58
1 PANDUAN PENYELENGGARAN KEGIATAN TUNTAS BACA TULIS AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI

Panduan Btq Sd

  • Upload
    nurmaa

  • View
    606

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Panduan Btq Sd

1

PANDUAN PENYELENGGARANKEGIATAN TUNTAS BACA TULIS AL-QUR’AN

DI SEKOLAH DASAR

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAHDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

KEMENTERIAN AGAMA RITAHUN 2010

Page 2: Panduan Btq Sd

2

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT,

yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan kepada

penyusun sehingga draft awal ini selesai sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan. Shalawat serta salam semoga tetap

terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-

sahabatnya, tabi’in, tabi’it tabi’in, dan sampai kepada kita selaku

umat yang berjuang menegakkan risalahnya.

Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Tuntas Baca Tulis Al-

Qur’an di Sekolah Dasar ini merupakan draft awal, sebagai bahan

workshop tingkat nasional. Pada workshop nanti diharapkan draft

awal ini diperkaya dengan berbagai masukan dari seluruh

peserta, sehingga draft ini semakin lengkap dan sempurna, yang

pada tataran akhirnya menjadi sebuah buku panduan yang

digunakan oleh seluruh Sekolah Dasar di Indonesia.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan draft ini. Semoga Allah SWT membalasnya

dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Hanya kepada Allah SWT penyusun memohon petunjuk,

bimbingan, dan perlindungan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Agustus

2010

Penyusun

Page 3: Panduan Btq Sd

3

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...............................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................4

B. Landasan Hukum ......................................6

C. Tujuan ......................................................7

D. Sasaran ....................................................7

BAB II KOMPETENSI DAN TARGET

A. Pengertian ................................................8

B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

..................................................................................................8

BAB III METODE ..........................................................15

BAB IV POLA PENYELENGGARAAN BIMBINGAN BACA TULIS

AL-QUR’AN

A. Seleksi Peserta .......................................25

B. Pola Pelaksanaan ....................................25

C. Waktu Pelaksanaan.................................29

D. Tempat Pelaksanaan...............................29

E. Tenaga Pengajar/Pembimbing.................29

F. Sarana dan Prasarana..............................30

G. Pembiayaan............................................30

BAB V PENILAIAN DAN SERTIFIKASI

A. Penilaian .................................................31

B. Sertifikasi ................................................31

BAB VI PENUTUP........................................................34

DAFTAR PUSTAKA.............................................................35

Page 4: Panduan Btq Sd

4

LAMPIRAN ........................................................................37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pasal 3 Undang-Undang N0. 20 tahun 2003 tentang Sistim

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Dalam upaya mencapai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yang salah

satunya agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, maka diselenggarakanlah Pendidikan Agama Islam.

Sayangnya menurut hasil penelitian beberapa pakar menyebutkan bahwa terdapat

30 % rata-rata peserta didik SMA/SMK belum dapat membaca al-Quran dengan

baik dan benar. Penyebabnya sangat beragam, antara lain; di samping kurangnya

perhatian orang tua terhadap kemampuan membaca al-Quran terhadap putra-

putrinya, lingkungan keluarga yang kurang mendukung, dampak negatif

perkembangan Iptek, juga terbatasnya jam tatap muka Pendidikan Agama Islam di

sekolah.

Kondisi tersebut membutuhkan solusi yang tepat dengan tidak mengganggu

kurikulum yang telah ditetapkan sekolah. Sebab selama ini pembelajaran Al-

Quran sangat dibatasi oleh keterbatasan jam tatap muka yang hanya 2 (dua) jam

perminggu. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Pembelajaran baca tulis al-

Quran di luar jam pelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan

Page 5: Panduan Btq Sd

5

ekstrakurikuler baca tulis al-Quran secara mandiri bagi peserta didik di semua

jenjang SD, SMP, SMA/SMK dan dilakukan secara sistematis.

Hal tersebut sesuai dengan PP 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Keagamaan Pasal 24 dan 25 yang menjelaskan Pendidikan Al-Quran

bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis,

memahami, dan mengamalkan kandungan Al Qur’an (ayat 1 pasal 24 PP 55).

Selain itu , pendidikan Al-Qur’an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan tidak

berjenjang (ayat 3 pasal 24 PP 55).Penyelenggaraan Pendidikan Al-Qur’an

dipusatkan di masjid, mushalla, atau ditempat lain yang memenuhi syarat (ayat 4

pasal 24 PP 55).

Terbitnya SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 44 A dan

128 tanggal 13 Mei 1982 tentang gerakan pengajaran Baca Tulis al-Qur’an perlu

didukung oleh terbitnya perangkat teknis dalam bentuk Panduan Baca Tulis al-

Quran, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Guru Pendidikan Agama

Islam (GPAI) atau pembimbing ekstrakurikuler Baca Tulis al-Quran di semua

jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK.

B. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan buku pedoman ini antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional.

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan.

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kanwil Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen

Agama Kabupaten/Kota.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 6: Panduan Btq Sd

6

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Mennengah dan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Keagamaan pasal 24 dan 25.

11. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia Nomor: Dj.I/12A Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.

12. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1990 tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur’an.

13. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 44 A dan 124, tanggal 13 Mei Tahun 1982

tentang Usaha Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an bagi Umat

Islam dalam Rangka Peningkatan Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur’an

dalam Kehidupan Sehari-hari.

14. Instruksi Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Tingkat Nasional Nomor

02 Tahun 1989 tentang Peningkatan Pengajian Al-Qur’an.

15. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1990 tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur’an.

16. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia Nomor: Dj.I/12A Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.

C. Tujuan dan Fungsi

1. Tujuan disusun Panduan Baca Tulis al-Quran SMA/SMK adalah;

Page 7: Panduan Btq Sd

7

a. Memberikan pedoman bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan

satuan pendidikan tentang penyelenggaraan Baca Tulis al-Qur’an bagi

peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA dan SMK

b. Memberikan panduan bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dalam

melaksanakan kegiatan bimbingan Baca Tulis al-Quran bagi peserta

didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA/SMK

2. Fungsi penyusunan Panduan Baca Tulis al-Quran di setiap jenjang SD,

SMP, SMA/SMK;

a. Sebagai pegangan bagi menambah pengetahuan, penghayatan, dan

pengamalan bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan satuan

pendidikan dalam melakukan bimbingan membaca dan menulis al-

Qur’an bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP, SMA/SMK

b. Untuk mempermudah dan memperlancar bagi Guru Pendidikan Agama

Islam (GPAI) dan satuan pendidikan dalam melaksanakan kegiatan

ekstrakurikuler BTQ bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP,

SMA/SMK

c. Untuk membantu Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan satuan

pendidikan dalam mempercepat pencapaian tujuan pelaksanaan

ekstrakurikuler BTQ bagi peserta didik di setiap jenjang SD, SMP,

SMA/SMK

D. Sasaran

Sasaran dari buku panduan ini adalah

1. Guru Pendidikan Agama Islam pada satuan pendidikan sebagai

pelaksana program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan

pendidikan.

2. Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab program Bimbingan Baca

Tulis Al-Quran di satuan pendidikan

3. Komite sekolah sebagai pendukung utama pelaksanaan program

Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan

Page 8: Panduan Btq Sd

8

4. Kantor Kementerian Agama di masing-masng tingkat bersama-sama

dengan Dinas Pendidikan sebagai institusi yang menetapkan kebijakan

program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan.

Sekaligus melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program

Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan. Kantor

Kementerian Agama di masing-masng tingkat bersama-sama dengan

Dinas Pendidikan juga memberikan dukungan kebijakan anggaran

untuk program Bimbingan Baca Tulis Al-Quran di satuan pendidikan.

BAB IIKOMPETENSI DAN TARGET

A. Pengertian

Secara bahasa, kompetensi (competency) berarti

kemampuan atau kecakapan. Adapun secara istilah, kompetensi

artinya seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya.

Dengan demikian kompetensi baca tulis Al-Qur’an yang

dimaksud dalam buku panduan ini adalah seperangkat

kemampuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik di Sekolah Dasar dalam

membaca dan menulis Al-Qur’an.

B. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi baca tulis Al-Qur’an terdiri dari standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi adalah

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas

dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan

kompetensi dasar ialah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

Page 9: Panduan Btq Sd

9

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) aspek Al-

Qur’an di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menghafal Al Qur’an surat pendek pilihan

1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan lancar

1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan lancar

Kelas I, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menghafal Al Qur’an surat-surat pendek pilihan

6.1 Menghafal QS Al-Kautsar dengan lancar

6.2 Menghafal QS An-Nashr dengan lancar

6.3 Menghafal QS Al-‘Ashr dengan lancar

Kelas II, Semester 1

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Menghafal Al Qur’an 1.1 Mengenal huruf Hijaiyah

1.2 Mengenal tanda baca (harakat)

Kelas II, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Page 10: Panduan Btq Sd

10

6. Membaca Al Qur’an surat pendek pilihan

6.1 Membaca huruf hijaiyah bersambung

6.2 Menulis huruf hijaiyah bersambung

Kelas III, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Mengenal kalimat dalam Al Qur’an

1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur’an

1.2 Menulis kalimat dalam Al Qur’an

Kelas III, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Mengenal ayat-ayat Al Qur’an

5.1 Membaca huruf Al Qur’an

5.2 Menulis huruf Al Qur’an

Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Membaca surat-surat Al Qur’an

1.1 Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar

1.2 Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar

Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Membaca surat-surat Al Qur’an

6.1 Membaca QS Al-Kautsar dengan lancar

6.2 Membaca QS An-Nashr dengan lancar

6.3 Membaca QS Al-‘Ashr dengan lancar

Kelas V, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Page 11: Panduan Btq Sd

11

1. Mengartikan Al Qur’an surat pendek pilihan

1.1 Membaca QS Al-Lahab dan Al-Kafirun

1.2 Mengartikan QS Al-Lahab dan Al-Kafirun

Kelas V, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Mengartikan Al Quran Surat pendek pilihan

6.1 Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil

6.2 Mengartikan QS Al-Maun dan Al-Fiil

Kelas VI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Mengartikan Al Qur’an Surat pendek pilihan

1.1 Membaca QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5

1.2 Mengartikan QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5

Kelas VI, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Mengartikan Al Quran Ayat-ayat pilihan

6.1 Membaca QS Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13

6.2 Mengartikan QS Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13

Page 12: Panduan Btq Sd

12

Berdasarkan SK dan KD di atas, besarnya porsi membaca

dalam SK hanya 25%. Sedangkan dalam KD, porsi membaca

sebesar 46% dan menulis sebesar 12%. Fakta ini menunjukkan

bahwa aspek membaca dan menulis Al-Qur’an dalam Standar Isi

sangatlah minim. Oleh karena itu perlu pengembangan SK dan

KD agar jumlah porsi membaca dan menulis Al-Qur’an di Sekolah

Dasar proporsional dan dianggap efektif dalam mencapai target

yang ditentukan.

Hasil dari pengembangan SK dan KD tersebut adalah

sebagai berikut:

KLS SMTSTANDAR

KOMPETENSIKOMPETENSI DASAR

I

11. Mengenal huruf-

huruf dalam Al-Qur’an

1.1. Membaca huruf-huruf tunggal berharokat fatah, kasrah, dummah

1.2. Menebalkan huruf hijaiyah

21. Mengenal huruf-

huruf dalam Al-Qur’an

1.3.Membaca dua huruf tunggal berharokat fatah, kasrah, dan dommah

1.4.Mencontoh tulisan huruf hijaiyah

II 1 2.Mengenal kata dalam

Al-Qur’an

2.1. Membaca kata-kata dalam Al Qur'an 2.2. Menulis kata-kata dalam Al Qur'an

Page 13: Panduan Btq Sd

13

23. Mengenal kata-

kata pilihan dalam Al-Qur’an

3.1.Membaca kata-kata pilihan dalam Al-Qur’an yang mengandung harakat tanwin, sukun, dan

