43
APLIKASI ANTROPOMETRI DAN PENGUKURAN WAKTU KERJA DALAM DUNIA INDUSTRI Disusun oleh : Petra Radite I0311025 0

Paper Ergonomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paper ergonomi

Citation preview

APLIKASI ANTROPOMETRI DAN PENGUKURAN WAKTU KERJA DALAM DUNIA INDUSTRI

Disusun oleh : Petra RaditeI0311025JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDalam dunia industri, sistem kerja harus dirancang dengan mengandalkan prinsip ENASE, yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat Dan Efisien. Untuk memperoleh kelima kategori tersebut, seluruh aspek ergonomi harus diperhatikan.Dalam sebuah perusahaan misalnya, apabila peralatan yang digunakan para pekerja tidak ergonomis maka pekerja akan mengalami beberapa kendala seperti sakit pada beberapa bagian fisiknya dan secara otomatis akan mengganggu produktivitas perusahaan tersebut. Peralatan yang akan dirancang untuk memperbaiki kesalahan tersebut haruslah memiliki suatu ukuran yang sudah diperhitungkan. Dalam menentukan ukuran untuk merancang alat tersebut, perusahaan memerlukan suatu konsep ilmu yang berkaitan dengan dimensi dan ukuran tubuh manusia secara luas. Desain alat haruslah menyesuaikan dengan manusia yang akan menggunakan bukan sebaliknya. Alat yang akan dirancang haruslah memiliki ukuran sesuai dengan ukuran dan dimensi tubuh manusia atau pekerja yang nantinya akan berinteraksi dengan alat tersebut, tentunya disesuaikan dengan ukuran yang umum. Dengan adanya perbaikan tersebut, diharapkan dapat mempersingkat waktu pengerjaan dan meningkatkan jumlah unit yang dapat diproduksi serta menghemat biaya produksi. Dengan meningkatnya produktivitas diharapkan keuntungan perusahaan tersebut juga akan meningkat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Definisi Antropometri?2. Apakah Definisi Pengukuran Waktu Kerja?3. Apakah kegunaan ilmu Antropometri dan Pengukuran Waktu Kerja dalam dunia industri?1.3. Ruang Lingkup Materi

Teori yang digunakan pada tema ini adalah teori anthropometri, teori ergonomi dan teori statistika. 1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Khusus

1. Mempelajari dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan Antropometri.2. Mempelajari dan memahami hal-hal yag berkaitan dengan Pengukuran Waktu Kerja.3. Mempelajari aplikasi Antropometri dan Pengukuran Waktu Kerja pada dunia industri berdasarkan studi kasus yang digunakan.1.4.2. Tujuan Umum

1. Sebagai tugas prasyarat calon asisten laboratorium LPSKE.1.5. Manfaat Makalah

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Sebagai media untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Antropometri.2. Sebagai media untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pengukuran Waktu Kerja.BAB II

ANTROPOMETRI2.1 Pengertian AntropometriAntropometri adalah salah cabang ilmu ergonomi. Anthropometri merupakan ilmu ergonomi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia meliputi dimensi dan volume serta ukuran kekuata, kecepatan, dan aspek gerakan tubuh lainnya. Menurut Stevenson (1989) antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Berdasarkan dengan posisi tubuh manusia, pengukuran antropometri dibagi menjadi dua cara, yaitu antropometri statis dan antropometri dinamis.2.1.1 Antropometri StatisPengukuran antropometri secara statis adalah pengukuran tubuh manusia yang dilakukan pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Pada umumnya tubuh diukur dalam berbagai posisi standard an tidak bergerak, contoh antropometri statis antara lain : tinggi tubuh tegak, tinggi duduk normal, panjang lengan bawahBerdasarkan ISO/TC 159 (ISO 15534 dan ISO 9241) (Soebroto), pengambilan data ukuran tubuh manusia (antropometri) yang dilakukan dengan metode pengukuran statis idealnya memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Subjek diukur dalam keadaan telanjang

b. Pengukuran dilakukan dengan tidak memperhatikan gerakan tubuh, pakaian yang dikenakan, peralatan yang dipakai/dibawa, kondisi pengoperasian mesin atau fasilitas kerja dan kondisi lingkungan kerja.Untuk syarat yang pertama mungkin masih mustahil dilakukan di Indonesia dikarenakan syarat tersebut menganut budaya barat yang berlawanan dengan budaya Indonesia. Jika akan menerapkan kondisi pertama maka perlu pengawasan yang cukup ketat oleh pihak yang bertanggungjawab.

