panduan-spbk

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    1/60

    BUKU PEDOMAN

    Penyelenggaraan Bakti Sosial Operasi Katarak

    Seksi Penanggulangan Buta Katarak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    2/60

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    3/60

    DAFTAR ISI

    PrakataDr Johan A. Hutauruk, SpM v

    Kata PengantarProf Dr dr Nila F. Moeloek, SpM viii

    Bab I. Pendahuluan 1

    Bab II. Organisasi 4A. Visi dan Misi 4

    B. Tujuan dan Sasaran 5C. Target Program 6D. Indikator Pencapaian 7

    Bab III. Tata TertibAdministratif PelaksanaanBakti Sosial Operasi Katarak 9

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    4/60

    Bab V. Pedoman/Tata TertibPelaporan Bakti SosialKatarak 47

    V.1. Tata Tertib Organisasi 47V.2. Koordinasi SPBK Cabang

    dengan SPBK Pusat 47V.3. Koordinasi SPBK denganDonatur 49

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    5/60

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    6/60

    PRAKATA

    Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak - Perdami

    Buku ini adalah wujud tertulis dari pengalaman Perdami dalammenyelenggarakan kegiatan bakti sosial operasi katarak sejak pertama

    kali dilaksanakan 20 tahun lalu, ketika Perdami mendapat bantuan

    Presiden Soeharto, saat itu sebagai ketua yayasan yang menunjuk

    Yayasan Dharmais menjadi donatur tunggal untuk kegiatan operasi

    katarak gratis di seluruh Indonesia

    Dedikasi Perdami untuk mengatasi kebutaan katarak di Indonesia

    tampak nyata dengan dibentuknya seksi khusus yang dinamakan SPBK

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    7/60

    banyak membantu baik dalam kegiatan sehari-hari operasional SPBK

    maupun dalam penyusunan buku ini. Demikian juga staf SPBK seperti

    Bpk Ruswandi, Ibu Arin dan Ibu Eva yang bekerja hampir setiap akhir

    pekan untuk menunjang administrasi kegiatan baksos.

    Peranan Prof. DR. dr. Nila F. Moeloek selaku ketua PP Perdami

    sekaligus sebagai staf khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDG

    (Millenium Development Goals) memperbesar dampak kegiatan SPBK

    Perdami melalui jejaring dan konektivitas luas yang dimiliki beliau, dan

    saya ikut belajar dari passion beliau sehingga ikut semangat membantu

    tugas yang diberikan sebagai Ketua SPBK.

    Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pasien-pasien yang telah

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    8/60

    KATA PENGANTAR

    VISION 2020 The Right to Sightmerupakan program yang diinisiasi oleh

    World Health Organization (WHO) dan International Agency for thePrevention of Blindness (IAPB) untuk mewujudkan fungsi penglihatan

    yang optimal di dunia. Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan

    ketiga terbanyak di dunia turut berkomitmen dalam upaya

    pemberantasan kebutaan.

    Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) sebagai organisasi

    profesi dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata, berperan aktif dalam upaya

    mencapai VISION 2020 melalui kegiatan Seksi Penanggulangan Buta

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    9/60

    dapat terjalin kerjasama yang semakin baik dalam upaya pemberantasan

    kebutaan katarak di Indonesia.

    Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi perbaikan

    selanjutnya. Besar harapan kami, buku pedoman ini dapat menjadi acuanbagi seluruh anggota Perdami dan meningkatkan kinerja SPBK di masa

    mendatang.

    Jakarta, Juli 2013

    Ketua PP. Perdami

    Prof. DR. Dr. Nila F. Moeloek, SpM(K)

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    10/60

    B A B I

    PENDAHULUAN

    Indonesia adalah negara yang telah mencanangkan diri untukmemusatkan perhatian pada masalah kebutaan melalui komitmennya

    terhadap VISION 2020, the Global Initiative for the Elimination of

    Avoidable Blindness. Prevalensi kebutaan di Indonesia merupakan yang

    tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari jumlah tersebut

    (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok usia,

    prevalensi kebutaan katarak ditemukan semakin tinggi seiring

    bertambahnya umur, yaitu 20/1000 pada kelompok usia 45-59 tahun,

    dan tertinggi (50/1000) pada kelompok usia >60 tahun. Biro Pusat

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    11/60

    individu maupun keluarga, dan dalam lingkup lebih besar, komunitas

    serta negara. Oleh karena itu, selain sebagai masalah kesehatan

    masyarakat (public health), kebutaan dan gangguan penglihatan juga

    sudah menjadi masalah sosial-ekonomi yang harus diatasi secara

    sungguh-sungguh guna memutus rantai kebutaan-kemiskinan, danmemperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang.

