Upload
anonymous-odtkn0o
View
67
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Panduan Praktek Klinis
SMF : ANAK
RS.ERA MEDIKA
DIARE
Pengertian (Definisi)
Kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu defekasi dengan feses
cair atau lembek dengan / tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3
kali atau lebih sehari, berlangsung kurang dari 14 hari, kurang dari 4
episode / bulan.
Anamnesis Frekuensi BAB : 3 kali atau lebih, konsistensi feses cair atau lembek
( konsistensi fesee cair tanpa ampas walaupun hanya sesekali dapat
disebut diare ), jumlah feses,ada tidaknya muntah, gejala – gejala
klinik ( batuk, pilek, panas, kejang, dan lain- lain ), riwayat masukan
cairan sebelumnya, minum lahap atau malas minum.
Pemeriksaan Fisik
Tanda- tanda dehidrasi, komplikasi, penyakit penyulit
( bronkopneumoni, bronkiolitis, malnutrisi, penyakit jantung dan
dekompensasi cordis, dan : keadaan umum ( gelisah, letargi, tampak
sakit berat ), frekuensi nadi,suhu,frekuensi nafas ( tanda asidosis atau
adanya penyakit penyulit). Pemeriksaan yang meliputi keadaan
umum pasien, status dehidrasi, pemeriksaan abdomen, ekskoriasi
pada bokong, dan manifestasi kulit. Penting untuk mengukur berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, perbandingan berat badan
terhadap tinggi badan, gejala kehilangan berat badan, dan sebagainya
KriteriaDiagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DIARE
DiagnosisBanding
Pemeriksaan Penunjang
Diare akut murni : darah rutin, feses rutin dan kultur feses
Bukan diare akut murni atau diare akut dengan komplikasi : Darah
lengkap, elektrolit, BSS, Kultur darah, urin lengkap, kultur urin.
Terapi Terapi cairan dan elektrolit :
Koreksi cairan dan elektrolit dibedakan 2 macam :
Diare akut murni
Diare akut dengan penyulit / komplikasi
Ad 1. Diare akut murni
Ditujukan untuk :
Rehidrasi : mengganti previous water losses dengan IVFD
( menggunakan RL ) atau per oral ( menggunakan oralit ).
Maintenance : mencegah dehidrasi dengan mengganti on going
water losses dengan oralit peroral / CRO.
Requirement : dengan makan dan minum seperti biasa.
Diare akut dehidrasi ringan sedang menggunakan oralit pada
dosisi 75 ml/jam/kgBB sampai tanda – tanda dehidrasi hilang
( target 120 ml/kgBB ).
Monitoring rehidrasi dilakukan setiap jam, jika tanda – tanda
dehidrasi hilang, rehidrasi dihentikan.
Ad 2. Pada diare akut dengan penyulit :
Menggunakan modifikasi Sutejo dengan cairan yang mengandung
Na : 63,3 mEq/L
K : 10,4mEq/L
CI : 61,4 mEq/L
HCO3: 12,6 mEq/L
Kalori: 200 kalori
Yang terdiri dari NaCl 15% 10cc (1cc = 2,55mEq/l), KCl 10% 4cc
( 1cc = 1,33mEq/l), NaHCO3 8,4% 7cc (1cc = 1 mEq/l) dalam 500
cc D5% ( mirip cairan KAEN 3A).
Koreksi diberikan secara IV dengan kecepatan :
Diare akut dengna penyulit dengan dehidrasi ringan sedang :
4 jam I : 50cc/kgBB
20 jam II : 150 cc/kgBB
Atau diberikan dengan kecepatan yang sama 200 ml/kgBB/hari
Diare akut dengan penyulit dehidrasi berat :
4 jam I : 60 cc/kgBB
20 jam II : 190 cc/kgBB
Rehidrasi yang diberikan perhari tetap dimonitoring.Rehidrasi
dihentikan jika status rehidrasi telah tercapai ( tidak ada tanda-
tanda rehidrasi). Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi
ringan – sedang memerlukan cairan rehidrasi antara 150 – 200
ml/kgBB/hari sedangkan dehidrasi berat 250 ml/kgBB/hari.
