Upload
gede-endrawadi
View
110
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
KOMPONEN – KOMPONEN
DALAM SALURAN TRANSMISI
I. Pendahuluan
Salah satu penggunaan paduan aluminium yang cukup panting adalah
sebagai kawat transmisi listrik. Sebagai kawat transmisi listrik, aluminium
dituntut untuk memberikan konduktivitas listrik yang balk. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi kerugian daya pada transmisi listrik tersebut. International
Electrical Comission (EEC) menetapkan harga konduktivitas listrik minimal yang
harus dipunyai oleh konduktor dengan material paduan aluminium sebesar 61 %-
IACS (International Annealed Copper Standard) pada temperatur 20°C.
Akhir-akhir ini, kapasitas jaringan transmisi listrik udara dibuat semakin
besar sehingga dalam pengoperasiannya sering menimbulkan panas yang cukup
tinggi, dengan temperatur sekitar 250°C. Pada kondisi demikian, kawat ACSR
(Aluminium Conductor Steel Reinforced) biasa, yang sering digunakan sebagai
konduktor transmisi tegangan tinggi, tidak dapat digunakan lagi secara laik,
karena mengalami penurunan kekuatan dan terjadi proses pemuluran.
Menurut informasi literatur, unsur zirkonium dapat meningkatkan sifat
tahan panas suatu material akan tetapi menurunkan konduktivitas listrik-nya,
sedangkan unsur logam tanah jarang meningkatkan konduktivitas listrik suatu
material. Penelitian ini hendak mengamati pengaruh penambahan kedua unsur
tersebut terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik kawat ACSR, dengan
harapan dapat diperoleh komposisi paduan yang menghasilkan peningkatan sifat
tahan panas kawat ACSR dengan tidak mengurangi konduktivitas listriknya.
Pada penelitian ini dilakukan proses pembuatan kawat secara keseluruhan
(dalam skala laboratorium), mulai dad proses pengecoran, pengerolan dan
penarikan. Dari rangkaian proses tersebut banyak variabel yang mempengaruhi
sifat mekanis dari hasil kawat yang diperoleh, antara lain : proses solidifikasi,
Bahan Listrik | 1
penambahan unsur paduan, deformasi akibat pengerolan dan penarikan serta
proses periakuan panas.
Oleh karena itu, pada penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh unsur
paduan (Zr dan logam tanah jarang, dalam hal ini Ce) terhadap sifat tahan panas
dan konduktivitas listrik dari hasil kawat yang diperoleh, dengan menjaga variabel
yang lain konstan. Sifat tahan panas dari kawat ditunjukkan oleh karakteristik
kekuatan tank kawat pada berbagai kondisi anil, karakteristik kekuatan tank kawat
pada temperatur tinggi, serta karakteristik creep dari masing-masing kawat pada
temperatur rendah dan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan, penambahan 0,051 %-Ce pada ACSR
dapat meningkatkan harga konduktivitas listriknya sebesar 0,72 %-IACS,
sedangkan penambahan 0,107 %-Zr pada ACSR menyebabkan konduktivitas
listrik mengalami penurunan sebesar 5,5 %-IACS. Akan tetapi penambahan Zr
dapat memperbaiki sifat tahan mulur kawat.
Dari hasil penelitian secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Zr
menyebabkan turunnya harga konduktivitas listrik kawat, sebaliknya Ce
meningkatkan harga konduktivitas listriknya. Pengaruh Ce terhadap sifat tahan
panas belum dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini.