2.1.2 Antropometri Dinamis

Pengukuran antropometri secara dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak. Atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja melaksanakan pekerjaannya. contoh Antropometri dinamis antara lain: putaran lengan, putaran telapak tangan, sudut telapak kaki Terdapat tiga kelas dalam pengukuran antropometri dinamis, yaitu :a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis suatu aktivitas.Contoh : pengukuran performansi atlet

b. Pengukuran jangkauan ruag yang dibutuhkan saat kerja.Contoh : jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat kerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

c. Pengukuran variabilitas kerja.Contoh : analisis kinematika dan kemampuan jari-jari dari seorang juru ketik.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Data AntropometriAntropometri merupakan ilmu ergonomic yag berkaitan langsung dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi tubuh seseorang tentunya berbeda satu dengan yang lainnya, oleh sebab itulah diperlukan beberapa pertimbangan sebelum mengukur dan menggunakan data antropometri. Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia :

a. Usia

Secara umum dimensi tubuh manusia akan terus tumbuh dan bertambah seiring dengan bertambahya usia, yaitu sejak lahir hingga usia sekitar 20 tahun.b. Jenis Kelamin

Dimensi dan ukuran tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Pada umumnya laki-laki cenderung berukuran tubuh lebih besar daripada perempuan kecuali pada bagian tertentu seperti dada dan pinggul.

c. Suku, Bangsa atau Ras

Setiap suku, bangsa maupun kelompk ras tertentu memiliki karakteristik tubuh yang berbeda satu sama lain.

d. Status sosio ekonomi

Tingkat sosio ekoomi juga berpengaruh terhadap dimensi tubuh manusia. Negara-negara maju pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar daripada Negara-negara berkembang.

e. Jenis pekerjaan atau aktivitas sehari-hari

Aktivitas atau pekerjaan seseorang akan mempengaruhi bentuk tubuhnya.

Contoh : seseorang yang sering fitness pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan yang setiap harinya bekerja sebagai orang kantoran.

f. Kondisi pada saat pengukuran

Kondisi subjek pada saat pengukuran dan sesudah pengukuran bias saja berbeda dan tentunya akan berpengaruh pada dimensi tubuhnya.

Contoh : seseorang pada yang diukur tepat setelah ia makan akan cenderung memiliki ukuran perut yang lebih besar dari sebelumnya.

Selain faktor-faktor tersebut juga terdapat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan karena mempengaruhi variabilitas ukuran dan dimensi tubuh manusia antara lain :

a. Cacat tubuh

Diperlukan untuk perancangan produk khusus bagi orang-orang cacat.b. Tebal tipis pakaian

Hal ini dipertimbangkan berkaitan dengan faktor iklim dimana perbedaan iklim akan memberikan perbedaan bentuk rancanga dan spesifikasi pakaian.

c. Kehamilan

Kehamilan akan mempengaruhi bentuk dan dimensi tubuh perempuan.2.3 Aplikasi Antropometri dalam dunia Industri

Antropometri merupaka satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Dimensi-dimensi tubuh ini dibagi menjadi kelompok statistika dan persentil. Persentil adalah suatu nilai yang menunjukka persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut, misalkan persentil 95 menunjukkan 95% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut.

Data dimensi manusia ini sangat bergua dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang menggunakannya. Pemakaian data antropometri mengupayakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan mausia yang disesuaikan dengan alat. Rancangan yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan manusia yang menggunakannya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain.

Beberapa aplikasi antropometri dalam dunia industri antara lain meliputi :

a. Perancangan areal kerja.

b. Perancangan peralatan kerja.

c. Perancangan produk-produk konsumtif.

d. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian antropometri dapat menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang menggunakannya.