    Kebutaan katarak hanya dapat dicegah dengan tindakan bedah ekstraksi

    katarak. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa penyediaan layanan

    bedah katarak di Indonesia masih dihadapkan pada banyak tantangan.

    Keterbatasan tenaga spesialis mata dalam hal jumlah dan distribusi telah

    mengecilkan peluang pemerataan jangkauan kepada masyarakat.

    Kesulitan akses geografik, kurangnya sarana dan prasarana yang layak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    12/60

    Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) yang sudah dibentuk pada tahun

    1987. Memiliki organisasi di jajaran Pusat dan Cabang, SPBK selama ini

    bekerja dengan menyelenggarakan operasi katarak bagi orang kurang

    mampu, dengan berbagai sumber donasi, di berbagai daerah di

    Indonesia. Dengan besarnya tantangan dan tugas SPBK dalammenurunkan angka kebutaan katarak di Indonesia, maka pedoman kerja

    dirasakan penting agar kegiatan yang dilakukan SPBK menjadi terarah

    dan efektif. Pedoman kerja SPBK ini disusun dengan memperhatikan

    kemamputerapan serta kondisi lokal/nasional. Kami akan

    mempertimbangkan dengan baik semua masukan, dan saran perbaikan

    untuk penyempurnaan selanjutnya. Besar harapan kami agar pedoman

    kerja ini dapat menjadi acuan kerja dalam meningkatkan kerjasama dan

    produktivitas kerja SPBK Pusat dan SPBK Cabang.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    13/60

    B A B I I

    ORGANISASI

    A. Visi dan Misi

    Visi

    Menanggulangi kebutaan katarak di Indonesia (to eliminate cataract

    blindness in Indonesia).

    Misi

    Misi Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah:

    1. Menyediakan layanan bakti sosial operasi katarak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    14/60

    B. Tujuan dan sasaran

    Tujuan

    Tujuan program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah

    meningkatkan cataract surgical rate (CSR) dari 720 menjadi 1000 dalamjangka waktu tiga tahun (estimasi adalah 5 operasi

    katarak/SpM/minggu, dengan asumsi jumlah operator katarak 1000

    orang).

    Sasaran

    Sasaran program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah:

    1. Pengendalian dan pencegahan kebutaan akibat katarak

    a. Menciptakan demand untuk layanan dengan mengatasi

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    15/60

    a.

    Membangun sentra-sentra umum sumber daya

    kesehatan mata (public eye-health resources centers) guna

    menyediakan support, ekspertise serta pelatihan

    b. Menyediakan peralatan standar untuk

    penyelenggaraan operasi katarak sesuai SOP(keratometri, IOL, set katarak, mikroskop)

    c. Menyiapkan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan

    operasi katarak dengan menggunakan teknologi tepat

    guna dan aksesibel.

    d.

    Penyusunan program/rencana kerja berkala

    berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan.

    C. Target Program

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    16/60

    Prevalensi kebutaan di Indonesia 1.5% (1996) dengan 52%

    penyebab katarak. Diketahui bahwa insidens buta katarak

    adalah 0.1% sehingga bila bisa dilakukan operasi katarak pada

    seluruh jumlah insidens maka tidak akan terjadi tumpukan

    (backlog

    ) buta katarak. Berdasarkan data tersebut maka dapat

    diperkirakan jumlah buta katarak baru per tahun adalah

    240.000 (1/1000 populasi) sehingga perlu dilakukan operasi

    katarak sebanyak 240.000 per tahun. Bila diperkirakan jumlah

    penduduk kurang mampu untuk membayar operasi adalah

    sekitar 15%, maka dibutuhkan bantuan operasi katarak oleh

    SPBK sebanyak: 15% x 1/1000 x 240 juta = 36.000 operasi

    katarak untuk masyarakat kurang mampu per tahun.

    2. Target Outcome:

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    17/60

    Dikatakan kurang jika proporsi penanaman IOL < 95%.

