Upload
dzaki-raif-mudzakiki
View
393
Download
64
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wawasan ilmu sosial
Citation preview
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang
terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir
(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).[1]
Paradigma juga
dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam
disiplin intelektual [2]
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang
merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang
berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang
berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan
(deik) [3]
Sedangkan Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil
yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran
pemikiran teoritis yang mereka definisikan sebagai menentukan bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling
berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori
umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan
akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan
kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan
kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial dan
paradigma. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari
keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan tentang dunia sosial dan
paradigmasosialmerupakankerangkaberpikirdalammasyarakat yang
menjelaskanbagaimanacarapandangterhadapfaktakehidupansosialdanperlakuanter
hadapilmuatauteori yang ada.
2
B. Rumusan Masalah
1). Apa itu definisi fungsi?
2). Apa saja fungsi teori?
3). Apa yang dimaksud dengan asumsi?
4). Apa pengertian paradigma?
5). Apa yang dimaksud dengan paradigma dan teori sosial?
6). Apa saja strategi pengembangan teori sosial?
C. Tujuan
1). Menjelaskan apa yang dimaksud dengan definisi fungsi.
2). Menjelaskan fungsi teori.
3). Menjelaskan apa yang dimaksud dengan asumsi.
4). Menjelaskan apa pengertian dari paradigma.
5). Menjelaskan apa yang dimaksud paradigma dan teori sosial.
6). Menjelaskan apa saja strategi dalam pengembangan teori sosial.
3
PEMBAHASAN
A. Difinisi Teori
Ada banyak ahli yang memberikan difinisi teori.Kerlinger (1973)
menyatakan teori adalah sekumpulan konsep, difinisi, dan proposisi yang
saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistimatis atas
fenomena yang ada dengan menunjukan secara spisifik hubungan-hubungan
diantara variable-variable yang terkait dalam fenomena, dengan tujuan
memberikan eksplanasi dan prediksi atas fenomena tersebut. Gibbs (1972)
mendifinisikan teori sebagai suatu kumpulan statemen yang mempunyai
kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat
atau ciri-ciri suatu klas, peristiwa atau sesuatu benda. Ahli lain, Hage (1972)
menyatakan bahwa teori harus mengandung tidak hanya konsep dan statemen
tetapi juga difinisi, baik difinisi teoritis maupun difinisi operasional dan
hubungan logis yang bersifat teoritis dan operasional antara konsep atau
statemen tersebut. Konsep dan difinisi harus disusun ke dalam "primitive" dan
"derived", statemen dan hubungan harus disusun kedalam premis dan
persamaan. Dari beberapa difinisi yang dikemukakan diatas dapatlah ditarik
suatu kesimpulan bahwa suatu teori harus : (a) mengandung konsep, difinisi,
dan proposisi, (b) ada hubungan logis diantara konsep-konsep, difinisi-
difinisi, dan proposisi-proposisi, (c) hubungan-hubungan tersebut
menunjukkan atau merupakan cermin fenomena sosial, (d) dengan demikian
teori dapat digunakan untuk eksplanasi dan prediksi.
Proposisi merupakan suatu pernyataan yang mengandung dua konsep
atau lebih. Sedangkan sesuatu bias digunakan untuk eksplanasi dan prediksi
atas sesuatu yang lain, jikalau antara keduanya ada hubungan yang bersifat
kausal. Dengan demikian berdasarkan difinisi-difinisi diatas dapatlah
dikembangkan suatu difinisi teori, yakni sekumpulan proposisi yang
menunjukan hubungan kausal diantara konsep atau variable-variable yang
terkandung dalam proposisi tersebut*).
*Dr.Zamroni. PENGANTAR PENGEMBANGAN TEORI SOSIAL.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta.
4
Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria : (a) kriteria ideal dan
(b) kriteria pragmatis (Black and Champion 1976). Kriteria ideal
mengemukakan bahwa suatu tfiori akan dapat diakui apabila memenuhi
pensyaratan berikut :
1) Sekumpulan ide yang dikemukakan mempunyai hubungan login dan
konsisten.
2) Sekumpulan ide-ide yang dikemukakan harus mencakup seluruh
variable yang diperlukan untuk menerangkan fenomena yang di
hadapi.
3) Kumpulan ide-ide tersebut mengandung proposisi-proposisi dimana
ide yang satu dengan yang lain tidak tumpang tindih.
4) Kumpulan ide-ide tersebut dapat dites secara empiris.
Sedangkan kriteria pragmatis mengemukakan bahwa ide-ide dikatakan
sebagai teori kalau ide-ide tersebut memiliki :
1) asumsi dan paradigma.
2) Frame reference, yakni kerangka fikir yang mengidentifikasi aspek-
aspek kehidupan sosial yang akan diuji secara empiris.
3) Konsep-konsep, yakni abstraksi atau simbol sebagai ujud sesuatuide.
4) Variable, yakni penjabaran konsep yang mengandung dimensi.
5) Proposisi, yakni hubungan antara konsep.
6) Hubungan yang sistimatis dan bersifat kausal diantara konsep-konsep
dan proposisi-proposisi tersebut.
Teori sosial merupakan pencerminan dari kenyataan sosial.Tetapi tidak
pernah atau jarang teori sosial tersebut cocok seratus persen dengan
kenyataan.Kalau model dari realitas sosial itu cocok seratus persen dengan
kenyataan maka kita membicarakan pengetahuan sosial, yakni suatu
rangkuman hukum-hukum sosial yang mendiskripsikan realitas sosial. Teori
sosial berusaha untuk bisa mendekati pengetahuan sosial, tetapi tidak akan
bisa persis. Hage (1976) menjelaskan pernyataan jarak antara teori sosial
dengan ilmu pengetahuan sosial dengan gambar di bawah ini.
5
Grafik 1 : Hubungan antara teori sosial dan ilmu pengetahuan social.
Kembali pada pertanyaan, "Mengapa masih ada sementara penduduk
yang tidak mau ber KB?"Kita bisa mengembangkan teori untuk menjawab
pertanyaan tersebut.Misalnya, tingkat pendidikan dan pendapatan penduduk
mempengaruhi perilaku keluarga.Dengan pendidikan orang semakin sadar
kebutuhan pendidikan dan mahalnya beaya pendidikan. Maka ia bisa
mengantisipasi betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyekolahkan anaknya. Sebaliknya orang yang berpendidikan relatif rendah
tidak akan berfikir sampai kesana. Oleh karenanya ia tidak
mempertimbangkan jumlah anak yang seharusnya dimiliki. Maka ia merasa
tidak perlu ikut KB. Betulkah jawaban ini bisa diterapkan di berbagai tempat
dan waktu?Jawabannya, kemungkinan besar tidak.Jawaban itu berlaku untuk
tempat dan mungkin waktu tertentu.Hal ini yang membedakan teori dari
hukum.
Hukum merupakan generalisasi yang bersifat universal, dimana
keberlakuannya tidak terbatas oleh tempat dan waktu, mengandung informasi
mendasar, serta memberikan diskripsi keberaturan suatu obyek yang bersifat
pasti.Sedang teori merupakan generalisasi yang merupakan kesimpulan
informasi dalam bentuk abstrak dan umum, yang dapat digunakan untuk
menerangkan atau memprediksi kenyataan tertentu yang tercakup dalam
skope teori (Freese, 1986). Tidak berbeda dengan Freese, Faia (1987)
mengemukakan bahwa setiap teori sosial terdiri dari serangkaian proposisi
STOPE
&
KETEPATAN
ILMU
6
yang satu sama lain saling kait-mengkait, yang dapat dibuktikan dengan fakta
yang ada dan dinyatakan dalam bentuk abstrak. Fungsi dari teori adaiah
untuk:
1) Sistimatisasi pengetahuan,
2) Eksplanasi, prediksi, dan kontrol sosial.
3) Mengembangkan hypothesis penelitian.
Teori perlu dinyatakan dalam bentuk abstrak agar bisa digeneralisir
dalam kasus yang lebih luas, yang meliputi waktu dan tempat yang berbeda.
Namun, karena teori dinyatakan dalam bentuk abstrak maka perlu ada
penafsiran yang sama tentang makna konsep yang abstrak tersebut dari para
ilmiawan atau pembaca. Misalnya, proposisi yang menyatakan bahwa
perkembangan industrialisasi erat hubungannya dengan kehidupan demokrasi
suatu masyarakat. Para pembaca harus mempunyai kesamaan pendapat
tentang apa yang dimaksud dengan industrialisasi dan demokrasi. Sebab dua
istilah tersebut bisa ditafsirkan berbeda.Disamping itu, karena teori rnemiliki
fungsi guna ekplanasi, prediksi dan mungkin sosial kontrol, maka setiap teori
harus didukungoleh fakta. Ketiga hal tersebut, abstrak, penafsiran yang sama,
dan ditopang oleh fakta yang ada merupakan ciri-ciri dari teori.
B. Fungsi Teori
Sebagaimana telah disinggung di muka, teori memiliki, paling tidak
tiga fungsi :
1) Untuk sistimatisasi pengetahuan,
2) Untuk eksplanasi, prediksi, dan kontrol sosial, dan
3) Untuk mengembangkan hipotesa.
Masing-masing fungsi tersebut akandibahas lebih detail satu persatu.
Sistimatisasi pengetahuan.
Kegunaan pertama dari teori adalah untuk sistimastiasi pengetahuan
atau disebut typologies.Setiap konsep dapat digunakan untuk kategorisasi dan
klasifikasi.Misalnya, individu dapat diklasifikasikan menurut tinggi badan,
berat badan, kekuatan badan (ciri-ciri fisik), sikap, lopyalitas, dan sebagainya.
7
Kategorisasi dan klasifikasi dapat dilaksanakan dengan lewat beberapa
cara, antara lain : artikulasi, logika yang runtut dan tepat,pertimbangan situasi
yang kondisi dan pertimbangan pola berfikirresponden (lihat, misalnya, Black
& Champion, 1976). Dengan artikulasi berarti informasi yang ada
diklasifikasi dan dikategorisasikan menurut skopenya, dari yang bersifat
umum sampai kategori yangbersifat khusus.Dengan demikian, informasi yang
ada bisa dengan cepatdikaji dan difahami.Logika yang tepat digunakan untuk
menyusunklasifikasi informasi atau pengetahuan agar klasifikasi tersebut
tidak tumpang tindih. Apabilaobyek sudah diklasifikasikan menurut
beberapaaspek dalam waktu yang sama, maka setiap aspek harus memiliki
kategori-kategori sendiri-sendiri. Dalam melaksanakan klasifikasi ini
masalahsituasi dan kondisi harus dipertimbangkan. Disamping
mempertimbangkan klasifikasi atas obyek atau informasi tertentu, harus
puladipertimbangkan kerangka fikir responden sehingga klasifikasi akanjelas
dan tepat.