Kebutuhan cairan rehidrasi untuk anak yang lebih besar ( lebih
dari 10 kg ) kurang dari nilai tersebut, sebagai patokan praktisnya
adalah dehidrasi ringan – sedang memerlukan 1,5 sampai 2 kali
kebutuhan maintenance ( misalnya anak 20 kg, kebutuhan
maintenancenya adalah 1500 ml dengan, yang berarti kebutuhan
rehidrasinya 2250 – 3000 ml ), sedangkan dehidrasi berat 2,5 kali
Maintenance.
Terapi medikamentosa :
Diberikan preparat zink elemenal, untuk usia < 6 bulan sebanyak 1 x
10 mg dan usia ≥6 bulan sebanyak 1 x 20 mg selama 10- 14 hari.
Obat – obatan antimikroba termasuk antibiotik tidak dipakai secara
rutin pada penyakit diare akut. Patokan pemberian antimikroba /
antibiotika adalah sebagai berikut :
1. Kolera
2. Diare bakterila invasiif
3. Diare dengan penyakit penyerta
4. Diare karena parasit / jamur.
Ad 1. Kolera :
Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi
Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.
Ad.2. Diare bakterial invasif :
Secara klinis didiagnosis jika :
Panas lebih ari 38,5ºC dan meteorismus.
Ada lendir dan darah dalam tinja secara makroskopis maupun
mikroskopis.
Leukosit dalam tinja secara mikroskopis lebih dari 10/lbp atau +
+
Antibiotika yang dipakai sementara menunggu hasil kultur :
Klinis diduga ke Arah Shigella ( setiap diare yang disertai
darah dapat dianggap shigelosis, jika tidak ada tanda klinis
yang khas untuk penyakit lainyya atau belum dapat
dibuktikan infeksi lainnya, melalui kultur) diberi Nalidixid
acid 55mg/kgBB/hari diberi 4 dosis selama 10 hari atau
ciprofloxacin 30 mg/kg/BB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari.
Klinis diduga ke arah Salmonella diberikan Kloramfenikol
100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10 hari.
Ad.3. Penyakit penyerta diobati sebagaimana mestinya
Ad.4. Untuk penyakit parasit diberikan :
Amubiasis diberikan Metronidazole 50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis selama 5 – 7 hari.
Helminthiasis : untuk Ascaris/Ankylostoma/Oxyuris :
Pyrantel Pamoate 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau
albendazol 400 mg dosis tunggal untuk anak lebih dari 2
tahun.
Untuk trichuris : Mebendazole 2 x 100 mg selama 3 hari.
Giardiasis : Metronidazole 15 mg/kgBB/hari selama 5 hari.
Untuk penyebab jamur diberikan :
Candidiasis diberikan Nistatin :
- Kurang dari 1 tahun : 4 x 100.000 IU selama 5 hari.
- Lebih dari 1 tahun : 4 x 300.000 IU selama 5 hari.
Edukasi Pendidikan kesehatan dilakukan pada saat visite dan di ruangan
khusus dimana orang tua penderita dikumpulkan.
Pokok ceramah meliputi :
Usaha pencegahan diare dan KKP
Usaha pertolongan untuk mencegah dehidrasi pada diare dengan
menggunakan oralit dan cairan
Imunisasi
Keluarga Berencana
Prognosis Asidosis metabolik
Ganguan elektrolit, teruama hipokalemia
Kembung dan ileus paralitik
Sindroma hemolitik uremik
Tingkat Rekomendasi
Pasien dipulangkan :
Bila yakin ibu sudah dapat / sanggup membuat / memberikan oralit kepada anak dengan cukup walaupun diare masih berlangsung.
