22
PENDAHULUAN Paleontologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari mengenai sejarah kehidupan di bumi dan tanaman serta hewan purba berdasarkan fosil yang ditemukan dalam batuan. Berdasarkan dari ukuran obyeknya maka dibagi 2 : Makropaleontologi merupakan cabang dari paleontologi yang mempelajari obyek-obyek dengan ukuran relatif besar dan tidak memerlukan alat bantu mikroskop contoh : paleontologi vertebrata. Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang mempelajari fosil yang berukuran mikro sehingga memerlukan alat bantu mikroskrop dalam mempelajarinya. Keterdapatan mikrofosil pada batuan sangat bergantung kepada lingkungan hidup organisme tersebut . Adapun terdapat 2 jenis mirofosil yaitu mikrofosil dari kelompok fauna seperti Foraminifera, Dinoflagelata, Ostracoda dan Paleontologi Analisis Page 1

Paper1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

apsjfjj j

Citation preview

PENDAHULUANPaleontologiadalah disiplin ilmu yang mempelajari mengenai sejarah kehidupan di bumi dan tanaman serta hewan purba berdasarkan fosil yang ditemukan dalam batuan. Berdasarkan dari ukuran obyeknya maka dibagi 2 : Makropaleontologi merupakan cabang dari paleontologi yang mempelajari obyek-obyek dengan ukuran relatif besar dan tidak memerlukan alat bantu mikroskop contoh : paleontologi vertebrata. Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang mempelajari fosil yang berukuran mikro sehingga memerlukan alat bantu mikroskrop dalam mempelajarinya. Keterdapatan mikrofosil pada batuan sangat bergantung kepada lingkungan hidup organisme tersebut . Adapun terdapat 2 jenis mirofosil yaitu mikrofosil dari kelompok fauna seperti Foraminifera, Dinoflagelata, Ostracoda dan mikrofosil dari kelompok flora, seperti polen dan spora yang dihasilkan dari tumbuhan. Konsep dasar paleontologi salah satunya adalah taksonomiTaksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan ciri fisik tertentu. Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa apabila tingkatan taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi adalah spesies, sedangkan unit tertinggi adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat ditambahkan super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom, merupakan unit yang lebihtinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di bawah unit baku, contoh:sub filum, terdapat di bawah unit filum.

OSTRACODAKlasifikasi "Ostracoda termasuk dalam Filum Arthropoda karena mempunyai anggota badan yang beruas-ruas dan dikelompokan dalam Kelas Crustacea berdasarkan cangkang/kulit luarnya yang keras. "Pengklasifikasian ostracoda mengacu pada prinsip taksonomi serta tata nama hewan dari Linnaeus. Superphylum: Arthropoda Phylum: Crustacea Pennant, 1777 Class: OSTRACODA Latreille, 18061. Ordo Archaeocopida 2. Ordo Leperditicopida3. Ordo Betrichicopida Hennungsmoen, 19534. Ordo Podocopida Mueller, 18945. Ordo Myodocopida Sars, 18666. Ordo yang belum diketahuiKriteria yang harus diperhatikan untuk identifikasi fosil ostracoda, yaitu:1. Bentuk dasar cangkang2. Posisi dan susulan muscle scars3. Pore canals4. Hinge5. Dimorfisme seksual6. Ornamentasi dan jejak mata7. Marginal zoneOstracoda merupakan mikroorganisme dengan ciri setangkup cangkang/volve yang disebut dengan carapace untuk melindungi bagian tubuhnya yang lunak. Ukuran cangkang mikroorganisme ini rata-rata 1 mm dengan bentuk dasar cangkang yang dimaksu adalah outline dari penampakan lateral bagian anterior, posterior, dorsal dan ventral, yang pada umumnya lonjong dan mempunyai permukaan yang rata-kasar dengan segala variasinya. Cangkang inilah yang dapat diamati sebagai objek penilitian mikropaleontologi. Berikut diuraikan bagian lunak dan bagian keras dari ostracoda.Bagian lunak ostracoda umumnya berbentuk bulat telur, terdiri atas cephalic atau kepala dan toraks yang tidak dapat dibedaka diantara keduanya. Pada umumnya abdomen pada ostracoda tidak berkembang dan bersatu pada toraks. Bagian lunak ini ditutupi oleh duplicature yang menempel di bagian dorsal dari cangkang.Bagian keras ostracoda merupakan hasil sekresi sel-sel lapisan epidermis dari sebagian outer lamella dan bagian tepi dari inner lamella. Proses sekresi ini berlangsung selama ostracoda hidup. Bagian keras ini disebut carapace (karapas) yang terdiri dari dua buah cangkang yang umumnya simetris bilateral, dan umumnya salah satu cangkangnya akan memiliki ukuran yang lebih kecil, bergantung pada hubungan taksonominya.