Eksplanasi, prediksi dan kontrol sosial.
Kegunaan teori yang kedua adalah untuk eksplanasi, prediksi dan
kontrol sosial.Eksplanasi berhubungan dengan peristiwa yang telah terjadi,
prediksi berhubungan dengan peristiwa yang akan terjadi, dankontrol sosial
berhubungan dengan usaha untuk menguasai atau mempengaruhi peristiwa
yang akan terjadi tersebut. Kegunaan teori ketiga adalah sebagai dasar untuk
mengembangkan hipothesis penelitian.Kegunaan terakhir ini pada dasarnya
menguji keabsyahan suatu teori untuk digeneralisir pada skope yang lebih
luas.
Eksplanasi mempunyai arti umum yakni menjadikan sesuatu menjadi
jelas atau lebih jelas.Untuk mengawali pembahasan tentang eksplanasi,
kiranya perlu dibahas hubungan antara eksplanasi dan korelasi.
Eksplanasi erat hubungannya dengan konsep korelasi dan konsep
statistik yang lain. Suatu koefisien korelasi adalah angka yang menunjukkan
seberapa besar dan bagaimaan arah hubungan satu variable dengan variable
yang lain. Hubungan positif berarti kenaikan atau penurunan pada satu
variable secara sistimatis ada hubungannya dengan perubahan pada variable
8
yang lain dengan arah yang sama. Misalnya perubahan posisi atau pangkat
dengan pendapatan. Hubungan negatif berarti perubahan pada satu variable
secara sistimatis ada hubungannya dengan perubahan pada variable yang lain
dengan arah yang berlawanan. Kuat lemahnya hubungan antara dua variable
ditunjukkan oleh besar kecil nilai koefisien.Nilai koefisien bergeser dari 0 dan
1 baik plus maupun minus.Adanya korelasi tidaklah berarti memberikan
eksplanasi.Namun, setiap eksplanasi pasti mengandung korelasi. Kita bisa
mengatakan suatu variable mempengaruhi variable yang lain kalau diantara
kedua variable tersebut mempunyai korelasi, baik positif maupun negatif,
linier maupun non linier. Tanpa adanya korelasi tidak mungkin ada
eksplanasi. Misalnya, suatu kelompok murid, sebut group A, memiliki nilai
rata-rata lebih tinggi dari kelompok murid grup B, "karena murid pada
kelompok A lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar". Kalau dalam
penelitian tidak diketemukan korelasi antara waktu yang digunakan untuk
belajar dan prestasi belajar, maka eksplanasi yang kita berikan adalah
salah.Namun bukan korelasi yang penting.Sebab korelasi hanya merupakan
statemen bahwa Jam belajar ada hubungannya dengan prestasi.Tetapi korelasi
tidak mengatakan apa-apa tentang MENGAPA.Singkatnya, tidak adanya
korelasi bisa menggugurkan eksplanasi, namun korelasi bukan eksplanasi atau
membuktikan adanya eksplanasi.
Ada dua hal yang menyebabkan korelasi tidak mesti menunjukan
adanya eksplanasi.Pertama, hubungan seringkali bersifat spurious
(palsu).Yakni adanya korelasi antara dua variable dikarenakan ada variable
lain yang mempengaruhinya. Misalnya, langganan surat kabar berkorelasi
dengan prestasi anak. Karena dengan berlangganan surat kabar anak akan
terangsang untuk membaca, sehingga berarti anak praktek membaca.
Disamping itu pengetahuan anak didik bertambah luas. Namun demikian, ada
variable lain yang menyebabkan hubungan antara berlangganan surat kabar
dan prestasi anak menjadi hubungan yang bersifat spurious (palsu). Yakni
latar belakang keluarga.Ada keluarga yang orang tuanya selalu mendorong
dan membantu anak-anak mereka dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah.Sedangkan ada pula keluarga yang tidak mau tahu tentang pekerjaan
9
sekolah anak-anaknya. Jadi variable keterlibatan orang tua tersebut
mempengaruhi hubungan antara langganan surat kabar dan prestasi sekolah
diatas. Kedua, suatu korelasi hanya menyatakan bahwa antara kedua variable
terdapat hubungan yang sistimatis. Korelasi tidak menyatakan satu variable
berpengaruh atau menjadi sebab atas perubahan pada variable yang lain.
Menurin Chiafetz (1978) dan Bailey (1978), ada beberapa macam
bentuk eksplanasi: (a) eksplanasi bersifat keharusan, (b) eksplanasi
terpenuhinya faktor cukup, (c) eksplanasi fungsional, (d) eksplanasi genetic,
(e) eksplanasi niat, (f) eksplanasi disposisi, (g) eksplanasi analisis, (h)
eksplanasi lewat penelitian empiris, (i) eksplanasi berdasarkan teori formal.
Eksplanasi yang bersifat keharusan artinya adanya suatu variable
merupakan keharusan untuk terjadinya variable yang lain. Tetapi adanya
variable itu tidak mesti menjadikan adanya variable yang kedua.Misalnya,
adanya hujan pasti ditunjukan terdapatnya mendung sebelum hujan turun.
Tetapi kalau ada mendung tidak berarti pasti akan turun hujan.
Eksplanasi yang bersifat terpenuhi faktor cukup.Eksplanasi yang
mencakup unsur cukup adalah suatu eksplanasi dimana variable yang ada
pasti merupakan penyebab dari variable tergantung, meski ada variable lain
yang bisa menyebabkan terjadinya variable tergantung tersebut. Misalnya,
gigitan ular cobra menyebabkan seseorang sakit, dan kalau tidak tertolong
bisa mati, tetapi kematian seseorang bisa juga di sebabkan oleh hal yang lain.
Eksplanasi yang bersifat genetic memberikan penjelasan atas suatu
fenomena dengan mentelusuri riwayat perkembangan dan asalmula
fenomena. Misalnya, di Amerika Serikat, mengapa orang-orang Negro
berbakat dalam menyanyi?Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh-
tokoh penyanyi atau musisi yang berkulit hitam. Ahli akan menjelaskan
fenomena ini dengan mengkaji asal mula dan perkembangan kelompok negro
ini. Teori akan menjelaskan bahwa pada masa lampau di benua Amerika,
orang negro merupakan budak-budak yang didatangkan dari Afrika. Karena
unsur rasialisme masih tinggi, maka budak ini merupakan masyarakat kelas
rendah.Konskwensinya, masyarakat ini tidak boleh dan tidak di beri
kesempatan untuk belajar. Oleh karena itu tidak saja sekolah untuk orang
10
negro tidak ada, bahwa memberikan pelajaran kepada orang negro pun tidak
di perbolehkan dan bagi yang melanggar akan mendapat hukuman. Termasuk
juga orang negro tidak diperbolehkan belajar agama. Namun demikian, bagi
para rohaniawan, larangan ini tidak sepenuhnya ditaati. Mereka ingin
mengajari orang negro belajar agama. Tetapi karena dilarang, maka para
rohaniawan memberikan pelajaran kepada orang negro dengan perantaraan
kegiatan bernyanyi, dimana nyanyian ini merupakan pujian-pujian kepada
Tuhan. Oleh karena satu-satunya alat komunikasi belajar hanya nyanyi, orang-
orang negro betul-betul menghayati nyanyian tersebut. Penghayatan dan rasa
menyatu dengan nyanyian ini sampai sekarang masih menjadi ciri orang-
orang negro.
Eksplanasi intention (niat) merupakan penjelasan sesuatu masalah atau
perilaku berdasarkan niat yang ada.Biasanya eksplanasi ini diterapkan pada
obyek secara individual.Jadi eksplanasi bentuk ini menjelaskan perilaku
seseorang berdasarkan niat yang dimiliki orang bersangkutan. Oleh karena itu
kalau ada perilaku seseorang yang aneh misalnya, ada seseorang yang
membuat mengeluarkan issue bahwa Bendaharawan suatu Universitas
,katakanlah Universitas X, menaikan harga pembelian tanah yang dibeli oleh
Universitas tersebut dari harga semula Rp. 2000,- menjadi harga Rp. 10.000,-
per m2. Kalau berita itu tidak benar ataupun benar, kita bisa mempertanyakan
apakah motif ia mengeluarkan issue tersebut, dimana jelas-jelas adanya issue
tersebut menyebabkan keresahan dikalangan mahasiswa dan pimpinan
universitas beserta segenap pegawainya, Eksplanasi atas perilaku orang
tersebut akan dapat diterangkan didasarkan niat yang bersangkutan
mengeluarkan issue.
Pada level aplikasi, eksplanasi sikap atau disposisi sama dengan
eksplanasi intenton, yakni level individual. Eksplanas ini menjelaskan
perilaku seseorang berdasarkan sikap atau kecenderungan yang bersangkutan
akan sesuatu hal. Misalnya, mengapa A merokok Gudang Garam, mengapa
tidak merokok Bentul. Perilaku tersebut bisa dijelaskan dari sikap A terhadap
berbagai merek rokok yang ada.
11
Eksplanasi analisis ingin menjelaskan sesuatu masalah atau perilaku
dengan mendasarkarn pada alasan-alasan tertentu.Alasan ini mirip dengan
eksplanasi sikap dan eksplanasi intention.Malahan dua bentuk eksplanasi
yang terakhir bisa dicakup pada eksplanasi alasan.Alasan yang dikemukakan
bersumberkan pada pengalaman hidup dan kehidupan sehari-hari yang
dijalani oleh diri seseorang sendiri.