Untuk penetapan data antropometri digunakan distribusi normal yang mana distribusi ini dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan baku dari data yang diperoleh. Dari nilai tersebut, dapat ditetuka nilai persentil sesuai able distribusi normal yang teah tersedia. Untuk menghitung nilai persentil dapat digunakan formulasi seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Tabel Persentil PersentilPerhitungan

Persentil ke-1

Persentil ke-2,5

Persentil ke-5

Persentil ke-10

Persentil ke-50

Persentil ke-90

Persentil ke-95

Persentil ke-97,5

Persentil ke-99

2.4 Prinsip-prinsip Antropometri dalam perancangan Produk

Dalam penerapannya, terdapat dua pilihan dalam perancangan suatu produk maupun sistem kerja berdasarkan data atropometri, yaitu ;

1. Sesuai tubuh operator yang bersangkutan (perancangan individual), yang terbaik secara ergonomi.

2. Sesuai dengan populasi pengguna/operator.

Perancangan sesuai dengan populasi memiliki tiga pilihan dengan prinsip yang berbeda-beda antara lain :

1. Prinsip perancangan produk bagi individu ekstrim.

Perancangan produk dengan prinsip ini memiliki dua sasaran, yaitu produk dapat digunakan oleh operator yang memiliki klasifikasi ekstrim dan memenuhi ukuran tubuh mayoritas. Pada umumnya persentil yang digunakan adalah persentil ke-95 dan ke-5.2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan dengan pengaturan tersendiri. (Design for adjustable range)

Produk yang dirancang dengan rinsip ini dapat diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orag yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Pada umumnya menggunakan persentil ke-5 sampai ke-9.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.Dalam prinsip ini, produk dirancang berdasarkan ukuran rata-rata populasi. Persentil yang digunakan adalah persentil ke-50.2.5 Langkah-langkah dalam proses Perancangan Produk

Sehubungan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk atau fasilitas kerja maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penetapan anggota tubuh yang akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.2. Penentuan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan alat. Perlu diperhatikan akan menggunakan data antropometri statis atau dinamis.

3. Penentuan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasi, dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini dikenal sebagai segmentasi pasar.

4. Penetapan prinsip ukuran yang harus diikuti seperti untuk individual berukuran ekstrim, Adjustable atau rata-rata.

5. Pemilihan persentil yang akan digunakan sesuai prinsip yang digunakan.

6. Penetapan atau pemilihan nilai ukuran dari table data antropometri yang sesuai untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran bila diperlukan, seperti halnya ukuran akibat faktor yang mempengaruhi variabilitas operator seperti tebal tipisnya pakaian.2.6 Metode Perancangan dengan Antropometri

Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah sebagai berikut (Roebuck,1995):

1. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish requirement)

2. Mendefinisikan dan mendiskripsikan populasi pemakai

3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya

4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).

5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai

6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai

7. Pengambilan data

8. Pengolahan data

Uji kenormalan data

Uji keseragaman data

Uji kecukupan data

Perhitungan persentil data (persentil kecil, rata-rata dan besar).

9. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan:

Posisi tubuh secara normal

Kelonggaran (pakaian dan ruang)

Variasi gerak

10. Analisis hasil rancanganBAB III

PENGUKURAN WAKTU KERJA

3.1 Pengukuran Waktu KerjaPengukuran waktu kerja adalah usaha menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang Operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja normal dan dalam lingkungan kerja terbaik. Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja yang berlaku pada suatu sistem kerja. Dimana yang dimaksud kinerja adalah kecepatan kerja sistem yang merupakan ukuran kuantitas untuk kualitas tertentu. Pengukuran kerja ini nantinya akan berhubungan dengan usaha-usaha menentukan waktu baku. Waktu baku sendiri merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang operator dengan tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam waktu baku juga memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang dikerjakan, sehingga diberikan waktu kelonggaran. Secara matematis, waktu baku dapat ditulis dala persamaan sebagai berikut :

Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Sedangkan waktu siklus merupakan penyelesaian satu satuan produksi, yang dimulai dar bahan baku yang dimulai pada proses stasiun kerja tertentu.Menurut Barnes, fungsi dari waktu baku adalah

1. Penentuan jadwal dan perencanaan kerja.2. Penentuan biaya standar dan alat bantu mempersiapkan anggaran.3. Estimasi biaya produk sebelum memproses produk.4. Penentuan efektivitas mesin.5. Penentuan waktu standar sebagai dasar upah insentif tenaga kerja langsung.6. Penentuan waktu standar sebagai dasar upah insentif tenaga kerja tak langsung.7. Penentuan waktu standar sebagai dasar pengawasan biaya tenaga kerja.8. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja9. Indikasi output yang mampu dihasilkan pekerja.Secara umum pengukuran waktu kerja terbagi menjadi dua bagian yaitu pengukuran waktu kerja secara langsung dan pengukuran waktu kerja secara tidak langsung.

