Upload
binsar99
View
50
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
REKAYASA BAHAN GALIAN
Citation preview
PAPERREKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI BERKAITAN DENGAN
PERUBAHAN HIDROTERMAL
KELOMPOK 5Disusun Oleh :
BINSAR REZEKI SINAGA (DBD 111 0119)MEY TRISONI SILALAHI (DBD 111 0123)JAMES W. PANGARIBUAN (DBD 111 0028)YERIO MANDALA PUTRA (DBD 111 0053)RIZKY AKBAR SAID (DBD 111 0066)MARCO MICHAEL BOBY (DBD 111 0069)IRVAN W. SITANGGANG (DBD 111 0078)ALBERT MEINARDUS (DBD 111 0079)FRENDY MANURUNG (DBD 111 0082)MANDO SIRAIT (DBD 111 0083)EPERONIKO (DBD 111 0101)SUSANTO (DBD 111 0106)JULPENSUS AMBARITA (DBD 111 0118)FRANS G.P. UJUNG (DBD 111 0129)CHRISTIAN M. ARITONANG (DBD 111 0130) BINTORA HUTABARAT (DBD 111 0124)AGUS TRIADIOKTAVIANI LORENROBERT A.S.
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA2013
1. Latar BelakangPengertian
Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 – 500oC)
sisa pendinginan magma yang mampu merubah mineral yang telah ada
sebelumnya dan membentuk mineral-mineral tertentu. Secara umum cairan sisa
kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya alumina, alkali dan alkali
tanah yang mengandung air dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981). Larutan
hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan
umumnya terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada
zona lemah. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya
(wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral
sekunder (alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi
mineral sekunder akibat interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut
dengan proses alterasi hidrotermal.
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, karena meliputi
perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi
larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya pada kondisi fisika – kimia
tertentu (Pirajno, 1992). Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses alterasi
hidrotermal adalah temperatur, kimia, fluida, konsentrasi dan komposisi batuan
samping, durasi aktifitas hidrotermal dan permeabilitas. Namun faktor kimia dan
temperatur fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh (Browne, 1994
dalam Corbett dan Leach, 1995)
Proses hidrotermal pada kondisi tertentu akan menghasilkan kumpulan
mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral atau mineral
assemblage (Guilbert dan Park, 1986. Secara umum kehadiran himpunan
mineral tertentu dalam suatu ubahan batuan akan mencerminkan tipe alterasi
tertentu.
2. TujuanTujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui Larutan hidrotermal
terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya
terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah.
Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya (wall rocks)
akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder
(alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi mineral
sekunder akibat interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut dengan
proses alterasi hidrotermal.
3. PembahasanA. Klasifikasi
Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan
oleh para ahli, antara lain Creassey (1956,1966). Lowell dan Guilbert (1970),
Rose (1970), Meyer dan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996).
Lowell dan Guilbert membagi tipe alterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit,
serisit,klorit, kuarsa),filik (kuarsa,serisit,pirit hidromika,klorit), argilik
(kaolinit,monmorilonit,klorit) dan propilitik (klorit,epidot).
Tabel Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Guilbert dan Park, 1986)
Tabel Klasifikasi tipe alterasi dan himpunan mineralnya pada endapan epitermal
sulfidasi rendah (Thompson dan Thomson,1996)
Tipe alterasi Zone (himpunan mineral)
Silisik Kuarsa,kalsedon,opal pirit,hematite
Adularia Ortoklas (adularia),kuarsa,serisit-illit,pirit
Serisitik, Argilik Serisit (muskovit), illit-smektit, monmorilonit kaolinit,kuarsa,kalsit,dolomit,pirit
Argilik lanjut-Acid Sulphate
Kaolinit,alunit,kritobalit (opal,kalsedon),native sulphur, jarosit, pirit
Silika-karbonat Kuarsa, kalsit
Propilitik, Alterasi Zeolitik
Kalsit,epidot,wairakit,klorit,albit, illit-smektit, monmorilonit,pirit
Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi
hidrotermal pada endapan tembaga porfiri menjadi empat tipe yaitu propilitik,
argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970,
dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi - mineralisasi juga pada endapan
bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa,
serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun sepuluh macam tipe alterasi antara
lain :
` a) Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot,
illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C
pada pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah
yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto,
2004), terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe
propilitik, yaitu : klorit-kalsit-kaolinit, klorit-kalsit-talk, klorit-epidot-kalsit,
klorit-epidot.
b) Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu
muskovit-kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan
mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992,
dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.
c) Potasik
Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder,
K-Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetit.Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun
piroksen.Selain itu tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan
muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori,
serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk.
Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif
yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan dengan karakter
magamatik yang kuat. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai
penciri zona ubahan potasik ini.Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral
mafik terutama piroksen, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk
awal dari mineral piroksen terlihat jelas mineral piroksen tersebut telah
mengalami ubahan menjadi klorit.Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi
antara mineral piroksen dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk
klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.
Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur potasium pada proses
metasomatis dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan
sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan
klorit, aktinolit, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit.
Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk
menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang
terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.
d) Filik
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona
potasik.Batas zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik
yang berkembang pada intrusi.Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit
dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pirit yang melimpah serta
sejumlah anhidrit. Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis
yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar
yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan
unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh
himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung
mineral-mineral lempung atau alkali feldspar. Kadang mengandung sedikit
anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang-tinggi (230°-
400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada
batas dengan urat.
e) Propilitik dalam (inner propilitik)
Menurut Hedenquist dan Linndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona
alterasi pada sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH
mendekati netral) ummnya menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir,
tetapi menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagian yang
bertemperatur tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit,
klorit, dan ilit.
f) Argilik lanjut (advanced argilic)
Sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam
sulfat), ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran
himpunan mineral pirofilit-diaspor-andalusit-kuarsa-turmalin-enargit-luzonit
(untuk temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral kaolinit-alunit-
kalsedon-kuarsa-pirit (untuk temperatur rendah, <180°).
g) Skarn
Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan
karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan
kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini
dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksen dan wollastonit serta
mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang
kaya akan air, zona ini dicirikan oleh mineral klorit,tremolit – aktinolit dan kalsit
dan larutan hidrotermal. Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan yang paling
umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor, 1996, dalam
Sutarto, 2004). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir
yang menutupi mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit
(CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis
piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).
Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi
dengan temperatur tinggi (sekitar 300°-700°C). Proses pembentukkan skarn
akibat urutan kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi. Dijelaskan
sebagai berikut :
Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan
samping, prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping
yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan
tekstur host rock nya (sifat konduktif).
Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan
samping yang karbonatan sehingga terbentuk kristalisasi pada celah-celah
atau rekahan yang dilewati larutan magma.
Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar
pada batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga
air tanah turun dan bercampur dengan larutan.
h) Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit)
dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang dibentuk
oleh alterasi metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987,
dalam Sutarto, 2004).
i) Silisifikasi
Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum
dijumpai dan merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika
adalah (E-quartz, atau β-quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi
kandungan kuarsanya (>573°C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk
yang paling umum adalah quartz rendah, kristobalit, dan tridimit kebanyakan
ditemukan di batuan volkanik. Tridimit terutama umum sebagai produk
devitrivikasi gelas volkanik, terbentuk bersama alkali felspar.
j) Serpertinisasi
Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral
utamanya adalah Cripiolite disamping ada juga mineral – mineral lain. Batuan
semuala biasanya batuan basa (andesitte) yang berubah karena proses
hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite
di sulawesi dari kalimantan diubah menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa
pula akibat dari pada Weathering, tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas
kecil.
Permasalahannya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan
ditemukan beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk
tahap awal observasi batuan tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang
tampak sebagai himpunan mineral. Apabila dalam satu batuan dijumpai mineral-
mineral klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit, maka disebut sebagai himpunan
mineral klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit(Sutarto, 2004).
Alterasi Serisit Alterasi Argilik Alterasi Potasik
Sumber:
http://www.barkervillegold.co
m
Sumber:
http://www.mistycreekventures.com
Sumber:
http://geologiblankfive.files.
wordpress.com
Alterasi Propilitik Greisen Skarn
Sumber:
http://geologicalintroduction.b
affl.co.uk
Sumber: http://geologicalintroduction.baffl.co.
uk
Sumber:
http://earthsci.org/mineral/mi
ndep/depfile/skarn.htm
B. Manfaat Pengetahuan Mengenai Alterasi Hidrotermal Dalam Kegiatan Mineralisasi
Hubungan Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi
Alterasi dan mineralisasi sangat erat kaitannya, dikarenakan tipe alterasi
tertentu akan dicirikan dengan hadirnya suatu himpunan mineral yang khas
sebagi pencirinya.