Eksplanasi yang berskope individual, yakni eksplanasi intention,
eksplanasi disposition, dan eksplanasi analisis atau alasan, tidak banyak
manfaatnya untuk memberikan jawaban atas problema sosial yang
mempunyai level makro.Sedang eksplanasi genetik, meski juga bersifat
individual, masih mempunyai arti yang penting dalam memecahkan masalah-
masalah sosial.Misalnya, mengapa ada seseorang menjadi begitu ekstreem,
sehingga begitu berani membajak pesawat udara dan menembak penumpang
dengan sadis. Seseorang yang melakukan penelitian dibidang gerakan ekstrim
ini mungkin akan muncul dengan eksplanasi genetic. Peneliti akan
memberikan penjelasan bahwa orang-orang ekstrim pada masa kecil sudah
dididik dengan kekerasan. Orang tuanya sering bertengkar, dan malahan
berkelahi di hadapan anak.Anak sejak kecil sudah biasa menerima pukulan
tangan baik dari ayah ataupun ibu.Sehingga anak di rumah tidak memiliki rasa
aman dan perlindungan.Menginjak remaja anak tersebut sudah kenal dengan
kelompok-kelompok sebaya yang beraliran keras.Sehingga anak tidak kenal
rasa takut dan rasa betas kasihan. Sebab dia sendiri tidak pernah mendapatkan
rasa kasihan, apalagi sayang dari orang lain. Anak semacam ini pada dasarnya
ingin mendapatkan pengakuan. Maka ketika ada fihak-fihak yang membakar
dan mempengaruhinya, ia dengan mudah mengambil keputusan untuk
melakukan sesuatu tindak ekstrim. Alasan ini masih bisa untuk di generalisir
dan untuk menganalisi masalah sosial secara makro. Eksplanasi intention,
akanmemberikan penjelasan bahwa tindak ekstrim seorang pemuda pada
dasarnya erat kaitannya dengan niat seseorang untuk di kenal secara luas dan
mendapatkan predikat "pemberani". Eksplanasi disposisi (kecenderungan)
akan menjelaskan bahwa seseorang yang ekstrim memang memiliki
kecenderungan untuk bertindak keras dan sadis kepada setiap orang yang
12
dianggap mendukung tindak korupsi. Oleh karenanya ia tidak segan-segan
berbuat yang menurut dirinya merupakan usaha untuk memberantas korupsi.
Sedang, eksplanasi alasan akan menjelaskan bahwa seseorang melakukan
tindak ekstrim, karena pada dasarnya tindak ekstrim ini pasti hadir pada setiap
masa.
Pada dasarnya, dalam penelitian sosial peneliti bermaksud untuk
mengetahui kasus secara umum atau dengar kata lain alasan
yangdikemukakan bisa diberlakukan secara umum. Namun, eksplanasi yang
bersifat genetik, intention, disposition, dan eksplanasi alasan sangat bersifat
individual.Oleh karenanya eksplanasi tersebut sulit untuk bisa
digeneralisir.Sehubungan dengan kelemahan eksplanasi tersebut di atas, para
peneliti cenderung menggunakan eksplanasi yang dapat digunakan pada
masyarakat atau paling tidak sekelompok orang sebagai unit analisis.Untuk
keperluan ini eksplanasi fungsional, "formal deductive theory" dan induksi
empirik dapat digunakan.Kadangkala penggunaan berbagai eksplanasi
tersebut bisa di kombinasikan.
Eksplanasi teori formal bermaksud memberikan penjelasan dengan
berdasarkan axioma yang ada.Jadi eksplanasi ini diberikan dengan
mendasarkan pada axioma yang kebenarannya tidak perlu diragukan
lagi.Dengan kata lain eksplanasi teori formal ini mempunyai asumsi bahwa
axioma yang di gunakan sebagai dasar pengembangan eksplanasi adateh
sudah merupakan suatu kebenaran yang tidak perlu diuji lagi. Misalnya,
Jika ada A akan ada B,
Jikaada B akan ada C,
Jadi jika ada A kemudian ada C,
Kebenaran statemen pertama dan kedua sudah tidak perlu
diperdebatkan lagi, karena merupakan asumsi yang harus diikuti. Contoh lain,
misalnya
A = fungsi (B)
B = fungsi (C)
13
Jadi A = fungsi (C)
Eksplanasi fungsional merupakan salah satu fungsi eksplanasi yang
sering digunakan.Untuk memahami eksplanasi ini perlu kita fahami dahulu
konsep sistem, umpan balik (feedback) dan keseimbangan (equilibrium).
Suatu sistem adalah suatu interaksi dari serangkaian faktor atau variable,
dimana adanya perubahan pada suatu variable atau faktor akan mengakibatkan
adanya perubahan pada faktor atau variable yang lain. Dalam khazanah ilmu
sosial, sistem ini bisa bersifat terbuka dan tertutup.Sistem disebut tertutup
apabila seluruh faktor yang mempengaruhi variable tergantung dapat
diujudkan dalam sistem tersebut.Sedang sistem disebut terbuka apabila tidak
seluruh variableyang mempengaruhi variable tergantung dapat dirangkum
dalam sistim.Para ilmuawan sosial sadar bahwa masih ada variable yang
berpengaruh terhadap fenomena yang dihadapi, tetapi mereka tidak sanggup
mengidentifikasikan.Dan memang ini merupakan suatu kenyataan yang tidak
bisa dipecahkan pada penelitian-penelitian sosial.Suatu contoh penelitian
tentang mengapa ada murid yang berhasil dalam studi dengan nilai yang baik
dan cemerlang sementara ada murid yang sedang-sedang saja dan bahkan ada
murid yang gagal dalam studinya.Penelitian telah banyak mengungkap
variable-variable yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan anak dalam
belajar.Tetapi, variable yang ada tersebut belum dapat menjelaskan secara
tuntas.Karena masih saja ada variable yang berpengaruh yang belum dapat
diidentifikasikan. Dengan kata lain varian dari keberhasilan belajar tersebut
belum seratus persen dapat dijelaskan oleh variable yang ada. Dengan istilah
statistik masih saja ada residual atau Koefisien determinasi belum bisa 1.Lain
kalau di bidang penelitian natural sciences di laboraturium,dimana faktor
penyebab dapat di identifikasi dan di kendalikan sepenuhnya.Dan inilah salah
satu kelemahan penelitian sosial.
Umpan balik (feedback) adalah perubahan yang terjadi pada suatu
variable dikarenakan variable penyebab, akan memberikan dampak balik
yangberpengaruh pada variable penyebab tersebut. Sehingga proses yang
terjadi bisa berupa sebab akibat yang berganda. Misal, suatu proses
penerimaan masyarakat terhadap program keluarga berencana. Proses ini
14
dimulai dengan adanya informasi atau pesan yang diterima individu-individu
sebagai anggota masyarakat.
PEMBERI INFORMASI
ATAU PESAN INDIVIDU
Informasi ini oleh individu akan diolah dengan berdasarkan informasi dan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam pikirannya akan muncul
suatu kesimpulan apa akibat yang timbul apabila ia ikut keluarga berencana
sebagaimana pesan yang ia peroleh. Disamping itu ia akan mempunyai
evaluasi atau pernilaian tentang akibat dari keikutsertaan keluarga berencana
tersebut. Dengan kata lain, informasi atau pesan yang diterima akan
menimbulkan "keyakinan" atau belief.
INFORMASI KEYAKINAN (BELIEF)
Keyakinan yang dimiliki oleh individu akan menimbulkan sikap
tertentu terhadap keikutsertaannya dalam program keluarga berencana.la akan
memberikan kesetujuannya atau ketidak setujuannya mengikuti program
keluarga berencana.
KEYAKINAN (BELIEF) SIKAP
Tahap berikutnya, disposisi setuju atau tidak setuju ataupun netral
terhadap partisipasi dalam program berencana akan menimbulkan niat tertentu
(intention). Kalau ia setuju untuk ikut keluarga berencana akan muncul dalam
dirinya niat untuk ikut keluarga berencana. Sebaliknya, seseorang yang
bersikap ragu-ragu atau tidak setuju terhadap keikutsertaan dalam program
keluarga berencana dalam dirinya tidak akan timbul niat untuk ikut keluarga
berencana.
SIKAP NIAT
15
Adanya niat pada diri seseorang akan menimbulkan pada diri yang
bersangkutan untuk bertindak atau berperilaku tertentu sesuai dengan niatnya.
Niat untuk ikut keluarga berencana yang ada pada seseorang akan
menimbulkan partisipasi aktif dari yang bersangkutan dalam keluarga
berencana. Hubungan tersebut akan timbul dengan asumsi bahwa individu
yang bersangkutan bertindak secara rasional, artinya segala perilaku
dilaksanakan tidak dengan keterpaksaan tetapi betul-betul berdasarkan
keyakinan dari dalam diri sendiri. Serentetan hubungan tersebut dapat
diujudkan sebagai berikut.
INFORMASI KEYAK!NAN SIKAP NIAT
TINDAKAN
(PESAN) (BELIEF)
Perlu dicatat, bahwa pengalaman dalam ikut program keluarga
berencana, senang atau susah, manis atau pahit, akan memberikan pengaruh
balik terhadap keyakinan dan sikap terhadap keikutsertaannya dalam program
keluarga berencana tersebut. Pengaruh balik itu di sebut "feedback", yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
INFORMASI KEYAKINAN SIKAP NIAT
TINDAKAN
Feedback yang timbul mendatangkan dua kemungkinan.Pertama memperkuat
keyakinan dan sikap untuk terus ikut keluarga berencanaatau, kedua
sebaliknya, memperlemah keyakinan dan sikap untuk ikut keluarga
berencana. Dengan kata lain, feedback bisa bersifat positif atau negatif. Satu
contoh lagi konsep feedback dapat dikaji pada gambar berikut tentang proses
ekonomi.
16
Investasi yang ditanamkan akan menentukan output industri. Secara
matematis semakin besar modal yang ditanam dalam suatu industri semakin
besar output yang akan dihasilkan. Output tersebut tidak semua akan
digunakan untuk keperluan konsumsi, tetapi sebagian akan di-kembalikan
untuk ditanamkan kembali sebagai investasi baru, dengan kata lain sebagian
output merupakan feedback positif terhadap investasi. Sebaliknya, modal
yang ditanamkan mengalami penyusutan, baik karena pabriknya semakin tua
ataupun adanya inflasi, sehingga penyusutan ini berarti menimbulkan adanya
feedback negatif.
Keseimbangan (equilibrium) adalah suatu keadaan dimana dalam
suatu sistem ada kecenderungan timbul kontra aksi dari timbulnya aksi yang
akan menstabilisir keadaan yang ada. Contoh yang banyak dikemukakan
adalah air condition yang bersifat otomatis. Apabila mesin pendingin
dihidupkan dan udara sudah mencapai suhu tertentu, maka secara otomatis
mesin pendingin akan berhenti. Nanti kalau suhu sudah kembali panas sampai
pada titik tertentu mesin pendingin akan hidup kembali. Banyak ahli ilmu
sosial menyetujui dan banyak juga yang menolak konsep keseimbangan pada
sistem sosial.
Eksplanasi fungsional menjelaskan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Misalnya, mengapa harga saham di pasar saham di New York merosot jatuh?
Ahli ekonomi moneter bisa menjelaskan bahwa kejatuhan harga saham di
OUTPUT
INVESTASI
DEPRESIASI RE-INVEINVESTASI
( + ) ( - )
17
pasar modal karena bank di Amerika menaikan suku bunga. Sehingga bagi
masyarakat dengan tingkat suku bunga yangtinggi itu orang akan lebih untung
untuk menanamkan uang di bank daripada menanamkan uang di pasar modal.
