Paper sistem kontrol

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    1/23

    PID Controller dan Analisa Respon Transien

    Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi kontrol,

    diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi kontrol

    derivative. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulan-keunggulan

    tertentu, dimana aksi kontrol proporsional mempunyai keunggulan rise time yang

    cepat, aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk memperkecil error ,dan

    aksi kontrol derivative mempunyai keunggulan untuk memperkecil error atau

    meredam overshot/undershot. Untuk itu agar kita dapat menghasilkan output

    dengan risetime yang cepat dan error yang kecil kita dapat menggabungkan ketiga

    aksi kontrol ini menjadi aksi kontrol PID.

    Blok Diagram PID Controller

    Ada 3 macam control PID, yaitu PI, PD, dan PID. PI adalah kontrol menggunakan

    komponen proporsional da integratif. PD adalah control yang menggunakan

    komponen proporsional dan derivatif. PID adalah kontrol yang menggunakan

    komponen proporsional, integratif, dan derivatif.

    Pengontrol proporsional

    Pengontrol proposional memiliki keluaran yang sebanding atau proposional

    dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan

    harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa keluaran

    pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta proposional

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    2/23

    dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan

    sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar konstanta pengalinya.

    Diagram blok kontroler proporsional

    Gambar di atas menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan

    antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran pengontrol

    proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting

    dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi pengontrol, untuk

    mengeluarkan sinyal positif (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif

    (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).

    Pengontrol proposional memiliki 2 parameter, pita proposional (propotional band)

    dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita

    proporsional sedangkan konstanta proporsional menunjukan nilai factor penguatan

    sinyal tehadap sinyal kesalahan Kp.

    Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional (Kp)

    ditunjukkan secara persentasi oleh persamaan berikut:

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    3/23

    Proportional band dari pengontrol proporsional tergantung pada penguatan.

    Ciri-ciri pengontrol proposional harus diperhatikan ketika pengontrol tersebut

    diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna pengontrol

    propoisional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :

    1. kalau nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi

    kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sisitem yang lambat.

    2. kalau nilai Kp dinaikan, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai set

    point dan keadaan stabil.

    3. namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebiahan,

    akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan

    berosolasi

    Pengontrol Integral

    Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki

    kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator

    (1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem

    dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon

    sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol.

    Pengontrol integral memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran

    sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan.

    Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari

    perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,

    keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.

    Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh

    kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga

    sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    4/23

    Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.

    Gambar di atas menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam

    pengontrol integral dan keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal

    kesalahan tersebut.

    Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol integral

    Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan

    oleh Gambar di bawah. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju

    perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai

    konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif

    kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar .

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    5/23

    Ketika digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut

    ini:1. keluaran pengontrol membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol

    integral cenderung memperlambat respon.

    2. ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada

    nilai sebelumnya.

    3. jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan

    atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.

    Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset.

    Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi

    dari sinyal keluaran pengontrol.

    pengontrol Derivative

    Keluaran pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi

    differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan

    mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar di bawah

    menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal

    kesalahan dengan keluaran pengontrol.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    6/23

    Blok diagram pengontrol Derivative

    Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai berikut:

    1. pengontrol ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan pada

    masukannya (berupa sinyal kesalahan).

    2. jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan

    pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.

    3. pengontrol derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga

    pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum

    pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat

    mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif,

    dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem .

    Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative umumnya

    dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil

    kesalahan pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative hanyalah efektif

    pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab itu pengontrol

    derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain sebuah sistem.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    7/23

    pengontrol PID

    Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D dapat

    saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi

    pengontrol proposional plus integral plus derivative (pengontrol PID). Elemen-

    elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk

    mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan

    perubahan awal yang besar.

    Blok diagram kontroler PID analog

    Keluaran pengontrol PID merupakan penjumlahan dari keluaran pengontrol

    proporsional, keluaran pengontrol integral. Gambar di bawah menunjukkan

    hubungan tersebut.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    8/23

    Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk

    pengontrol PID.

    Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga

    parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan

    penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta

    tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain. Konstanta yang

    menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara

    keseluruhan .

    Respon Transien

    Gambar1. SpefisikasiTanggapanPeralihan

    1. Waktu tunda (delay time) dt

    Waktu tunda adalah waktu yang diperlukan tanggapan untuk mencapai

    setengah harga akhir yang pertama kali.