Alterasi dapat menghasilkan mineral bijih dan mineral penyerta (gangue
mineral).Namuin demikian, tidak semua batuan yang mengalami alterasi
hidrotermal dapat mengalami mineralisasi bijih. Tipe alterasi tertentu biasanya
akan menunjukan zonasi himpunan mineral tertentu akibat ubahan oleh larutan
hidrotermal yang melewati batuan sampingnya (Guilbert dan Park, 1986, Evans,
1993). Himpunan mineral ubahan tersebut terbentuk bersamaan pada kondisi
keseimbangan yang sama (aqulibrium assemblage). Mineral-mineral baru yang
terbentuk, diendapkan mengisi rekahan-rekahan halus atau dengan proses
penggantian (replacement). Mineral-mineral baru ini dikenal sebagai mineral
sekunder (Anonim, 1996)
Menurut Bateman (1981) Secara umum proses mineralisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor pengontrol, meliputi :
1. Larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan pembawa mineral.
2. Zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk lewat larutan hidrotermal.
3. Tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal.
4. Terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan
hidrotermal yang memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih
(ore).
5. Adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan
mineral bijih (ore).
Menurut Lindgren, 1933 faktor yang mengontrol terkonsentrasinya
mineral-mineral logam (khususnya emas) pada suatu proses mineralisasi
dipengaruhi oleh adanya :
1. Proses diferensiasi, pada proses ini terjadi kristalisasi secara fraksional
(fractional crystalization), yaitu pemisahan mineral-mineral berat pertama
kali dan mengakibatkan terjadinya pengendapan kristal-kristal magnetit,
kromit dan ilmenit. Pengendapan kromit sering berasosiasi dengan
pengendapan intan dan platinum. Larutan sulfida akan terpisah dari
magma panas dengan membawa mineral Ni, Cu, Au, Ag, Pt, dan Pd.
2. Aliran gas yang membawa mineral-mineral logam hasil pangkayaan dari
magma, pada proses ini, unsur silika mempunyai peranan untuk
membawa air dan unsur-unsur volatil dari magma. Air yang bersifat
asam akan naik membawa CO2, N, senyawa S, fluorida, klorida, fosfat,
arsenik, senyawa antimon, selenida dan telurida. Pada saat yang
bersamaan mineral logam seperti Au, Ag, Fe, Cu, Pb, Zn, Bi, Sn, Tungten,
Hg, Mn, Ni, Co, Rd dan U akan naik terbawa larutan. Komponen-
komponen yang terbawa dalam aliran gas tersebut berupa sublimat pada
erupsi vulkanik dekat permukaan dan membentuk urat hidrotermal atau
terendapkan sebagai hasil penggantian (replacement deposits) di atas atau
di dekat intrusi batuan beku.
Tabel dominasi komposisi mineralisasi di dalam alterasi hidrotermal pada
temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari Corbett, 2002)
TEMPERATUR TINGGI TEMPERATUR RENDAH
Kalkopirit Galena, spalerit
Kuarsa kristalin (comb stucture) Kalsedon-opal
Kuarsa butir kasar Kuarsa butir halus
Serisit Smektit-illit
Philik Propilitik
Gambar zonasi proksimal – distal tipe endapan urat logam dasar yang berasosiasi
dengan endapan porfiri tembaga/molibdenum (Panteleyev, 1994)
Guilbert dan Park, 1986, mengemukakan model hubungan antara
mineralisasi dan alterasi dalam sistem epitermal.Beberapa asosiasi mineral bijih
maupun mineral skunder erat hubungannya dengan besar temperatur larutan
hidrotermal pada waktu mineralisasi.Mineral bijih galena, sfalerit dan kalkopirit
terbentuk pada horison logam dasar bagian bawah dengan temperatur ≥
350oC.Pada horison ini alterasi bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral
alterasi temperatur tinggi seperti adularia, albit dan feldspar.Fluida hidrotermal
di horison logam dasar (bagian tengah) bertemperatur antara 200o-
400oC.Mineral bijih terdiri dari argentit, elektrum, pirargirit dan
proustit.Mineral ubahan terdiri dari serisit, adularia, ametis, sedikit mengandung
albit.Horison bagian atas terbentuk pada temperatur < 200oC.Mineral bijih
terdiri dari emas di dalam pirit, Ag-garamsulfo dan pirit.Mineral ubahan berupa
zeolit, kalsit, agate.