Disamping itu, nilai dollar terus menerus turun. Hal ini berarti nilai uang yang
ia miliki merosot terus. Oleh karenanya masyarakat menjual saham yang ia
miliki untuk kemudian uangnya di tanamkan di Bank dalam ujud mata uang
asing yang kuat. Kalau yang menjual saham itu tidak banyak tidak menjadi
masalah.Baru menjadi masalah karena semua orang bermaksud menjual
saham tersebut.Olah karenanya orang berlomba-lomba menjual
sahamnya.Akibatnya antara penawaran dan permintaan tidak
imbang.Penawaran saham jauh lebih tinggi dari pada permintaan
saham.Akibatnya, jelas harga saham merosot drastis. Ambilah contoh lain,
mengapa solidaritas masyarakat Iran tinggi? Orang bisa menjawab karena
masyarakat Iran terus menerus menghadapi konflik.Adanya konflik
menyebabkan masyarakat membutuhkan rasa aman.Rasa aman ini diperoleh
dengan mengembangkan solidaritas.
Eksplanasi induksi empiris adalah penjelasan sesuatu problema yang
dihadapi lewat suatu penelitian empiris.Jadi jawaban dikembangkan
berdasarkan fakta yang ada dilapangan.
Menurut Chafetz (1973) dalam eksplanasi ditemui dua kejanggalan:
tautology dan teleology. Tautology adalah suatu eksplanasi yang
menerangkan keadaan, tetapi pada hakekatnya eksplanasi tersebut hanya
mengulang apa yang sudah ada. Memang pernyataan tersebut secara difinisi
betul; hal tersebut tidak bisa dibantah lagi. Sehingga eksplanasi yang
diberikan nampak berputar-putar tidak menjawab permasalahan. Misalnya,
mengapa si Guntur naik kelas?Jawabnya : sebab nilai rapornya baik. Jawaban
tersebut tidak salah. Eksplanasi yang bersifat teleology adalah eksplanasi yang
sebenarnya menggunakan keadaan yang diinginkan terjadi dimasa
mendatang. Misalnya, mengapa si Mega rajin belajar.Jawabnya : "biar naik
kelas". Sesungguhnya naik kelas ini merupakan keadaan yang akan terjadi
dimasa mendatang yang merupakan antisipasi dari rajin belajar.
18
Kegunaan lain dari teori adalah untuk/prediksi. Prediksi adalah suatu
statement tentang apa yang terjadi diwaktu mendatang berdasarkan suatu
teori. Konsep yang mirip dengan prediksi adalah ekstrapolasi. Yakni
pernyataan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang sebagai
kelanjutan trend yang sudah berlangsung. Misalnya, dengan adanya data
pertumbuhan penduduk selama waktu yang telah lalu, katakanlah
pertumbuhan penduduk dari tahun 1950 sampai th. 1970, kita bisa
memperkirakan jumlah penduduk pada tahun 1990 dengan ekstrapolasi.
GRAFIK2 :EKSTRAPOLASI PERKEMBANGAN PENDUDUK
Berbeda dengan ekstrapolasi, prediksi didasarkan atas pengetahuan
yang kita miliki dibalik trend yang ada. Jadi kita memperkirakan pertumbuhan
penduduk dimasa depan berdasarkan trend dan alasan-alasan terdapatnya
trend tersebut. Misalnya, pada tahun-tahun 1950 sampai dengan 1970
pertumbuhan penduduk tinggi karena pendidikan penduduk masih rendah,
fasilitas kesehatan masih terbatas, pekerjaan untuk wanita diluar rumah tangga
masih sempit, Oleh karenanya, adanya pengetahuan tentang perubahan pada
kesempatan kerja bagi wanita, pendidikan, fasilitas kesehatan, bisa digunakan
untuk memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan. Adanya
perubahan-perubahan pada variable tersebut akan menyebabkan perubahan
pula pada fertilitas dan mortalitas. Yang seterusnya akan mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Oleh karenanya, ketepatan predisksi tersebut.
240
180
240 90
45
1950
45
1970 1990 2010
19
Biasanya, prediksi tidak hanya terdiri dari satu model, tetapi terdiri
dari:
GRAFIK 3 : Prediksi kebutuhan guru SD sampai tahun 2001.
Grafik di atas terdiri dari tiga model.Pertama prediksi dengan asumsi
perkembangan yang tinggi (prediksi tinggi).Kedua dengan asumsi
perkembangan kebutuhan guru dan kemampuan sedang (prediksi
sedang).Ketiga, prediksi dengan perkembangan kebutuhan guru dan
kemampuan menyediakan fasilitas rendah (prediksi rendah).
Apakah prediksi mesti selamanya tepat.Jelas tidak.Namanya saja
prediksi.llmuwan sosial selamanya tidak bisa mengontrol semua variable yang
ada dan yang mempengaruhi variable yang diteliti. Oleh karenanya, prediksi
dalam ilmu sosial sering disebut "Stochastic", yang artinya mirip dengan
probabilitas.Prediksi dalam ilmu sosial memang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terjadi diluar dugaan.Kadangkala faktor tersebut berupa
interaksi antara fenomena yang ada pada suatu waktu dan tempat tertentu.Hal
itu memang sulit untuk diduga.
Teori bias digunakan untuk mengadakan control social. Suatu teori
dalam banyak hal mempunyai hubungan yang erat dengan fenomena sosial.
Berdasarkan hubungan itu manusia bisa bertindak sebagai "men of action",
mempengaruhi atau memanipulasi variable untuk mempengaruhi variable
yang lain kearah yang diinginkan. Dalam kaitan ini, para ilmuwan di bidang
sosial lebih untung bila dibandingkan dengan ilmuawan di bidang geologi
atau astronomi yang menghadapi fenomena alam, misalnya, Gempa bumi.
Para ahli geologi saat ini bisa meramalkan gempa yang akan terjadi, berapa
500 III
I II 700
400
300 200
Guru
dalam
ribuan
1966 1971 1976 1981 1986 1991 1996
20
kekuatannya, luasdaerah dan pusat gempa. Tetapi ahli geologi tidak bisa
mempengaruhi, mencegah atau menunda terjadinya gempa.Paling-paling para
ahli geologi hanya bisa memberikan peringatan agar masyarakat bersiap-siap
untuk meninggalkan daerah gempa.
Pengembangan hipothesis
Suatu penelitian yang merupakan serangkaian kegiatan, mulai dari
menemukanproblema sampai menarik kesimpulan, pada dasarnya bertujuan
untuk mentest suatu hipothesis. Dalam suatu penelitian hipothesis dibangun
berdasarkan teori-teori yang telah ada.Sehingga tanpa adanya teori sulit untuk
bisa mengembangkan hipothesis penelitian yang baik.Dengan hipothesis, si
peneliti mempertanyakan keabsyahan suatu teori dengan kenyataan yang ada.
Kalau hipothesis cocok dengan kenyataan, maka hipothesis tersebut akan
menjadi teori baru yang lebih mantap atau lebih luas dari pada teori yang
digunakan untuk mengembangka hipothesis. Dan memang inilah hakekat
suatu penelitian.
Sebagai contoh fungsi teori, misalnya, teori transisi demografi, yang
menerangkan sebab-sebab perbedaan dan penurunan fertilitas. Perkembangan
suatu masyarakat dapat dibagi kedalam tiga tahap : tahap masyarakat
tradisional, masyarakat transisi dan masyarakat modern. Pada masyarakat
tradisional angka pertumbuhan penduduk rendah.Sebab angka kelahiran tinggi
tetapi angka kematian juga tinggi.Sedang pada masyarakat modern, angka
pertumbuhan penduduk juga rendah, tetapi dengan penyebab yang berbeda,
yakni angka kelahiran rendah dan juga angka kamatian rendah.Sebaliknya
pada bentuk masyarakat tahap transisi, angka pertumbuhan penduduk tinggi,
sebab angka kelahiran tinggi, sedangkan angka kematian rendah.Perubahan-
perubahan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik menyebabkan mortalitas
turun.Dalam keadaan fertilitas tetap, mortalitasturun, maka angka
pertambahan penduduk meningkat. Perubahan kondisi sosial ekonomi akan
meningkatkan urbanisasi. Perubahan kondisi sosial ekonomi akan
meningkatkan aspirasi harapan pendidikan untuk generasi baru. Perubahan
21
kondisi sosial ekonomi akan meningkatkan pendidikan penduduk. Perubahan
kondisi sosial ekonomi akan memberikan kesempatan pada wanita untuk
berpartisipasi dalam pekerjaan di luar rumah tangga. Pola kehidupan yang
semakin maju menyebabkan biaya untuk memelihara anak dan pendidikan
anak semakin tinggi. Pendidikan penduduk yang semakin tinggi akan
menurunkan angka fertilitas. Keterlibatan wanita pada pekerjaan di luar
rumah tangga akan menurunkan fertilitas. Semakin tinggi biaya untuk
memelihara dan menyekolahkan anak, orang tua cenderung mempunyai anak
sedikit.Perubahan kondisi sosial ekonomi menurunkan laju pertumbuhan
penduduk.Kegunaan pertama teori ini adalah untuk klasifikasi sesuatu
konsep.Misalnya, angka fertilitas rendah, tinggi dan sedang.Laju pertumbuhan
penduduk cepat sedang dan rendah.Negara maju dan sedang
berkembang.Kegunaan kedua adalah untuk eksplanasi, yakni menerangkan
suatu keadaan yang sudah terjadi.Mengapa di negara Bangladesh, laju
pertumbuhan penduduk cepat? Teori ini akan dapat memberikan uraian. Teori
ini juga bisa untuk memprediksi kalau kondisi sosial ekonomi suatu negara
semakin baik, maka angka laju pertumbuhan penduduk akan menurun.
Demikian pula, berdasarkan teori transisi demografi ini bisa dikontrol
perkembangan penduduk di masa mendatang.Artinya, kalau suatu negara
bermaksud untuk menurunkan laju pertambahan penduduk, maka negara yang
bersangkutan harus melaksanakan langkah-langkah berdasarkan teori,
misalnya pendidikan penduduk harus ditingkatkan, partisipasi wanita dalam
pekerjaan di luar rumah tangga harus diperluas, fasilitas kesehatan
diperbaiki.Berdasarkan teori transisi ini, para peneliti bisa mengembangkan
banyak hipothesis yang menyangkut perkembangan sosial ekonomi dan
kependudukan.
Suatu penelitian akan berhadapan dengan banyak problema dan data.