3.1.1 Pengukuran Waktu Kerja LangsungPengukuran kerja secara langsung adalah pengukuran kerja yang dilakukan langsung ditempat dimana pekerjaan tersebut berlangsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung dilakukan dengan metode jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampel kerja (Work Sampling).Pengukuran kerja secara langsung ini memiliki kelebihan, yaitu Praktis, karena mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan ke dalam elemen-elemen kerjanya. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh data waktu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti dan akurat dan Biaya lebih mahal karena harus mengamati langsung ke lokasi dimana pekerjaan berlangsung.

3.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung

Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja yang dilakukan tanpa harus berada langsung ditempat dimana pekerjaan tersebut berlangsung. Caranya adalah mempelajari tabel-tabel waktu yang tersedia, dimana jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen kerja yang telah diketahui kemudian dari data itu dilakukan perhitungan.Kelebihan dari pengukuran waktu kerja secara tidak langsung adalah Waktu relatif singkat, hanya mencatat elemen-elemen gerakan pekerjaan satu kali saja dan biaya lebih murah. Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain :

a. Belum ada data waktu gerakan berupa tabel-tabel waktu gerakan yang menyeluruh dan rinci.

b. Tabel yang digunakan adalah untuk orang Eropa, sehingga belum tentu cocok untuk diterapkan pada orang Indonesia.

c. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan

d. Data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan.

3.1.3 Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study (STS)

Pengukuran kerja dengan metode Stopwatch Time Study (STS) diterapkan untuk jenis pekerjaan yang berlangsung signkat dan berulang-ulang. Biasanya dilakukan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi dengan jelas dan menghasilkan output yang relatif sama. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi kerja operator, cara pengukuran, jumlah pengkuran dan lain-lain.Berikut ini adalah langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran kerja :

a. Penetapan tujuan pengukuranDi dalam pengukuran waktu hal-hal yang perlu diketahui dan ditetapkan sebagai tujuan pengukuran adalah untuk apa pengukuran dilakukan serta berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.b. Melakukan penelitian pendahuluan.Pengukuran yang dilakukan adalah mencari waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Agar pengukuran yang didapat benar-benar waktu yang pantas dalam anti normal dan berlaku umum. Maka sebelum pengukuran dilakukan perlu diteliti dan diperhatikan apakah lingkungan tempat pengukuran dilakukan dalam kondisi baik dan normal. c. Memilih operator.Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur adalah operator berkemampuan normal (rata-rata) dan dapat diajak bekerja sama.d. Melatih operator.Operator perlu dilatih agar terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang ditetapkan sehingga waktu yang diperoleh nanti merupakan waktu yang wajar.

e. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen kerja.Pekerjaan diurai menjadi elemen-elemen kerjanya. Elemen-elemen inilah yang nantinya diukur. Tujuan penguraian ini adalah :

1. Untuk memperjelas catatan tentang cara kerja yang dibakukan.

2. Untuk melakukan penyesuaian setiap elemen kerja kareba perbedan keterampilan operator pada setiap bagian gerakan.

3. Memudahkan pengamatan terjadinya elemen kerja yang tidak baku.

4. Memungkinkan dikembangkannya data waktu baku.f. Menyiapkan alat-alat pengukuran.Alat-alat yang diperlukan dalam metode Stopwatch Time Study antara lain jam henti (Stopwatch), lembar pengamatan, alat pencatat dan papan pengamatan.3.1.4 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data merupakan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan. Sebelumnya harus ditentukan dahulu tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan. Tingkat ketelitian untuk menunjukkan penyimpangan maksimum dari waktu penyelesaian. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur terhadap ketelitian data waktu yang dikumpulkan dan diamati. Data dikatakan cukup jika nilai N > N.