Dari semua sampel penelitian yang dibuat, komposisi Zr dan Ce yang
memberikan hasil terbaik adalah 0,088 %-Zr dan 0,114 %-Ce, dengan harga
konduktivitas listrik sebesar 58,55 %-IACS serta temperatur maksimum sebesar
300°C (jangka pendek) dan 250°C (kontinyu). Sedangkan ACSR tanpa pemadu
mempunyai harga konduktivitas listrik sebesar 60,42 %-IACS serta terperatur
maksimum sebesar 210 °C (jangka pendek) dan 170 °C (kontinyu). Hasil terbaik
tersebut belum memenuhi standard konduktivitas minimal yang ditetapkan (yaitu
61 %-IACS). Oleh karena itu komposisi Ce hams ditingkatkan lagi. Hasil estimasi
komposisi Ce yang menghasilkan konduktivitas 61 %-IACS adalah 0,2 °A-Ce.
Saluran transmisi udara umumnya menggunakan konduktor jenis ACSR
(Alumunium Conductor Steel Reinforced) yang memiliki batas temperatur kerja
Bahan Listrik | 2
yang diizinkan sebesar 900C. Mempertimbangkan peningkatan kebutuhan tenaga
listrik yang pesat akhir - akhir ini, maka usaha untuk meningkatkan kapasitas
saluran transmisi dilakukan dengan mengoptimalkan kapasitas hantaran arus dari
saluran transmisi yang telah ada.
Permasalahan utama dari pengoptimalan saluran transmisi tersebut adalah
tegangan tarik dan andongan yang timbul pada konduktor tersebut menjadi lebih
besar, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
perubahan arus saluran terhadap tegangan tarik dan andongan konduktor, dengan
demikian diharapkan dari hasil penelitian ini akan berguna untuk membangun
struktur konstruksi saluran transmisi yang sesuai dengan sifat dari konduktor
tersebut. Sebagai model simulasi digunakan saluran transmisi tegangan ekstra
tinggi 500 kV jalur Paiton - Krian dengan menggunakan data - data konduktor
ACSR yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Temperatur konduktor dihitung
berdasarkan persamaan keseimbangan panas. Metode Ruling Span digunakan
untuk menentukan panjang span equivalen.
Sementara itu metode Catenary digunakan untuk menghitung tegangan tarik
dan andongan konduktor tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya perubahan arus saluran dari 10 Ampere
menjadi 850 Ampere mengakibatkan terjadinya peningkatan temperatur
konduktor sebesar 125.94 % dan penurunan tegangan tarik sebesar 36.38 % serta
terjadi peningkatkan pada andongan sebesar 26.82 %.
Saluran transmisi terdiri dari seperangkat konduktor yang membawa energi
litrik dan mentransmisikan dari pusat pembangkit kegardu induk. Konduktor dari
saluran transmisi tersebut digantungkan pada isolator yang dikaitkan ke lengan
menara. Gambar di bawah menunjukkkan sketsa dari saluran transmisi. Gambar 1
memperlihatkan bagian dari menara yang membawa tiga buah konduktor tiga fasa
R, S, dan T, hal ini disebut dengan rangkaian transmisi tunggal. Untuk Gambar 2
menunjukkna menara yang membawa enam buah konduktor yang tersusun atas
Bahan Listrik | 3
duah rangkaian yang terpisah masing-masing terdiri dari dua kawat dengan fasa
R, S dan T. Jenis ini disebut dengan saluran transmisi ganda.
Gambar 1 Saluran Transmisi Tunggal
Gambar 2 Saluran Transmisi Ganda
Bahan Listrik | 4
II. Saluran Transmisi
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
1. Saluran udara (overhead lines): saluran transmisi yang menyalurkan
energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar
menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara
adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam
mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan dan lainnya.
Namun juga memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang
terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap keandalannya,
dengan kata lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung
singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir, dan
gangguan-gangguan lainnya. Dari segi estetika/keindahan juga
kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk
suatu saluran transmisi didalam kota.
2. Saluran kabel tanah (underground cable): saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam
tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini adalah yang favorite
untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka
tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi
gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga
memiliki kekurangan seperti mahalnya biaya investasi dan sulitnya
menentukan titik gangguan dan perbaikannya.
Kedua cara penyaluran memiliki keuntungan dan kerugian masing-
masing.