Memecahkan problema dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
tidak akan pernah selesai dan hasilnya tidak akan banyak berguna. Teori
akanmemberikan petunjuk pemecahan problema dan data apa yang diperlukan
dan bagaimana data tersebut diorganisasikan. Lebih penting lagi, teori akan
memberikan pertunjuk bagaimana data yang telah dikumpulkan tersebut
22
diintepretasikan. Chafetz (1978) menyatakan "... facts never "speak for
themselves"; they are always recognized as worthy of notice and understood
within some interpretive framework (p.11).
Apakah teori transisi demografi tersebut dapat digeneralisir pada
seluruh negara ?Jawabannya adalah belum tentu.Generalisasi teori sosial
bersifat hipothetical.Teori sosial seringkali disebut "hypothetical deductive
system, because it states deductive connections among hypotheses.The
premises of a theory are empirical hypotheses that explain the generalizations
they employ" (Brodbeck, 1968, p. 457).Dalam kaitan inilah, maka teori sosial
harus selalu diuji dan diperbaharui dan dikembangkan.Dari contoh teori
transisi demografi ini dapat dilihat perbedaan antara teori dan hukum. Hukum
permintaan dan penawaran, misalnya, selama ada kebebasan jual-beli dan
masyarakat memperoleh informasi yang benar, maka hukum permintaan
tersebut akan tetap berlaku. Demikian pula hukum alam, misalnya yang
menyatakan :
Jika volume gas tetap, meningkatnya temperatur akan menaikan
tekanan.
Hukum ini dapat dinegeralisir di manapun juga. Dengan hukum ini dapat
diterangkan mengapa ban sepeda pecah apabila sepeda tersebut diletakkan
dibawah terik matahari. Atau mengapa di Amerika, tekanan ban mobil untuk
summer sekitar 28, tetapi untuk winter bisa sekitar 31.
Namun demikian, karena kemajuan ilmu pengetahuan
memungkinkan suatu hukum berubah menjadi teori.Misalnya, hukum
gravitasi bumi. Dimana setiap benda mendapatkan daya tarik dari bumi,
sehingga setiap benda apabila dilempar akan jatuh kebumi. Tetapi dengan
kemajuan ilmu ruang angkasa, hukum gravitasi bumi ini tidak berlaku diruang
angkasa. Artinya apabila di ruang angkasa sesuatu benda di lempar benda
tersebut tidak akan jatuh di bumi, melainkan tepat melayang-layang. Dengan
dasar kemajuan ilmu ruang angkasa tersebut, kini sebagian ahli menyebut
"teori gravitasi", tidak "hukum gravitasi".
C. Asumsi
23
Suatu teori memerlukan asumsi-asumsi.Yang dimaksudkan dengan
asumsi adalah sesuatu statemen yang harus diterima keberadaannya dan bukan
merupakan obyek untuk dites kebenarannya secara langsung (Chafetz,
1978).Biasanya asumsi suatu teori tidak bisa dites secara empiris tentang
kebenarannya atau ketidakbenarannya, ataupun mungkin karena keterbatasan
pengetahuan yang ada tidak memungkinkan menguji asumsi tersebut.Memang
ada asumsi, dalam hal ini banyak dilakukan dalam uji teori dengan tehnik
analisis statistik tertentu, misal assumsi regressi yang perlu untuk di
tes.Apakah betul asumsi tersebut ada.Sudah barangtentu uji asumsi ini erat
sekali kaitannya dengan adanya peralatan, fasilitas ataupun tehnik yang ada.
Suatu contoh untuk menggunakan tehnik regressi atau analisis jalur, data yang
akan diuji harus memenuhi beberapa asumsi. Antara lain, (a) normalitas, (b)
liniaritas, (c) multicollenearity, dan (d) variansi residual untuk setiap pasang
data adalah sama. Uji asumsi keempat baru bisa dites belum lama ini, sebab
tehnik komputer belum lama diketemukan. Dengan kata lain, uji asumsi
keempat bisa dilaksanakan karena kemajuan tehno logi di bidang komputer.
Bagaimana kalau tidak ada kemajuan di bidang komputer yang bisa mengetes
asumsi tersebut. Barangkali asumsi akan tetap tinggal asumsi yang sudah
"given", harus diterima tanpa ragu-ragu.
Pengembangan teori sosial adalah merupakan usaha-usaha yang
rasional yang dlmulai dengan menghadirkan asumsi-asumsi yang tidak perlu
dipertanyakan lebih lanjut.Penerimaan terhadap asumsi ini mempunyai
konsekwensi logis bahwa seseorang yang menerima asumsi harus menerima
implikasi logis dari pada asumsi tersebut.
Proses ilmiah memerlukan asumsi-asumsi umum tentang realitasdan
bagaimana bisa memahami realitas tersebut. Asumsi-asumsi umum tersebut
antara lain :
1. Ada sesuatu di luar kita, dan kita mempunyai kemampuan untuk
mengetahui sesuatu itu.
2. Setiap kehidupan memiliki keteraturan yang dapat difahami. Setiap
proses dalam kehidupan mempunyai kaitan yang teratur dengan
proses yang lain.
24
3. Ada hubungan yang bersifat sebab-akibat antara berbagai proses
dalam kehidupan.
D. Pengertian Paradigma
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan
bagaimana seseorang menanggapi realita itu.Istilah paradigama ilmu pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul The Structur
of Science Revolution. Kuhn menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di
satu pihak paradigma berarti keselurahan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik
yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain
paradigma menunjukkan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang konkrit yang
jika digunakan sebagai model, pola atau contoh dapat menggantikan kaidah-
kaidah yang secara eksplisit sebagai atau menjadi dasar bagi pemecahan
permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas.Paradigma merupakan
elemen primer dalam progress sains. Seorang ilmuwan selalu bekerja dengan
paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan paradigma
dasar*). Melalui sebuah paradigma seorang ilmuwan dapat memecahkan
kesulitan-kesulitan yang lahir dalam kerangka ilmunya, sampai muncul begitu
banyak anomali yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kerangka ilmunya
sehingga menuntut adanya revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Menurut
Kuhn, ilmu dapat berkembang secara open-ended(sifatnya selalu terbuka untuk
direduksi dan dikembangkan). Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih
cocok dengan situasi sejarah dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih
mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu
harus berkembang secara revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana
anggapan kaum rasionalis dan empiris klasik sehingga dalam teori Kuhn faktor
sosiologis historis serta psikologis ikut berperan.
*)Yanuar.Definisi Paradigma (Online),(http://mughits-sumberilmu.blogspot.com
/2012/10/pengertiandefinisi-paradigma.html), diakses tanggal 11 November 2014
25
Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang
harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus
diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model,
teladan, arketif dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping
memperlihatkan dirinya.
Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya :
a. Menurut bahasa Inggris paradigma berarti keadaan lingkungan
b. Menurut bahasa Yunani paradigma yakni para yang berarti disamping, di
sebelah dan dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketif
dan ideal.
c. Menurut kamus psycologi paradigma diartikan sebagai :
a) Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang
memungkinkan adar dari apa yang tersajikan
b) Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan
c) Satu bentuk eksperimental
Kesimpulannya secara etimologi arti paradigma adalah satu model dalam
teori ilmu pengetahuan atau kerangka pikir.
Secara terminologis arti paradigma sebagai berikut :
a. Paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang
menyeluruh dan konseptual terhadap suatu permasalahan dengan
menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang
terpecaya.
b. Dasar-dasar untuk menyeleksi problem dan pola untuk mencari
permasalahan riset.
c. Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia alam sekitarnya, yang
merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-
masalah dunia nyata yang kompleks.
Kesimpulannya secara terminologi paradigma adalah pandangan
mendasar para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.
26
Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan ini terikat oleh
ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan
sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentu saja. Sehingga apabila
dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka
perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru lebih sesuai adalah
suatu keharusan. Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda,
usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab
permasalahan yang ada sesuai perkembangan jaman terus dilakukan.
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
a. Cara memandang sesuatu
b. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini
fenomena dipandang dan dijelaskan.
c. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan
atau mendefinisikan suatu studi ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam
praktek ilmiah pada tahap tertentu.
d. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan
problem-problem riset.
Pengertian paradigma menurut Patton(1975) : A world view, a general
perspective, a way of breaking down of the complexity of the real world(suatu
pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan
kompleksitas dunia nyata).
Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs(1970) : Suatu
pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Pengertian paradigma menurut George Ritzer(1980) ialah Pandangan
yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Lebih
lanjut Ritzer mengungkapkan bahwa paradigma membantu merumuskan tentang
apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan yang harus dijawab, bagaimana
harus menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan informasi yang harus dikumpulkan informasi yang
dikumpulkan dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut. Dari pengertian ini
27
dapat disimpulkan, dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dimungkinkan terdapat
beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas
ilmuwan yang masing-masing berbeda titik pandangnya tentang apa yang
menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diteliti oleh
cabang ilmu pengetahuan tersebut.
Pengertian paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam 3
pengertian paradigma :
a. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat
kajian ilmuwan
b. Paradigma Sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial
masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum.
c. Paradigma Konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep
dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma
pergerakan. Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai
pandangan mendasar dari suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang
dipelajari (a fundamental image a dicipline has of its subject matter)
sedangkan George Ritzer mengartikan paradigma sebagai apa yang harus
dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dipelajari, bagaimana
seharusnya menjawabnya, serta seperangkat aturan tafsir sosial dalam
menjawab persoalan-persoalan tersebut. Maka, jika dirumuskan secara
sederhana sesungguhnya paradigma adalah How to see the Word
semacam kaca mata untuk melihat, memaknai, menafsirkan masyarakat
atau realitas sosial. Tafsir sosial ini kemudian menurunkan respon sosial
yang memandu arahan pergerakan.
