Upload
anonymous-fi6taco
View
37
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PANDUAN PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT BUDI RAHAYU
PEKALONGAN
1
Yayasan Santa Maria Pekalongan
RUMAH SAKIT BUDI RAHAYUJl. Barito 5 Telp. (0285) 423491, IGD 432003
PEKALONGAN 51116
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat
dan rahmatnya buku pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSU Budi
Rahayu Pekalongan dapat disusun.
Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RSU Budi Rahayu Pekalongan
dengan berbagai metode pendekatan, agar dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
lingkungan satuan kerja masing-masing.
Buku pedoman ini tentunya jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat.
Pekalongan, Januari 2013
Ketua Sekretaris
dr. Yani Winanta Sp. Rad. Sr. Maria Yuliana, SND
2
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien merupakan isu yang sangat penting dalam mengelola pelyanan
Kesehatan. Seiring dengan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan maka rumah sakit
harus selalu meningkatkan pelayanan yang memberikan kenyamanan pada pasien dan fokus
terhadap keselamatan pasien. Dahulu Rumah sakit menerapkan peningkatan mutu dalam
manajemen yang terpisah. Sekarang manajemen resiko dan peningkatan mutu berjalan selaras
dengan keselamatan pasien. Perawatan pasien akan efektif dan efissien apabila peningkatan
mutu dan keselamatan pasien berjalan bersama-sama.
Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan mempunyai Visi dan Misi
Visi
Misi
Motto:
Secara jelas Peningkatan mutu dan keselamatan pasien tertuang dalam visi pelayanan
spesialis yang profesional, holistik penuh keramahan, yang juga tertuang dalam misi
penyelenggaraan pelayanan. Kepentingan pasien akan dilayanani secara profesional dan
optimal sehingga pasien merasa nyaman dan keselamatannya selalu terjaga.
3
BAB II
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan
Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas rumah
sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 033/Birhup/1972.
Secara umum telah telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas rumah sakit A, B, C,
dan D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke
tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan
prasarana untuk masing-masing kelas rumah sakit. Disamping standar, Departemen
Kesehatan juga mengeluarkan bebagai pedoman dalam rangka meningkatkan penampilan
pelayanan rumah sakit. Untuk rumah sakit swasta telah keluar Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 806b/SK/XII/87 dimana selain menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan
standar berdasarkan kemampuan pelayanan.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator
untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan rumah sakit pemerintah kelas C dan rumah
sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua
tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah
dilengkapi dengan indicator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang dievaluasi selain
kelas C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrument mengukur kemampuan
pelayanan. Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal dari konsep
Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda konsep dengan QA tradisional dimana
dalam monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI focus
lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik
dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh
karyawan.
Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan
Upaya peningkatan mutu dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya dan kegiatan
secara komprehensif dan integrative memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit
4
Umum Budi Rahayu Pekalongan, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya, sehinga mutu Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan akan menjadi lebih
baik. Di Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan upaya peningkatan mutu adalah
kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien.
Upaya peningkatan mutu Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan akan sangat berarti
dan efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di
Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan dan
staf penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumberdaya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari
semua unsur medis maupun keperawatan apabila tidak diterapkan pelayanan sesuai standar
mutu yang telah ditetapkan maka akan mengakibatkan buruknya kualitas kinerja rumah sakit.
BAB III5
TUJUAN UPAYA PENINGKATAN MUTU
A. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu Rumah Sakit
Umum Budi Rahayu Pekalongan secara efektif dan efisien agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal
Tujuan Khusus
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan melalui:
1. Optimalisasi tenaga, sarana, dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan
B. INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
1. Indikator area klinis
2. Indikator international library indikator
3. Sasaran keselamatan pasien
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global, dan rumah sakit sebagai penyedia
jasa pelayanan kesehatan termasuk didalamnya. Pelayanan kesehatan pada dasarnya
bertujuan untuk menyelamatkan pasien, namun dengan semakin berkembangnya
ilmu dan teknologi, pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi
untuk terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) apabila tidak berhati-hati. Di
Indonesia data tentang KTD atau KEjadian Nyaris Cidera (Near Miss) masih langka,
namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek” yang belum tentu
sesuai dengan pembuktian akhir.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat, maka Rumah
Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan telah menetapkan pelaksanan Keselamatan
Pasien sejak tahun 2010. Nafas dari Patient Safety adalah belajar dari KTD yang
terjadi dari masa lalu dan selanjutnya disusun langkah-langkah agar kejadian serupa
tidak terulang. Proses pembelajaran ini bukan sesuatu yang sederhana, karena
dimulai dari proses pelaporan kejadian dilanjutkan dari analisi sampai ditemukan
6
akar masalahnya sebagai dasar untuk mendisain ulang system sehingga tercapai
suatu asuhan pasien yang lebih aman di Rumah Sakit. Supaya kegiatan ini dapat
terarah dan berkesinambungan maka perlu diadakan buku pedoman serta pelatihan
kepada unit kerja terkait sehingga tujuan dari program keselamatan pasien dapat
tercapai.