    2. Waktu naik (r ise time), rt

    Mp

    Id

    trtp

    ts

    c(t)

    or

    0.05

    0.02

    batas toleransi

    t

    0.5

    1

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    9/23

    Waktu naik adalah waktu yang diperlukan tanggapan untuk naik dari 10 %

    sampai 90 %, 5 % sampai 95 % atau 0 sampai 100 % dari harga akhirnya.

    Untuk sistem orde kedua redaman kurang biasanya digunakan waktu naik

    0 sampai 100 % dan untuk sistem redaman lebih biasanya digunakan

    waktu naik 10 % sampai 90 %

    3. Waktu puncak (time overshoot) pt

    Waktu puncak adalah waktu yang diperlukan tanggapan untuk mencapai

    puncak lewatan pertama kali.

    4. Lewatan maksimum (maximum overshoot) pM

    Lewatan maksimum adalah harga puncak maksimum dari kurva tanggapan

    yang diukur dari satu. Jika harga keadaan tunak tanggapan tidak sama

    dengan satu maka biasa digunakan persentase lewatan maksimum dengan

    rumusan :

    Lewatan maksimum (maximum overshoot):

    c t c

    c

    p

    100%

    5.

    Waktu penetapan(settl ing time) st

    Waktu penetapan adalah waktu yang diperlukan kurva tanggapan untuk mencapai

    dan menetap dalam daerah disekitar harga akhir yang ukurannya ditentukan

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    10/23

    Absolute Optical Encoder

    Sebuah digital encoder adalah sebuah alat yang mengkonversi gerakan menjadi

    sebuah pulsa digital yang sekuensial. Dengan menghitung sebuah bit/ mendecode

    satu set bit, pulsa tersebut dapat dikonversikan menjadi sebuah pengukuran posisi

    yang relatif ataupun absolute. Encoder mempunyai konfigurasi linier dan rotary,

    yang paling banyak digunakan adalah tipe rotary. Rotary encoder dibuat dalam

    dua bentuk dasar.

    1. Encoder absolute dimana sebuah data digital word berkorespondensi

    dengan tiap posisi rotasi dari shaft dan kenaikan encoder yang

    menghasilkan pulsa digital pada saat shaft berputar, membuat pengukuranrelatf terhadap posisi shaft . Pada umumnya rotary encoder terbuat dari

    kaca ataupun plastic yang berkode dengan sebuah pola fotografi radial

    yang tersusun pada putaran track. Pada tiap-tiap garis radialnya tiap track

    akan menginterupt cahaya diantara pasangan foto emitter-detector, pulsa

    digital dihasilkan.

    Komponen optical encoder

    Piringan optical dari sebuah encoder absolute didesain untuk

    menghasilkan sebuah data digital yang berbentuk word yang membedakan

    posisi N pada posisi dari shaft. Jika terdapat 8 track, encoder dapat

    menghasilkan 28= 256 titik posisi dari resolusi angular = 1,4060 (3600 /

    256). Tipe umum dari kebanyakan tipe numerik yang dipakai pada encoder

    absolute adalah grey dan binary code biasa.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    11/23

    2. Incremental encoder terdiri dari dua track atau single track dan dua sensor

    yang disebut channel A dan B (Gambar 7). Ketika poros berputar, deretan

    pulsa akan muncul di masing-masing channel pada frekuensi yang

    proporsional dengan kecepatan putar sedangkan hubungan fasa antara

    channel A dan B menghasilkan arah putaran. Dengan menghitung jumlah

    pulsa yang terjadi terhadap resolusi piringan maka putaran dapat diukur.

    Untuk mengetahui arah putaran, dengan mengetahui channel mana yang

    leading terhadap channel satunya dapat kita tentukan arah putaran yang

    terjadi karena kedua channel tersebut akan selalu berbeda fasa seperempat

    putaran (quadrature signal). Seringkali terdapat output channel ketiga,

    disebut INDEX, yang menghasilkan satu pulsa per putaran berguna untuk

    menghitung jumlah putaran yang terjadi.