E. Paradigma dan Teori Sosial
Sebagai suatu konsep, istilah paradigma sudah lama dikenal, tetapi pada zaman
modern ini untuk pertama kali istilah paradigma diperkenal-kan oleh Thomas Kuhn
dalam"The Structure of Scientific Revolution" (1962) dan kemudian menduduki
posisi sentral di tengah-tengah perkembangan teori-teori sosial. Konsep paradigma
yang dikenalkan ini kemudian dipopulerkan dalam teori sosial oleh Robert
Friedrichs (1970). Tujuan utama Kuhn adalah untuk menentang asumsi yang
28
berlaku umum di kalangan ilmuwan yang berpendirian bahwa perkembangan atas
ke-majuan ilmu pengetahuan itu terjadi secara kumulatif. Kuhn menilai pandangan
demikian sebagai suatu mitos yang harus dihilangkan. Inti tesis Kuhn adalah bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara kumulatif tetapi secara
revolusi. Ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh paradigma
tertentu, yakni pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok
persoalan, namun para ilmuwan tidak dapat menggelakkan terjadinya penyimpangan
(anomalies). Selama memuncaknya penyimpangan, suatu krisis akan timbul dan
paradigma itu mulai disangsikan validitas-nya. Kemudian akan muncul revolusi
dan akan muncul paradigma baru yang dapat menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
Dengan demikian paradigma merupakan terminologi kunci yang
diperkenalkan Kuhn sebagai model pengembangan ilmu pengetahuan. Sayangnya
Kuhn tidak merumuskan dengan jelas apa yang dimaksud-kannya dengan
paradigma tersebut, malah istilah tersebut digunakan tidak kurang atas 21 satu cara
yang berbeda. Masterman kemudian mencoba mengintrodusirnya menjadi 3 tipe
paradigma, yaitu : paradigma metafisik (metaphisical paradigma), paradigma
sosiologis (so- Q siological paradigm), dan paradigma konstrak (construct
paradigm).
Sampai sedemikian jauh masih belum diperoleh satu pengertian yang jelas
tentang paradigma. Robert Friedrichs (1970) kemudian mencoba merumuskan
paradigma sebagai suatu pandangan yang mendasar.
29
dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya
dipelajari. Berdasarkan ketiga pengertian yang telah dikemukakan ini kemudian
George Ritzer (1975) membuat pengertian paradigma yang lebih jelas,yaitu :
"Merupakan pandangan yang men-dasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin
ilmu penge-tahuan". Dengan demikian paradigma' merupakan alat bantu bagi
ilmuwan dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoal-an-
persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawab-nya, serta
aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasi-kan informasi yang
diperoleh.
Bertitik tolak dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam satu
cabang ilmu pengetahuan tertentu nampaknya dimungkin-kan terdapatnya
beberapa paradigma, artinya dimungkinkan terdapat-nya beberapa komunitas
ilmuwan yang masing-masing berbeda titik tolak pandangannya tentang apa yang
(menurutnya) menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diselidiki
oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut.
Paradigma adalah suatu jendela dimana peneliti akan menyaksikan dunia.
Dengan jendela itu para peneliti akan memahami dan menafsir-kan secara obyektif
berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut, baik itu
konsep-konsep, asumsi-asumsi, dan kategori-kategori tertentu. Oleh karenanya
peneliti yang berbeda yang masing-masing menggunakan paradigma yang berbeda
pula, meski mengkaji satu fenomena yang sama, mereka akan keluar dengan ke-
simpulan yang berbeda. Contoh konkrit yang terdapat pada teori-teori sosial
adalah teori Malthus dan Marx didalam mengkaji masalah penduduk. Perbedaan
tersebut menyangkut problema penduduk, penyebab perkembangan penduduk,
konsep-konsep yang digunakan dalam teori. Malthus melihat bahwa permasalahan
yang penting adalah adanya ledakan penduduk. Masalah ini timbul tidak ada
kaitannya dengan politik, konflik sosial, ataupun masalah yang lain. Menurut
Malthus ledakan penduduk timbul sebagai proses alamiah. Dimana dalam
keadaan makmur penduduk akan berkembang dengan cepat, se-baliknya dalam
keadaan kekurangan pangan kematian akan melanda di masyarakat. Problema
kelebihan penduduk akan dapat dihindari kalau masing-masing individu dapat
30
mencegah dirinya sendiri untuk tidak punya anak banyak, dengan cara menjauhi
dari melakukan hubungan sex baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar ikatan
per-kawinan, menunda pernikahan. Dalam teorinya Malthus menggunakan
31
konsep-konsep antara lain arithmathic rate adalah pertambahan angka yang terjadi
secara kontan. Misalnya, 4,6,8,10,12,14, dan seterusnya pertambahan dengan selisih
dua angka. Geometric rate adalah pertambahan angka yang terjadi secara
berkelipatan, Misalnya 4,8,16,32,64,128, dan seterusnya. Positive check adalah
terjadinya pengurangan jumlah penduduk karena kematian sebagai akibat dari
adanya gangguan atau bencana alam. Misalnya berjangkitnya wabah penyakit di
suatu daerah atau adanya kelaparan massal. Preventive check adalah untuk me-
ngurangi pertambahan jumlah penduduk yang dilakukan secara sadar dan terencana.
Dipihak lain, Marx melihat ledakan penduduk bukanlah masalah pokok
melainkan hanya merupakaj) produk dari adanya masalah yang lain dan yang lebih
pent'mg yakni adanya struktur masyarakat yang timpang. Ledakan penduduk
merupakan keadaan yang dipacu oleh kelas Kapitalis. Mengapa? Sebab dengan
besarnya jumlah penduduk upah buruh akan turun dan rendah. Akibatnya,
keuntungan kaum kapitalis akan semakin besar. Kelebihan penduduk tersebut akan
hilang dengan sendirinya bersamaan dengan munculnya proses transisi dari
masyarakat kapitatis menuju masyarakat sosialis. Marx dalam teori-nya ini
menggunakan konsep klas, konflik klas, alat-alat produksi, kesadaran klas, surplus
tenaga kerja, eksploitasi, dan dialektika. Klas adalah suatu kelompok individu yang
berdasarkan kesamaan-kesamaan ciri-ciri tertentu. Menurut Marx, kesarnaan ini
dalam hubungan individu dengan penguasaan alat produksi. Klas konflik adalah
kondisi dimana kelompok-kelompok yang ada saling berusaha agar kelompok lain
tidak bisa mencapai apa yang direncanakan. Alat-alat produksi adalah segala sesuatu
yang bisa digunakan manusia untuk mendapatkan surplus atau kelebihan hasil dari
pengorbanan yang dikeluarkan. Kesadaran klas adalah kesadaran individu yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dalam kaitannya dengan pemilikan faktor-faktor
produksi akan posisi klasnya. Surplus tenaga kerja adaiah kelebihan tenaga kerja
yang ditawarkan dari kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses
produksi. Eksploitasi adalah penghisapan atau pemerasan manusia atas manusia yang
lain. Jadi dalam menghadapi masalah penduduk, karena masing-masing
menggunakan paradigma yang berbeda, mereka keluar dengan hasil yang berbeda
pula. Jadi setiap subyek ilmu pengetahuan dapat didekati secara umum berdasarkan
asumsi-asumsi yang berkaitan dengan hakekat realitas yang dikaji, pertanyaan-
32
pertanyaan yang diperlukan untuk mempertanyakan realitas dan cara terbaik untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Dengan kata lain paradigma adalah suatu gambar-an
umum dari suatu subyek ilmu pengetahuan yang memberikan arah
33
apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus digunakan, aturan-aturan
yang bagaimana yang harus diikuti untuk mengintepretasikan jawaban-
jawaban yang teiah diperoleh. Selagi paradigma tetap diterima, maka dalam
masyarakat akan berlangsung proses penelitian untuk membuktikan suatu
hipotesis guna rnengembangkan teori-teori baru. Namun apabila suatu
paradigma ditolak dan diganti dengan paradigma yang baru, terjadilah apa
yang disebut "Scientific Revolution" (Kuhn, 1969).
Beberapa disiplin ilmu pengetahuan, termasuk sosiologi, bisa di-dekati
dengan beberapa paradigma (multi paradigma). Setidak-tidaknya ada tiga
paradigma sosisologi : Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Difinisi social,dan
paradigma perilaku sosial. Mengapa? Ritzer (1980)mengemukakan, pandangan
filsafat yang menjadi dasar ilmuwan tentang apa yang hakekatnya harus
dipelajari oleh disiplin ilmu pengetahuan masing-masing sudah berbeda. Kedua,
sebagai konskwensi logis, pandangan filsafat yang berbeda akan menghasilkan
obyek bahasan yang berbeda. Ketiga, konsekuensi logis pula metoda penyajian
akan berbeda. Penjelasan Ritzer tentang paradigma tersebut dapat dikaji dalam
uraian singkat pada pembahasan berikut ini.
1. Paradigma fakta sosial
Penjelasan paradigma fakta sosial berasal dari pendapat Durkheim. Fakta sosial
dianggapnya sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi
obyek penyelidikan seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui
kegiatan mental murni (spekula-tif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan
penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Fakta sosial ini terdiri atas dua
jenis, yaitu ;
1. Dalam bentuk material, berupa barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap
dan diobservasi, contohnya arsitektur atau norma hukum.
Dalam bentuk non material, merupakan fenomena yang terkan-dung dalam
din" manusia sendiri hanya muncul dalam kesadaran manusia.
Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahai, tetapi tidak demikian halnya
dengan fakta sosial yang berbentuk non material. Secara garis besarnya fakta sosial
yang menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi terdiri atas dua tipe. Yaitu struktur
2.
34
sosial (sosial structure) dan pranata sosial (sosial institution). Setiap masyarakat
terdiri atas kelompok kelompok yang memiliki norma-norma. Norma
35
dan pola nilai ini disebut pranata sedangan jaringan hubungan sosial dimana interaksi
sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari
individu dan sub kelompok dapat dibeda-kan dinamakan struktur sosial. Dengan
demikian struktur dan pranata sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan
sosiologi menurut paradigma fakta sosial.
Ada 4 varian teori yang tergabung dalam paradigma fakta sosial ini. Masing masing
adalah :
1. Teori Fungsionalisme Struktural.
2. Teori Konflik.
3. Teori Sistem.
4. Teori Sosiologi Makro.
Diantara kedua teori ini teori yang paling dominan adalah teori fungsi-onalisme
struktural dan teori konflik. Oleh karena secara singkat kedua teori tersebut akan
dikemukakan berikut ini.
Teori Fungsional.
Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori struktural fungsional pada
zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons, Robnert K. Merton dan Neil
Smelser. Teori Struktural Fungsional dalam menjelaskan jaerubahan-perubahan yang
terjadi di masyara-,kat mendasarkan padaTtufuh asurhsTfLauer, 1977).
1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
berbagai bagian yang saling berinteraksi.
2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal balik.
3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, dimana penyesuaian yang ada tidak perlu
banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh karenanya di
masyarakat senantiasa timbul ketegangan-ketegang-an dan penyimpangan-
penyimpangan. Tetapi ketegangan-ketegang-an dan penyimpangan-
penyimpangan ini akan dinetralisir lewat proses pelembagaan.
5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-lahan sebagai suatu
proses adaptasi dan penyesuaian.
36
6. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh
adanya diferensiasi dan innovasi.
7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.
