Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PROGRAM POS PELAYANAN
TEKNOLOGI TEPAT GUNA (POSYANTEK) DI KECAMATAN
GROGOL PETAMBURAN JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh
RIZA FAUZIYAH
11150540000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2020 M
i
ABSTRAK
Riza Fauziyah
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakata Barat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan faktor
pendukung penghambat partisipasi masyarakat dalam program pos
pelayanan teknologi tepat guna (posyantek). Dengan perumusan masalah (1)
Bagaimana proses dari partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program
posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan? (2) Bagaimana faktor-faktor
pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam program
posyantek tersebut.
Metodelogi penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis
penelitian deskriptif. Dengan menggunakan sumber data primer dan
sekunder yaitu menggunakan data yang diperoleh dari wawancara, observasi
dan dokumentasi, serta data yang diperoleh dari catatan-catatan, buku-buku,
bulletin, dokumen-dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.
Melalui program Posyantek, ialah program pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan Teknologi tepat guna,
memberikan kegiatan produktif dan perubahan ekonomi kepada penerima
manfaat juga masyarakat sekitar serta pendampingan kepada penerima
manfaat hingga mandiri di dalam usahanya. Proses pemberdayaan Program
Posyantek yang dilaksanakan oleh posyantek Kecamatan Grogol Petamburan
di beberapa kelurahan melalui beberapa tahapan. Yang mendominasi dalam
tangga partisipasi terdapat 7 tangga kemitraan pada anak tangga keempat
yang berarti memberikan peluang partisipasi yang lebih nyata dan berarti
bagi keterlibatan masyarakat dalam pemerintah daerah
Kata kunci : partisipasi, posyantek, pemberdayaan masyarakat
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Alhamdulillah, Segala puji hanya pada-MU satu-satunya zat yang
kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan dari-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Partisipasi
Masyarakat dalam Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna
(Posyantek) di Kecamatan Grogol Petamburan Jakata Barat” sebagai
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam
marilah kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, Beliau pemberi
syafa’at kelak di hari kiamat kepada seluruh umat.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam
proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat
bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah
SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapakan terima kasih dan penghargaan
kepada Bapak Muhtadi M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar,
tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat
berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh
sadar dan ketulusan pula kepada :
1. Kedua orang tua penulis tercinta Ibu Siti Mamiek Slamet dan Ayah
Husni Minwari, yang selalu tulus ikhlas mendoakan penulis dan
memberikan dukungan materi maupun moril, serta memberikan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
iii
setiap do’a dan pengorbanan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amiiiin.
2. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Suparto, M.Ed.Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Siti Napsiyah sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Sihabuddin
N, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Cecep Wijaya,
M.A sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan alumni
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Muhtadi, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari, S.Ant, M.Si.
Sebagai Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Muhtadi M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah sabar,
tulus, tekun dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberi bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat
berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan
perkuliahan.
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi fasilitas berupa
iv
buku-buku dan referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
9. Adik tercinta Khoyrul Amrina yang selalu memberikan motivasi,
dukungan materi maupun moril kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikannya. Aamiin
10. Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat yang telah memberikan
izin penelitian dan informasi terkait Posyantek untuk kelanjutan
penelitian ini
11. Eko Herry Waluyo selaku ketua forum Posyantek Nasional dan ketua
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan yang telah memberikan
izin dan informasi. Semoga kepemimpinan bapak selalu diberkahi
Allah SWT
12. Pak Erwin Yahya Sitompul, Ibu Dewi Kurnianingsih, Ibu Heriyani,
Ibu Sri Lestari dan Ibu Kasiatun selaku pengurus dan penerima
manfaat di Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan. Terimakasih
atas semua partisipasinya kepada penulis selama melakukan
penelitian.
13. Teman diskusi di Ciputat Munah Herawati, Mety Andriyani, Rizki
Dalina, Dini Masrika, Nur Hikmah Ardhini, Septiani Rahmawati,
Roza Juni Andri dan Salsabilla. Terimakasih telah menjadi teman
sekaligus keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi
semoga selalu diberkahi Allah SWT.
14. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(PMI) angkatan 2015, Faskan Aditama, Fakhriy Naufal, Muhammad
Halim Ramdhan, Salman Hidyatullah, Cici Nanda F, Laily
Mukhibatul Ulla, Putri Robiatul Islamiyah, Solehuddin, Firzianur
Raya, Cecep Novan Hidayat, Fajar Setiawan, Imam Fauzi, Saiful
v
Iqbaluddin, Chairul Hamzah dan yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, sahabat dan teman-teman seperjuangan, dan kakak kelas adik
kelas semuanya yang telah banyak memberikan semangat, dukungan,
masukan dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi. Terimakasih atas dukungan dan doa yang telah
diberikan.
15. Teman-teman seperjuangan di Pramuka MAN 1 Jakarta Indah Safitri,
Iin Sri Agisni, Vidinda Disri Ayudhita, Lusiana dan yang yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
semangat, motivasi dan masukan selama perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi. Terimakasih atas dukungan dan do’a yang telah
diberikan.
16. Anak-anakku di SDN Wijaya Kusuma terimakasih atas semangat
dan do’a yang telah diberikan.
17. Keluarga Besar serta Sahabat-sahabat tercinta yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki serta kesulitan
dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Ciputat, 8 Januari 2020
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................ 7
1. Pembatasan Masalah ................................................ 8
2. Perumusan Masalah .................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 8
1. Tujuan Penelitian ...................................................... 8
2. Manfaat Penelitian .................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ................................................... 10
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................... 10
2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................. 11
3. Subjek dan Objek Penelitian .................................... 12
4. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 12
5. Teknik Analisa Data ................................................. 15
6. Teknik Validasi Keabsahan Data ............................. 16
7. Teknik Penulisan ...................................................... 16
8. Macam dan Sumber Data ......................................... 16
F. Tinjauan Pustaka Terdahulu .......................................... 17
vii
G. Sistematika Penulisan ................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi partisipasi ........................................................ 22
B. Tangga partisipasi ......................................................... 30
C. Pemberdayaan masyarakat ............................................ 34
D. Definisi program ........................................................... 40
E. Definisi teknologi.......................................................... 47
F. Kerangka berfikir .......................................................... 55
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Gambaran umum wilayah ............................................ 56
B. Profil Posyantek ............................................................ 57
C. Visi dan Misi Posyantek Kecamatan
Grogol Petamburan ....................................................... 59
D. Dasar Hukum ................................................................ 60
E. Pembentukkan Posyantek ............................................. 60
F. Struktur Organisasi ....................................................... 62
G. Petunjuk Pelaksanaan.................................................... 64
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data dan Temuan penelitian ......................................... 68
1. Proses parisipasi dan kontribusi masyarakat
dalam program posyantek ....................................... 69
2. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat
dalam program posyantek ....................................... 119
3. Tangga partisipasi masyarakat dalam
Program posyantek.................................................. 123
4. Faktor pendukung dan penghambat partisipasi
masyarakat dalam program posyantek .................... 127
viii
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Temuan Penelitian .......................................... 130
1. Analisis partisipasi dan kontribusi masyarakat
dalam program posyantek ...................................... 130
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 166
B. Saran-Saran ................................................................... 169
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 172
LAMPIRAN.............................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Teoritical Sampling......................................................... 13
Tabel tangga partisipasi ............................................................ 31
Tabel tahapan-tahapan dalam posyantek .................................. 117
Table tangga parrisipasi dalam posyantek ................................ 121
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar letak Geografis Kecamatan Grogol Petamburan ......... 54
Bagan Alur Tujuan posyantek .................................................. 57
Struktur Organisasi ................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses terencana guna
menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik dengan cepat, serta
dapat memberikan berbagai macam perubahan kemajuan dalam segala
bidang aspek bagi masyarakat. Pembangunan tidak hanya membantu
memenuhi sarana dalam bentuk nyata seperti bangunan, jembatan, jalan
ataupun bantuan sesaat yang diberikan pada masyarakat. Pembangunaan
hendaknya juga memperhatikan kualitas sumber daya manusianya,
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk
menjadi mandiri dengan keterampilan yang dimiliki, secara tidak
langsung akan membantu mereka keluar dari jerat kemiskinan.