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik yaitu arus
bolak-balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC).
Oleh karena itu, berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran
transmisi, maka saluran transmisi terdiri dari:
Bahan Listrik | 5
1. Saluran transmisi AC; didalam system AC, penaikan dan penurunan
tegangannya sangat mudah dilakukan dengan bantuan transformator
dan juga memiliki 2 sistem, sistem fasa tunggal dan sistem fasa tiga
sehingga saluran transmisi AC memiliki keuntungan lainnya, antara
lain:
a. Daya yang disalurkan lebih besar
b. Nilai sesaat (instantaneous value)nya konstan
c. Mempunyai medan magnet putar
Selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan diatas, saluran
transmisi AC juga memilik kerugian, yaitu: tidak stabil, isolasi yang
rumit dan mahal (mahal disini dalam artian untuk menyediakan suatu
isolasi yang memang aman dan kuat).
2. Saluran transmisi DC; dalam saluran transmisi DC, daya guna atau
efesiensinya tinggi karena mempunyai factor daya = 1, tidak memiliki
masalah terhadap stabilitas terhadap system, sehingga dimungkinkan
untuk penyaluran jarak jauh dan memiliki isolasi yang lebih
sederhana.
Berhubungan dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini
saluran transmisi di dunia sebagian besar menggunakan saluran
transmisi AC. Saluran transmisi DC baru dapat dianggap ekonomis
jika jarak saluran udaranya antara 400km sampai 600km, atau untuk
saluran bawah tanah dengan panjang 50km. hal itu disebabkan karena
biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter &
inverter) masih sangat mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran
AC akan tetap menjadi primadona dari saluran transmisi.
Bahan Listrik | 6
1. Tegangan Transmisi
Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran
akan naik oleh karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang
disalurkan sama. Namun, penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan
isolasi dan biaya peralatan juga biaya gardu induk.
Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan
memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak
penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu,
serta tegangan-tegangan yang sekarang ada dan yang akan di rencanakan.
Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi standarisasi peralatan yang
ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian dari perancangan
system tenaga listrik secara keseluruhan.
Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya
hantar dari saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat
tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada
saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi tegangan maka tingkat
isolasi pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga akan
tinggi.
Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan
transmisi, di Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan
tinggi sebagai berikut:
a. Tegangan Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500.
b. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kV): (36) – 72,5 – 170 – 245
– 420 - 525.
Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah yang
tegangan distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret
tegangan diatas, disesuaikan dengan rekomendasi dari International
Electrotechnical Commission (IEC).
Bahan Listrik | 7
III. Komponen Utama Saluran Transmisi Udara
Komponen-komponen utama dari saluran transmisi udara, terdiri dari:
1. Menara Transmisi atau Tiang Transmisi, beserta pondasinya.
Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi yang bisa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang
dan tiang kayu.
Menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan
untuk saluran-saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif
rendah (dibawah 70 kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan
kerjanya tinggi (SUTT) dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).
Menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan fungsinya,
menjadi:
i. Menara Dukung
ii. Menara Sudut
iii. Menara Ujung
iv. Menara Percabangan
v. Menara Transposisi
2. Isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis
porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator
diklasifikasikan menjadi:
a. Isolator Jenis Pasak
b. Isolator Jenis Pos-Saluran
Bahan Listrik | 8
c. Isolator Gantung
Isolator jenis pasak dan Isolator jenis pos-saluran digunakan pada
saluran transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33
kV), sedangkan isolator gantung dapat digandeng menjadi
rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Kawat Penghantar (Konduktor)
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran
transmisi adalah:
a. Tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
b. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
c. Aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium, karena konduktivitas
dan kuat tariknya yang lebih tinggi.
Tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang
sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari aluminium. oleh karena itu
dewasa ini kawat penghantar aluminium telah mulai menggantikan
kedudukan kawat penghantar tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan
campuran aluminum (aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi
tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai
ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu
digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan
lambang sebagai berikut:
Bahan Listrik | 9
i. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari aluminium.
ii. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
iii. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat
penghantar aluminium berinti kawat baja.
iv. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat
penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
Gambar 3 Penghantar ACSR
4. Kawat Tanah
Kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung
(shield wires), gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau
kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang
diatas kawat fasa, sebagai kawat tanah umumnya digunakan kawat baja
(steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak jarang digunakan ACSR.
IV. Konduktor dan Kawat Tanah Pada Saluran Transmisi
Udara
Bahan Listrik | 10
Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari
Pembangkit listrik ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang
terentang lewat tower-tower. Konduktor pada tower tension dipegang oleh
tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension
clamp. Dibelakang clamp tersebut dipasang rencengan isolator yang
terhubung ke tower.
Sedangkan Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah)
adalah media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini
dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil
mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat.
1. Bahan konduktor
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu
memiliki sifat sifat sebagai berikut:
a. Konduktivitas tinggi
b. Kekuatan tarik mekanikal tinggi
c. Titik berat
d. Biaya rendah
e. Tidak mudah patah
Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar
yang baik karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya
cukup baik. Namun karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga
rawan pencurian. Aluminium harganya lebih rendah dan lebih ringan namun
konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR
(Almunium Conductorn Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel
Bahan Listrik | 11
yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya
mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih menyukai
bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka ACSR cocok
dipakai pada SUTT/SUTETI. Untuk daerah yang udaranya mengandung
kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi
dengan almunium.
Pada saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya
namun SUTT tersebut berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang
konduktor jenis TACSR (Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced)
yang mempunyai kapasitas besar tetapi berat kawat tidak mengalami
perubahan yang banyak. Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat
berkas (stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang
lebih besar dibanding kawat pejal.
Bentuk dan Konstruksi Tiang SUTT :
a. Konstruksi baja :
Terbuat dari baja profil atau besi siku, disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu menara (tower), yang kekuatannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Konstruksi jenis inilah yang banyak
digunakan di Indonesia.
b. Konstruksi Manesman:
Terbuat dari pipa baja. Konstruksi jenis ini digunakan di Indonesia
hanya di daerah perkotaan yang tidak memungkinkan dipasang
menara (tower). Jarak efektif antara tiang adalah 20 meter sampai
dengan 40 meter. Jarak andongan terendah dengan tanah dan
bangunan adalah ± 7 meter. Pada konstruksi jenis ini untuk posisi
tiang tertentu (tiang penegang, tiang sudut, tiang awal/akhir),
Bahan Listrik | 12
dilengkapi dengan Guy Wire yang berbentuk tarik (Line Guy) atau
tekan (Pole Brace).
c. Konstruksi Kayu :
Terbuat dari kayu ulin dan kayu besi, yang mempunyai kekuatan dan
umur yang baik dan tidak perlu melalui proses pengawetan. Jenis ini
jarang digunakan di Indonesia, apalagi saat ini untuk memperoleh
kayu sangat sulit dan bisabisa lebih mahal jika dibandingkan
menggunakan konstruksi jenis lainnya.
d. Konstruksi Tiang Beton (Concrete Pole) :
Terbuat dari beton bertulang yang berongga di dalamnya. Konstruksi
jenis ini digunakan di kota-kota besar di kota Indonesia, karena tidak
memungkinkan dipasang tiang bentuk menara.
Gambar 4 Konstruksi Baja Tiang SUTT berupa Menara
Bahan Listrik | 13
Gambar 5 Konstruksi Manesman Tiang SUTT
Tunggal Jenis H Jenis A Jenis Gerbang Kuil
Gambar 6 Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT
2. Urutan Fasa
Bahan Listrik | 14
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap
fasa mempunyai sudut pergerseran fasa 120º. Pada SUTT dikenal fasa R; S
dan T yang urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah.
