29
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat berhasil menyelesaikan tugas kelompok ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ FRAUD INTERNAL CONTROL, ACCOUNTING SYSTEM INFORMATION ”. Makalah ini berisikan tentang sistem informasi akuntasi sebagai aturan dasar sebuah perusahaan atau yang lebih khususnya membahas pengertian sistem informasi akuntanasi, komponen-konponen, fungsi dan tujuan, dan peran utama dari sistem informasi akuntansi pada suatu perusahaan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang sistem informasi akuntansi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Jakarta, 11 maret 2013 Penyusun [1]

Paper Sia (Fraud)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper Sia (Fraud)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-

Nya kepada penulis sehingga dapat berhasil menyelesaikan tugas kelompok ini yang alhamdulillah tepat

pada waktunya yang berjudul “ FRAUD INTERNAL CONTROL, ACCOUNTING SYSTEM INFORMATION ”.

Makalah ini berisikan tentang sistem informasi akuntasi sebagai aturan dasar sebuah

perusahaan atau yang lebih khususnya membahas pengertian sistem informasi akuntanasi, komponen-

konponen, fungsi dan tujuan, dan peran utama dari sistem informasi akuntansi pada suatu perusahaan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang sistem informasi

akuntansi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah

ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala

usaha kita. Amin.

Jakarta, 11 maret 2013

Penyusun

[1]

Page 2: Paper Sia (Fraud)

DAFTAR ISI Latar Belakang

Pengertian & Karakteristik Fraud

Kondisi sebelum Fraud

Faktor- faktor terjadinya FRAUD

Jenis-Jenis Fraud

Bagaimana Fraud itu bisa terjadi

Dampak Fraud

Konsep dan Struktur Pengendalian Internal

Fungsi Pengendalian Internal

Komponen Pengendalian Internal

Hubungan Fraud dengan Pengendalian Internal

Peranan SIA dalam meningkatkan Control

Study Case

Conclusion

[2]

Page 3: Paper Sia (Fraud)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, banyak aktivitas yang tidak terlepas dari praktek

kecurangan atau fraud. Kecurangan yang terjadi tidak mudah dihilangkan seperti

membalikkan kedua telapak tangan. Banyak tindakan kecurangan yang masih terjadi dan

masih sulit untuk diatasi serta ditekan kebe radaannya . Kecu rangan b i sa sa ja t e r j ad i

d i l akukan o leh pe ro rangan , tetapi juga bisa dilakukan oleh sekelompok orang didalam

organisasi yang bekerja sama dalam praktek kecurangan. Beberapa kecurangan

kebanyakan terjadi di perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang

cukup kompleks, tetapi tidak menutup kemungkinan dalam perusahaan kecil pun yang baru berdiri

indikasi terjadinya kecurangan atau fraud yang lebih besar . Dalam pemerintahan tindak

kecurangan juga banyak terjadi seperti di pemerintahan pusat hingga pemerintahan daerah juga tidak

luput dari praktek kecurangan. Kecurangan yang terjadi di instansi pemerintahan

seringkali b e r k a i t a n d e n g a n p r a k t i k k o r u p s i d a n k o l u s i d i a n t a r a k e l o m p o k

y a n g berkepentingan.

Dalam prakteknya kecurangan yang terjadi khususnya di perusahaan b iasanya

d i sebabkan o leh s i s tem pengenda l i an pe rusahaan t i dak mampu un tuk menekan

t i ndakan kecu rangan yang d i l akukan o leh pegawa inya . O leh ka rena i t u , da lam

maka lah i n i akan d ibahas l eb ih r i nc i mengena i ca ra pencegahan dan

pende teks ian F raud menggunakan kon t ro l i n t e rna l yang merupakan bag ian da r i

s i s t em i n fo rmas i akun tans i .

B. Identifikasi Masalah

Apa yang dimaksud Fraud?

Bagaimana dampak Fraud dalam sebuah organisasi?

Mengapa diperlukan kontrol internal dalam sistem informasi sebuah organisasi?

BAB II

PEMBAHASAN[3]

Page 4: Paper Sia (Fraud)

A. Pengertian Penipuan (Fraud)

Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah :

“1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induceanother to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when theconduct is willful) it may be a crime; 2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act; 3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made toinduce another to act to his or her detriment”.