3.2.Menulis kata-kata pilihan dalam Al-Qur’an

III

14. Mengenal ayat-

ayat Al-Qur’an

4.1. Membaca ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung bacaan mad asli

4.2. Menulis 1 ayat sederhana dalam Al-Qur’an

2

4. Mengenal ayat-ayat Al-Qur’an

4.3. Membaca ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung alif lam ta'rif

4.4. Menulis ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung alif lam ta'rif

IV

15. Mengenal surat

dalam Al-Qur’an

5.1. Membaca ayat-ayat yang mengandung bacaan gunnah dan qalqalah

5.2. Membaca QS. Al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan An-Nas dengan tartil

5.3. Menulis satu surat pendek

25. Mengenal surat

dalam Al-Qur’an

5.4. Membaca surat dalam Al Qur'an yang mengandung hukum bacaan nun sukun/tanwin (idzhar, idgam)

5.5. Membaca QS. Al-Kautsar, An-Nashr, Al-‘Ashr, Al-Humazah

5.6. Menulis surat pilihan

V

15. Mengenal surat

dalam Al-Qur’an

5.7. Membaca surat dalam Al-Qur’an yang mengandung hukum bacaan nun suku /tanwin (iqlab, ikhfa'

5.8. Membaca QS. Al-Lahab dan Al-Kafirun

5.9. Menulis surat pilihan

25. Mengenal surat

dalam Al-Qur’an

5.10.Membaca Al-Qur’an yang terdapat lafadz jalalah dan tanda waqaf

5.11.Membaca QS. Al-Ma’un dan Al-Fiil5.12.Menulis surat pilihan

VI 1 5. Mengenal surat dalam Al-Qur’an

5.13.Membaca Al-Qur’an yang mengandung hukum mim

5.14.Membaca QS. Al-Qadr dan

Page 14: Panduan Btq Sd

14

Al-‘Alaq ayat 1-55.15.Menulis surat pilihan

25. Mengenal surat

dalam Al-Qur’an

5.16.Membaca huruf-huruf dalam fawatihussuwar

5.17. Membaca QS. Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13

5.18.Menulis surat pilihan

Sebagai upaya kelengkapan dan kesempurnaan

kemampuan membaca dan menulis peserta didik yang sudah

menuntaskan seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar,

maka kemampuan menghapal pun perlu diperhatikan, sehingga

ketika peserta didik tamat SD, mereka mampu membaca,

menulis, dan menghapal Al-Qur’an, terutama19 dari 37 surat

yang ada dalam juz 30 (juz amma).

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

No. Nama Surat Artinya Jumlah ayat1. An-Naas Manusia 62. Al-Falaq Waktu Shubuh 53. Al-Ikhlas Memurnikan Ke-Esaan Allah 44. Al-Lahab Gejolak api 55. An-Nasr Pertolongan 36. Al-Kafirun Orang-orang kafir 67. Al-Kautsar Nikmat yang banyak 38. Al-Maun Barang-barang yang berguna 79. Al-Quraisy Suku Quraisy 410. Al-Fil Gajah 511. Al-Humazah Pengumpat 912. Al-Asr Masa 313. At-Takasur Bermegah-megahan 814. Al-Qaari’ah Hari kiamat 1115. Al-Adiyat Berlari kencang 1116. Al-Zalzalah Kegoncangan 817. Al-Bayyinah Bukti 818. Al-Qadr Kemuliaan 519. Al-Alaq Segumpal darah 19

Page 15: Panduan Btq Sd

15

BAB IIIMETODE TUNTAS BACA TULIS AL-QUR’AN

Metode secara harfiah berasal dari bahasa Yunani (Greek) “methodos”,

yang artinya jalan/cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai

cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan

menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai: 1) cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; dan

2) cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur

sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena

(gejala-gejala) kejiwaan.

Dengan demikian metode tuntas baca tulis Al-Qur’an artinya cara yang

berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode baca

tulis Al-Qur’an antara lain:

1. Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan

bagi para pengajar/pembimbing.

2. Mudah dikuasai oleh mayoritas pengajar/pembimbing.

3. Mudah dan murah mendapatkan buku panduan.

4. Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya.

Jika beberapa metode lolos pertimbangan di atas, maka

ditentukan pemilihan berdasarkan skala prioritas.

Berikut ini disajikan beberapa metode membaca dan

menulis Al-Qur’an yang berkembang dari jaman dahulu sampai

sekarang, antara lain:

1. Metode Baghdadiyah

Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja atau Turutan

“, berasal dari Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Bani

Abbasiyah. Tidak diketahui dengan pasti siapa penyusunnya.

Telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air.

Materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari

Page 16: Panduan Btq Sd

16

yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya

kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qoidah

Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu

ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah

sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi.

Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa

(enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat

karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara

klasikal maupun privat. Cara mengajarkannya adalah:

a. Mula-Mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib

kaidah Baghdadiyah, yaigtu dimulai dari huruf alif, ba, ta,

sampai ya.

b. Kemudian diajarkan tanda-tanda baca (harokat) sekaligus

bunyi bacaannya. Dalam hal ini anak dituntun bacaannya

secara pelan-pelan dan diurai/dieja, seperti: alif fathah a, alif

kasrah i, alif dhommah u, a-i-u, dan seterusnya.

c. Setelah anak-anak mempelajari huruf hijaiyah dengan cara-

cara bacannya itu, barulah diajarkan kepada mereka Al-Qur’an

Juz ‘Amma, dengan dimulai dari surat An-Nas sampai surat An-

Naba.

Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain:

a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap

langkah secara utuh sebagai tema sentral.

c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

d. Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan

daya tarik tersendiri.

e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap

langkah.

Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain:

a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena

sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.

b. Penyajian materi terkesan menjemukan.

Page 17: Panduan Btq Sd

17

c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan

pengalaman siswa.

d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-

Qur'an.

2. Metode Iqro

Metode Iqra merupakan salah satu metode cepat belajar

membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh Bapak As'ad

Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM

(Angkatan Muda Masjid dan Musholla) Yogyakarta dengan

membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin

berkembang dengan pesat dan menyebar merata di Indonesia

sejak tahun 1989 sampai sekarang. Pada tahun 1991, dalam

Munas Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Pusat

yang ke-6 di Yogyakarta, telah menatapkan TKA-TPA AMM

Kotagede sebagai Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem

Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an Nasional di Yogyakarta.

Metode Iqro disusun dalam buku-buku kecil ukuran ¼

(seperempat folio) dan terbagi dalam enam jilid. Tiap jilid rata-

rata memiliki 43 halaman, dengan warna sampul masing-masing

jilid yang berbeda-beda. Jilid 1 berwarna merah, jilid 2 berwarna

hijau, jilid 3 berwarna biru muda, jilid 4 berwarna kuning kunyit,

jilid 5 berwarna ungu dan jilid 6 berwarna coklat. Jilid-jilid

tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi yang

harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehingga

jilid 2 adalah kelanjutan jilid 1, jilid 3 adalah kelanjutan jilid 2,

demikian seterusnya sampai selesai jilid 6. Bagi anak yang telah

menyelesaikan jilid 6, bila mengajarkannya sesuai dengan

Page 18: Panduan Btq Sd

18

petunjuk, dapat dipastikan bahwa ia telah mampu membaca Al-

Qur’an dengan benar.

Metode Iqro mempunyai 10 sifat, antara lain:

a. Bacaan langsung.

b. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif).

c. Privat/Klasikal.

d. Modul.

e. Asistensi.

f. Praktis.

g. Sistematis.

h. Variatif.

i. Komunikatif.

j. Fleksibel.

Keunggulan metode Iqro antara lain:

1. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran cukup pendek.

2. Logikanya sangat sistematik dari model yang berulang-

ulang dan berkelanjutan.

3. Bagi anak yang pandai lebih cepat menyelesaikan jilid-jilid

tertentu (sesuai kemampuan anak).

4. Terdapat alat kontrol prestasi yang baku sehingga dapat

menilai perkembangan/kemajuan anak.