Gambar alterasi hubungannya dengan mineralisasi dalam tipe endapan epitermal
logam dasar (Guilbert dan Park, 1986)
Gambar mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach,
1996)
C. Contoh Aplikasi Pengetahuan Alterasi Hidrotermal
Mineralisasi tembaga pada endapan porfiri sangat berkaitan erat dengan
proses alterasi hidrotermal, maka pemahaman mengenai proses alterasi
hidrotermal menjadi amat penting dalam kegiatan eksplorasi. Alterasi
hidrotermal menyebabkan perubahan pada mineralogi dan komposisi batuan
yang berinteraksi dengan fluida hidrotermal. Perubahan mineralogi dan
komposisi batuan akibat proses alterasi hidrotermal, erat kaitannya dengan
perubahan unsur-unsur kimia pada batuan yang teralterasi. Dengan mempelajari
perubahan komposisi unsur-unsur kimia dalam batuan yang teralterasi dengan
menggunakan pendekatan mineralogi dan geokimia, dapat diketahui seberapa
intens batuan tersebut telah teralterasi. Hal tersebut akan sangat membantu untuk
mengetahui karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi di daerah tersebut
(Arifudin Idrus dan Evaristus Bayu Pramutadi, 2008)
Mineralisasi emas dipengaruhi oleh larutan hidrotermal yang mengalir
melewati permeabilitas (sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi
proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi, mineralogi dan tekstur batuan
asal yang dilaluinya. Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah
mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri yang sering dicirikan dengan
adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi
ini akan membantu dalam perencanaan pengembangan eksplorasi mineral bijih
yang mengandung emas. Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap
kehadiran urat -urat pembawa mineral bijih berharga adalah struktur rekahan
(kekar dan sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupakan jalan bagi
larutan sisa magmatisme untuk mengisi dan tempat terendapkannya mineral-
mineral bijih.
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi
dengan alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida
dengan pH mendekati netral (fluida-fluida khlorida netral).Dalam alterasi dan
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi
ekplosif atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringerPyrite + Quartz
yang berbentuk seperti rambut (hairline).
Emas epitermal juga terdapat dalam alterasiAdvanced-Argillic dan
alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari fluida-fluida asam sulfat.Dalam
alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet,
batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam
batuan yang tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite,
luzonite, dan covelite.
4. KesimpulanProses terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder akibat
interaksi batuan dengan larutan hidrotermal disebut dengan proses alterasi
hidrotermal.
Adapun sepuluh macam tipe alterasi antara lain :
Propilitik
Argilik
Potasik
Filik
Propilitik dalam (inner propilitik)
Argilik lanjut (advanced argilic)
Skarn
Greisen
Silisifikasi
Serpertinisasi
TEMPERATUR
TINGGI
TEMPERATUR RENDAH
Kalkopirit Galena, spalerit
Kuarsa kristalin
(comb stucture)
Kalsedon-opal
Kuarsa butir kasar Kuarsa butir halus
Serisit Smektit-illit
Philik Propilitik
Tabel dominasi komposisi mineralisasi di dalam alterasi hidrotermal pada
temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari Corbett, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Artadana, I Putu E., & Purwanto, Heru S., 2011, “Geologi, Alterasi dan Mineralisasi
Daerah Nyrengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut,
Propinsi Jawa barat, Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran
Yogyakarta
Evans, A,M., Ore geology and Industrial Minerals, Blackwell scientific publication.
Guilbert, G.M & Park, C.F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and
Company, New York.
Hedenquist,J.W., 1998, Hydrotermal System in Volcanic arc, Original of and
exploration for epitermal Gold Deposit, catatan kursus 13 Mei 1998, PT
Geoservice Ban
Idrus, Arifudin, & Pramutadi, EB., 2008, Mineralisasi Bijih dan Geokimia Batuan
Samping Vulkaniklastik Andesitik yang Berasosiasi dengan Endapan Tembaga –
Emas Porfiri Elang, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta:
Hurusan Teknik Geologi FT-UGM
http://www.barkervillegold.com,
http://earthsci.org/mineral/mindep/depfile/skarn.htm,
http://www.mistycreekventures.com,
http://geologiblankfive.files.wordpress,
http://geologicalintroduction.baffl.co.uk,