Namun pada SUTET urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain
panjang, karakter SUTET banyak dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari
bumi maupun konfigurasi yang tidak selalu vertikal. Guna keseimbangan
impendansi penyaluran maka setiap 100 km dilakukan transposisi letak
kawat fasa.
3. Penampang dan Jumlah Konduktor
Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya
yang akan disalurkan, sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat
berkas disesuaikan dengan tegangan operasinya. Jika kawat terlalu kecil
maka kawat akan panas dan rugi transmisi akan besar. Pada tegangan yang
tinggi (SUTET) penampang kawat, jumlah kawat maupun jarak antara
kawat berkas mempengaruhi besarnya corona yang ditengarai dengan bunyi
desis atau berisik.
4. Jarak antar Kawat Fasa
Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3 meter, SUTT= 6
meter dan SUTET=12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek
ayunan yang dapat menimbulkan flash over antar fasa.
5. Perlengkapan Kawat Penghantar
Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah: Spacer, vibration
damper. Untuk keperluan perbaikan dipasang repair sleeve maupun armor
rod. Sambungan kawat disebut mid span joint.
Bahan Listrik | 15
Gambar 4 Armor Rod
6. Repair Sleeve
Repair sleeve adalah selongsong almunium yang terbelah menjadi dua
bagian dan dapat ditangkapkan pada kawat penghantar, berfungsi untuk
memperbaiki konduktifitas kawat yang rantas, Cara pemasangannya dipress
dengan hydraulic tekanan tinggi.
7. Bola Pengaman
Bola Pengaman adalah rambu peringatan terhadap lalu lintas udara,
berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa
terdapat kawat transmisi. Bola pengaman dipasang pada ground wire pada
setiap jarak 50m hingga 75 meter sekitar lapangan/bandar udara.
8. Lampu Aviasi
Lampu Aviasi adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu
lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang
bahwa terdapat kawat transmisi. Jenis lampu aviasi adalah sebagai berikut:
Bahan Listrik | 16
a. Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply dari Jaringan
tegangan rendah
b. Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar dengan sistem
induksi dari kawat penghantar
9. Arching Horn
Arching Horn adalah peralatan yang dipasang pada sisi Cold (tower)
dari rencengan isolator. Fungsi arcing horn:
a. Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara sisi Cold dan
Hot (kawat penghantar)
b. Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong tegangan lebih
bila terjadi: sambaran petir; switching; gangguan, sehingga dapat
mengamankan peralatan yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo)
Media semacam arcing horn yang terpasang pada sisi Hot (kawat
penghantar) adalah:
i. Guarding ring
Guarding ring berbentuk oval, mempunyai peran ganda yaitu
sebagai arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada
beberapa isolator sisi hot. Umumnya dipasang di setiap tower
tension maupun suspension sepanjang transmisi.
ii. Arcing ring
Arching ring berbentuk lingkaran, mempunyai peran ganda
yaitu sebagai arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada
beberapa isolator sisi hot. Umumnya hanya terpasang di tower
dead end dan gantry GI.
Bahan Listrik | 17
10. Kawat Tanah
Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media
untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas
kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena
dianggap petir menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar
dari samping maka dapat mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan.
Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan
pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp
dipasang kawat jumper yang menghubungkannya pada tower agar arus petir
dapat dibuang ke tanah lewat tower. Untuk keperluan perbaikan mutu
pentanahan maka dari kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju
ketanah yang kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.
11. Bahan Kawat Tanah
Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis, maupun
sudah dilapisi dengan almunium. Pada SUTET yang dibangun mulai tahun
1990an, didalam ground wire difungsikan fibre optic untuk keperluan
telemetri, tele proteksi maupun telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW
(Optic Ground Wire), sehingga mempunyai beberapa fungsi.
