Upload
natasya
View
24
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cost management
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata
pemerintahan sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud ataupraktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis
ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, yang mengakibatkantidak ada
investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut. artinya,bisa dikatakan jika
perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate Governance dengan baik. Oleh
karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan
penciptaan GCG di berbagai negara. Good Corporate Governance dimaksudkan
agar tata kelola perusahaan baik sehingga bisa meminimalisir praktek-prakter
kecurangan.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia
yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke
dalam pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam
menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
berpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan
cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang
dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan
ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan
atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola
perusahaan dan pemerintahan yang buruk.
Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah
aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah
aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ?
Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate governance
dalam suatu perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian GCG ?
2. Prinsip GCG ?
3. Manfaat GCG ?
4. GCG dan hukum perseroan di Indonesia ?
5. Organisasi khusus dalam penerapan GCG ?
6. GCG dalam pengawasan pasar modal ?
7. GCG perbankan Indonesia
8. CSR (Corporate Social Responsibility)
9. Hubungan CGC dan CSR
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian GCG
2. Untuk mengetahui prinsip GCG
3. Untuk mengetahui manfaat GCG
4. Untuk mengetahui GCG dan hukum perseroan di Indonesia
5. Untuk mengetahui Organisasi khusus dalam penerapan GCG
6. Untuk Mengetahui GCG dalam pengawasan pasar modal
7. Untuk mengetahui GCG perbankan Indonesia
8. Untuk mengetahui mengenai CSR
9. Untuk mengetahui hubungan CGC dan CSR
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami tim penulis atau kelompok yang membahas
tentang Good Corporate Governance (GCG) , berharap dalam makalah ini bisa
bermanfaat untuk jangka panjang maupun jangka pendeknya sebagai informasi yang
sangat berharga.
Dalam Good Corporate Governance (GCG) pun dapat diambil banyak manfaatnya,
dengan menata atau mengelola perusahaan dengan baik agar terhindar dari adanya
KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang dapat merugikan perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian GCG
Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh
Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud
dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes,
2006). Berikut disajikan beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa
sumber, diantaranya:
1. Cadbury Committee of United Kingdom
A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,
creditors, the goverment, employees, and other internal and external stakeholders
in respect to their right and responsibilities, or the system by which companies are
directed and controlled.
2. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)
FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury
Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.
3. Sukrisno Agoes (2006)
Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu
proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan
penilaian kinerjanya.
4. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD)
(dalam Tjager dkk, 2004)
The structure through which shareholders, directors, managers, set of the
board objectives of the company, the means of attaining those objectives and
monitoring performance. [Suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham,
direktur, manager, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat
yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.
5. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006)
Mekanisme adninistratif yang mengatur hubungan-hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-
kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini
dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan (prosedur) dan sistem insentif
sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta pemantauan atas
kinerja yang dihasilkan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG
mengandung pengertian yang berintikan 4 point, yaitu:
1. Wadah
Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan).
2. Model
Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta
nilai-nilai yang meladasi praktik bisnis yang sehat.
3. Tujuan
a. Meningkatkan kinerja organisasi,
b. Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan,
c. Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam
pengelolaan organisasi,
d. Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan.
4. Mekanisme
Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang, dan tanggung
jawab :
a. Dalam arti sempit
Antar pemilik atau pemegang saham, dewan komisaris dan direksi.
b. Dalam arti luas
Antar seluruh pemangku kepentingan.
2.2 Prinsip GCG
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakanprinsip-
prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar inidiharapkan menjadi
rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalammembangun framework bagi
penerapan good corporate governance. Prinsip-prinsip Dasar penerapan good corporate
governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in
Indonesia (2001: 31) adalah sebagai berikut :
Fairness (Perlakuan yang Setara)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan
fairness dapat menjadi public pendorong yang dapat memonitor dan memberikan
jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Transparency (Transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
Accountability (Akuntablitas)
Adalah Prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina system
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statement )
yang dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.
Responsibility (Prinsip Tanggung jawab)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh ubli dan
kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepemtingan dalam
menciptakan kesejahteraan.
Indepandency (kemandirian)
Sebagai tambahan prinsip dalam pengelolaan BUMN, artinya suatu keadaan
dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional,
mandiri, bebas dari konflok kepentingan dan bebas dari tekanan / pengaruh dari
manapun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip –
prinsip pengelolaan yang sehat.
2.3 Manfaat GCG
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan
kepercayaan terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk
(2003) mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa mengapa penerapan
GCG itu bermanfaat, yaitu:
1. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company
menunjukkan bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan
terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.
2. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan
lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar
modal menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
4. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat
menjadi dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai
dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan
mekanisme penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten
dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara lain:
Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan
terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang
ditempuh perusahaan.
