161
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2007 SKRIPSI Disusun oleh: IDA FARIDA 106101003712 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Panduan Skripsi TA Ku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugss akhir

Citation preview

Page 1: Panduan Skripsi TA Ku

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA

DI INDONESIA TAHUN 2007

SKRIPSI

Disusun oleh:

IDA FARIDA

106101003712

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKART A

1431 H/2010 M

Page 2: Panduan Skripsi TA Ku

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ida Farida

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 01 Januari 1988

NIM : 106101003712

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia Tahun 2007

Pembimbing : 1. Yuli Amran, SKM, MKM

2. Minsarnawati, SKM, M.Kes

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya saya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 1 Desember 2010

Ida Farida

Page 3: Panduan Skripsi TA Ku

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Desember 2010 Ida Farida, NIM: 106101003712 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia Tahun 2007 xii+117 halaman, 25 tabel, 3 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK Buah dan sayur merupakan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi,

tetapi jarang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia khususnya remaja, padahal Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan buah dan sayur. Apabila terjadi kekurangan dalam mengonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan tidak seimbangnya asam basa tubuh, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Berdasarkan hasi Riskesdas (2007), ditemukan bahwa remaja di Indonesia rata-rata sebesar 93,7% memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2010 di Badan JIPP (Jaringan Informasi Publikasi Penelitian) Kementerian Kesehatan RI.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2007 yaitu hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) terkait perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia. Sampel penelitian ini sebanyak 256.383 remaja yang diambil berdasarkan sampling frame dalam Riskesdas 2007 dengan menggunakan teknik two stage sampling.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja adalah umur (Pvalue 0,000), jenis kelamin (Pvalue 0,000), pendidikan (Pvalue 0,000), tingkat ekonomi keluarga (Pvalue 0,000) dan tempat tinggal (Pvalue 0,000). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini yaitu pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Sedangkan faktor paling dominan adalah tingkat ekonomi keluarga. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pemerintah Indonesia untuk menggalakkan program wajib belajar 9 tahun dan memperluas lapangan pekerjaan agar status ekonomi masyarakat meningkat. Bagi Kementerian Kesehatan RI diharapkan dapat membuat kebijakan kesehatan terkait upaya peningkatan konsumsi buah dan sayur pada masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Sedangkan bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan disain studi lain dan menggunakan data primer sehingga variabel yang diteliti tidak terbatas pada data sekunder yang ada.

Daftar bacaan : 60 (1996 – 2010)

Page 4: Panduan Skripsi TA Ku

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Specialisation NUTRITION SOCIETY Skripsi, Decermber 2010 Ida Farida, NIM: 106101003712 Factors Associated with Fruit and Vegetable Consumption Behaviour in Adolescents in Indonesia Year 2007 xii +117 pages, 25 tables, 3 charts, 5 attachments

ABSTRACT

Fruits and vegetables are foods that contain lots of nutrients, but rarely consumed by the majority of Indonesia's population, particularly adolescents, whereas Indonesia is a country very rich in fruits and vegetables. If there is a shortage of eating fruits and vegetables can cause the body's nutritional deficiencies such as vitamins, minerals, fiber and acid-base unbalance the body, which can lead to the emergence of various diseases. Based on the result Riskesdas (2007), found that teens in Indonesia by an average of 93.7% has a fruit and vegetable consumption behavior is lacking. Therefore, this study aims to analyze the factors associated with fruit and vegetable consumption behavior. This study was conducted from June to September 2010 in JIPP Agency (Research Publications Information Network) Ministry of Health of Indonesian Republic.

This research is a quantitative research with cross sectional study design. This study uses secondary data from the Ministry of Health of Indonesia in 2007 is the result of basic health research (Riskesdas) related to fruit and vegetable consumption behavior among adolescents in Indonesia. Samples taken as many as 256,383 young people based on sampling frames in Riskesdas 2007 using a two stage sampling technique.

Based on research results, indicate that factors related to fruit and vegetable consumption behavior in adolescents were age (p value 0.000), gender (p value 0.000), education (p value 0.000), family economic level (p value 0.000) and residence (p value 0.000 .) The variables that are not associated in this research work and the number of family members. While the most dominant factor is the level of family income. Based on these results, it is suggested to the Indonesian government to promote the 9-year compulsory education program and expand employment opportunities for community economic status increases. For the Ministry of Health is expected to make health policy related to efforts to increase consumption of fruit and vegetables on the Indonesian people, especially teenagers. As for other researchers are expected to conduct research with another study design and use of primary data so that the variables under study are not limited to the existing secondary data.

Reading list: 60 (1996 - 2010)

Page 5: Panduan Skripsi TA Ku

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA

DI INDONESIA TAHUN 2007

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 21 Desember 2010

Mengetahui

Yuli Amran, SKM, MKM Minsarnawati, SKM, M Kes

Pembimbing I Pembimbing II

Page 6: Panduan Skripsi TA Ku

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKART A

Jakarta, 21 Desember 2010

Penguji I,

(Yuli Amran, SKM, MKN)

Penguji II.

(Minsarnawati, SKM, M.Kes)

Penguji III,

(Drs. Sutanto PH, M.Kes)

Page 7: Panduan Skripsi TA Ku

LEMBAR PERSEMBAHAN

Page 8: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Ida Farida

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 01 Januari 1988

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Madrasah No. 54 RT 02/05 Kalibaru Sukmajaya

Kota Depok, 16414

Nomor Telepon/HP : 0852 101 96455

Motto : “Apabila kamu telah selesai melakukan suatu pekerjaan,

maka lakukan pekerjaan lain dengan sungguh-sungguh.”

PENDIDIKAN FORMAL

� 1994 – 2000 : MI An-Nizhomiyah Depok

� 2000 – 2003 : MTs An-Nizhomiyah Depok

� 2003 – 2006 : SMA Islam An-Nizhomiyah Depok

� 2006 – 2010 : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: Panduan Skripsi TA Ku

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

laporan skripsi yang bejudul ”Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia Tahun 2007”. Sholawat dan

salam juga dihaturkan kepada Rasulullah saw, semoga kita semua mendapatkan

syafaatnya di akhirat nanti. Amin.

Peneliti menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

3. Ibu Febrianti, MSi, selaku penanggung jawab peminatan gizi.

4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM dan Ibu Minsarnawati SKM, M.Kes, selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak membantu peneliti dari awal sampai akhir

penulisan laporan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan peneliti.

6. Para pegawai/staff di Kementerian Kesehatan RI, yang telah memberikan ijin

pengambilan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini.

Page 10: Panduan Skripsi TA Ku

7. Bapak dan umi tersayang, yang tidak hentinya memberikan kasih sayang, nasihat

agar tetap semangat dalam menjalani kehidupan dan do’a yang senantiasa dipanjatkan

demi kesuksesan peneliti. Terima kasih banyak Bapak, Umi… Love U So Much…

8. Sahabat-sahabat terbaikku di kosan (Nurul, Zum, Liya, Ari, Mayang, Eni, Kaha,

Reni, Nisa, Huda. Liyah, Intan) terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan

kesetiaan dalam mendengarkan curahan hati peneliti selama membuat laporan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku di Prodi Kesehatan Masyarakat angkatan 2006, CSS MORA UIN

Jakarta, Mata Pena Writer dan Forum Lingkar Pena Ciputat, tetap semangat dan

semoga ukhuah diantara kita senantiasa terjaga sampai kapanpun. Amin.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Thanks All.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari

sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan

dimasa yang akan datang. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Amin.

Jakarta, 21 Desember 2010

Peneliti

Page 11: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR BAGAN x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Pertanyaan Penelitian 6

D. Tujuan Penelitian 8

1. Tujuan Umum 8

2. Tujuan Khusus 8

E. Manfaat Penelitian 9

1. Bagi Peneliti 9

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 9

3. Bagi Kementerian Kesehatan RI 10

F. Ruang Lingkup Penelitian 10

Page 12: Panduan Skripsi TA Ku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

A. Perilaku Konsumsi 12

B. Buah dan Sayur 13

1. Penggolongan Buah dan Sayur 13

2. Kandungan Gizi dan Manfaat dalam Buah dan Sayur 15

3. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur 17

4. Kecukupan Konsumsi Buah dan Sayur yang Dianjurkan 21

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 22

1. Umur 24

2. Jenis Kelamin 25

3. Keyakinan, Nilai dan Norma 26

4. Tingkat Ekonomi Keluarga 27

5. Pekerjaan 29

6. Pendidikan 30

7. Pengetahuan Gizi 31

8. Pengalaman Individu 32

9. Iklan/Media Massa 32

10. Tempat Tinggal 33

11. Lingkungan Sosial dan Budaya 34

12. Jumlah dan Karakteristik Keluarga 35

13. Peran Orang Tua 35

14. Teman Sebaya 36

Page 13: Panduan Skripsi TA Ku

15. Fast Food/Makanan Cepat Saji 36

16. Food Fads/Mode Makanan 37

17. Kebutuhan Fisiologis Tubuh 37

18. Body Image/Citra Tubuh 38

19. Konsep Diri 38

20. Pemilihan dan Arti Makanan 39

21. Perkembangan Psikososial 40

22. Kesehatan (Riwayat Penyakit) 40

23. Gaya Hidup 41

24. Sosial-Ekonomi-Politik 41

25. Ketersediaan Makanan 42

26. Produksi 42

27. Sistem Distribusi 43

D. Kerangka Teori 43

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

45

A. Kerangka Konsep 45

B. Definisi Operasional 47

C. Hipotesis 50

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 51

A. Desain Penelitian 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 51

C. Populasi dan Sampel 51

Page 14: Panduan Skripsi TA Ku

1. Populasi 51

2. Sampel 52

D. Instrumen Penelitian 55

E. Pengumpulan Data 61

F. Pengolahan Data 62

1. Pembersihan data (Data Cleaning) 62

2. Transformasi Data/Recode 62

G. Analisis Data 63

1. Analisis Univariat 63

2. Analisis Bivariat 63

3. Analisis Multivariat 64

BAB V HASIL 67

A. Analisis Univariat 67

1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 67

2. Umur 67

3. Jenis Kelamin 68

4. Jumlah Anggota Keluarga 68

5. Pendidikan 69

6. Pekerjaan 69

7. Tingkat Ekonomi 70

8. Tempat Tinggal 71

B. Analisis Bivariat 71

1. Hubugan antara Umur dengan Perilaku Konsumsi Buah

Page 15: Panduan Skripsi TA Ku

dan Sayur 72

2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 73

3. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur 74

4. Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 75

5. Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 76

6. Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur 77

7. Hubungan antara Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur 78

C. Analisis Multivariat 79

1. Pemilihan Variabel Kandidat yang akan Masuk Model 79

2. Pembuatan Model Prediksi Penentu Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 80

3. Uji Interaksi 81

4. Penyusunan Model Akhir 81

BAB VI PEMBAHASAN 84

A. Keterbatasan penelitian 84

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja 84

Page 16: Panduan Skripsi TA Ku

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 88

1. Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 88

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur 92

3. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur 94

4. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 98

5. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 100

6. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur 102

7. Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur 107

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 110

A. Kesimpulan 110

B. Saran 111

1. Bagi Peneliti Lain 111

2. Bagi Orang Tua 111

3. Bagi Pemerintah RI 111

DAFTAR PUSTAKA 113

LAMPIRAN

Page 17: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 47

4.1 Daftar Variabel dan Kuesioner dalam Rislesdas 2007 55

4.2 Kode Variabel Pendidikan dalam Riskesdas 2007 58

4.3 Kode Variabel Pekerjaan dalam Riskesdas 2007 60

5.1 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur di Indonesia tahun 2007 67

5.2 Distribusi Frkuensi Remaja Berdasarkan Kelompok Umur

di Indonesia tahun 2007 68

5.3 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin

di Indonesia tahun 2007 68

5.4 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

di Indonesia tahun 2007 69

5.5 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Indonesia tahun 2007 69

5.6 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Status Pekerjaan

di Indonesia tahun 2007 70

5.7 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tingkat Ekonomi Keluarga

di Indonesia tahun 2007 70

5.8 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tempat Tinggal

di Indonesia tahun 2007 71

Page 18: Panduan Skripsi TA Ku

5.9 Analisis Hubungan antara Umur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

pada Remaja di Indonesia tahun 2007 72

5.10 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 73

5.11 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 74

5.12 Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

pada Remaja di Indonesia tahun 2007 75

5.13 Analisis Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

pada Remaja di Indonesia tahun 2007 76

5.14 Analisis Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 77

5.15 Analisis Hubungan antara Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 78

5.16 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dan Dependen 80

5.17 Tahap Pemodelan Prediksi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 81

5.18 Hasil Uji Interaksi 82

5.19 Model Akhir Analisis Multivariat 83

Page 19: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Individu 23

2.2 Kerangka Teori 44

3.1 Kerangka Konsep 46

Page 20: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Skripsi di Kepmenkes RI

Lampiran 2. Daftar Kuesioner Riskesdas 2007 (Variabel Independen dan Dependen)

Lampiran 3. Kartu Peraga Konsumsi Buah dan Sayur dalam Riskesdas 2007

Lampiran 4. Indikator Penentuan Kelurahan termasuk Perkotaan atau Pedesaan

Lampran 5. Hasil Pengolahan Data

Page 21: Panduan Skripsi TA Ku

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan makanan untuk melangsungkan

kehidupannya agar selalu sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan

selama hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai jenis makanan yang

mengandung zat gizi yang cukup dan memilih makanan yang akan dikonsumsi

karena akan berpengaruh terhadap kesehatan (Rahmawati, 2000).

Secara umum, makanan adalah bahan alamiah yang menjadi sumber kalori atau

bahan-bahan yang diperlukan untuk berlangsungnya proses kehidupan. Selain

menyehatkan, makanan juga berfungsi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

perbaikan sel-sel tubuh serta meningkatkan kekebalan tubuh. Pentingnya bahan

makanan bagi tubuh membuat seseorang harus benar-benar memperhatikan pola

makan sehari-hari agar tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit

(Sekarindah, 2008).

Salah satu masalah yang berkaitan dengan perilaku makan adalah kurangnya

konsumsi buah dan sayur. Apabila terjadi kekurangan dalam mengonsumsi buah dan

sayur akan menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat

dan tidak seimbangnya asam basa tubuh, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya

berbagai penyakit (Sekarindah, 2008).

Page 22: Panduan Skripsi TA Ku

Selain itu, menurut Ruwaidah (2009), kurangnya konsumsi buah dan sayur

dapat mengakibatkan berbagai dampak yaitu menurunnya imunitas/kekebalan tubuh

seperti mudah terkena flu, mudah mengalami stres atau depresi, tekanan darah

tinggi, gangguan pencernaan seperti sembelit, gusi berdarah, sariawan, gangguan

mata, kulit keriput, arthritis, osteoporosis, jerawat, kelebihan kolesterol darah dan

kanker. Dampak lain disebutkan dalam laporan WHO (2003) ditemukan bahwa

sebanyak 31% penyakit jantung dan 11% penyakit stroke di seluruh dunia

disebabkan oleh kurangnya asupan buah dan sayur di dalam tubuh.

Rekomendasi kecukupan konsumsi buah dan sayur menurut WHO (2003) yaitu

sebanyak 400 gram per hari atau sebanyak 3-5 porsi sehari. Selain itu, Piramida

Petunjuk Makanan (USDA dan HNIS, 1992) dalam Rahmawati (2000)

merekomendasikan untuk menyajikan buah sebanyak 2-4 kali dan sayuran sebanyak

3-5 kali dalam sehari.

Salah satu kelompok usia yang paling rentan jika kurang konsumsi buah dan

sayur yaitu remaja karena masa remaja merupakan periode yang penting pada

pertumbuhan dan kematangan manusia. Pada periode ini merupakan saat yang tepat

untuk membangun tubuh dan menanam kebiasaan pola makan yang sehat, karena

jika sejak remaja pola makan seseorang sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan

berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, membiasakan

pola makan sehat pada remaja menjadi penting sebagai upaya untuk mencegah

munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa dan tua nanti (Riyadi,

2001 dalam Wulansari, 2009).

Page 23: Panduan Skripsi TA Ku

Beberapa penelitian di dunia menunjukkan bahwa mayoritas penduduk dunia

kurang mengonsumsi buah dan sayur. Penelitian Yangve et al (2005) dalam Bahria

(2009) di 9 Negara Eropa menunjukkan bahwa jumlah konsumsi buah dan sayur per

hari pada masyarakat jauh dari yang direkomendasikan baik level nasional maupun

internasional yaitu minimal 5 porsi/hari. Penelitian yang dilakukan Anderson et al

(1994) dalam Rahmawati (2000) di Skotlandia Barat terhadap masyarakat umur

menengah, ditemukan rata-rata konsumsi buah dan sayur adalah 10,1 porsi/minggu

atau 1,4 porsi/hari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia juga

diperoleh hasil bahwa konsumsi buah dan sayur pada penduduk Indonesia relatif

masih kurang, padahal Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan buah dan

sayur. Berdasarkan hasil survei perilaku konsumsi buah dan sayur di Indonesia

terjadi peningkatan angka kurang konsumsi buah dan sayur. Hal ini berdasarkan

hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 ditemukan bahwa rata-

rata 83,6% rermaja di Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayur, hanya 16,4%

yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai standar WHO (2003) yaitu 5 porsi buah

dan sayur sehari.

Kemudian berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen

Kesehatan RI tahun 2007 ditemukan bahwa rata-rata 93,7% remaja di Indonesia

berumur 10 – 24 tahun kurang konsumsi buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayur

paling rendah terdapat di Provinsi Riau (97,9%) dan Sumatera Barat (97,8%)

penduduk memiliki perilaku kurang konsumsi buah dan sayur. Sedangkan yang

berada di bawah rata-rata angka nasional adalah Provinsi Gorontalo (83,5%), DI

Page 24: Panduan Skripsi TA Ku

Yogyakarta (86,1%) dan Lampung (87,7%) penduduk yang memiliki perilaku

kurang konsumsi buah dan sayur. Dalam Riskesdas, penduduk dikategorikan kurang

konsumsi buah dan sayur jika konsumsi buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari

(WHO, 2003).

Konsumsi buah dan sayur sangat penting dalan kehidupan sehari-hari karena

berfungsi sebagai zat pengatur, mengandung zat gizi seperti vitamin dan mineral,

memiliki kadar air tinggi, sumber serat makanan, antioksidan dan dapat

menyeimbangkan kadar asam basa tubuh. Berbagai manfaat tersebut dapat

mencegah terjadinya berbagai penyakit (Sekarindah, 2008).

Berbagai penelitian mengenai konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa

kurang konsumsi buah dan sayur dapat berisiko dalam memicu perkembangan

penyakit degeneratif seperti obesitas, PJK (Penyakit Jantung Koroner), diabetes,

hipertensi dan kanker (WHO, 2003). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Hung et al (2004) dalam Bahria (2009) terhadap 110.000 pria dan wanita

selama 14 tahun (Harvard-based Nurses’ Health study and Health Professionals

Follw-up Study) menunjukkan bahwa rata-rata orang yang mengonsumsi tinggi buah

dan sayur dapat menurunkan perkembangan penyakit kardiovaskuler.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur pada masyarakat. Penelitian yang

dilakukan Story (2002) ditemukan bahwa konsumsi buah dan sayur pada masyarakat

dapat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor individu (pengetahuan dan alasan

seseorang mengonsumsi buah dan sayur), faktor lingkungan sosial (keluarga dan

teman sebaya), faktor lingkungan fisik dan faktor media massa (pemasaran).

Page 25: Panduan Skripsi TA Ku

Selain itu, menurut Worthington (2000), terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumsi individu yang dibagi menjadi faktor internal dan

eksternal. Faktor internal terdiri dari kebutuhan fisiologis tubuh, body image, konsep

diri, keyakinan/kepercayaan individu, pemilihan dan arti makanan, perkembangan

psikososial dan kesehatan individu. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah

anggota keluarga, peran orang tua, teman sebaya, sosial budaya, nilai/norma, media

massa, fast food (makanan cepat saji), food fads (mode makanan), pengetahuan gizi

dan pengalaman individu.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia bagian Jaringan Informasi dan Publikasi Penelitian

(JIPP) ditemukan data terkait perilaku konsumsi buah dan sayur di Indonesia. Oleh

karena itu, peneliti menggunakan data sekunder tersebut untuk melakukan analisis

lebih lanjut. Data yang telah didapatkan kemudian dilakukan proses pembersihan

data/data cleaning dan pengkodean ulang/recode sesuai kebutuhan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk memiliki

perilaku kurang konsumsi buah dan sayur serta dengan melihat berbagai dampak

yang ditimbulkan akibat kurang konsumsi buah dan sayur, maka dinilai perlu untuk

mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan

sayur. Maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

Indonesia tahun 2007”.

B. Rumusan Masalah

Page 26: Panduan Skripsi TA Ku

Buah dan sayur merupakan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi,

tetapi jarang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia khususnya remaja,

padahal Indonesia adalah Negara yang sangat kaya dengan buah dan sayur. Apabila

terjadi kekurangan dalam mengonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh

kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan tidak seimbangnya asam basa

tubuh, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Berdasarkan

hasi Riskesdas tahun 2007, ditemukan bahwa remaja di Indonesia rata-rata sebesar

93,7% kurang konsumsi buah dan sayur. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis

lebih mendalam terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia serta dengan melihat dampak dan tingginya

angka kurang konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007?