Kausa diare / penyakit penerta sudah diketahui dan diobati ( tidak mutlak )
Penelaah Kritis
Kepustakaan 1. Nelson Pediatric Text Book King CK, Glass R, Bresee JS,
Duggan C, Managing acute gastroenteritis among children oral
rehydration : maintenance and nutritional therapy. Centers for
disease control and prevention. MMWR.2003;52:1-29
2. Buku Ajar IDAI Gastroenterohepatologi
3. Nelson Pediatric Text Book Fortaine O, Newton C. A revolution
in the management of diarrhea.Bull WHO.2001;79:471-9.
4. Santosharm M,Duggan C, Brown KH, Greenough III WB.
Management of acute diarrhea. Dalam : Wylic R, Hyams JS,
penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease :
Pathophysiology, Diagnosis, Management. Edisi ke – 3.
Philadelpia : WB Saunders;2006. H. 557-81
5. World Health Organization. Guideline for the control of
shigellosis, including epidemics due to shigella dysentriae type 1.
WHO;2003.H. 1-70
Panduan Praktek Klinis
SMF : DALAM
RS. ERA MEDIKA
GASTRITIS
Pengertian (Definisi)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa gaster yang dibuktikan dengan endoskopi. Jika belum
dibuktikan dengan endoskopi didiagnosis sebagai dispepsia.Dispepsia
dapat diakibatkan oleh esofagitis, gastritis dan duodenitis.
Anamnesis Nyeri epigastrium, mual, muntah dan kembung, riwayat penggunaan
obat obatan dan makanan.
Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan epigastrium tidak selalu ditemukan
Diagnosis Diagnosis gastritis dibuat berdasarkan gejalA klinis adanya
dispepsia, mual, muntah, dan nyeri epigastrik dan dibuktikan dengan
endoskopi ( EGD )
DiagnosisBanding
Gastritis
Esofagitis
Duodenitis
Pemeriksaan Penunjang
Dispepsia dengan keluhan yang berat, tidak sembuh dengan obat-
obatan penekan asam lambung, kronik, atau berulang dilakukan
pemeriksaan endoskopis.
Terapi 1. Terapi diet disesuaikan dengan toleransi penderita, sebaiknya
lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.
2. Terapi obat, diberikan berdasrkan gejala yang predominan. Obat-
obatan yang dapat diberikan :
Untuk mengurangi faktor agresi asam lambung dierikan obat-
obatan peroral : antasida 4 kali sehari, simetidin 5-10
mg/kgBB/kali sebanyak 4 kali sehari atau anitidin 2-3
mg/kgBB/dosis diberikan 2-3 kali perhari ( maksimum 300
mg/hari ), omeperazol 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
( maksimum 2 x20 mg perhari ), lanzoprazole 1-1,5 mg
mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis ( maksimum 2x30 mg perhari ).
Jika terjadi perdarahan saluran cerna dapat diberikan sucralfate
40-80 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis ( maksimum 1000
mg dibagi 4 dosis ).
Untuk menekan muntah yang berlebihan diberikan
metoklopramid 0,15-0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 4 kali sehari,
domperidon 0,25 – 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis,
ondansetron 0,1-0,15 mg/kgBB/kali sebanyak 3 kali sehari.
Antibakterial diberikan untuk eradikasi Hylicobacter pylori,
diberikan Amoxicilin 50 mg/kgBB/hari 4 kali sehari,
Clarithromycin 7,5-15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2 kali
sehari, ditambah PPI ( Omeperazol) dengan dosis 0,4 – 0,8
mg/kg/dosis 1 kali sehari
Edukasi
Prognosis Ulkus peptikum ulkus duodenum, perforasi dan anemia
Perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena
Tingkat Rekomendasi
Penelaah Kritis
Kepustakaan 1. Soeparto P, Djupri LS, Subijanto MS, Ranuh R. Sindroma Gangguan Motilitas Saluran Cerna. Seri Gramik : Gastroenterologi Anak. Edisi ke -2.Surabya : GRAMIK FK UNAIR;1999. H. 32-118
2. Murray KF, Christie DL. Vomiting.Pediatr Rev.1998;19(10):337-41
3. Hasal E, Decision in diagnosing and managing chronic gastroesophageal reflux disease in children. J Pediatr.2005;146
Suppl:S3-12