Dalam menunjang kemampuan membaca Al-Qur’an, pada

tahun 1994 As’ad Humam menulis tiga jilid bimbingan menulis

Al-Qur’an, dengan judul Khot Praktis ‘Allama Bil Qolam’. Jilid 1

berwarna merah, jilid 2 berwarna hijau, dan jilid 3 berwarna biru.

3. Metode Qiro’ati

Metode baca Al-Qu’ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan

Salim Zarkasyi dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang

disebarkan sejak awal 1970-an ini memungkinkan anak-anak

mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah. Kiai Dachlan

yang mulai mengajar Al-Qur'an pada tahun 1963, merasa

metode baca Al-Qur'an yang ada belum memadai. Misalnya

metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap

Page 19: Panduan Btq Sd

19

metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak

mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat). Kiai Dachlan

kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca Al-

Qur'an untuk TK Al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada

tanggal l Juli 1986.

Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan

berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode

Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode

Qira'ati.Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian

diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12

tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah:

a. Klasikal dan privat.

b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok

bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA).

c. Siswa membaca tanpa mengeja.

d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca

dengan tepat dan cepat.

4. Metode Al-Barqy

Metode Al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat

membaca Al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan

dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir

Sulthon pada tahun 1965. Awalnya, Al-Barqy diperuntukkan bagi

siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar

metode ini lebih cepat mampu membaca Al-Qur'an. Muhadjir

lantas membukukan metodenya pada tahun 1978, dengan judul

Cara Cepat Mempelajari Bacaan Al-Qur'an Al-Barqy.

Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga

yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal

pemberantasan buta Baca Tulis Al-Qur’an dan Membaca Huruf

Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di

beberapa kota besar di Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Page 20: Panduan Btq Sd

20

Metode ini disebut ‘Anti Lupa’ karena mempunyai struktur

yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf /suku kata

yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat

mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa

itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Departemen Agama RI.

Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak

hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak

tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermudah

dan mempercepat anak/siswa belajar membaca. Waktu untuk

belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode

ini adalah:

a. Bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga

dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah

penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang

dipelajari).

b. Bagi Murid (murid merasa cepat belajar sehingga tidak

merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena

sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat,

hanya satu level sehingga biayanya lebih murah).

c. Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-

muridnya mempunyai

d. kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat

dibandingkan dengan sekolah lain).

5. Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri

dari Drs. H. Hasan Sadzili, Drs. H. Ali Muaffa, dkk. Kemudian

dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya.

Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan

yang berkembang di TK-TPA, antara lain:

Page 21: Panduan Btq Sd

21

a. Mutu Pendidikan. Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an

belum sesuai dengan target.

b. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran masih belum

menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga

proses belajar tidak efektif.

c. Pendanaan. Tidak adanya keseimbangan keuangan antara

pemasukan dan pengeluaran.

d. Waktu pendidikan. Waktu pendidikan masih terlalu lama

sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Al-

Qur'an.

e. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-

santrinya, antara lain:

a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.

b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang

salah.

c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara

kelompok 80%.

Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati adalah:

a. Disampaikan dengan praktis.

b. Menggunakan lagu Rost.

c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara

seimbang.

6. Metode Iqro Dewasa dan Terpadu

Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari

Kalimantan Selatan. Iqro terpadu merupakan penyempurnaan

dari Iqro Dewasa. Kelebihan Iqro Terpadu dibandingkan dengan

Iqro Dewasa antara lain bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20 kali

pertemuan sedangkan Iqro Terpadu hanya 10 kali pertemuan

dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis. Kedua

metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa.

Page 22: Panduan Btq Sd

22

7. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)

Dirosa merupakan sistem pembinaan Islam berkelanjutan

yang diawali dengan belajar baca Al-Qur’an. Panduan Baca Al-

Qur’an pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan oleh

Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa

dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan.

Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang,

dari sebuah perjalanan pengajaran Al-Qur'an di kalangan ibu-ibu

yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah

terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al-

Qur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan

berganti-ganti metode. Dan akhirnya ditemukanlah satu format

yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif,

yaitu memadukan pembelajaran baca Al-Qur'an dengan

pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca

Al-Qur'annya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku

penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an.

Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik

Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan

Maluku, yang dibawa oleh para da’i .

Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-

Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta

menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian

mengulangi bacaan tadi. Teknik ini dilakukan bukan hanya bagi

bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta.

Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar

kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih cepat.

8. Metode Al-Jabari

Metode Al-Jabari merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-

Quran. Pelajaran pertama dalam metode ini adalah tanda fatah dengan lafal A,

sebagaimana arti dari kata Jabar dari bahasa Parsi yang berarti fatah. Hal ini

diulang terus sehingga dalam 2-3 kali pertemuan sudah hapal. Selanjutnya akan

Page 23: Panduan Btq Sd

23

disusun olahan kata-kata dan secara otomotis olahan kata tersebut dapat

dimengerti.

Metode ini dikembangkan oleh tiga orang pakar dibidangnya, yaitu

diantaranya adalah ahli Al-Quran, Kaligrafer Eksibisi ASEAN, serta Qori

Internasional, dimana ketiganya merupakan warga asli Karawang Jawa Barat.

Metode ini dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan

dalam membaca dan menulis Al-Quran dan merupakan bimbingan praktis

membaca dan menulis Al-Quran.

Arti Jabar lainnya ialah singkatan dari Jawa Barat, yang berarti metode

tersebut diterbitkan di Jawa Barat. Metode ini bukan metode mambaca huruf

Arab, tapi membaca dan menulis Al-Quran sehingga selesai pelajaran ini dapat

dilanjutkan dengan membaca Al-Quran.

9. Metode LIBAT (Lihat, Baca, Tulis)

Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Juhaya S. Praja, dosen IAIN Sunan

Gunung Djati Bandung. Ide metode ini diilhami oleh buku Tuntunan yang ditulis

oleh gurunya di Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur, yaitu K.H. Imam

Zarkasyi. Perumusan metode ini dimulai sejak uji coba kepada sejumlah

mahasiswa yang buta huruf Al-Qur’an sekitar tahun 1976. Dalam waktu 10 jam,

para mahasiswa tersebut mampu membaca dan menulis Al-Qur’an.

Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan anatomi huruf,

pendekatan budaya, disertai dukungan CBSA. Pendekatan anatomi huruf artinya

proses pembelajaran dengan memperlihatkan bentuk-bentuk huruf yang saling

berkaitan. Kemampuan dan ketidakmampuan menulis huruf tertentu akan

mengakibatkan kemampuan dan ketidakmampuan menuliskan huruf-huruf

lainnya. Pendekatan budaya ialah mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan

latar belakang budaya peserta.