Dalam upaya pemerataan dan meningkatkan pembangunan
di seluruh Indonesia, pembangunan masyarakat perlu ditingkatkan,
sehingga dapat mencapai mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang adil dan sejahtera. Dalam rangka meningkatkan
sistem usaha pembangunan masyarakat agar lebih produktif dan
efisien, diperlukan teknologi. Salah satu hal penting untuk
menciptakan sistem teknologi baru dalam konteks tersebut adalah
“teknologi tepat guna”.
Teknologi tepat guna merupakan teknologi yang sesuai
dengan kondisi dimana teknologi tersebut digunakan atau diterapkan,
baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun budaya, sehingga
masyarakat setempat mudah berpartisipasi dan bisa memenuhi
kebutuhan mereka secara efektif. Teknologi tepat guna juga mengacu
2
pada teknologi yang merupakan alternatif yang tidak dapat didaur ulang,
dan ketergantungan manusia yang tidak terkontrol pada teknologi dari
teknologi modern, yang mengakibatkan berbagai masalah, termasuk
polusi dan pemborosan sumber daya alam. (Tanaka, 2012)
Berbicara tentang alam, maka erat kaitannya dengangn
lingkungan. Dimana lingkungan merupakan tempat tinggal manusia.
Namun selama ini lingkungan dipahami sebagai sesuatu yang
removable, sehingga pengurasan yang berlebihan terhadap alam untuk
kepentingan ekonomi dan teknologi dianggap manusiawi. Padahal
dayagunaannya dapat dimanfaatkan melalui pengolahan Teknologi
Tepat Guna (TTG). Sebagaimana firman Allah dalam
Q.S Al-Anbiyaa/21:79
رنا مع داوۥد ٱلجبال يسب حن وٱلط ن وكلا ءاتينا حكما وعلما وسخ ها سليم من ير ففه
علين وكنا ف
Artinya : Maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing
mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan
gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud.
Dan kamilah yang melakukannya.
Tafsir Al-Anbiya’ Ayat 79 (versi Jalalain)
Lalu Kami memahamkan kepada Sulaymân bagaimana
seharusnya berfatwa. Dan keduanya Kami beri ilmu pengetahuan dan
kebijaksanaan tentang segala hal ihwal kehidupan. Kami menundukkan
bersama Dâwûd gunung dan burung untuk menyucikan Allah dari segala
sesuatu yang tidak pantas untuk-Nya. Semua itu Kami lakukan dengan
kekuasaan Kami yang tidak terkalahkan. Q.S Al-Anbiyaa/21:80
كم من بأسكم فهل أنتم شاكرون وعلمناه صنعة لبوس لكم لتحصن
3
Artinya: Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju
besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka
hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Menurut tafsir yang ada pada kitab Al-Qurthubi, ayat ini
merupakan pokok landasan tentang upaya pembuatan alat-alat dan
sebab-sebab. Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang Nabi Daud AS,
bahwa ia membuat baju besi, teropong, dan makan dari hasil kerjanya
sendiri. Sementara Adam adalah seorang petani, Nuh seorang tukang
kayu, Luqman seorang penjahit, dan Thalut adalah penyamak kulit
Berdasarkan tafsir di atas Islam menganjurkan untuk
menciptakan atau menggunakan alat yang dapat memudahkan pekerjaan
kita. Itulah teknologi, dan ternyata ide pemanfaatan teknologi ini ada di
dalam Al-Qur’an. Teknologi itu memang memiliki dua sisi. Dia bisa
bermanfaat jika digunakan dengan tujuan yang baik, atau bisa menjadi
musuh jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
Dalam kehidupan sehari-hari salah satunya bisa menjadi contoh
dari teknologi tepat guna salah satunya ialah pemanfaatan sampah yang
dapat digunakan menjadi sesuatu yang beraneka ragam, jika masyarakat
tau bagaimana sisi lain dari sampah yang tidak hanya digunakan
kemuadian dibuang, padahal banyak sekali manfaat dari sampah yang
bisa dikembangkan untuk menjadi sarana kreatifitas bagi masyarakat.
Partisipasi masyarakat dirasa sangat penting dalam proses
pembangunan. Keberhasilan pembangunan akan tercapai jika
masyarakat berpartisipasi didalamnya. Agar masyarakat tidak bisa lepas
dari pembangunan. dimana masyarakat diajak untuk berperan serta
untuk berpartisipasi karena masyarakat dianggap mengetahui tentang
permasalahan dan kepentingan atau kebutuhan mereka. Mereka
4
memahami tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi
masyarakatnya.
Partisipasi masyarakat dalam program pos pelayanan teknologi
tepat guna (Posyantek) di kecamatan Grogol Petamburan berkisar 60%
masyarakat yang ikut serta dalam program ini. Presentase yang cukup
baik tetapi tidak semua melaksanakannya dengan baik juga. Masalah
yang terjadi diantaranya adalah sedikitnya pengetahuan masyarakat
terhadap program posyantek menjadi banyak kekurangan partisipasi
dalam masyarakat. Pengetahuan dalam hal ini yaitu sedikitnya informasi
yang di dapat oleh masyarakat akan program ini sedangkan banyak
diantaranya terdapat masyarakat yang ingin lebih produktif
memanfaatkan waktu luang khususya ibu-ibu yang sadar akan
pemanfaatan teknologi tepat guna dalam berbagai bidang yang akan
dibina langsung melalui program posyantek, walaupun sebenarnya
bervariasi. Diantara yang mengikutinya berdasarkan minat untuk belajar,
dan yang 40% nya mereka hanya datang memenuhi undangan yang di
kirim melalui kelurahan setempat
Tetapi disamping itu juga kurangnya partisipasi masyarakat
dalam penggunaan teknologi tepat guna secara mendalam hingga
berhasil, mereka yang sudah melakukan pelatihan-pelatihan belum tentu
melaksanakan hingga berhasil, beberapa diantaranya hanya
mengumpulkan tanpa diolah dan di buat sendiri seperti yang diajarkan
oleh posyantek. Mereka juga tidak semuanya mengimplementasikan
program yang di ajarkan hingga menjadi sebuah pendapatan ekonomi.
Selanjutnya indikasi masyarakat yang masih kurang dalam
keikutsertaan adalah birokrasi undangan yang tidak sampai langsung
pada masyarakat sehingga ketika pelaksanaannya yang datang selalu
orang-orang yang sama. Selanjutnya kurangnya sinergi antara pengurus
5
program posyantek kepada pihak pemerintah sehingga program berjalan
dengan sendirinya tanpa bantuan dari pemerintah. Jika partisipasi
masyarakat dan program posyantek berjalan juga bersinergi penuh
kepada pihak pemerintah maka keberhasilan akan berjalanya program
posyantek semakin maju, maka perlu adanya kesehatan dalam birokrasi
yang jelas serta peran masyarakat yang benar-benar serius dalam binaan
program posyantek untuk kemajuan pembangunan. (Ketua Posyantek
Grogol Petamburan Pak Eko, Wawancara, 8 Mei 2019)
Dalam menjembatani proses alih teknologi untuk dapat
mempercepat pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) oleh
masyarakat dan sebagai upaya memeratakan serta meningkatkan
pembangunan di Kecamatan Grogol Petamburan, Kota Administrasi
Jakarta Barat, masyarakat dituntut memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG) secara optimal guna
peningkatan daya saing usaha hasil produknya untuk peningkatan
kesejahteraannya.
TTG dalam konteks pemberdayaan masyarakat, merupakan
pemicu pertumbuhan. Pemanfaatan TTG secara optimal oleh masyarakat
akan mampu mewujudkan usaha masyarakat yang dapat mengefisienkan
ongkos produksi, memperbaiki proses mutu produksi, meningkatkan
kapasitas dan nilai tambah produk, sehingga dapat mensejahterahkan
masyarakat, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memberantas
kemiskinan.