    3. Tajam penglihatan setelah operasi

    Dikatakan baik jika mencapai target tajam penglihatan

    sebagaimana dalam target outcome (C.2)

    Dikatakan kurang jika tidak mencapai target outcome (C.2)

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    18/60

    B A B III

    TATA TERTIB ADMINISTRATIF PELAKSANAAN

    BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK

    III.1. Tata Tertib Administratif Pengajuan Proposal Kegiatan

    1. Rencana kegiatan Bakti Sosial (Baksos) operasi katarak dapat

    diajukan oleh pribadi, Puskesmas, Rumah Sakit, Balai

    Kesehatan, Yayasan, organisasi, dan atau klinik.

    2. Semua kegiatan yang dilakukan untuk kegiatan sosial

    pemberantasan buta katarak di Indonesia diselenggarakan

    sepengetahuan Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK)

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    19/60

    Seksi Penganggulangan Buta Katarak (SPBK) Pusat -

    Perdami

    Telp. (021) 3155377 Fax. (021) 3155377

    e-mail: [email protected]

    7. Proposal akan diproses SPBK Cabang atau Pusat dan keputusan

    akan didapat paling lama 7 hari kerja setelah proposal diterima.

    8. Alur administratif pengajuan proposal Baksos operasi katarak:

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    20/60

    Subdinkes setempat dan SPBK Cabang yang

    mempunyai wilayah tersebut.

    Jika SPBK Penyelenggara bermaksud melakukan

    Baksos di luar wilayahnya, SPBK Penyelenggara

    membuat surat permohonan dan proposal kepadaSPBK setempat (tujuan) terlebih dulu dengan

    tembusan ke SPBK Pusat (minimal 1 bulan

    sebelum tanggal penyelenggaraan). SPBK Pusat

    kemudian akan membuat surat perintah tugas

    kepada SPBK Penyelenggara (untuk selanjutnya

    berkoordinasi dengan SPBK tempat tujuan

    penyelenggaraan dan melengkapi urusan

    administratif dengan Bupati dan Dinkes).

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    21/60

    Gambar 2.Alur pengajuan kegiatan lintas cabang.

    b. Setelah jumlah pasien dipastikan, SPBK setempat/

    Pusat membuat surat permohonan pelaksanaan

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    22/60

    anggota Tim apabila terjadi Kejadian yang Tidak

    Diharapkan (KTD).

    III.2. Pedoman Administratif dan Payung Hukum Penyelenggaraan

    Kegiatan

    1. Anggota Tim Operasi:

    a. Jika jumlah anggota Tim Operasi Cabang diperkirakan

    belum mencukupi kebutuhan jumlah pasien yang akan

    dioperasi, atau SPBK Cabang bermaksud meminta

    pendampingan teknis/knowledge transfer, permintaan

    tambahan tenaga dapat diajukan kepada SPBK Pusat

    sehingga SPBK Pusat dapat mengalokasikan tenaga

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    23/60

    kedatangan tenaga Dokter dari luar negeri selayaknya

    adalah dalam konteks knowledge/skill transfer.

    f. Semua Paramedis harus mempunyai Surat Pernyataan

    Kompetensi yang masih berlaku untuk dapat menjadi

    anggota Tim. Surat ini dibuat oleh Instansi tempat

    Paramedis tersebut berdinas).

    2. Kriteria pasien Baksos:

    a. Seleksi pasien operasi dengan indikasi medis dan

    indikasi sosial adalah kewenangan Dokter SpM

    setempat bersama Tim SPBK.

    b. Pada waktu seleksi awal pasien, Dokter Spesialis Mata

    setempat harus diikutsertakan, sehingga tidak terjadi

    konflik tentang pasien yang dipilih (yang tidak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    24/60

    tindakan/operasi apa yang akan dilakukan, tujuan

    tindakan/operasi tersebut, obat apa yang harus

    ditetes/ diminum setelah operasi, penyulit yang dapat

    terjadi pada/setelah operasi, tanda-tanda penyulit yang

    terjadi pasca-operasi dan prosedur penanganannya

    serta biaya ditanggung oleh penyelenggara. Sebaiknya

    satu saksi yang menandatangani dari pihak

    Penyelenggara adalah Dokter Mata Setempat. Informed

    consentini diulangi sekali lagi pada saat pra-bedah,

    sekaligus ditandatangani oleh operator. (Contoh form

    informed consentterlampir).

    4. Pelaksanaan:

    a. Tempat yang digunakan untuk operasi katarak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    25/60

    6.