10. Metode Hattaiyah

Metode ini penggagasnya adalah ustadz Drs. H. Muhammad Hatta bin

Usman dari provinsi Riau.Huruf pertama yang dikenalkan “L” baru diikuti tanda

baca A – I – U - AN – IN – UN – Sukun dan Tasydid. Selanjutnya latihan

membaca dan menulis rata-rata 3 huruf yang sudah dikombinasikan ke dalam

berbagai bunyi dan huruf lainnya. Waktu yang digunakan 75% siswa aktif , dan

25% untuk guru membimbing.

Page 24: Panduan Btq Sd

24

11. Metode An-Nur

Perintisnya adalah H.M. Rosyadi. Lahir belakangan dibandingkan metode

yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu menjelang tahun 2000. Metode An-Nur

mampu memberi jaminan dua jam bisa membaca Al-Qur’an (dianggap metode

tercepat di dunia). Mampu merangsang orang ingin tahu apakah benar terbukti

dalam waktu singkat dapat baca tulis Al-Qur’an. Salah satu keistimewaannya,

menghafal huruf Hijaiyah dengan urut, dibalik, diacak dan ditulis. Kemudian

memahami huruf yang berubah bentuk, tanda titik dan tanda baca.

12. Metode Qira’ah

Metode Qira’ah ini dirancang dengan berbasis ke Indonesiaan karena

banyak latihan bacaannya yang berbunyi bahasa Indonesia tapi bertuliskan arab

sehingga sangat mudah dicerna bagi anak-anak khususnya anak generasi

Indonesia. Buku ini sangat mudah diajarkan kepada anak-anak yang masih TK

karena memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah dibantu dengan gambar sehingga

anak-anak lebih mudah menangkapnya dan bisa belajar sendiri di rumah dengan

bantuan gambar yang ada. Dalam sistem pembelajaran santri dituntut untuk lebih

aktif daripada guru sehingga betul-betul bisa lebih cepat dapat membaca Al Quran

dengan baik dan lancar.

Keunggulan metode qira’ah adalah:

a. Memakai media gambar.

b. Sekali dituntun langsung tahu.

c. Sekali tahu, Insya Allah tak pernah lupa.

d. Ada keseimbangan penguasaan dari semua huruf.

e. Hanya memperkenalkan kunci-kunci/pola bacaan.

f. Latihannya berbunyi bahasa Indonesia.

g. Langsung belajar ilmu tajwid.

h. Ilmu tajwidnya mudah dipahami.

i. Memakai sistem CBSA.

j. Penerapannya sudah teruji.

Kunci Sukses mengajarkan metode qira’ah adalah dipahami, ditunjuk,

dibaca, diperlancar, dan dipercepat.

Page 25: Panduan Btq Sd

25

Bertitik tolak dari uraian 12 metode membaca dan menulis Al-Qur’an di

atas, maka metode-metode yang dianggap relevan dan dapat diterapkan pada

peserta didik usia Sekolah Dasar (SD) adalah:

a. Metode Iqro.

b. Metode Qiro’ati.

c. Metode Al-Barqy.

d. Metode Tilawati.

e. Metode Hattaiyah.

f. Metode An-Nur.

g. Metode Qira’ah.

Ketujuh metode tersebut bisa dijadikan alternatif dalam melaksanakan kegiatan

bimbingan baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Dasar (SD).

Page 26: Panduan Btq Sd

26

BAB IVPOLA PENYELENGARAAN

BIMBINGAN BACA TULIS AL-QUR’AN

A. Seleksi Peserta

Seleksi peserta ini merupakan placement test (tes

penempatan), artinya seleksi yang dilakukan pada intinya

bertujuan untuk menempatkan peserta didik pada kelompok

yang sesuai dengan kemampuannya. Seleksi ini berupaya untuk

menetapkan seorang peserta didik berada dalam kategori

kelompok pemula, menengah, atau mahir.

Seleksi peserta baca tulis Al-Qur’an dapat dilakukan

dengan cara:

1. Bagi peserta didik kelas I yang baru memasuki jenjang

Sekolah Dasar (SD), seleksi dilakukan dengan cara mengetes

secara langsung satu persatu kemampuan mereka dalam

membaca dan menulis Al-Qur’an, dilaksanakan pada awal

semester ganjil, di luar waktu jam pelajaran agama (bisa

sebelum atau setelah proses pembelajaran di kelas selesai).

Hasil dari pengetesan itu peserta didik dikelompokkan menjadi

kelompok pemula, menengah, dan mahir. Sedangkan bagi

peserta didik kelas I yang sedang berada pada semester

sekarang, maka seleksi dapat dilakukan pada saat semester

sekarang yang sedang berjalan.

2. Bagi peserta didik kelas II sampai kelas VI yang sedang

berada pada semester sekarang, seleksi dilakukan dengan

Page 27: Panduan Btq Sd

27

cara mengetes secara langsung satu persatu kemampuan

mereka dalam membaca dan menulis Al-Qur’an. Pelaksanaan

tesnya dilakukan pada saat semester sekarang yang sedang

berjalan dan mengambil waktu di luar jam pelajaran agama

(bisa sebelum atau setelah proses pembelajaran di kelas

selesai). Berdasarkan hasil tes, peserta didik dikelompokkan

menjadi kelompok pemula, menengah, dan mahir.

Penempatan peserta didik ke dalam kelompok, diupayakan

tidak dicampur satu kelas dengan kelas lain, karena guna

memudahkan bagi pembimbing dalam melayani dan

membimbing peserta didik. Selain itu juga dalam upaya

menghindari rasa malu dan ketidakpercayaan diri, serta

memudahkan dalam kenaikan ke tingkat/kelas selanjutnya.

Misalnya: jika di kelas I ada siswa yang sudah mahir, maka

satukanlah ia dengan siswa mahir kelas I lagi, tidak dicampur

dengan siswa mahir kelas II atau III.

B. Pola Pelaksanaan

Ada tiga alternatif pola pelaksanaan dalam kegiatan tuntas

baca tulis Al-Qur’an. Ketiga alternatif itu adalah sebagai berikut:

1. Pola Intensif (Diniyah Sekolah)

Pelaksanaan pola intensif dilakukan dengan:

a. Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

diselenggarakan secara mandiri di lingkungan sekolah. Pihak

sekolah dapat memanfaatkan ruangan kelas dan mushola

sekolah untuk dijadikan tempat kegiatan.

b. Pelaksanaan baca tulis Al-Qur’an melibatkan semua unsur

sekolah yang dianggap mampu.

c. Rencana program pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-

Qur’an dirumuskan oleh pihak sekolah dengan melibatkan

komite sekolah.

d. Dalam penyusunan rencana program tersebut, kepala sekolah

sebagai penanggung jawab, guru agama sebagai koordinator,

dan dibantu oleh guru-guru yang lain yang ada di sekolah.