Struktur tubuh ostracodahttp://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/ostr/ostdiag01.gif

Struktur bagian lunak tubuh ostracodaSumber: (http://people.mokk.bme.hu/~daniel/Heni/regebbi/014%20%20als%F3bbr.%20Crustacea/020%20%23%23%23%20kagyl%F3sr%E1kok%20(Ostracoda)%20szervezete.gif) pada 9 September 2014

Ostracoda mempunyai persyaratan sebagai organisme yang dapat menjadi fosil, karena cangkangnya terbuat dari bahan gampingan, berukuran mikro, dijumpai di berbagai lingkungan perairan, dan terawetkan pada batuan mulai dari Kambrium. Sifat-sifat tersebut menjadikan ostracoda penting dan perlu diteliti setelah foraminifera, terutama pada saar tidak ditemukannya foraminifera plantonik untuk analisis dan interpretasi geologi (Colin dan Lethies, 1988 dalam Dewi dan Kapid, 2004).Selain tersusun atas bahan gampingan (karbonat), cangkang ostracoda juga mengandung kitin serta protein. Umumnya, ostracoda bentonik berwarna coklat akan tetapi dalam bentuk fosil cangkang ostracoda berwarna putih, coklat, atau hitam.Cangkang ostracoda dapat diamati dari permukaan dalam dan penampakan luarnya. Penampakan dalamBagian dalam dari cangkang meliputi:1. muscle menurut lokasinya meliputi central muscle scars dan dorsal muscle scars2. scars3. hinge4. pore canals.

Penampakan luarPenampakan luar dari cangkang ostracoda dapat dilihat dari kondisi permukaan yaitu adanya hiasan atau ornamentasi serta bentukan tambahan di bagian tepi maupun lateral dari cangkang, dimana cangkang tanpa hiasan atau rata dapat memperlihatkan lubang-lubang pori (pori canals).