    Contoh pola diagram keluaran dari suatu incremental encoder ditunjukkan

    pada Gambar berikut. Resolusi keluaran dari sinyal quadrature A dan B

    dapat dibuat beberapa macam, yaitu 1X, 2X dan 4X. Resolusi 1X hanya

    memberikan pulsa tunggal untuk setiap siklus salah satu sinya A atau B,

    sedangkan resolusi 4X memberikan pulsa setiap transisi pada kedua sinyal

    A dan B menjadi empat kali resolusi 1X. Arah putaran dapat ditentukan

    melalui level salah satu sinyal selama transisi terhadap sinyal yang kedua.

    Pada contoh resolusi 1X, A = arah bawah dengan B = 1 menunjukkan arah

    putaran searah jarum jam, sebaliknya B = arah bawah dengan A = 1

    menunjukkan arah berlawanan jarum jam.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    12/23

    output dan arah putaran pada resolusi yang berbeda-beda

    Pada incremental encoder, beberapa cara dapat digunakan untuk menentukan

    kecepatan yang diamati dari sinyal pulsa yang dihasilkan. Diantaranya adalah

    menggunakan frequencymeter dan periodimeter.

    Cara yang sederhana untuk menentukan kecepatan dapat dengan frequencymeter,

    yakni menghitung jumlah pulsa dari encoder, n, pada selang waktu yang tetap, T,

    yang merupakan periode loop kecepatan (Gambar 10). Apabila adalah sudut

    antara pulsa encoder, maka sudut putaran pada suatu periode adalah:

    (2)

    Sehingga kecepatan putar akan kita dapatkan sebagai:

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    13/23

    Kelemahan yang muncul pada cara ini adalah pada setiap periode sudut fyang

    didapat merupakan kelipatan integer dari . Ini akan dapat menghasilkan

    quantification error pada kecepatan yang ingin diukur.

    Sinyal keluaran encoder untuk pengukuran kecepatan dengan

    frequencymeter

    Cara yang lain adalah dengan menggunakan periodimeter. Dengan cara ini kita

    akan mengukur kecepatan tidak lagi dengan menghitung jumlah pulsa encoder

    tetapi dengan menghitung clock frekuensi tinggi (HF Clock) untuk sebuah pulsa

    dari encoder yaitu mengukurperiode pulsa dari encoder (Gambar 11). Apabila p

    adalah sudut dari pulsa encoder, t adalah periode dari HF clock, dan n adalah

    jumlah pulsa HF yang terhitung pada counter. Maka waktu untuk sebuah pulsa

    encoder, Tp, adalah:

    Sehingga kecepatan yang akan kita ukur dapat kita peroleh dengan:

    Seperti halnya pada frequencymeter, disini juga muncul quantification error

    karena waktu Tpakan selalu merupakan perkalian integer dengan t.

    Pengukuran kecepatan dengan menggunakan Periodimeter

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    14/23

    Termokopel

    Termokopel merupakan salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari sepasang

    kawat yang terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambung

    pada salah satu ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke alat ukur

    tegangan melalui kawat tembaga.

    Termokopel dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup luas

    dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1C. Termokopel terdiri dari 2

    jenis kawat logam konduktor yang digabung pada ujungnya sebagai ujung

    pengukuran. Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu dan dari

    perbedaan suhu antara ujung termokopel/ujung pengukuran dengan ujung keduakawat logam konduktor yang terpisah akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini

    disebut sebagai efek termo elektrik. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1

    hingga 70 microvolt setiap perbedaan satu derajat celcius untuk kisaran yang

    dihasilkan dari kombinasi logam modern. Jadi sangat penting untuk di ingat

    bahwa termokopel hanya mengukur perbedaan temperatur diantara 2 titik, bukan

    temperatur absolut. Jadi temokopel tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu

    ruangan karena tidak ada perbedaan antara ujung pengukuran dengan ujung

    referensi / ujung pada kedua kawat logam.

    Tipe-Tipe dan Jenis Termokopel

    Tipe K (Chromel / Alumel)

    Tipe K adalah termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan, karena

    popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam

    probe.termokopel tersedia untuk rentang suhu di -200 C sampai +1200 C.

    Sensitivitasnya adalah kira-kira 41 v / C.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    15/23

    Tipe E (Chromel / konstanta)

    Tipe E memiliki output yang tinggi (68 v / C) yang membuatnya cocok untuk

    digunakan pada suhu rendah (cryogenic). Properti lainnya dari tipe E ini adalah

    tipe non magnetik.