Page 28: Panduan Btq Sd

28

2. Pola Mandiri

Pola ini dilaksanakan dengan:

a. Tempat utama kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah dan lingkungan

sekolah.

b. Pembimbing kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an dapat

dilakukan oleh orang tua yang bersangkutan dan dari

lingkungan sekitar tempat tinggal, seperti pesantren,

madrasah diniyah, majelis ta’lim, Taman Kanak-Kanak Al-

Qur’an (TKA)/Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)/Ta’limul

Qur’an Lil Aulad (TQA).

c. Program pengawasan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

dilakukan oleh pihak sekolah.

3. Pola Kerjasama

Pola ini dilaksanakan dengan:

a. Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

bukan hanya di sekolah, akan tetapi dilaksanakan juga di luar

sekolah, seperti di madrasah diniyah/pesantren/Taman Kanak-

Kanak Al-Qur’an (TKA)/Taman Pendidikan Al-Qur’an

(TPA)/Ta’limul Qur’an Lil Aulad (TQA) yang sudah menjalin

kerjasama dengan pihak sekolah.

b. Pembimbing melibatkan guru-guru di sekolah dan ustadz-

ustadzah yang yang berasal dari lembaga pendidikan di luar

sekolah, seperti dari pesantren, madrasah diniyah, majelis

Page 29: Panduan Btq Sd

29

ta’lim, Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA)/Taman Pendidikan

Al-Qur’an (TPA)/Ta’limul Qur’an Lil Aulad (TQA).

c. Penyusunan rencana program pelaksanaan kegiatan tuntas

baca tulis Al-Qur’an dirumuskan secara bersama-sama antara

pihak sekolah dan pihak luar sekolah (pengelola/pembina dari

dari pesantren, madrasah diniyah, majelis ta’lim,

TKA/TPA/TQA). Pihak luar sekolah terlibat secara aktif dalam

penyusunannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan ketiga pola pelaksanaan di atas, antara lain:

1. Sekolah yang menetapkan waktu utama kegiatan tuntas baca

tulis Al-Qur’an setelah selesai proses pembelajaran, siswa

yang sudah dikelompokkan, dibimbing oleh satu atau dua

orang pembimbing.

2. Teknis pelaksanaan bimbingan dapat dilakukan dengan cara

klasikal dan privat.

3. Pembimbing menyiapkan buku pedoman dan alat peraga.

4. Sekolah yang menetapkan waktu utama kegiatan tuntas baca

tulis Al-Qur’an pada hari khusus kegiatan ekstrakurikuler,

berkoordinasi dengan Pembina ekstrakurikuler lain untuk

menghindari jadwal waktu yang bersamaan.

5. Khusus bagi kelompok peserta didik yang sudah mencapai

tahap mahir, diupayakan untuk menjadi tutor sebaya bagi

peserta didik yang masih tahap pemula dan atau menengah.

Hal ini dilakukan untuk membantu pembimbing dalam

mempercepat penguasaan Al-Qur’an, terutama dalam

penguasaan aspek membaca. Peserta didik yang menjadi tutor

sebaya tetap berada dalam pengawasan dan kontrol dari

pembimbing.

6. Sekolah yang menetapkan ada tambahan waktu utama, yakni

tambahan waktu pendukung pelaksanaan kegiatan tuntas

baca tulis Al-Qur’an dengan 15 menit jam pelajaran pertama di

setiap hari, lebih baik dikhususkan untuk kegiatan membaca

Page 30: Panduan Btq Sd

30

dan menulis secara klasikal saja, sebab ketersediaan waktu

sangat singkat. Dalam hal ini tentu guru agama harus

berkoordinasi dengan seluruh guru kelas agar kegiatan

mengisi 15 menit pertama ini digunakan dengan sebaik

mungkin, dan para guru kelas terlebih dahulu diberikan

pemahaman tentang baca tulis Al-Qur’an, sesuai dengan

kelasnya masing-masing.

7. Bagi sekolah yang menetapkan ada tambahan waktu utama,

yakni tambahan waktu pendukung pelaksanaan kegiatan

tuntas baca tulis Al-Qur’an dengan 15 menit jam pelajaran

pertama pelajaran PAI, juga lebih baik dikhususkan untuk

kegiatan membaca dan menulis secara klasikal saja, sebab

ketersediaan waktu sangat terbatas. Pelaksanaannya tentu

tidak tiap hari setiap kelas, tergantung pada jadwal guru

agama mengajar di kelas yang bersangkutan. Dalam waktu

satu minggu seluruh kelas mendapat giliran satu kali

pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an dengan

waktu 15 menit pertama sebelum pelajaran PAI.

C. Waktu Pelaksanaan

Page 31: Panduan Btq Sd

31

Ada beberapa alternatif waktu pelaksanaan kegiatan

tuntas baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Dasar, antara lain:

1. Waktu pendukung: 15 menit pertama sebelum pelajaran

pertama dimulai setiap hari (secara klasikal).

2. Waktu Pendukung: 15 menit pertama sebelum pelajaran

agama Islam dimulai (secara klasikal).

3. Waktu utama: Setiap hari setelah proses pembelajaran di

kelas selesai. Waktunya bisa 30 menit atau selama satu

jam (secara kelompok).

4. Waktu utama: Pada hari khusus kegiatan ekstrakurikuler

agama, misalnya pada hari Sabtu bagi sekolah yang

menetapkan hari Sabtu khusus kegiatan ekstrakurikuler.

Adapun rentang waktunya disesuaikan dengan kebijakan

sekolah.

D. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an

dapat diselenggarakan di:

1. Sekolah (kelas dan atau mushola).

2. Madrasah yang ada di sekitar sekolah.

3. Masjid yang ada di sekitar sekolah.

4. Pesantren yang ada di sekitar sekolah.

5. Penggabungan antara sekolah dan

madrasah/masjid/pesantren yang ada di sekitar sekolah.

E. Tenaga Pengajar/Pembimbing

Beberapa alternatif untuk tenaga pengajar/pembimbing

kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an antara lain:

1. Guru agama dan guru-guru bidang/kelas yang lain di

sekolah yang bersangkutan yang dianggap mampu

menguasai baca tulis Al-Qur’an.

2. Bagi sekolah dasar yang satu komplek dengan sekolah

dasar yang lain, bisa bekerjasama antar guru agamanya

serta antar guru bidang/kelas yang dianggap mampu

menguasai baca tulis Al-Qur’an.