2. Bagaimana gambaran karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, jumlah anggota

keluarga) di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007?

3. Bagaimana gambaran karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan

tingkat ekonomi keluarga) pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas

tahun 2007?

Page 27: Panduan Skripsi TA Ku

4. Bagaimana gambaran tempat tinggal (desa/kota) remaja di Indonesia berdasarkan

hasil Riskesdas tahun 2007?

5. Apakah ada hubungan antara karakteristik (umur, jenis kelamin, jumlah anggota

keluarga) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007?

6. Apakah ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan

dan tingkat ekonomi keluarga) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada

remaja di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007?

7. Apakah ada hubungan antara tempat tinggal (desa/kota) dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas

tahun 2007?

8. Apakah faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun

2007?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007.

b. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, jumlah

anggota keluarga) di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007.

Page 28: Panduan Skripsi TA Ku

c. Diketahuinya gambaran karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan

dan tingkat ekonomi keluarga) pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2007.

d. Diketahuinya gambaran tempat tinggal remaja (desa/kota) di Indonesia

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007.

e. Diketahuinya hubungan antara karakteristik (umur, jenis kelamin, jumlah

anggota keluarga) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007.

f. Diketahuinya hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (pendidikan,

pekerjaan dan tingkat ekonomi keluarga) dengan perilaku konsumsi buah dan

sayur pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007.

g. Diketahuinya hubungan antara tempat tinggal (desa/kota) dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2007.

h. Diketahuinya faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah wawasan terkait perilaku konsumsi buah dan sayur pada

remaja di Indonesia serta sebagai media pengembangan kompetensi diri

sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.

Page 29: Panduan Skripsi TA Ku

b. Sebagai pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti dalam melakukan

penelitian selanjutnya terkait masalah yang berkaitan dengan gizi

masyarakat.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma

Perguruan Tinggi, yaitu akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat.

b. Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi

masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait perilaku

konsumsi buah dan sayur.

c. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang

sama yaitu terkait perilaku konsumsi buah dan sayur.

3. Bagi Kementrian Kesehatan RI

a. Hasil analisa penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan kesehatan oleh Kementrian Kesehatan RI terkait

upaya perbaikan gizi masyarakat dengan peningkatan konsumsi buah dan

sayur pada penduduk Indonesia agar tercapai status gizi yang lebih baik.

b. Hasil analisa penelitian juga dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

membuat program promosi kesehatan yang efektif agar masyarakat Indonesia

dapat menyadari pentingnya mengonsumsi buah dan sayur serta dapat

menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Page 30: Panduan Skripsi TA Ku

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah

dan sayur pada remaja di Indonesia. Penelitian ini dilakukan karena melihat

tingginya angka kurang konsumsi buah dan sayur pada remaja yaitu sebesar 93,7%.

Penelitian ini dilakukan terhadap remaja yang berumur 10 – 24 tahun yang menjadi

sampel dalam riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian

Kesehatan RI tahun 2007.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi program studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini

dimaksudkan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan

dalam rangka pencarian solusi untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari bagian Jaringan Informasi

dan Publikasi Penelitian (JIPP) Kementerian Kesehatan RI yang dilaksanakan pada

bulan Juni sampai September 2010.

Page 31: Panduan Skripsi TA Ku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumsi

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, misalnya manusia. Perilaku manusia

mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,

mengonsumsi makanan dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dapat

disimpulkan bahwa perilaku adalah berbagai hal yang dikerjakan oleh organisme,

baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku berbeda dengan pengetahuan dan sikap. Pengetahuan dan sikap

merupakan bentuk perilaku tertutup (covert) yang bersifat pasif, sedangkan perilaku

atau tindakan merupakan respon terbuka (overt) yang bersifat aktif dan dapat diamati

secara langsung (Rahmawati, 2000).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), konsumsi adalah suatu

kegiatan dari individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya, baik berupa barang

produksi, bahan makanan dan lain-lain. Dalam penelitian ini, konsumsi lebih

dititikberatkan pada bahan makanan, khususnya konsumsi buah dan sayur. Jadi,

perilaku konsumsi adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu untuk memenuhi

kebutuhannya akan bahan makanan agar terpenuhi kecukupan gizi individu tersebut.

Page 32: Panduan Skripsi TA Ku

B. Buah dan Sayur

Buah dan sayur merupakan kelompok bahan makanan dari bahan nabati

(tumbuh-tumbuhan). Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya

mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai

fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri. Sedangkan sayur adalah bahan makanan

yang berasal dari tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain

daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga

(jantung pisang), buah muda (labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian

tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetomo, 2004).

Sebagai Negara tropis, Indonesia sangat kaya akan buah dan sayur. Oleh

karena itu, patut disayangkan jika konsumsi buah dan sayur masyarakat masih relatif

rendah dibandingkan Negara lain yang bukan penghasil buah dan sayur (Astawan,

2008).

1. Penggolongan Buah dan Sayur

a. Penggolongan Buah

Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah-

buahan dapat dibedakan menjadi:

1) Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan dan lain-lain.

2) Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, alpukat, papaya, semangka dan

lain-lain.

Sedangkan berdasarkan prioritas pengembangan, Astawan (2008)

membagi buah-buahan menjadi:

Page 33: Panduan Skripsi TA Ku

1) Buah prioritas nasional yang meliputi jeruk, mangga, rambutan, durian dan

pisang.

2) Buah prioritas daerah yang meliputi manggis, duku, leci, lengkeng, salak

dan markisa.

b. Penggolongan Sayur

Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tanaman yang dapat

dimakan, sayuran dibedakan menjadi:

1) Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk dan bayam.

2) Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.

3) Sayuran buah seperti terong, cabe, ketimun dan tomat.

4) Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung.

5) Sayuran akar seperti wortel dan lobak.

6) Sayuran umbi keperti kentang dan bawang.

Menurut Supariasa, dkk (2002), sayuran digolongkan menjadi dua

kelompok berdasarkan kandungan protein dan karbohidrat, yaitu:

1) Sayuran kelompok A

Mengandung sedikit sekali protein dan karbohidrat. Sayuran ini boleh

digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan banyaknya. Sayuran yang

termasuk kelompok ini adalah: baligo, daun bawang, daun kacang panjang,

daun koro, daun labu siam, daun waluh, daun lobak, jamur segar, oyong

(gambas), kangkung, ketimun, tomat, kecipir muda, kol, kembang kol, labu

air, lobak, papaya muda, pecay, rebung, sawi, seledri, selada, tauge, tebu

terubuk, terong dan cabe hijau besar.

Page 34: Panduan Skripsi TA Ku

2) Sayuran kelompok B

Dalam 1 satuan padanan sayuran kelompok B mengandung 50 kalori,

3 gram protein dan 10 gram karbohidrat. 1 satuan padanan = 100 gram

sayuran mentah (sayuran ditimbang bersih dan dipotong biasa seperti di

rumah tangga) = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan (sayuran ditakar

setelah dimasak dan ditiriskan).

Sayuran yang termasuk kelompok ini adalah: bayam, biet, buncis,

daun bluntas, daun ketela rambat, daun kecipir, daun leunca, daun

lompong, daun mangkokan, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun

papaya, jagung muda, jantung pisang, genjer, kacang panjang, kacang

kapri, katuk, kucai, labu siam, labu waluh, nangka muda, pare, tekokak dan

wortel.

2. Kandungan Gizi dan Manfaat Buah dan Sayur

Buah dan sayur merupakan sumber serat, vitamin A, vitamin C, vitamin B

khususnya asam folat, berbagai mineral seperti magnesium, kalium, kalsium dan

Fe, namun tidak mengandung lemak maupun kolesterol. Setiap buah dan sayur

mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang berbeda. Misalnya belimbing,

durian, jambu, jeruk, mangga, melon, papaya, rambutan, sawo dan sirsak

merupakan contoh buah yang mengandung vitamin C relatif tinggi dibandingkan

buah lainnya. Sedangkan jambu biji, merah garut, mangga matang, pisang raja

dan nangka merupakan sumber provitamin A yang sangat tinggi (Astawan, 2008).

Menurut Sekarindah (2008), kandungan vitamin dan mineral pada buah dan

sayur memang berbeda-beda, tidak saja diantara berbagai spesies dan varietas,

Page 35: Panduan Skripsi TA Ku

namun juga di dalam varietas sendiri yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang

berbeda, iklim, macam tanah dan pupuk, semuanya berpengaruh terhadap

kandungan vitamin dan mineral dalam produk buah dan sayur yang dihasilkan.

Menurut Khomsan, dkk (2008), buah dan sayur mempunyai banyak manfaat

bagi kesehatan. Ada dua alasan utama yang membuat konsumsi buah dan sayur

penting untuk kesehatan, yaitu:

a. Buah dan sayur sangat kaya akan kandungan vitamin, mineral dan zat gizi

lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanpa mengonsumsi buah dan

sayur, maka kebutuhan gizi seperti vitamin C, vitamin A, potassium dan folat

kurang terpenuhi. Oleh karena itu, buah dan sayur merupakan sumber makanan

yang baik dan menyehatkan.

b. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi tinggi buah

dan sayur dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis. Salah satu studi

epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap perilaku sekelompok

masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina, Jepang dan Korea lebih

sedikit terkena kanker dan penyakit jantung koroner dibandingkan masyarakat

Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan karena masyarakat Korea, Jepang dan

Cina dikenal sangat suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih banyak

dari Negara Eropa dan Amerika.

Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat

mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen

aktif non-nutrisi yang terkandung dalam buah dan sayur berguna sebagai

antioksidan untuk menertalkan radikal bebas, antikanker dan menetralkan

Page 36: Panduan Skripsi TA Ku

kolesterol jahat. Selain itu, dalam sayuran dan buah terdapat dua jenis serat yang

bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan mikroflora usus, yaitu serat larut air

dan tidak larut air. Serat larut air dapat memperbaiki performa mikroflora usus

sehingga jumlah bakteri baik dapat tumbuh dengan sempurna. Sedangkan, serat

tidak larut air akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus

berbagai macam penyakit (Khomsan, dkk, 2008).

3. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur

Beberapa dampak apabila seseorang kurang konsumsi buah dan sayur

menurut Ruwaidah (2007), antara lain:

a. Meningkatkan Kolesterol Darah

Jika tubuh kurang konsumsi buah dan sayur yang kaya akan serat, maka

dapat mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah, karena kandungan serat

dalam buah dan sayur mampu menjerat lemak dalam usus, sehingga mencegah

penyerapan lemak oleh tubuh. Dengan demikian, serat membantu mengurangi

kadar kolesterol dalam darah.

Serat tidak larut (lignin) dan serat larut (pectin, β-glucans) mempunyai

efek mengikat zat-zat organik seperti asam empedu dan kolesterol sehingga

menurunkan jumlah asam lemak di dalam saluran pencernaan. Pengikatan

empedu oleh serat juga menyebabkan asam empedu keluar dari siklus

enterohepatic, karena asam empedu yang disekresi ke usus tidak dapat

diabsorpsi, tetapi terbuang ke dalam feses.

Penurunan jumlah asam empedu menyebabkan hepar harus menggunakan

kolesterol sebagai bahan untuk membentuk asam empedu. Hal inilah yang

Page 37: Panduan Skripsi TA Ku

menyebabkan serat dapat menurunkan kadar kolesterol (Nainggolan dan

Adimunca, 2005). Jika konsumsi serat kurang, maka proses tersebut tidak

terjadi dan akan menyebabkan kolesterol darah meningkat.

b. Gangguan Penglihatan/Mata

Gangguan pada mata dapat diakibatkan karena tubuh kekurangan gizi

yang berupa betakaroten. Gangguan mata dapat diatasi dengan banyak

mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya (Ruwaidah, 2007).

Kandungan vitamin A dalam buah dan sayur penting untuk pertumbuhan,

penglihatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi.

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang.

Kecepatan mata beradapatasi setelah terkena cahaya terang berhubungan

langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk

rodopsin yang membantu proses melihat (Almatsier, 2004).

c. Menurunkan Kekebalan Tubuh

Buah dan sayur sangat kaya dengan kandungan vitamin C yang

merupakan antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Vitamin C juga

meningkatkan kerja sistem imunitas sehingga mampu mencegah berbagai

penyakit infeksi bahkan dapat menghancurkan sel kanker (Silalahi, 2006). Jika

tubuh kekurangan asupan buah dan sayur, maka imunitas/kekebalan tubuh akan

menurun.

d. Meningkatkan Risiko Kegemukan

Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko kegemukan

dan diabetes pada seseorang (WHO, 2003). Buah berperan sebagai sumber

Page 38: Panduan Skripsi TA Ku

vitamin dan mineral yang penting dalam proses pertumbuhan. Buah juga bisa

menjadi alternatif cemilan (snack) yang sehat dibandingkan dengan makanan

jajanan lainnya, karena gula yang terdapat dalam buah tidak membuat

seseorang menjadi gemuk namun dapat memberikan energi yang cukup

(Khomsan, dkk, 2009).

Sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat

bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan individu. Seseorang yang

mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan

kecukupan sebagian besar mkineral mikro dan serat yang dapat mencegah

terjadinya kegemukan. Selain itu, sayuran juga berperan dalam upaya

pencegahan penyakit degeneratif seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner),

kanker, diabetes dan obesitas (Khomsan, dkk, 2009).

e. Meningkatkan Risiko Kanker Kolon

Diet tinggi lemak dan rendah serat (buah dan sayur) dapat meningkatkan

risiko kanker kolon. Penelitian epidemiologis menunjukkan perbedaan insiden

kanker kolorektal di Negara maju seperti Amerika, Eropa dan di Negara

berkembang seperti Asia dan Afrika. Hal itu dikarenakan perbedaan jenis

makanan di Negara maju dan Negara berkembang tersebut, dimana masyarakat

di Negara maju lebih banyak mengonsumsi lemak daripada di Negara

berkembang (Puspitasari, 2006).

Serat dapat menekan risiko kanker karena serat makanan diketahui

memperlambat penyerapan dan pencernaan karbohidrat, juga membatasi

insulin yang dilepas ke pembuluh darah. Terlalu banyak insulin (hormon

Page 39: Panduan Skripsi TA Ku

pengatur kadar gula darah) akan menghasilkan protein dalam darah yang

menambah risiko munculnya kanker, yang disebut insulin growth faktor (IGF).

Serat dapat melekat pada partikel penyebab kanker lalu membawanya keluar

dari dalam tubuh (Puspitasari, 2006).

f. Meningkatkan Risiko Sembelit (Konstipasi)

Konsumsi serat makanan dari buah dan sayur, khususnya serat tak larut

(tak dapat dicerna dan tak larut air) menghasilkan tinja yang lunak. Sehingga

diperlukan kontraksi otot minimal untuk mengeluarkan feses dengan lancar.

Sehingga mengurangi konstipasi (sulit buang air besar). Diet tinggi serat juga

dimaksudkan untuk merangsang gerakan peristaltik usus agar defekasi

(pembuangan tinja) dapat berjalan normal. Kekurangan serat akan

menyebabkan tinja mengeras sehingga memerlukan kontraksi otot yang besar

untuk mengeluarkannya atau perlu mengejan lebih kuat. Hal inilah yang sering

menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu, diperlukan konsumsi serat yang

cukup khususnya yang berasal dari buah dan sayur (Puspitasari, 2006).

4. Kecukupan Konsumsi Buah dan Sayur yang Dianjurkan

Sejak tahun 1990, telah dicanangkan dalam Dietary for Americans bahwa

rekomendasi minimal untuk mengonsumsi buah adalah 2 porsi/hari dan 3

porsi/hari untuk konsumsi sayur atau setara dengan konsumsi buah dan sayur 5

porsi/hari. Menurut WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi sayur

adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi buah

adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok buah irisan.

Page 40: Panduan Skripsi TA Ku

Konsumsi buah dan sayur dianggap ‘cukup’ apabila asupan buah dan sayur 5

porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap ‘kurang’ apabila asupan buah

dan sayur kurang dari 5 porsi sehari.

Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram

atau 2-3 potong sehari berupa papaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran

dalam bentuk tercampur seperti sayuran daun, kacang-kacangan dan sayuran

berwarna jingga yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok

sehari (Almatsier, 2003).

Konsumsi buah dan sayur harus cukup, tidak boleh kurang ataupun

berlebihan sebab jika kekurangan ataupun kelebihan depat menimbulkan efek

negatif bagi tubuh. Kekurangan buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh

kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat dan

dibutuhkan tubuh. Sedangkan kelebihan buah dan sayur dapat berakibat

membebani kerja dan fungsi ginjal. Walaupun vitamin dan mineral diperlukan

tubuh, tetapi jika ginjal tidak mampu mencerna akibat asupan yang berlebihan

dapat menyebabkan seseorang terkena gagal ginjal (Khomsan, 2003).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Menurut Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga (2008),

menyatakan bahwa perilaku konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh 2

faktor utama yaitu :

Page 41: Panduan Skripsi TA Ku

1. Faktor intrinsik yang terdiri dari: umur, jenis kelamin dan keyakinan.

2. Faktor ekstrinsik yang terdiri dari: tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman,

iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan.

Sedangkan menurut Warthington (2000), perilaku konsumsi individu

dipengaruhi oleh faktor langsung yaitu gaya hidup. Gaya hidup tersebut dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kebutuhan

fisiologis tubuh, body image, konsep diri, keyakinan/kepercayaan individu,

pemilihan dan arti makanan, perkembangan psikososial dan kesehatan individu.

Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah anggota keluarga, peran orang tua,

teman sebaya, sosial budaya, nilai/norma, media massa, fast food (makanan cepat

saji), food fads (mode makanan), pengetahuan gizi dan pengalaman individu. Hal ini

dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut ini.

Page 42: Panduan Skripsi TA Ku

Bagan 2.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Individu

Sumber: Warthington (2000)

Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks

dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Beberapa faktor diatas merupakan

faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur di

Indonesia. Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut, yaitu:

Sosial-ekonomi-politik, ketersediaan makanan, produksi, sistem distribusi

Faktor internal: - Kebutuhan fisiologis

tubuh - Body image/citra diri - Konsep diri - Keyakinan dan individu - Pemilihan dan arti

makanan - Perkembangan

psikososial - kesehatan

Faktor eksternal: - Jumlah anggota keluarga - Peran orang tua - Teman sebaya - Sosial budaya - Nilai dan norma - Media massa - Fast food/makanan cepat saji - Food fads/mode makanan - Pengetahuan gizi - Pengalaman individu

Gaya Hidup

Perilaku Konsumsi Individu

Page 43: Panduan Skripsi TA Ku

1. Umur

Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden dalam tahun

dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.

Umur mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan makanan. Pada

masa bayi, seseorang tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang mereka makan,

sedangkan saat dewasa, seseorang mulai mempunyai kontrol terhadap apa yang

mereka makan. Proses tersebut sudah dimulai saat masa kanak-kanak, mereka

mulai memiliki kesukaan terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh

menjadi remaja dan dewasa, pengaruh terhadap kebiasaan makan mereka sangat

kompleks (Worthington, 2000).

Menurut WHO (1971) dalam Ruwaidah (2006), penggolongan umur

dikategorikan menjadi 4, yaitu anak-anak (< 10 tahun), remaja (10-24 tahun),

dewasa (25-59 tahun) dan lanjut usia (>60 tahun). Untuk golongan anak-anak dan

remaja, kebutuhan gizinya harus lebih diperhatikan karena masa anak-anak dan

remaja merupakan masa pertumbuhan sehingga kecukupan gizinya harus

tercukupi agar mencapai pertumbuhan optimal dan sebagai upaya pencegahan

timbulnya berbagai penyakit di masa yang akan datang (Wulansari, 2009).

Namun, kebutuhan gizi untuk kelompok umur dewasa dan lansia juga harus tetap

diperhatikan agar tubuh tetap sehat.

Kebutuhan remaja terkait konsumsi buah dan sayur sebaiknya tercukupi,

karena buah dan sayur sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral serta

sebagai penetral kadar kolesterol darah terutama yang berasal dari pangan hewani.

Dengan mengonsumsi buah dan sayur, kadar kolesterol dapat terkontrol. Oleh

Page 44: Panduan Skripsi TA Ku

karena itu, semua golongan umur membutuhkan konsumsi buah dan sayur dalam

jumlah yang cukup, khususnya remaja.

Dalam penelitian Moore (1997), ditemukan bahwa usia remaja lebih sering

bertumpu pada makanan fast food yang mempunyai menu terbatas dan sering

menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak, dan natrium sehingga sedikit

sekali mengonsumsi buah dan sayur. Semakin dewasa usia seseorang cenderung

mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, terutama pada golongan lanjut usia.

Dalam penelitian Rita (2002), ditemukan bahwa umur berpengaruh terhadap

kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan

merupakan salah satu faktor yang berhubungan preferensi/kesukaan terhadap

konsumsi pangan, termasuk terkait perilaku konsumsi buah dan sayur.