Alih TTG dilaksanakan melalui upaya pemasyarakatan TTG,
yang bertujuan untuk mendorong meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan masyarakat, sehingga masyarakat lebih
aktif dan berpikir rasional dalam mengeksploitasi sumber daya alam
bagi usaha meningkatkan pendapatan. Pemasyarakatan teknologi yang
6
tepat dan sesuai dengan kebutuhan merupakan upaya yang strategis
dalam rangka meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Mengingat faktor – faktor tertentu, seperti kesenjangan akses informasi,
keterbatasan modal, dan kendala geografi, maka dalam proses alih
teknologi khusunya Teknologi Tepat Guna (TTG) kepada masyarakat
diperlukan campur tangan pemerintah untuk akselerasinya. (Eko, 2013)
Komitmen Pemerintah untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat melalui TTG telah dituangkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 20 tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat
melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna yang memberi amanat
kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melakukan pembinaan. Untuk efisiensi,
efektivitas dan sinergitas pembinaan, maka di tingkat kecamatan
dibentuk lembaga kemasyarakatan yang disebut Pos Pelayanan
Teknologi Tepat Guna (Posyantek) yang bertugas memberikan
pelayanan teknis, informasi, promosi dan orientasi TTG kepada
masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan salah
satu elemen yang krusial dan mutlak diperlukan dalam rangka
pembangunan, terlebih jika dikaitkan dengan pergeseran paradigma
pembangunan yang kini telah menempatkan manusia dan masyarakat
sebagai sentral dalam pembangunan yang tidak hanya memandang
masyarakat sebagai objek yang dibangun tetapi sebagai subjek dari
pembangunan itu sendiri. Konteks partisipasi masyarakat dalam
program posyantek juga menjadi salah satu dari pembangunan yang
berkelanjutan dari aspek sumber daya manusia. perencanaan yang telah
di buat oleh posyantek harus di implentasikan demi keberhasilan
masyarakat itu sendiri yang akan mengasah keterampilan masyarakat
7
guna mengembangkan pertumbuhan potensi ekonomi juga memperbaiki
pendapatan masyarakat sekitar.
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh kelembagaan Posyantek dalam penelitian yang berjudul:
“Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakata Barat”.
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah peneliti buat, maka
dirumuskan beberapa identifikasi masalah pembahasan sebagai berikut :
1. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam penggunaan teknologi tepat
guna secara mendalam hingga berhasil\
2. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam implementasi program
hingga menjadi pendapatan
3. Sedikitnya pengetahuan masyarakat terhadap adanya program
Posyantek
4. Birokrasi undangan yang tidak sampai langsung pada masyarakat
sehingga ketika pelaksanaannya yang datang selalu orang-orang yang
sama.
5. Kurang bersinerginya birokrasi antara program posyantek dengan
pihak pemerintah
6. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
8
Mengenai pembatasan masalah dari penelitian yang dilakukan
peneliti, maka peneliti melakukan pembatasan masalah agar menjadi
lebih terfokus dari kajiannya, yaitu kajian mengenai Partisipasi
Masyarakat dalam program pos pelayanan teknologi (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakata barat.
Pembatasan masalah yang dilakukan peneliti adalah sebagai
suatu upaya dari kurangnya waktu yang peneliti miliki untuk
membahas semua yang ada yang bersangkutan dengan penelitian
yang peneliti lakukan. Dengan adanya pembatasan masalah ini
sekiranya agar upaya yang dilakukan peneliti dalam meneliti secara
benar atau sama dengan yang peneliti temui di tempat penelitian.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan di atas, maka
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses partisipasi pemberdayaan masyarakat
dalam program posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan?
2. Bagaimana faktor-faktor pendukung dan penghambat
partisipasi masyarakat dalam program posyantek di
Kacamatan Grogol Petamburan?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti,
Ada beberapa pokok tujuan penulisannya dalam penyusunan
karya tulis ini sebagai langkah awalnya yaitu:
9
1. Untuk mengetahui proses pendukung terhadap partisipasi masyarakat
dalam pemanfaatan program posyantek di Kecamatan Grogol
Petamburan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor dari partisipasi masyarakat dalam
program posyantek di Kacamaran Grogol Petamburan
b. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk
menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang
berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat Islam. Adapun
secara praktis penelitian ini yaitu:
1) Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2) Manfaaat penelitan ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
mengembangkan ilmu yang telah didapatkan di bangku
perkuliahan, khususnya pada mata kuliah Pengembangan
Masyrakat Islam, karena pendidikan menduduki posisi sentral
dalam pembangunan. Ssasaran dari adanya pengembangan
kapasitas relawan adalah peningkatan kualitas dan kecakapan
dalam melakukan pelayanan terhadap penanganan bencana.
3) Penelitian ini juga diharapkan dapat merangsang penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan bidang teknologi tepat
guna agar diperoleh pemahaman terhadap pengembangan
10
kapasitas individu secara menyeluruh dan saling
menyempurnakan.
4) Manfaat Praktis: Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
pemahaman terkait pengembangan kapasitas individu yang
dapat mengembangkan mutu karakteristik masyarakat agar
lebih produktif lagi dalam memanfaatkan teknologi tepat guna.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman
untuk peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat selama kuliah ke dalam karya tulis yang nyata serta
dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
3. Metodologi Penlitian
1. Jenis dan Pendeketan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian
kualitatif dilakukan karena penelitian ini ingin menjelaskan fenomena
yang tidak dapat dikuantitatifkan serta bersifat deskriptif seperti pola,
pengertian tentang konsep tertertentu, dan sebagainya. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk memahami
fenomena dalam kehidupan masyarakat serta aktivitas sosial lainnya.
Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami atau menafsirkan
fenomena dalam sudut pandang makna-makna yang diberikan oleh
masyarakat kepada mereka. (Sugiyono, 2013, 7-9)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, karena penelitinya bermaksud meneliti secara
mendalam. Bogdan Taylor (Syamsir, 2009) dalam bukunya “metode
11
penelitian sosial” menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Awal mula melakukan penelitian berawal dari tanggal 5 Mei
2019 mengunjungi Kecamatan Grogol Petamburan yang berada di
Kelurahan Tanjung Duren Jakarta Barat dengan tujuan untuk
meminta izin kepada pihak Kecamatan untuk diadakan penelitian dan
membicarakan terkait salah satu program Kecamatan Grogol
Petamburan yaitu program posyantek program yang bersifat
pengembangan masyarakat dan pemberdayaan ekonomi. Setelah
surat masuk ke bagian kasikesra peneliti dihubungi via telepon
dengan ketua bagian kasikesra (ketua seksi kesejahteraan
masyarakat) untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Setelah itu bagian kasikesra memberikan peneliti nomor telpon ketua
posyantek Grogol Petamburan untuk informasi lebih lanjut. Pada
tanggal 8 Mei 2019 peneliti menemui ketua Posyantek Grogol
Petamburan yang juga menjadi ketua forum posyantek Nasional
untuk melakukan izin penelitian dan melakukan wawancara.
2. Waktu dan tempat
Mulai melakukan penelitian pada tanggal 31 Juli 2019 peneliti
diundang untuk mengikuti kegiatan gelar produk posyantek yang
diadakan Walikota Jakarta Barat yang diikuti oleh seluruh kader
posyantek se Jakarta Barat. Tanggal 7 September 2019 mengunjungi
kembali ketua posyantek untuk melakukan wawancara yang telah
disusun di pedoman wawancara. Tanggal 10- 12 September 2019
melakukan wawancara ke beberapa pengurus yang juga sebagai
penerima manfaat. Pada tanggal 15 Oktober 2019 melakukan
12
wawancara kembali via whatsapp ke penerima manfaat yang berada
di Medan. Selanjutnya terkait informasi dan data yang kurang penulis
berkomunikasi dengan Ketua dan pengurus lainnya melalui via
whatsapp.
Penelitian ini dilakukan di bengkel Posyantek Jl.Tomang tinggi
17 A No.17 RT.001 RW.007 Kel. Tomang Kec. Grogol Petamburan
Jakarta Barat. Adapun penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei
sampai dengan selesai. Kemudian dari sudut lokasi tempat penelitian
berdekatan dengan rumah tinggal sehingga memudahkan peneliti
untuk melakukan penggalian data. Masa waktu penelitian dilakukan
selama 6 bulan yang dimulai dari bulan Mei 2019 sampai dengan 18
November 2019
3. Subjek dan objek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat
dalam posyantek dan pihak pengurus dalam upaya Pemberdayaan
masyarakat melalui program pos pelayanan teknologi (posyantek) di
Grogol Petamburan. objek penelitannya adalah pengurus yang juga
sebagai penerima manfaat yang ada di masing-masing Kelurahan
yang ada di Kecamatan Grogol Petambura Jakarta Barat
4. Teknik pengumpulan data
1. Interview (wawancara)
Selanjutnya peneliti juga melakukan interview untuk
mendapatkan data. Interview ialah proses pengumpulan data
dengan melakukan sesi wawancara. (Bungin, 2012) Dengan
melakukan wawancara kepada pihak terkait, interview adalah cara
yang berbeda dengan observasi seperti sebelumnya yaitu melalui
panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba
13
dan lainnya, interview adalah cara untuk mendapatkan data dengan
mengajukan pertanyaan ke pihak terkait atau wawancara.