Bahan Listrik | 18
Gambar 7 Pemasangan Ground Wire pada Tower
Gambar 8 Pentanahan Tiang
12. Jumlah dan Posisi Kawat Tanah
Jumlah Kawat Tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa,
namun umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang
hanya satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan
menjadi besar sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara
ground wire dengan kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antar kawat
Bahan Listrik | 19
fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat mencapai 120% dari jarak
tersebut.
V. Isolator Saluran Transmisi
Isolator berfungsi untuk mengisolir kawat jaringan yang bertegangan
dengan tiang atau menara penyangga kawat jaringan agar arus listrik tidak
mengalir dari kawat jaringan tersebut ke tanah. Isolator dipasang atau
digantung pada travers (cross arm) struktur pendukung, sedangkan
konduktor daya dipasang pada jepit isolator. Isolator perlu memiliki
kekuatan mekanik dan elektrik yang baik.
Isolator terdiri dari bahan isolasi yang diapit oleh elektroda-
elektroda. Dengan demikian maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi.
Karena kapasitansi ini, maka distribusi tegangan pada suatu deretan isolator
menjadi tidak seragam. Potensial pada ujung yang terkena langsung dengan
kawat konduktor adalah yang terbesar.
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator pasang luar
(outdoor insulator) atau isolator saluran udara (overhead insulator)
diklasifikasikan menjadi isolator pasak (pin type insulator), insulator piring
(suspension insulator), isolator batang panjang (long rod insulator), isolator
pos saluran (line pos insulator).
1. Isolator Pasak
Isolator jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang
penghantar saluran.
Untuk pemakaian tegangan yang makin tinggi, dibutuhkan bahan
isolasi yang makin tebal, akan tetapi dalam praktek tidak dapat dibuat
Bahan Listrik | 20
isolator tunggal yang sanga tebal. Oleh karena itu, dibuat isolator pasak
yang terdiri dari beberapa bagian disambungkan satu sama lain dengan
menggunakan perekat semen. Isolator jenis pasak dapat dipergunakan
sampai 80 kV.
2. Isolator Piring
Pada sistem saluran udara tegangan tinggi, jenis isolator yang banyak
dipergunakan adalah isolator piring. Sejumlah isolator piring dihubung-
hubungkan secara seri dengan mempergunakan sambungan logam,
membentuk satu rentengan. Sedangkan penghantar saluran dipegang oleh
isolator yang terbawah.
Keuntungan – keuntungan mempergunakan isolator piring:
a. Tiap isolator piring dirancang untuk tegangan yang tidak terlalu
tinggi, jadi dengan menghubungkan sejumlah isolator, dirancang suatu
rentengan isolator sesuai dengan kebutuhan.
b. Jika salah satu atau beberapa isolator dalam rentengan rusak, dapat
dilakukan penggantian dengan mudah dan dengan biaya yang murah.
c. Rentengan Isolator bersifat lentur, hal ini dapat mengurangi pengaruh
tarikan mekanis.
d. Jika rentengan isolator dipasang pada menara baja, pengaruh petir
pada penghantar akan berkurang karena letak kawat.
Bahan Listrik | 21
Gambar 9 Isolator Piring
Sebuah isolator piring terdiri dari sebuah piringan porselin atau gelas
yang bagian bawahnya berlekuk – lekuk untuk memperbesar jarak rayap.
Pada bagian atas piringan disemenkan sebuah tutup (cap) yang terbuat dari
besi (cor) yang telah digalvanisasikan, sedangkan pada rongga bagian
bawah disemenkan sebuah pasak baja yang telah digalvanisasikan
Isolator piring dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cara
penyatuannya dengan isolator lain. Saat ini jenis isolator piring yang banyak
dipergunakan adalah jenis clevis dan ball and socket.
3. Isolator Batang Panjang
Isolator jenis ini terdiri atas jenis silinder porselin dengan kerutan –
kerutan dan ujungnya diperkuat dengan dua tutup logam yang disemenkan.
