16

Click here to load reader

Paper AKUNTANSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AKUNTANSI

Citation preview

  • PEMERIKSAAN

    KEUANGAN NEGARA

    TIM PENYAJI :

    Abdul Gafur A Dama

    Akhmad Zacki Indrawan

    Adham Haryo Birowo

    Canggih Hangga Wicaksono

    Kelompok I Kelas 9b DIV Reguler Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Tahun 2011

  • 2

    Pengertian Keuangan Negara

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mendefinisikan bahwa keuangan

    negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

    serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat

    dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

    tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam

    merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.

    Dari Sisi Objek

    Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

    dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter

    dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik

    berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara

    berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    Dari Sisi Subjek

    Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang memiliki/menguasai objek

    sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah,

    perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan

    keuangan negara.

    Dari Sisi Proses

    Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan

    dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan

    kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

    Dari Sisi Tujuan

    Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum

    yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana

    tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

    Pengelompokkan Keuangan Negara

    Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek,

    terlihat bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas

  • 3

    cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter

    dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

    Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat

    dikelompokkan dalam:

    a. Subbidang Pengelolaan Fiskal,

    Meliputi kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai dari penetapan Arah dan

    Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN,

    penyusunan anggaran oleh pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR,

    pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran, penyusunan perhitungan

    anggaran negara (PAN) sampai dengan pengesahan PAN menjadi undang-

    undang.

    b. Subbidang Pengelolaan Moneter

    Berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sektor perbankan dan

    lalu lintas moneter baik dalam maupun luar negeri.

    c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

    Berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha

    Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan

    (profit motive).

    Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan

    antara: pengertian keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan

    negara dalam arti sempit.

    Pengertian keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi

    objek yang cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara mencakup kebijakan

    dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang

    dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit hanya

    mencakup pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja.

    Ruang Lingkup Keuangan Negara

    Ruang lingkup keuangan negara meliputi:

    a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan

    melakukan pinjaman;

  • 4

    b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum

    pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

    c. penerimaan negara;

    d. pengeluaran negara;

    e. penerimaan daerah;

    f. pengeluaran daerah;

    g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

    berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

    dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

    negara/perusahaan daerah;

    h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

    penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

    i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

    diberikan pemerintah; dan

    j. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola

    oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-

    yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan

    negara/daerah.

    Latar Belakang Pemeriksaan Keuangan

    Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan di dalam tiga

    undang-undang di bidang keuangan negara, serta Undang-Undang Nomor 15

    Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan

    Republik Indonesia (BPK) melaksanakan pemeriksaan yang diantaranya

    pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap laporan

    keuangan Pemerintah Pusat, kementerian/lembaga negara, pemerintah daerah,

    Bank Indonesia (BI), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik

    Daerah (BUMD), dan badan lain yang diwajibkan menyampaikan laporan

    keuangan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Dalam melakukan pemeriksaan keuangan tersebut, BPK telah menetapkan

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Panduan Manajemen

    Pemeriksaan (PMP). SPKN dan PMP tersebut perlu dilengkapi dengan petunjuk

  • 5

    pelaksanaannya sehingga ada keseragaman pelaksanaan pemeriksaan keuangan

    diantara para pemeriksa BPK. Oleh karena itu, BPK perlu menyusun dan

    menetapkan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan.

    Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini disusun dengan mengacu

    kepada SPKN, PMP serta referensi terkait dari standar pemeriksaan yang

    diterbitkan oleh International Organization of Supreme Audit Institution

    (INTOSAI), Asia Organization of Supreme Audit Institution (ASOSAI), dan Standar

    Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI), serta praktik internasional yang lazim (international best

    practices) dalam pemeriksaan keuangan.

    Tujuan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan adalah untuk:

    a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemeriksaan keuangan.

    b. Memberikan keseragaman pelaksanaan pemeriksaan keuangan.

    c. Memberikan pedoman agar pemeriksa dapat menghasilkan laporan hasil

    pemeriksaan sesuai dengan SPKN dan PMP.

    Petunjuk secara rinci dari beberapa langkah dalam Petujuk Pelaksanaan ini

    diuaraikan pada Petunjuk-Petunjuk Teknis pemeriksaan Keuangan. Petunjuk

    Teknis (Juknis) yang menyertai penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan

    ini adalah: Juknis tentang Pengendalian Intern, Juknis tentang Materialitas, dan

    Juknis tentang Pemahaman dan Penilaian Risiko Pemeriksaan.