Yang diterjemahkan secara Bahasa Indonesia, penipuan adalah :

1. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yangdisembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untukmelakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahannamun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) merupakan suatu kejahatan; 2. Penyajian yang salah atau keliru yang secara ceroboh tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat; 3. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah, penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Kesimpulan dari ketiga pernyataan di atas, penipuan (Fraud) adalah segala sesuatu yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tidak adil terhadap orang lain. Tindakan curang meliputi kebohongan, penyembunyian kebenaran, muslihat dan kelicikan, dan tindakan tersebut sering mencakup pelanggaran kepercayaan. Pelaku penipuan sering disebut sebagai penjahat berkerah-putih (white collar criminals). Penipuan internal dapat dibedakan menjadi dua kategori: penggelapan asset dan penipuan laporan keuangan.

Tipologi Fraud

[4]

Page 5: Paper Sia (Fraud)

Sumber : http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara- mengatasinya/ Association of Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di Amerika serikat menyusun peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud tree ini adalah Corruption, Asset misappropriation dan fraudulent statement. Turunannya lebih jauh dapat dilihat dalam gambar dibawah.

Ada enam ranting yang muncul dari cabang corruption. Bandingkan ini dengan 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi dalam ketentutan perundang-undangan Indonesia. Cabang kedua adalah Asset Misappropriation yang dapat diartikan secara bebas sebagai penjarahan kekayaan perusahaan atau lembaga. Kita bisa membayangkan banyaknya jenis fraud dalam cabang ini, mulai dari pencurian uang secara terbuka (larceny), pencurian dan penyalahgunaan (misuse) harta lembaga, sampai pada larceny

[5]

Page 6: Paper Sia (Fraud)

secara tidak langsung (rekening bank atas nama pejabat). Cabang ketiga (Fraudulent Statement) merupakan fraud yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara akuntansi seperti earning managemen dan, windows dressing. Kausus Enron merupakan contoh nyata dari tipe Fraud ini.

Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan dimana teknologi berkembang dengan pesat dan canggih.

Motivasi Melakukan Fraud

Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu:

Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud Peluang untuk melakuakn fraud Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.

B. Karakteristik dan Proses Fraud

Ada tiga karakteristik yang sering dihubungkan dengan kebanyakan penipuan, yaitu :

1. Pencurian sesuatu yang berharga, seperti uang tunai, persediaan, peralatan, atau data. Pencurian

aset adalah jenis yang paling umum dari penipuan pegawai. Kebanyakan penipuan pelaporan

keuangan terdiri dari pernyataan yang berlebihan atas aset atau pendapatan. Sedikit pegawai atau

perusahaan yang termotivasi untuk mencuri dengan melebihkan kewajiban ( liabilities). Demikian

juga, sedikit penipuan yang mencakup pencurian dengan melebihkan akun ekuitas.

2. Konversi aset yang dicuri ke dalam uang tunai. Contohnya, persediaan yang dicuri dan peralatan

yang dijual atau dikonversi menjadi uang tunai.

3. Penyembunyian kejahatan untuk menghindari pendeteksian. Ketika aset dicuri atau dilebihkan,

satu-satunya cara untuk menyeimbangkan persamaan akuntansi dasar adalah dengan

menggelembungkan aset yang lain atau dengan mengurangi kewajiban atau ekuitas. Jika pelaku

penipuan tidak menemukan cara lain untuk membuat persamaan akuntansi itu seimbang, maka

pencurian atau penyajian yang keliru tersebut akan dapat ditemukan. Penyembunyian sering

memerlukan lebih banyak waktu dan usaha, serta meninggalkan lebih banyak bukti dibanding

pencurian yang nyata. Contohnya, pengambilan tunai hanya memerlukan waktu beberapa detik,

sedangkan pengubahan catatan untuk menyembunyikan pencurian tersebut lebih sulit dan

menghabiskan banyak waktu.

C. Faktor-Faktor Timbulnya Penipuan (Fraud Triangle)[6]

Page 7: Paper Sia (Fraud)

Para peneliti telah membandingkan karakteristik psikologis dan demografis tiga kelompok orang, yakni

pelaku kejahatan kerah putih, pelaku kejahatan kekerasan, dan masyarakat umum. Pelaku kejahatan kerah

putih cenderung menyamai masyarakat umum dari segi pendidikan, umur, agama, status pernikahan,

lamanya waktu bekerja, dan komposisi psikologisnya. Para pelaku penipuan komputer cenderung berumur

lebih muda dan memiliki lebih banyak pengetahuan, pengalaman dan keahlian komputer. Beberapa pelaku

penipuan komputer lebih termotivasi oleh rasa penasaran dan tantangan. Beberapa dari mereka merasa

kecewa dan tidak senang dengan pekerjaan mereka, serta mencari peluang balas dendam pada

perusahaan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kondisi yang biasanya terjadi sebelum

terjadi penipuan : tekanan atau motif, peluang, rasionalisasi.

