akal untuk menimbang dan agama sebagai pedoman.
Dan setelah sampai waktunya, ruh (ciptaan) allah yang merupakan hakekat manusia itu
dipisahkan malaikat izrail (malaikat maut) dari tubuh manusia, terjadilah kematian.
Kematian pada hakekatnya adalah perpisahan antara ruh dengan jasad yang bersatu pada diri
manusia selama waktu tertentu, setelah ruh berpisah dengan tubuh, jasad manusia yang berasal
dari tanah, di besarka dengan makanan yang tumbuh di tanah, dan dikubur kedalam tanah.
Sedangkan ruh di tempatkan di alam barzah (tempat antara masa kehidupan dunia dan akhirat).
Masuklah kehidupan manusia ke tahap ke empat.
4. Alam ruh menunggu sampai dunia kiamat.
12
5. Setelah itu, semua manusia yang pernah hidup di dunia dibangkitkan (di hidupkan kembali)
untuk di periksa, di hitung (di hisab), selama amal perbuatannya selama kehidupan tahap ke tiga
di suatu tempat di suatu tempat yang di sebut padang mahsyar (tempat semua manusia
dikumpulkan seperti manusia berkumpul di suatu tempat saat ibadah haji di padang arafah).
Berdasarkan keimanaan dan ketaqwaannya, amal saleh atau amal salah yang di lakukan manusia
baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah, selama hidup di dunia ditentukanlah nasib manusia
itu. Yang beriman dan taqwa, mengikuti pedoman yang diberi allah dan melaksanakannya,
dimasukkannya kedalam jannah yang di sebut syurga yaitu alam akhirat tempat (ruh) manusia
mengenyam kebahagiaan sempurna sebagai balasan pahala amal salehnya selama hidup di dunia.
Sebaliknya, jika manusia tidak beriman dan tidak bertaqwa selama hidupnya di dunia, maka ia
akan di masukkan kedalam nar atau neraka yaitu tempat penyiksaan dengan api yang menyala
nyala. Dan pada tahap kelima ini ruhmanusia akan hidup abadi selama lamanya.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah di simpulkan bahwa manusia adalah mahluk ciptaan allah
yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik, dan ruh (ciptaan) allah. Sebagai mahluk ilahi,
hidup dan kehidupannya melalui lima tahap, masing masing tahap di sebut “alam” yaitu:
1. Alam gaib (alam ruh/arwah)
2. Alam rahim
3. Alam dunia (alam fana)
4. Alam barzah
5. Alam akhirat (alam yang terakhir hidup dan kehidupan ruh manusia)
Dari ke lima tahapan kehidupan manusia itu tahap kehidupan ke tiga yakni kehidupan dunia
merupakan tahap kehidupan yang menentukan (melelui iman, taqwa, amal dan sikap) nasib
manusia dalam tahap- tahap kehidupan selanjutnya dan tempat di akhirat nanti.
D. Proses penciptaan manusia
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia
pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala
karakter kemanusiaannya.
13
Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia
adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih
memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses
penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.
ط�ين� م�ن� ة� الل س� م�ن� ان �س اإلن ا ق�ن ل خ قد� .ول
مك�ين� ار� قر ف�ي �ط�فة ن اه� �ن جعل �م& .ث
اه� ن� أ �ش ن أ �م& ث ح�م ا ل �ع�ظام ال ا و�ن س فك ع�ظام ا �م�ض�غة ال ا ق�ن ل فخ م�ض�غة قة �عل ال ا ق�ن ل فخ قة عل 5ط�فة الن ا ق�ن ل خ �م& ث
�ق�ين ال �خ ال ن� ح�س أ &ه� الل ك ار ب فت آخر �ق ا ل .خ
Artinya:
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari pati tanah)”.
Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan,
sedangkan thinberarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi nuthfah (air
mani).
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan nuthfah
secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah
memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke
dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan
proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di
balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk
14
manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan
keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal dari air
( Q.S al-furqan 25: 54).