Menurut teori struktural fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem
memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga, dimana masing-masing
lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri*). Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas
yang berbeda-beda, ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern maupun
masyarakat primitive.Misalnya, lembaga sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-
nilai yang ada kepada generasi baru. Lembaga keagamaan berfungsi membimbing
pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan penuh peng-abdian untuk
mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Lembaga ekono-mi memiliki fungsi untuk
mengatur proses produksi dan distribusi barang - barang dan jasa - jasa di
masyarakat.,Lembaga politik berfungsi menjaga tatanan sosial agar berjalan dan ditaati
sebagaimana mestinya. Lernbaga keluarga berfungsi menjaga keberlangsungan per-
kembangan jumlah penduduk.Kesemua lembaga yang ada di masyarakat akan senantiasa
saling berinteraksi dan satu sama lain akan melak.-sanakan penyesuaian sehingga di
masyarakat akan senantiasa berada pada keseimbangan. Memang, ketidakseimbangan
akan muncul, tetapi ini hanya bersifat sementara. Karena adanya ketidakseimbangan
di satu lembaga sehingga fungsi lembaga tersebut terganggu, akan meng-undang lembaga
lain untuk menyeimbangkan kembali. Sebagai contoh, system transportasi di suatu
kota. Pada tahun-tahun 1960an di kota Yogyakarta, belum ada angkutan kota.
Oleh karenanya, untuk keperlu-an-keperluan bepergian baik ke kantor, ke sekolah
ataupun ke tempat lain, masyarakat kafau ingin menggunakan kendaraan umum
bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi mengetahui bahwa
masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkutan kota berupa
kolt. Usaha menyediakan kolt sebagai angkutan kota tersebut akan sangat
menguntungkan baik bagi masyarakat mau- ' pun bagi pengusaha. Apalagi kalau
bentuk angkutan kota adalah kolt pick up. Oleh karenanya, lembaga ekonomi
menyediakan angkutan kota dalam ujud kolt pick up.
*)Yaser .Teori Sosiologi, (Online), (http://www.slideshare.net/yazerd/tsm-pokok2-
pikiran-tsm), diakses pada 11 Oktober 2014
37
Apa hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh
dalam waktu yang relatif singkat dan ongkos relatif murah. Pengusaha (sebagai
ujud lembaga ekonomi) senang karena mendapatkan keuntungan. Tapi, beberapa
waktu kemudi-an dampak negatif muncul, yakni ketegangan-ketegangan di
masyarakat, karena pengendara becak dan andong unjuk rasa. Rezeki mereka di ambil
oleh angkutan kota. Melihat ketegangan di masyarakat, lembaga
38
politik, mengambil langkah penyesuaian. Pemerintah ataupun DPRD membuat aturan
jalan mana saja yang boleh di lalui kendaraan angkutan kota. Kendaraan angkutan kota
tidak boleh seenaknya sendiri dalam mengambil penumpang. Dengan aturan ini
pengusaha angkutan kota untung, masyarakat untung, demikian pula sopir becak dan
andong tetap mendapatkan rezeki. Oan masyarakat berada dalam kesimbangan kembali,
dengan kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi sebelumnya. Dimana
masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah.
Salah satu pakar teori structural fungsional, Talcott Parsons, me-ngembangkan
teori yang disebut "The Structure of Social Action". Dalam teori ini (lihat, Turner,
1986, 57124), Parson mengemukakan ten tang konsep perilaku sukarela yang
mencakup beberapa Piemen pokok.
(1) Aktorsebagai individu.
(2) Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.
(3) Aktor memiliki berbagai cara-cara yang mungkin dapat di laksana-kan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.
(4) Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi
pemilihan cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
(5) Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam menentukan
tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
(6) Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang cara-cara yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan, dipengaruhi oleh ide-ide dan situasi-situasi
yang ada.
Apa yang telah dikemukakan diatas merupakan perilaku individu yang dapat
dikembangkan kedalam sistem sosial. Dalam hal ini Parson melihat aktor dikaitkan
dengan situs dalam hal motive dan nilai. Menurut Parson ada tiga motive.
(a) cognitive : motive mendapatkan in-formasi
(b) cathective : motive mendapatkan sentuhan emosi
(c) assesment : motive untuk melakukan evaluasi.
Disamping itu ada juga tiga bentuk nilai
(a) cognitive : nilai standard tujuan yang akan dicapai
(b) appreciative : nilai tentang standard keindahan
(c) moral : nilai tentang benar atau salah.
39
Motive dan nilai ini menimbulkan bentuk-bentuk tindakan, yang dikenal dengan
istilah
(a) instrumental: tindak-an untuk merealisir tujuan secara efisien
(b) expressive : tindakan untuk mendapatkan kepuasan emosional
(c) moral : tindakan yang menyangkut benar atau salah.
Tindakan mana yang akan diambil akan ditentukan oleh jenis motive dan nilai
yang mendominir dalam diri seseorang.
NORMA NILAI, IDE
I J i
- C A R A 1 - - - - ^
- - C A R A 2 - - - - -
- - - C A RA 3 - - - -
-
- - - C A RA 4 - - - - -
- - - C A R A 5 - - - - -
I I \
SITUASI DAN KONDISI
Gambar 1 : Struktur Perilaku Parsons
Antara aktor dengan berbagai motive dan nilai yang berbeda-beda _
menimbulkan tindakan yang berbeda-beda. Giliran berikutnya adanya perbedaan-
perbedaan ini akan menimbulkan adanya interaksi dan konflik. Tetapi ini
hanya sementara, karena diantara mereka akan terdapat "agreement". Disamping itu
mereka juga akan melangsungkan terus bentuk-bentuk interaksi yang telah
dikembangkan, sehingga bentuk-bentuk tersebut melembaga. Pola-pola
pelembagaan tersebut akan jadi sistem sosial. Apa yang diuraikan ini dapat
digambarkan sebagai ' berikut.
TUJUAN
40
Untuk menjaga kelangsungan hidup suatu masyarakat, maka tatanan
sosial yang ada harus tetap berlaku dari generasi demi generasi. Oleh karenanya,
sistem tatanan sosial yang ada perlu ditanamkan pada se-tiap individu anggota
masyarakat. Dengan kata lain, setiap masyarakat perlu melaksanakan sosialisasi
sistem sosial yang dimiliki. Proses sosiali-sasi ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengintegrasikan sistim personal dan sistem kultural kedalam sistem sosial. Dengan
demikian akan ter-dapat komitment dari para individu kepada tatanan, nilai-nilai dan
norma-norma yang di masyarakat. Persoalannya bagaimana caranya agar sistem personal
dapat diintegrasikan kedalam sistem sosial?. Me-nurut Parsons ada dua mekanisme yang
akan mengintegrasikan sistem personal kedalam sistem sosial : mekanisme sosialisasi dan
mekanisme kontrol sosial.Menurut Parsons, mekanisme sosialisasi merupakan alat dengan
alat mana pola kultural, seperti nilai-nilai, "beliefs", bahasa dan lain-lain simbol di
tanamkan pada sistem personal. Dengan proses ini maka anggota masyarakat akan
menerima dan memiliki komitmen terhadap norma-norma yang ada.
Mekanisme kontrol mencakup suatu proses dimana status dan peran yang ada di
masyarakat diorganisir kedalam sistem sosial, sehingga perbedaan-perbedaan dan
ketegangan-ketegangan yang ada di masyarakat di tekan. Mekanisme kontrol ini meliputi,
antara lain :
a) pelembagaan
(b) sanksi-sanksi
(c) aktivitas ritual
(d) Penyelamat-an pada keadaan yang kritis dan tidak normal
(e) pengintegrasian
kembali agar keseimbangan dapat dicapai kembaii, dan, (f) pelembaga-an
kekuasaan untuk melaksanakan tatanan sosial. Pola integrasi menu-rut Parson
ini dapat di lihat pada gambar di bawah.
Adanya mekanisme integrasi ketiga sistem tersebut akan menjaga ke-
seimbangan sistem sosial yang ada.
41
Teori Konflik
Teori Konflik memandang bahwa adanya kemiskinan di dunia ketiga sebagai
akibat proses perkembangan kapitalis di dunia barat. Kemiskinan di.sebagian besar
umat manusia adalah merupakan "turn bal" kejayaan masyarakat kapitalis. Negara-
negara sedang berkembang sekarang ini dijadikan sapi perah bag! negara-negara
barat. Oleh karena-nya teori-teori ini, seperti yang disuarakan oleh Randall
Collins, Dah-rendorf, John Galtung, bahwa kalau negara-negara sedang
berkembang ingin maju maka harus mampu melepaskan dan memutuskan
hubungan dengan negara-negara kapitalis.
Teori Konflik ini meskipun sangat ringkih, namun mendapat du-1
kungan yang
luas, terutama dari kalangan intelektual muda di kalangan negara sedang
berkembang, juga negara barat sendiri karena dirasakan, analisis dari teori ini sangat
tepat untuk membedah kemiskinan di negara-negara dunia ketiga.MisaInya,
perkembangan pendidikan hanya merupakan suatu proses stratafikasi sosial yang
cenderung memperkuat posisi kaum yang selama ini memiliki keistimewaan.
Teori Konflik memiliki beberapa asumsi. Antara lain,
(1) Manusia sebagai mahluk hidup memiliki sejumjah kepenlipgan yang paling djsar
yang mereka inginkan dan mereka berusaha untuk mendapatkan kepentingan
tersebut.
(2) Kekuasaan mendapatkan penekanan sebagai pusat hubungan sosial. Kekuasaan bukan
hanya merupakan sesuatu yang langka, dan tidak terbagi secara merata, sehingga
merupakan sumber konflik, tetapi juga pada hakekatnya kekuasaan itu bersifat
pemaksaan.
(3) Ideologi dan nilai-nilai dipandang sebagai suatu senjata yang diguna-kan oleh
kelompok-kelompok yang berbeda, dan mungkin berten-tangan untuk mengejar
kepentingan mereka sendiri. Ideologi dan nilai sama sekali bukan merupakan sarana
untuk mencapai integrasi dan mengembangkan identitas suatu bangsa.
Teori konflik sangat bertenjangan dengan teori Struktural - Fungsio-nal.
Disamping itu, dalam diri penganut faham teori konflik terdapat perbedaan yang
tajam, yang tidak kalah serunya dengan perbedaan antara penganut teori konflik dengan
42
penganut teori yang Struktural fungsional tersebut. Perbedaan itu kalau dilacak bisa
dikatakan ber-sumber para tokoh pengembang teori Konflik itu sendiri.
Menurut Turner (1986, 129151) teori Konflik berakar pada pe-mikiran Marx
dan pemikiran Weber. Marx mengajukan beberapa pro-posisi.
(1) Semakin distribusi pendapatan tidak merata, semakin besar konflik kepentingan
antara kelompok atasdan kelompok bawah.
