24
komunikasi dalam pelayanan kesehatan Selasa, 25 November 2008 komunikasi dalam pelayanan kesehatan PENDAHULUAN Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal atau kematiannya. Karena itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda. Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan tersebut. Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada ketidakpuasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, dan larinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan kepuasan. Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga

Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panduan komunikasi dalam pelayanan kesehatan

Citation preview

Page 1: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

komunikasi dalam pelayanan kesehatan

Selasa, 25 November 2008

komunikasi dalam pelayanan kesehatan

PENDAHULUAN

Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal atau kematiannya. Karena itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda.

Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan tersebut.

Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada ketidakpuasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, dan larinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan kepuasan.Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan (perawat) dan hilangnya pasien atau pelanggan ke tempat lain maka alangkah sangat bijaksana dan tepat, jika suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu bentuknya adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik dan tepat bagi perawat. Berikut akan dibahas secara detail komunikasi yang baik dan efektif.

TUJUAN

1. Memahami pentingnya komunikasi yang efektif serta memiliki keterampilan baru dalam berkomunikasi

2. Mengetahui cara bersikap kepada pelanggan baik internal (tenaga kesehatan) maupun eksternal (pasien, keluarga)

3. Mengetahui cara menggunakan teknik komunikasi yang baik dalam menangani keluhan pelanggan dan mampu mempraktekkannya

Page 2: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

KOMUNIKASI UMUM

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua arah.

Komponen dalam komunikasi:

1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.

2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa bernbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.

3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.

4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.

5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinyu karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan.

Berikut ini gambar tentang komunikasi yang akan terjadi pada setiap individu pengirim dan penerima pesan.

Komunikasi menjadi penting karena :

Dapat merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan

Page 3: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Dapat melihat perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien

Dapat sebagai kunci keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan

Dapat sebagai tolak ukur kepuasan pasien

Dapat sebagai tolak ukur komplain tindakan dan rehabilitasi

Prinsip-prinsip komunikasi yang penting untuk diketahui :

Komunikasi bukanlah benda, ia sebuah proses

Komunikasi bersifat kompleks

Komunikasi tidak dapat digantikan

Komunikasi melibatkan keterlibatan yang total dari kepribadian kita

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjatara dua individu atau lebih dan pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, dengan tujuan:

Dapat untuk bertukar pikiran

Page 4: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Dapat membantu menyelesaikan masalah

Dapat membantu membuat keputusan

Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupannya

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

Perkembangan

Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi

Persepsi

Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.

Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.

Latar belakang budaya

Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

Page 5: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Emosi

Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.

Pengetahuan

Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara

Peran

Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.

Tatanan interaksi

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

Hambatan psikologis dalam proses komunikasi:

Adanya perbedaan persepsi

Terlalu cepat menyimpulkan

Adanya pandangan stereotipe

Page 6: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Kurangnya pengetahuan

Kurangnya minat

Sulit mengekspresikan diri

Adanya emosi

Adanya tipe kepribadian tertentu

KOMUNIKASI NON VERBAL

Bila diamati dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menggunakan bahasa tubuh dalam melakukan komunikasi. Mungkin penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi bisa dengan disengaja ataupun tidak disengaja. Hal ini akan berpengaruh pada pesan yang disampaikan sehingga pesan dengan menggunakan bahasa tubuh tersebut dapat diterima kadangkala juga tidak. Tetapi pada dasarnya komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh lebih mudah diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan dengan komunikasi verbal.

Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa:

1. 55% menggunakan bahasa tubuh atau dari ekspresi tubuh2. 38% dari nada suara3. 7% dari kata-kata yang diungkapkan

Jika melihat pada hasil penelitian maka komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau yang dikenal dengan komunikasi non verbal sangat berperan penting dalam penerimaan pesan yang disampaikan. Komunikasi non verbal juga secara tidak sengaja dapat menimbulkan motivasi dan indikasinya lebih akurat dari kata yang disampaikan seseorang dengan hal yang diucapkan.

Page 7: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan komunikasi non verbal adalah isyarat, tekanan suara, pergerakan tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan fisik.

Bahasa non verbal dapat dikatagorikan dan diamati menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Penampilan fisik, lebih pada ke arah pandangan seseorang terhadap orang lain. penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian dan perhiasan atau dandanan merupakan sumber informasi tentang seseorang. Pakaian menggambarkan status sosial, budaya, agama, konsep diri, dan lain-lain.

2. Jarak, prinsipnya setiap orang punya jarak untuk berkomunikasi tergantung pada kenyamanan dan kedekatan hubungannya. Jarak merupakan isyarat yang umum digunakan saat melakukan hubungan antara dua orang.. Biasanya hal ini berhubungan dengan norma sosial budaya dan adat istiadat individu.

3. Gerakan tubuh, yang termasuk adalah gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah (misalnya tersenyum), kontak mata dan postur tubuh. Gerakan-gerakan ini bisa memberi makna tertentu yang artinya tergantung dari budaya dimana bahasa itu berlaku.

4. Sentuhan merupakan kecepatan dari individu dan tindakan. Kemungkinan pesan yang disampaikan dalam bentuk nonverbal (Smith et al, 1997). Respon individu dipengaruhi oleh tempat, latar belakang sosial budaya, jenis hubungan, komunikasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan harapan. Sentuhan dapat dilakukan saat individu melakukan pertemuan pertama kali atau berhubungan dengan orang lain. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan jalan melakukan jabat tangan atau menggunakan sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan. Sentuhan merupakan awal dan dasar dalam melakukan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St. Louis: Mosby.