    Disamping itu, terdapat Juknis tentang Pemeriksaan Keuangan yang

    dikelompokan berdasarkan entitas yang diperiksa, yaitu; Juknis Pemeriksaan

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Laporan Keuangan kementrian dan

    Lembaga (LKPP/LKKL), Juknis Pemeriksaan Pemeriksaan Laporan Keuangan

    Pemerintah Daerah (LKPD)

    Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara

    Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk

    memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan

    keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi

  • 6

    komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    Pemeriksaan keuangan dilakukan BPK dalam rangka memberikan pernyataan

    opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

    pemerintah. (UU No.15 Tahun 2004)

    Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan

    Pemeriksaan keuangan didasarkan pada:

    a. Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia.

    b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

    c. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    d. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

    f. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara

    g. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

    Peraturan perundang-undangan yang tidak tercantum di atas namun terkait

    dengan dasar pemeriksaan keuangan diungkapkan di dalam program

    pemeriksaan.

    Lingkup Pemeriksaan Keuangan

    Lingkup pemeriksaan keuangan yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan

    pemeriksaan keuangan ini meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, yang

    meliputi:

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

    Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;

    Laporan Keuangan BI;

    Laporan Keuangan BUMN;

  • 7

    Laporan Keuangan BUMD; dan

    Laporan Keuangan badan-badan lain yang diwajibkan oleh peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Panduan Manajemen

    Pemeriksaan Keuangan

    Pemeriksaan keuangan dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan

    Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun

    2007, khususnya Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) Nomor 01 tentang

    Standar Umum Pemeriksaan, PSP 02 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

    Keuangan, dan PSP 03 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan.

    Manajemen pemeriksaan keuangan didasarkan pada Panduan Manajemen

    Pemeriksaan (PMP) yang ditetapkan oleh BPK.

    Metodologi Pemeriksaan Keuangan

    Metodologi pemeriksaan keuangan meliputi tiga tahapan pemeriksaan,

    yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan yang terdiri

    dari 22 langkah. Kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pemeriksaan

    keuangan adalah SPKN, PMP, dan Harapan Penugasan. Selain itu, kegiatan

    supervisi dan pengendalian mutu dilakukan terhadap seluruh tahapan

    pemeriksaan keuangan. Secara ringkas, metodologi pemeriksaan ditampilkan pada

    bagan 1.1.

  • 8

    Gambar 1.1

    Langkah perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1)

    Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan

    Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut

    Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern,

    (6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan

    Kesalahan Tertolerir, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur

    Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan

    Perseorangan.

    Langkah pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu:

    (1) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian

    Intern, (3) Pengujian Substantif Atas Transaksi & Saldo Akun, (4) Penyelesaian

    Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan, (6) Perolehan

    Tanggapan Resmi & Tertulis, dan (7) Penyampaian Temuan Pemeriksaan.

    Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)

    Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep

  • 9

    Laporan Hasil Pemeriksaan Kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3)

    Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Pejabat Entitas Yang

    Berwenang, (4) Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir

    dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.

    OPINI PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN

    DAERAH OLEH BPK

    Laporan keuangan pemerintah merupakan salah satu alat akuntabilitas

    publik dalam menyampaikan pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola

    keuangan negara kepada masyarakat luas dan para stakeholder yang

    berkepentingan terhadap informasi keuangan pemerintah. Laporan keuangan

    pemerintah akan diperiksa setiap akhir periode pelaporan oleh badan pemeriksa

    eksternal pemerintah yaitu BPK.

    BPK merupakan satu lembaga pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

    keuangan negara yang secara hukum kedudukannya diatur dalam UUD 1945 pada

    pasal 23E, 23F, dan 23G serta Undang-Undang (UU) No. 15/2006 tentang BPK.

    BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

    dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,

    Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha

    Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

    Jenis pemeriksaan yang dilakukan BPK termasuk didalamnya adalah

    pemeriksaan keuangan, yaitu dalam rangka memberikan pernyataan opini

    tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

    pemerintah. Pemberian opini oleh BPK merupakan salah satu syarat bagi

    pemerintah sebelum dapat mempublish laporan keuangan tersebut ke publik,

    sebagai pernyataan bahwa seluruh informasi yang disajikan dalam laporan

    keuangan tersebut telah disajikan sewajarnya dan sesuai dengan standar

    akuntansi pemerintahan.