(2) Semakin sadar kelompok bawah akan kepentingan mereka bersama semakin keras
mereka mempertanyakan keabsyahan sistem pembagi-an pembagian pendapatan
yang ada.
(3) Semakin besar kesadaran akan interes kelompok mereka dan semakin keras
pertanyaan mereka terhadap keabsyahan sistem pembagian pendapatan, semakin
besar kecenderungan mereka untuk kerjasama memunculkan konflik menghadapi
kelompok yang menguasai si stem yang ada.
(4) Semakin kuat kesatuan ideologi anggota kelompok bawah dan semakin kuat struktur
kepemimpinan politik mereka, semakin besar kecenderungan terjadinya polarisasi
sistem yang ada.
(5) Semakin meluas polarisasi semakin keras konflik yang terjadi.
(6) Semakin keras konflik yang ada, semakin besar perubahan struktu-ral yang terjadi
pada sistem dan semakin luas proses perataan sum-ber-sumber ekonomis.
Tokoh lain, Max Weber, mengajukan beberapa proposisi.
(1) Semakin besar derajat merosotnya legitimasi politik penguasa, semakin besar
kecenderungan timbul konflik antara klas atas dan bawah.
(2) Semakin karismatik pimpinan kelompok bawah, semakin besar kemampuan
kelompok ini memobilisasi kekuatan dalam suatu sistem, semakin besar tekanan
penguasa lewat penciptaan suatu sistem undang-undang dan sistem administasi
pemerintahan.
(3) Semakin besar sistem perundang-undangan dan administrasi pemerintahan
mendorongdan menciptakan kondisi terjadinya hubung-an antara kelompok-
kelompok sosial, kesenjangan hirarki sosial, rendahnya mobilitas vertikal, semakin
cepat proses kemerosotan legitimasi politik penguasa dan semakin besar
kecenderungan terjadinya konflik antara kelas atas dan kelas bawah.
43
Adanya perbedaan diantara proposisi Marx dan Weber akan muncul dalam
perkembangan teori konflik pada masa-masa berikutnya. Wallace dan Wolf (1986,
61 147), menjelaskan dengan menarik teori konflik sebagaimana dikemukakan
dalam pembahasan berikut.
Teori konfljk merupakan suatu alternatif pendekatan dari teori fungsional
dalam menganalisis struktur suatu masyarakat; teori konflik ini semakin populer
dan penting dalam kehidupan teori-teori sosial modern. Dilihat dari perspective
kebulatan, teori tersebut kurang utuh. Perbedaan pendapat diantara penganut teori
konflik dalam banyak hal lebih tajam dibandingkan dengan perbedaan antara
penganut teori konflik dengan penganut teori lain. Namun diantara teori-teori yang
dapat diklasifikasikan kedalam teori konflik, memiliki kesamaan dalam beberapa
asumsi dan konsep dasar. Kesemuanya itu menciptakan cara-cara yang berbeda dalam
melihat dan menganalisis masyarakat.
Sebagaimana telah kita lihat, teori-teori fungsional melihat masyarakat dan
lembaga lembaga sosial yang ada sebagai suatu sistem dimana bagian satu dan yang lain
saling tergantung dan bekerjasama menciptakan keseirrjbangan. Mereka tidak menolak
adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat; tetapi mereka percaya bahwa
masyarakat itu sendiri akan menciptakan cara-cara yang bisa mengontrol konflik
tersebut,dan hal itulah yang menjadi pusat perhatian analisis teori fungsionat.
Persepsi golongan konflik terhadap masyarakat berbeda dengan persepsi yang
dimiliki golongan fungsional. Kalau golongan yang disebut terakhir melihat saling
ketergantungan di antara bagian-bagian yang ada di ma-syarakat dari kesatuan
masyarakat, maka golongan konflik melihat masyarakat sebagai suatu arena dimana
kelompok satu dengan yang lain saling bertarung memperebutkan "power", dan
"kontrol" bagi teori konflik berarti satu grup mampu mejinakkan kelompok yang
lain. Golongan fungsional melihat undang-undang, misalnya, sebagai suatu jalan
untuk meningkatkan integrasi sosial; tetapi teori konflik melihat undang-undang
sebagai suatu cara untuk mendiskripsikan dan meman-tapkan suatu bentuk aturan
yang menguntungkan beberapa grup di-atas pengorbanan grup yang lain.
Kita dapat melihat betapa besar perbedaan yang muncul antara teori fungsional
dan teori konflik dapat dicontohkan pada,sistem kerja di pelabuhan udara.
Golongan fungsional mengatakan bahwa bagian-bagian yang bepfesda dalam airport
44
bekficjasama menyebabkan sistem airport bisa_beroperasi. Sebaliknya, golongan
konflik melihat adanya saling bertejrtangan interes antara pekerja-pekerja dan
manager yang berbeda-beda, dan masing-masing grup bekerja sebaik mungkin untuk
dirinya sendiri. Teori konflik mungkin akan menyatakan bahwa pengatur lalu
lintas udara menginginkan tambahan staf dan peralatan yang lebih canggih. Para
penerbang terus menerus berusaha mem-batasi masuknya anggota-anggota baru
dalam pekerjaan itu, untuk menjaga agar upah tidak melorot. Kuli, staf pembersih
dan penjaga gudang semua aktif dalam organisasi buruh. Semua kelompok tersebut
cenderung pasang kuda-kuda dengan managemen penerbangan, sebab mereka yang
disebut terakhir inilah yang menentukan biaya operas! semakin rendah dan
keuntungan perusahaan semakin tinggi. Teori konflik memusatkan pada pergeseran
keseimbangan kekuatan di antara grup-grup yang ada, tidak memusatkan pada
keseimbangan dan saling ketergantungan dari bentuk kerjasama.
Perbedaan internal yang terdapat diantara penganut faham Konflik dapat di
dilihat pada peranan ilmuwan sosial. Penganut kelompok pertama percaya
bahwa ilmuwan sosial haruslah memiliki kewajiban moral untuk terlibat dalam
kritik masyarakat. la menolak memisahkan - - atau untuk mengakui bahwa
seseorang dapat memisahkan analisis dari keputusan atau fakta dari nilai.
Para penganut kelompok ini juga pada umumnya percaya pada prinsipnya
suatu masyarakat dapat bertahan jika tidak ada lag! sebab-sebab terjadinya
konflik social. Oleh karena itu, para penganut teori konflik ini seringkali
dianggap penulis-penulis Utopia.Sebaliknyakelompok kedua menganggap
konflik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan merupakan aspek perma-nen
dalam kehidupan sosial; serta menolak ide bahwa kesimpulan-ke-seimpulan ilmu
sosial haruslah penuh nilai. Sebaliknya, sebagai gantinya para pendukungnya
tertarik dalam pembentukan suatu ilmu sosial
dengan obyektifitas yang sama dengan yang dimiliki ilmu alam. ,
Jika kita melihat para pengaruh utama terhadap teori Konflik Modern, maka
akan kita dapatkan bahwa mereka yang berada pada kelompok pertama, akan
membicarakan Teori Konflik seperti, para Teoritikus Mahzab Frankfurt dan C.
Wright Mills, paling banyak di-pengaruhi oleh Karl Marx. Dalam kelompok dua
dimana kita akan membahas Ralf Dahrendorf dan Randall Collins, pengaruh Marx
45
ma sih tampak; tap! kontinuitas yang paling penting adalah dengan tu-lisan-tulisan
Marx Weber. Nampaknya, dari beberapa pakar teori Konflik, Randall Collins
merupakan salah seorang pakar yang karya-nya sangat merangsang pem'ikiran dewasa
ini. Randal Collins mengguna-kan teori Konflik untuk menganalisis
perkembangah masyarakat dewasa ini. la banyak melakukan kajian teori Konflik
dalam kaitannya dengan kepentingan rakyat banyak. Dengan asumsi bahwa rakyat
ba-nyak sebagai individu senantiasa ingin memiliki hal-hal tertentu, yaitu kekayaan,
kekuasaan, dan prestise. Dalam usaha memiliki hal-hal di-atas, tidak ada individu
yang mau kalah secara sukarela. Berdasarkan hal ini dalam masyarakat akan senantiasa
ada konflik sosial. Ditambah lagi, karena kekuasaan dan prestasi merupakan barang
langka, sedang-kan kekuasaan dan prestasi erat kaitannya dengan kekayaan, maka se-
tiap individu senantiasa ingin mendapatkan bagian kekayaan yang lebih banyak
daripada yang dimiliki orang lain. Konflik-konflik yang timbul sebagai akibat
perebutan kekayaan, kekuasaan, dan prestise dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Yang paling mengerikan adalah konflik dalam bentuk kekerasan fisik.
Teori Konflik RALF DAHRENDORF
Ralf Dahrendorf adalah salah satu dari beberapa sosiolog Eropa yang masih hidup
yang dikenal secara meluas dan dihormati baik di Eropa maupun di Amerika Serikat.
Sebagai seorang remaj'a dalam masa Nazi Jerman, ia dikirim ke kamp konsentrasi, dan
ia memper-dalam lagi bidang politik. la adalah anggota Demokrasi Bebas dari
"Baden Wiitemburg Landtag" (Parlemen Regional); dan sebagai seorang anggota
Komisi Masyarakat Eropa, ia bertanggung jawab akan hubungan luar negeri dan
pendidikan, llmu Pengetahuan dan Research. Bagian terbesar dari karier akademiknya
telah dilalui di Universitas Jerman, dan tahun 1984 ia menjadi Profesor Sosiologi pada
Universitas Contance. Walaupun begitu, ia juga bekerja di Inggris maupun di Amerika
dan menjadi Direktur Sekolah Ekonomi di London, suatu lembaga pendidikan tinggi
yang paling prestise di Inggris.
Karya Dahrendorf dalam hal konflik teori menampilkan dua hal yang pokok.
Pertama adalah apa yang dia sendiri lukiskan sebagai "teori-teori tentang masyarakat
("theories of society"), dengan meletak-an prinsip-prinsip umum pada penjelasan
sosial. Di sini, Dahrendorf menekankan pentingnya kekuasaan dan akibat konflik
yang tak dapat dihindari. Seperti halnya Marx, perhatiannya yang kedua terhadap
46
determinan "konflik aktif" cara-cara lembaga sosial secara sistematis melahirkan
kelompok-kelompok dengan konflik kepentingan-kepen-tingannya yang di dalam
kelompok-kelompok semacam itu akan ter-organisir dan aktif.
Power, Konflik, dan Penjelasan Sosial
Di sini Dahrendorf membahas suatu tendensi yang melekat pada konfli