    Pelaporan kegiatan:

    Untuk menciptakan ketertiban adiministrasi dan ketepatan

    penghitungan jumlah operasi wilayah kerja, maka untuk

    pelaporan kegiatan Bakti Sosial ditetapkan sebagai berikut:

    a. SPBK Penyelenggara akan melaporkan kegiatan

    (berkaitan dengan teknis penyelenggaraan) dan hasil

    operasi ke SPBK setempat, dengan tembusan ke SPBK

    Pusat (Formulir A dan B).

    b. SPBK tempat penyelenggaraan (tujuan) akan

    melaporkan hasil operasi (berkaitan dengan jumlah,

    pencapaian visus, dan komplikasi) melalui Laporan

    Bulanannya ke SPBK Pusat (formulir akan dikeluarkan

    oleh SPBK Pusat) sebagai capaian wilayah kerjanya.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    26/60

    b.

    Unit cost operasi per pasien telah diperhitungkan

    secara proporsional sesuai perhitungan SPBK, sebesar

    Rp 600.000/pasien, dengan perincian sebagai berikut:

    1.A. Biaya operasional per pasien : minimal 40 operasi

    Obat-obatan dan prasarana Rp 250.000

    Kacamata/IOL Rp 65.000

    Biaya operasional dokter Rp 75.000

    Biaya operasional asisten/tim pendukung Rp 35.000

    Perawatan alat mikro/linen Rp 80.000

    Biaya follow-up tim Rp 20.000

    Biaya penanganan komplikasi Rp 50.000

    Subtotal I Rp 575.000

    1.B. Biaya administrasi/keuangan per pasien

    Subtotal II Rp 25 000

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    27/60

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    28/60

    No. Revisi Halaman

    1 dari 2

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Bakti sosial operasi katarak adalah Pelaksanaan operasi katarak secara

    massal bagi pasien tidak mampu.

    SPBK adalah suatu seksi di bawah Perdami Pusat.

    Dokter spesialis Mata Tim SPBK adalah dokter spesialis mata yang

    ditugaskan oleh ketua SPBK Pusat/Cabang untuk melaksanakan bakti sosial

    operasi katarak.

    Dokter Spesialis Mata setempat adalah dokter spesialis mata yang bertugas

    di wilayah pelaksanaan bakti sosial operasi katarak.

    Paramedis yang dimaksud adalah perawat mahir mata yang membantu

    operator dalam pelaksanaan bakti sosial operasi katarak.

    Buta katarak adalah penurunan tajam penglihatan yang disebabkan oleh

    kekeruhan lensa mata dengan tajam penglihatan 3/60 atau kurang.

    Standar

    Prosedur

    operasional

    DitetapkanKetua SPBK Pusat

    Dr. Johan Hutauruk, SpM

    BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK

    OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK)

    PERDAMI

    No. Dokumen

    04.01.001

    5 Januari 2009

    Tanggal Terbit :

    Pengertian

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    29/60

    No. Revisi Halaman

    2 dari 2

    A.

    Perizinan :1

    2

    3

    B. Persiapan pasien dan peralatan :

    1

    2

    3

    BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK

    OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK)

    PERDAMI

    No. Dokumen

    04.01.001

    Pihak Penyelenggara/ Rumah Sakit/ Puskesmas/ Pemerintah Daerah/

    Yayasan mengajukan surat permohonan bakti sosial operasi katarak kepada

    Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK).

    SPBK membuat surat tugas ke Dokter Spesialis Mata (SpM)/ Rumah Sakit/

    Puskesmas setempat sesuai rencana yang diusulkan (mengenai jumlah

    pasien, daerah sasaran baksos dan waktu pelaksanaan). Tembusan ke

    Dinas Kesehatan/ Instansi terkait.

    Dinas Kesehatan setempat menerbitkan surat izin/penugasan yang sifatnyasementara yang akan berfungsi sebagai SIP sementara (berlaku 3 bulan).

    Seleksi pasien operasi dengan indikasi medis dan indikasi sosial adalah

    kewenangan dari Dokter SpM setempat bersama tim SPBK.

    SPBK menyiapkan peralatan medis, bahan habis pakai dan obat-obatan

    keperluan bakti sosial.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    30/60

    No. Revisi Halaman

    1 dari 2

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Dr. Johan Hutauruk, SpM

    Pengertian

    Indikasi operasi adalah kriteria pasien yang diseleksi untuk dilaksanakan

    operasi katarak.