    JENISJENIS DAN PENGERTIAN OPINI BPK

    Berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dijelaskan

  • 10

    bahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah yang

    dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memuat opini. Apakah yang

    dimaksud dengan opini tersebut? Dalam Pasal 1 angka 11 UU No. 15 Tahun 2004

    dijelaskan bahwa opini adalah pernyataan professional sebagai kesimpulan

    pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan

    keuangan. Kemudian dalam penjelasan Pasal 16 dijelaskan kriteria yang

    digunakan dalam pemberian opini oleh pemeriksa, yaitu:

    1) Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan

    2) Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)

    3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan

    4) Efektivitas sistem pengendalian intern.

    Kemudian dalam penjelasan Pasal 16 juga dijelaskan tentang 4 (empat)

    jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yaitu:

    1) Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

    Opini wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas

    yang diperiksa telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,

    posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan

    prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    2) Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

    Opini wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan

    entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang

    material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tersebut sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk

    rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian. Ketidakwajaran

    dalam item tertentu ini tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan

    secara keseluruhan.

    3) Opini tidak wajar (adversed opinion), dan

    Opini tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa

    tidak menyajikan secara wajar atau tidak mencerminkan keadaan yang

  • 11

    sebenarnya tentang posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    4) Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)

    Penyataan menolak memberikan opini menyatakan bahwa auditor tidak

    menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini diberikan jika auditor

    tidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini dapat

    diberikan jika auditor menganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh

    perusahaan atau pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa

    memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan

    menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar.

    TUJUAN PEMBERIAN OPINI OLEH BPK

    Berdasarkan kriteria yang digunakan oleh auditor dalam pemberian opini

    maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemberian opini oleh BPK adalah

    sebagai berikut:

    1. Menilai kesesuaian laporan keuangan pemerintah dengan standar akuntansi

    pemerintahan yang berlaku di Indonesia.

    2. Menilai apakah hal-hal yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan

    pemerintah telah diungkapkan sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan

    keuangan.

    3. Menilai kepatuhan laporan keuangan pemerintah terhadap peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, dan

    4. Menilai efektivitas sistem pengendalian intern yang dijalankan dalam

    pemerintahan.

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

    SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan

    tanggung jawab negara. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat

    persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan

  • 12

    persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pemeriksaan pengelolaan dan

    tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting dalam

    rangka terciptanya akuntabilitas publik.

    Tujuan Standar Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi

    para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas

    pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

    Standar pemeriksaan ini berlaku untuk pemeriksaan dilaksanakan entitas,

    program, kegiatanserta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan

    dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan demikian, standar pemeriksaan ini

    berlaku untuk:

    a. BPK.

    b. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas

    pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama BPK.

    c. Aparat Pengawas Intern Pemerintah termasuk satuan pengawasan intern

    maupun pihak lainnya sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan

    sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

    Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis

    pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh

    pemeriksa. Jenis pemeriksaan sebagaimana diuraikan dalam Standar Pemeriksaan

    ini, adalah: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan

    tujuan tertentu.

    a. Pemeriksaan Keuangan

    Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan.

    Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang

    memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan

    secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi

    yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain

    prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  • 13

    b. Pemeriksaan Kinerja

    Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

    negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta

    pemeriksaan aspek efektivitas. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif

    dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan

    penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang

    diperiksa.

    c. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

    Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan

    atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi

    antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan

    investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.

    Hubungan Antara Standar Pemeriksaan dan Undang-Undang Tentang

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

    Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan

    negara dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan. Standar Pemeriksaan

    ini merupakan standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam undang-

    undang tersebut.

    Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 memuat 3 (tiga) jenis pemeriksaan,

    yaitu: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan

    tujuan tertentu. Dalam Standar Pemeriksaan ini, standar untuk melakukan

    pemeriksaan keuangan diatur dalam Standar Pemeriksaan Keuangan, standar

    untuk melakukan pemeriksaan kinerja diatur dalam Standar Pemeriksaan

    Kinerja, dan standar untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

    diatur dalam Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.

  • 14

    Hubungan Antara Standar Pemeriksaan dan Standar Profesional Lainnya

    Standar Pemeriksaan ini harus digunakan bersama-sama dengan SPAP

    yang ditetapkan oleh IAI. SPAP tersebut berlaku untuk audit keuangan dan

    perikatan atestasi yang dilaksanakan oleh akuntan publik. Standar Pemeriksaan

    memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan Pernyataan

    Standar Audit (PSA) yang terkait dengan audit keuangan dan perikatan atestasi

    dalam SPAP, kecuali ditentukan lain. Penerapan SPAP perlu memperhatikan

    standar umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar

    pelaporan dalam Standar Pemeriksaan ini.