BAB IV
7
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit palang Biru Umum Budi Rahayu
Pekalongan mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solution dari WHO Patient
Safety ( 2007 ) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKPRS
PERSI ), dan Joint Commission International (JCI )
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari kosensus para ahli atas permasalahan ini.
Adapun 6 sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit palang Biru adalah sebagai
berikut:
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
2. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
4. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
5. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
6. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
8
BAB V
DEFENISI MUTU, PMKP, KESELAMATAN PASIEN
A. Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk
menilai mutu berbagai kondisi
B. Peningkatan Mutu
Pendekatan pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.
C. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien RS adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
9
BAB VI
PENGORGANISASIAN
Rumah Sakit merupakan fasilitas kesehatan masyarakat tingkat II. Sebagai Rumah Sakit
rujukan maka diharapkan untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan. Mutu Pelayanan
pasien sangat berhubungan erat dengan Keselamatan Pasien, sehinga Rumah Sakit perlu
membuat perencanaan Peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Sebelum perencanaan
tersebut dibuat maka perlu organisasi yang merencanakan, menyepakati sekaligus
melaksanakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Organisasi yang dibentuk berupa Panitia atau Komite Peningkatan mutu dan
Keselamatan pasien. Komite ini langsung bertanggung jawab terhadap Direktur Rumah Sakit.
Direktur rumah sakit bersama direksi berperan penuh dalam menentukan arah, tujuan dan
sasaran peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pimpinan dalam hal ini Direksi berperan
dalam perencanaan, imlementasi sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Adapaun tugas yang harus dilaksanakan Komite Peningkatan mutu dan Keselamatan
Pasien adalah :
1. Meningkatkan mutu layanan di semua bidang layanan Rumah Sakit
2. Mengembangkan program keselamatan pasien Rumah sakit
3. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
4. Menjalankan peran, motivator, edukator, konsultasi, evaluasi dan monitoring program
keselamatan pasien Rumah Sakit
5. Bersama-sama bagian diklat RS melakukan pelatihan internal Keselamatan Pasien
6. Melakukan pencatatan pelaporan, analisa masalah terkait dengan kejadian tidak
diharapakn ( KTD ), Kejadian Nyaris Cedera ( KNC) dan kejadian Sentinel
7. Memproses laporan Insiden keselamatan Pasien internal ke KPPRS PERSI
10
8. Secara berkala membuat laporan kegiatan ke pimpinan RS
Struktur Organisasi Mutu dan Keselamatan Pasien adalah sbb:
11
DIREKTUR
KETUATIM KESELAMATAN PASIEN
RS
SEKRETARIS
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
BAB VII
KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PMKP
Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan dalam upaya meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien berupaya untuk membuat dokumen yang dapat dijadikan landasan
pelayanan sehari-hari. Dokumen tersebut diharapkan ditaati oleh seluruh Direksi dan
karyawan sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi standar pelayanan dan memuaskan
masyarakat. Beberapa tahap kebijakan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Membuat dokumen perencanaan PMKP
2. Monitoring pelaksanaan PMKP dan membuat laporan pelaksanaan
3. Menetapkan prioritas Pelaksanaan mutu keselamatan pasien
4. Menetapkan ruang lingkup pelaksanaan mutu
5. Membangun komunikasi dari Direksi ke Owner dan ke karyawan
6. Menetapkan penghargaan bagi pelaksana mutu berprestasi
7. Membangun sistim informasi Rumah Sakit yang baik
8. Pengumpulan data sesuai dengan hukum yang ada
9. Menetapkan alokasi sumber daya manusia yang sesuai dengan kompetensinya
10. Menetapkan dukungan alat dan teknologi untuk keselamatan pasien
11. Menetapkan jadwal review dokumen tahunan
12. Menetapkan persetujuan dokumen PMKP
12
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RS harus merancang proses baru
atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus
mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan
pasien rumah sakit tersebut. Kebijakan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
mengikuti Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Rumah Sakit telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga
2) Rumah Sakit telah memiliki kebijakan dan prosedur yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
3) Rumah Sakit telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di rumah sakit.