    Tipe J (Iron / konstanta)

    Jangkauan pengukurnnya terbatas, hanya -40 hingga 750 C membuat

    termokopel jenis ini kurang populer dibandingkan dengan tipe K. Termokopel tipe

    J ini tidak boleh digunakan di atas 760 C.

    Tipe N (Nicrosil / Nisil)

    Stabilitas tinggi dan ketahanannya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat tipe N

    cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas

    1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di bawah tipe K.

    Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K

    Termokopel tipe B, R dan S adalah termokopel 'logam mulia'. Semuanya (tipe

    B,R,S) adalah yang paling stabil dari semua termokopel yang ada, namun karena

    sensitivitasnya yang rendah (kira-kira 10 v / C), mereka biasanya hanya

    digunakan untuk pengukuran suhu tinggi (> 300 C).

    Tipe B (Platinum / Rhodium)

    Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1800 C. Disebut termokopel "B"

    karena bentuk suhu / tegangan kurva mereka yang menyerupai huruf "B", dan

    memberikan output yang sama pada 0 C dan 42 C. Hal ini membuat mereka

    tidak bisa ddigunakan pada suhu di bawah 50 C.

    Type R (Platinum / Rhodium)

    Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya yang

    rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi, membuat termokopel ini tidak cocokuntuk digunakan pada pengukuran umum.

    Type S (Platinum / Rhodium)

    Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya yang

    rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi membuat mereka tidak cocok untuk

    digunakan pada pengukuran umum. Karena tipe S sangat tinggi stabilitasnya,

    maka sering digunakan sebagai standar kalibrasi untuk titik leleh emas (1064.43

    C).

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    16/23

    Type T (Copper / Constantan)

    Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif terbuat dari

    tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat

    pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas

    ~43 V/C

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    17/23

    PENGGUNAAN ON/OFF, TIMER,

    DAN COUNTER PLC

    Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang

    digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang ada pada sistem

    kontrol konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui

    sensor), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang

    dibutuhkan, berupa menghidupkan atau mematikan keluaran. Program yang

    digunakan adalah berupa ladder diagram yang kemudian harus dijalankan olehPLC.

    Dengan kata lain PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada

    instrument keluaran yang berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang

    diamati. Proses yang di kontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu

    seperti pada sistem - sistem servo, atau hanya melibatkan kontrol dua keadaan

    (on/off) saja, tetapi dilakukan secara berulang-ulang seperti umum dijumpai pada

    mesin pengeboran, sistem konveyor dan lain sebagainya.

    Adapun ciri atau karateristik PLC memiliki beberapa aspek sebagai berikut.

    a. PLC sebenarnya suatu sistem berbasis mikroprosesor yang memiliki fungsi -

    fungsi dan fasilitas utama dari sebuah mikro komputer.

    b. PLC diprogram melalui programming unit yang bisa berupa terminal

    komputer dengan VDU (Video Display Unit) dan keyboard atau dengan

    terminal portable khusus (mirip kalkulator dengan tampilan LCD). Pada saat

    ini PLC dapat di program melalui PC.

    c. PLC mengontrol suatu alat berdasarkan status masukan/keluaran suatu alat

    dan program.

    Fungsi PLC

    PLC ini dirancang untuk menggantikan satu rangkaian relay sequensial dalam

    suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan

    dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang

    pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    18/23

    yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat

    dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan

    sudah dimasukkan.

    Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan

    pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-on atau meng-off kan

    output-output. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang

    memiliki output banyak. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh PLC, yaitu

    sebagai :

    Sequence Control

    a. Pengganti relay control logic.

    b. Timers/counters.

    c. Pengganti pengendali yang berupa papan rangkaian elektronik.

    d. Pengendali mesin dan proses.

    Kontrol Canggih

    a. Operasi aritmatik ( +, -, x, : ).

    b. Penanganan informasi.

    c. Kontrol analog (suhu, tekanan, dan lain-lain).

    d. PID (Proposional Integrator Differensiator).

    e. Servo motor control.

    f. Stepper motor control.

    Kontrol Pengawasan

    a. Proses monitor dan alarm.

    b. Monitor dan diagnosa kesalahan .

    c. Antarmuka dengan komputer (RS 232 / RCS 485).

    d. Antarmuka dengan printer / ASCII.e. Jaringan kerja otomasi pabrik.

    f. Local Area Network.

    g. Wide Are Network.