    Teknik seleksi adalah pemeriksaan mata pada pasien yang dipilih sesuai

    standar yang berlaku dalam pelaksanaan operasi katarak.

    Teknik operasi adalah cara yang dipilih untuk melakukan operasi katarak

    sesuai dengan prosedur operasional standar.

    Evaluasi pasca bedah adalah penilaian hasil operasi yang dilaksanakan

    setelah operasi katarak.

    Penyulit/ komplikasi operasi adalah keadaan yang tidak diharapkan akibat

    tindakan operasi yang terjadi pada saat dan atau setelah operasi katarak.

    Rumah sakit rujukan adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk mengatasi

    penyulit / komplikasi operasi katarak.

    BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK

    OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK)

    PERDAMI

    No. Dokumen

    04.01.002

    Standar

    Prosedur

    operasional

    DitetapkanTanggal Terbit : Ketua SPBK Pusat

    5 Januari 2009

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    31/60

    No. Revisi Halaman

    2 dari 2

    A. Indikasi operasi :

    1

    2

    3

    B. Teknik seleksi :

    1

    2

    3

    C. Teknik operasi :

    Indikasi administratif: pasien-pasien miskin yang dinyatakan dengan surat

    keterangan tidak mampu dari RT/RW, Lurah, Camat dan Puskesmas

    setempat, yang tidak memiliki jaminan kesehatan apapun.

    Indikasi medik: presenting visual acuity

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    32/60

    Keterangan :

    1. Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksosmerupakan

    format baku dan harus ditandatangani oleh ketua SPBK Perdami Pusat.

    2.

    Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksos, harus disertai

    dengan Formulir rencana pelaksanaan Baksos yang sudah ditanda

    tangani oleh Ketua SPBK Cabang dan Dokter Spesialis Mata setempat.

    3.

    Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksos dan Formulir

    rencana pelaksanaan Baksos dibawa ke Dinas Kesehatan setempat untuk

    diterbitkan SIP sementara.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    33/60

    III.3. Tata Tertib/Kebijaksanaan Donasi

    III.3.1. Komponen Biaya Bakti Sosial operasi katarak

    B

    A

    K

    S

    OS

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    34/60

    2.

    Dalam melakukan kerjasama atau pembuatan MOU denganDonatur, harus dibicarakan dan dinyatakan secara jelas hak dan

    kewajiban Penyelenggara dan Donatur. Donatur harus

    memahami secara jelas hal-hal apa saja yang dapat dicakup dari

    peran sertanya, dan apa yang tidak.

    3. Komponen transportasi dan akomodasi menjadi perhitungan

    penting mengingat adanya Donatur yang menginginkan

    operasi diselenggarakan di daerah-daerah remote/jauh dari

    sentra RS. Dengan demikian, unit cost per pasien sebesar Rp

    600.000/operasi/pasien pada beberapa kondisi tidak dapat

    mencukupi komponen transportasi dan akomodasi.

    4. Co-sponsorship:

    Sebagian Donatur dapat memilih untuk menjadi sponsor

    tunggal artinya Donatur tersebut menanggung seluruh aspek

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    35/60

    5.

    Sebagian Donatur menganut sistem reimbursement; untuk ituharus dibicarakan dan dinyatakan secara jelas kelengkapan

    persyaratan administratifyang dibutuhkan untuk pengajuan

    klaim biaya kegiatan, selain juga time-limit pengajuan dan

    pembayaran, guna terciptanya kerjasama yang transparan dan

    tertib administratif.

    6. Tidak ada bentuk baku sebuah MOU, tetapi dalam

    pembuatannya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

    Target operasi

    Cakupan area operasi

    Jangka waktu pelaksanaan kerjasama

    Hak dan kewajiban pihak Donatur dan pihak

    Penyelenggara

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    36/60

    B A B I VPEDOMAN/TATA TERTIB TEKNIS MEDIS OPERASI

    KATARAK

    IV.1. SOP Skrining Pasien Katarak

    IV.1.1. Pemeriksaan dan tatalaksana pada fasilitas kesehatan primer

    1.

    Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau Tumbling E chart

    dengan koreksi terbaik atau menggunakan pinhole.

    2. Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk segmen

    anterior di mana tidak ditemukan kekeruhan kornea dan tampak

    reflek pupil masih baik

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    37/60

    3.

    Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer Schiotz.4. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg)

    dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%.

    Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan

    slitamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai

    dengan visus pasien.

