32
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) pada zaman ini sangat terasa manfaatnya, hal ini disebabkan karena adanya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurnya diantara makhluk lain yang telah diberikan akal dan pikiran untuk digunakan dalam membangun kemajuan di muka bumi. Bumi dan alam semesta merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk manusia kelola kekayaan dan potensi alam serta untuk manusia jaga kelestariannya, tentunya semua harus dilakukan dengan bijaksana. Dalam pengelolaan sumber daya alam dan potensinya dibutuhkan para manusia cendekia yang mengerti ilmu apa saja yang harus dipelajari. Banyak ilmu yang bisa dipelajari dalam mengambil sumber daya alam dengan baik, seperti contohnya ilmu teknologi kebumian dan energy yang saat ini sudah ada di universitas baik di dalam maupun luar negri, salah satunya Universitas Trisakti yang telah menyediakan program pembelajaran mengenai kebumian dan energy. Pentingnya ilmu kebumian dan energy membuat sebagian besar orang ingin mempelajari lebih dalam khususnya potensi yang ada di alam, tidak hanya mempelajari potensi alam didalamnya tetapi juga cara mengambil dan mengolah potensi tersebut sehingga menguntungkan bagi manusia. Mereka yang mempelajari bagaimana cara potensi alam tersebut bisa diolah tentunya juga ikut mempelajari kendala- Page 1

Paper Problem Pengeboran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Drilling Problems

Citation preview

Page 1: Paper Problem Pengeboran

PENDAHULUAN

1. Latar BelakangPerkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) pada zaman ini sangat terasa

manfaatnya, hal ini disebabkan karena adanya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa yang paling sempurnya diantara makhluk lain yang telah diberikan akal dan

pikiran untuk digunakan dalam membangun kemajuan di muka bumi.

Bumi dan alam semesta merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk manusia

kelola kekayaan dan potensi alam serta untuk manusia jaga kelestariannya, tentunya semua

harus dilakukan dengan bijaksana. Dalam pengelolaan sumber daya alam dan potensinya

dibutuhkan para manusia cendekia yang mengerti ilmu apa saja yang harus dipelajari.

Banyak ilmu yang bisa dipelajari dalam mengambil sumber daya alam dengan baik,

seperti contohnya ilmu teknologi kebumian dan energy yang saat ini sudah ada di universitas

baik di dalam maupun luar negri, salah satunya Universitas Trisakti yang telah menyediakan

program pembelajaran mengenai kebumian dan energy.

Pentingnya ilmu kebumian dan energy membuat sebagian besar orang ingin

mempelajari lebih dalam khususnya potensi yang ada di alam, tidak hanya mempelajari

potensi alam didalamnya tetapi juga cara mengambil dan mengolah potensi tersebut sehingga

menguntungkan bagi manusia.

Mereka yang mempelajari bagaimana cara potensi alam tersebut bisa diolah tentunya

juga ikut mempelajari kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengambilan hasil-hasil

alam tersebut. Misalnya seperti, pengeboran minyak bumi. Manusia yang memiliki ilmu yang

cukup sekalipun dalam proses pengeboran atau pengambilan minyak bumi dari sumbernya

pasti menemui beberapa masalah atau kendala dalam proses pengeboran.

Untuk itu, tidak hanya ilmu yang bisa dipakai untuk mengambil hasil bumi tetapi juga

memerlukan ilmu problem solving atau ilmu pemecahan masalah yang kemungkinan nanti

dihadapi. Tujuan dari mempunyai ilmu pemecahan masalah dalam pengeboran sangat

dibutuhkan dalam meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang bisa merugikan

perusahaan.

Jika manusia telah mengetahui problem apa saja yang dihadapi dalam proses

pengeboran tentunya manusia mampu menghindari kemungkinan kerugian dan bisa

meningkatkan produktivitas hasil pengeboran dan menerapkannya di lapangan nanti.

Page 1

Page 2: Paper Problem Pengeboran

2. Tujuan

Tentunya dalam setiap pembelajaran, ada yang namanya tujuan pembelajaran, sama

halnya seperti pembuatan paper, terdapat tujuan pembuatan paper. Sebagai salah satu dari

mata kuliah penting bagi seorang yang berkuliah di Teknik Perminyakan.

Mata kuliah Pengantar Teknik Perminyakan banyak membahas materi-materi dasar

hingga kompleks mengenai perminyakan, salah satunya adalah problem pengeboran.

Adapun tujuan kami membuat paper ini adalah, untuk memberikam gambaran serta

pemaparan mengenai hal-hal apa saja yang akan dihadapai pada saat “problem

pengeboran” yang

Tidak hanya sebagai bahan untuk dibahas secara bersama, penulis juga membuat

paper ini bertujuan agar memudahkan para pembaca/pembelajar dalam memahami materi

yang kami buat khususnya materi problem pengeboran. Oleh sebab itu kami berusaha

sebaik mungkin dalam memberikan gambaran secara jelas dan terpecaya tentang materi

ini.

