Upload
risqi-adiyatma
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fsdf
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kehamilan dengan penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian maternal.
Angka kejadiannya berkisar antara 0.4 – 4.7%. Kebanyakan jenis penyakit jantung pada
kehamilan adalah penyakit jantung kongenital yang telah ada pada diri pasien. Secara fisiologis
jantung mampu beradaptasi selama masa kehamilan.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk
system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala
penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi
pada saat kehamilan. Wanita hamil dengan gangguan sistem kadiovaskuler perlu pemantuaan
ekstra di rumah maupun dirumah sakit.
Banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan yang lebh ringan pada kelompok
dengan penyakit jantung, namun angka mortalitas perinatal tidak berubah. Tidak ada kasus
penyakit jantung sianosis selama periode penelitian ini. Secara mencolok, pada penelitian
tentang penyakit jantung sianosis ditemukan bahwa komplikasi kardiovaskular pada
kehamilan muncul pada 32% pasien dengan 1 kematian, dan hanya 43% dari kehamilan yang
dapat lahir hidup.
Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada wanita dengan penyakit
jantung. Walaupun penyakit jantung jarang muncul secara de novo selama kehamilan, namun
banyak wanita dengan penyakit jantung yang telah diketahui sebelumnya atau wanita dengan
potensi penyakit jantung mengalami kehamilan.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada wanita hamil diakibatkan penyakit
kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat
merugikan kesempatan hidup.1
2.2. PERUBAHAN FISIOLOGI
Cardiac output meningkat dari minggu kelima kehamilan dan mencapai tingkat
maksimum sekitar minggu ke-32 kehamilan, setelah itu hanya mengalami sedikit peningkatan
sampai masa persalinan, kelahiran, dan masa post partum. Sekitar 50% peningkatan dari cardiac
output telah terjadi pada masa minggu kedelapan kehamilan. Meskipun, peningkatan dari cardiac
output dikarenakan adanya peningkatan dari volume sekuncup dan denyut jantung, faktor paling
penting adalah volume sekuncup, dimana meningkat sebanyak 20% sampai 50% lebih banyak
daripada pada wanita tidak hamil. Perubahan denyut jantung sangat sulit untuk dihitung, tetapi
diperkirakan ada peningkatan sekitar 20% yang terlihat pada minggu keempat kehamilan.
Meskipun, angka normal dalam denyut jantung tidak berubah dalam masa kehamilan, adanya
terlihat penurunan komponen simpatis.2
Pada trimester kedua, kompresi aortocava oleh pembesaran uterus menjadi penting secara
progresif, mencapai titik maksimum pada minggu ke- 36 dan 38, setelah itu dapat menurunkan
perpindahan posisi kepala fetal menuju pelvis. Naiknya posisi diafragma mengakibatkan
perpindahan posisi jantung dalam dada, sehingga terlihat adanya pembesaran jantung pada
gambaran radiologis dan deviasi aksis kiri dan perubahan gelombang T pada elektrokardiogram
(EKG). Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya murmur sistrolik dan suara jantung satu
yang terbagi-bagi. Suara jantung tiga juga dapat terdengar.2
2.3. EVALUASI KARDIOVASKULER KEHAMILAN
Anamnesis dari pasien adalah bagian yang penting untuk mengetahui penilaian faktor
resiko dan termasuk informasi dasar status fungsional dari kejadian penyakit jantung diakibatkan
faktor resiko yang kuat pada penyakit jantung pada kehamilan.
Penybab paling terbanyak:2
Kejadian Penyakit Jantung sebelumnya
2
Sianosis
Obstruksi sisi-kiri jantung
Disfungsi ventrikular
Obstruksi sisi kiri jantung termasuk penyakit jantung atau pembesaran jantung.
Gangguan fungsi ventrikel dapat bermakna ketika pompa jantung dibawah 40%. Kejadian yang
juga menarik juga termasuk pengobatan untuk gagal jantung, TIA atau stroke, dan aritmia.
2.4. ETIOLOGI
Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam kehamilan
Penyebab lainnya antara lain : arteri koroner, hipertensi, disfungsi tiroid.3 2.5. KLASIFIKASI
Klasifikasi tidak hanya didasarkan gejala klinis.5
a Kelas I
Tidak teganggu (Uncompromised), pasien dengan penyakit jantung dan tidak ada
pembatasan dalam aktivitas fisik. Mereka tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung atau
merasakan nyeri angina
b. Kelas II
Agak terganggu (Slightly compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan sedikit
pembatasan aktivitas fisik. Pada wanita ini merasa tidak nyaman (Discomfort) dalam
bentuk rasa lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
c. Kelas III
Jelas terganggu (Markedly Compromised) : Pasien dengan pembatasan penyakit
jantung dan pembatasan nyata aktifitas fisik. Mereka nyaman dalam keadaan istirahat, tetapi
aktivitas yang kurang dari biasa menyebabkan rasa tidak nyaman berupa kelelahan berlebihan,
palpitasi, dispnea, atau nyeri angina
d. Kelas IV
Terganggu parah (Severely Compromised) : Pasien dengan penyakit jantung
dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak
nyaman. Gejala insufisiensi jantung atau angina dapat timbul bahkan dalam
keadaan istirahat, dan apabila mereka melakukan aktifitas fisik apapun, rasa
tidak nyaman bertambah.