    5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.

    IV.1.3. Pemeriksaan dan tatalaksana pada fasilitas kesehatan tersier

    1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector

    dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole

    2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.

    3 Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    38/60

    berwarna kekuningan. Reflek fundus masih mudahdiperoleh dan paling sering memberikan gambaran

    seperti katarak subkapsularis posterior.

    c. Derajat 3:Nukleus dengan kekerasan medium,

    biasanya visus antara 6/30 3/60, tampak nucleus

    berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang

    berwarna keabu-abuan.

    d. Derajat 4:Nukleus keras, biasanya visus antara 3/60

    1/60, tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan.

    Reflek fundus sulit dinilai.

    e. Derajat 5:Nukleus sangat keras, biasanya visus

    biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita

    sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berwarna

    kecoklatan bahkan sampai kehitaman katarak ini

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    39/60

    3.

    Tatalaksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari6/12 adalah operasi katarak berupa EKEK + IOL atau

    fakoemulsifikasi + IOL dengan mempertimbangkan

    ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat

    kemampuan ahli bedah

    4.

    Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi

    dan peralatan bedah mikro, di mana pasien dipersiapkan untuk

    implantasi IOL

    5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta

    pengukuran biometri A-scan

    6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri

    ukuran IOL dapat ditentukan berdasar anamnesis ukuran

    kacamata yang selama ini dipakai pasien. IOL standar power

    +20 00 dioptri jika pasien menggunakan kacamata power IOL

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    40/60

    IV.2. SOP Sterilisasi

    IV.2.1. Sterilisasi perlengkapan operasi

    Metode sterilisasi

    1.

    Kain linen disterilisasi menggunakan sterilisator autoclave

    2. Instrumen operasi di sterilisasi tiap kali operasi dengan

    menggunakan domestic pressure cooker dengan steam pressure:

    a. 5 lb/in2 pada temperature 116 C selama 40 menit.

    b.

    10 lb/in2 pada temperature 121 C selama 20 menit.

    3. Air yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah aqua

    destilata

    Mempertahankan sterilitas alat

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    41/60

    3.

    Penggunaan instrumen operasi Peralatan yang sudah steril hanya boleh digunakan

    oleh personel yang telah mencuci tangan dan memakai

    sarung tangan steril.

    Instrumen diberikan dari perawat asisten kepada

    operator dengan cara tertentu sehingga operator dapat

    memegang bagian badan instrument, bagian ujung

    instrument yang akan bersentuhan dengan mata pasien

    tidak boleh disentuh oleh tangan operator maupun

    perawat asisten.

    IV.2.2. Sterilisasi kamar operasi

    Sterilisasi kamar operasi ini dilakukan mengikuti standar Rumah Sakit,

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    42/60

    Bantalan kepala (donat) Sterilisator

    Mikroskop

    Kabel panjang, adaptor

    Bangku / kursi putar untuk ahli bedah

    Kauter

    Benang nilon 9/0 atau 10/0

    Benang silk 5/0

    Viskoelastis

    Lensa intraokuler

    Spons seluler segitiga (strolls)

    IV.3. SOP Operasi Ekstraksi Katarak

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    43/60

    d.

    Mengenakan baju bersih selama operasi

    IV.3.2. Persiapan mata pasien

    Petugas yang memberi tetes mata harus :

    1.

    Mencuci tangan sebelumnya

    2. Memeriksa kembali mata mana yang akan dioperasi dan

    melakukan cukur bulu mata, jika tidak memakai eye drape, jika

    memakai eye drape bulu mata tidak perlu dicukur.

    3.

    1 (satu) jam sebelum operasi memberikan tetes pantocaine 0,5%,

    tropicamide 0,5-1% dan tetes phenylephrine 10% pada mata

    yang akan dioperasi.

    4. Mengulangi pemberian obat tetes mata 10 menit kemudian bila

    diperlukan

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    44/60

    2.

    Persiapan cairan anestesiPersiapan cairan anestesi sebagai berikut :

    a. Obat anestetik yang digunakan adalah lidokain 2%

    atau dengan campuran bupivakain 0,5% dalam jumlah

    perbandingan yang sama dimasukkan dalam syringe 5

    ml

    b. Jarum 19 G ditusukkan pada vial obat anestetik dan

    tetap terpasang disana untuk pengambilan dosis

    berikutnya

    c.