3. Rumusan Masalah

Didalam perumusan masalah yang kami buat, kami menemukan beberapa point

penting yang sekiranya sangat perlu untuk kami jelaskan didalam paper ini, adalah

sebagai berikut :

Apa saja penyebab problem pengeboran?

Dimana proses terjadinya problem pengeboran?

Kenapa bisa terdapat problem pada pengeboran?

Bagaimana cara meminimalisir problem pengeboran?

4. Objektivitas

Paper yang kami buat ini menitikberatkan kepada masalah problem pengeboran pada

minyak bumi sesuai dengan materi yang kelompok kami diskusikan. Problem pada

pengeboran kemungkinan bisa terjadi pada setiap proses pengenboran. Dalam

kenyataannya pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar. Macam-macam hambatan

sering terjadi. Hambatan ini sering disebut sebagai “ Hole Problems “ atau “ Down Hole

Problems “, dapat terjadi karena masalah-masalah didalam lubang bor maupun

dipermukaan, misalnya karena mesin mati, drawwork rusak dan lain sebagainya,

sehingga menimbulkan gangguan di dalam lubang bor.

Page 2

Page 3: Paper Problem Pengeboran

Hambatan dalam pemboran ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- Caving / Shale Problem

- Hilang Lumpur

- Pipa Terjepit

Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersama-sama, atau satu

mengakibatkan yang lain.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, hambatan-hambatan tersebut masih saja terjadi,

dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Namun demikian, dengan penanganan

yang benar, diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.

5. Sasaran

Adapun sasaran kami dalam pembuatan paper “Problem Pengeboran Minyak Bumi”

adalah sebgai berikut :

Mengetahui apa saja penyebab problem pada pengeboran

Mengetahui dimana saja proses terjadinya problem pengeboran

Mengetahui kenapa bisa terdapat problem pada pengeboran

Mengetahui cara meminimalisir problem pada pengeboran

TINJAUAN UMUM

1. Tempat Penelitian

Dalam proses pengumpulan data-data dan pembuatan materi yang hendak dilampirkan

ke dalam isi paper ini, kami melakukannya di ruang diskusi Gedung M Sjarief Thajieb, dan di

Fakultas Teknik Perminyakan, Gedung D lt.4 Universitas Trisakti, Jakarta Barat.

2. Waktu Penelitian

Data yang kami kumpulkan tidak hanya berupa tulisan saja, tapi juga kami menyisipkan

beberapa gambar guna membuat paper ini mudah untuk dipahami oleh pembaca. Setelah data

terkumpul kami melanjutkan penulisan paper ini di rumah masing-masing anggota kami.

Waktu dimulai dari pengumpulan data-data,pembuatan kerangka paper kami

melakukannya selama 5 minggu. Setelah kerangka rampung, kami memulai penulisan dan

Page 3

Page 4: Paper Problem Pengeboran

pengeditan selama 1 minggu pula. Jadi total waktu yang kami habiskan untuk membuat paper

ini hingga siap seperti sekarang selama 2 minggu (12 hari).

3. Sejarah Tempat Penelitian

Jurusan Teknik Perminyakan berdiri pada awal tahun akademik 1980/1981 bersama-

sama dengan Jurusan Teknik Geologi. Kedua Jurusan tersebut didirikan berdasarkan

kebutuhan dalam rangka upaya mempercepat proses Indonesiasi pada industri perminyakan.

Oleh karenanya sejak didirikan, kedua program tersebut mendapat bantuan dari Pertamina,

Perusahan Kontraktor Production Sharing dan PPTMGB "Lemigas". Bantuan yang diterima

berupa gedung perkuliahan, laboratorium beserta peralatannya, tenaga pengajar serta fasilitas

dalam hubungannya dengan Kerja Praktek dan Tugas Akhir.

Pada awal berdirinya kedua jurusan berada di bawah koordinasi Departemen Energi di

lingkungan Fakultas Teknik. Kemudian dengan berkembangnya kedua jurusan maka pada

tahun 1982 dibentuk Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi dan tidak lagi di bawah

Fakultas Teknik Industri.

4. Hal yang Diperoleh Pada Saat Melakukan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian kami telah memperoleh data serta materi yang sudah

mumpuni, yang sebagian besar materi-materi tersebut bersumber dari studi pustaka buku

acuan kami yang dikarang oleh bapak Ir.Sudarsono yang memuat materi mengenai Problem

Pengeboran. Tidak hanya itu kami juga mengambil beberapa gambar yang terkait dengan

materi dari search engine : google.

Page 4

Page 5: Paper Problem Pengeboran

DASAR TEORI

1. Shale Problem

Shale biasanya merupakan hasil endapan di dalam marine basin, terdiri terutama dari

lumpur, silts, dan clays. Dalam bentuknya yang lunak, biasanya disebut clay. bila makin

dalam, maka karena tekanan serta temperature yang tinggi, endapan ini akan mengalami

perubahan bentuk (consolidation), dan disebut sebagai shale. Selanjutnya, perubahan bentuk

karena proses metamorforce disebut slate, phyllite atau mica schist.