Sumber : http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara- mengatasinya/

1. Tekanan

Tekanan adalah motivasi seseorang untuk melakukan penipuan. Tekanan dapat berupa tekanan

keuangan, seperti gaya hidup yang berada di luar kemampuan, atau memiliki banyak utang atau

biasanya banyak tagihan.

Tabel Tekanan yang Dapat Mengarah pada Penipuan

Keuangan Pekerjaan Lain-lain

Gaya hidup melebihi kemampuan Gaji yang rendah Tantangan

Tingginya utang pribadi Tidak adanya pengakuan atas

kinerja

Tekanan keluarga/rekan kerja

Pendapatan “tidak cukup” Ketidakpuasan atas pekerjaan Ketidakstabilan emosi

Rendahnya tingkat kredit Rasa takut akan kehilangan

pekerjaan

Kebutuhan akan kekuasaan

[7]

Page 8: Paper Sia (Fraud)

Besarnya kerugian keuangan Rencana bonus yang terlalu

agresif

Harga diri atau ambisi yang

berlebihan

Investasi yang buruk

Pengeluaran perawatan

kesehatan

Besarnya utang judi

Keperluan untuk memenuhi

kecanduan obat atau alcohol

Keserakahan

2. Peluang

Peluang adalah kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan dan

menutupi suatu tindakan yang tidak jujur. Daftar peluang yang membuat penipuan mudah untuk

dilakukan dan ditutupi hamper tidak ada akhirnya. Peluang sering kali berasal dari kurangnya

pengendalian internal.

Sumber tabel : Marshall B. Romney, and Paul John S. “Accounting Information System” . Jakarta : Salemba Empat.

2011.

Tabel Peluang yang Diamati

Faktor Pengendalian Internal Faktor Lainnya

Kegagalan untuk melaksanakan pengendalian

internal

Terlalu percaya pada para pegawai utama

Kurangnya prosedur pemberian otorisasi yang

memadai

Hubungan dekat dengan pemasok/pelanggan

Tidak adanya pemisahan tugas antara fungsi

pemberian otorisasi, penyimpanan, dan pencatatan

Bertindak hanya jika ada krisis

Tidak adanya pemeriksaan independen atas kinerja Kegagalan mendisiplinkan pelanggar

Tidak adanya pemisahan tugas pekerjaan akuntansi Keraguan atas etika

Kurangnya frekuensi review Kurangnya pernyataaan yang jelas atas konflik

kepentingan

Dokumentasi yang tidak memadai Keamanan secara fisik yang tidak memadai

[8]

Page 9: Paper Sia (Fraud)

Tidak ada pemeriksaan latar belakang Filosofi manajemen yang kurang baik

Kurangnya garis kewenangan yang jelas Kurangnya loyalitas pegawai

3. Rasionalisasi

Kebanyakan pelaku penipuan mempunyai alasan atau rasionalisasi yang membuat mereka

merasa perilaku yang illegal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Para pelaku membuat

rasionalisasi bahwa mereka sebenarnya tidak benar-benar berlaku tidak jujur atau bahwa alasan

mereka melakukan penipuan lebih penting daripada kejujuran dan integritas. Daftar rasionalisasi

yang digunakan sangat panjang. Berikut ini adalah sebagian dari rasionalisasi yang paling sering

digunakan:

• Anda akan memahami apabila Anda mengetahui betapa saya membutuhkannya.

• Apa yang saya lakukan tidak seserius itu.

• Saya mendapatkan kepercayaan yang sangat tinggi. Saya berada di atas peraturan.

• Setiap orang melakukannya, jadi tidak mungkin hal tersebut salah.

• Tidak akan ada yang mengetahui.

Sumber tabel : idem.