= ان 5ك وك ب اKKKK ر ر ي� وه�و ي�قد�ي ذ� �� ل ق ا ل مآء�K م�ن خ ا يال ر ش هF ب عل ب ا فج س اKK و& ن ي�ص�هر
Artinya:
54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu adalah air
hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada (Q.S af-tariq
86:6-7)
م&آء�داف�ق� ق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�نق�خ�ل�قم�ن ن
KKK�ج &خر� ني ي�ي ن�KK ذ� ي �Nب� يالص5لب�KKKKK ي�ب آٮ &ر والت
Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S Al-
anbiya 21).
Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain
ciri utamanya adalah :
1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling
sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya
(Q.S At-tin 95).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan ) beriman
kepada Allah.
15
3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4. Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.
7. Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal
kejadian manusia antara lain sebagai berikut :
1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.
2. Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
3. Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-
shaffaat (37) :11.
4. Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5. Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk)
sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.
6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari
sesuatu yang lain.
7. Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut dalam Q.S
(251) :54.
Tentang Ruh dan Nafas
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia. Ruh
merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat , nikmat dan hikmah
yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami hakekatnya. Sentuhan
getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran,
kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski
termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang
sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan
16
bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar -milyar sel
hidup yang saling berhubungan.
Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan
pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik, dapat menjalin
interaksi sebab akibat.
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia
terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak itu. Penelitian
tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini mereka yang penelitian
itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.
E. Fitrah manusia
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata fitrah dalam
arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.
Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik
dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang lalu sedangkan
potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti
pikiran/rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan orang
akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil sikap dan
tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
17
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara
mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang
meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
F. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
1. Fungsi manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin, wakil,
pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali dengan profesi
untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Dengan
pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan
rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam perkembangan manusia
yang dinamis.
Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan ketundukan
dan ketaatan kepada Allah SWT.
Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah di
berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang ada
membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi:
a. Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari ‘abs
adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada
Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya karena
manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba sampai manusia
modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan transendental (Allah). Hal ini
disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai
dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan
agama animisme dan dinamisme,meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana.
18
Manusia dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk
upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh nenek moyang
mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang memiliki potensi untuk
beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang artinya ”Maka hadapkanlah wajahmu
dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” [1168]
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah
wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
b. Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab istilah
khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya digunakan
untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia pada umumnya
bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu bukan hanya sebagai
penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.pendapat demikian tidak
ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah mengandung makna khalifah, yang mempunyai
fungsi menggantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih
menegaskan fungsi kekhalifahan manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang
artinya “dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Diterangkan juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-
khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya
sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan
pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka.” Dan surah Al-a’raf:69
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari
Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu?
dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti
(yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan
19
perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.”
Ayat- ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah dalam arti
yang berbeda juga memberi isyarat tentang perlunya moral dan etika yang harus ditegakan dalam
melaksanakan fungsi kekhalifahannya. Quraisy Shihab mengatakan bahwa hubungan manusia
dengan alam atu hubungan dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk
dengan ditaklukan,atau dengan tuan dengan hambanya. Tetapi hubungan kebersamaan dalam
ketundukan kepada Allah SWT. Karena kalaupun mampu mengelola (menguasai) namun hal
tesebut bukan dari akibat kekuatan yang dimilikinya tetapi akibat tuhan menundukannya untuk
manusia.
Selanjutnya Ahmad hasan Firhat, membedakan kedudukan kekhalifahan manusia pada dua
bentuk:
1.khalifah kauniyah, dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang telah
dianugrahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta isinya. Pemberian
wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini meliputi makna yang bersifat umum
tanpa dibatasi oleh oleh agama apa yang mereka yakini. Artinya label kekhalifahan yang
dimaksud diberikan kepada semua manusia sebagai penguasa alam. Bila dimensi ini dijadikan
standar dalam melihat predikat manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-ardh, maka akan
berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan alam semesta.manusia dengan
kekuatannya akan mempergunakan alam semesta sebagai konsekuensi kekhalifahan tanpa
kontrol dan melakukan penyimpangan dari nilai Ilahiah, akibatnya keberadaan manusia dimuka
bumi bukan lagi sebagai pembawa kemakmuran, namun cenderung berbuat kerusakan dan
merugikan makhluk Allah lainnya. Ketiadaan kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat tatkala
Allah menciptakan manusia.