EkologiKehidupan ostracoda dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi utama, seperti salinitas, temperatur, kedalaman, jenis makanan dan arus dasar laut juga mempengaruhi sebaran ostracoda (Dewi dan Kapid, 2004)a. SalinitasSpesies dan genus ostracoda tertentu memerlukan habitat yang mempunyai kadar garam khusus, yaitu air tawar dan air laut. b. SuhuBeberapa spesies ostracoda ada yang hidup luas secara eurythermal, tetapi beberapa di antaranya memerlukan batas suhu tertentu. Contonya di daerah kutub utara spesies ostracoda kurang bervariasi dan tidak melimpah.c. KedalamanPengaruh langsung kedalaman sukar diamati mengingat banyak faktor terkait yang berperan. Semakin dalam kestabilan lingkungannya akan bertambah dimana tingkat energi akan berkurang, dan menurunnya ukuran butir sedimen, penetrasi sinar, dan vegetasi yang menutupi.d. Substrat dan makananOstracoda bentonik dapat hidup pada permukaan atau bagian dalam sedimen dasar, atau menempel pada tumbuhan dan binatang laut. Kegiatan ostracoda air tawar adalah berenang dalam kolom air atau beberapa sentimeter di atas permukaan sedimen dasar. Ordo Podocopida, umumnya, pemakan sisa organisme atau mikroorganisme hidup seperti diatom, protista, bakteri, serta kadang-kadang pemakan kotoran invertebrata. Sedangkan ostracoda laut yang bentonik cenderung merayap dan menggali serta pemakan sisa-sisa organisme atau diatom, foraminifera, dan cacing kecil dari polichaeta.e. Habitat ostracodaTelah dijelaskan bahwa ostracoda mendiami berbagai perairan, mulai air tawar sampai air asin dengan diversitas dan kelimpahan yang bervariasi. Selain itu, Ostracoda juga ditemukan pada berbagai lingkungan, antara lain: Gua kapur Mata ir Endapan Gambut Danau air tawar Kolam ikan Persawahan Saluran air yang mengalir Genangan air pada musim hujanPeranan dan aplikasi ostracoda dalam bidang geologiOstracoda dalam bentuk fosil digunakan sebagai objek penelitian para ahli geologi, khususnya mikropaleontologi, dengan tujuan menentukan lingkungan pengendapan dan biostratigrafi. Whatley, 1983 dalam Dewi dan Kapid menguraikan beberapa faktor kelebihan ostracoda dalam analisis lingkungan pengendapan. Berukuran mikro dan terawetkan, relatif melimpah dalam batuan mulai dari Jaman Kambrium, serta habitatnya menempati berbagai perairan. Pengetahuan tentang ekologi masa kini telah banyak ditemukan yang memungkinkan digunakan untuk kilas balik lingkungan purba. Adanya mekanisme sederhana untuk membedakan antara kumpulan ostracoda autochthonous dan allochthonous yang sukar didapatkan bila meggunakan mikrofosil lain. Morfologi dari cangkang ostracoda dapat memberikan informasi mengenai lingkungan secara umum pada saat ostracoda hidup. Studi ostracoda secara kualitatif dan kuantitatif pada ostracoda resen dapat memberikan informasi adanya hubungan antara keanekaragaman spesies dengan lingkungan. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan dikoleksi dari contoh sedimen yang sedikit Dalam Taksonomi, pengidentifikasian pada tingkat spesies relatif lebih mudah dibandingkan pengidentifikasuan dari tingkat spesies ke genus. Kelemahan ostracoda meliputi: Walaupun ostracoda ditemukan diberbagai lingkungan, namun di lingkungan laut yang jumlahnya tidak sebanyak foraminifera yang hidup berasosiasi dengan ostracoda. Selain itu, setelah Paleozoikum, ostracoda tidak mungkin diamati dalam sayatan tipis karena sukar diidentifikasi hingga tingkat spesies. Sementara itu, tidak seperti fosil yang lain dapat ditemukan pada endapan batupasir, pada umumnya ostracoda terawetkan dalam sedimen lempungan. Aplikasi pada analisis lingkungan purbaOstracoda merupakan pilihan alami yang digunakan dalam menganalisis lingkungan purba berdasarkan sifat umumnya serta keberadaanya di berbagai lingkungan, baik di masa lalu maupun masa sekarang.Whatley (1988) dalam Dewi dan Kapid (2004) telah membedakan komponen fosil ostracoda yang autochthonous dan allochthonous berdasarkan populasi susunan umur. Tipe A: terdiri dari bentuk dewasa, dalam jumlah yang melimpah hal ini menunjukan lingkungan berenergi rendah/tenang. Tipe B: terdiri dari bentuk dewasa dan bentuk menjelang dewasa, akan tetapi tidak dijumpai bentuk muda hal ini menunjukan lingkungan berenergi tinggi dan biocenose. Tipe C: terdiri dari bentuk muda hal ini menunjukan lingkungan berenergi rendah dan thanathocenose. Aplikasi tersebut harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan proses evolusi, migrasi, kisaran waktu dan stabilitas lingkungan.Studi Kasusdetermination of sedimentary environment through the grain size analysis and ostracoda on surficial sediments of the aru archipelagos water southeast malukuYudi Darlan, Kresna Tri Dewi dan Yogi NoviadiPusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung 40174, Fax (022) 6017887