D. Jenis-Jenis Penipuan Komputer

Departemen Kehakiman Amerika Serikat mendefinisikan penipuan komputer sebagai tindak illegal apa

pun yang membutuhkan pengetahuan teknologi komputer untuk melakukan tindakan awal penipuan,

penyelidikan, atau pelaksanaannya. Secara khusus, penipuan komputer mencakup hal-hal berikut ini:

a. Pencurian, penggunaan, akses, modifikasi, penyalinan, dan perusakan software atau data tidak

sah.

b. Pencurian uang dengan mengubah catatan komputer atau pencurian waktu komputer.

c. Pencurian atau perusakan hardware komputer.

d. Penggunaan atau konspirasi untuk menggunakan sumber daya komputer dalam melakukan tindak

pidana.

e. Keinginan untuk secara ilegal mendapatkan informasi atau properti yang berwujud melalui

penggunaan komputer.

Berbagai peneliti sudah menguji penipuan untuk menentukan jenis aset yang dicuri dan pendekatan

yang digunakan. Berikut penggolongan penipuan komputer, yaitu :

[9]

Page 10: Paper Sia (Fraud)

1. Input

Cara yang paling umum dan paling sederhana untuk melakukan penipuan adalah dengan

mengubah input komputer. Cara ini hanya memerlukan sedikit keterampilan komputer. Pelaku

hanya perlu memahami bagaimana sistem beroperasi sehingga mereka bia menutupi langkah

mereka. Contohnya, melakukan penipuan persediaan dan penipuan daftar gaji.

2. Pemroses (processor)

Penipuan komputer dapat dilakukan melalui sistem tanpa diotorisasi, yang meliputi pencurian

waktu dan jasa komputer. Contohnya, beberapa perusahaan tidak mengizinkan pegawai untuk

menggunakan komputer perusahaan guna melindungi catatan bisnis dan pribadi.

3. Perintah komputer

Penipuan komputer dapat dilakukan dengan cara merusak software yang memproses data

perusahaan. Hal ini juga dapat mencakup pengembangan program software atau modul untuk

melakukan aktivitas tidak diotoriasi. Contohnya, dengan memodifikasi software, membuat kopi

ilegal, atau menggunakannya tanpa otorisasi.

4. Data

Penipuan komputer diawali dengan mengubah atau merusak file data perusahaan atau menyalin,

menggunakan, mencari file-file data tanpa otorisasi. Dalam banyak situasi, para pegawai yang

merasa tidak puas telah mengacau, mengubah, atau menghancurkan file-file data perusahaan.

5. Output

Penipuan komputer dapat dilakukan dengan cara mencuri atau menyalahgunakan output sistem.

Output sistem biasanya ditampilkan pada layar atau dicetak di kertas. Layar komputer dan output

cetakan merupakan subjek bagi mata-mata penasaran dan salinan tidak sah, kecuali jika mereka

dijaga dengan memadai.

E. Penipuan dan Teknik Penyalahgunaan Komputer

Tabel Macam-macam Penipuan dan Teknik Penyalahgunaan Komputer

TEKNIK TEKNIK

1. Menjebol (cracking) 16. Teknik salami (salami technique)

2. Mengacak data (data diddling) 17. Pencarian (scavenging)

3. Kebocoran data (data leakage) 18. Rekayasa sosial (social engineering)

4. Serangan penolakan pelayanan (denial-of-service 19.Pembajakan software (software piracy)

[10]

Page 11: Paper Sia (Fraud)

attack)

5. Menguping (eavesdropping) 20. Spamming

6. Pemalsuan e-mail (e-mail forgery) 21. Serangan cepat (superzapping)

7. Ancaman e-mail (e-mail threats) 22. Pintu jebakan (trap door)

8. Melanggar masuk (hacking) 23. Kuda Troya (Trojan horse)

9. Informasi yang salah di internet 24. Virus

10. Terorisme internet 25. Perang kontak (war dialing)

11. Bom logika (logic time bomb) 26. Cacing (worm)

12. Menyamar atau meniru (masquerading or

impersonation)

13. Penjebolan password (password cracking)

14. Menyusup (piggybacking)

15. Pembulatan ke bawah (round-down)

Sumber tabel : Marshall B. Romney, and Paul John S. “Accounting Information System” . Jakarta : Salemba Empat.

2011.

F. Mencegah dan Mendeteksi Penipuan Komputer

1. Membuat Penipuan Lebih Jarang Terjadi :

Menggunakan praktik mempekerjakan dan memecat pegawai yang semestinya.

Mengatur para pegawai yang merasa tidak puas.