Page 32: Panduan Btq Sd

32

3. Kerjasama dengan madrasah diniyah, pesantren, TKA, TPA,

atau TQA yang ada di sekitar sekolah, untuk merekrut

tambahan pembimbing baca tulis Al-Qur’an.

F. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan

kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an adalah:

1. Tempat belajar.

2. Buku pegangan guru.

3. Buku pegangan siswa.

4. Media audio visual.

5. Papan tulis dan alat-alat tulisnya.

6. Alat peraga.

7. Administrasi pembelajaran.

G. Pembiayaan

Pembiayaan dalam kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an ini

bersumber dari:

1. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

2. Sumbangan/infak lain yang halal dan tak mengikat.

Page 33: Panduan Btq Sd

33

BAB VIPENILAIAN DAN SERTIFIKASI

A. Penilaian

1. Pengertian

Penilaian baca tulis Al-Qur’an adalah usaha mengumpulkan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh

tentang proses belajar (kegiatan dan kemajuan belajar baca tulis

Al-Qur’an) dan hasil belajar peserta didik yang dapat dijadikan

dasar untuk menentukan perlakuan bimbingan baca tulis Al-

Qur’an selanjutnya.

2. Tujuan Penilaian

Tujuan penilaian dalam bimbingan baca tulis Al-Qur’an adalah:

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan membaca dan menulis Al-Qur’an

yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu kurun waktu proses belajar

tertentu. Hal ini berarti dengan penilaian, pembimbing dapat mengetahui

kemajuan perubahan tingkah peserta didik sebagai hasil proses belajar dan

mengajar baca tulis Al-Qur’an yang melibatkan dirinya selaku pembimbing

dan pembantu kegiatan belajar peserta didiknya itu.

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang peserta didik dalam

kelompok bimbingan baca tulis Al-Qur’an. Dengan demikian, hasil penilaian

itu dapat dijadikan pembimbing sebagai alat penetap apakah pseerta didik

tersebut termasuk kategori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu

kemampuan belajar baca tulis Al-Qur’annya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam

belajar membaca dan menulis Al-Qur’an. Hal ini berarti dengan penilaian,

pembimbing akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha peserta didik.

Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien,

sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.

d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana peserta didik telah

mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang

Page 34: Panduan Btq Sd

34

dimilikinya) untuk keperluan belajar baca tulis Al-Qur’an. Jadi, hasil penilaian

itu dapat dijadikan pembimbing sebagai gambaran realisasi pemanfaatan

kecerdasan peserta didik.

e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar

membaca dan menulis Al-Qur’an yang telah digunakan pembimbing dalam

proses pembelajaran. Dengan demikian apabila sebuah metode yang digunakan

pembimbing tidak mendorong munculnya prestasi belajar peserta didik yang

memuaskan, pembimbing seyogyanya mengganti metode tersebut atau

mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.

3. Ruang Lingkup

Penilaian mencakup penilaian proses dan hasil. Dalam

penilaian proses dilakukan pengamatan (observasi) terhadap

aktivitas belajar peserta didik dalam membaca dan menulis Al-

Qur’an. Sedangkan penilaian hasil dilakukan dengan uji

kompetensi dasar, ujian/ulangan tengah semester, dan

ujian/ulangan akhir semester. Dari penilaian hasil inilah, maka

peserta didik dapat diputuskan naik tidaknya ke kelompok, kelas,

atau tingkat berikutnya.Teknik penilaian hasil pembelajarannya

mencakup: tes lisan (praktek membaca Al-Qur’an), tes tulisan

(menulis Al-Qur`an), penugasan, dan fortofolio.

4. Fungsi Penilaian

Penilaian dalam bimbingan baca tulis Al-Qur’an mempunyai beberapa

fungsi, antara lain:

a. Fungsi administratif: untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku

raport baca tulis Al-Qur’an.

b. Fungsi promosi: untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan ke

tingkat/kelompok berikutnya.

c. Fungsi diagnostik: untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik

dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan).

d. Fungsi Pertimbangan: bahan pertimbangan pengembangan pada masa

yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-

alat pembelajaran.

Page 35: Panduan Btq Sd

35

e. Fungsi Efektivitas: untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran

yang telah dilakukan pembimbing, dengan ini pembimbing dapat mengetahui

berhasil tidaknya ia mengajar baca tulis Al-Qur’an.

f. Fungsi Umpan Balik (Feed Back): memberikan umpan balik kepada

pembimbing sebagai dasar untuk memperbaiki cara belajar mengajar,

mengadakan perbaikan bagi peserta didik serta menempatkan peserta didik

pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat

kemampuan yang dimiliki oleh mereka.

g. Fungsi Penyempurnaan: menyusun laporan dalam rangka penyempurnaan

program belajar mengajar baca tulis Al-Quir’an yang sedang berlaku.

5. Instrumen Penilaian

Yang dimaksud instrumen dalam penilaian bimbingan baca tulis Al-

Qur’an ini adalah perangkat administrasi berupa format-format yang digunakan

guru dalam melakukan penilaian. Instrumen tersebut terdiri dari :

a. Daftar hadir peserta.

b. Daftar nilai.

c. Skala rentang nilai.

d. Alat pendukung praktik yang berupa: mushaf Al-Qur’an dan buku pegangan

yang sesuai dengan jenis metode bimbingan yang digunakan.

B. Sertifikasi

1. Pengertian

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat baca tulis Al-Qur’an kepada

peserta didik yang telah dinyatakan lulus.

2. Kriteria

Peserta didik yang sudah menamatkan (menyelesaikan) seluruh SK dan

KD dari kelas I sampai kelas VI, maka mereka berhak untuk mengikuti wisuda

dan kepadanya diberikan sertifikat tuntas baca tulis Al-Qur’an tingkat Sekolah

Dasar.

3. Penerbitan dan Penandatanganan Sertifikat

Ada beberapa alternatif penerbitan dan penandatanganan sertifikat, antara

lain:

a. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan,

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam.

Page 36: Panduan Btq Sd

36

b. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan,

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam,

diketahui oleh Pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan.

c. Sertifikat diterbitkan oleh Kementerian Agama Kota/Kabupaten, dalam hal

ini oleh Mapenda, ditandatangani oleh Kepala Seksi Mapenda.

d. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan,

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam,

diketahui oleh Mapenda Kementerian Agama Kota/Kabupaten.

e. Sertifikat diterbitkan oleh Sekolah Dasar (SD) yang bersangkutan,

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam,

diketahui oleh Mapenda Kementerian Agama Kota/Kabupaten dan oleh

pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan.

Page 37: Panduan Btq Sd

37

BAB VPENUTUP

Kegiatan Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) ini merupakan kegiatan

pembelajaran tambahan yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang

membaca dan menulis al-Qur’an.