    Bersihkan tutup botol yang berisi obat anestetikdengan kapas alcohol

    d. Dengan syringe 5 ml, ambil 2,5 mL Lidocain 2%,

    kemudian tambahkan 2,5 mL bupivacain 0,5%

    e Pasangkan jarum 25G atau 23G pada syringe 5 ml

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    45/60

    bawah. Bola mata harus teraba dibawah kulitkemudian jari digerakkan sedikit ke bawah

    b. Ambil suntikan anestesi dengan tangan lainnya.

    Suntikan jarum pada daerah 1/3 luar sisi orbital tepat

    diatas indeks jari bevel/sisi serong ujung jarum kearah

    bola mata, melalui konjungtiva forniks bawah (cara 1)

    atau melalui kulit kelopak bawah/cara 2 agar dapat

    mencapai di belakang bola mata

    c. Saat jarum tepat berada dibelakang ekuator bola mata

    (ditandai pada setengah panjangnya jarum), arah jarumkemudian dibelokkan ke arah nasal atas menuju conus

    orbita sampai seluruh panjang jarum terbenam,

    lakukanlah aspirasi dan suntikan obat anestesi secara

    perlahan-lahan sebanyak 3-5 mL

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    46/60

    4.

    Anestesi Parabulbara. Pasien harus berbaring pada permukaan yang datar

    seperti meja operasi, tempat tidur dll. Lebih baik tanpa

    bantal. Pasien harus melihat lurus keatas langt-langit

    Metode 1 : tarik kebawah, kelopak mata

    bawah di daerah 1/3 luar dengan ujung jari

    tangan untuk memperlihatkan konjungtiva

    dan bola mata

    Metode 2 : letakkan ujung jari tengah pada

    kulit daerah sisi orbita pada 1/3 luar kelopak

    bawah. Bola mata harus teraba dibawah kulit

    kemudian jari digerakkan sedikit ke bawah

    b. Ambil suntikan anestesi dengan tangan lainnya.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    47/60

    menyentuh dan jangan sampai menembus bola mata.Hentikan dan tarik keluar jarum jika dicurigai terjadi

    perforasi. Jika tidak dicurigai terjadi perforasi tetapi

    dirasakan adanya tahanan, tarik keluar jarum perlahan-

    lahan dan ubah sudut kemiringan bola mata

    f.

    Jika pada waktu melakukan aspirasi terhisap darah,

    jarum ditarik sedikit kearah luar dan lakukan tes

    aspirasi kembali

    5. Anestesi Subkonjungtiva

    a.

    Teknik anestesi sub-konjungtiva menggunakan jarumsuntik ukuran 1 mL, dengan jarum 26 G

    b. Larutan Lidokan 2% sebanyak 0,5 1 mL di injeksi di

    bawah konjungtiva

    c Daerah subkonjungtiva yang dipilih daerah superior

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    48/60

    6.

    Anestesi Subtenona. Pemberian anestesi topikal (tetes mata lidokain 4%),

    yaitu satu tetes tiap 10 menit selama 20 menit

    menjelang operasi dimulai.

    b. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis.

    c.

    Insisi pada konjungitva inferior nasal sekitar 3 mm

    dari limbus, menggunakan gunting konjungtiva

    (wescott scissors) sampai kelihatan bagian sklera. Jika

    terjadi perdarahan diatasi dengan kauterisasi, bisa

    dengan kauter panas (Optem) ataupun kauter basah(bipolar).

    d. Melalui luka insisi tersebut dimasukkan kanula sub

    tenon menyusuri dinding bola mata sampaimencapai

    daerah ekuator

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    49/60

    IV.3.4. Kebersihan baju operasi dan sarung tangan

    Hal hal yang harus dipatuhi dan diperhatikan :

    1. Di dalam kamar bedah seluruh tim / petugas harus

    menggunakan masker dan penutup kepala sepanjang persiapan

    dan prosedur pembedahan.

    2. Mencuci tangan dengan povidone iodine atau cairan

    chlorhexidine menggunakan sikat steril terutama untuk daerah

    kuku selama 3 menit, dibawah air mengalir

    3.

    Dokter ahli bedah, perawat asisten dan perawat sirkulatordiwajibkan mengenakan baju khusus kamar bedah yang bersih.