2.4 GCG dan hukum perseroan di Indonesia
Definisi Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor
40 Tahun 2007 (“UUPT”), berbunyi: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya
disebut(“Perseroan”), adalah badan hokum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan
hokuml penggantian kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia yang didasarkan atas
hokum hokum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 menjadi Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 adalah adanya perubahan dan
perkembangan yang cepat berkaitan dengan teknologi , ekonomi, harapan masyarakat
tentang perlunya peningkatan pelayanan dan kepastian hokum, kesadaran hokum dan
lingkungan, sertatuntutan pengelolaan usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan perusahaan yang baik. Beberapa ketentuan lama yang masih relevan yang
terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 masih dipertahankan. Namun ada
beberapa ketentuan baru yang ditambahkan, antara lain:
Dimungkinkan mengadakan RUPS dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
ada seperti: telekonferensi, video konferensi dan yang lainnya
Kejelasan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian pengesahan status badan
hokum dan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan
Memperjelas dan mempeertegas tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan
Komisaris, termasuk mengatur mengenai komisaris independen dan komisaris
utusan
Kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab hokum dan lingkungan
2.5 Organisasi khusus dalam penerapan GCG
Meskipun ketentuan mangenai organ perseroan telah diatur dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas Nomor 47 Tahun 2007 dan selanjutnya dituang kembali di
dalanm Anggaran Dasar Perseroan, namun dalam praktiknya organ ini belum mampu
menjamin terselenggaranya tata kelola perusahaan yang sehat.
Indara Surya dan Ivan Yustiavananda (2006) menyebutkan paling tidak diperlukan
empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:
1. Komisaris Independen
2. Direktur Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan
Komisaris Direktur Independen
Indra Surya dan ivan Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian
independen terkait konsep Komisaris Direktur Independen tersebut
Pertama, Komisaris dan Direktur Independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk
mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas). Sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Perseroan, anggota Direksi dan Komisaris diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan
atas perbandingan jumlah suara para pemegang saham Kedua, Komisaris dan Direktur
Independen adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili pihak manapun
dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman dan
keahlian hokumlonal yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi
kepentingan perusahaan. Keberadaan Komisaris Independen telah diatur Bursa Efek
Indonesia melalui peraturan BEI sejak tanggal 20 Juli 2001 mengenai beberapa hokuml
tentang Komisaris Independen adalah sebagai berikut:
Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
pemegang saham Pengendali Perusahaan tercatat yang bersangkutan
sekurang-kurangnya enam bulan sebelum menunjukkan sebagai
direktur tidak terafiliasi.
Tidak memiliki hubungan afiliasi Komisaris dan Direktur lainnya
dari perusahaan Tercatat yang bersangkutan.
Tidak bekerja rangkap sebagai direksi pada perusahaan lain
Tidak menjadi Orang Dalam pada lembaga atau profesi perpanjang
pada pasar modal yang jasanya digunakan oleh Perusahaan Tercatat
selama enam bulan sebelum penunjukan sebagai direktur
Komite Audit
Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:
Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan
dan pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.
Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan hokumlonal.
Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi,
pemahaman yang baik mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta
risiko dan hokuml.
Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang
baik tentang analisa dan penyusunan laporan keuangan.
Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin
dan terampil berkomunikasi dengan baik. Selain hal tersebut,
menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003
menambahkan bahwa anggota Komite Audit tidak merangkap
jabatan yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE-
03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-
103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai
oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen
serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Komite Audit mempunyai fungsi membantu Dewan Komisaris
untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan Keuangan, (ii) menciptakan iklim disiplin dan
pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan, (iii) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI)
maupun eksternal audit, serta (iv) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu DK,
sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada
DK), kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari DK,
misalmya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal, dan memimpin
suatu investigasi khusus. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan
dalamCharter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian
besar, yaitufinancial reporting, corporate governance, dan risk and control
management.
Pada akhirnya, suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan yang
terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu oleh
Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam memastikan
implementasi Good Corporate Governance berjalan dengan baik sehingga kecurangan
(fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari. (Alison)
Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis
karena orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung (liason officer)
tau semacam public relations/ investor relations antara perusahaan dengan pihak diluar
perusahaan.tugas utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan dokumen
perusahaan, Daftar Pemegang Saham, risalah rapat direksi dan RUPS, serta menyimpan
dan menyediakan informasi penting lainnya bagi kepentingan seluruh pemangku
kepentingan.