Tabel 1.1
Teoritical sampling
No. NAMA INFORMAN METODE
PENGKAJIAN
1. Agus Sebagai kabag (ketua
bagian umum)
Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta
Barat. Yang
memberikan
informasi terkait
birokrasi perizinan.
Obeservasi langsung
dan wawancara
2. Subhan Sebagai ketua bagian
kasikesra Kecamatan
Grogol Petamburan
Jakarta Barat. Yang
memberikan nomor
telpon ketua
Posyantek untuk
informasi lebih lanjut
mengenai Program
Posyantek
Via telpon
(peneliti dihubungi
langsung oleh pihak
kasikesra)
14
3. Eko Herry
waluyo
Sebagai objek
penelitian yaitu
penerima manfaat
dengan alat tepsor,
sebagai ketua
Posyantek Kecamatan
Grogol Petamburan
dan juga ketua forum
Posyantek Nasional
Obeservasi langsung
dan wawancara
4. Erwin Yahya
Sitompul
Sebagai objek
penelitian yaitu
pengurus dan
penerima manfaat
dengan produksi kain
perca
Obeservasi langsung
dan wawancara
5. Dewi
Kurnianingsih
Sebagai objek
penelitian yaitu
penerima manfaat
dengan owner
produksi kain perca
di Kelurahan Grogol
Obeservasi langsung
dan wawancara
6. Heriyani Sebagai objek
penelitian yaitu
pengurus dan
penerima manfaat
owner produksi oleh-
oleh khas Jakarta di
Kelurahan Jelambar
Obeservasi langsung
dan wawancara
7. Sri Lestari
Rahayu, ST
Sebagai objek
penelitian yaitu
pengurus dan
penerima manfaat
owner produksi
bunga akrilik di
Kelurahan tanjung
Obeservasi langsung
dan wawancara
15
Duren
8. Kasiatun Sebagai objek
penelitian yaitu
pengurus dan
penerima manfaat
owner Produksi
rempeyek dengan alat
mesin pencacah
kacang
Obeservasi langsung
dan wawancara
Sumber: Data Wawancara Peneliti
2. Observasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi. Observasi adalah proses pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan indera penglihatan, penciuman, peraba,
serta pendengaran yang kemudian ditransformasikan kedalam
bahasa penelitiah ilmiah. (Bungin, 2012)
Peneliti melakukan penelitian salah satunya dengan
melakukan observasi atau pengamatan dari apa yang dilihat,
didengar dan didapat dari apa saja yang terjadi di bengkel
Posyantek Jl.Tomang tinggi 17 A No.17 RT.001 RW.007 Kel.
Tomang Kec. Grogol Petamburan Jakarta Barat tempat penelitian
yaitu yang memberikan program-program bantuan ke masyarakat
dan ditulis ditransformasikan kedalam bahasa penelitian ilmiah.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah
purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan
kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap
16
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Bungin, 2012)
3. Recorder dan Catatan Notebook
Proses pengumpulan data selanjutnya yang peneliti lakukan
adalah recording. (Bungin, 2012) atau proses perekaman dan
mencatat langsung dibuku catatan temuan lapangan. sebenarnya
pengambilan data juga tidak jauh berbeda dengan teknik
pengambilan data interview namun dengan melakukan recorded
atau catatan note book ini sengaja dimasukkan agar peneliti
menghindari kelupaan saat proses pengambilan data dengan
interview.
4. Teknik Analisa Data
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan pendekatan
analisis model Miles dan Huberman, yang didalamnya
membahas tentang: Pertama, reduksi data ialah pengumpulan
data, memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja
yang dibutuhkan. Kedua, model data yaitu suatu proses
pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya masing-
masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir
pada sebuah kegiatan penelitian, dimana isinya berisikan tentang
ringkasan semua data yang diperoleh sehingga muncul sebuah
manfaat dan saran untuk kedepannya. (Prof. Dr. Emzir, M.Pd,
2012, 129-133)
5. Teknik Validasi Keabsahan Data
Teknik validasi keabsahan data ialah berfungsi sebagai
menjaga kebenaran dalam isi data yang telah didapat, dari sini
peneliti menggunakan taktik triangulasi, menurut Matthew B.
17
Miles dan A. Michael Huberman taktik tersebut berupaya
membandingkan indeks-indeks yang ada, masing-masing setiap
indeks itu sendiri memiliki metode yang berbeda pula untuk
mendapatkannya, sehingga mengarahkan kepada kesimpulan
yang tepat. (Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992, 436-437)
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017” yang diterbitkan oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku ceqda
7. Macam dan Sumber Data
Sumber data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data
lapangan terdiri atas sumber yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh
langsung dari narasumber yang akan diteliti dengan cara
wawancara mendalam, narasumber dalam penelitian ini yaitu
kabag umum Kecamatan Grogol Petamburan, pengurus yang
juga menjadi penerima manfaat Posyantek Kecamatan Grogol
Petamburan Jakarta Barat.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tentang
penerima manfaat dari Posyantek yang mendukung penelitian
ini seperti pedoman Posyantek profil Posyantek, catatan
penelitian dan transkip wawancara serta dokumen hasil dari
Progam Posyantek yang lainnya
3. Tinjauan Pustaka
18
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian tinjauan pustaka
serta penepatan konteks sebagai langkah untuk proses penyusunan skripsi
hal ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan temuan
peneliti di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik orang lain.
Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang
peneliti angkat :
Judul skripsi : Peran Posyantek (Pos pelayanan teknologi) dalam
pemberdayaan masyarakat
Penulis : Dwi Hapsari Nur Arofah
Fakultas komunikasi dan informatika
Program studi Ilmu komunikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dalam penelitian ini yaitu ingin mendeskriptifkan peran
komunikasi Posyantek dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui
pemahaman dan penggunaan tentang TTG. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan Posyantek
cukup berhasil, yaitu pendekatan secara langsung serta membentuk
kelompok yang mana terlihat dari antusias masyarakat yang
mendapatkan sosialisasi program. Pemilihan kepala desa sebagai
oponion leaders oleh Posyantek, memberi kemudahan bagi pemberdaya
untuk masuk ke dalam lingkungan sosial masyarakat. (Arofah, 2017)
Skripsi ini sama-sama membahas tentang program posyantek dan
bagaimana peran komunikasi posyantek dalam upaya pemberdayaan
masyarakat melalui peggunaan TTG. Dan berbeda dengan pembahasan
penulis tentang partisipasi masyarakat dalam program posyantek di
Kecamatan Grogol Petamburan.
Judul skripsi : Proses pemberdayaan usaha kecil menengah melalui
penerapan teknologi tepat guna (Studi kasus mitra
19
binaan pos pelayanan teknologi tepat guna karya
mandiri Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan)
Penulis : Binta Gunawan
Jurusan pendidikan luar sekolah
Fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Hasil penelitian ini adalah mendiskripsikan tahap-tahap dan yang
mendiskripsikan apa yang didapat UKM dengan adanya pemberdayaan
melalui penerapan TTG. Temuan penelitian ini adalah pertama, proses
penyelenggaraan pemberdayaan melalui penerapan TTG pada dua UKM
sangat efektif dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, di dalam
proses evaluasi hasil pembelajaran secara kognitif, afektif dan
psikomotorik berpengaruh terhadap kemampuan menggunakan TTG,
yang selanjutnya diterapkan dalam proses produksi. Dan berbeda dengan
pembahasan penulis tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan program posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan.
Judul Skripsi : Manajemen Pos pelayanan teknologi
(Posyantek) Nagari Tuo Kecamatan Pariangan
Kabupaten Tanah Datar Dalam pengelolaan teknologi
tepat guna
Penulis : Husnul Firki
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas
Andalas, Padang) (Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Universitas Andalas, Padang)
20
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Manajemen Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Nagari Tuo
Kecamatana Pariangan Kabupaten Tanah Datar dalam pengelolaan
teknologi tepat guna telah berjalan dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari
penerapan fungsi-fungsi manajemen William H Newman seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengumpulan sumber, pengendalian kerja
dan pengawasan. Masyarakat dapat merasakan keberadaan Posyantek
sebagai lembaga yang memberikan pelayanan teknis, informasi, promosi
dan orientasi TTG. Sehingga dengan keberadaan Posyantek tersebut
penerapan dan pemanfaatan TTG kepada masyarakat akan terlaksana
dengan baik. (Fikri, 2016)
Skripsi ini sama-sama membahas tentang proram posyantek di
tingkat kecamatan yang berdasarkan pemanfaatan teknologi tepat guna
kepada masyarakat. Dan berbeda dengan pembahasan penulis tentang
bagaimana partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program serta hasil
dari program posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan .
4. Dokumentasi
Dokumentasi juga merupakan suatu metode yang dapat
digunakan dalam penelitain dengan cara menganalisis setiap
dokumen-dokumennya.
5. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini tersusun sistematika pembahasan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pertama yang berisi jawaban
apa dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Bagian
ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian
21
yang hendak disajikan. Oleh karena itu, pada bab
pendahuluan ini memuat beberapa bagian yang terdiri
dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan Teoritis mencakup hal-hal mengenai Pengertian
partisipasi masyarakat, bentuk-bentuk partisipasi, unsur-
unsur partisipasi, faktor penghambat partisipasi, faktor
pendorong partisipasi, tangga partisipasi, pengertian
pemberdayaan masyarakat, jenis, ragam dan metode
pemberdayaan masyarakat, tipe-tipe program, tujuan
program, sasaran program, pengertian teknologi,
pengertian teknologi tepat guna, ciri-ciri teknologi tepat
guna, manfaat teknologi tepat guna, kerangka berfikir.
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Gambaran umum penelitian membahas tentang informasi
dari objek penelitian yang meliputi gambaran umum
Posyantek, Visi dan Misi Posyantek, Demografi wilayah,
dan petunjuk pelaksanaan Posyantek Kecamatan Grogol
Petamburan.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
Mencakup hal-hal yang mengenai Aktivitas Rutin yang
meliputi: Proses dari proses partisipasi pemberdayaan
masyarakat dalam program posyantek di Kecamatan
Grogol Petamburan, faktor-faktor pendukung dan
22
penghambat partisipasi masyarakat dalam program
posyantek di Kacamatan Grogol Petamburan.
BAB V ANALISIS DATA
Analisis data adalah bentuk pengolahan data menjadi
informasi sehingga karakteristik data bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan. Analisis data
dalam penelitian ini membahas tentang sejauh mana
proses pencapaian yang dilakukan Posyantek Kecamatan
Grogol Petamburan dalam melaksanakan Program
Posyantek dengan pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan potensi masyarakat dalam meningkatkan
ekonomi.
BAB VI PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian penutup yang mencakup
hal-hal mengenai Saran serta Kesimpulan dari temuan
dan analisis penelitian yang didapatkan dalam program
posyantek di Kacamatan Grogol Petamburan JakartaBarat.
22
BAB II
TINJAUNAN TEORITIS
A. Definisi Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Pengertian partisipasi selalu bersinonim dengan peran serta.
Seorang ilmuan yang bernama Keith Davis mengemukakan
definisinya tentang partisipasi yang dikutip oleh R.A. Santoso
Sastropoetro sebagai berikut: “Partisipasi dapat didefinisikan
sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan
di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.”
(Santoso, 1998)
Menurut Gordon W. Allport mengenai partisipasi menyatakan
bahwa: “Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami
keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih dari pada
keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, dengan keterlibatan
dirinya berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.” (Santoso,
1998)
Dari uraian di atas bahwa partisipasi menyangkut keterlibatan
diri dan tidak semata-mata hanya keterlibatan fisik dalam
pekerjaan atau tugas saja, dan unsur dalam partisipasi tersebut di
dalam realitanya tidak akan terpisahkan satu sama lain, tetapi
akan saling menunjang. Dalam realitanya, terutama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, istilah
partisipasi ini sering dikaitkan dengan usaha di dalam mendukung
program pembangunan.
23
Midgley mengungkapkan bahwa partisipasi masyarakat
berkonotasi the directninvolvement of ordinary people in local
affairs. Partisipasi masyarakat berarti keterlibatan masyarakat
biasa dalam urusan-urusan setempat. Midgley kemudian
menegaskan bahwa partisipasi masyarakat disebut tercapai
apabila program yang diinginkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat itu sendiri setelah semua dukungan eksternal
berakhir. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan daerah
selanjutnya dapat dimengerti sebagai keterlibatan langsung
masyarakat secara sukarela dan mandiri, baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kebijakan daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah. (Muluk, 2007)
Partisipasi masyarakat jarang sekali memberi peluang bagi
warga untuk mengubah atau mempengaruhi keputusan badan
pemerintah. Menghadapi belum idealnya derajat partisipasi
masyarakat dalam pemerintah daerah, teori ladder of
empowerment dari Burns, Hambleton, & Hogget menyarankan
bahwa sebaik-baiknya penyelenggara pemerintah daerah
mengembangkan derajat partisipasi masyarakat dengan
menyediakan mekanisme yang lebih baik. Meskipun demikian,
pengembangan derajat partisipasi ini seharusnya menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi daerah setempat. Sintetis tangga
partisipasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan
situasi nyata di Indonesia. Sintetis ini dihasilkan dadri
mempertimbangkan adanya mekanisme partisipasi yang telah
berjalan, kebutuhan akan saluran partisipasi, serta mekanisme
yang memungkinkan dijalankan sesuai dengan kondisi Indonesia.
(Muluk, 2007)
24
Pengertian yang secara umum dapat ditangkap dari istilah
partisipasi adalah, keikutsertaan seseorang atau sekelompok
anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Pengertian seperti tu,
nampaknya selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh
beberapa kamus bahasa sosiologi.
Sebagai suatu kegiatan, Verhangen (1979) menyatakan
bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi
dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan,
tanggung jawab, dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan
komunikasi tersebut, dilandasi oleh adanya kesadaran yang
dimiliki oleh bersangkutan mengenai :
a) Kondisi yang tidak memuaskan, dan harus diperbaiki
b) Kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan manusia
atau masyarakatnya sendiri
c) Kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang
dapat dilakukan
d) Adanya kepercayaan diri, bahwa ia dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang
bersangkutan. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
Menurut Soetrisno bahwa secara umum, ada dua jenis
definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:
1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan
rakyat terhadap rencana/proyek yang dirancang dan
ditentukan tujuannya olehperencana. Ukuran tinggi
rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi inipun diukur
dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya
pembangunan,baik berupa uang maupun tenaga dalam
melaksanakan pembangunan.
25
2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama
yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan
rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya
dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya
pembangunan,tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat
untuk ikut menetukan arah dantujuan proyek yang akan
dibangun di wilayahnya. Ukuran lain yang dapat digunakan
adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri
melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. (
Soetrisno, 1995)
Menurut Adi, partisipasi masyarakat atau keterlibatan
warga dalam pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat) tahap,
yaitu:
1. Tahap Assesment
Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan
sumberdaya yang dimiliki. Untuk ini, masyarakat dilibatkan
secara aktif melihat permasalahan yang sedang terjadi,
sehingga hal tersebut merupakan pandangan mereka sendiri.
2. Tahap Alternative Program atau Kegiatan
Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya
dengan memikirkan beberapa alternatif program.
3. Tahap Pelaksanaan (Implementasi)
Program atau Kegiatan Dilakukan dengan melaksanakan
program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak
melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan.
26
4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, proses, dan hasil)
Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan
petugas terhadap program yang sedang berjalan. (Adisasmita,
2006)
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka
dalam penelitian ini definisi partisipasi masyarakat yang
dimaksudkan oleh peneliti, yakni keikutsertaan/keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan dengan memberikan
sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan
dilaksanakan, di mana dalam hal ini masyarakat berfungsi
sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan yang
mengetahui betul kondisi di daerahnya sendiri, sehingga
pembangunan yang nantinya dilaksanakan di daerah mereka
betul-betul seperti yang mereka butuhkan.
2. Bentuk-bentuk partisipasi
Dusseldorp, (1981) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk
kegiatan partisipasi oleh setiap warga masyarakat dapat berupa :
a. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat
b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok
c. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain
d. Menggerakkan sumberdaya masyarakat
e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan
f. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan
masyarakat.(Mardikanto & Soebianto, 2013)
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
yaitu sebagai berikut.
1) Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain.
27
2) Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan
memberi tanggapan terhadap informasi.
3) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk
pengambilan keputusan.