2. Potter and Perry’s. (2001). Fundamental of nursing. Australia: St. Louis, Missouri.3. Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing.

Seventh edition. St. Louis: Mosby Inc

Page 8: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH

RSUD TUGUREJO SEMARANG

A.    Latar Belakang

       Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.  Ada lima

isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (paitent

safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di

rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan

lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan

keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima

aspek keselamatan tersebut keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilakukan oleh

rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang

memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan

kesehatan.1

       Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera

(KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang

belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi

tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan,

maka rumah sakit perlu melaksanakan sasaran keselamatan pasien (SKP). Sasaran keselamatan

pasien tersebut meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-

pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko

Page 9: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

pasien jatuh. Dari enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke

pasien adalah komunikasi efektif.2

       Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan

keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan

prosedur tindakan perawatan. Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan

keperawatan maka perawat harus melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif

di Instalasi Rawat Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan

dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).

       Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa

kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan

keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001).  Menurur Walker, Evan dan

Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang

optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat serah terima

tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon.3 Berdasarkan latar belakang diatas maka

implementasi sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif harus dilakukan oleh perawat

professional.

B.     Pokok Permasalahan

       Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan

keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan

prosedur tindakan perawatan, kesalahan interprestasi atau mis komunikasi.

C.    Tujuan

Page 10: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

1.    Tujuan umum

       Diharapkan perawat dapat menerapkan implementasi sasaran keselamatan pasien dengan

komunikasi secara efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.

2.    Tujuan khusus

a.       Diharapkan dapat menghindarkan kejadian kesalahan pemberian obat.

b.       Diharapkan dapat menghindarkan kesalahan melakukan tindakan.

c.       Diharapkan dapat menghindarkan mis komunikasi.

D.    Manfaat

       Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian dengan teman

sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki manfaat, antara lain

adalah:

1.    Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang

dimaksudkan.

2.    Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.

3.    Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar pihak yang diberi

informasi dapat memahaminya.  

E.    Analisis dan Pembahasan

       Berdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun 2010 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 setiap rumah

sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien

meliputi tercapainya ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-

Page 11: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko

pasien jatuh.2

       Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah

komunikasi efektif. Menghindari risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien

dan meningkatkan kesinambungan perawat dan pengobatan maka diharuskan menerapkan

komunikasi efektif.

       Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun

cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima.

Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.4

       Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety).

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.

Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima

mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.3

1.         Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif3 :

a.    Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda

utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

b.    Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.

c.    Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.

2.         Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif3 :

a.    Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tidak efektif,

b.    Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,

c.    Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,

Page 12: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

d.   Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan pendidikan

kesehatan.

3.         Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah3 :

a.    Kejelasan

Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan

dipahami oleh komunikan

b.    Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi

yang disampaikan.

c.    Konteks

Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan

lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d.   Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas,

sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

e.    Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama

dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak

berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak

menimbulkan kesalahan persepsi.

       Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi  SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada

Page 13: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

saat perawat melakukan handover ke pasien.  Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik

komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

       SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang

membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan

meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk

meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.

Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien

termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara

anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah

-            Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

-            Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien.

-            Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

       Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,

Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,

diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.

Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga tenaga

kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.5

1.         Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?

-       Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.

-       Diagnosa medis

-       Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2.         Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?

Page 14: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

-       Obat saat ini dan alergi

-       Tanda-tanda vital terbaru

-       Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk

perbandingan

-       Riwayat medis

-       Temuan klinis terbaru

3.         Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat

-       Apa temuan klinis?

-       Apa analisis dan pertimbangan perawat

-       Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4.         Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

-       Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?

-       Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?

-       Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?

-       Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1.         Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2.         Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien

yang akan dilaporkan.

3.         Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus

dilanjutkan.

4.         Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shift

sebelumnya.

Page 15: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

5.         Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

Situation (S) :

Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari perawatan, DPJP : dr

Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.

Masalah keperawatan:

-          Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih

-          Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

Background (B) :

-          Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.

-          Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.

-          Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.

-          Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit

-          Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik

-          Diet : rendah protein 1 gram

Assessment (A) :

-          Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit,

oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.

-          Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

-          Pasien masil mengeluh mual.

Recommendation (R) :

-          Awasi balance cairan

Page 16: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

-          Batasi asupan cairan

-          Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter

-          Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp

-          Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien

-          Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :

Situation (S) :

-          Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2

-          Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24 jam,

mengalami sesak napas.

Background (B) :

-          Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD hari Senin-

Kamis

-          Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter, pemberian

oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.

-          Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp

-          TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah dan asites

-          Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

-          Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.

Assessment (A) :

-          Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

lebih

-          Pasien tampak tidak stabil

Page 17: Panduan Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Recommendation (R) :

-          Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM

-          Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?

-          Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?

F.     Kesimpulan

       Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi

adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi yang efektif

yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan

meningkatkan keselamatan pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek

kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang sistematis, dan

budaya.

       Kerangka komunikasi yang efektif yang digunakan adalah komunikasi model SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini digunakan secara efektif saat

serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. SBAR juga

digunakan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (perawat –

dokter).

                                     

G.    Saran

       Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan ke

pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan terbentuk catatan dokumentasi tidak

terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan dokumentasi catatan perkembangan pasien

terintegrasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.