Melatih para pegawai mengenai standar keamanan dan pencegahan terhadap penipuan.

Mengelola dan menelusuri liseni software.

Meminta menandatangani perjanjian kerahasiaan kerja.

2. Meningkatkan Kesulitan untuk Melakukan Penipuan :

Mengembangkan sistem pengendalian internal.

Memisahkan tugas.

Meminta pegawai mengambil cuti dan melakukan rotasi pekerjaan.

Membatasi akses ke perlengkapan komputer dan file data.

Mengenkripsi data dan program.

3. Memperbaiki Metode Deteksi :

Sering melakukan audit.

[11]

Page 12: Paper Sia (Fraud)

Mempekerjakan pegawai khusus untuk keamanan komputer.

Membuat saluran khusus untuk pengaduan penipuan.

Mmepekerjakan konsultan komputer.

Mengawasi kegiatan sistem.

4. Mengurangi Kerugian Akibat Penipuan :

Tetap menggunakan jaminan asuransi yang memadai.

Menyimpan salinan cadangan program dan file data di dalam lokasi luar kantor yang aman.

Mengembangkan rencana kontijensi dalam hal kejadian penipuan.

Menggunakan software untuk mengawasi kegiatan sistem dan untuk memulihkan diri akibat

penipuan.

5. Menuntut dan Memenjarakan Pelaku Penipuan

G. Dampak Fraud

Kerugian atau kebocoran keuangan negara terjadi akibat adanya fraud. Hal ini dapat berakibat pada

alokasi dana yang hilang yang telah dikumpulkan dari berbagai pendapatan negara terutama pajak yang

telah didapatkan dari masyarakat. Dengan rata-rata setiap penduduk membayar pajak sekitar 15%-20%

dari penghasilannya maka dapat dibayangkan kerugian negara berdampak pula pada pendapatan

penduduk yang harus ditingkatkan pemerintah. Padahal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

dibutuhkan sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pemerintah yang didanai dari pajak di atas. Dan

yang lebih utama adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan menjadi berkurang,

termasuk pula investasi dari luar negeri berkurang, sehingga kondisi makro keuangan pemerintah menjadi

terganggu pula. Oleh karena itu, fraud merupakan masalah yang cukup penting dan haru segera ditangani.

H. Konsep dan Struktur Pengendalian Internal

Pengendalian internal (internal contro) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang

dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan

memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang

telah ditetapkan.

-; karena pihak yang memberikan jaminan penuh akan sulit untuk melaksanakan tahap desain dan

biayanya mahal, hingga akan menjadi penghalang bagi perusahaan.

[12]

Page 13: Paper Sia (Fraud)

I. Fungsi Pengendalian Internal

Fungsi penting pengendalian diantaranya, yaitu :

a. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control) mencegah timbulnya suatu masalah

sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personil akuntansi yang berkualifikasi tinggi,

pemisahan tugas pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas

aset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian pencegahan yang efektif.

b. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) dibutuhkan untuk mengungkap

masalah, begitu masalah tersebut muncul. Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan

adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca

saldo setiap bulan.

c. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan oleh

pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan

untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki masalah atau kesulitan yang

ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah di masa mendatang dapat diminimalisasikan

atau dihilangkan.

J. Komponen Pengendalian Internal oleh COSO (Committee of Sponsorig

Organizations)

Committee of Sponsoring Organizations (COSO) adalah kelompok sector swasta yang terdiri dari

American Accounting Association (AAA), AICPA, Institute of Internal Auditors, Institute of Management

Accountants, dan Financial Executives Institute. Penelitian COSO mendefinisikan pengendalian internal

sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang

berada di bawah arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian

dicapai dengan pertimbangan hal-hal berikut :

Efektivitas dan efisiensi operasional organisasi.

Keandalan pelaporan keuangan.

Kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan COSO, pengendalian internal adalah proses karena hal tersebut menembus kegiatan

operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen dasar. COSO menyajikan

[13]

Page 14: Paper Sia (Fraud)

langkah yang signifikan atas definisi pengendalian internal, dengan menggunakan lima komponen sebagai

berikut :

1. Lingkungan Pengendalian

Merupakan intti dari bisnis apa pun adalah orang-orangnya – ciri perorangan, termasuk integritas,

nilai-nilai etika, dan kompetensi—serta lingkungan tempat beroperasi. Mereka adalah mesin yang

mengemudikan organisasi dan dasar tempat segala terletak. Terdiri dari faktor-faktor berikut ini :

o Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika.

o Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi.

o Struktur organisasional.

o Badan audit dewan komisaris.

o Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab.

o Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia.