Dimana k = Tingkat kepercayaan

s = Tingkat ketelitian

N = Jumlah data pengamatan

N = Jumlah data teoritis

3.1.5 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data merupakan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui apakah data pengukuran seragam atau tidak. Suatu data dikatakan seragam apabilaberada di batas kontrol. Jika terdapat data yang berada di luar kontrol maka data tersebut harus dieliminasi. Berikut ini adalah cara untuk menentukan batas atas dan batas bawah yang dimiliki oleh suatu kelompok data :

Ketentuan nilai k ditentukan dari tingkat ketelitian :

a. Jika tingkat ketelitian 99% maka k = 3

b. Jika tingkat ketelitian 95% maka k = 2

c. Jika tingkat ketelitian 90% maka k = 1

3.1.6 Penyesuaian Waktu Kerja dan Rating Performansi Kerja

Performansi kerja (Performance Rating) merupakan aktivitas menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator pada saat bekerja. Aktivitas ini bertujuan untuk menormalkan kembali waktu kerja. Ketidaknormalan dapat terjadi karena operator bekerja secara tidak wajar. Untuk menormalkan kembali, perlu dilakukan penyesuaian dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian/ Rating P. Faktor penyesuaian itu adalah sebagai berikut :

a. P > 1 atau P > 100% jika operator bekerja terlalu cepat atau diatas batas kewajaran.

b. P = 1 atau P = 100% jika operator bekerja secara normal.

c. P < 1 atau P < 100% jika operator bekerja secara lambat atau dibawah batas kewajaran

Untuk melakukan pekerjaan secara normnal, dianggap operator cukup berpengalaman pada saat melakukan kerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang waktu kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.

Performansi kerja dipengaruhi oleh kemampuan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan konsistensi (consistency). Cara penormalannya adalah dengan mengalikan waktu dari pengukuran dengan jumlah keempat rating factor yang dipilih sesuai dengan performansi operator.

3.1.7 Penetapan Waktu Longgar

Waktu kelonggaran dibagi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :a. Waktu longgar untuk kebutuhan pribadi Merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini antara lain: makan, minum, ke kamar kecil, melaksanakan ibadah, dan berkomunikasi.

b. Waktu longgar untuk menghilangkan rasa lelah Merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena jika tidak maka produktifitas kerja akan menurun. Pekerja yang telah mengalami fatigue dan dituntut untuk bekerja dengan performansi normal, cenderung akan mengeluarkan usaha yang lebih besar, hal ini menciptaka fatigue semakin bertambah. Kebutuhan ini antara lain: istirahat, tidur, dan lain-lain.

c. Waktu longgar karena hambatan-hambatan yang tidak bisa dihindarkan Merupakan kebutuhan mendadak yang pasti akan dialami oleh pekerja. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja pasti akan menemui hambatan yang menyebabkan ia harus bertanya, meminta petunjuk kepada pengawas, dan lain sebagainya. Hambatan tersebut juga dapat berupa kerusakan mesin atau alat yang digunakan, sehingga menyebabkan pekerja mau tidak mau harus memperbaiki mesin atau alat tersebut.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut terlihat bahwa pengukuran kerja dengan jam henti (Stopwatch)merupakan cara pengukuran yang objektif karena di sini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi. Dalam metode ini berlaku asumsi-asumsi dasar seperti :

a. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan serupa.

b. Operator harus benar-benar memahami prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan berikut.

c. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.3.1.8 Penyesuaian dan Kelonggaran

Pembakuan sistem berkaitan dengan pemberian penyesuaian dan pemberian kelonggaran. Penyesuaian adalah faktor yang diberikan terhadap suatu aktivitas atau kegiatan sebagai penilaian mengenai ketidakwajaran yang mungkin terjadi saat pengamatan berlangsung. Sedangkan kelonggaran adalah toleransi yang diberikan terhadap pekerja dalam melakukan aktivitas kerja.Penyesuaian dan kelonggaran berhubungan dalam perhitungan waktu baku. Dimana penyesuaian berpengaruh terhadap perhitungan waktu normal, dan kelonggaran berpengaruh terhadap perhitungan waktu baku yang juga dipengaruhi oleh waktu normal. Secara tidak langsung penyesuaian dan kelonggaran saling berhubungan dimana kelonggaran berbanding lurus dengan penyesuaian (dalam perhitungan waktu baku). Berikut adalah perhitungan waktu baku dengan adanya penyesuaian dan kelonggaran :

Dalam praktikum ini digunakan tiga metode untuk menetapkan penyesuaian dan kelonggaran antara lain :

a. Metode SchummardMerupakan metode perhitungan penyesuaian dengan memberikan patokan-patokan penelitian melalui kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Di sini pengukuran diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas-kelas superfast+, fast, fast-, excelent dan seterusnya. Tabel 3.1 Tabel Penyesuaian Metode SchummardKELASPENYESUAIAN