2.6 GCG dalam pengawasan pasar modal di Indonesia
Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar dimana berbagai
instrument keuangan jangka panjang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang terbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga-lembaga penunjang pasar modal,
antara lain:
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
2. Bursa Efek;
3. Lembaga Kliring;
4. Investor;
5. Akuntan public;
6. Notaris;
7. Konsultan hukum.
2.7 GCG perbankan Indonesia
Menyadari tata kelola perbankan di Indonesia masih lemah, dalam upaya
menata kembali manajemen dan kegiatan perbankan di Indonesia, Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan No 8/4/PBI/2006 pada tanggal 30 januari 2006 tentang
implementasi GCG oleh Bank-bank komersial. Secara garis besar, peraturan ini
mengatur tentang:
a. Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas,
tanggung jawab,independensi dan kesetaraan
b. Tujuan implementasi GCG, minimal untuk merealisasikan:
Kejelasan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris dan Dewan Dereksi
Kelengkapan dan implementasi tugas komite dan unit pelaksana fungsi
internal audit bank
Kinerja ketaan, fungsi auditor internal dan eksternal
Implementasi manajemen resiko termasuk system pengendalian internal
Ketentuan dalam pihak-pihak terkait dan dana dalam jumlah besar
Rencana strategi bank
Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan
c. Jumlah komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris
d. Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Direksi
e. Komite
f. Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal
g. Implementasi Management Resiko
h. Ketentuan Dana
i. Rencana Strategis Bank
j. Aspek Transparansi Kondisi Bank
k. Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal
l. Laporan dan Asesmen Implementasi GCG
m. Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri
n. Sanksi-sanksi
o. Ketentuan Peralihan
p. Ketentuan Penutup
2.8 CSR (Corporate Social Responsibility)
Adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa
tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk
anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah
fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan
dan kepentingan stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan
sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar
profitability perusahaan.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran
lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan
masyarakat setempat.
Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka
panjang.
Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan
kegiatan CSR yang dirancang oleh korporat.
Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:
Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan
maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.
Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja
perusahaan.
Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan
sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan
konflik.
Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.
Manfaat CSR
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:
Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan
kelestarianlingkungan.
Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:
Meningkatkan citra perusahaan.
Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
Memberikan inovasi bagi perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Social Responsibility
Menurut Yusuf Wibisono dalam bukunya Membedah Konsep dan Aplikasi CSR
(2007:7), implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Komitmen pimpinannya
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap
akan memedulikan aktivitas sosial
b. Ukuran dan kematangan sosial
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi member kontribusi ketimbang
perusahaan kecil dan belum mapan.
c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada
masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak
yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk
berkontribusi kepada masyarakat.
2.9 Keterkaitan dan Hubungan CGC dan CSR
Meningkatnya tuntutan publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai
wujud implementasi good corporate governance (GCG). Salah satu implementasi GCG
di perusahaan adalah penerapan corporate social responsibility (CSR). Dalam era
globalisasi kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat terhadap produk (barang) yang ramah lingkungan.
CSR menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) adalah
suatu komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis (behavioral ethics) dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable
economic development). Komitmen lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta masyarakat luas.
Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dapat tercapai apabila
terdapat komitmen penuh dari top management perusahaan terhadap penerapan CSR
sebagai akuntabilitas publik. Salah satu prinsip GCG adalah masalah
pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat. Akhir-akhir ini terdapat tiga kepentingan publik yang oleh perusahaan
cenderung terabaikan. Pertama, perusahaan hanya bertanggung jawab secara hukum
terhadap pemegang sahamnya (shareholder), sedangkan masyarakat tempat di mana
perusahaan tersebut berdomisili kurang diperhatikan. Kedua, dampak negatif yang
ditimbulkan oleh perusahaan semakin meningkat dan harus ditanggung oleh masyarakat
sekitar.
Sementara itu sebagian besar keuntungan manfaat hanya dinikmati oleh pemilik saham
perusahaan saja. Ketiga, masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban sebagian
besar mengalami kesulitan untuk menuntut ganti rugi kepada perusahaan. Itu karena
belum ada hukum (regulasi) yang mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan
kewajiban perusahaan kepada publik. Selain tanggung jawab perusahaan kepada
pemegang saham tanggung jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) dan tanggung jawab atas kelestarian
lingkungan hidup (sustainable environtment responsibility).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good
Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility.
Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate
Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan
laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa
pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama
disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum
sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance.
Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara
benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi.
3.2. Saran
Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu
memahami lebih dalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat
membantu kita membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang
ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat
membantu para pembaca untuk dapat dijadikan referensi yang mengacu pada tata
kelola perusahaan yang baik.
Daftar Pustaka
Arafat, Wilson, Mohamad Fajri MP, Smart Strategy for 360 degree GCG (Good Corporate
Governance) (October 2009). Skyrocketing Publisher. ISBN 978-979-18098-1-8
Arafat, Wilson, How To Implement GCG Effectively (July 2008). Skyrocketing
Publisher.