Diameter silinder porselin dipilih menurut kekuatan mekanis yang
dibutuhkan, kuat tariknya sekitar 130 – 140 kg/cm2.
Pemakaian isolator batang panjang menghemat logam jika
dibandingkan dengan isolator rentengan (isolator piring), juga lebih ringan.
Oleh karena isolator batang panjang mempunyai rusuk yang sederhana,
maka kotoran yang melekat pada permukaan isolator mudah tercuci oleh
Bahan Listrik | 22
hujan sehingga isolator jenis ini sesuai untuk daerah – daerah yang
intensitas polusinya lebih tinggi.
4. Isolator Pos Saluran
Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi
tutup besi yang disemenkan pada porselin serta pasak baja yang disekrupkan
padanya. Karena jenis ini dipakai secara tunggal (tidak berkelompok) serta
kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos saluran tidak dibuat besar.
5. Isolator Jenis Pin – Pos
Jenis isolator ini digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara
tegangan menengah, dipasang pada tiang yang mengalami gaya tekuk. Dan
isolator ini tahan terhadap terpaan busur, arus berupa busur api yang
mengalir akibat lewat denyar yang disebabkan oleh polusi dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan isolator. Isolator Pos Pin bersifat
mampu menahan busur api sampai circuit breaker memutus aliran daya.
VI. Karakteristik Isolator
1. Karakteristik Elektris Isolator
Ditinjau dari segi kelistrikan, isolator dan udara membentuk
suatu sistem isolasi yang berfungsi untuk mengisolir suatu konduktor
bertegangan dengan rangka penyangga yang dibumikan, sehingga
tidak ada arus listrik yang mengalir dari konduktor tersebut ke tanah.
Kegagalan suatu isolator dapat terjadi karena bahan dielektrik isolator
tembus listrik (breakdown) atau karena terjadinya lewat denyar
(flashover) udara di sepanjang permukaan isolator. Dalam kasus yang
pertama, karakteristik listrik tidak dapat pulih seperti semula dan
Bahan Listrik | 23
sebagian dari isolator mengalami kerusakan mekanis sehingga tidak
dapat digunakan lagi dan harus diganti. Pada peristiwa lewat denyar,
kerusakan pada isolator hanya karena panas yang ditimbulakn busur
api pada permukaan isolator.
Semua isolator dirancang sedemikian sehingga tegangan
tembusnya jauh lebih tinggi dari tegangan lewat denyarnya. Dengan
demikian kekuatan dielektrik suatu isolator ditentukan oleh tegangan
lewat denyarnya.
2. Karakteristik Mekanis Isolator
Karakteristik mekanis suatu isolator ditandai dengan kekuatan
mekanisnya, yaitu beban mekanis terendah yang mengakibatkan
isolator tersebut rusak. Kekuatan mekanis ini ditentukan dengan
membebani isolator dengan beban yang bertambah secara bertahap
hingga isolator terlihat rusak. Kekuatan mekanis suatu isolator
dinyatakan dalam tiga keadaan beban, yaitu kekuatan mekanis tarik,
kekuatan mekanis tekan, dan kekuatan mekanis tekuk.
Sebelum menetapkan kekuatan mekanis suatu isolator untuk
suatu konstruksi, perlu diketahui terlebih dahulu beban yang akan
dipikulnya di lapangan. Jika isolator akan digunakan pada jaringan
hantaran udara, maka isolator harus mampu memikul berat konduktor
dan beban tarik. Berat konduktor tergantung pada luas penampang
konduktor, jenis bahannya, jarak gawang, suhu dan kecepatan angin.
Bahan Listrik | 24
DAFTAR PUSTAKA
A. Arismunandar, S. Kuwara , “Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik”,
jilid II, Penerbit PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1979.
T.S. Hutauruk, “Transmisi Daya Listrik”, Jurusan Elektroteknik, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, 1982.
Bonggas L. Tobing, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta:2003
Bahan Listrik | 25