    4. Dokter ahli bedah dan perawat asisten harus memakai jas

    operasi steril

    5 Menggunakan sarung tangan steril

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    50/60

    Masker Sandal untuk kamar bedah

    Perlengkapan pakaian/linen:

    Balutan kepala pasien

    Duk lubang

    Duk berlubang dibuat dari kain berukuran 120 x 220 cm. Dibagian

    sepertiga dari panjang kain dibuat kain yang berwarna berbeda

    berukuran 30 x 30 cm. Kemudian di tengahnya dibuat lubang

    berukuran 5x 5 cm (contoh gambar di lampiran 3) Kain penutup meja operasi

    Kain penutup meja instrument

    Pakaian operasi / bedah

    Baju operasi

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    51/60

    Balon penurun tekanan / pressure reducing device denganpengikatnya

    Instrumen Operasi Mikro

    Instrumen operasi dipergunakan dengan teknik aseptic non touch,

    instrumen diberikan dari perawat asisten kepada operator dengan

    cara tertentu sehingga operator dapat memegang bagian badan

    instrument, bagian ujung instrument yang akan bersentuhan

    dengan mata pasien tidak boleh disentuh oleh tangan operator

    maupun perawat asisten.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    52/60

    IV.4. SOP Follow-Up dan Komplikasi

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    53/60

    a.

    Kunjungan pertama: dijadwalkan dalam kurun 48 jamsetelah operasi (untuk mendeteksi dan mengatasi

    komplikasi dini seperti kebocoran luka yang

    menyebabkan bilik mata depan dangkal, hipotonus,

    peningkatan tekanan intaraokular, edema kornea

    ataupun tanda-tanda peradangan.)

    b. Kunjungan kedua: dijadwalkan pada hari ke 4-7 setelah

    operasi jika tidak dijumpai masalah pada kunjungan

    pertama, yaitu untuk mendeteksi dan mengatasi

    kemungkinan endoftalmitis yang paling sering terjadipada minggu pertama pascaoperasi

    c. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai dengan

    kebutuhan pasien di mana bertujuan untuk

    memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    54/60

    Beberapa komplikasi pasca operasi yang sering dialami adalah sebagai

    berikut:

    Luka yang tidak sempurna menutup

    Edema kornea

    Inflamasi/ uveitis

    Atonic pupil

    Pupillary capture

    Masalah yang berkaitan dengan IOL

    Kekeruhan kapsul posterior

    Toxic anterior segment syndrome (TASS)

    Capsular bag distention syndrome (CBDS)

    Sisa massa lensa/ korteks

    Cystoid macular edema (CME)

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    55/60

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    56/60

    B A B V

    PEDOMAN/TATA TERTIB PELAPORAN BAKTI SOSIAL

    KATARAK

    V.1. Tata tertib organisasi

    Dengan memperhatikan kedudukan SPBK secara hirarki di

    dalam organisasi Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia

    (Perdami), SPBK adalah seksie yang bernaung di bawahDepartemen Peningkatan Pengabdian dan Pelayanan

    Masyarakat (DP3M), salah satu struktur di dalam organisasi

    Perdami. Dengan demikian rekapitulasi kegiatan SPBK akan

    dilaporkan secara berkala kepada DP3M

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    57/60

    penyelenggaraan dan SPBK Cabang pelaksana untuk

    menjaga kontinuitas pelaporan.

    4. Laporan penyelenggaraan kegiatan Baksos dilaporkan secara

    lengkap sesuai format yang sudah ditentukan (Formulir

    Pelaporan A dan B).

    5.

    Setiap penyelenggaraan kegiatan Baksos disertai dengan

    dokumentasi kegiatan (foto), dan bukti dokumentasi ini

    disertakan bersama Formulir Pelaporan B.

    6. Formulir B yang sudah terisi minimal sampai dengan follow-up

    H+7 dan sudah diterima SPBK Pusat paling lambat 2 minggusetelah tanggal penyelenggaraan kegiatan.

    7. Bentuk pelaporan kegiatan akan lebih baik dalam bentuk

    softcopy dan dikirimkan melalui e-mail atau CD, sehingga

    mempercepat pengiriman dan mempermudah perekapan data

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    58/60

    V.3. Koordinasi SPBK Donatur:

    Untuk Donatur dengan jumlah operasi satu tahun melebihi 500 orang,

    kerjasama dibuat melalui SPBK Pusat dengan membuat MOU.

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    59/60

  • 7/25/2019 panduan-spbk

    60/60

    !"#$%&' )&*+$+ $!",&+- *&.&,&* / +!)* !",#&%- 01