Pada paper ini menjelaskan penentuan lingkungan sedimentasi dengan analisis ukuran butir dan ostracoda pada permukaan sediment di Kepulauan Aru, Maluku tenggara, dimana penulis menggunakan metode antara lain sebagai berikut: pekerjaan lapangan, analisis laboratorium, dan pemerosesan data, hasilnya dalam sebuah laporan dan peta. Sampel ostracoda dipilih dari lima permukaan sampel sedimen sampel sasaran Ostracoda analisis fauna dalam kaitannya dengan proses sedimentasi.Penyebaran ukuran sedimen berkaitan dengan ketersediaan berbagai ukuran partikel dalam bahan induk, jenis dan energi dari proses terjadi dalam suatu lingkungan pengendapan khususnya kompetensi aliran. Tekstur sedimen pada daerah ini mulai dari gravel, pasir, sampai mud, dengan kehadiran yang terbanyak pada ukuran pasir. perbedaan ukuran butir menunjukan tipe lingkungan pengendapan yang berada di area ini merupakan pantai dan laut dangkal dengan energi deposisi dan transportasi yang rendah, kondisi lingkungan area ini dapat juga di deteksi dengan kumpulan struktur dari ostracoda sebagai sediment permukaan. itu menunjukan ostracoda dari area ini melimpah dan bersih, sangat beragam dan didominasi oleh spesies dari subfamili Bairdiinae . Spesies ini merupakan indikator yang baik dan merupakan kelompok yang sering - dominan di terumbu karang dan lingkungan terkait.. Selain itu, sebagian besar spesimen ini ditemukan sebagai karapas yang diartikulasikan. spesimen Ostracoda diambil dari residu mencuci di fraksi lebih dari 150 um, itu didasarkan pada valve yang mati dan dewasa dan karapas. dihitung sebagai dua valve.Geologi Regional Kepulauan Aru terdiri dari 6 pulau besar, yaitu: trangan, Workai, Maikoor, Kobror, Wokam, dan Koba.Secara Morfologi daerah ini merupakan dataran rendah karst dan dataran rendah marsh, titik tinggi dataran ini 200mdpl. Secara geologi merupakan bagian dari kontinen Autralia, Secara stratografi terdiri miosen awal-pliosen tersiri dari kalkarenit, batugamping, dan napal, plistosen tersiri dari calcareous claystone , dan endapan holosen mud, pasir, coral dan fragmen batuan.Pembahasan ostracodaOstracoda secara umum menunjukan nilai yang menengah -tinggi dalam jumlah spesies dan jumlah spesimen. Totalnya 26 species dan yang teridentifikasi sbenyak 493 spesimen. pada dua lokasi pengamatan dikumpulkan banyak karapas lebih dari 25 spesimen. Dimana pada stasiun pengamatan ini didominasi oleh pasir lempungan, pasir kerikilan. Jumlahnya tinggi karapas mungkin mengidentifikasi baik atau menguntungkan kondisi lingkungan atas spesimen ini terendapkan pada lingkungan yang tenang. Jumlah ini ditemukan pada st.AR85 yang didominasi oleh Quadracythere. Genus ini dan Bairdopillata berasosiasi dengan lingkungan reef. Sedangkan pada st AR60 yang mempunyai nilai rendah untuk jumlah spesies dan jumlah spesimen.

KesimpulanOstracoda mengindentifikasi tipe pengendapan dan lingkungan transport sedimentasi pada area penelitian, dimana energi yang tenang mempengaruhi trasportasi dan proses pengendapan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Kresna Tri, Rubiyanto Kapid. 2004. Ostracoda: Objek alternatif untuk studi mikropaleontologi. Bandung:Penerbit ITBProceeding of Indonesian Association of Geologist 31st, 2002http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/ostracod.htmlhttp://www.ucmp.berkeley.edu/arthropoda/crustacea/maxillopoda/ostracoda.htmlhttp://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/ostracod.html

Paleontologi AnalisisPage 15