2. Aktivitas Pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian yang harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu

memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi ole pihak manajemen untuk mengatasi risiko

pencapaian tujuan organisasi, secara efektif dijalankan. Secara umum, prosedur-prosedur

pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini :

o Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai.

o Pemisahan tugas.

o Desain dan penggunaan dokumen serta catatan memadai.

o Penjagaan aset dan catatan yang memadai.

o Pemeriksaan independen atas kinerja.

3. Penilaian Risiko

Organisasi harus sadar akan dan berurusan dengan risiko yang dihadapinya. Organisasi harus

menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan

kegiatan lainnya, agar organisasi beroperasi secara harmonis. Organisasi juga harus membuat

mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang terkait. Berikut

langkah-langkah dalam strategi manajemen risiko :

1. Identifikasi ancaman.

[14]

Page 15: Paper Sia (Fraud)

2. Perkiraan risiko.

3. Perkiraan pajanan (Exposure).

4. Identifikasi pengendalian.

5. Perkiraan biaya dan manfaat.

6. Menetapkan efektivitas biaya-manfaat (Cost-benefit effectiveness).

4. Informasi dan Komunikasi

Di sekitar aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi. Mereka

memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi yang

dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya. Tujuan utama dari

SIA adalah mencatat, memproses, menyimpan, meringkas, dan mengkomunikasikan informasi

atas suatu organisasi.

5. Mengawasi Kinerja

Seluruh proses harus diawasi, dan perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Melalui cara

ini, sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Metode utama untuk

mengawasi kinerja mencakup supervise yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan audit

internal.

a. Supervisi yang efektif : mencakup melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi knierja

mereka, mengoreksi kesalahan, dan melindungi aset dengan cara mengawasi pegawai yang

memiliki akses ke hal-hal tersebut.

b. Akuntansi pertanggungjawaban : sistem akuntansi pertanggung jawaban mecakup anggaran,

kuota, jadwal, biaya standar, dan standar kualitas; laporan kinerja yang membandingkan

kinerja yang actual dengan kinerja yang direncanakan, serta menunjukan perbedaan yang

signifikan.

c. Audit internal : mencakup peninjauan ulang keadaan dan integritas informasi keuangan dan

operasional serta menyediakan penilaian keefektifan pengendalian internal. Audit internal juga

mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan manajemen, hukum

dan peraturan yang berlaku, serta mengevaluasi efisiensi dan keefektifan manajemen.

K. Hubungan Fraud dengan Pengendalian Internal dalam SIA

Ada ungkapan yang secara mudah menjelasan penyebab atau akar permasalahan dari fraud, yaitu;

“fraud by need, fraud by greed and fraud by opportunity”. Untuk mencegah fraud, kita memerlukan

pengendalian internal perusahaan yang baik.

[15]

Page 16: Paper Sia (Fraud)

Definisi pengendalian internal menurut Davia et al: internal control is a system of a “special purpose”

processes and procedures designed and practiced for the primary if not sole purpose of preventing or

deterring fraud (sebuah sistem proses dan prosedur yang dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan

tertentu untuk mencegah atau menghalangi penipuan).

Salah satu fungsi utama manajer adalah melakukan control (pengendalian). Pengendalian internal

harus dirancang sedemikian rupa sehingga ia tanggap dan respontif terhadap kebutuhan entitas yang

bersangkutan. Setiap perusahaan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, baik, yang kecil dan yang

besar; maupun yang manufacturing dan jasa. Terlepas dari perbedaan-perbedaan antar perusahaan,

dasar-dasar utama dari desain pengendalian intern untuk menangani fraud memiliki banyak kesamaan.

Pengendalian tersebut dapat digolongkan dalam pengendalian aktif dan pengendalian pasif.

Pengendalian efektif yang terhadap pada suatu entitas bisnis akan menghasilkan efisiensi penggunaan

sumberdaya perusahaan, berjalannya mekanisme pertanggungjawaban, dan menghasilkan informasi yang

berguna serta dapat dipercaya. Untuk menciptakan pengendalian yang efektif perusahaan seringkali

melibatkan akuntan dan auditor sebagai internal controller.