Bila shale mengandung banyak pasir, disebut arenaceous shale sedang yang

mengandung banyak organic material disebut carbonaceous shale. Shale mengandung

berjenis-jenis clay mineral. Sebagian berhidrasi tinggi, lainnya tidak. Shale yang

mengandung banyak mineral montmorillonite akan berhidrasi tinggi. Biasanya shale ini

terdapat dalam formasi yang relative tidak dalam.

2. Permasalahan umum

Pemboran menembus lapisan shale mempunyai permasalahan tersendiri. Menjaga

agar shale stabil, tidak runtuh atau longsor merupakan suatu masalah. Tidak ada suatu cara

yang pasti yang dapat diterapkan untuk semua keadaan untuk mengurangi masalah ini maka

biasanya pemboran dilaksanakan dengan memakai drilling practice serta mud practice yang

baik.

Karena runtuhan atau longsorannya shale ini, maka akibat seterusnya yang dapat

timbul antara lain:

- lubang bor membesar

- masalah pembersihan lubang bor

- pipa bor terjepit

- bridges & fill up

- kebutuhan lumpur bertambah

- penyemenan yang kurang sempurna

- kesulitan dalam pelaksanaan logging

- dan lain-lainnya

Page 5

Page 6: Paper Problem Pengeboran

3. Sebab-sebab dan cara penanganan problem Shale

Penyebab masalah shale ini dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi

drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari kelompok mekanis antara lain:

- Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi

- Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor

- Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada waktu cabut &

masuk pahat (tripping)

- Adanya tekanan dari dalam formasi

- Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk kedalam formasi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale berkaitan

dengan dua masalah pokok, ialah tekanan formasi dan kepekaan terhadap lumpur atau filtrasi.

4. Gejala problem Shale

Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain :

- Serbuk bor (cuttings) bertambah banyak

- Lumpur menjadi kental

- Air filtrasi bertambah

- Bridges & fill-up, ada banyak endapan serbuk bor di dalam (menutupi) lubang bor

- Torsi bertambah besar

- Bit Balling

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha untuk menanggulangi masalah

shale antara lain :

- Lumpur yang baik, yang mencakup :

- Cukup untuk menahan tekanan formasi

- pH sesuai (sekitar 8,5 – 9,5)

- filtrasi rendah

- Mengurangi kecepatan aliran lumpur di analus

- Pipa bor betul-betul dalam keadaan tegang

- Mengurangi / menghindari kemiringan lubang bor

- Menghindari swabbing atau pressure surge pada waktu cabut & masuk pahat.

Page 6

Page 7: Paper Problem Pengeboran

2. Hilang Lumpur Pengertian

Hilang lumpur adalah peristiwa hilangnya lumpur pemboran, masuk kedalam formasi.

Hilang lumpur ini merupakan problem lama didalam pemboran, yang meskipun telah banyak

penelitian, tetapi masih banyak terjadi dimana-mana, serta pada kedalaman yang berbeda-

beda. Hilang lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan

formasi.

2. Sebab-sebab hilang lumpur

Ditinjau dari segi formasinya, maka hilangan lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut :

- Coarsely permeable formation

- Cavernous formation

- Fissures, fractures, faults.

Coarseley permebeable formation

Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel. Namun tidak semua jenis

formasi ini menyerap lumpur. untuk dapat menyerap lumpur perlu keadaan, antara lain

tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar daripada tekanan formasi, formasi harus

permeable, disamping ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk kedalam formasi bila

diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar dari diameter butiran atau

particle padat dari lumpur. Jadi kalau lumpur sampai dapat masuk kedalam formasi, berarti

lubang atau celah-celah cukup besar.

Cavernous formation

Hilang lumpur kedalam reef, gravel ataupun formasi yang mengandung banyak gua-

gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada formasi batu kapur

(limestone dan dolomite).

Fissures, fractures, faults

Ini merupakan celah-celah atau retakan didalam formasi. Bila terjadi hilang lumpur

tidak pada formasi permeable ataupun batuan kapur, biasanya ini terjadi karena celah-celah

atau retakan tersebut.

Fractures ini dapat alamiah, tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab mekanis

(induced fractures). Hal ini dapat terjadi misalnya karena penekanan (pressure surge) pada

Page 7

Page 8: Paper Problem Pengeboran

waktu masuk pahat, ataupun kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar,

misalnya (1) tekanan pompa terlalu tinggi, (2) lumpur terlalu kental, (3) gel strength terlalu

besar. Dapat juga karena perlakuan yang kurang sesuai, misalnya (4) menjalankan pompa

secara mengejut, dan lain-lain.

3. Mencari tempat hilang lumpur

Hilang lumpur dapat mengakibatkan tambahnya biaya pemboran, berupa biaya untuk

menambah atau memperbaiki lumpur, rig downtime, dan bahkan berupa biaya atau kerugian

sebagai akibat dari hilangnya lumpur itu sendiri, misalnya pipa terjepit atau semburan liar.