3
2.6. TANDA DAN GEJALA6
GejalaDyspnea yang progresif atau orthopneaBatuk pada malam hariHemoptisisSinkopNyeri dadaTanda-tanda klinikSianosisClubbing pada jari-jariDistensi vena di daerah leher yang menetapBising sistolik derajat 3/6 atau lebihBising diastolikKardiomegaliAritmia persistenTerpisahnya bunyi jantung dua yang persistenAdanya kriteria hipertensi pulmonal
2.7. DIAGNOSIS
a. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan yang
spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T lebih sulit dari
yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran
aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri yang nyata (-30°) menyatakan adanya
kelainan jantung.5
b. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa risiko terhadap
ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan
karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi. Semua pemeriksaan radiografi
harus dihindarkan terutama pada awal kehamilan.5
c. Radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai
fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya
pemeriksaan ini dihindarkan.5
4
d. Magnetic Resonance Imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi
wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan bila
digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan
implantasi pacu jantung atau defibrillator.5
2.8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu:6
Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas
yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk dapat
meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi
dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam
setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan
membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu.
Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam
kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I
setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan
ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera.
Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik
akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar.
Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic.
Kelas IV
Harus dirawat di RS dan tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan
abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien
5
harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan
berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis dan diuretic biasanya gejala gagal
jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun
kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat,
untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan
IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil.
Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena
setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya
perdarahan pada persalinanya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat
tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia
miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.
2.9. KOMPLIKASI
Pada ibu dapat terjadi: gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.
Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, dan
pertumbuhan janin terhambat.6
2.10. PROGNOSIS
Bagi ibu.
Bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit-penyulit lain. Pengawasan
pengobatan, pimpinan persalinan, dan kerjasama dengan penderita serta kepatuhan dalam
mentaati larangan, ikut menentukan prognosis. Angka kematian maternal secara keseluruhan : 1-
5%, Angka kematian maternal bagi penderita berat : 15%2
Bagi bayi.
Bila penyakit jantung tidak terlalu berat, tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal.
Namun pada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan terjadi gawat janin.2
6
BAB 3
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
Beban kerja jantung yang lebih berat pada masa hamil bisa saja dijumpai pada fase dini
masa nifas, oleh karena itu sekalipun anak telah lahir pengamatan secara ketat janganlah
diabaikan. Seluruh tindakan/perawatan seperti masa antepartum perlu dilanjutkan. Kalau
terjadi edema paru maka flebotomi merupakan salah satu usaha menyelematkan jiwa pasien
saat postpartum itu. Perencanaan waktu dan proses persalinan, analgesia dan anestesia,
pengawasan ketat jantung dan lokasi persalinan harus direncanakan dengan baik, terutama pada
pasien dengan penyakit yang berat. Pendekatan tim, termasuk pasien, sangat penting dalam
proses membuat keputusan. Secara umum, persalinan normal per vaginam dengan analgesia
yang efektif dan kala II yang cepat dan difasilitasi ( dengan forceps atau ekstraksi vacuum) lebih
dipilih. Operasi caesar dilakukan untuk indikasi obstetri dan kondisi jantung yang spesifik.
Kehilangan darah saat persalinan hendaknya diminimalkan dan diganti dengan
segera jika diperlukan. Perawatan postpartum hendaknya mencakup early ambulation,
perhatian pada masalah neonatal, dan pertimbangan kontrasepsi. Perubahan hemodinamik
dalam muncul selama kehamilan dan persalinan.Volume plasma meningkat 50%.Peningkatan
denyut nadi dan stroke volume meningkatkan cardiac output 45%.Autotransfusi sebanyak 500 ml
7
DAFTAR PUSTAKA1.Artoni F, Sedyawan J. Kelainan jantung pada kehamilan dan persalinan tahun 2001 di RSCM.
In: Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII POGI; 2002; Malang; 2002.
2.Ratnadewi N, Suardi A. Tinjauan kasus penyakit jantung dalam kehamilan di RSU Dr.Hasan
Sadikin selama 5 tahun (1994-1998). Maj Obstet Ginekol Indones 2000;24 (1):37 - 42.
3.Moerdowo, RM. Sekitar Masalah Serangan Jantung. Jakarta Bhratara Karya Aksara
4.Hidayat Wijayanegara,1998, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, RSHS
5.R. Haryono Roeshadi, 2004, gangguan dan Penyulit pada Masa kehamilan
6.Sanif Medial , 2008, Pendekatan Klinis penyakit jantung Pada masa Kehamilan
8