2. Khalifah sysr’iyat. Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada manusia untuk
memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan tanggung jawab ini
predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar
dengan keimanan yang dimilikinya mampu menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur
mekanisme alam sesuai dengan nilai-nilai ilahiah yang telah digariskan Allah lewat ajaran-Nya.
Dengan prinsip ini manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam semesta
20
demi kemaslahatan umat manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas dapat
disimpulkan manusia berpotensi menjadi pendidik dan peserta didik dengan mengadopsi ilmu
pendidikan Islam yang ideal.
2. Peran Manusia
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di
antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan
hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada
masyarakat, pada Allah SWT.
3. Tujuan hidup manusia
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” Awal
ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya bertafakur satu
jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Sebaik-baiknya Ibadah
adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya. Tafakur merupakan kunci untuk membuka
pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah bahwa bebas
dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang
luang dan hati yang masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah,
yang tanpa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa
kehadiran hati tidak ada nilainya.
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang dan hati
yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati
21
memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus menyisihkan waktu kita
khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata untuk ibadah tanpa di
ganggu pemikiran atau kesibukan lain. Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan
ini.
Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun.
Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan ibadah yang
penting dan melaksanakannya, dengan sebaik-baiknya. Tidak memikirkan pekerjaan lain
selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau
asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya
sebagai tugas penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan
spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang
yang meremehkan shalat dan mengabaikannya. Aku berlindung kepada Allah dari meremehkan
Shalat dan dari tidak memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.
G. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan
dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan
22
manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah kepada tuhan
dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
Tahap I. Bekerjalah untukku.
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu telah
terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ):
“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.
Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Tahap II. Semata-mata demi aku.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri. Siapakah
engkau sebenarnya ? Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini timbul
dari yang Esa, dari roh itu sendiri. “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-Ku,
demi Aku. Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku.
Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.
Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang dinamakan
taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk roh.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan,perkataan dan
pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan,
katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan
23
berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.
Al-An’aam (6 ayat 162) Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku
(hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja, belajar, shalat,
mati dan semuanya hanyalah untuk Allah. Dan semua itu memang milik Allah semata.
H. Hakikat manusia sebagai khalifah
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas
memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
a) Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani
dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
b) Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]
c) Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk
lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]
d) Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka
sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]
2. Mukarram (yang dimuliakan)
a) Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]
b) Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]
c) Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan
untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
24
a) Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi
dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b. Khilafah Allah mengetahui
siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi
walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]
5. Majziy (yang mendapat balasan)
a) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah
menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]
b) Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah
berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang
setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]>
Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas adalah sebagai berikut : :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan saya mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia
dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa melakukan apa
saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang begitu banyak ketimbang
makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu menyambung silaturahmi terhadap
sesama manusia, saling memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang
menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal dimata Tuhan,
derajat kita sama.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan oleh Allah
dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan aturan-Nya.
Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW dengan terus
belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.
Tetapi dewasa ini, Islam terancam. Apalagi Indonesia termasuk negara yang terancam
keIslamannya akibat pengaruh globalisasi dan westernisasi yang masuk ke negara kita. Sehingga
banyak saudara kita yang meniru gaya asing tersebut (imitasi) padahal itu tidak benar. Untuk
mencegah pengaruh ini, Kita yang sebagai khalifah perlu melakukan tarbiyah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2001.
Hamdan Mansoer, dkk. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam. 2004.
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2013.
http://asnirasyid.blogspot.co.id/2013/10/makalah-agama-hakikat-manusia-dalam_7.html (Sabtu,
3 Oktober 2015, 10.30 WIB)
https://sukirman722.wordpress.com/2014/05/23/makalah-hakikat-manusia-dalam-islam/ (Sabtu,
3 Oktober 2015, 14.29 WIB)
http://citaeducations.blogspot.co.id/2014/02/manusia-dalam-perspektif-islam.html (Sabtu, 3
Oktober 2015, 12.34 WIB)
27