Untuk dapat mengatasi hilang lumpur perlu diketahui sebab, serta tempat hilang lumpur

tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat dikemukakan untuk mencari hilang lumpur itu, yaitu:

- Spinner survey

- Temperature survey

- Radioactive survey

- Hot wire survey

- Pressure transducer survey

Menentukan tempat hilang lumpur dengan cara tersebut diatas tampaknya bagus dan mudah.

Tetapi masalahnya adalah bahwa pelaksanaan ini memerlukan jumlah lumpur yang besar

yang harus selalu dipompakan kedalam lubang bor, disamping bahwa tidak selalu mungkin

untuk mencabut pahat dan membiarkan lubang bor kosong, tidak ada pipa. Hal yang lain

adalah bahwa alat-alat tersebut tidak selalu ada atau tersedia ditempat, sehingga memerlukan

waktu, yang berarti memerlukan banyak lumpur yang harus dipompakan.

Cara yang dapat diharapkan adalah memeriksa serbuk bor untuk mengetahui litologi

formasi yang sedang dibor, dan menghubungkannya dengan sebab-sebab yang dapat

memungkinkan terjadinya hilang lumpur.

4. Tindakan Pencegahan

Pengamatan menunjukan bahwa sekitar 50% dari hilang lumpur terjadi karena

induced fracture. Dalam hal ini hilang lumpur dapat terjadi dimana-mana dibawah sepatu

casing. Dengan demikian, pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilang lumpur

bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain:

a) Berat lumpur

Page 8

Page 9: Paper Problem Pengeboran

Berat lumpur perlu dijaga agar tetap minimum, sekedar mampu mengimbangi tekanan

formasi. Serbuk bor yang berada diannulus juga mengakibatkan penambahan berat

lumpur . jadi pembersihan lubang bor memegang peranan yang penting.

b) Viscosity dan Gel Strength

Gel strength juga dijaga agar tetap kecil. Gel strength yang besar memerlukan tenaga

yang besar pula untuk “memecah” gel tersebut., yang dapat mengakibatkan pecahnya

formasi. Disarankan agar meja putar digerakkan dulu sebelum menjalankan pompa,

dan menjalankan pompa agar jangan mengejut.

c) Pahat

Pada waktu masuk pahat, agar dihindari terjadinya “ pressure surge “, untuk

mencegah pecahnya formasi. Juga pada waktu mencabut pahat, agar dihindari

terjadinya swab

d) Penggunaan lumpur

Agar dipakai lumpur yang baik, stabil. Hal ini dapat mengurangi pengaruh negative

lumpur, seperti caving, sloughing bridging.

e) Bila diperkirakan akan terjadi hilang lumpur, lumpur dapat ditambah dulu dengan

bahan penyumbat ( Lost Circulating Material, LCM ) yang lembut, misalnya 5 lbs/bbl

walnut shells, mica. Bahan penyumbat yang lembut ini dapat disirukulasikan dengan

lumpur, dan dapat lewat mud screen

f) Casing

Pemakaian casing protector dapat menambah pressure loss di annulus, jadi menambah

tekanan pada dasar lubang bor ( Dynamic BHP ). Jadi agar diperiksa bahwa casing

protector dalam keadaan baik

5. Cara mengatasi hilang lumpur

Cara mengatasi hilang lumpur ini sangat berbeda satu dari yang lain, tergantung dari

sebab-sebab, sifat formasi, dan lain-lain

a. Bahan penyumbat

Dalam mengatasi hilang lumpur ini dipakai bahan penyumbat, antara lain :

- Granular material, seperti nut shells, nut plug, tuff plug

- Fibrous material, seperti leather floc, fiber seal, chip seal

- Flakes, seperti mica, cellophane.

Page 9

Page 10: Paper Problem Pengeboran

- Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut diatas. Demikian pula ukurannya dapat

dicampur dari yang lembut (fine), medium serta yang kasar (coarse)

- Heat expanded material, seperti expanded perlite

- Bahan-bahan khusus, seperti High Filter Loss slurry, Bentonite Diesel Oil Slurry, atau

Bentonite Diesel Oil Cement Slurry.

b. Seepage losses

Seepage losses adalah bila hilang lumpur dalam jumlah yang relative kecil, kurang

dari 15 bbl/jam. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :

- Bor terus, dan berat lumpur dikurangi. Diharapkan serbuk bor dapat menyumbat pori-

pori tempat hilang lumpur

- Dapat ditambahkan bahan penyumbat yang halus, sekitar 5 lbs/bbl lumpur. Bahan

penyumbat ini dapat lewat mud screen

- Bila belum berhasil, angkat pahat sampai pada casing shoe, dan dapat ditunggu tanpa

sirkulasi. Dalam periode menunggu ini diharapkan serbok bor dapat menyumbat

- Tetap hati-hati, untuk menghindari pressure surge

- Kurangi tekanan pompa.

c. Partial Loss.

Yang dimaksud disini adalah hilang lumpur dalam jumlah yang agak lebih besar, yaiu

sekitar 15 bbl/jam. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:

- Kurangi berat lumpur, kurangi tekanan pompa dan periode menunggu.