4) Partisipasi dalam pelaksanaan organisasional
pembangunan.
5) Partisipasi dalam menerima, memelihara dan
mengembangkan hasil pembangunan.
6) Partisipasi dalam menilai pembangunan (Ndraha, 1994)
3. Unsur-Unsur Partisipasi
Menurut Keith Davis di dalam pengertian partisipasi ini
terdapat tiga buah unsur yang penting sehingga memerlukan
perhatian yang khusus yaitu:
a. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau
hanya keterlibatan secara jasmaniah.
b. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan
kepada usaha mencapai tujuan kelompok.
c. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. (Santoso, 1998)
Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik
dengan keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja
akan tetapi menyangkut keterlibatan diri sehingga akan timbul
tanggung jawab dan sumbangan yang besar dan penuh terhadap
kelompok.
4. Faktor penghambat partisipasi
Menurut Nurdjati “rendahnya partisipasi masyarakat, menurut
beberapa ahli juga disebabkan karena keterbatasan kemampuan
yang mereka miliki, seperti kesempatan untuk mendapatkan
28
informasi dan rendahnya pendidikan”. Keterbatasan yang
dimaksud dapat berupa materi, tenaga, pengetahuan, kesadaran
dan lain-lain.
Hambatan partisipasi masyarakat terletak pada kesiapan
mereka untuk melakukan partisipasi sepenuhnya. Penyebabnya
adalah :
a. Kemiskinan atau keterbatasan waktu, dana dan tenaga untuk
menghadiri pertemuan serta memperhatikan lingkungan
b. Tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan guna
melestarikan kawasan cagar budaya
c. Lemahnya rasa kebeersamaan atau solideritas khususnya bagi
mereka yang baru tinggal di tempat baru
d. Tidak adanya antusiasme terhadap partisipasi masyarakat
karena adanya pengalaman-pengalaman mengecewakan di
masa lalu
e. Terdapat perbedaan kepentingan
f. Tidak adanya kesadaran bahwa masyarakat dan individu
mempunyai hak-hak untuk berpartisipasi
g. Minimnya transparasi. (Nurdjati, 2000)
Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat partisipasi
masyarakat yaitu disebabkan karena keterbatasan kemampuan
masyarakat yang mereka miliki, seperti kurangnya penambahan
pembekalan ilmu juga informasi-informasi yang jarang sampai
pada masyarakat sehingga kesempatan untuk beproses melalui
fasilitas yang ada tidak bisa diakses. Maka dari itu perlu adanya
perbaikan system yang baik pada pihak Daerah untuk
mengkontrol program-program masyarakat yang seharusnya
29
benar-benar sampai informasinya dan pelaksanaannya pada
masyarakat.
5. Faktor Pendorong/ pendukung Partisipasi
Ada tiga utama kenapa partisipasi masyarakat menjadi sangat
penting, menurut Conyers dalam Syerly :
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperbolehkan informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyekannya akan gagal.
b. Masyarakat akan mempercayai proyek pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya
karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek
tersebut.
c. Merupakan salah satu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan. (Syerly, 2003). Menurut Khairudin dalam Nurdjati
ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat
terjadi karena :
d. Rasa takut atau terpaksa dapat memotivasi masyarakat untuk
aktif berpartisipasi
e. Ikut-ikutan karena dorongan rasa solideritas yang tinggi antara
sesame anggota masyarakat.
f. Kesadaran, biasanya akan timbul dari dorongan interen
anggota masyarakat tersebut untuk berpartisipasi. (Nurdjati,
2000)
Mengambil kesimpulan diatas mengenai apa yang
menjadikan faktor pendorong partisispasi yakni lebih kepada
agar masyarakat dapat merasakan suatu proses pencapaian
30
program yang mana masyarakat ikut serta dan terlibat
didalamnya. faktor pendorong lain juga bisa karena timbulnya
kesadaran dari masyarakat karena tujuan dari partisipasi ini
untuk masyarakat lebih memahami dan mengetahui apa saa
kebutuhan yang diperlukan dalam pemberdayaan.
B. Tangga Partisipasi
Temuan yang berasal dari pandangan beragam stakeholder
pemerintahan daerah tentang partisipasi masyarakat ini telah memperkuat
teori ladder of empowerment dari Burns, Hambleton & Hogger bahwa
derajat partisipasi yang lebih tinggi merupakan derajat yang lebih ideal.
Tuntutan adanya derajat pada tingkatan citizen control dalam penentuan
kebijakan daerah dan implementasinya merupakan bukti kuat yang
mendukung teori ladder of empowerment.
Sintetis tangga partisipasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan dengan situasi nyata di Indonesia. Sintetis ini dihasilkan dari
mempertimbangkan adanya mekanisme partisipasi yang telah berjalan,
kebutuhan akan saluran partisipasi serta mekanisme yang memungkinkan
dijanlan sesuai dengan kondisi Indonesia. Selain itu, tangga partisipasi
yang baru seharusnya tetap menyediakan ruang bagi kemungkinan
munculnya mekanisme partisipasi yang tidak partisipatif atau yang
seolah-olah partisipat if. Hal ini diperlukan untuk mengingatkan berbagai
pihak terhadap kemungkinan terjadinya menipulasi partisipasi, yakni
seakan-akan terjadi partisipasi dalam proses kebijakan daerah sementara
sebenarnya masyarakat tidak sama sekali. Fungsi peringatan dan deteksi
dini terhadap paktik nonpartisipatif menjadi penting dalam tangga
partisipasi ini.
Sintetis tangga partisipasi memunculkan tangga partisipasi baru
dibandingkan dengan dua karya sebelumnya. Tangga partisipasi ini tentu
31
lebih sesuai dengan situasi nyata dalam pemerintahan daerah di Indonesia.
Dalam tangga partisipasi baru ini terdapat tiga jenjang partisipasi, yakni
nonpartisipasi, partisipasi, dan kendali warga. Tiga jenjang ini tentu sama
dengan apa yang juga telah dirumuskan, baik oleh Arnstein maupun
Burns,Humbleton, & Hogget.
Tabel tangga partisipasi
TANGGA
PARTISIPASI
MEKANISME PARTISIPASI
YANG DIMUNGKINKAN
Kendali
warga 6. Kendali warga
Referendum
Pemilu untuk anggota DPRD
Pilkada langsung
Partisipasi
Kuat 5. Delegasi
Badan otonom berbasis
fungsi atau tempat tinggal
Partisipasi
sedang 4. Kemitraan
Hak inisiaptif masyarakat
Rukin tetangga (RT
Rukun warga (RW)
Lembaga pemberdayaan
masyarakat kelurahan
(LPMK)
Partisipasi
sedang 3. Konsultasi
Dengar pendapat publik
Konsultasi public
Musyawarah perencanaan
pembangunan (musrenbang)
Kontak publik via media
massa
Jejak pendapat
Lobbying
Pratisipasi
lemah 2. Informasi
Piagam warga (`Citizen’s
Charter)
Situs internet (eGov)
Kunjungan kerja anggota
32
DPRD
Aktivitas massa Resses
Sidang paripurna terbuka
DPRD
Non
patisipasi 1. Manipulasi
Pengarahan massa
Distorsi informasi
Formalitas berbagai
mekanisme partisipasi
Sumber : (Muluk,2007)
Jenjang nonpartisipasi memiliki anak tangga tunggal, yakni
manipulasi sebagai anak tangga pertama dalam tangga partisipasi ini.
Pada intinya, anak tangga manipulasi mencerminkan kondisi mekanisme
partisipasi yang seakan-akan terjadi partisipasi dan ada kemuurahhatian
penyelenggara pemerintahan daerah untuk melibatkan masyarakat dalam
eberagam bentuknya. Manipulasi partisipasi juga dilakukan dengan
menyebarkan informasi yang bersifat distortif sehingga masyarakat tidak
memiliki informasi yang benar dan transparan dalam mengambil
keputusan partisipasi tertentu. Jika hal tersebut terjadi, hasil partisipasi
yang dilakukan oleh masyarakat tidak mencerminkan aspirasi nyata dari
masyarakat. Formalitas partisipasi dilakukan sekan-akan telah terjadi
partisipasi masyarakat guna memberikan legitimasi yang kuat terhadap
proses kebijakan tertentu.