Superfast100

Fast +95

Fast90

Fast -85

Excellent80

Good +75

Good70

Good -65

Normal60

Fair +55

Fair 50

Fair -45

poor40

b. Metode WestingHouseCara Westinghouse menggerakan penelitian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan (Skill), usaha (Effort) , kondisi kerja (Condition) dan kosistensi (Consistency). Tabel 3.2 Tabel Penyesuaian Metode WestinghouseFAKTORKELASLAMBANGPENYESUAIAN

KeterampilanSuperskillA10,15

A20,13

ExcellentB10,11

B20,08

GoodC10,06

C20,03

AverageD0,00

FairE1-0,05

E2-0,10

PoorF1-0,16

F2-0,22

UsahaExcessiveA10,13

A20,12

ExcellentB10,10

B20,08

GoodC10,05

C20,02

AverageD0,00

FairE1-0,04

E2-0,08

PoorF1-0,12

F2-0,17

Kondisi KerjaIdealA0,06

ExcellentB0,04

GoodC0,02

AverageD0,00

FairE-0,03

PoorF-0,07

KonsistensiIdealA0,04

ExcellentB0,03

GoodC0,01

AverageD0,00

FairE-0,02

PoorF-0,04

c. Metode penyesuaian ObjektifCara objektif adalah cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja (p1) dan tingkat kesulitan pekerjaan (p2). Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu normal. Pemberian score untuk kecepatan kerja:

Untuk faktor tingkat kesulitan pekerja didasarkan pada spesifikasi jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing spesifikasi pekerjaan memiliki skor masing-masing. Tabel 3.3 Tabel Penyesuaian Metode ObjektifKEADAANLAMBANGPENYESUAIAN

Anggota Badan Terpakai

JariA0

Pergelangan tangan dan kakiB1

Lengan bawah, pergelangan tangan dan jariC2

Lengan atas, lengan bawah, dstD5

BadanE8

Mengangkat beban dari lantai dengan kakiE210

Pedal Kaki

Tanda pedal atau salah satu pedal dengan sumbu di bawah kakiF0

Satu atau dua pedal dengan sumbu di bawah kaki G5

Penggunaan Tangan

Kedua tangan saling bantu atau bergantianH0

Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama pada tahap yang samaH218

Koordinasi Mata dengan Tangan

Sangat sedikitI0

Cukup dekatJ2

Konstan dan dekatK4

Sangat dekatL7

Lebih kecil dari 0,04cmM10

Peralatan

Dapat ditangani dengan mudahN0

Dengan sedikit kontrol O1

Perlu kontrol dan penekananP2

Perlu penanganan hati-hatiQ3

Mudah pecah, patah R5

Berat Beban (Kg)LambangPenyesuaian

TanganKaki

0,45B-121

0,9B-251

1,35B-361

1,8B-4101

2,25B-5133

2,7B-6153

3,15B-7174

3,6B-8195

4,05B-9206

4,5B-10227

4,95B-11248

5,4B-12259

5,85B-132710

6,3B-142810

BAB IVSTUDI KASUS4.1. Perancangan Alat Pemotong Nenas yang Ergonomis untuk Meningkatkan ProduktivitasDesa Kualu Nenas termasuk kawasan sentra industri keripik nenas binaan Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar, Dinas Pertanian Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau. Saat ini proses pemotongan nenas masih bersifat manual, walaupun sebenarnya telah ada alat pemotong nenas yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian, namun alat tersebut tidak dimanfaatkan oleh kelompok tani karena tidak efektif yaitu hasil potongan yang tidak bisa dipakai. Pengerjaan manual dilakukan dengan menggunakan pisau dan papan alas untuk memotong nenas yang merupakan bahan utama pembuat keripik. Dari hasil studi pendahuluan dengan menyebarkan kuisioner diketahui mayoritas pekerja merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja dengan posisi duduk dan menggunakan alat pemotong pisau dan dari data yang terkumpul diketahui dari proses pemotongan buah nenas tersebut banyak yang timbul keluhan-keluhan sebagai berikut:

1. Hasil pemotongan buah nenas yang tidak homogen.2. Pekerja merasa sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memotong buah nenas dengan ketebalan yang homogen, sehingga mudah muncul rasa bosan.

3. Pekerja membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang cukup tinggi untuk melakukan pemotongan buah nenas dan resiko tangan terluka akibat mata pisau sangat besar.