Pendekatan pengendalian pada accounting information system (AIS) dimaksudkan untuk mengurangi

risiko operasi yang ada dalam perusahaan. Oleh karena itu sebagai bagian integral suatu perusahaan, AIS

adalah merupakan rerangka dari pengendalian itu sendiri. Tujuan umum dari rerangka pengendalian ini

adalah untuk menjamin agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Pengendalian berlangsung secara simultan di dalam perusahaan, oleh karena itu pengendalian ini

sering disebut sebagai internal control structure (ICS). Jika internal control structure (struktur pengendalian

intern) berjalan dengan baik maka seluruh operasi, sumber-sumber daya fisik, dan data dapat dimonitor

dan diawasi sehingga informasi sebagai output-nya dapat dipercaya.

Akuntan sangat berkepentingan dengan struktur pengendalian intern karena, sebagai pengguna dan

pengolah informasi, akuntan harus yakin bahwa informasi yang digunakan adalah benar dan dihasilkan

dalam suatu lingkungan struktur pengendalian yang baik dan dapat diperiksa (auditable).

[16]

Page 17: Paper Sia (Fraud)

L. KASUS

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan pembuat aplikasi untuk perusahaan, SAP, memperkirakan layanan keuangan mobile bakal merebak melengkapi layanan mobile banking di Indonesia saat ini. Ini karena layanan ini bisa menjangkau masyarakat kelas bawah, yang saat ini masih belum terjangkau layanan perbankan.

"Ini bisnis yang sangat besar bagi perbankan," kata Guruprasad Gaonkar, kepala layanan Industri Keuangan dan Solusi, kepada pers di kantor SAP, Jakarta, Rabu 9 Januari 2013. Ini telah dibuktikan Bank Dutch Bangla di Banglades dengan memanfaatkan teknologi ponsel. Masyarakat miskin di negara itu, seperti para petani dan nelayan, bisa mendigitalkan uangnya dan memiliki rekening berupa pulsa.

"Tadinya uang disimpan di bawah bantal sekarang tersimpan di dalam telepon genggam," kata dia. Para pengguna layanan ini bisa mencairkan uang digitalnya itu dengan menggunakan jasa agen di lapangan.

Para agen ini bisa berupa toko yang terkoneksi dengan bank penyedia jasa ini maupun sekadar kios kecil penjual pulsa. "Nanti ada potongan untuk tiap pencairan dana," kata dia tanpa menjelaskan besaran potongannya. Dengan cara ini, Bank Dutch-Bangla mampu menarik dana cair publik Bangladesh sebanyak US$ 55 juta (sekitar Rp 522 miliar) dalam sepuluh bulan.

Salah satu bank lokal yang telah menggunakan piranti lunak SAP untuk mengembangkan bisnis ini adalah CIMB Niaga. Namun saat ini, bank itu masih berkonsentrasi melayani masyarakat yang telah memiliki rekening bank untuk mendigitalkan uangnya.

M. Kesimpulan dari Kasus

Bank Niaga adalah salah satu bank lokal yang telah menggunakan piranti lunak SAP untuk mengembangkan bisnis layanan mobile banking (m-banking) dengan memberikan kemudahan untuk pelanggannya dalam bertransaksi non tunai. Karena m-banking dapat digunakan dimanapun dan kapanpun.

[17]

Page 18: Paper Sia (Fraud)

BAB III

Penutup

Kesimpulan ( Conclusion )

• Kecurangan yang terjadi di sebuah perusahaan disebabkan oleh sistem

pengendalian perusahaan yang tidak mampu menekan tindakan kecurangan

yang dapat merugikan perusahaan.

Saran ( Recommendation )

Sebaikya setiap perusahaan menggunakan atau menerapkan system

pengendali internal untuk mencegah terjadinya fraud. Kemudian

perusahaan harus menerima karyawan yang mempunyai kejujuran dan

integritas yang baik.

[18]

Page 19: Paper Sia (Fraud)

DAFTAR PUSTAKA

Http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-

cara-mengatasinya/.

Http://tugas-etika-fraud.blogspot.com/2012/04/sejarah-dan-pengertian-fraud.html .

Marshall B. Romney, and Paul John S. “Accounting Information System” . Jakarta :

Salemba Empat. 2011.

Tuanakotta, Theodorus. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta: Salemba

Empat. 2010.

[19]