Jenjang partisipasi memiliki empat anak tangga, yakni informasi,
konsultasi, kemitraan, dan delegasi. Anak tangga informasi sebagai anak
tangga kedua memiliki berbagai contoh mekanisme partisipasi, seperti
siding paripurna DPRD, situs internet pemerintah daerah, kunjungan kerja
anggota DPRD, masa reses dan citizen’s charter (piagam warga).
Berbagai mekanisme yang berada dalam anak tangga ini tidak
memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlihat dalam kebijakan
33
yang telah diambil. Mekanisme ini lebih sering berfungsi sebagai
sosialisasi kebijakan daerah. Oleh karena itu, anak tanffa informasi ini
tetap merupakan bagian dari jenjang partisipasi, meskipun sebenarnya
memiliki kadar partisipasi yang lemah dalam melibatkan masyarakat
dalam mempengaruhi proses kebijakan publik.
Anak tangga ketiga, konsultasi, konsultasi mempunyai berbagai
contoh mekanisme partisipasi seperti dengar pendapar public, konsultasi
public, musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang), kontrak
public via media massa. Keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan
kebijakan dapat berarti ada peluang untuk memengaruhi kebijakan dapat
berarti ada peluang untuk memengaruhi kebijakan sejak diawal proses.
Kedua, berbagai mekanisme partisipasi dalam anak tangga konsultasi juga
sudah mengandung unsur informasi terhadap agenda kebijakan. Akan
tetapi, anak tangga konsultasi ini tidak dapat ditempatkan pada posisi
lebih tinggi karena pada dasanya kewenangan masyarakat untuk
menentukan kebijakan selama proses kebijakan tetap tidak besar.
Anak tangga keempat yaitu kemitraan, memiliki mekanisme
partisipaso yang telah berjalan dengan baik, yakni LPMK, RT, RW. Akan
tetapi masih dimungkinkan adanya berbagai mekanisme partisipasi lain,
seperti hak inisiatif warga untuk mengajukan rancangan peraturan daerah.
Kemitraan layak ditempatkan diatas konsultasi karena memberikan
peluang partisipasi yang lebih nyata dam berarti bagi keterlibatan
masyarakat dalam pemerintah daerah. Akan tetapi, kemitraan tetap
memiliki keterbatasan tertentu yang ditunjukkan dari masih kuatnya
kewenangan penyelenggara pemerintahan daerah dalam mengendalikan
pemerintahan. Kendali kebijakan masih di tangan penyelenggara
pemerintahan daerah sehingga kendali actual tidak berada di tangan
masyarakat. Dalam banyak hal, fasilitasi pemerintah daerah masih
34
dominan dalam hubungan kemitraan ini. untuk itulah anak tangga ini
berada di bawah anak tangga dlelgasi dan kendali warga.
Anak tangga kelima adalah delegasi, yang berarti menyerahkan
sebagian porsi kewenangan kepada organisasi kemasyarkatan tertentu.
Mekanisme ini dapat menyusun kebijakna tertentu selakigus
menjalankannya dengan berpedoman pada kebijakan strategis yang dibuat
oleh pemrintah daerah atau DPRD. Oleh karena itu, delegasi tetap
merupakan bagian dari jenjang partisipasi (bahkan yang terkuat) dan
bukannya berada dalam jenjang kendali warga.
Anak tangga tertinggi adalah kendali warga yang bermakna ada
kekuasaan masyarakat untuk menentukan keputusan atau kebijakan
tertentu yang berlaku di daerah. Kendali warga dapat dijadikan acuan
sebagai preskripsi dari pemerintahan daerah pada khususnya dan
administrasi public pada umumnya.
Secara umum, tangga partisipasi ini dapat dijadikan acuan bagi
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan daerah.
Tangga ini lebih realistis daari sudut pandang keberadaan berbagai
mekanisme partisipasi yang sudah berjalan dan upaya peningkatannya
pada anak tangga partisipasi tertinggi. Ada jara yang relative dekat antara
tangga tertinggi yang telah dicapai secara nyata dengan anak tangga
tertinggi yang mugkin dapat diterapkan. Jika upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat berdasarkan pada ladder of empowerment dari
Burns, Hambleton & Hogget maka tahapan yang harus dicapai masih
terlalu jauh sehingga daoat mengurangi motivasi untuk mengembangkan
partisipasi masyarakat. (Muluk, 2007)
C. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan oleh
masyarakat dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk
35
memperbaiki kehidupannya yang berbasis kepada daya mereka
sendiri, melalui upaya optimasi daya serta peningkatan posisi tawar
yang dimiliki, dengan perkataan lain, pemberdayaan harus
menempatkan kekuatan masyarakat sebagai modal utama serta
menghindari “rekayasa” pihak luar yang seringkali mematikan
kemandirian masyarakat setempat. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
Di Amerikan Serikat juga telah lama dikembangkan filsafah 3-T:
teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan kepercayaan/
keyakinan). Artinya, pemberdayaan meruoakan kegiatan pendidikan
untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini,
dengan menerapkan setiap inivasi (informasi baru) yang telah diuji
kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan manfaat
(ekonomi maupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahterannya.
(Mardikanto & Soebianto, 2013)
Pemberdayaan secara konseptual membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka. (Tonny, 2014) Pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah
memapankan dan memandirikan masyarakat. (Rukminto, 2002)
Dalam memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang
36
dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah.
b. Memperkuat potensi dan daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih
positif, selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini
meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan
berbgai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
menjadi berdaya.
c. Memberdayakan mengandung arti pula melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah, oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan tidak seimbang, serta eksploitasi
yang kuat atas yang lemah. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
1. Jenis, Ragam, dan Metode Pemberdayaan Masyarakat
Selain metode percakapan, dialog, pertemuan, ceramah, diskusi
dan lain-lain, pada perkembangan terakhir banyak diterapkan
beragam metode pemberdayaan masyarakat “partisipatif” berupa:
a. RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA merupakan metode penilaian keadaan secara cepat, yang
dalam praktik, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang
luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat. Sebagai
suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik
yang terdiri dari:
1) Review atau telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan
pengamatan lapangan secara ringkas.
37
2) Observasi/pengamatan lapangan secara langsung.
3) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
4) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
5) Studi kasus, sejarah local, dan biografi.
6) Kecenderungan-kecenderungan.
7) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
8) Pembuatan laporan lapangan secara cepat. (Mardikanto &
Soebianto, 2013)
b. PRA (Partisipatory Rapid Appraisal)
PRA merupakan penyempurnaan dari RRA atau penilaian
keadaan secara partisipatif, berbeda dengan PRA yang dilakukan
oleh (sekelompok) tim yang terdiri dari “orang luar”, PRA yang
dilakukan lebih banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri
dari semua stakeholder (pemangku kepentingan kegiatan) dengan
difasilitasi oleh orang-luar yang lebih berfungsi sebagai “nara
sumber” atau fasilitator dibanding sebagai instruktur atau guru
yang “menggurui”. Melalui PRA, dilakukan kegiatan-kegiatan:
1) Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik
penilaian keadaan.
2) Analisis keadaan berupa keadaan masa lalu, sekarang dan
kecenderungan di masa depan, identifikasi perubahan yang
terjadi dan alasan-alasannya, identifikasi (akar) masalah atau
alternatif pemecahannya dan analisis strength, weakness,
opportunity, and threat (SWOT) terhadap semua alternative
pemecahan masalah.
3) Pemilihan alternative masalah yang paling layak dan dapat
diandalkan.
38
4) Rincian tentang stakeholder dan peran yang diharapkan dari
para pihak, serta jumlah atau sumber-sumber pembiayaan
yang dapat dilaksanakan untuk melaksanakan program yang
akan diusulkan/direkomendasikan. (Mardikanto & Soebianto,
2013)
c. FGD (Focus Group Discussion)
Sebagai suatu metode pengumpulan data, FGD merupakan
interaksi individu-individu (sekitar 10-30 orang) yang tidak saling
mengenal, oleh seorang pemandu moderator diarahkan untuk
mendiskusikan pemahaman dan pengalamannya tentang sesuatu
program atau kegiatan yang diikuti dan dicermatinya. Secara
keseluruhan FGD akan dilaksanakan mulai dari tingkat
kelompok, komunitas dan lokalitas. Lama diskusi sangat
tergantung dari peranan dan kemampuan moderator sehingga
timbul diskusi diantara partisipan.
Sebagai suatu metode pengumpulan data, FGD dirancang
dalam beberapa tahapan:
1) Perumusan kejelasan tujuan FGD, utamanya tentang isu-isu
pokok yang adan dipercakapkan, sesuai dengan tujuan
kegiatannya.