4. Pekerja sering merasakan nyeri atau sakit pada bagian leher, bahu, punggung, pinggang, tangan, paha, dan kaki.Penelitian ini bertujuan merancang alat pemotong nenas yang efisien dan efektif menggunakan data antropometri seluruh pekerja. Menerapkan langkah-langkah konsep perancangan produk, penelitian ini berupaya menghasilkan sebuah alat pemotong nenas yang lebih baik dalam meningkatkan produktivitas kerja.Data antropometri seluruh pekerja pada Home industry nenas. Jumlah seluruh pekerja yang bekerja pada Sentra industri keripik Nenas berjumlah 18 (delapan belas) orang. Data antropometri yang diperlukan adalah sebagai berikut :1. Tinggi popliteal (Tpo)

Cara pengukuran yaitu tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan lutut bagian dalam.2. Tinggi siku duduk (Tbd)Cara pengukurannya yaitu ukur jarak vertikal tinggi siku dalam posisi duduk.3. Lebar telapak tangan (Ltt)Cara mengukurnya yaitu dengan lebar tangan dalam posisi tangan terbentang ke kanan kiri.4. Panjang telapak tangan (Ptt) Cara pengukurannya yaitu dengan mengukur panjang tangan dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.Dalam penyusunan konsep produk ini, menghasilkan ukuran alat pemotong yang akan dilakukan perancangan. Ukuran antropometri ini dihasilkan oleh perhitungan persentil.Alat pemotong nenas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa komponen utama, yaitu:1. Kerangka alat, terbuat dari besi baja profil siku 40 mm dengan dimensi kerangka: panjang 40 cm, lebar 17 cm, dan tinggi 63.5 cm. kerangka berfungsi untuk menumpang dan mendukung kontruksi dari alat dengan kokoh.2. Silinder Pemotong, terbuat dari bahan pipa stainlees steel dengan diameter silinder 11.5 cm dan panjang 26.5 cm berfungsi sebagai ruang pemotong.3. Gagang pendorong buah, terbuat dari dari bahan pipa besi dengan diameter 5.6 cm dan panjang 11. 63 cm dengan ketinggian 72 cm dari lantai.4. Pisau, terbuat dari bahan stainlees steel yang berbentuk persegi dengan ukuran 13 cm x 2 cm terletak pada sebuah rumah pisau dengan diameter 33 cm.5. Motor Listrik, yang digunakan mempunyai tenaga 1/4 HP dengan kecepatan 1400 rpm.6. Pulley, yang digunakan pada alat ini yaitu pulluy jenis alur V dengan diameter 7.5 cm pada motor listrik dan 24 cm pada bagian yang akan digunakan pada rangkaian pemotong dengan jarak antara kedua poros pulley 32 cm.7. Penampung hasil potongan, terbuat dari plat stainlees steel dengan panjang 51 cm, lebar 17 pada bagian pangkal dan 20 cm pada bagian ujung.

Gambar 4.1 Rancangan Alat tampak depan dan sampingBerikut ini adalah perhitungan yang dilakukan untuk menentukkan ukuran alat pemotong nenasa. Tinggi alatDiperoleh dengan menggunakan data tinggi popliteal + tinggi siku duduk (tsd) (persentil 50th), persenti 50th digunakan agar pekerja yang memiliki tinggi siku duduk yang rendah maupun yang tinggi dapat dengan mudah menggunakan alat pemotong nenas.

X Tpo = 48.83 cm

X Tsd = 23.00 cm

Tinggi alat = tinggi alas duduk + tinggi siku duduk (tsd) = X Tpo + X Tsd = 48.83cm + 23.00cm = 71.83 cm

Sehingga tinggi alat hasil perancangan = 71.83 cmb. Diameter gagang Diperoleh dengan menggunakan data panjang telapak tangan (Ptt) persentil 50th, persenti 50th digunakan agar pekerja yang memiliki panjang telapak tangan yang pendek maupun yang panjang dapat dengan mudah menggunakan alat pemotong nenas.

X Ptt = 17.61 cm

SD tsd = 1.50 cm Keliling lingkaran gagang = X (Ptt) = 17.61cmDiameter ganggang hasil perancangan: D = 17,61cm : 3,14 = 5,6cm

c. Lebar gagangDiperoleh dengan menggunakan data lebar telapak tangan (Ltt) persentil 95th. Persentil 95th untuk lebar telapak tangan digunakan agar pekerja yang memiliki lebar telapak tangan yang kecil maupun yang memiliki lebar telapak tangan besar dapat dengan nyaman mendorong buah tanpa harus merasa kekecilan.