- Dapat dicoba dengan bahan penyumbat, dengan “ batch method “.

- Bila tetap tidak dapat diatasi dengan bahan penyumbat, dapat dicoba dengan memakai

“ High Filter Loss Slurry “.

d. Complete Loss of Returns

Adakalanya lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor, tetapi lubang bor tetap

penuh. Hal ini yang dapat diusahakan antara lain memakai High Filter Loss Slurry

seperti diatas. Dapat juga digunakan “ Soft Plug “. Contoh “ Soft Plug “ sendiri adalah

- Bentonite Diesel Oil (BDO) Plug

- Bengum Squeeze

- Bentonite Diesel Oil Cement (BDOC) Plug

- Bentonite Cement

Page 10

Page 11: Paper Problem Pengeboran

- Gilsonite Cement

- Cal Seal – Class A Cement Plug

e. Lumpur tidak sampai ke permukaan

Keadaan ini sangat berbahaya, karena berarti pengurangan tekanan hidrostatis lumpur,

yang selanjutnya dapat mengundang well kick. Usaha yang harus segera dilakukan adalah

mengisi lubang annulus dengan air, yang jumlahnya harus diperhitungkan. Bila ternyata

lubang bor dapat penuh, dan mengingat ketinggian kolom air dapat dihitung, maka tekanan

hidrostatis seluruh cariran dapat dihitung. Selanjutnya dapat dihitung pula berat lumpur

maksimum yang dapat ditahan oleh formasi tersebut dalam keadaan statis.

f. Blind Drilling

Adakalanya pemboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah,

bahkan dibawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat dilakukan antara lain pemboran

dengan lumpura yang sangat ringan, misalnya aerated mud atau mist drilling, sampai

mencapai formasi yang cukup keras untuk diturunkan casing dan disemen. Hal ini dapat

dilakukan bila formasi cukup stabil (consolidated). Penyemenan dapat dengan memakai cara

penyemenan bertingkat.

Kemungkinan yang lebih sulit lagi adalah bila lumpur tidak dapat mencapai

permukaan. Kita dapat melakukan pemboran tanpa sirkulasi balik (blind drilling). Namun ini

sangat berbahaya, dan harus disiapkan dulu segala sesuatunya untuk setiap saat menutup

sumur dan melakukan cement plug bila terjadi well kick.

Page 11

Page 12: Paper Problem Pengeboran

3. Jepitan dan Pemancingan

Dalam kenyataannya operasi pemboran tidak selalu berjalan lancar. Sering kali pipa

bor terjepit, atau benda-benda asing yang terjatuh, atau tertinggal didalam lubang bor. Hal ini

dapat mengaganggu kelancaran operasi pemboran selanjutnya. Peralatan yang tertinggal

didalam lubang bor ini disebut sebagai “ ikan “.

Peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan dulu dari lubang bor, sebelum operasi

pemboran dapat dilanjutkan. Operasi pembersihan lubang bor ini disebut sebagai “

pemancingan “. Peralatan khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut

sebagai “ alat pancing “. Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda-benda yang harus

dipancing sangat berlainan, dan ini memerlukan prosedur serta peralatan yang berbeda pula.

2. Jenis dan Sebab Jepitan

Ada tiga sebab utama dari jepitan :

- Caving, sloughing

- Key seat

- Differential pressure

Dalam bab ini akan dibicarakan jenis, sebab , gejala yang tampak bila terjadi jepitan serta

pencegahannya, sedangkan cara mengatasinya akan dibicarakan kemudian.

Caving, Sloughing.

Seperti yang telah dibicarakan dimuka, maka kita sering harus menembus formasi

yang tidak stabil, mudah runtuh terutama shale. Gejala yang tampak pada problem ini antara

lain :

- Tekanan pompa naik

- Serbuk bor bertambah

- Ada sangkutan (drag, bridges)

- Torsi naik

- Bit balling

- Lumpur (viskositas naik, air filtrasi naik, gel strength naik)

Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian “mud practice“ serta

“Drilling practice“ yang baik seperti telah dibicarakan didepan, pada pembahasan mengenai

shale problem. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain,

(1) sirkulasi yang intensif (turunkan water loss, pelumasan) dan kemudian (2) perendaman

(spotting) dengan minyak atau oil soluble surfactant (gambar 1).

Page 12

Page 13: Paper Problem Pengeboran

Key Seat

Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor yang miring. Hal ini

terjadi karena gesekan pipa bor dengan dinding lubang bor bagian atas, dan membentuk

semacam lubang kunci. Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut pipa. Sirkulasi pada saat itu

dapat berjalan dengan normal (gambar 2). Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan

menghindari belokan tajam (dog leg). Pada sumur miring belokan yang disarankan

maksimum 3/100ft.