Berdasarkan penelitian NHANES dari tahun 2001-2006 dalam Bahria

(2009) ditemukan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian ini diketahui bahwa antara

orang Amerika yang berumur ≥40 tahun hanya 42% yang memenuhi rekomendasi

minimum mengonsumsi 5 porsi buah dan sayur per hari, sedangkan penduduk

umur < 40 tahun sebesar 45% yang berperilaku cukup konsumsi buah dan sayur.

2. Jenis Kelamin

Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat

sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan

dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Page 45: Panduan Skripsi TA Ku

Dalam keluarga biasanya anak laki-laki mendapat prioritas yang lebih tinggi

dalam distribusi makanan daripada anak perempuan.

Untuk menopang pertumbuhan seseorang, baik perempuan maupun laki-laki

membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral.

Laki-laki umumnya lebih aktif dalam berolah raga dan kegiatan fisik serta

intensitas tumbuh yang lebih besar. Oleh karena itu membutuhkan energi dan

protein lebih banyak, sebaliknya perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak

untuk mengganti darah yang hilang saat menstruasi (Worthington, 2000).

Dalam studi di Augusta Georgia ditemukan bahwa tidak ada hubungan

antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur (Domel, 1996). Sedangkan

survei lain yang dilakukan oleh Reynold (1999) pada orang muda American-

Indian dan Alaska-Native ditemukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap

konsumsi buah dan sayur dan diketahui bahwa tingkat konsumsi buah dan sayur

pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

Kemudian pada penelitian Milligan et al (1998) yang dilakukan di Australia

menyebutkan bahwa masyarakat yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi

(4,1%) mengonsumsi 2 buah/hari dan sayuran 5 kali/hari dibandingkan dengan

laki-laki (2,5%).

3. Keyakinan, Nilai dan Norma

Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu pameo yaitu semakin tinggi tingkat

keprihatian seseorang makan akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf

sosial yang dapat dicapainya. Keprihatian ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu

Page 46: Panduan Skripsi TA Ku

suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan

minum atau berpantang melakukan sesuatu (Suhardjo, 2006).

Selain itu, terdapat pula upacara keagamaan atau kegiatan selamatan yang

merupakan bagian dari bentuk keyakinan dan norma di masyarakat, baik di daerah

pedesaan maupun perkotaan. Dalam penelitian Suhardjo (2006), ditemukan

bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi

perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo, 2006).

4. Tingkat Ekonomi Keluarga

Dalam bererapa penelitian, tingkat ekonomi atau pendapatan seringkali

didekati dari tingkat pengeluaran rumah tangga. Hal ini dilakukan karena biasanya

untuk mendapatkan informasi tentang pendapatan sulit dilakukan karena adanya

hambatan dalam wawancara yaitu responden tidak mau mengungkapkan jumlah

nominal pendapatan yang diperoleh (Bahria, 2000).

Marsetyo (2003) mengatakan bahwa pengeluaran uang untuk keperluan

rumah tangga harus dibagi-bagi untuk berbagai keperluan seperti keperluan untuk

bahan pangan, sewa tingggal (sewa atau cicilan rumah), air, penerangan,

pendidikan anak, kesehatan/pengobatan dan transportasi.

Di negara-negara berkembang, penduduk yang berpenghasilan rendah

hampir membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk membeli makanan.

Pada daerah miskin di India 80% pendapatan yang diperoleh digunakan untuk

membeli makanan, sedangkan di negara maju hanya 45% untuk membeli

makanan (Hidayati, 2004).

Page 47: Panduan Skripsi TA Ku

Tingkat pengeluaran rumah tangga dihitung dengan mengukur pengeluaran

rumah-tangga untuk makanan dan non-makanan. Diasumsikan bahwa semakin

tinggi proporsi uang yang dikeluarkan untuk makanan, maka semakin rendah

daya beli rumah-tangga tersebut untuk kebutuhan lainnya atau dengan kata lain

tingkat ekonomi semakin rendah (Hidayati, 2004).

Di perkotaan, kelompok penduduk termiskin mengeluarkan 66%

pengeluaran rumah-tangganya untuk makanan. Sedangkan penduduk terkaya

hanya mengeluarkan 44% saja. Kecenderungan serupa juga dijumpai di

perdesaan. Secara umum, 69% pengeluaran rumah tangga digunakan untuk

makanan (Hidayati, 2004).

Menurut BPS (2002) dalam Hidayati (2004) menyatakan tingginya proporsi

pengeluaran makanan jika proporsi >50% dari pengeluaran total keluarga

sedangkan rendahnya proporsi pengeluaran makanan jika jika proporsi ≤50% dari

pengeluaran total keluarga. Presentase pengeluaran untuk makanan menurun jika

jumlah pendapatan bertambah. Jadi, semakin besar tingkat pengeluaran keluarga

untuk makanan, maka semakin rendah tingkat ekonomi keluarga tersebut.

Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang optimal tertutama

yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Karena keluarga

dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi

kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya

keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang terbatas itu

tidak akan banyak pilihan (Suhardjo, 2006).

Page 48: Panduan Skripsi TA Ku

Dalam penelitian Zenk (2005) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat ekonomi dan perilaku konsumsi individu, yaitu

seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan

mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Pada penelitian MacFarlane (2007)

ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu tersedia

sayuran saat makan malam dan buah di rumah.

Kemudian dalam penelitian Utsman (2009), berdasarkan uji statistik

ditemukan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku konsumsi. Hal ini menunjukkan orang yang memiliki daya beli yang baik

maka bisa memenuhi kebutuhannya terhadap bahan makanan.

5. Pekerjaan

Menurut Depkes (2008), pekerjaan adalah jenis kegiatan yang menggunakan

waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar.

Sedangkan menurut Arikunto (2002) dalam Bahria (2009), pekerjaan adalah

aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam kehidupan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan.

Selain itu, pekerjaan juga dapat berpengaruh terhadap besar-kecilnya perhatian

seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. Jika seseorang terlalu

sibuk bekerja, seringkali ia lalai dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih

memilih mengonsumsi makanan cepat saji.

Jenis pekerjaan yang dilakukan dapat menggambarkan dan mempengaruhi

besar kecilnya imbalan yang diperoleh. Keluarga yang memiliki pendapatan

Page 49: Panduan Skripsi TA Ku

tinggi biasanya mempunyai akses dan daya jangkau cukup dalam memenuhi

kebutuhan keluarga dan sebaliknya (Mukson, 1996 dalam Zulaeha, 1999).

Dalam penelitian Rita (2002), ditemukan bahwa pekerjaan berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, karena jenis pekerjaan

akan berpengaruh langsung terhadap jumlah pendapatan yang akan diterima oleh

seseorang.

Namun, dalam penelitian Wulansari (2009), ditemukan bahwa pekerjaan

tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

individu. Hal ini berarti konsumsi buah dan sayur tidak terlalu dipengaruhi oleh

status pekerjaan, dan diduga terdapat factor lain yang berhubungan dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur.

6. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu proses pembentukan

kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan

sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan

menurut Depkes (2008), pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal

tertinggi yang telah dicapai oleh seseorang.

Menurut Azwar (1996) dalam Rita (2002), pendidikan merupakan faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang dan dapat mendewasakan seseorang serta

berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih

tepat, salah satunya yaitu dalam perilaku mengonsumsi buah dan sayur.

Page 50: Panduan Skripsi TA Ku

Pendidikan formal dan keikutsertaan dalam pendidikan non formal sangat

penting dalam menentukan status kesehatan. Tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap kualitas bahan makanan yang dikonsumsi. semakin tinggi

tingkat pendidikan, maka akan semakin positif sikap seseorang terhadap gizi

makanan sehingga semakin baik pula konsumsi bahan makanan sayur dan buah

dalam keluarga (Zulaeha, 2006).

Dalam penelitian Zenk (2005) dan Roos (2001) ditemukan bahwa

pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan

sayur, yaitu seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung akan

mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak.

7. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan berdasarkan pada pengetahuan akan

bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada

seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan

individu. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meningkatkan kemampuan seseorang

dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun mengolah bahan

makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi (Khomsan, 2009).

Penelitian Van Duyn (2001), ditemukan bahwa pengetahuan berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu diketahui

bahwa pengetahuan gizi dapat meningkatkan 22% konsumsi buah dan sayur.

Page 51: Panduan Skripsi TA Ku

8. Pengalaman Individu

Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman, salah

satunya adalah pengalaman dalam mengonsumsi makanan. Seseorang tentu

memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu, ada yang suka dan

tidak suka/pantang mengonsumsi makanan tertentu dengan alasan yang

bermacam-macam, seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan tertentu

karena berdasarkan pengalaman pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan

alergi atau memiliki rasa yang kerang enak dan lain-lain (Suhardjo, 2006).

9. Iklan/Media Massa

Menurut Fisher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009), media bisa

berpengaruh positif maupun negatif dalam mempromosikan berbagai macam

informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran

dalam mempromosikan pemilihan makanan.

Media massa sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar

membentuk opini dan kepercaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media

massa membawa pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang.

(Suhardjo, 2006). Dalam penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa

iklan/media massa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

konsumsi individu.

10. Tempat Tinggal

Menurut Depkes (2008), tempat tinggal adalah lokasi rumah seseorang

yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan. Untuk menentukan suatu

kelurahan termasuk daerah perkotaan atau pedesaan, digunakan suatu indikator

Page 52: Panduan Skripsi TA Ku

komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada tiga

variabel, yaitu: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan

akses fasilitas umum (BPS, 2007).

Adapun range (batasan) nilai dari masing-masing indikator, yaitu

kepadatan penduduk, batasan nilainya antara 1-8, persentase rumah tangga

pertanian batasannya antara 1-8 dan akses fasilitas umum batasannya antara 0-

10. Jadi nilai minimum dari skor gabungan ketiga indikator tersebut yaitu 2 dan

nilai maksimumnya 26. Jumlah skor dari ketiga indikator tersebut digunakan

untuk menentukan suatu kelurahan termasuk daerah perkotaan atau pedesaan.

Jika skor gabungan berjumlah <10, maka kelurahan termasuk pedesaan dan jika

skor gabungan ≥10, maka kelurahan termasuk perkotaan (BPS, 2007).

Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat dibagi menjadi skor indikator

kepadatan penduduk untuk pedesaan antara 1-3 dan skor untuk perkotaan antara

4-8. Kemudian klasifikasi skor indikator persentase rumah tangga pertanian

untuk pedesaan antara 1-3 dan perkotaan antara 4-8. Dan klasifikasi skor akses

fasilitas umum untuk pedesaan dengan skor 0 dan untuk perkotaan dengan skor 1

(BPS, 2007).

Letak tempat tinggal dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi

individu. Sebagai contoh, seorang petani yang tinggal di desa dan dekat dengan

areal pertanian akan lebih mudah dalam mendapatkan bahan makanan segar dan

alami, seperti buah dan sayur. Namun, seseorang yang tinggal di daerah

perkotaan akan lebih sedikit akses untuk mendapatkan bahan makanan segar

tersebut, karena di daerah perkotaan lebih banyak tersedia berbagai makanan

Page 53: Panduan Skripsi TA Ku

cepat saji, walaupun tidak menutup kemungkinan, terdapat penduduk perkotaan

yang mengonsumsi buah dan sayur (Suhardjo, 2006).

Dalam penelitian Sutiah (2006), berdasarkan hasil uji statistik ditemukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal baik di desa

maupun di kota terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu terdapat

perbedaan antara tingkat frekuensi konsumsi penduduk yang tinggal di pedesaan

dan perkotaan.

11. Lingkungan Sosial dan Budaya

Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan

penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya

memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan.

Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu

untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh

terhadap perilaku konsumsi individu tersebut (Suhardjo, 2006). Dalam penelitian

Sutiah (2006), ditemukan bahwa lingkungan sosial budaya atau suku bangsa

berpengaruh terhadap pola konsumsi seseorang.

12. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Depkes (2008), jumlah anggota keluarga adalah banyaknya

anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut.

Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekat akan

menimbulkan masalah (Sediaoetama, 2004). Dalam hal ini, jumlah anggota

keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga,

Page 54: Panduan Skripsi TA Ku

sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk

tiap individu akan semakin berkurang (Suhardjo, 2006).

Dalam penelitian Pratiwi (2006) dan Wulansari (2009), berdasarkan hasil

uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga

kecil dan besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun, berdasarkan

penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa jumlah anggota keluarga dengan

perilaku konsumsi individu menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal ini

menunjukkan semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin

besar pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut

akan lebih sedikit dibanding keluarga dengan jumlah sedikit.

13. Peran Orang Tua

Selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola makan, tetapi ketika

sudah menginjak masa remaja mereka menunjukkan kemandirian. Remaja dan

orang dewasa lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Oleh karena itu

pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang (Khomsan, 2003).

Pada era modern seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi manusia

sibuk karena urusan di luar rumah tangga. Oleh karena itu, peran oreng tua saat

ini sangat penting dalam mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya

(Khomsan, 2003). Karena pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga

(Worthington, 2000).

Page 55: Panduan Skripsi TA Ku

14. Teman Sebaya

Pengaruh rekan atau kelompok sebaya sangat kuat. Ketika anak mulai

sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makanan yang

menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli

terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan

penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makanan menjadi penting supaya

mereka diterima oleh teman sebayanya (Barker, 2002).

Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam

memilih jenis makanan. seseorang akan mengikuti teman sebayanya.

15. Fast Food/Makanan Cepat Saji

Berbagai alasan seseorang memilih makanan cepat saji/fast food yaitu

karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat kesibukan yang tinggi

sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang sehat dan alami. Padahal,

konsumsi makanan tersebut secara terus menerus tanpa diimbangi buah dan

sayur dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, seperti tekanan darah

tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker dan

kegemukan (Sekarindah, 2008).

Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VI

(1998), makanan-makanan modern seperti fast food, dan makanan jepang telah

menjadi bagian dari kebiasaan makanan masyarakat di sejumlah kota besar.

Penelitian Verr et al (1999), ditemukan orang yang konsumsi buah dan

sayurnya rendah (kurang dari 1,5 kali/hari) serta lebih sering mengonsumsi fast

Page 56: Panduan Skripsi TA Ku

food/makanan cepat saji berisiko 30% lebih tinggi terkena penyakit jantung atau

stroke dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 8 kali/hari atau lebih.

16. Food Fads/Mode Makanan

Menurut KBBI (2007), mode adalah ragam, cara atau bentuk yang terbaru

pada suatu waktu tertentu, seperti pakaian, potongan rambut, corak hiasan, jenis

makanan dan sebagainya. Mode makanan ini juga berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi individu, karena biasanya masyarakat senang mencoba hal-hal yang

baru, salah satunya adalah melakukan wisata kuliner terhadap jenis makanan

baru yang belum pernah dicoba oleh seseorang tersebut. Oleh karena itu, mode

makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi individu (Warthington, 2000).

17. Kebutuhan Fisiologis Tubuh

Setiap individu memiliki kebutuhan fisiologis tubuh yang berbeda, hal ini

menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda. Sebagai contoh,

kebutuhan fisiologis tubuh ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan orang yang

sedang sakit akan berbeda kebutuhan gizinya dengan orang yang sehat. Oleh

karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan perilaku

konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang harus dikonsumsi

(Suhardjo, 2006).

18. Body Image/Citra Tubuh

Citra tubuh didefinisikan sebagai pandangan seseorang tentang tubuhnya,

suatu gambaran mental seseorang yang mencakup pikiran, perpsepsi, perasaaan,

emosi, imajinasi, penilaian, sensasi fisik, keadaaan dan perilaku mengenai

Page 57: Panduan Skripsi TA Ku

penampilan dan bentuk tubuhnya dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di

masyarakat dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannya dan dapat

mengalami perubahan (Rice, 2001 dalam Melliana, 2006).

Salah satu contoh yaitu pada wanita, citra tubuh sangat penting sehingga

banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makannya

dari yang dianjurkan agar tampak sempurna postur tubuhnya. Namun, hal

tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan jika dilakukan secara terus

menerus (Barker, 2002). Penelitian Handayani (2009), ditemukan bahwa citra

tubuh berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu.

19. Konsep Diri

Konsep diri seseorang dapat memengaruhi besarnya kepuasan citra tubuh

yang dirasakan individu. Aspek lain dari konsep diri yang tak kalah penting

adalah kepercayaan diri dan harga diri (Thomson, 1998 dalam Handayani, 2009).

Yayasan peduli proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009)

menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri

sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri posistif, maka seseorang akan

memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila

terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinya

pun akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu tersebut.

Penelitian Handayani (2009), ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik

konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang

tersebut.

Page 58: Panduan Skripsi TA Ku

20. Pemilihan dan Arti Makanan

Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagai faktor penentu dalam

mengonsumsi makanan termasuk buah dan sayur. Pada suatu penelitian yang

dilakukan oleh Van Duyn et al (2001), ditemukan bahwa suka atau tidaknya

seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu

faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi tekstur dan suhu.

Kesukaan terhadap makanan mampunyai pengaruh terhadap pemilihan

makanan dan arti makanan bagi individu tersebut (Suhardjo, 2006). Penelitian

Van Duyn et al (2001), ditemukan bahwa kesukaan terhadap makanan

berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi individu.

21. Perkembangan Psikososial

Menurut Chaplin (2004), perkembangan psikososial merupakan berbagai

kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan dan

mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial individu

akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya adalah

perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik, akan

cenderung lebih teratur dalam mengonsumsi dan memilih makanan, demikian

pula sebaliknya.

22. Kesehatan (Riwayat Penyakit)

Definisi sehat menurut WHO (1990) dalam Almatsier (2004) yaitu keadaan

sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau

kecacatan. Sedangkan berdasarkan UU no. 23 tahun 1992, kesehatan

Page 59: Panduan Skripsi TA Ku

didefinisikan sebagai keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh langsung terhadap perilaku

konsumsi individu tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang menderita penyakit

diabetes mellitus, orang tersebut akan mengurangi konsumsi makanan yang

tinggi kandungan gula demi menjaga kesehatan tubuhnya (Sekarindah, 2008).

Menurut White et al (2004) dalam Bahria (2009), diketahui bahwa kondisi

tubuh seseorang yang kurang baik, sedang dalam kondisi sakit atau memiliki

keluhan akan kesehatan, akan mendorong seseorang untuk lebih memperhatikan

pola konsumsinya, seperti mengurangi makanan yang tinggi lemak, kolesterol,

natrium, gula dan memperbanyak asupan bahan makanan alami seperti buah dan

sayur.

Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006),

ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu

dengan perilaku konsumsi, yaitu bahwa walaupun seseorang sedang sakit,

terkadang tidak terlalu memperhatikan pola konsumsinya.

23. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan suatu konsep cara hidup dalam masyarakat yang

berasal dari berbagai macam interaksi sosial, budaya dan keadaan lingkungan.

Gaya hidup dipengaruhi oleh beragam hal yang terjadi di dalam keluarga atau

rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan

faktor utama dalam pembentukan gaya hidup terkait pola perilaku makan dan

juga dalam pembinaan kesehatan keluarga (Suhardjo, 2006).

Page 60: Panduan Skripsi TA Ku

Orang dengan gaya hidup modern akan terbiasa mengonsumsi makanan

dengan harga yang mahal, sedangkan orang kelas menengah kebawah atau orang

miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran

yang mahal, karena dipengaruhi oleh gaya hidup sederhana (Suhardjo, 2006).

Dalam penelitian Rahmawati (2000), ditemukan bahwa gaya hidup berpengaruh

secara signifikan dengan perilaku konsumsi individu.

24. Sosial-Ekonomi-Politik

Sistem sosial-ekonomi-politik dalam suatu Negara merupakan salah satu

penyebab yang mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di masyarakat.

Negara dengan sistem sosial, ekonomi dan politik yang baik, maka jumlah

ketersediaan pangan akan tercukupi, namun jika Negara tersebut memiliki

masalah dalam sistem sosial, ekonomi dan politik, maka ketersediaan pangan

bagi masyarakat akan mengalami gangguan bahkan kekurangan pangan yang

dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan (Suhardjo, 2006).

25. Ketersediaan Makanan

Dalam mendukung masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang sehat,

maka diperlukan kecukupan ketersediaan makanan dan dapat diakses semua

orang. Berdasarkan studi di Amerika (2006) pada remaja non-hispanic black dan

non-hispanic white didapatkan bahwa ketersediaan makanan di rumah tangga

tidak berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja dan

juga berdampak kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah dan

sayur (Story, 2002).

Page 61: Panduan Skripsi TA Ku

26. Produksi

Produksi pangan di Negara berkembang masih tergolong rendah.

Rendahnya produksi pangan dapat disebabkan oleh produktivitas lahan yang

kurang dan harus ditanggulangi dengan intensifikasi pertanian. Sebab lain yaitu

karena petani beralih ke tanaman non pangan atau mengubah lahan pertanian

yang ada menjadi lahan untuk industri atau pemukiman. Rendahnya produksi

dapat berakibat pada rendahnya ketersediaan pangan bagi penduduk dan

mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo, 2006).