4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
13
2) Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di RS untuk
memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran
serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
2. Pimpinan dan Dukungan Staf
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
seluruh jajaran RS.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
2) Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang ditugaskan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi maupun
rapat-rapat manajemen rumah sakit
4) Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi dan pelatihan
di RS dan dilaksanakan evaluai dengan pre dan post test.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien
2) Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. Integrasikan AktivitasPengelolaan Resiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non
klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan staf
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer
RS
14
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
Manajer terkait
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu pada
Pedoman Keselamatan Pasien RS.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
1) RS memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan
keluarganya.
15
2) Seluruh staf RS terkait harus mampu memastikan bahwa pasien dan keluarga
mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
3) Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan, pelatihan dan
dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan
keluarganya.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden.
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden,
dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat.
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang mencakup insiden yang
terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan melakukan Failure Modes
and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan
dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
16
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (inputr dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya.
3) Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara
menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah
tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang
paling strategis dan paling mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
17
BAB VIII
KEGIATAN PMKP
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan penilaian
akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang
telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan
memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan
untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan
rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur
hasil kinerja rumah sakit tidak dapat dikertahui apakah input dan proses yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula. Indikator rumah sakit disusun bertujuan mengukur
kinerja rumah sakit serta nyata sesuai standar yang ditetapkan.
Kegiatan Tim Peningkatan Mutu RSU Budi Rahayu Pekalongan dilakukan melalui
Pemantauan dan Peningkatan Indikator Klinis dan keselamatan pasien.
1. Pemantauan Indikator Klinis
Pemantauan indikator klinis adalah kegiatan pencatatan output suatu pelayanan. Metode
pengukuran ini lebih mencerminkan mutu hasil pelayanan. Indikator klinis yang dipantau
untuk menilai mutu pelayanan antara lain :
a. Asesment terhadap area klinik
b. Pelayanan laboratorium18
c. Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
d. Prosedur bedah
e. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya
f. Kesalahan medis (medication error) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
g. Anestesi dan penggunaan sedasi
h. Penggunaan darah dan produk darah
i. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medis
j. Pencegahan dan kontrol infeksi, surveilans dan pelaporan
k. Riset klinik
2. Indikator yang dipilih dengan upaya manajemen
a. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan
pasien
b. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
c. Manajemen risiko
d. Manejemen penggunaan sumber daya
e. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
f. Harapan dan kepuasan staf
g. Demografi pasien dan diagnosis klinis
h. Manajemen keuangan
i. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
3. Sasaran Keselamatan Pasien
a. Ketetapan identifikasi pasien
b. Peningkatan Komunikasi yang efektif
c. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko jatuh
19
4. Laporan dan analisa KTD, Sentinel dan KNC dimulai dengan laporan dalam unit layanan
yang rutin dilaporkan setiap bulan, kemudian dianalisa tiap 3 bulan oleh tim mutu.
Dengan menggunakan grading natrix akan diketahui kejadian-kejadian yang low,
mederate, high maupun extreme. Kemudian hasil laporan tersebut ditindak lanjuti dengan
tindakan-tindakan sesuai dengan tingkat kejadiannya
5. Laporan indikator mutu dan Laporan Kejadian tidak diduga dianalisis setiap 3 bulan.
Hasil analisis merupakan dasar untuk membuat dokumen perbaikan mutu. Perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sehingga dapat mengeliminir kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien diharapkan memberi rasa aman
dan nyaman kepada pasien Rumah Sakit.
6. Dalam proses keselamatan pasien perlu juga diperhatikan SDM yang sesuai kompetensi.
Proses kredential dan kredentialing dilaksanakan oleh komite medik secara rutin unruk
menjaga mutu pelayanan Rumah Sakit. Legalitas petugas medik, paramedis maupun non
medis dapat dipertanggungjawabkan dengan meninjau kembali kompetensi dan kinerja
sesuai dengan kewenangannya.
7. Untuk mendukung petugas medis dalam melaksanakan tugasnya perlu dibuatkan proses
pedoman klinik atau Clinical pathway. Rumah Sakit Umum Budi Rahayu berupaya untuk
membuat Clinical pathway yang terstandar sehingga dokter penanggunga jawab pasien
akan bekerja sesuai dengan clinaical pathway tersebut. Clinical pathway juga berguna
untuk mengukur kompetensi dokter dalam melayani pasien.
Clinical pathway yang sudah dibuat oleh RSU Budi Rahayu Pekalongan adalah:
a. …………………………
b. ……………………….