    Pernyataan Standar Pemeriksaan

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat 7 (tujuh) butir

    Pernyataan Standar Pemeriksaan berikut:

    a. Standar Umum

    b. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

    c. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

    d. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

    e. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

    f. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

    g. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

    The International Organisation of Supreme Audit Institutions (INTOSAI)

    INTOSAI didirikan pada tahun 1953 atas inisiatif Emilio Fernandez Camus,

    Presiden SAI Kuba. Pada saat itu, 34 SAI bertemu untuk Kongres INTOSAI 1 di

    Kuba. Saat ini INTOSAI memiliki 190 Anggota Penuh dan 4 Anggota Asosiasi.

    INTOSAI beroperasi sebagai organisasi payung bagi komunitas eksternal

    audit pemerintah. Selama lebih dari 50 tahun telah memberikan suatu kerangka

    kerja institusional bagi Supreme Audit Intitutions (SAI) untuk pengembangan dan

  • 15

    transfer pengetahuan, meningkatkan audit pemerintah di seluruh dunia dan

    meningkatkan kapasitas profesional, dan pengaruh anggota SAI di negara masing-

    masing. Sesuai dengan motto INTOSAI 'Experientia Mutua omnibus prodest',

    pertukaran pengalaman antara anggota INTOSAI dengan penemuan dan wawasan

    yang baru akan menjamin bahwa audit pemerintah terus berlangsung dan

    berkembang.

    INTOSAI adalah organisasi, otonom independen dan non-politik dalam

    rangka untuk mendorong pertukaran ide dan pengalaman antara Lembaga Audit

    Tertinggi dalam Audit Publik. Dan merupakan organisasi non-pemerintah dengan

    status konsultatif khusus dengan Dewan Ekonomi dan Sosial dari PBB.

    BPK menjadi anggota INTOSAI sejak tahun 1956. Keterlibatan BPK dalam

    INTOSAI diantaranya yaitu sebagai:

    1) Professional Standard Committee-Financial Audit Guidelines Subcommittee.

    2) Working Group on Environmental Audit (WGEA)

    3) Working Group on Accountability for and Audit of Disaster-Related Aid

    (AADA)

    4) Working Group on Fight Against Money Laundering and Corruption

    (FAIMLAC)

    5) Working Group on Key National Indicators

    6) Task Force on Global Financial Crisi-Challenge to SAIs

    7) INTOSAI Development Initiaative (IDI)

    Asian Organization of Supreme Audit Institutions (ASOSAI)

    ASOSAI didirikan pada 1979 dengan 11 anggota. Sekarang keanggotaan

    telah berkembang menjadi 45 SAI.

    Tujuan dari ASOSAI adalah:

    1) Untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama antar lembaga anggota

    melalui pertukaran ide dan pengalaman di bidang Audit Publik.

    2) Untuk menyediakan fasilitas untuk pelatihan dan pendidikan berkelanjutan

    bagi auditor pemerintah, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dan

    kinerja.

  • 16

    3) Untuk melayani sebagai pusat informasi dan sebagai penghubung regional

    dengan lembaga-lembaga di bagian lain dunia dalam bidang Audit Publik.

    4) Untuk meningkatkan kolaborasi dan persaudaraan antara auditor dalam

    pelayanan dari Pemerintah masing-masing lembaga-lembaga anggota dan di

    antara kelompok-kelompok regional.

    Fungsi ASOSAI adalah:

    1) Untuk mendorong dan meningkatkan penelitian dan untuk melakukan

    publikasi makalah penelitian dan artikel profesional dalam audit dan bidang

    terkait.

    2) Untuk mengatur konferensi dan seminar untuk pertukaran ide dan

    pengalaman di bidang Audit Publik.

    3) Untuk melakukan fungsi-fungsi lainnya yang diperlukan sesuai dengan

    tujuannya.

    Indonesia menjadi anggota Governing Board periode 2009-2012 bersama

    dengan 10 negara lainnya pada the-10th ASOSAI Assembly di Islamabad, Pakistan.

    Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah ASOSAI Assembly tahun 1997 di

    Jakarta menghasilkan Jakarta Declaration dan ASOSAI Assembly tahun 1988 di

    Bali menghasilkan Bali Declaration.