27. Sistem Distribusi

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumsi individu yaitu adanya

sistem distribusi pangan ke masyarakat. Salah satu contoh kasus yaitu tidak

tersedianya makanan terjadi karena persediaan di gudang habis dan tidak ada

transportasi di sekitarnya atau sistem distribusi mengalami gangguan. Hal inilah

yang menyebabkan malnutrisi, karena penduduk kekurangan bahan pangan untuk

dikonsumsi. Di UK, meskipun ketersediaan makanan cukup namun pada

beberapa area yang terjadi gangguan transportasi atau terbatasnya pilihan di

pasar lokal, mengakibatkan beberapa bahan makanan yang dibutuhkan

masyarakat seperti buah dan sayuran segar tidak tersedia (Barker, 2002 dalam

Rahmawati, 2000).

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori dan Lastariwati-Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga

(2008) dan Worthington (2000) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

Page 62: Panduan Skripsi TA Ku

perilaku konsumsi individu, maka peneliti menyusun kerangka teori seperti dapat

dilihat pada bagan 2.2 berikut ini.

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi teori Lastariwati-Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga (2008) dan Worthington (2000)

Faktor Internal: 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Keyakinan 4. Kebutuhan Fisiologis Tubuh 5. Body Image/Citra Diri 6. Konsep Diri 7. Pemilihan dan Arti Makanan 8. Perkembangan Psikososial 9. Kesehatan (Riwayat

Penyakit)

Faktor Eksternal: 1. Tingkat Ekonomi Keluarga 2. Pekerjaan 3. Pendidikan 4. Pengetahuan Gizi 5. Pengalaman Individu 6. Iklan/Media Massa 7. Tempat Tinggal 8. Lingkungan Sosial Budaya 9. Jumlah Anggota Keluarga 10. Peran Orang Tua 11. Teman Sebaya 12. Nilai dan Norma 13. Fast Food/Makanan Cepat

Saji 14. Food Fads/Mode Makanan

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Page 63: Panduan Skripsi TA Ku

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dari Lastariwati-Ratnaningsih (2006) dalam

Dilapanga (2008) dan Warthington (2000), terdapat beberapa faktor yang

berhubungan dengan perilaku konsumsi individu. Dalam penelitian ini faktor-faktor

yang akan diteliti terdiri dari variabel perilaku konsumsi buah dan sayur sebagai

variabel dependen dan sebagai variabel independen terdiri dari faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor

eksternal meliputi jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi

keluarga dan tempat tinggal.

Namun, tidak semua faktor dalam kerangka teori menjadi variabel dalam

penelitian ini. Faktor-faktor lain baik internal (keyakinan, kebutuhan fisiologis

tubuh, body image/citra diri, konsep diri, pemilihan dan arti makanan, perkembangan

psikososial) maupun eksternal (pengalaman individu, iklan/media massa, lingkungan

sosial budaya, peran orang tua, teman sebaya, nilai dan norma, fast food/makanan

cepat saji, food fads/mode makanan) tidak dijadikan variabel dalam penelitian ini

dikarenakan tidak tersedianya data tersebut dalam data sekunder/hasil Riskesdas

2007 yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan variabel kesehatan (riwayat

penyakit), walaupun terdapat datanya dalam Riskesdas, namun setelah dilakukan

analisis, datanya bersifat homogen yaitu mayoritas remaja tidak memiliki riwayat

penyakit (99,5%), sehingga variabel tersebut dikeluarkan dari penelitian.

Page 64: Panduan Skripsi TA Ku

Berdasarkan kerangka teori, maka disusunlah kerangka konsep seperti pada

bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Eksternal

Jumlah Anggota Keluarga

Pendidikan

Pekerjaan

Tingkat Ekonomi Keluarga

Tempat Tinggal

Internal

Umur

Jenis Kelamin

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Page 65: Panduan Skripsi TA Ku

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur H asil ukur Skala ukur Variabel Dependen 1. Perilaku

konsumsi buah dan sayur

Frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama seminggu (Depkes, 2008).

Angket Riskesdas

Kuesioner Individu (BD31-BD34)

0. Kurang, jika konsumsi buah dan sayur < 5 porsi sehari selama seminggu.

1. Cukup, jika konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi sehari selama seminggu. (WHO, 2003)

Ordinal

Variabel Independen Faktor Internal 2. Umur Masa hidup responden dalam

tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir (Depkes, 2008).

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B4K5)

0. Remaja awal (10-19 tahun)

1. Remaja akhir (20-24 tahun)

Ordinal

3. Jenis kelamin

Perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan (Depkes, 2008).

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B4K4)

0. Laki-laki 1. Perempuan

(Depkes, 2008)

Nominal

Page 66: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur H asil ukur Skala ukur Faktor Eksternal 4. Jumlah

Anggota Keluarga

Banyaknya anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut (Depkes, 2008)

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B2K2)

0. Besar: > 4 orang 1. Kecil: ≤ 4 orang

(BKKBN, 1992 dalam Mahliawati, 2010)

Ordinal

5. Pendidikan Tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh responden (Depkes, 2008)

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B4K7)

0. Rendah, jika tamat <SMA

1. Tinggi, jika tamat ≥SMA (Diknas, 2003 dalam Sebastian, 2008)

Ordinal

6. Pekerjaan

Jenis kesgiatan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar (Depkes, 2008)

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B4K9)

0. Tidak bekerja 1. Bekerja

(Depkes, 2008)

Ordinal

7. Tingkat Ekonomi Keluarga

Status ekonomi keluarga berdasarkan proporsi pengeluaran keluarga rata-rata untuk makanan sebulan dibandingkan dengan pengeluaran total keluarga sebulan (BPS, 2007).

Angket Susenas

Kuesioner Susenas 2007 (B7K15 dan K25) yang diadopsi oleh Riskesdas 2007

0. Rendah, jika proporsi pengeluran makanan >50%.

1. Tinggi, jika proporsi pengeluran makanan ≤50%. BPS (2002) dalam Hidayati (2004)

Ordinal

Page 67: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur H asil ukur Skala ukur 8. Tempat

Tinggal

Lokasi rumah responden yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan (Depkes, 2008)

Angket Riskesdas

Kuesioner rumah tangga (B1K5)

0. Perkotaan, jika kelurahan dengan skor ≥10.

1. Pedesaan, jika kelurahan dengar skor <10. (BPS, 2007)

Nominal

Page 68: Panduan Skripsi TA Ku

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada

remaja di Indonesia tahun 2007.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja di Indonesia tahun 2007.

3. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007.

4. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja di Indonesia tahun 2007.

5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja di Indonesia tahun 2007.

6. Ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007.

7. Ada hubungan antara tempat tinggal dengan perilaku konsumsi buah dan

sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007.

Page 69: Panduan Skripsi TA Ku

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional yaitu pengumpulan data dan informasi serta pengukuran antara variabel

independen dan dependen dilakukan pada waktu yang sama. Desain studi cross

sectional ini cocok digunakan untuk menganalisis subyek penelitian dalam

jumlah besar karena mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu

dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil Riskesdas yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan RI bagian Jaringan Informasi dan Publikasi Penelitian

(JIPP) di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September

2010.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini mengacu pada populasi dalam Riskesdas

2007 yaitu seluruh rumah tangga dan anggota rumah tangga di seluruh pelosok

Republik Indonesia yang berusia ≥ 10 tahun. Adapun jumlah populasi

penduduk Indonesia tahun 2007 yaitu 225,18 juta jiwa (BPS, 2007).

Page 70: Panduan Skripsi TA Ku

Sedangkan populasi penduduk yang berusia remaja (10 – 24 tahun) yaitu

27,23% dari jumlah populasi tahun 2007 yaitu sebesar 61.316.514 jiwa (BPS,

2007).

2. Sampel

Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) dalam Riskesdas 2007

menggunakan cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS.

Selanjutnya menggunakan two stage sampling, yaitu pengambilan sampel

dengan dua tahap, yaitu:

a. Tahap 1: Blok sensus dipilih dengan cara Probability Proportional to Size

(PPS) Sampling, yaitu penentuan banyaknya blok sensus disesuaikan

dengan jumlah penduduk secara proporsional. Jumlah blok sensus dalam

Riskesdas 2007 yaitu 17.150 blok sensus dari 440 kabupaten/kota atau dari

33 Provinsi.

b. Tahap 2: Di setiap blok sensus dipilih 16 rumah tangga secara systematic

sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak hanya untuk sampel

pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah

ditetapkan (Sabri, dkk, 2008). Jumlah sampel rumah tangga pada Riskesdas

2007 dari 440 kabupaten/kota yaitu sebanyak 258.466 rumah tangga.

Kemudian dilakukan penarikan sampel anggota rumah tangga sebagai

sampel individu sebanyak 973.662 individu. Sedangkan jumlah sampel

anggota rumah tangga yang berusia ≥ 10 tahun sebanyak 768.635 individu

dan setelah dilakukan proses cleaning data, jumlah sampel remaja (10-24

tahun) yaitu 256.383 individu.

Page 71: Panduan Skripsi TA Ku

Adapun rumus perhitungan sampel yang digunakan dalam Riskesdas

2007, yaitu menggunakan rumus estimasi proporsi pada sampel acak sederhana

dengan presisi mutlak, yaitu:

n = Z2 1-α/2 x P (1-P) x DE

d2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z2 1-α/2 = Derajat 5% (two tail) = 1,96

P = Proporsi = 50%

DE = Disain Efek = 2

d = presisi = 0,15

Bila digunakan P = 50%, Z = 1,96 dan d = 0,15 maka besar sampel

adalah 171 rumah tangga/kecamatan. Penggunaan cluster sampling

memerlukan design effect, yang dipakai yaitu 2, sehingga jumlah sampel per

kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan drop out sebesar

10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga.

Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten

adalah 400 rumah tangga.

Selanjutnya untuk kepentingan analisis penelitian, maka perhitungan

sampel minimal disesuaikan dengan rumus uji yang akan digunakan yaitu

menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (two-tail), yaitu:

( )2

21

2

221112/1

)(

)1()1()1(2

PP

PPPPzPPzn

−−+−+−

= −− βα

Page 72: Panduan Skripsi TA Ku

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z 1-α/2 = derajat kemaknaan 5% = 1,96

Z 1-β = Kekuatan uji

P = Proporsi rata-rata = (P1+ P2)/2 = 84,3% = 0,843

P1 = Proporsi penduduk perkotaan yang kurang konsumsi buah dan sayur

83,8% = 0,838

P2 = Proporsi penduduk pedesaan yang kurang konsumsi buah dan sayur

84,3% = 0,843

(Nilai P1 dan P2 diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasionas/Susenas,

2004)

Berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel minimal yang

dibutuhkan yaitu 27.523, dikalikan dengan disain efek = 2, maka jumlah

sampel menjadi 55.046. Untuk menghindari Drop Out, ditambahkan 10%

menjadi 60.551 individu. Jumlah sampel minimal ini digunakan oleh peneliti

untuk menilai kecukupan dan melihat apakah jumlah sampel tersebut

memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis. Adapun jumlah sampel yang

didapatkan dari Riskesdas 2007 berjumlah 256.383 individu. Maka dapat

disimpulkan bahwa jumlah sampel yang didapatkan sudah memenuhi syarat

dilakukan uji hipotesis.

Kemudian dari jumlah sampel tersebut, dilakukan perhitungan kekuatan

uji untuk melihat kemampuan atau mendeteksi adanya perbedaan antara dua

variabel yang diteliti. Setelah dilakukan perhitungan kekuatan uji

menggunakan rumus di atas, didapatkan hasil Z 1-β = 87,9%. Hal ini berarti

jika pada populasi memang ada perbedaan proporsi, maka peluang penelitian

Page 73: Panduan Skripsi TA Ku

ini untuk memperlihatkan adanya perbedaan proporsi adalah sebesar 87,9%

(Ariawan, 1996).

D. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Riskesdas

2007 yang digunakan untuk mengumpulkan data perilaku konsumsi buah dan

sayur di Indonesia dan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi variabel independen

dalam penelitian ini yang meliputi variabel umur, jenis kelamin, jumlah anggota

keluarga, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi keluarga dan tempat tinggal.

Dalam pelaksanaan Riskesdas 2007 sudah memperhatikan validitas dan reabilitas

kuesioner penelitian. Adapun daftar variabel dan keterangan kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Daftar variabel dan kuesioner dalam Riskesdas 2007

No Variabel Keterangan Kuesioner 1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Kuesioner Individu (BD31-BD34) 2. Umur Kuesioner rumah tangga (B4K5) 3. Jenis Kelamin Kuesioner rumah tangga (B4K4)

4. Jumlah Anggota Keluarga Kuesioner rumah tangga (B2K2) 5. Pendidikan Kuesioner rumah tangga (B4K7)

6. Pekerjaan Kuesioner rumah tangga (B4K9)

7. Tingkat Ekonomi Keluarga Kuesioner Susenas 2007 (B7K15 dan K25) yang diadopsi oleh Riskesdas 2007

8. Tempat Tinggal Kuesioner rumah tangga (B1K5)

Sumber: Depkes, 2008

Keterangan:

B = Blok K = Kolom

Selain kuesioner, instrumen yang digunakan yaitu alat peraga berupa kartu

bergambar (kartu bergambar buah dan sayur disertai ukuran rumah tangga untuk

Page 74: Panduan Skripsi TA Ku

mengetahui gram makanan yang dikonsumsi setiap hari). Daftar kuesioner dan

alat peraga terlampir pada lampiran 2 dan 3.

Adapun pengukuran data dari setiap variabel dalam penelitian ini

berdasarkan Depkes (2008), sebagai berikut:

1. Perilaku konsumsi buah dan sayur

Cara yang dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumsi buah dan

sayur penduduk dilakukan dengan mengumpulkan data frekuensi dan porsi

asupan buah dan sayur pada penduduk Indonesia yaitu berdasarkan pada

kuesioner individu Blok B nomor D31-D34.

Data tersebut dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi

dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk

dikategorikan ‘cukup’ konsumsi buah dan sayur apabila makan buah dan/atau

sayur minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan

‘kurang’ apabila konsumsinya kurang dari ketentuan tersebut (WHO, 2003).

2. Umur

Variabel umur diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga Blok 4 Kolom

5 yang dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada

waktu ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada kalender

Masehi dengan pembulatan ke bawah. Contoh:

a. Jika umurnya kurang dari 1 tahun, dicatat 00 tahun.

b. Jika umur > 97 tahun dicatat 97 tahun.

c. Jika umur responden 27 tahun 9 bulan, dicatat 27 tahun.

Page 75: Panduan Skripsi TA Ku

d. Jika responden tidak tahu pasti umurnya meskipun telah dilakukan probing

atau penyelidikan, dicatat 99 (Depkes, 2008).

Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel hanya penduduk yang

berumur remaja (10 – 24 tahun). Setelah didapatkan data umur, kemudian

dikategorikan menjadi remaja awal (10-19 tahun) dan remaja akhir (20 – 24

tahun) (WHO, 1971 dalam Ruwaidah, 2006).

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga Blok 4 Kolom

4. Dalam menentukan Janis kelamin, peneliti tidak boleh menduga jenis

kelamin seseorang berdasarkan namanya. Untuk lebih meyakinkan, peneliti

menanyakan apakah individu tersebut laki-laki atau perempuan. Misalnya

Endang, bisa laki-laki atau perempuan. Setelah itu, jawaban responden ditulis

di dalam kuesioner Dalam penelitian, setelah diperoleh data jenis kelamin,

penentuan jenis kelamin berdasarkan dikategorikan menjadi laki-laki dan

perempuan (Depkes, 2008)

4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga

Blok 2 Kolom 2 yang dihitung berdasarkan banyaknya Anggota Rumah

Tangga (ART) yang bertempat tinggal di rumah tangga (RT) tersebut, baik

yang berada di rumah tangga pada waktu pencacahan maupun sementara tidak

ada (termasuk kepala rumah tangga). ART yang telah bepergian 6 bulan atau

lebih, dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan

pindah/akan meninggalkan rumah tangga 6 bulan atau lebih tidak dianggap

Page 76: Panduan Skripsi TA Ku

sebagai ART. Orang yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih atau

yang telah tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat tinggal di

rumah tangga tersebut 6 bulan atau lebih dianggap sebagai ART. Pembantu

rumah tangga, sopir, tukang kebun yang tinggal dan makan di rumah

majikannya dianggap sebagai ART majikannya (Depkes, 2008).

Dalam penelitian ini, variabel jumlah anggota keluarga dikategorikan

menjadi keluarga besar (> 4 orang) dan keluarga kecil (≤ 4 orang) (BKKBN,

1992 dalam Mahliawati, 2010).

5. Pendidikan

Variabel pendidikan diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga Blok 4

KOlom 7 dan khusus ditanyakan kepada ART yang berumur ≥10 tahun yaitu

dengan menanyakan tingkat pendidikan tertinggi yang telah dicapai. Setelah

itu, jawaban responden diisi sesuai dengan kode jawaban, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kode Variabel Pendidikan dalam Riskesdas 2007

Kode Keterangan

1 Tidak pernah sekolah, termasuk di dalamnya adalah yang belum sekolah karena belum mencapai usia sekolah.

2 Tidak tamat SD, termasuk tidak tamat Madrasah Ibtidaiyah (MI). 3 Tamat SD, termasuk tamat Madrasah Ibtidaiyah/ Paket A dan tidak

tamat SLTP/ MTs. 4 Tamat SLTP, termasuk tamat Madrasah Tsanawiyah (MTs)/ Paket B

dan tidak tamat SLTA/ MA. 5 Tamat SLTA, termasuk tamat Madrasah Aliyah (MA)/ Paket C, D1,

D3, mahasiswa drop-out. 6 Tamat Perguruan Tinggi, termasuk tamat Strata-1, Strata-2 dan

Strata-3. Sumber: Depkes, 2008

Page 77: Panduan Skripsi TA Ku

Dalam penelitian ini, variabel pendidikan dikategorikan menjadi

pendidikan rendah jika tamat < SMA dan pendidikan tinggi jika tamat ≥ SMA

(Diknas, 2003 dalam Sebastian, 2008).

6. Tingkat Ekonomi Keluarga

Variabel tingkat ekonomi keluarga diukur berdasarkan kuesioner Susenas

2007 Blok 7 Kolom 15 dan 25 yang diadopsi oleh Riskesdas 2007. Menurut

BPS (2007), tingkat ekonomi yaitu status ekonomi keluarga yang diukur

berdasarkan proporsi pengeluaran keluarga rata-rata untuk makanan sebulan

dibandingkan dengan pengeluaran total keluarga sebulan.

Tingkat ekonomi berbanding terbalik dengan tingkat pengeluaran

keluarga untuk makanan, yaitu semakin tinggi tingkat ekonomi maka semakin

rendah tingkat pengeluaran keluarga untuk makanan, dan sebaliknya (BPS,

2002 dalam Hidayati, 2004).

Dalam penelitian ini variabel tingkat ekonomi keluarga dapat

dikategorikan menjadi ekonomi rendah, jika proporsi pengeluaran keluarga

untuk makanan >50% dan tinggi jika pengeluaran keluarga untuk makanan

≤50% (BPS, 2002 dalam Hidayati, 2004).

7. Pekerjaan

Variabel pekerjaan diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga Blok 4

Kolom 8 dan khusus ditanyakan kepada ART yang berumur ≥10 tahun yaitu

dengan menanyakan pekerjaan utama responden atau pekerjaan yang

menggunakan waktu terbanyak responden dan memberikan penghasilan

Page 78: Panduan Skripsi TA Ku

terbesar. Setelah itu, jawaban responden diisi sesuai dengan kode jawaban,

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kode Variabel Pekerjaan dalam Riskesdas 2007

Kode Keterangan

1 Tidak bekerja, termasuk sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

2 Sekolah, yaitu kegiatan bersekolah di sekolah formal baik pada pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi yang di bawah pengawasan Depdiknas, Departemen lain maupun swasta.

3 Mengurus Rumah Tangga, yaitu kegiatan mengurus atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah/gaji.

4 TNI/Polri, bekerja di pemerintahan sebagai angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian.

5 Pegawai Negeri Sipil (PNS), bekerja di pemerintahan sebagai pegawai negeri sipil.

6 Pegawai BUMN yaitu pegawai pemerintah yang non PNS misalnya pegawai Telkom, PLN, PTKA.

7 Pegawai swasta yaitu pekerja yang bekerja pada perusahaan swasta. 8 Wiraswasta/pedagang, yaitu orang yang melakukan usaha dengan

modal sendiri atau berdagang baik sebagai pedagang besar atau eceran. 9 Pelayanan jasa, orang yang bekerja secara mandiri dan mendapatkan

imbalan atas pekerjaannya. Misalnya jasa transportasi seperti sopir taksi, ojek.

10 Petani, yaitu pemilik atau pengolah lahan pertanian, perkebunan yang diolah sendiri atau dibantu oleh buruh tani.

11 Nelayan, orang yang melakukan penangkapan dan atau pengumpulan hasil laut (misalnya ikan).

12 Buruh, yaitu pekerja yang mendapat upah dalam mengolah pekerjaan orang lain (buruh tani, buruh bangunan, buruh angkat angkut, buruh pekerja).

13 Lainnya, apabila tidak termasuk dalam kode 1 s.d 12. Sumber: Depkes, 2008

Dalam penelitian ini, variabel pekerjaan dikategorikan menjadi penduduk

tidak bekerja jika termasuk kode 1 s.d 3 dan penduduk bekerja jika termasuk

kode 4 s.d 13 (Depkes, 2008).