    TIMER DAN COUNTER

    TIMER

    1.

    Fungsi timer di PLC:

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    19/23

    a. Digunakan sebagai pengatur waktu proses.

    b. Dapat digunakan sebagai komponen tundaan/delay (timer on delay).

    c.

    Umumnya merupakan kotak fungsi yang dapat diatur memberikan suatu

    keluaran kondisi on selama selang waktu tertentu (timer off delay).

    Simbol blok timer ditunjukkan pada gambar 1.

    Gambar 1. Simbol Blok Timer di PLC Twido

    d. Timer Setting

    Untuk menggunakan timer pada PLC Twido, ada beberapa fitur timer

    yang harus diset sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan. Fitur-fitur

    tersebut adalah:

    - Nomor timer

    -

    Jenis timer

    -

    Time base- Current value

    - Preset

    - Data Editor

    2.

    Type timer di PLC Twido

    a. Timer on-delay

    Output akan berlogika high apabila input diberi sinyal dengan logikahigh yang lamanya melebihi setting tundaan waktunya. Output akan

    kembali berlogika low saat sinyal input berlogika low. Isyarat input dan

    output mode ini ditunjukkan pada gambar.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    20/23

    Input

    output

    Delay time

    Gambar Isyarat input dan output timer ON-delay

    b. Timer off-delay

    Output akan berlogika low apabila input diberi sinyal dengan logika

    low yang lamanya melebihi setting tundaan waktu. Diasumsikan

    kondisi awal timer mendapatkan sinyal input high kemudian sinyal

    input tersebut diubah menjadi low. Saat diberi input diberi sinyal high

    maka ouput high, kemudian saat input diberi sinyal low, maka output

    akan low jika lamanya sinyal input dengan logika low tersebut melebihi

    setting tundaan waktunya. Isyarat input dan output mode ini

    ditunjukkan pada gambar.

    Input

    output

    Delay time

    Gambar Isyarat input dan output timer Off-delay

    c. Timer pulse

    Output akan berlogika high selama setting tundaan waktu apabilainput diberi trigger berlogika high. Isyarat input dan output mode

    ini ditunjukkan pada gambar.

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    21/23

    output

    Delay time

    input

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    22/23

    PAPER

    PRAKTIKUM SISTEM KONTROL

    PUNGKY R. ADHYTAMA K.

    1210952011

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

    2014

  • 8/10/2019 Paper sistem kontrol

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00660-

    %20SK%20Bab%202.pdf

    http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-gdl-

    anggajuand-18247-4-babii.pdf

    http://anakranto.wordpress.com/2010/07/10/sistem-kontrol-pid-

    proportional%E2%80%93integral%E2%80%93derivative-controller/

    http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2006-2-01034-SK-bab%202.pdf

    http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-

    32015-3-2008ta-2.pdf

    http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-

    32015-3-2008ta-2.pdf

    http://eprints.undip.ac.id/41701/12/BAB_II.pdf

    http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00660-%20SK%20Bab%202.pdfhttp://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00660-%20SK%20Bab%202.pdfhttp://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-gdl-anggajuand-18247-4-babii.pdfhttp://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-gdl-anggajuand-18247-4-babii.pdfhttp://anakranto.wordpress.com/2010/07/10/sistem-kontrol-pid-proportional%E2%80%93integral%E2%80%93derivative-controller/http://anakranto.wordpress.com/2010/07/10/sistem-kontrol-pid-proportional%E2%80%93integral%E2%80%93derivative-controller/http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2006-2-01034-SK-bab%202.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/41701/12/BAB_II.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/41701/12/BAB_II.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://digilib.itb.ac.id/files/disk1/641/jbptitbpp-gdl-faqihakhsa-32015-3-2008ta-2.pdfhttp://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2006-2-01034-SK-bab%202.pdfhttp://anakranto.wordpress.com/2010/07/10/sistem-kontrol-pid-proportional%E2%80%93integral%E2%80%93derivative-controller/http://anakranto.wordpress.com/2010/07/10/sistem-kontrol-pid-proportional%E2%80%93integral%E2%80%93derivative-controller/http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-gdl-anggajuand-18247-4-babii.pdfhttp://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-gdl-anggajuand-18247-4-babii.pdfhttp://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00660-%20SK%20Bab%202.pdfhttp://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00660-%20SK%20Bab%202.pdf