X Ltt = 9.78 cm

SD Ltt = 1.11 cm Persentil 95th Ltt = X + (1.645 x SD) = 9.78 + (1.645 x 1.11) = 11.61 cm

Sehingga lebar gagang hasil perancangan = 11.61 cm

Berikut ini adalah tabel spesifikasi alat pemotong nenas denga ukuran hasil pengukuran antropometri :Tabel 4.1 Tabel Spesifikasi Alat Pemotong Nenas

Prinsip kerja alat pemotong nenas hasil rancangan adalah nenas yang telah dikupas dan dipisahkan dari inti tengah buah nenas di masukkan ke dalam silinder pemotongan. Dalam hal ini nenas yang masuk kedalam silinder pemotongan dengan posisi vertical. Proses pemotongan dilakukan dengan mendorong nenas ke mata pisau yang berbentuk persegi dengan gaya pegas. Pisau pemotong dihubungakan ke sebuah pulley, untuk menggerakkan mata pisau digunakan elektromotor dengan tenaga HP dan kecepatan 1400 rpm. Nenas yang tertekan akan terpotong oleh mata pisau sehingga jatuh ke penampungan hasil potongan.Pengujian konsep dalam peneliti ini merupakan indikator keberhasilan dalam perancangan alat pemotong nenas. Indikator keberhasilan perancangan alat adalah melakukan perbandingan waktu baku rata-rata pemotongan buah nenas menggunakan alat manual dengan waktu baku rata-rata alat pemotong nenas hasil rancangan.

Waktu baku rata-rata proses pemotongan buah nenas dengan menggunakan alat pemotong manual adalah sebesar 43.87 detik, sedangkan waktu baku rata-rata proses pemotongan buah nenas menggunakan alat pemotong hasi rancangan adalah sebesar 15.76 detik. Dengan menggunakan alat pemotong nenas hasil rancangan dapat mempersingkat waktu 28.11 detik atau sebesar 64.08%.

Efisiensi waktu ini diikuti dengan kehomogenan hasil potongan. Besarnya kerusakan hasil dapat dihitung dengan membagikan berat nenas yang rusak terhadap berat nenas awal. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil pada alat lama adalah 24.73%, sedangkan persentase kerusakan hasil pada alat rancangan adalah 15.49%. Dengan demikian alat hasil rancangan dapat menurunkan persentase kerusakan hasil potongan sebesar 37.36 %.

Efektifitas alat diperoleh dengan membagikan berat nenas yang dipotong dengan waktu yang dibutuhkan untuk memotong nenas tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh efektifitas alat pemotong nenas lama sebesar 14.65 kg/jam. Sedangkan efektifitas alat pemotong nenas hasil rancangan sebesar 40.11 kg/jam. Dengan demikian alat hasil rancangan dapat meningkatkan jumlah potongong sebesar 25.46 kg/jam (173.79%).Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Alat saat ini dan Alat Hasil Rancangan

BAB IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh untuk antropometri :1. Antropometri adalah salah cabang ilmu ergonomi. Anthropometri merupakan ilmu ergonomi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia meliputi dimensi dan volume serta ukuran kekuata, kecepatan, dan aspek gerakan tubuh lainnya.2. Pengukuran Waktu Kerja adalah usaha menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang Operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja normal dan dalam lingkungan kerja terbaik. Dalam kasus ini metode yang digunakan adalah stopwatch time study yang merupakan pengukuran kerja langsung.3. Sesuai dengan studi kasus, ilmu antropometri dan pengukuran waktu kerja saling berkaitan. Ilmu antropometri digunakan sebagai ukuran untuk merancang sebuah alat perbaikan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi ENASE bagi para pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Sedangkan pengukuran waktu kerja digunakan untuk menguji dampak yang dihasilkan dengan adanya alat tersebut melalui waktu baku dan unit standar.DAFTAR PUSTAKA

Asisten. 2012. Modul Ergononomi Industri. Surakarta: Lab. Perancangan Sistem Kerj dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret.Asisten. 2013. Modul Analisis Perancangan Kerja. Surakarta: Lab. Perancangan Sistem Kerj dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret.Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Penerbit ITB.Nofirza,. Syahputra, Dedy. 2012. PERANCANGAN ALAT PEMOTONG NENAS YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS. JITI, Vol XI, No. 1, Juni 2012 1