Differential Pressure Sticking

Jepitan jenis ini terjadi bila :

- Formasi porous dan permeable

- Lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur jauh melebihi tekanan

formasi

- Lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)

Dalam hal ini tidak tampak gejalanya sebelum jepitan. Jepitan jenis ini dapat terjadi pada

jenis sumur miring dan juga sumur tegak (gambar 3). Sebagai tindakan pencegahan antara

lain:

- Lumpur - kurangi berat lumpur

- kurangi air filtrasi

- dapat dipakai oil emulsion mud, oil invert emission atau oil base mud

- Pipa bor - dipakai stabilizer

- dipakai spiral grooved drill collar.

3. Jenis ikan.

Ada bermacam-macam jenis ikan yang terdapat didalam lubang bor. Jenis ukuran

serta bentuknya dapat bermacam-macam, tergantung dari situasi serta penyebab adanya ikan

tersebut. Secara umum jenis ikan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Pipa bor atau pahat terjepit

2) Pipa bor lepas atau patah

3) Pahat lepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh kedalam lubang bor

4) Pipa selubung terjepit, pecah atau lepas

5) Kabel swab atau kabel logging putus

Page 13

Page 14: Paper Problem Pengeboran

6) Peralatan-peralatan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh kedalam lubang

bor

Jenis, ukuran dan bentuk ikan serta situasi dan kondisi lubang bor banyak menentukan cara

pemancingan serta alat yang diperlukan.

4. Pengenalan Masalah.

Sebelum kita mulai operasi pembersihan lubang bor dari ikan-ikan yang tertinggal

maka kita harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari ikan tersebut, dimana ikan

berada serta sebab-sebab mengapa sampai ikan berada disitu.

Sebagai contoh, pipa bor terjepit sebelum atau dalam proses pembebasannya, perlu

diketahui ukuran pipa, ukuran lubang bor, tempat jepitan sebab pipa terjepit dan seterusnya.

Contoh lain, pipa bor patah, dan tertinggal didalam lubang bor. Maka perlu diketahui ukuran

pipa dan ukuran lubang bor, berapa pipa yang tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan,

apakah lubang bor miring, dan lain-lain. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan

langkah atau cara pemancingan serta peralatannya yang diperlukan.

5. Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan

a) Sirkulasi.

Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan pipa yang

terjepit :

1. Dengan sirkulasi intensif, dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila pipa

terjepit karena endapan atau longsoran pasir, shale atau clay

2. Bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking), berat

lumpur dapat dikurangi.

b) Perendaman.

Bila pipa terjepit, maka perlu dicari tempat jepitan. Biasanya jepitan terjadi karena

endapan atau longsoran pasir, shale atau clay. Bila demikian, dapat dipompakan

cairan perendam pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba digerakkan

naik turun atau diputar. Waktu perendaman dapat singkat atau sampai beberapa jam.

Sebagai cairan perendam dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud,

asam (HCL), atau yang popular saat ini adalah oil soluble surfactant (misalnya Pipe

Lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah rata-rata satu gallon surfactant

untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu diperhitungkan agar cairan perendam

benar-benar berada didaerah jepitan.

Page 14

Page 15: Paper Problem Pengeboran

c) Titik Jepit

Perlu diketahui pada kedalaman berapa pipa terjepit. Ada dua cara yang dapat dipakai,

ialah metode tarikan (stretch method) dan dengan free point indicator.

i) Metode tarikan (stretch method)

Selanjutnya, dengan memanipulasi rumus tersebut kedalam satuan inggris

didapat :

Cara pencatatan :

1. Tarik dulu pipa, dengan mengangkat travelling blok agar seluruh pipa dalam

keadaan tegang

2. Angkat lagi pipa dengan gaya tambahan P (overload), dan ukur pemanjangan

pipa bor

Penentukan titik jepit dengan cara ini tidak tepat, tetapi hanya mendekati.

Page 15

Page 16: Paper Problem Pengeboran

ii) Free Point Indicator.

Ini merupakan dari perusahaan logging seperti schlumberger atau yang lain.

Prinsip kerjanya adalah bahwa bila pipa yang terjepit diangkata atau ditarik, maka

yang tertarik hanyalah pipa diatas titik jepit. Jadi bila sensor diturunkan kedalam

pipa yang terjepit, kemudia pipa ditarik, sensor akan member indikasi hanya bila

sensor masih berada diatas titik jepit. Pekerjaan ini dapat diulangi beberapa kali

sampai sensor berada didaerah jepitan.

d) Back-off Shot dan String Shot

Bila pipa bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan, maka adakalanya pipa bor

dilepaskan (back-off) atau dipotong diatas titik jepit. Pemotongan dapat dengan alat

pemotong pipa (pipe cutter) atau dengan String Shot, ialah penembakan keliling pada

bidang tegak lurus terhadap pipa. Melepaskan pipa bor dengan back-off shot adalah

dengan jalan memberikan ledakan pada sambungan yang akan dibuka. Sebelumnya,

pipa bor harus diangkat agar tempat tersebut tidak mengalami gaya tarik (merupakan

titik netral), dan kemudian diberikan torsi kekiri.

e) Pemboran Kurung (Wash Over)