Page 79: Panduan Skripsi TA Ku

8. Tempat tinggal

Variabel tempat tinggal diukur berdasarkan kuesioner rumah tangga Blok

1 Kolom 5 yang dikategorikan menjadi dua yaitu perkotaan dan pedesaan.

Untuk menentukan suatu Kelurahan termasuk daerah perkotaan atau pedesaan,

digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau

nilainya didasarkan kepada tiga variabel, yaitu: kepadatan penduduk,

persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum (BPS, 2007).

Indikator penentuan Kelurahan termasuk perkotaan atau pedesaan dapat dilihat

pada lampiran 4.

Jumlah skor dari ketiga variabel tersebut kemudian digunakan untuk

menentukan apakah suatu Kelurahan termasuk daerah perkotaan atau

pedesaan. Kelurahan dengan skor gabungan < 10 termasuk pedesaan,

sedangkan Kelurahan dengan skor gabungan ≥ 10 termasuk perkotaan (BPS,

2007).

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data sekunder hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Depkes RI

tahun 2007. Data yang diperoleh dan dianalisis dari Riskesdas 2007 yaitu data

perilaku konsumsi buah dan sayur, umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga,

pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi keluarga dan tempat tinggal.

Adapun pengumpulan data yang dilakukan oleh Riskesdas 2007

dilaksanakan setelah selesainya pengumpulan data Susenas 2007. Kemudian

Page 80: Panduan Skripsi TA Ku

Depkes menyusun daftar propinsi, koordinator wilayah dan jadwal pengumpulan

data per wilayah di seluruh Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara kepada responden menggunakan kuesioner rumah tangga maupun

individu.

Pengorganisasian dalam pengumpulan data Riskesdas melibatkan berbagai

unsur Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, perguruan tinggi

setempat dan para pengumpul data yang telah mendapat pelatihan/etika

melakukan penelitian serta dapat mempertanggung jawabkan hasil penelitian

yang dilakukan.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputerisasi statistik

dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data dari

kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data biasanya dilakukan

pengecekan ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai

kelogisan serta konsistensinya.

2. Transformasi Data/Recode

Setelah dilakukan pembersihan data, maka dilakukan transformasi data

berupa pengkodean ulang/recode terhadap variabel sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasikan data yang diperoleh

sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 81: Panduan Skripsi TA Ku

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, bivariat dan

multivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi atau

distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel

dependen (perilaku konsumsi buah dan sayur) dan variabel independen (umur,

jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, tingkat

ekonomi keluarga dan tempat tinggal).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam

penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji chi square

karena variabel dependen dan independen berbentuk kategorik. Adapun rumus

uji chi-square yaitu:

X2 = ∑ (O – E)2 E

dF = (k – 1)(b – 1) Keterangan:

X2 = Chi Square

O = Nilai observasi

E = Nilai ekspektasi

k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Page 82: Panduan Skripsi TA Ku

Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai

p≤0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan

dependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini,

semua variabel independen terdiri dari dua kategori, maka nilai p dapat dilihat

dari nilai pearson pada uji chi-square.

Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan

independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilai

OR<1 artinya variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabel

dependen dan jika OR>1 artinya variabel independen sebagai faktor risiko

terhadap variabel dependen.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk diketahui variabel independen mana

yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Analisis

multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda

karena variabel independen dan dependen berbentuk kategorik. Uji ini

menggunakan model prediksi karena semua variabel independen dianggap

sama penting, sehingga proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa

koefisien regresi logistik sekaligus.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis multivariat menurut

Sujianto (2007), sebagai berikut:

Page 83: Panduan Skripsi TA Ku

1. Lakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen dan

dependen. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p ≤ 0,25 maka variabel

tersebut masuk dalam kandidat model multivariat. Namun, jika nilai p >

0,25 dan secara substansi memiliki pengaruh maka variabel tersebut tetap

dimasukkan ke dalam kandidat model multivariat.

2. Selanjutnya variabel yang masuk kandidat model dianalisis secara

bersamaan. Variabel yang masuk ke dalam model adalah yang memiliki p

≤ 0,05. Sedangkan yang memiliki p > 0,05 dikeluarkan dari model secara

bertahap mulai dari variabel yang memiliki pvalue paling besar.

3. Setelah didapatkan variabel yang masuk model multivariat, dilakukan uji

interaksi untuk melihat kemungkinan adanya interaksi antar variabel

independen yang masuk ke dalam model. Penentuan variabel interaksi

dilakukan atas pertimbangan substansi ilmiah. Bila variabel interaksi

mempunyai p ≤ 0,05 berarti terdapat interaksi diantara variabel tersebut

dan perlu dimasukkan dalam model akhir.

4. Setelah dilakukan uji interaksi, maka didapatkan model fit (akhir) dari

setiap variabel independen yang berpengaruh besar terhadap variabel

dependen.

Page 84: Panduan Skripsi TA Ku

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

Analisis univariat manggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.

1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan perilaku konsumsi

buah dan sayur di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur di Indonesia tahun 2007

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

n Persen CI %

Kurang (<5 porsi/hari) Cukup (≥5 porsi/hari)

242346 14037

94,5 5,5

0,944 – 0,946 0,053 – 0,055

Total 256383 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar remaja memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang

kurang yaitu sebesar 94,5% sedangkan remaja yang memiliki perilaku

konsumsi buah dan sayur yang cukup hanya 5,5%.

2. Umur

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan kelompok umur di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Page 85: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Kelompok Umur

di Indonesia tahun 2007

Kelompok Umur n Persen CI % Remaja Awal (10-19 tahun) Remaja Akhir (20-24 tahun)

185658 70725

72,4 27,6

0,722 – 0,725 0,274 – 0,277

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia

yang termasuk kelompok umur remaja awal sebesar 72,4% dan kelompok

umur remaja akhir sebesar 27,6%.

3. Jenis Kelamin

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan jenis kelamin di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin

di Indonesia tahun 2007

Jenis Kelamin n Persen CI % Laki-laki Perempuan

127707 128676

49,8 50,2

0,496 – 0,500 0,499 – 0,503

Total 256383 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 49,8% dan perempuan sebesar 50,2%.

4. Jumlah Anggota Keluarga

Berikut ini gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan jumlah

anggota keluarga di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

Page 86: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

di Indonesia tahun 2007

Jumlah Anggota Keluarga n Persen CI %

Besar (>4 orang) Kecil (≤4 orang)

208086 48297

81,2 18,8

0,810 – 0,813 0,186 – 0,189

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar remaja memiliki jumlah anggota keluarga yang besar yaitu

sebesar 81,2% dan yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil hanya 18,8%.

5. Pendidikan

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan tingkat pendidikan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Indonesia tahun 2007

Tingkat Pendidikan n Persen CI % Rendah (<SMA) Tinggi (≥SMA)

211291 45092

82,4 17,6

0,822 – 0,825 0,174 – 0,177

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar tingkat pendidikan remaja tergolong rendah yaitu sebesar

82,4% sedangkan remaja dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 17,6%.

6. Pekerjaan

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan status pekerjaan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Page 87: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Status Pekerjaan

di Indonesia tahun 2007

Status Pekerjaan n Persen CI % Tidak bekerja Bekerja

181448 74935

70,8 29,2

0,705 – 0,709 0,290 – 0,294

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar remaja tidak bekerja yaitu sebesar 70,8%, sedangkan remaja

yang bekerja sebesar 29,2%.

7. Tingkat Ekonomi Keluarga

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan tingkat ekonomi

keluarga di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tingkat Ekonomi Keluarga

di Indonesia tahun 2007

Tingkat Ekonomi Keluarga

n Persen CI %

Rendah Tinggi

217114 39269

84,7 15,3

0,845 – 0,848 0,151 – 0,154

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar remaja memiliki tingkat ekonomi keluarga yang rendah yaitu

sebesar 84,7% sedangkan remaja yang memiliki tingkat ekonomi keluarga

tinggi hanya sebesar 15,3%.

Page 88: Panduan Skripsi TA Ku

8. Tempat Tinggal

Gambaran distribusi frekuensi remaja berdasarkan lokasi tempat tinggal

di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Tempat Tinggal

di Indonesia tahun 2007

Tempat Tinggal n Persen CI % Perkotaan Pedesaan

94694 161689

36,9 63,1

0,367 – 0,371 0,628 – 0,632

Total 256383 100 Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 256383 remaja di Indonesia,

sebagian besar remaja bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar

63,1% dan yang bertempat tinggal di perkotaan sebesar 36,9%.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang dilakukan dengan menggunakan uji

chi square. Dikatakan berhubungan secara signifikan jika didapatkan nilai p ≤

0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara signifikan jika diperoleh nilai p >

0,05. Adapun hasil analisis bivariat dalam penelitian ini, antara lain:

1. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara umur dengan perilaku konsumsi buah dan

sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:

Page 89: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Kelompok Umur Remaja dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Kelompok Umur

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p

value Kurang Cukup n % n % n %

Remaja Awal 176061 94,8 9597 5,2 185658 100 1,228 (1,184 – 1,274)

0,0000 Remaja Akhir 66285 93,7 4440 6,3 70725 100

Berdasarkan tabel 5.10, diketahui bahwa kelompok umur remaja awal

yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,8%, sedangkan

kelompok umur remaja akhir yang yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya

kurang sebesar 93,7%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara

kelompok umur remaja dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan

berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,228 (1,184 – 1,274),

artinya pada kelompok umur remaja awal (10-19 tahun) mempunyai peluang

1,228 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan

dengan kelompok umur remaja akhir (20-24 tahun).

2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut

ini:

Page 90: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Jenis Kelamin

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p

value Kurang Cukup n % n % n %

Laki-laki 121020 94,8 6687 5,2 127707 100 1,096 (1,059 – 1,134)

0,0000 Perempuan 121326 94,3 7350 5,7 128676 100

Berdasarkan tabel 5.11, diketahui bahwa remaja berjenis kelamin laki-

laki yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,8% dan

tidak jauh berbeda dengan remaja yang berjenis kelamin perempuan yang

perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 94,3%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,096 (1,059 – 1,134), artinya remaja

yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1,096 kali untuk

berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja

yang berjenis kelamin perempuan.

3. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel

5.12 berikut ini:

Page 91: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Jumlah Anggota Keluarga

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

(95% CI) p value

Kurang Cukup n % n % n %

Besar 196843 94,6 11243 5,4 208086 100 1,075 (1,030 – 1,121)

0,0009 Kecil 45503 94,2 2794 5,8 48297 100

Berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa remaja dengan jumlah anggota

keluarga yang besar (>4 orang) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya

kurang sebesar 94,6%, sedangkan remaja dengan jumlah anggota keluarga

kecil (≤ 4 orang) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar

94,2%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0009 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah

anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan

berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,075 (1,030 – 1,121),

artinya remaja dengan jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai

peluang 1,075 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur

dibandingkan dengan remaja yang jumlah anggota keluarganya kecil.

4. Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel

5.13 berikut ini:

Page 92: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Pendidikan

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p value

Kurang Cukup n % n % n %

Rendah 200642 95,0 10649 5,0 211291 100 1,530 (1,470 – 1,593)

0,0000 Tinggi 41704 92,5 3388 7,5 45092 100

Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa remaja dengan tingkat

pendidikan rendah yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar

95,0%, sedangkan remaja yang tingkat pendidikannya tinggi yang memiliki

perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 92,5%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Sedangkan

berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,530 (1,470 – 1,593),

artinya remaja yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 1,530 kali

untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan

remaja yang berpendidikan tinggi.

5. Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara status pekerjaan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut

ini:

Page 93: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah

dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Status Pekerjaan

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p

value Kurang Cukup n % n % n %

Tidak bekerja 171722 94,6 9726 5,4 181448 100 1,077 (1,038 – 1,118)

0,0001 Bekerja 70624 94,2 4311 5,8 74935 100

Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa remaja yang tidak bekerja yang

memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sebesar 94,6% dan

jumlahnya tidak jauh berbeda dengan remaja yang bekerja dan memiliki

perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebesar 94,2%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0001 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara status

pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Sedangkan

berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,077 (1,038 – 1,118),

artinya remaja yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,077 kali untuk

berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja

yang sudah bekerja.

6. Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel

5.15 berikut ini:

Page 94: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Tingkat Ekonomi Keluarga

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p

value Kurang Cukup n % n % n %

Rendah 206259 95,0 10855 5,0 217114 100 1,675 (1,608 – 1,745)

0,0000 Tinggi 36087 91,9 3182 8,1 39269 100

Berdasarkan tabel 5.15, diketahui bahwa remaja dengan tingkat ekonomi

keluarga rendah yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang

sebesar 95,0%, sedangkan remaja dengan tingkat ekonomi keluarga tinggi

yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebesar

91,9%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan

berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,675 (1,608 – 1,745),

artinya remaja yang tingkat ekonomi keluarganya rendah mempunyai peluang

1,675 kali untuk berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan

dengan remaja dengan tingkat ekonomi keluarga yang tinggi.

7. Hubungan antara Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Hasil analisis bivariat antara tempat tinggal dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut

ini:

Page 95: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi

Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia tahun 2007 (n = 256383)

Tempat Tinggal

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Total OR

95% CI p value

Kurang Cukup n % n % n %

Perkotaan 88256 93,2 6438 6,8 94694 100 0,676 (0,653 – 0,699)

0,0000 Pedesaan 154090 95,3 7599 4,7 161689 100

Berdasarkan tabel 5.16, diketahui bahwa remaja yang bertempat tinggal

di daerah perkotaan yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayurnya

kurang yaitu sebesar 93,2%, sedangkan remaja yang bertempat tinggal di

daerah pedesaan yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar

95,3%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat

diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tempat

tinggal dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan

perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,676 (0,653 – 0,699). Karena

diperoleh nilai OR kurang dari 1, maka dapat diartikan adanya efek protektif

untuk terjadinya perilaku konsumsi buah dan sayur yang kurang pada remaja

yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan remaja yang tinggal di

daerah pedesaan.

C. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel paling dominan

yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

Page 96: Panduan Skripsi TA Ku

Indonesia. Analisis yang dilakukan menggunakan uji regresi logistik berganda

dengan model prediksi yaitu dengan cara menseleksi setiap variabel independen.

Tahapan analisis multivariat yang dilakukan sebagai berikut:

1. Pemilihan Variabel Kandidat yang akan Masuk Model

Pada penelitian ini terdapat 7 variabel yang diduga berpengaruh

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja yaitu umur, jenis

kelamin, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi

keluarga dan tempat tinggal.

Untuk memilih kandidat model, semua variabel independen tersebut

terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Setelah

melalui analisis bivariat, variabel dengan nilai p ≤ 0,25 dapat masuk ke dalam

kandidat model multivariat dan jika p > 0,25 namun secara substansi

mempunyai kemaknaan juga dapat dimasukkan sebagai kandidat model. Hasil

analisis bivariat antara variabel independen dengan variabel dependen dapat

dilihat pada tabel 5.18 berikut ini.

Tabel 5.18

Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dan Dependen

No Variabel p value 1 Umur 0,0000 2 Jenis Kelamin 0,0000 3 Jumlah Anggota Keluarga 0,0009 4 Pendidikan 0,0000 5 Pekerjaan 0,0001 6 Tingkat Ekonomi Keluarga 0,0000 7 Tempat Tinggal 0,0000

Page 97: Panduan Skripsi TA Ku

Berdasarkan tabel 5.18, diketahui bahwa semua variabel memiliki p ≤

0,25, maka semua variabel independen tersebut dapat masuk sebagai variabel

kandidat model multivariat.

2. Pembuatan Model Prediksi Penentu Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Setelah mendapatkan kandidat model, selanjutnya variabel yang masuk

dalam kandidat model dianalisis secara bersamaan terhadap variabel

dependen. Kemudian variabel yang masuk ke dalam model berikutnya adalah

variabel yang memiliki p value ≤ 0,05. Variabel yang memiliki p value > 0,05

dikeluarkan secara bertahap mulai dari yang paling besar. Hasil pemodelan

multivariat dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini:

Tabel 5.19 Tahap Pemodelan Prediksi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Berdasarkan tabel 5.19, diketahui bahwa ada lima variabel yang tersisa

pada model 4 yaitu variabel yang memiliki p ≤ 0,05, yaitu umur, jenis

kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga dan tempat tinggal. Kelima

variabel tersebut menunjukkan ada hubungan signifikan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur. Sedangkan dua variabel lainnya yaitu pekerjaan dan

jumlah anggota keluarga dikeluarkan dari model karena memiliki p > 0,05.

Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Umur 0,015 0,005 0,005 Jenis Kelamin 0,000 0,000 0,000 Jumlah Anggota Keluarga 0,250 0,250 - Pendidikan 0,000 0,000 0,000 Pekerjaan 0,942 - - Tingkat Ekonomi Keluarga 0,000 0,000 0,000 Tempat Tinggal 0,000 0,000 0,000

Page 98: Panduan Skripsi TA Ku

3. Uji Interaksi

Uji interaksi digunakan untuk mengetahui interaksi antar variabel

independen yang masuk model multivariat. Dalam uji interaksi, pemilihan

variabel yang berinteraksi berdasarkan substansi ilmiah. Dalam penelitian ini,

terdapat perbedaan metode pengambilan sampel yang digunakan oleh

Riskesdas. Pada data Riskesdas, variabel umur, jenis kelamin, pendidikan dan

tempat tinggal merupakan data individu, sedangkan variabel tingkat ekonomi

keluarga merupakan data rumah tangga, sehingga tidak dapat dilakukan uji

interaksi antar variabel tersebut. Sebagai contoh, umur produktif akan

cenderung meningkatkan tingkat ekonomi, namun karena variabel umur

diukur berdasarkan data individu sedangkan variabel tingkat ekonomi

berdasarkan data rumah tangga, maka tidak dapat dilakukan uji interaksi antar

variabel tersebut.

4. Penyusunan Model Akhir (Model Fit)

Setelah dilakukan analisis, ternyata variabel umur, jenis kelamin,

pendidikan, tingkat ekonomi keluarga dan tempat tinggal merupakan faktor

peluang utama terjadinya perilaku kurang konsumsi buah dan sayur pada

remaja, maka model akhirnya dapat dilihat pada tabel 5.21 sebagai berikut.

Page 99: Panduan Skripsi TA Ku

Tabel 5.21 Model Akhir Analisis Multivariat

R square = 0,357 p = 0,000 Berdasarkan tabel di atas, diketahui hasil analisis multivariat pada

variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga dan

tempat tinggal terbukti berhubungan secara signifikan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja.

Berdasarkan tabel tersebut juga dapat diketahui nilai OR (Odds Ratio)

tiap variabel dan yang paling besar adalah variabel tingkat ekonomi keluarga.

OR tingkat ekonomi keluarga yaitu sebesar 1,429 artinya remaja dengan

tingkat ekonomi keluarga rendah akan cenderung untuk berperilaku kurang

konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang tingkat ekonomi

keluarganya tinggi setelah dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin,

pendidikan dan tempat tinggal.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat ekonomi keluarga

adalah faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur karena memiliki nilai OR (1,429) paling besar diantara

variabel lainnya.

Variabel B Wald P wald OR (95% CI) Umur 0,062 5,800 0,002 1,067 (1,023 – 1,112) Jenis Kelamin 0,075 18,644 0,000 1,079 (1,042 – 1,116) Pendidikan 0,268 123,104 0,000 1,307 (1,246 – 1,370) Tingkat Ekonomi Keluarga 0,356 246,580 0,000 1,429 (1,366 – 1,495) Tempat Tinggal -0,248 170,873 0,000 0,781 (0,752 – 0,811) Constant -2,882 2,251 0,000

Page 100: Panduan Skripsi TA Ku

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu karena penelitian ini

menggunakan data sekunder dari Departemen Kesehatan RI, dimana dalam

penelitian Riskesdas tidak didisain secara khusus untuk meneliti masalah gizi,

seperti tentang perilaku konsumsi buah dan sayur, namun didisain untuk meneliti

masalah kesehatan secara umum, sehingga variabel yang digunakan dalam

penelitian ini terbatas pada variabel yang ada pada data sekunder tersebut.

Sedangkan variabel lain yang terdapat pada kerangka teori namun tidak terdapat

pada data Riskesdas, tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

Perilaku konsumsi buah dan sayur adalah suatu kegiatan atau aktivitas

individu untuk memenuhi kebutuhan akan buah dan sayur agar terpenuhi

kecukupan gizi. Adapun kecukupan konsumsi buah dan sayur dihitung

berdasarkan frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur dalam sehari

selama seminggu (Depkes, 2008).

Menurut WHO (2003), konsumsi buah dan sayur dianggap ‘cukup’ apabila

asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap

‘kurang’ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. Angka

kecukupan tingkat dunia ternyata tidak jauh berbeda dengan kecukupan yang

Page 101: Panduan Skripsi TA Ku

dianjurkan di Indonesia, yaitu menurut Almatsier (2003), konsumsi buah yang

dianjurkan sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari sedangkan porsi

sayuran yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sehari.