Pelaksanaan kegiatan bimbingan Baca Tulis al-Qur’an di sekolah tidaklah

harus mengikuti semua strategi yang dipaparkan dalam buku panduan ini, akan

tetapi sekolah atau guru Pendidikan Agama Islam dapat memilih strategi mana

yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.

Dengan memahami buku panduan ini diharapkan seluruh unsur terkait dapat

melaksanakan kegiatan tuntas baca tulis Al-Qur’an secara baik dan benar. Buku

panduan ini tentunya masih berlaku secara umum, sehingga dalam

implementasinya di lapangan disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan potensi

sekolah, serta tetap memperhatikan kemampuan peserta didik dan tradisi yang ada

di daerah masing-masing.

Pelaksanaan kegiatan BTQ harus dibarengi dengan penilaian agar dapat

diketahui hasil dan manfaatnya. Setiap satuan pendidikan harus menyusun

program terencana, sistematis dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan

peserta didik yang memiliki tingkat kompetensi baca tulis al-Qur’an sebagaimana

yang diharapkan.

Page 38: Panduan Btq Sd

38

Tim penyusun menyadari bahwa buku panduan ini masih banyak

kekurangan yang perlu, dievaluasi, dan direvisi. Kritik dan saran yang

membangun guna perbaikan kedepan menjadi hal yang sangat berharga bagi tim

penyusun untuk memperbaiki buku panduan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Mochtar. (1994). Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Dasuki, H., dkk. (1993). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Depag RI. (2000). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra.

Depdiknas RI. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dibyo, S, dkk. (2009). Panduan Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas I sampai Kelas VI. Solo: Tri Manunggal Kurniajaya.

Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Eggen, P.D, dkk. (1979). Strategies for Teachers, Information Processing Model in The Classroom. New Jersey: Prentoice-Hall, Inc. Engewood Cliffs.

Ghafur, WA. (2004). Strategi Qur’ani. Yogyakarta: Belukar

Gordon, Thomas. (1997). Teacher Effectiveness Training (Menjadi Guru Efektif). Alih Bahasa: Aditya Kumara Dewi. Jakarta: Gramedia Pustakla Utama.

Ilyas, Asnelly. (1995). Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Bandung: Al-Bayan.

Kartawidjaya, Eddy Sopewardi. (1987). Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru.

Makmur, Dadang, dkk. (2009). Evaluasi Rangkuman Materi dan Uji Kompetensi PAI SD Kelas I sampai Kelas VI. Kuningan: Media Transformasi.

Page 39: Panduan Btq Sd

39

Maolani, Ilam. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Tasikmalaya: STAI Press.

Masrun S, dkk. (2007). Senang Belajar Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas 3 dan Kelas 4. Jakarta: Erlangga.

Maulana, Rizal, dkk. (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas I sampai Kelas VI. Bandung: Pustaka Rajawali.

Nasution, S. (2004). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI. Jakarta: Depdiknas.

Quthb, M. (1993). Sistem Pendidikan Islam. Alih Bahasa. Salman Harun. Bandung: Al-Ma’arif.

Shihab, Quraish. (1997). Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Wagiman, dkk. (2007). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas 1, 2, 5, dan 6. Depok: Arya Duta.

Page 40: Panduan Btq Sd

40

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 41: Panduan Btq Sd

41

Page 42: Panduan Btq Sd

42

Lampiran 1. (Contoh Sertifikat)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ………….UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN …………

SEKOLAH DASAR ………Alamat :

………………………………………………………………………………………

S E R T I F I K A T

No……………………..………:

Kepala Sekolah Dasar ………………….……………………………………..memberikan

sertifikat kepada :

Nama :………………………………………………......................

Tempat/Tanggal Lahir : ………………………………………………......................

Nomor Induk :

………………………………………………......................

Yang telah mengikuti program bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an tingkat Sekolah

Dasar tahun pelajaran …………….., dengan hasil :

…………………………………….

Semoga Allah SWT selalu memberikan bimbingan dan taufiq dalam

meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an. Amin.

……..…………………,……………

20…

Guru PAI Kepala SDN …………………………

………………………………….. …………………………………..

NIP. NIP.

Page 43: Panduan Btq Sd

43

Lampiran 2. (Contoh Raport)

LAPORAN PRESTASIBIMBINGAN BACA TULIS AL-QUR'AN

TINGKAT SEKOLAH DASARTAHUN PELAJARAN ……………

Nama :…………………….. Kelas :…………………No. Induk :……………………… Semester :…………………

NO ASPEK YANG DINILAINILAI

Angka Huruf

1

Membaca Al-Qur'an:    a. Kelancaran membaca    b. Makhorijul huruf    c. Tajwid     Jumlah:    

2

Menulis ayat Al-Qur'an:    a. Huruf tunggal    b. Merangkai huruf    c. Kerapihan     Jumlah    

3

Hafalan:    a. Surat-surat pilihan    b. Do'a harian     Jumlah:    

4

Absensi: Kepribadian:

a. Alpa …….hari

a. Kerajinan  

b. Sakit …….hari

b. Kerapihan  

c. Izin …….hari

c. Kebersihan  

Catatan : Tingkatkan belajar menulis dan menghapalnya!

Mengetahui: ……………………

Wali Peserta Didik Pembimbing

Page 44: Panduan Btq Sd

44

(…………………) (…………………)

NIP.

Lampiran 3. (Contoh Format Instrumen Penilaian)Daftar Hadir Ujian Praktik BTQ

Nama Sekolah : …………………………........Kelas : ……………………………….Waktu Ujian : ……………………………….

No Nama KelompokTanda Tangan

Peserta

1

2

3

Daftar Nilai Ujian Praktik BTQNama Sekolah : ……………………………….Kelas : ……………………………….Waktu Ujian : ……………………………….Guru Penguji : ……………………………….

No Nama Kelompok Nilai

Keterangan

LulusTidak Lulus

1

2

3

dst.

Page 45: Panduan Btq Sd

45

Tabel Skala Penilaian Praktik BTQ

No Kelompok Skala Nilai Indikator Kemampuan

1 A 81-100Mampu membaca dengan benar tanpa ada kesalahan sesuai dengan ilmu tajwid

2 B 61-80Mampu membaca dengan benar, dan terdapat kesalahan dalam tajwid

3 C 41-60Masih banyak ditemukan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an

4 D 21-40 Belum dapat membaca Al-Qur’an

5 E 0 - 20Tidak bisa membaca Al-Qur’an / baru mengenal huruf hijaiyyah

Peserta didik yang telah memperoleh nilai A dan B dinyatakan lulus/berhasil. Sementara

yang belum berhasil terus mengikuti bimbingan BTQ. Format penilaian dapat dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan penilaian .