8. Analisis Kejadian Tidak diduga dilakukan dengan grading matrix seperti berikut
Kriteria Frekwensi kejadian (Likehood / probabilitas) Pasien RSU Budi Rahayu
Pekalongan sebagai berikut :
Skala Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 Sangat jarang sekali Terjadi dalam waktu lebih dari 5 tahun
2 Jarang terjadi Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 Mungkin terjadi Terjadi dalam 1-2 tahun
4 Sering Terjadi Dapat terjadi beberapa kali dalam 1 tahun
5 Sangat sering terjadi Terjadi beberapa kali dalam minggu atau bulan20
Kriteria Dampak Klinis (severity) Pasien, RSU Budi Rahayu sebagai berikut :
Skala Level Dampak Dampak Klinis dan Ekonomi yang terjadi
1Insignificant
Tidak ada cidera
Kerugian keuangan < Rp 500.000,-
2Minor
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Kerugian keuangan Rp 500.000,- - Rp 1000.000,-
3
Moderat
Berkurangnya fungsi motorik, sensorik, psikologis
Intelektual tidak berhubngan dengan perjalanan
penyakit,
Memperpanjang perawatan
Kerugian keuangan Rp 1000.000,- - Rp 5000.000,-
4
Major
Berkurangnya fungsi motorik, sensorik, psikologis
Intelektual tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit
Kerugian keuangan Rp 5000.000,- - Rp
10.000.000,-
5
Cathastropic
Terjadi Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit.
Kerugian keuangan > Rp 10.000.000,-
Risk Garding Matrix
Frekuensi/
Likelihood
Potencial Concequences
Insignificant
1
Minor
2
Moderate
3
Major
4
Catastropic
5
21
Sangat Sering Terjadi
(Tiap mgg /bln)
5
Moderate Moderate High Extreme Extreme
Sering terjadi
(Bebrp x /thn)
4
Moderate Moderate High Extreme Extreme
Mungkin terjadi
(1-2 thn/x)
3
Low Moderate High Extreme Extreme
Jarang terjadi
(2-5 thn/x)
2
Low Low Moderate High Extreme
Sangat jarang sekali (>5 thn/x)
1Low Low Moderate High Extreme
22
BAB IX
METODE PELAKSANAAN PMKP
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan ( quality os customers satisfaction )
yang dilakukan setiap orang dari bagian di Rumah Sakit Umum Budi Rahayu.
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus pengendalian
( control cycle ) dengan memakai siklus “Plan – Do – Check – Action”( P- D – C – A ) =
Relaksasi ( rencanakan – laksanakan – periksa – aksi ). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai
“siklus Shewart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewart beberapa puluh
tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering
disebut “siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan
penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun disebut, P-D-C-A
adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus – menerus ( continous
improvement ) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti
tampak pada gambar 1.
23
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada
fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan
pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain
itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan
perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas medis dengan peningkatan perbaikan berdasarkan
siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-C-A Cycle)
diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya
dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
24
CheckAction
Follow-up
Improvement
Corrective
Action
DoPlan
Gambar 6. 2 Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle
(1)
Menentukan
Tujuan dan sasaran(2)
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuanMenyelenggarakan
Pendidikan dan
latihan(3)(4)
Melaksanakan
pekerjaan
(5)Memeriksa akibat
pelaksanaan
(6)
Mengambil
tindakan
yang tepat
Action
Check
Plan
Do
Gambar 6.3. Siklus PDCA
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit. Penetapan sasaran
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat
karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci
informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan →Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang kan digunakan perlu
pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh
semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
25
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan
standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar
dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka
kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan
jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat
dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat
dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian
kualitas pelayanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu
sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau
26
menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan
juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua
jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap
hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi,
hanya mungkin dapat dicapai jikalau terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari
proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama
yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama
untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB X
MONITORING DAN PELAPORAN
A. Rumah Sakit
1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi
kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada pedoman
yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Persi.
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di internal RS.
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari RS ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
c. Panitia Mutu dan Kerja Keselamatan Pasien RS melakukan pencatatan kegiatan
yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit
secara berkala
d. Seluruh jajaran manajemen RS secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi
program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Panitia Mutu dan
Keselamatan Pasien RS.
27
e. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS secara berkala (paling lama 2 tahun)
melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang
dipergunakan di RS.
f. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RS melakukan evaluasi kegiatan setiap
triwulan dan membuat tindak lanjutnya
BAB XI
PENUTUP
Demikianlah dokumen Peningkatan mutu dan keselamatan pasien telah disusun
Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan. Dokumen ini diharapkan menjadi pedoman
untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan Rumah sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan.
Direksi bersama-sama staf dan seluruh karyawan diharapakan mempunysi komitmen kuat
untuk melaksanakannya.
Saran dan kritik sangat diharapkan untuk menyempurnakan dokumen ini.
Pekalongan, 25 Januari 2013
Direktur
dr. R.A. Priyowidiantardi
28