Bila pipa yang tertinggal didalam lubang bor karena patah atau dipotong sekarang

dalam keadaa terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dulu sebelum pipa dapat

diangkat. Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan jalan pemboran

sekelilingnya (gambar 5).

f) Sidetrack dan Abandon

Adakalanya pipa yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Terpaksa lubang bor disumbat

dengan semen (plug back), dan kemudian pemboran dilanjutkan kesamping

Page 16

Page 17: Paper Problem Pengeboran

(sidetrack). Kemungkinan lain adalah sumur disumbat dan ditinggalkan (gambar 6)

6. Pertimbangan Ekonomi

Bila ikan tidak dapat dipancing pada usaha-usaha yang pertama, timbul pertanyaan,

sampai kapankah pemancingan akan diteruskan, mengingat bahwa tidak selalu pemancingan

akan berhasil. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan bila ikan akan ditinggalkan dan akan

dilakukan sidetracking antara lain :

- Harga / nilai drill collar atau ikan

- Biaya penyumbatan (cement plug), yang menyangkut waktu dan material

- Biaya sidetracking, menyangkut waktu, jasa pembelokan dan biaya pemboran

kembali

- Ditambah “nilai kerugian” karena sumur tidak vertical lagi.

Harga atau seluruh nilai kerugian tadi dapat diperhitungkan sebagai N hari sewa rig.

Bila ikan dipancing maka biaya pemancingan terutama akan menyangkut waktu (sewa

atau penyusutan harga rig), serta sewa alat pancing. Dalam hal ini perlu dipelajari dan

diperbandingkan angka keberhasilan pemancingan yang pernah ada. Biasanya pemancingan

akan dimulai dengan cara serta alat yang paling baik atau memungkinkan keberhasilan yang

paling tinggi. Operasi ini biasanya akan memakan waktu paling banyak 1-2 hari yang

pertama. Bila usaha ini belum berhasil, kemungkinan akan berhasil pada hari-hari berikutnya

Page 17

Page 18: Paper Problem Pengeboran

akan semakin mengecil, berarti biaya pemancingan akan dapat lebih besar dari nilai sewa rig

( N hari sewa rig) bila dilakukan sidetracking.

7. Alat Pancing

Alat pancing secara keseluruhan dapat dikelompokkan dalam alat pancing itu sendiri

dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat

keselamatan agar rangkaian pipa itu sendiri tidak terjepit.

a. Alat pancing pipa : - dari luar : - die collar

- overshoot

Alat pancing pipa : - dari dalam : - taper tap

- pipe spear

b. Alat pancing benda kecil : - junk basket

- fishing magnet

c. Alat pancing kabel : - Cable spear

d. Alat pemukul : - Bumper sub,

- Jar

- Mechanical rotary jar

- Hydraulic Jar

- Surface Jar

- Jar Accelator

e. Alat Pemotong Pipa ; - internal cutter

- external cutter

f. Alat penyelamat : Safety Joint

g. Lain-lain : - Milling Shoe

- Casing Roller

8. Rangkaian alat pancing

Untuk pemancingan benda-benda dimana ada kemungkinan tidak dapat lepas terutama

pipa, maka disarankan agar dalam rangkaian alat pancing tersebut dipasang :

- Safety joint, sebagai pengaman, diatas alat pancing

- Jar / Bumper Sub, untuk memukul, membantu melepaskan jepitan

- Drill Collar, sebagai pemberat

- Jar Accelator, diperlukan bila jepitan tidak dalam

Page 18

Page 19: Paper Problem Pengeboran

EVALUASI

Dalam setiap kegiatan pengeboran atau drilling, pastinya setiap engineer menemukan

beberapa kendala yang menimbulkan kerugian yang cukup besar, masalah yang dihadapi

seperti masalah didalam lubang bor maupun permukaannya misalnya, karena tiba-tiba

mesin mati dan proses pengeboran jadi terhenti ditengah jalan, drawwork rusak dan lain

sebagainya sehingga menimbulkan gangguan di dalam lubang bor. Kendala tersebut bisa

saja menghambat proses dari pengeboran tersebut, namun apabila telah diketahui

penyebab permasalahan dalam pengeboran, tentunya masalah tersebut akan bisa

dihadapai dan diselesaikan untuk mengurangi kerugian mencapai hasil yang maksimal.

Beberapa hambatan dalam pemboran ini dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Caving / Shale Problem

2. Hilang Lumpur

3. Pipa Terjepit

Setiap permasalahan dalam pemboran terdapat penyelesaiannya yaitu,

1. Shale Problem

Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale antara lain :

- Lumpur yang baik, yang mencakup :

- Cukup untuk menahan tekanan formasi

- pH sesuai (sekitar 8,5 – 9,5)

- filtrasi rendah

- Mengurangi kecepatan aliran lumpur di analus

- Pipa bor betul-betul dalam keadaan tegang

- Mengurangi / menghindari kemiringan lubang bor

- Menghindari swabbing atau pressure surge pada waktu cabut & masuk pahat

2. Hilang Lumpur

a. Bahan penyumbat

Dalam mengatasi hilang lumpur ini dipakai bahan penyumbat, antara lain :

- Granular material, seperti nut shells, nut plug, tuff plug

- Fibrous material, seperti leather floc, fiber seal, chip seal

Page 19

Page 20: Paper Problem Pengeboran

- Flakes, seperti mica, cellophane.

- Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut diatas. Demikian pula ukurannya dapat

dicampur dari yang lembut (fine), medium serta yang kasar (coarse)

- Heat expanded material, seperti expanded perlite

- Bahan-bahan khusus, seperti High Filter Loss slurry, Bentonite Diesel Oil Slurry, atau

Bentonite Diesel Oil Cement Slurry.

b. Seepage losses

Seepage losses adalah bila hilang lumpur dalam jumlah yang relative kecil, kurang

dari 15 bbl/jam. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :

- Bor terus, dan berat lumpur dikurangi. Diharapkan serbuk bor dapat menyumbat pori-

pori tempat hilang lumpur

- Dapat ditambahkan bahan penyumbat yang halus, sekitar 5 lbs/bbl lumpur. Bahan

penyumbat ini dapat lewat mud screen

- Bila belum berhasil, angkat pahat sampai pada casing shoe, dan dapat ditunggu tanpa

sirkulasi. Dalam periode menunggu ini diharapkan serbok bor dapat menyumbat

- Tetap hati-hati, untuk menghindari pressure surge

- Kurangi tekanan pompa.

c. Partial Loss.

Yang dimaksud disini adalah hilang lumpur dalam jumlah yang agak lebih besar, yaiu

sekitar 15 bbl/jam. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:

- Kurangi berat lumpur, kurangi tekanan pompa dan periode menunggu.

- Dapat dicoba dengan bahan penyumbat, dengan “ batch method “.

- Bila tetap tidak dapat diatasi dengan bahan penyumbat, dapat dicoba dengan memakai

“ High Filter Loss Slurry “.

d. Complete Loss of Returns

Adakalanya lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor, tetapi lubang bor tetap

penuh. Hal ini yang dapat diusahakan antara lain memakai High Filter Loss Slurry

seperti diatas. Dapat juga digunakan “ Soft Plug “. Contoh “ Soft Plug “ sendiri adalah

- Bentonite Diesel Oil (BDO) Plug

- Bengum Squeeze

- Bentonite Diesel Oil Cement (BDOC) Plug

Page 20

Page 21: Paper Problem Pengeboran

- Bentonite Cement

- Gilsonite Cement

- Cal Seal – Class A Cement Plug

e. Lumpur tidak sampai ke permukaan

Keadaan ini sangat berbahaya, karena berarti pengurangan tekanan hidrostatis lumpur,

yang selanjutnya dapat mengundang well kick. Usaha yang harus segera dilakukan adalah

mengisi lubang annulus dengan air, yang jumlahnya harus diperhitungkan. Bila ternyata

lubang bor dapat penuh, dan mengingat ketinggian kolom air dapat dihitung, maka

tekanan hidrostatis seluruh cariran dapat dihitung. Selanjutnya dapat dihitung pula berat

lumpur maksimum yang dapat ditahan oleh formasi tersebut dalam keadaan statis.

f. Blind Drilling

Adakalanya pemboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah,

bahkan dibawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat dilakukan antara lain pemboran

dengan lumpura yang sangat ringan, misalnya aerated mud atau mist drilling, sampai

mencapai formasi yang cukup keras untuk diturunkan casing dan disemen. Hal ini dapat

dilakukan bila formasi cukup stabil (consolidated). Penyemenan dapat dengan memakai

cara penyemenan bertingkat.

Kemungkinan yang lebih sulit lagi adalah bila lumpur tidak dapat mencapai

permukaan. Kita dapat melakukan pemboran tanpa sirkulasi balik (blind drilling). Namun

ini sangat berbahaya, dan harus disiapkan dulu segala sesuatunya untuk setiap saat

menutup sumur dan melakukan cement plug bila terjadi well kick.

3. Pipa Terjepit

Pertama perlu diketahui ukuran pipa dan ukuran lubang bor, berapa pipa yang

tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring, dan lain-lain.

Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan langkah atau cara pemancingan serta

peralatannya yang diperlukan.

Page 21

Page 22: Paper Problem Pengeboran

KESIMPULAN

Jadi, Dalam kenyataannya pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar. Macam-

macam hambatan sering terjadi. Hambatan ini sering disebut sebagai “ Hole Problems “ atau

“ Down Hole Problems “, dapat terjadi karena masalah-masalah didalam lubang bor maupun

dipermukaan, misalnya karena mesin mati, drawwork rusak dan lain sebagainya, sehingga

menimbulkan gangguan di dalam lubang bor.

Hambatan dalam pemboran ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- Caving / Shale Problem

- Hilang Lumpur

- Pipa Terjepit

Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersama-sama, atau satu mengakibatkan

yang lain. Dengan kemajuan teknologi saat ini, hambatan-hambatan tersebut masih saja

terjadi, dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Namun demikian, dengan penanganan

yang benar, diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.

Page 22