Jika dijumlahkan kurang lebih 5 porsi buah dan sayur per hari.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia

memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang kurang (<5 porsi sehari) yaitu

sebesar 94,5%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Susenas (2004), yang menyatakan bahwa persentase ‘kurang’

konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia sebesar 83,6%. Hal ini berarti

dalam kurun waktu 3 tahun terjadi peningkatan jumlah remaja yang kurang

konsumsi buah dan sayur sebesar 10,9%. Tingginya angka kurang konsumsi buah

dan sayur pada remaja ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat

berdampak pada kesehatan remaja di masa yang akan datang.

Buah dan sayur seringkali dianggap sebagai bahan makanan yang tidak

bergengsi untuk dikonsumsi sehingga remaja cenderung tidak mengonsumsi buah

dan sayur, justru remaja lebih memilih bahan makanan lainnya seperti makanan

cepat saji. Hal ini sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Mudjianto (1994),

bahwa buah dan sayur bukanlah makanan yang dianggap bergengsi (prestige) jika

dibandingkan dengan bahan makanan cepat saji (fast food) yang sedang trend di

kalangan remaja saat ini. Selanjutnya, menurut Brown (2005), dari segi

kepraktisan, remaja akan lebih memilih mengonsumsi fast food dibanding buah

dan sayur karena terbatasnya waktu dan tingginya tingkat kesibukan yang mereka

miliki seperti kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.

Page 102: Panduan Skripsi TA Ku

Selain itu, budaya pada masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa

dalam sekali makan cukup dengan mengonsumsi makanan pokok dan lauk saja,

sedangkan sayur dan buah hanya dianggap sebagai makanan tambahan, bukan

sebagai makanan utama yang harus dipenuhi dan dikonsumsi setiap hari. Hal ini

sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Sekarindah (2008), bahwa budaya turut

berperan besar terhadap kebiasaan makan masyarakat.

Sedangkan menurut Mc William (1993) dalam Bahria (2001), remaja

cenderung akan memilih makanan apapun yang tersedia ketika mereka lapar dan

tidak terlalu memperhatikan kebutuhan gizi dari bahan makanan yang

dikonsumsi. Hal ini tentu akan berdampak tidak baik, karena remaja akan berisiko

kekurangan zat gizi yang penting seperti serat yang terkandung pada buah dan

sayur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia

kurang mengonsumsi buah dan sayur, padahal buah dan sayur merupakan

makanan sehat dan bergizi. Seperti dipaparkan oleh Silalahi (2006), buah dan

sayur kaya akan nutrisi seperti mengandung tinggi serat, antioksidan, vitamin,

asam folat, mineral, dan tidak mengandung lemak maupun kolesterol sehingga

sangat baik dikonsumsi demi menjaga kesehatan.

Selain itu, Indonesia merupakan Negara yang kaya akan produksi buah dan

sayur. Hal ini sesuai dengan pendapat Wirakusumah (1998) dalam Wulansari

(2009), bahwa berdasarkan letak geografis Indonesia yang terletak di Asia

Tenggara, produksi buah dan sayur di Indonesia berlimpah hampir sepanjang

tahun. Bahkan beberapa buah hanya dijumpai di Indonesia, sehingga seharusnya

Page 103: Panduan Skripsi TA Ku

buah sering dikonsumsi untuk menambah zat gizi pada susunan menu makan.

Begitupun dengan sayur, yang merupakan salah satu sumberdaya hayati yang

banyak terdapat di Indonesia, mudah diperoleh, harganya relatif murah serta kaya

vitamin dan mineral.

Jika remaja di Indonesia kekurangan konsumsi buah dan sayur dalam waktu

yang terus-menerus, maka akan berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif

(penyakit akibat pola makan yang tidak sehat). Hal ini sesuai dengan teori WHO

(2003), bahwa masyarakat yang kurang konsumsi buah dan sayur, maka akan

meningkatkan risiko terjadinya perkembangan penyakit degeneratif seperti

obesitas, PJK (Penyakit Jantung Koroner), diabetes, hipertensi, ambeyen, kanker

usus besar dan lain-lain.

Laporan WHO (2003), juga menyebutkan bahwa orang yang konsumsi buah

dan sayurnya rendah (kurang dari 1,5 porsi/hari) akan 30% lebih tinggi terkena

penyakit jantung atau stroke dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 8

kali/hari atau lebih. Selain itu, risiko terkena penyakit jantung akan meningkat

sebesar 31% dan stroke meningkat 11% yang disebabkan oleh kurangnya asupan

buah dan sayur di dalam tubuh.

Dalam penelitian Hung et al (2004) dalam Bahria (2009) terhadap 110.000

pria dan wanita selama 14 tahun (Harvard-based Nurses’ Health study and

Health Professionals Follw-up Study) menunjukkan bahwa rata-rata orang yang

mengonsumsi buah dan sayur dengan cukup dapat menurunkan perkembangan

penyakit kardiovaskuler. Penelitian Takachi et al (2008) dan Wright et al (2008)

juga mengungkapkan hal yang sama yaitu dengan meningkatkan konsumsi buah

Page 104: Panduan Skripsi TA Ku

dan sayur dapat menurunkan peluang terjadinya kanker dan penyakit

kardiovaskular lainnya. Menurut Verr et al (1999) bahwa angka kematian akibat

penyakit kardiovaskuler di Netherlands dapat dicegah sekitar 6-28% dengan

peningkatan konsumsi buah dan sayur 1-2 kali/hari. Bebarapa hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa buah dan sayur merupakan salah satu bahan

makanan yang penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tetap sehat.

Buah dan sayur memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh

manusia. Seperti diuraikan oleh Almatsier (2003), bahwa dengan mengonsumsi

buah dan sayur dalam jumlah yang cukup dapat mengontrol kadar kolesterol

darah sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif dan bagi

remaja serta membantu proses pertumbuhan pada remaja. Oleh karena itu, sejak

dini diharapkan setiap orang dapat menerapkan pola makan yang seimbang dan

sehat, khususnya pada masa anak-anak dan remaja karena pada masa tersebut

merupakan awal mengadopsi perilaku diet yang cenderung akan menetap pada

masa dewasa sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatannya di masa depan.

Seperti kata bijak, mencegah lebih baik daripada mengobati.

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur

1. Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Umur memiliki peran penting dalam menentukan pilihan makanan

seseorang dan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu. Menurut

Worthington (2000), pada saat seseorang masih bayi, ia tidak mempunyai

Page 105: Panduan Skripsi TA Ku

pilihan terhadap apa yang akan dimakan, namun ketika seseorang tumbuh

menjadi remaja dan dewasa, orang tersebut mulai mengontrol apa yang mereka

makan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

merupakan kelompok umur remaja awal yaitu 72,4%, sedangkan kelompok

umur remaja akhir hanya 27,6%. Lebih banyaknya jumlah sampel yang

termasuk kelompok umur remaja awal yaitu karena interval umur antara

remaja awal (10–19 tahun) dan remaja akhir (20–24 tahun), lebih besar pada

kelompok umur remaja awal sehingga jumlah sampel pada remaja awal lebih

banyak dibandingkan dengan remaja akhir.

Berdasarkan analisis bivariat antara variabel umur dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang perilaku

konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada kelompok umur remaja

awal daripada remaja akhir. Hal ini sesuai dengan teori Moore (1997) yang

menyatakan bahwa semakin dewasa usia seseorang, maka akan cenderung

mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara umur dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rita (2002), yang

menemukan bahwa faktor umur berhubungan dengan perilaku konsumsi buah

dan sayur serta berperan terhadap preferensi/kesukaan terhadap konsumsi

pangan, termasuk buah dan sayur. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk

estimate, diketahui bahwa kelompok umur remaja awal mempunyai peluang

Page 106: Panduan Skripsi TA Ku

1,228 kali untuk memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang kurang

dibandingkan dengan kelompok umur remaja akhir.

Berdasarkan hasil uji multivariat juga menunjukkan bahwa umur

berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur setelah dikontrol

dengan jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga dan tempat

tinggal. Dari lima variabel yang berhubungan, umur menempati urutan

keempat setelah tingkat ekonomi, pendidikan dan jenis kelamin karena nilai

OR variabel umur lebih rendah daripada variabel tingkat ekonomi keluarga,

pendidikan dan jenis kelamin. Semakin besar nilai OR maka akan semakin

besar hubungan faktor tersebut dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja .

Kecukupan konsumsi buah dan sayur pada kelompok umur remaja

sangat penting karena memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Silalahi (2006), yaitu kebutuhan remaja terkait

konsumsi buah dan sayur harus tercukupi, karena buah dan sayur merupakan

sumber vitamin dan mineral serta sebagai penetral kadar kolesterol darah

terutama yang berasal dari pangan hewani. Maka, dengan mengonsumsi buah

dan sayur dalam jumlah cukup, kadar kolesterol dapat terkontrol.

Selain itu, pentingnya mengonsumsi buah dan sayur yang cukup bagi

remaja, karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan

banyak tambahan gizi. Hal ini sebagaimana diuraikan oleh Riyadi (2001)

dalam Wulansari (2009), bahwa semua golongan umur membutuhkan

konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup, khususnya remaja,

Page 107: Panduan Skripsi TA Ku

karena pada masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan kematangan

manusia serta sebagai upaya pencegahan terhadap timbulnya masalah-masalah

kesehatan di masa yang akan dating.

Pada masa remaja juga seringkali dipengaruhi oleh teman sebaya

sehingga turut berperan dalam perilaku konsumsi remaja. Hal ini sesuai teori

yang diuraikan oleh Barker (2002), yaitu saat seseorang berumur remaja,

pengaruh teman sebaya sangat kuat dalam menentukan perilaku konsumsi dan

pemilihan makanan yang seringkali menyebabkan pengabaian terhadap

kebutuhan gizi. Sedangkan menurut Mudjianto (1994), remaja lebih senang

mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan kolesterol

dibandingkan dengan mengonsumsi buah dan sayur yang menyehatkan,

karena makanan cepat saji tersebut dianggap sebagai makanan modern dan

bergengsi.

Perilaku konsumsi remaja saat ini cenderung mengonsumsi makanan

yang tidak sehat seperti fast food dibanding mengonsumsi buah dan sayur,

padahal buah dan sayur lebih sehat dibanding fast food. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wulansari (2009), bahwa tidak dapat dipungkiri pola makan usia

remaja lebih mengarah pada makan dengan persentase kalori yang tinggi

karbohidrat, protein dan lemak, sedangkan asupan vitamin dan mineral

khususnya yang berasal dari buah dan sayur cenderung kurang.

Oleh karena itu, sebaiknya dalam pembentukan kebiasaan mengonsumsi

makanan yang sehat seperti buah dan sayur dimulai sedini mungkin, karena

hal tersebut akan melekat sampai usia dewasa. Dalam pembentukan kebiasaan

Page 108: Panduan Skripsi TA Ku

makan anak dan remaja, peran orang tua sangat penting dalam memberi

pengarahan dan mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya.

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Jenis kelamin dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan

dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian ini menunjukkan

remaja yang berjenis kelamin laki-laki (49,2%) dan perempuan (50,2%)

jumlahnya tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan sampel

oleh Riskesdas, jumlah sampel yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

hampir sama.

Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang perilaku

konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja yang berjenis

kelamin laki-laki. Hal ini selaras dengan penelitian Milligan et al (1998) di

Australia yang menyebutkan bahwa masyarakat yang berjenis kelamin

perempuan lebih tinggi (4,1%) mengonsumsi 2 buah/hari dan sayuran 5

kali/hari dibanding dengan laki-laki (2,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan

signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Reynold (1999) pada orang muda American-Indian dan Alaska-Native yang

menemukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap konsumsi buah dan

sayur. Hal ini diartikan bahwa secara umum laki-laki lebih banyak

Page 109: Panduan Skripsi TA Ku

mengonsumsi makanan yang tinggi kalori namun lebih sedikit konsumsi buah

dan sayur dibandingkan perempuan, karena adanya perbedaan jenis kegiatan

serta besar dan susunan tubuhnya sehingga kebutuhan konsumsinya berbeda.

Perbedaan jenis kelamin juga berperan dalam menentukan kebutuhan

gizi masing, biasanya kebutuhan gizi lebih besar pada jenis kelamin laki-laki

daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Worthington (2000), yang

menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin juga akan menentukan besar

kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan

perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-

laki memiliki tubuh lebih besar sehingga kebutuhan gizinya pun lebih besar.

Selain itu, dalam pergaulan sehari-hari, perempuan lebih memperhatikan

body image (citra tubuh) dibanding laki-laki, sehingga mengurangi konsumsi

makanan tinggi lemak dan karbohidrat, serta lebih memilih mengonsumsi

buah dan sayur agar berat badannya tetap ideal. Hal ini seseuai dengan

pedapat Rice (2001) dalam Melliana (2006) dan juga sesuai dengan tori

Barker (2002), bahwa citra tubuh bagi wanita sangat penting sehingga banyak

dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makannya yang

tinggi lemak dan karbohidrat agar tampak sempurna postur tubuhnya.

Berdasarkan hasil uji multivariate, juga diperoleh bahwa jenis kelamin

berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur setelah dikontrol

dengan variabel umur, tingkat ekonomi, pendidikan dan tempat tinggal. Hal

ini dapat diartikan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur serta menunjukan adanya kecenderungan perbedaan

Page 110: Panduan Skripsi TA Ku

tingkat konsumsi buah dan sayur antara remaja yang berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan.

Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diketahui bahwa

remaja yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1,096 kali untuk

memiliki perilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan

remaja perempuan. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Centers

for Disease and Prevention (2005) dalam Bahria (2009), bahwa jumlah

perempuan yang mengonsumsi buah antara 3 hingga 5 kali sehari lebih tinggi

dibanding pria. Dengan kata lain bahwa remaja yang berjenis kelamin laki-

laki akan cenderung lebih sedikit mengonsumsi buah dan sayur dibanding

perempuan.

Alasan lain yang menyebabkan tingkat konsumsi buah dan sayur pada

laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan yaitu pada remaja laki-laki

cenderung tidak menyukai makanan ringan/tidak mengenyangkan karena

tingkat aktivitas fisiknya lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Dewi (1997) dalam Wulansari (2009), bahwa laki-laki lebih

menyukai makanan yang mengenyangkan sehingga asupan makanan pada

laki-laki cenderung lebih tinggi karbohidrat dan lemak dibanding buah dan

sayur.

3. Huubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang

bertempat tinggal di rumah tangga tersebut (Depkes, 2008). Jumlah anggota

Page 111: Panduan Skripsi TA Ku

keluarga diduga sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja. Dalam penelitian ini, sebagian besar

remaja memiliki jumlah anggota keluarga yang besar yaitu 81,2%, sedangkan

remaja dengan jumlah anggota keluarga kecil hanya 18,8%. Lebih banyaknya

remaja yang memiliki jumlah anggota keluarga besar, karena pada sampel

Riskesdas, sebagian besar kepala keluarga memiliki anak lebih dari dua,

sehingga jumlah anggota keluarga >4 orang dan termasuk keluarga besar.

Berdasarkan analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang

perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja

dengan jumlah anggota keluarga besar. Hal ini berarti bahwa semakin banyak

jumlah anggota keluarga maka akan semakin besar pangan yang dikonsumsi

dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibanding

keluarga dengan jumlah sedikit (Srimaryani, 2010).

Selain itu, semakin besar jumlah anggota maka kebutuhan pangan akan

meningkat, apabila jumlah pangan yang tersedia terbatas, maka asupan

makanan yang diterima oleh setiap anggota keluarga akan terbatas pula. Hal

ini sesuai dengan teori Suhardjo (2006), yaitu besarnya jumlah anggota

keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga

tersebut sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi

pangan untuk setiap individu akan semakin berkurang.

Berdasarkan hasil uji statistik secara bivariat menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan

Page 112: Panduan Skripsi TA Ku

perilaku konsumsi buah dan sayur. Namun, ketika variabel jumlah anggota

keluarga dilakukan analisis multivariat, hasilnya menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah

dan sayur.

Dengan demikian pengaruh variabel jumlah anggota keluarga tertutup

oleh variabel lainnya yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tingkat

ekonomi keluarga dan tempat tinggal yang di analisis secara multivariat.

Sehingga dapat diasumsikan bahwa remaja yang memiliki jumlah anggota

keluarga kecil dan tidak termasuk kelompok berisiko dari variabel lainnya,

maka hal tersebut akan memicu remaja untuk mengonsumsi buah dan sayur

dalam jumlah yang cukup.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pratiwi (2006) dan

Wulansari (2009), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara keluarga kecil maupun besar terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur. Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

Srimaryani (2010), yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur individu menunjukkan hubungan yang

signifikan.

Tidak berhubungannya variabel jumlah anggota keluarga dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur dapat diasumsikan karena yang

menyebabkan seseorang mengonsumsi buah dan sayur tidak hanya faktor

jumlah anggota keluarga, tetapi ada faktor lain seperti faktor ketersediaan

pangan. Menurut Neumark Stainer et al (2003) dalam Bahria (2009),

Page 113: Panduan Skripsi TA Ku

dikatakan bahwa perilaku konsumsi buah dan sayur dalam keluarga akan

meningkat apabila didukung dengan ketersediaan bahan makanan. Dapat

disimpulkan bahwa walaupun remaja memiliki jumlah anggota keluarga kecil,

namun jika ketersediaan buah dan sayur tidak mencukupi, maka mereka akan

tetap kekurangan dalam mengonsumsi buah dan sayur.

Selain itu, jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi

pengeluaran keluarga untuk makanan atau tingkat ekonomi keluarga tersebut.

Dengan peningkatan jumlah anggota keluarga maka tingkat pengeluaran

keluarga untuk makanan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori

Suhardjo (2006), bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya kurang

tercukupi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa walaupun keluarga tersebut

memiliki jumlah anggota keluarga kecil, namun jika tingkat ekonominya

rendah, maka kebutuhan akan bahan makanan termasuk buah dan sayur akan

kurang tercukupi.

Menurut Sediaoetama (2006), pengaturan pengeluaran untuk makanan

sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini

menyebabkan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi anggota

keluarga tidak mencukupi kebutuhan, termasuk kebutuhan akan konsumsi

buah dan sayur. Selain dalam hal konsumsi makanan, besar keluarga juga

akan berpengaruh terhadap perhatian orang tua, bimbingan, petunjuk dan

perawatan kesehatan.

Page 114: Panduan Skripsi TA Ku

Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah mengembangkan program

keluarga berencana (KB) agar dapat menekan laju pertumbuhan penduduk

yang semakin tinggi, supaya ketersediaan bahan makanan dapat lebih

tercukupi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Pendidikan dianggap memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja. Dalam penelitian ini, sebagian besar

remaja berpendidikan rendah yaitu 82,4%, sedangkan remaja yang

berpendidikan tinggi hanya 17,6%. Lebih besarnya jumlah remaja yang

berpendidikan rendah karena sebagian besar sampel pada Riskesdas termasuk

kelompok umur remaja awal (10 – 19 tahun), dan masih banyak yang belum

tamat SMA sehingga dikategorikan berpendidikan rendah.

Berdasarkan analisis bivariat antara pendidikan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang perilaku

konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja dengan

pendidikan rendah. Hal ini berarti bahwa remaja yang tingkat pendidikannya

rendah, maka konsumsi buah dan sayurnya juga akan rendah.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zenk (2005) dan Roos (2001)

yang menyebutkan bahwa faktor pendidikan seseorang berhubungan secara

signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur, atau dengan kata lain

Page 115: Panduan Skripsi TA Ku

seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung akan

mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak.

Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini diperoleh bahwa

pendidikan berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur setelah

dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan tempat

tinggal. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur serta menunjukan adanya kecenderungan

perbedaan tingkat konsumsi buah dan sayur antara remaja yang berpendidikan

rendah dan tinggi.

Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diketahui bahwa

remaja yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 1,530 kali untuk

berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan remaja yang

berpendidikan tinggi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

akan semakin positif sikap seseorang terhadap gizi makanan sehingga

semakin baik pula konsumsi bahan makanan sayur dan buah dalam keluarga

(Zulaeha, 2006).

Hasil penelitian ini juga didukung pendapat Azwar (1996) dalam Rita

(2002), yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang dan dapat mendewasakan seseorang serta

berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan

lebih tepat, salah satunya yaitu dalam perilaku konsumsi buah dan sayur.

Selain itu, dengan pendidikan yang lebih tinggi, tingkat pengetahuan dan

informasi yang dimiliki juga akan lebih banyak sehingga turut berperan dalam

Page 116: Panduan Skripsi TA Ku

memilih mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini sesuai dengan hasil

widyakarya nasional pangan dan gizi VIII (2004), menyebutkan bahwa

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk

menyerap informasi lebih banyak dan mengimplementasikannya dalam gaya

hidup sehari-hari termasuk dalam hal perilaku konsumsi buah dan sayur.

Menurut Soekiman (2000) dalam Wulansari (2009), seseorang yang

berpendidikan tinggi umumnya memiliki tingkat ekonomi yang relatif tinggi

pula. Dengan tingkat ekonomi yang tinggi, maka kecukupan akan bahan

makanan akan lebih terpenuhi. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah dapat

menggalakkan program wajib belajar minimal 9 tahun agar masyarakat

memiliki pendidikan yang tinggi dan dapat meningkatkan status ekonomi

mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan bahan makanan termasuk

buah dan sayur.

5. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Pekerjaan seseorang dianggap turut berperan dalam menentukan

perilaku konsumsi buah dan sayur seseorang. Dalam penelitian ini, sebagian

besar remaja termasuk kelompok tidak bekerja yaitu 70,8%, sedangkan

jumlah remaja yang bekerja hanya 29,2%. Lebih besarnya jumlah remaja yang

tidak bekerja, disebabkan karena sebagian besar kegiatan remaja adalah

bersekolah (53,7%). Adapun jenis pekerjaan terbanyak pada remaja yaitu pada

sektor pertanian (7,6%). Hal ini dikarenakan pada remaja yang menjadi

sampel dalam Riskesdas lebih banyak yang tinggal di daerah pedesaan.

Page 117: Panduan Skripsi TA Ku

Berdasarkan analisis bivariat antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang perilaku konsumsi

buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja yang tidak bekerja. Hal

ini berarti bahwa remaja yang tidak bekerja akan cenderung memiliki perilaku

konsumsi buah dan sayur yang kurang dibanding remaja yang bekerja.

Berdasarkan hasil analisis secara bivariat yang menghubungkan variabel

pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur diketahui bahwa terdapat

hubungan signifikan antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi buah dan

sayur. Namun, ketika variabel pekerjaan dianalisis secara multivariat, hasilnya

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur. Hal ini disebabkan karena pada uji multivariat

terjadi interaksi antar variabel independen, sehingga hubungan variabel

pekerjaan tertutupi oleh variabel lainnya yaitu umur, jenis kelamin,

pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat ekonomi keluarga dan tempat

tinggal. Sehingga dapat diasumsikan bahwa remaja yang bekerja dan tidak

termasuk kelompok berisiko dari variabel lainnya, maka hal tersebut akan

memicu remaja untuk mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang

cukup.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulansari (2009), yaitu

ditemukan bahwa pekerjaan tidak berhubungan secara signifikan dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur individu. Hal ini berarti konsumsi buah dan

sayur tidak terlalu dipengaruhi oleh status pekerjaan dan diduga terdapat

faktor lain yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.

Page 118: Panduan Skripsi TA Ku

Tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur dapat diasumsikan bahwa seseorang yang bekerja akan

memiliki tingkat kesibukan lebih tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap

besar-kecilnya perhatian orang tersebut terhadap makanan yang akan

dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002) dalam Bahria

(2009), yaitu jika seseorang terlalu sibuk bekerja, seringkali ia lalai dalam

memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih mengonsumsi makanan cepat

saji

Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rita (2002),

yang menemukan bahwa pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku konsumsi individu, karena jenis pekerjaan akan berpengaruh

langsung terhadap jumlah pendapatan yang akan diterima oleh seseorang.

Selain itu, menurut Mukson (1996) dalam Zulaeha (1999), keluarga yang

memiliki pendapatan tinggi biasanya mempunyai akses dan daya jangkau

cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan sebaliknya.

6. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Tingkat ekonomi keluarga dapat menilai mutu sumberdaya manusia dan

turut mempengaruhi perilaku konsumsu individu. Dalam penelitian ini,

sebagian besar remaja memiliki tingkat ekonomi keluarga yang rendah yaitu

84,7%, sedangkan remaja dengan tingkat ekonomi tinggi hanya 15,3%.

Tingginya jumlah remaja dengan tingkat ekonomi rendah disebabkan karena

mayoritas penduduk Indonesia sebagian besar masih dalam taraf tingkat

Page 119: Panduan Skripsi TA Ku

ekonomi menengah ke bawah (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII,

2004).

Dalam penelitian ini, tingkat ekonomi diukur berdasarkan tingkat

pengeluaran keluarga untuk makanan dibandingkan dengan jumlah

pengeluaran total keluarga dalam sebulan. Semakin besar persentase

pengeluaran keluarga untuk makanan maka akan semakin rendah tingkat

ekonomi keluarga tersebut, demikian pula sebaliknya (Hidayati, 2004).

Hal tersebut berdasarkan fakta di negara-negara berkembang, penduduk

yang berpenghasilan rendah hampir membelanjakan sebagian besar

pendapatannya untuk membeli makanan. Pada daerah miskin di India 80%

pendapatan yang diperoleh digunakan untuk membeli makanan, sedangkan di

negara maju hanya 45% untuk membeli makanan (Hidayati, 2004).

Berdasarkan analisis bivariat antara tingkat ekonomi keluarga dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang

perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja yang

tingkat ekonomi keluarganya rendah. Hal ini berarti mayoritas masyarakat

yang konsumsi buah dan sayurnya kurang optimal, terutama berasal dari

keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.

Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Zenk (2005) yang menemukan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dan

perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan

Page 120: Panduan Skripsi TA Ku

status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih

banyak. Penelitian MacFarlane (2007) dalam Bahria (2009) juga mendukung

hal tersebut, dimana ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya

tinggi selalu tersedia sayuran saat makan malam dan buah di rumah sehingga

tingkat konsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibanding dengan keluarga yang

ekonominya rendah.

selanjutnya dalam penelitian Utsman (2009), juga ditemukan bahwa

tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi.

Hal ini menunjukkan, orang yang memiliki daya beli yang baik atau tingkat

ekonominya tinggi dapat memenuhi kebutuhannya terhadap bahan makanan

secara cukup. Semakin tinggi pendapatan seseorang atau meningkatnya

tingkat ekonomi keluarga cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan

jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat ekonomi juga mencerminkan

kemampuan untuk membeli bahan pangan, termasuk buah dan sayur.

Berdasarkan perhitungan risk estimate diketahui bahwa remaja yang

tingkat ekonomi keluarganya rendah mempunyai peluang 1,675 kali untuk

berperilaku kurang konsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja

yang memiliki tingkat ekonomi keluarga tinggi. Keluarga dengan pendapatan

terbatas cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah

yang diperlukan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang

terjamin, karena dengan uang terbatas tidak akan banyak pilihan bahan

makanan yang akan dikonsumsi (Suhardjo, 2006).

Page 121: Panduan Skripsi TA Ku

Dalam hal konsumsi buah dan sayur, pada keluarga dengan tingkat

ekonomi tinggi, rata-rata konsumsi buahnya lebih tinggi karena mereka

mampu membeli buah-buahan dan mamahami manfaatnya bagi kesehatan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan dkk, (2008), yaitu dengan

peningkatan status ekonomi, maka pengeluaran untuk bahan makanan akan

meningkat.

Selain itu, menurut Hartoyo (1997) dalam Bahria (2009), bahwa secara

ekonomi, buah termasuk dalam kategori barang normal dengan nilai elastisitas

pengeluaran (pendapatan) bertanda positif. Artinya, bila terjadi kenaikan

pengeluaran (yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan) maka

konsumsi buah oleh rumah tangga juga akan meningkat. Sedangkan untuk

konsumsi sayuran tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan karena harga

sayuran yang masih dapat dijangkau oleh dua golongan ekonomi tersebut baik

kaya maupun miskin.

Pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, cenderung lebih

memenuhi kebutuhan bahan makanan akan karbohidrat dan lemak dibanding

buah dan sayur. Hal ini sesuai dengan pendapat MasFarlane (2007) dalam

Wulansari (2009), bahwa masyarakat yang status ekonominya rendah

cenderung lebih sedikit mengonsumsi buah, sayur dan makanan berserat

lainnya dibandingkan dengan makanan tinggi karbohidrat dan lemak.

Berdasarkan hasil uji multivariat, tingkat ekonomi merupakan variabel

paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

setelah dikontrol dengan umur, jenis kelamin, pendidikan dan tempat tinggal

Page 122: Panduan Skripsi TA Ku

dengan nilai OR tertinggi diantara variabel lainnya. Dengan demikian, dapat

diasumsikan jika remaja memiliki tingkat ekonomi keluarga yang tinggi maka

akan meningkatkan konsumsi buah dan sayur meskipun remaja tersebut

berumur remaja awal (10 – 19 tahun) atau berjenis kelamin laki-laki atau

berpendidikan rendah dan bertempat tinggal di daerah perkotaan.

Tingkat ekonomi memang sangat mempengaruhi konsumsi makan

individu baik dari jumlah maupun mutu kandungan gizinya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Soekiman (2000) dalam Wulansari (2009), bahwa tingginya

tingkat ekonomi cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi, karena tingkat ekonomi akan mencerminkan kemampuan

untuk membeli bahan pangan, termasuk buah dan sayur.

Selain itu, dengan meningkatnya tingkat ekonomi/pendapatan seseorang,

maka terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Hal ini

menunjukkan bahwa perilaku konsumsi individu cenderung berubah

bersamaan dengan meningkatnya tingkat ekonomi (Suhardjo, 1989 dalam

Bahria, 2009).

Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah dapat memperluas lapangan

pekerjaan agar masyarakat Indonesia dapat memiliki penghasilan yang

mencukupi dan meningkatkan status ekonomi mereka. Misalnya dengan

membuat program kursus keahlian bagi masyarakat maupun peminjaman

modal kerja. Sehingga diharapkan dengan meningkatnya status ekonomi,

dapat meningkatkan pemenuhan konsumsi bahan pangan, termasuk buah dan

sayur.

Page 123: Panduan Skripsi TA Ku

7. Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Tempat tinggal dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan

dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian ini, berdasarkan

lokasi tempat tinggal, sebagian besar remaja bertempat tinggal di daerah

pedesaan yaitu 63,1%, sedangkan remaja yang tinggal di daerah perkotaan

hanya 36,9%. Lebih banyaknya jumlah remaja yang tinggal di daerah

pedesaan, karena sebagian besar wilayah Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas memang merupakan daerah pedesaan.

Berdasarkan analisis bivariat antara tempat tinggal dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur, menunjukkan bahwa jumlah remaja yang perilaku

konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak pada remaja yang tinggal di

daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang tinggal di desa,

cenderung menjual hasil panennya ke daerah kota, sehingga penduduk desa

kurang dalam mengonsumsi buah dan sayur (Suhardjo, 2006).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara tempat tinggal dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sutiah (2006), yaitu terdapat

hubungan yang signifikan antara tempat tinggal terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur, serta terdapat perbedaan antara tingkat frekuensi konsumsi

penduduk yang tinggal di pedesaan dan perkotaan.

Berdasarkan hasil uji multivariat juga menunjukkan bahwa variabel

tempat tinggal merupakan yang paling rendah hubungannya dengan perilaku

konsumsi buah setelah dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin,

Page 124: Panduan Skripsi TA Ku

pendidikan dan tingkat ekonomi. Dikatakan paling rendah karena variabel

tempat tinggal memiliki nilai OR yang paling rendah diantara variabel

lainnya.

Letak tempat tinggal memang turut mempengaruhi perilaku konsumsi

individu, termasuk dalam hal ketersedian pangan pada daerah tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suhardjo (2006), yaitu seorang petani yang tinggal di

desa dan dekat dengan areal pertanian akan lebih mudah dalam mendapatkan

bahan makanan segar dan alami, seperti buah dan sayur. Namun, seseorang

yang tinggal di daerah perkotaan akan lebih sedikit akses untuk mendapatkan

bahan makanan segar tersebut, karena di daerah perkotaan lebih banyak

tersedia berbagai makanan cepat saji, walaupun tidak menutup kemungkinan,

terdapat penduduk perkotaan yang mengonsumsi buah dan sayur secara

cukup.

Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,676.

Berdasarkan nilai OR tersebut, tempat tinggal bersifat protektif terhadap

perilaku konsumsi buah dan sayur. Hal ini berarti bahwa remaja yang tinggal

di daerah perkotaan akan cenderung memiliki perilaku konsumsi buah dan

sayur yang cukup dibandingkan dengan remaja yang tinggal di daerah

pedesaan.

Alasan lain yang menyebabkan remaja yang tinggal di daerah perkotaan

akan lebih cukup konsumsi buah dan sayurnya dibandingkan remaja yang

tinggal di pedesaan, yaitu karena biasanya para petani di desa menjual hasil

panen buah dan sayurnya ke perkotaan, sehingga persediaan buah dan sayur di

Page 125: Panduan Skripsi TA Ku

desa tersebut sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Soehardjo (2006), yaitu

walaupun di pedesaaan merupakan sumber produksi buah dan sayur, namun

seringkali para petani justru menjual hasil panen tersebut ke daerah perkotaan,

sehingga jumlah persediaan buah dan sayur di pedesaan menjadi sedikit.

Tujuan petani di desa menjual hasil panennya ke daerah perkotaan adalah

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan cenderung kurang

memperhatikan asupan konsumsi buah dan sayur bagi dirinya dan

keluarganya.

Selain itu, menurut Bahria (2009), penduduk di daerah perkotaan akan

cenderung memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan penduduk di daerah pedesaan, sehingga daya beli bahan

makanan pada penduduk perkotaan akan lebih baik, termasuk dalam perilaku

konsumsi buah dan sayur.

Page 126: Panduan Skripsi TA Ku

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang perilaku konsumsi buah dan

sayur pada remaja di Indonesia dengan menggunakan data riskesdas 2007

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar remaja memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang

kurang.

2. Berdasarkan kelompok umur remaja sebagian besar termasuk kelompok umur

remaja awal (10 – 19 tahun).

3. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah remaja yang berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan tidak jauh berbeda.

4. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, sebagian besar remaja memiliki jumlah

anggota keluarga yang besar (>4 orang).

5. Sebagian besar remaja memiliki tingkat pendidikan rendah.

6. Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar remaja tidak bekerja.

7. Berdasarkan tingkat ekonomi keluarga, sebagian besar remaja memiliki

tingkat ekonomi keluarga rendah.

8. Sebagian besar remaja bertempat tinggal di daerah pedesaan.

Page 127: Panduan Skripsi TA Ku

9. Terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat ekonomi

keluarga dan tempat tinggal dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada

remaja di Indonesia.

10. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan jumlah anggota keluarga

dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia.

11. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku komsumsi buah

dan sayur pada remaja di Indonesia adalah tingkat ekonomi keluarga.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan memanfaatkan peluang

usaha seperti berwiraswasta, sehingga dapat meningkatkan penghasilan

dan status ekonomi masyarakat.

b. Diharapkan dapat menerapkan program keluarga berencana (KB), agar

dapat menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi sehingga

ketersediaan bahan makanan, seperti buah dan sayur dapat lebih

tercukupi.

2. Bagi Orang Tua

a. Diharapkan dapat memdukung proses pendidikan anak-anaknya minimal

9 tahun agar masyarakat memiliki pendidikan yang tinggi.

Page 128: Panduan Skripsi TA Ku

b. Diharapkan dapat memberi pengarahan dan dorongan untuk menerapkan

kebiasaan makan sehat seperti buah dan sayur bagi anak-anaknya sejak

usia dini, karena hal tersebut akan melekat sampai usia dewasa.

3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

a. Diharapkan dapat membuat kebijakan dan program promosi kesehatan

terkait upaya perbaikan gizi masyarakat dengan peningkatan konsumsi

buah dan sayur pada penduduk Indonesia, khususnya pada remaja baik

laki-laki maupun perempuan agar tercapai status gizi yang lebih baik.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan data primer sehingga

variabel yang diteliti tidak terbatas pada data sekunder yang ada, karena

variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan

variasi variabel perilaku konsumsi buah dan sayur sebesar 35,7%.

Sedangkan selebihnya 64,3% dijelaskan oleh variabel lainnya.

b. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan disain studi lain

seperti case control sehingga dapat menggambarkan hubungan kausalitas

(sebab akibat) yang lebih kuat terkait faktor yang berhubungan dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur.

Page 129: Panduan Skripsi TA Ku

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ariawan, Iwan. 1996. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Arisman, 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.

Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Sayuran: Panduan Lengkap Mnejaga Kesehtan dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

___________. 2007. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Jakarta: Prodata Nusaraya

Bahria. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Chaplin. JP. 2004. Kamus Lengkap Psikologi cetakan ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

___________. 2007. Pedoman Pengisian Kuesioner. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

___________. 2005. Survey Kesehatan Nasional (Suekesnas). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

Dilapanga, Alfira. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi soft drink pada siswa SMP Negeri 1 Ciputat Tahun 2008. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Domel, S.B. et. al. 1996. Psychosocial Predictors of Fruit and Vegetable Consumption among Elementary School Children. Journal Health Education Research Vol 11 No. 3 Pages 299-308.

Page 130: Panduan Skripsi TA Ku

Handayani, Miratna. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi distorsi citra tubuh siswa SMAN 1 pamulang tahun 2009. Skrips. Jakarta: Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Hidayati. 2004. Hubungan Karakteristik Anak dan Keluarga dengan Status Gizi Balita di propinsi Maluku dan Irianjaya. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Khomsan, Ali, dkk. 2003. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen gizi masyarakat dan sumber daya keluarga. Bogor: Fakultas pertanian IPB

___________. 2008. Sehat itu Mudah. Jakarta: Hikmah.

___________. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat IPB

Mahliawati. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Propinsi Bangka Belitung (Analisis Data Riskesdas tahun 2007). Skripsi. Jakarta: Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Marsetyo & G. Kartasaputra. 2003. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.

Melliana, Anastasia. 2006. menjelajah tubuh perempuan dan mitos kecantikan. Yogyakarta: LKIS Pelangi aksara.

Milligan, RA, at. al. 1998. Influence of Gender and Socio Economic Status on Dietary Patterns and Nutrient Intakes in 18-year-old Australians. Aust N Z Journal of Public Health. 1998 un;22(4):485-493.

Moore, Courtney Mary. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi edisi 2. Jakarta: Hipokrates

Nainggolan, Olwin dan Adimunca. 2005. Diet sehat dengan serat. Cermin dunia kedokteran 147: 43-46

Notoatmodjo, Sukidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratiwi, Wulan. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Preferensi dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di perkotaan dan Pedesaan Bogor. Skripsi. Bogor: IPB.

Page 131: Panduan Skripsi TA Ku

Puspitarani, Dinar. 2006. Gambaran perilaku konsumsi serat dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada remaja di SLTP labschool rawamangun Jakarta timur tahun 2006. Skripsi. Depok: FKM UI

Rahmawati. 2000. Perilaku Makan Sayur Berdasarkan Faktor Sosiodemografi, Self Efficacy, Sikap, Niat, Preferensi, dan Ketersediaan Sayur pada Murid Kelas VI SD Muhammadiyah 12 Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang tahun 2000. Skripsi. Depok: Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Rita, E. 2002. Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat Non-Beras. Skripsi: Bogor:IPB Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Reynold, Kim D. 1999. Pattern in Child and Adolescent Consumption of Fruit and Vegetables: Effect of Gender and Ethnicity Across Four Sites. Journal of The American College of Nutrition, Vol. 18. No. 3, 248-254.

Roos, EB et.al. 2001. Household Educational Level as a Determinant of Consumption of Raw Vegetable among Male and Female Adolescents. Journal of American Health Foundation and Academic Press.

Rubatzky, Vincent E. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.

Ruwaidah, Amin. 2007. Penyakit Akibat Lalai Mengkonsumsi Buah dan Sayur serta Solusi Penyembuhannya. Diakses pada 15 April 2010 dari www.healindonesia.com/2009/05/15/

Sabri, Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali pers.

Savitri, Rahma. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan yang Mengandung Pewarna Sintetik pada Siswa Kelas VIII dan IX Sekolah Menengahh Pertama (SMP) PGRI 1 dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009.Skripsi. Jakarta: Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Sebastian, Dixie. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih Karyawan Bagian Produksi Aerowisata Catering Service Jakarta tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.

Sekarindah, Titi. 2008. Terapi Jus Buah dan Sayur. Jakarta: Puspa Swara.

Page 132: Panduan Skripsi TA Ku

Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius.

Sorensen, Glorian, et al. 1999. Increasing Fruit and Vegetable Consumption Through Worksite and Families in the Treatwell 5-a-Day Study. American Journal of Public Health. Vol 89. No.1

Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakatat di Kota dan Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: IPB

Story, M. 2002. Individual and Environmental Influence on Adolencent Eating Behaviors. Journal of American Diet Association. Mar;102(3 Suppl):S40-51.

Sutiah, Euis. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Motivasi, Persepsi dan Sikap dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga Perkotaan dan Pedesaan di Bogor tahun 2006. Skripsi. Bogor: IPB.

Suhardjo, dkk. 2006. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.

Sujianto, Agus Eko. 2007. Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Supariasa, I Dewa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Takachi, Ribeka et al. 2008. Fruit and Vegetable Intake and Risk of Total Cancer and Cardiovascular Disease Japan Public Health Center-based Prospective Study. American Journal of Epidemiology. Vol. 167 No. 1

Utsman, Fikri Syafril. 2009. Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan serta Keterkaitannya dengan Pengetahuan Gizi Wanita Penderita dan Bukan Penderita Kista Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Skripsi. Bogor: IPB

Van Duyn, MA, et. al. 2001. Association of Awareness, Intrapersonal anf Interpersonal Factors, and Stage of Dietary Change With Fruit and Vegetable Consumption: a National Survey. American Journal of Health and Promotion. Nov-Des;Dec16(2):69-78.