Becht, Marco, Patrick Bolton, Ailsa Röell, Corporate Governance and Control (October 2002;
updated August 2004). ECGI - Finance Working Paper No. 02/2002.
Miko Kamal, Undang Undang PT dan Harapan Implementasi GCG,www.alf.com,2008
http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/sejarah-lahir-gcg-dan-perkembangannya.html
http://onvalue.wordpress.com/2007/10/09/sejarah-timbulnya-corporate-governance/
STUDI KASUS
Kasus Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social
Responsibility (CSR)
PT Tambang samudra adalah sebuah perusahaan pertambangan emas (gold)
yang berkantor pusat di jakarta dan tengah melakukan operasi penggalian emas di
pedalaman aceh. Perusahaan telah beroperasi selama 6 tahun dan telah menunjukkan
kondisi perolehan keuntungan yang terus meningkat. Dalam kontrak kerja yang ditanda
tangani antara pemilik PT dengan pemerintah daerah provinsi aceh disepakati bahwa
40% karyawan yang bekerja disana harus ditempatkan penduduk asli yang berasal dari
aceh khususnya masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan. Namun bagi pihak
manajemen perusahaan kualitas pendidikan masyarakat di sekitar keberadaan tambang
tersebut dianggan pendidikan atau kemampuan akademinya belum mencukupi untuk
bisa bekerja sebagai pegawa PT tambang samudra. Sementara selama ini sudah jumlah
pegawai yang berasal yang berasal dari masyarakat sekitar baru terpakai 15% artinya
masih 25% lagi belum mempergunakan tenaga lokal.
Kondisi ini telah menimbulkan protes dari masyarakat sekeliling, apalagi
banyak dari mereka yang bersatatus pekerja lepas artinya belum memiliki pekerjaan
tetap. Kondisi ini semakin diperparah ketika beberapa waktu lalu terjadi d emonstarasi
yang menyebabakan terbakarnya mobil keruk dan rusaknya pagar pintu masuk ke
perusahaan. Persoalan ini sudah sampai ke kantor pusat yang berada di jakarta, artinya
pembicaraan mulai serius dilakukan. Pihak komisaris perusahaan dan top manajemen
menugaskan kepala publik relation untuk mempelajari dan memberikan solusi atas
kasus ini.
Solusi
Adapun solusi yang dapat diberikan pada kasus ini adalah sebaiknya pihak
publik relation dari PT Tambang Samudra melakukan research dan kajian secara
komprehensif untuk mengetahui duduk permasalahan secara detail. Dengan mengetahui
setiap permasalahan secara detail terutama dengan melhatnya dari dua sisi yaitu pihak
manajemen perusahaan dan masyarakat, maka diharapkan kesimpulan dan solusi akan
dapat diberikan secara sangat aspiratif. Pada prinsipnya pihak manajemen PT tambang
samudra bertanggung jawab untuk mewujudkan kesepakatan menerima 40% pegawai
yang berasal dari masyarakat sekitar keberadaan perusahaan. Jika atasan tidak bisa
menerima seluruhnya karena kompetensi akademik meraka yang masih rendah, maka
sudah menjadi kewajiban pihak manajemen perusahaan untuk mendidik atau memberi
pelatihan kepada setiap masyarakat yang nantinya akan diangkat menjadi pegawai di
PT tambang samudra.
Lebih jauh pihak manajemen perusahaan juga bisa memberikan pendidikan
beasiswa kepada anak-anak yang berada di kawasan aceh pedalaman tersebut untuk
sekolah ke jenjang universitas. Dan selanjutnya mereka diberikan kontrak jika selesai
kuliah nanti untuk mengabdikan dirinya pada perusahaan PT tambang samudra. Dana
untuk membiayai semua itu bisa diambil dari dana CSR yang teralokasi atau
dianggarkan untuk kepentingan CSR perusahaan. Dan kegiatan sperti ini bisa dianggap
bagian dari sikap CSR yang mengedepankan nilai-nilai etika bisnis. Tentunya sikap dan
keputusan CSR lainnya seperti melakukan acara sunatan masal, memberikan bantuan
bagi acara karang taruna masyarakat sekitar, membantu alat-alat gotong royong,
bantuan bagi acara keagamaan lainnya. Semua ini bertujuan untuk mendekatkan
perusahaan dengan masyarakat.
MANAJEMEN BIAYA
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
Disusun oleh :
Kelompok 5
Adrian Hartomy (02)
Cindy Clarissa (06)
Karina Yolanda (19)
Natasya Viviana (29)
Rima Astriani (34)
ANGKATAN 34
PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI BCA
JAKARTA, 2016