Verr, Pieter. 1999. Fruits and Vegetables in The Preventions of Cancer and Cardiovascular Disease. Journal of Public Health Nutritions.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

WHO. 2003. Fruit and Vegetable Intake in a Sample of 11-year-old Children in 9 Europian Countries: The Pro Children Cross-Sectional Survey. Ann Nutr Metab. Jul-Aug;49: 236-245. Epub 2005 Jul 28.

Page 133: Panduan Skripsi TA Ku

WHO/FAO, 2003. Expert Report on Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Disease. United Nations: Technical Report Series 916.

Worthington, Bonnie S. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle. Edisi ke-4. United States: McGraw-Hill Book Companies, Inc.

Wright, Margaret et al. Intakes of Fruit, Vegetable and Specific Botanical Group in Relation to Lung Cancer Risk in the NIH-AARP Diet and Health Study. American Journal of Epidemiology. Vol. 168 No. 8

Wulansari, Natalia Dessy. 2009. Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor. Bogor: IPB

Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit amanah.

Zenk, Shannon N. 2005. Fruits and Vegetable Intake in African Americans: Income and Store Characteristics. Am Journal Prev Med; 29(1): 1-9.

Zulaeha, Ratna. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMA Negeri 103 Jakarta tahun 2006. Karya Ilmiah. Jakarta: Politeknik Kesehatan Jakarta II Departemen Kesehatan RI

Page 134: Panduan Skripsi TA Ku

Lampiran 1

Daftar kuesioner Riskesdas 2007 (Variabel Independen)

Page 135: Panduan Skripsi TA Ku
Page 136: Panduan Skripsi TA Ku

VII. PENGELUARAN RUMAH TANGGA

VII.A. PENGELUARAN UNTUK MAKANAN SELAMA SEMINGGU TERAKHIR

[BERASAL DARI PEMBELIAN, PRODUKSI SENDIRI DAN PEMBERIAN]

Jumlah

(Rp)

(1) (2)

1. Padi-padian

a. Beras

b. Lainnya (jagung, terigu, tepung beras, tepung jagung, dll)

2. Umbi-umbian (ketela pohon, ketela rambat, kentang, gaplek, talas, sagu, dll)

3. Umi/Ikan/udang/cumi/kerang

a. Segar/basah

b. Asin/diawetkan

4. Daging (daging sapi/kerbau/kambing/domba/babi/ayam, jeroan, hati, limpa,

abon, dendeng, dll)

5. Telur dan susu

a. Telur ayam/itik/puyuh

b. Susu murni, susu kental, susu bubuk, dll

6. Sayur-sayuran (bayam, kangkung, ketimun, wortel, kacang panjang, buncis,

bawang, cabe, tomat, dll)

7. Kacang-kacangan (kacang tanah/hijau/kedele/merah/tunggak/ mete/, tahu,

tempe, tauco, oncom, dll)

8. Buah-buahan (jeruk, mangga, apel, durian, rambutan, salak, duku, nanas,

semangka, pisang, papaya, dll)

9. Minyak dan lemak (minyak kelapa/goreng, kelapa, mentega, dll)

10. Bahan minuman (gula pasir, gula merah, the, kopi, coklat, sirup, dll)

11. Bumbu-bumbuan (garam, kemiri, ketumbar, merica, terasi, kecap, vetsin, dll)

12. Konsumsi lainnya

a. Mie instan, mie basah, bihun, macaroni/mie kering

b. Lainnya (kerupuk, emping, dll)

13. Makanan dan minuman jadi

a. Makanan jadi (roti, biscuit, kue basah, bubur, bakso, gado-gado, nasi

rames, dll)

b. Minuman non alcohol (soft drink, es sirop, limun, air mineral, dll)

c. Minuman mengandung alcohol (bir, anggur dan minuman keras lainnya)

14. Tembakau dan sirih

a. Rokok (rokok kretek, rokok putih, cerutu)

Page 137: Panduan Skripsi TA Ku

b. Lainnya (sirih, pinang, tembakau dan lainnya)

15. Jumlah pengeluaran makanan

(Rincian 1 s.d. 14)

VII. PENGELUARAN RUMAH TANGGA (LANJUTAN)

VII.B. PENGELUARAN BUKAN MAKANAN

[BERASAL DARI PEMBELIAN, PRODUKSI SENDIRI

DAN PEMBERIAN]

Sebulan

Terakhir

(Rp)

12 Bulan

Terakhir

(Rp)

(1) (2)

16. Perumahan dan fasilitas rumah tangga

a. Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah (milik sendiri, bebas

sewa, dinas), dan lain-lain.

b. Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan

c. Rekening listrik, air, gas, minyak tanah, kayu bakar, dll.

d. Rekening telepon rumah, pulsa HP, telepon umum, wartel,

benda pos, dll.

17. Aneka barang dan jasa

a. Sabun mandi/cuci, kosmetik, perawatan rambut/muka, tissue,

dll.

b. Biaya kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dokter praktek,

dukun, obat-obatan, dll.

c. Biaya pendidikan (uang pendaftaran, SPP, POMG/BP3, uang

pangkal/daftar ulang, pramuka, prakarya, kursus dan lainnya)

d. Transportasi, pengangkutan, bensin, solar, minyak pelumas.

e. Jasa lainnya (gaji sopir, pembantu rumah tangga, hotel, dll)

18. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala (pakaian jadi, bahan pakaian,

sepatu, topi dan lainnya)

19. Barang tahan lama (alat rumah tangga, perkakas, alat dapur, alat

hiburan (elektronik), alat olahraga, perhiasan, kendaraan, paying,

arloji, kamera, HP, pasang telepon, pasang listrik, barang

elektronik, dll)

20. Pajak, pungutandan asuransi

a. Pajak (PBB, pajak kendaraan)

b. Pungutan/retribusi

c. Asuransi kesehatan

d. Lainnya (asuransi lainnya, tilang, PPh, dll)

Page 138: Panduan Skripsi TA Ku

21. Keperluan pesta dan upacara/kenduri tidak termasuk makanan

(perkawinan, ulang tahun, khitanan, upacara keagamaan,

upacara adat dan lainnya)

22. Jumlah pengeluaran bukan makanan (Rincian 16 s.d. rincian 21)

23. Rata-rata pengeluaran makanan sebulan(Rincian 15 x 30/7 )

24. Rata-rata pengeluaran bukan makanan sebulan (Rincian 22

kolom 3/12)

25. Rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan

(Rincian 23 + Rincian 24)

Page 139: Panduan Skripsi TA Ku

Lampiran 2 (lanjutan)

Daftar kuesioner Riskesdas 2007 (variabel Dependen)

Keterangan:

= Variabel yang digunakan

Page 140: Panduan Skripsi TA Ku

Lampiran 3

Kartu Peraga Konsumsi Buah dan Sayur dalam Riskesdas 2007

KARTU PERAGA

RISKESDAS 2007

Page 141: Panduan Skripsi TA Ku

Lampiran 3 (lanjutan)

Kartu Peraga Konsumsi Buah dan Sayur dalam Riskesdas 2007

Page 142: Panduan Skripsi TA Ku

Lampiran 4

Hasil Pengolahan Data Analisis Univariat . svy:proportion kat_bs (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_bs | kurang | .9452499 .0004493 .9443693 .9461305 cukup | .0547501 .0004493 .0538695 .0556307 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_umur (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 _prop_1: kat_umur = remaja awal _prop_2: kat_umur = remaja akhir -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_umur | _prop_1 | .7241432 .0008827 .7224131 .7258732 _prop_2 | .2758568 .0008827 .2741268 .2775869 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_jk (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383

Page 143: Panduan Skripsi TA Ku

Design df = 256382 _prop_1: kat_jk = laki-laki -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_jk | _prop_1 | .4981102 .0009875 .4961748 .5000457 perempuan | .5018898 .0009875 .4999543 .5038252 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_kel (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_kel | besar | .8116217 .0007722 .8101081 .8131352 kecil | .1883783 .0007722 .1868648 .1898919 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_didk (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_didk | rendah | .8241225 .0007519 .8226488 .8255962 tinggi | .1758775 .0007519 .1744038 .1773512 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_kerj (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383

Page 144: Panduan Skripsi TA Ku

Design df = 256382 _prop_1: kat_kerj = tidak bekerja -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_kerj | _prop_1 | .7077224 .0008982 .7059619 .7094829 bekerja | .2922776 .0008982 .2905171 .2940381 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_eko (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_eko | rendah | .8468346 .0007113 .8454405 .8482287 tinggi | .1531654 .0007113 .1517713 .1545595 -------------------------------------------------------------- . svy:proportion kat_tgl (running proportion on estimation sample) Survey: Proportion estimation Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 -------------------------------------------------------------- | Linearized Binomial Wald | Proportion Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------ kat_tgl | perkotaan | .3693459 .0009532 .3674777 .371214 pedesaan | .6306541 .0009532 .628786 .6325223 --------------------------------------------------------------

Page 145: Panduan Skripsi TA Ku

Analisis Bivariat . svy:tabulate kat_umur kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | umur | kategori responden | kurang cukup Total ----------+-------------------------- Remaja a | 94.83 5.169 100 | 1.8e+05 9597 1.9e+05 | Remaja a | 93.72 6.278 100 | 6.6e+04 4440 7.1e+04 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 121.6349 Design-based F(1, 256382) = 121.6344 P = 0.0000 . svy:tabulate kat_jk kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | jenis | kategori kelamin | kurang cukup Total ----------+-------------------------- laki-lak | 94.76 5.236 100 | 1.2e+05 6687 1.3e+05 | perempua | 94.29 5.712 100 | 1.2e+05 7350 1.3e+05 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 -------------------------------------

Page 146: Panduan Skripsi TA Ku

Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 28.0395 Design-based F(1, 256382) = 28.0394 P = 0.0000 . svy:tabulate kat_kel kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | jumlah | kategori keluarga | kurang cukup Total ----------+-------------------------- besar | 94.6 5.403 100 | 2.0e+05 1.1e+04 2.1e+05 | kecil | 94.21 5.785 100 | 4.6e+04 2794 4.8e+04 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 11.0518 Design-based F(1, 256382) = 11.0517 P = 0.0009 . svy:tabulate kat_didk kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382

Page 147: Panduan Skripsi TA Ku

------------------------------------- kategori | pendidika | kategori n | kurang cukup Total ----------+-------------------------- rendah | 94.96 5.04 100 | 2.0e+05 1.1e+04 2.1e+05 | tinggi | 92.49 7.514 100 | 4.2e+04 3388 4.5e+04 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 439.3435 Design-based F(1, 256382) = 439.3418 P = 0.0000 . svy:tabulate kat_kerj kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | kategori pekerjaan | kurang cukup Total ----------+-------------------------- tidak be | 94.64 5.36 100 | 1.7e+05 9726 1.8e+05 | bekerja | 94.25 5.753 100 | 7.1e+04 4311 7.5e+04 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 15.8088 Design-based F(1, 256382) = 15.8087 P = 0.0001 . svy:tabulate kat_eko kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample)

Page 148: Panduan Skripsi TA Ku

Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | ekonomi | kategori keluarga | kurang cukup Total ----------+-------------------------- rendah | 95 5 100 | 2.1e+05 1.1e+04 2.2e+05 | tinggi | 91.9 8.103 100 | 3.6e+04 3182 3.9e+04 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 618.8623 Design-based F(1, 256382) = 618.8599 P = 0.0000 . svy:tabulate kat_tgl kat_bs, obs row percent (running tabulate on estimation sample) Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 ------------------------------------- kategori | tempat | kategori tinggal | kurang cukup Total ----------+-------------------------- perkotaa | 93.2 6.799 100 | 8.8e+04 6438 9.5e+04 | pedesaan | 95.3 4.7 100 | 1.5e+05 7599 1.6e+05 | Total | 94.52 5.475 100 | 2.4e+05 1.4e+04 2.6e+05 ------------------------------------- Key: row percentages number of observations Pearson: Uncorrected chi2(1) = 508.3910 Design-based F(1, 256382) = 508.3890 P = 0.0000

Page 149: Panduan Skripsi TA Ku

Odds Ratio . svy:logit kat_bs kat_umur, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 121.26 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_umur| 1.22884 .0229958 11.01 0.000 1.184586 1.274748 -------------+----------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_jk, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 28.02 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_jk | 1.096375 .0190563 5.29 0.000 1.059655 1.134369 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_kel, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382

Page 150: Panduan Skripsi TA Ku

F( 1, 256382) = 11.05 Prob > F = 0.0009 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_kel| 1.075039 .0234031 3.32 0.001 1.030134 1.121901 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_didk, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 433.51 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_didk|1.53066 .0312955 20.82 0.000 1.470534 1.593244 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_kerj, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 15.80 Prob > F = 0.0001 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Page 151: Panduan Skripsi TA Ku

-------------+-----------------------------------------------------kat_kerj| 1.077748 .0202996 3.98 0.000 1.038687 1.118279 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_eko, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 606.77 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_eko| 1.675454 .0351026 24.63 0.000 1.608047 1.745686 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_tgl, or (running logit on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 1, 256382) = 502.94 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_tgl| .6760445 .0118017 -22.43 0.000 .6533047 .6995757 ------------------------------------------------------------------- Analisis Multivariat

Page 152: Panduan Skripsi TA Ku

. svy:logistic kat_bs kat_jk kat_kel kat_didk kat_kerj kat_tgl kat_uang kat_umur (running logistic on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 8, 256375) = 141.58 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_jk | 1.078264 .0188029 4.32 0.000 1.042033 1.115754 kat_kel| 1.02621 .0230742 1.15 0.250 .981967 1.072446 kat_didk|1.30781 .0314725 11.15 0.000 1.247557 1.370974 kat_kerj| .9983367 .0230381 -0.07 0.942 .9541885 1.044528 kat_tgl | .7804488 .0150363 -12.87 0.000 .7515275 .8104831 kat_eko|1.427368 .032906 15.43 0.000 1.364308 1.493342 kat_umur|1.063464 .0268143 2.44 0.015 1.012187 1.11734 ------------------------------------------------------------------- . svy:logistic kat_bs kat_jk kat_kel kat_didk kat_tgl kat_uang kat_umur (running logistic on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 7, 256376) = 161.77 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized

Page 153: Panduan Skripsi TA Ku

kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_jk | 1.078271 .0188006 4.32 0.000 1.042045 1.115757 kat_kel| 1.026054 .0229506 1.15 0.250 .982043 1.072037 kat_didk|1.307859 .0314671 11.16 0.000 1.247616 1.371011 kat_tgl| .7803995 .0150374 -12.87 0.000 .7514762 .8104361 kat_eko|1.427508 .0328504 15.47 0.000 1.364553 1.493368 kat_umur|1.062455 .0230312 2.79 0.005 1.01826 1.108569 ------------------------------------------------------------------- . svy:logistic kat_bs kat_jk kat_didk kat_tgl kat_uang kat_umur (running logistic on estimation sample) Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 6, 256377) = 188.58 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+----------------------------------------------------- kat_jk | 1.078216 .0187997 4.32 0.000 1.041992 1.1157 kat_didk|1.307845 .0314659 11.15 0.000 1.247604 1.370995 kat_tgl| .7804061 .0150372 -12.87 0.000 .7514832 .8104423 kat_eko|1.427522 .03285 15.47 0.000 1.364567 1.493381 kat_umur|1.062598 .0230328 2.80 0.005 1.0184 1.108714 ------------------------------------------------------------------- . svy:logit kat_bs kat_umur kat_jk kat_didk kat_uang kat_tgl (running logit on estimation sample)

Page 154: Panduan Skripsi TA Ku

Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 5, 256378) = 225.54 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------ | Linearized kat_bs | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] --------+--------------------------------------------------------- kat_umur|.0649218 .0213198 3.05 0.002 .0231355 .1067081 kat_jk |.0761138 .0174202 4.37 0.000 .0419706 .110257 kat_didk|.2678299 .0240692 11.13 0.000 .2206549 .3150049 kat_eko |.3575625 .0229669 15.57 0.000 .312548 .4025771 kat_tgl |-.2469622 .019257 -12.82 0.000 -.2847054 -.209219 _cons |-2.882359 .0196087 -146.99 0.000 -2.920792 -2.843927 ------------------------------------------------------------------ . svy:logit, or Survey: Logistic regression Number of strata = 1 Number of obs = 256383 Number of PSUs = 256383 Population size = 256383 Design df = 256382 F( 5, 256378) = 225.54 Prob > F = 0.0000 ------------------------------------------------------------------- | Linearized kat_bs | Odds Ratio Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Page 155: Panduan Skripsi TA Ku

--------+---------------------------------------------------------- kat_umur| 1.067076 .0227499 3.05 0.002 1.023405 1.112609 kat_jk | 1.079085 .0187979 4.37 0.000 1.042864 1.116565 kat_didk| 1.307125 .0314615 11.13 0.000 1.246893 1.370266 kat_eko | 1.42984 .032839 15.57 0.000 1.366904 1.495674 kat_tgl | .7811702 .015043 -12.82 0.000 .7522359 .8112176 -------------------------------------------------------------------

Lanjutan (Analisis Multivariat)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 256383 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 256383 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 256383 100.0

Page 156: Panduan Skripsi TA Ku

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 256383 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 256383 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 256383 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

kategori Percentage

Correct kurang cukup

Step 0 kategori kurang 242346 0 100.0

cukup 14037 0 .0

Overall Percentage 74.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.849 .009 1.077E5 1 .000 .058

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables kat_umur 121.634 1 .000

Kat_JK 28.039 1 .000

Kat_Didk 439.343 1 .000

Kat_Kerj 15.809 1 .000

Kat_tgl 508.393 1 .000

Page 157: Panduan Skripsi TA Ku

kat_eko 618.861 1 .000

Kat_Kel 11.052 1 .001

Overall Statistics 1.112E3 7 .000

Block 1: Method = Enter

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 107823.752a .354 .357

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a kat_umur .062 .026 5.812 1 .016 1.064 1.012 1.118

Kat_JK .075 .017 18.620 1 .000 1.078 1.042 1.116

Kat_Didk .268 .024 123.100 1 .000 1.308 1.247 1.371

Kat_Kerj -.002 .023 .004 1 .947 .998 .954 1.045

Kat_tgl -.248 .019 170.872 1 .000 .780 .752 .810

kat_eko .356 .023 246.608 1 .000 1.427 1.365 1.492

Kat_Kel .026 .022 1.336 1 .248 1.026 .982 1.072

Constant -2.885 .020 2.187E4 1 .000 .056

a. Variable(s) entered on step 1: kat_umur, Kat_JK, Kat_Didk, Kat_Kerj, Kat_tgl, kat_uang, Kat_Kel.

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Page 158: Panduan Skripsi TA Ku

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.849 .009 1.077E5 1 .000 .058

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables kat_umur 121.634 1 .000

Kat_JK 28.039 1 .000

Kat_Didk 439.343 1 .000

Kat_tgl 508.393 1 .000

kat_eko 618.861 1 .000

Kat_Kel 11.052 1 .001

Overall Statistics 1.112E3 6 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 1021.582 6 .000

Block 1021.582 6 .000

Model 1021.582 6 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 107823.756a .354 .357

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

Page 159: Panduan Skripsi TA Ku

Classification Tablea

Observed

Predicted

kategori Percentage

Correct kurang cukup

Step 1 kategori kurang 242346 0 100.0

cukup 14037 0 .0

Overall Percentage 74.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a kat_umur .061 .022 7.731 1 .005 1.063 1.018 1.109

Kat_JK .075 .017 18.623 1 .000 1.078 1.042 1.116

Kat_Didk .268 .024 123.202 1 .000 1.308 1.247 1.371

Kat_tgl -.248 .019 171.322 1 .000 .780 .752 .810

kat_eko .356 .023 247.643 1 .000 1.428 1.366 1.492

Kat_Kel .026 .022 1.334 1 .248 1.026 .982 1.072

Constant -2.885 .019 2.225E4 1 .000 .056

a. Variable(s) entered on step 1: kat_umur, Kat_JK, Kat_Didk, Kat_tgl, kat_uang, Kat_Kel.

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

kategori Percentage

Correct kurang cukup

Step 0 kategori kurang 242346 0 100.0

cukup 14037 0 .0

Page 160: Panduan Skripsi TA Ku

Overall Percentage 74.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.849 .009 1.077E5 1 .000 .058

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables kat_umur 121.634 1 .000

Kat_JK 28.039 1 .000

Kat_Didk 439.343 1 .000

Kat_tgl 508.393 1 .000

kat_eko 618.861 1 .000

Overall Statistics 1.110E3 5 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 1020.254 5 .000

Block 1020.254 5 .000

Model 1020.254 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 107825.084a .354 .357

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

Page 161: Panduan Skripsi TA Ku

Classification Tablea

Observed

Predicted

kategori Percentage

Correct kurang cukup

Step 1 kategori kurang 242346 0 100.0

cukup 14037 0 .0

Overall Percentage 74.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a kat_umur .062 .022 5.800 1 .005 1.067 1.023 1.112

Kat_JK .075 .017 18.644 1 .000 1.079 1.042 1.116

Kat_Didk .268 .024 123.104 1 .000 1.307 1.246 1.370

Kat_tgl -.248 .019 170.873 1 .000 .781 .752 .811

kat_eko .356 .023 246.580 1 .000 1.429 1.366 1.495

Constant -2.882 .019 2.251E4 1 .000 .056

a. Variable(s) entered on step 1: kat_umur, Kat_JK, Kat_Didk, Kat_tgl, kat_uang.