2) Persiapan pertanyaan-pertanyaan.
3) Identifikasi dan pemilihan partisipan yang terdiri dari
pemangku kepentingan dan nara-sumber yang kompeten.
4) Persiapan ruangan diskusi dan lain-lain.
5) Pelaksanaan diskusi.
6) Penulisan laporan. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
39
d. PLA (Partisipatory Learning and Action)
PLA merupakan salah satu bentuk tertentu dari penelitian
kualitatif digunakan untuk mendapat pemahaman yang mendalam
tentang situasi komunitas. PLA adalah suatu proses dimana
komunitas akan menganalisis situasi yang mereka hadapi dan
mengambil keputusan tentang bagaimana cara untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Selain itu PLA juga dikenal sebagai
metode dan pendekatan pembelajaran mengenai kondisi dan
kehidupan komunitas dari, dengan, dan untuk masyarakat sendiri.
Menurut konsepnya, PLA merupakan “payung” dari metode-
metode partisipasi berupa RRA, PRA, PAR dan PALM. PLA
merupakan bentuk baru dari metode pemberdayaan masyarakat
yang dahulu disebut “learning by doing” atau belajar sambil
bekerja. PLA merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang
terdiri dari proses belajar (melalui: ceramah, curah pendapat,
diskusi, dll). (Mardikanto & Soebianto, 2013)
e. SL atau Sekolah Lapangan
Sebagai metode pemberdayaan masyarakat, SL/FFS
merupakan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat pada hamparan tertentu, yang diawali
dengan membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian
diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman (sharing),
tentang alternative dan pemilihan cara-cara pemecahan masalah
yang paling efektif dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang
dimiliki. Sebagai suatu kegiatan belajar-bersama, SL/FFS
biasanya difasilitasi oleh nara-sumber yang berkompeten.
(Mardikanto & Soebianto, 2013)
40
f. Pelatihan Partisipatif
Sebagai proses pendidikan, kegiatan pemberdayaan
masyarakat banyak sekali dilakukan melakui pelaksanaan
pelatihan-pelatihan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat
dipandang sebagai suatu proses pendidikan non-formal atau
pendidikan luar-sekolah. Pemberdayaan masyarakat bukanlah
kegiatan bersifat mendadak, melainkan harus terencana atau lebih
direncanakan sebelumnya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat
harus mengacu pada kebutuhan yang sedang dirasakan penerima
manfaat, oleh karena itu penyelenggaraan harus dengan
penelusuran program pendidikan yang diperlukan atau (need
assessment). Untuk kemudian disusunlah program yang dalam
pendidikan formal disebut silabus dan kurikulum. (Mardikanto &
Soebianto, 2013)
D. Definisi Program
a. Jenis / Tipe Program
Program pelatihan adalah sebagai serangkaian kegiatan
dengan tujuan untuk meningkatkan pegetahuan, sikap dan
keterampilan. Pelaksanaan program-program tersebut dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta atas dasar kerjasama dengan pihak
pemerintah. Menurut Boyle (dalam Rejeki, 1998) mengemukakan
adanya tiga tipe program dalam pembangunan,khususnya pendidikan
luar sekolah. Tipe-tipe program itu adalah tipe program
developmental, tipe program institusional, dan tipe program
informasional.
1. Tipe program developmental ini mengidentifikasi masalah-
masalah pokok klien, masyarakat atau segmen masyarakat.
41
2. Tipe program institusional berfokus pada pengembangan dan
peningkatan kemampuan dasar seseorang.
3. Tipe program informasional ini berupa pertukaran informasi antara
pendidik atau perencana dan warga belajar.
a. Dalam makalahnya, Supriyono (dalam Tsuroyah, 2003)
menjelaskan bahwa :
Program developmental disebut juga program
pengembangan masyarakat, dimana tujuan utama program ini
adalah terpecahkanya masalah-masalah (social, ekonomi,
budaya, politik dan hankam) Program institusional disebut juga
program training atau pelatihan, yang bertujuan dikuasainya
seperangkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan atau
keterampilan) oleh khalayak sasaran, sedangkan, Program
informasional dapat disebut juga sebagai penyuluhan atau
publisitas bertujuan tersampaikannya seperagkat informasi-
informasi oleh khalayak sasaran yang telah terpilih
b. Sedangkan menurut Kadir (1991:103) ada tiga tipe program
pendidikan luar sekolah yang dapat dipilih.
Program informasional atau penyuluhan, yakni upaya
pendidikan yag bertujuan tersebarnya informasi-informasi baru
yang penting bagi masyarakat atau kelompok sosial untuk
peningkatan taraf hidup dan perbaika lingkungan. Informasi itu
adalah sebagai berikut:
1) Perundang-undangan, misalnya UU Perkawinan, UU
Perpajakan, UU Keormasan dan sebagainya,
2) Penemuan-penemuan baru, misalnya VUTW, teknologi tepat
guna dan sebagainya,
42
3) peraturan / keijaksanaan baru, misalnya wajib helm bagi
pengendara motor. Program institusional atau training, yakni
upaya pendidikan yang diberikan kepada perseoragan
dengan tujuan penguasaan kemampuan-kemampuan tertentu
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu di
lapangan kerja atau dimasyarakat.
Program ini adalah sebagai berikut :
a) Tindak lanjut dari program informasional misalnya
setelah mengikuti adanya teknologi baru mereka ingin
belajar mempergunakanya
b) pemberian keterampilan baru sama sekali, misalnya
keterampilan las, tukang kayu, komputer, MBO, dan
sebagainya. Program developmental, yakni upaya
pendidikan luar sekolah yang dimaksudkan untuk
membantu suatu masyarakat atau kelompok sosial dalam
mengenali dan memecahkan masalah yag mereka hadapi.
Bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut :
1) gotong-royong, penghijuan, bakti sosial, pengumpla
dana kemanusiaan,
2) pengorganisasian masyarakat, misalnya :
pembentukan koperasi, kepanitiaan, dan organisasi
social masyarakat.
Beberapa jenis program yang dilaksanakan untuk
pendidikan orang dewasa menurut Faisal (1981) adalah: (a)
pendidikan bekal bekerja (b) pendidikan jiwa-baru, (c)
pendidikan kader, dan (d) pendidikan yang bersifat rekreatif-
apresiatif dan kesegaran jasmani. (Efendi, 2017)
43
b. Tujuan Program
Tujuan pelaksanaan program pelatihan disesuaikan dengan program
yang dilaksanakan. Pada umumnya tujuan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf kemampuan pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup dan partisipasi
dalam pembangunan yang diselenggarakan (Abdulhak,1986). Tujuan
ini merupakan titik sentral atau kondisi yang akan dicapai dari
pelaksanaan program. Kejelasan tujuan membawa arah yag mudah
didalam pelaksanaan program, sehingga penentuan keseluruhan bagian
yang ada kaitannya dengan program dan pencapaian program akan
mudah dapat diselesaikan (Abdulhak, 1986) Menurut Abdulhak (1986)
tujuan program ini dapat ditinjau dari:
1) Tujuan jangka panjang
Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan pendidikan secara
utuh dan lengkap dari mulai tahapan awal sampai tahapan akhir atau
keseluruhan bahan belajar.
2) Tujuan jangka pendek
Merupakan tujuan-tujuan antara yang terdapat pada program
pendidikan yang mempunyai tujuan jangka panjang, sehingga tujuan
jangka pendek ini merupakan tahapan-tahapan yag perlu dilalui
dalam rangka mencapai tujuan akhir.
c. Sasaran Program
Peserta atau sasaran yang akan mengikuti pelatihan adalah
masyarakat umum, yang terdiri dari karyawan baru, karyawan lama
ataupun masyarakat umum.
1) Karyawan Baru, yaitu karyawan yang baru diterima bekerja pada
suatu lembaga. Mereka diberi pengembangan agar memahami,
terampil dan ahli dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga para
44
karyawan dapat bekerja lebih efisien danefektif pada jabatan atau
pekerjaannya. Pengembangan karyawan baru perlu dilaksanakan
agar teori dasar yang telah mereka kuasai dapat
diimplementasikansecara baik dalam pekerjaannya.
2) Karyawan lama, yaitu karyawan lama yang oleh lembaga
ditugaskan untuk mengikuti pengembangan, seperti pada Balai
Latihan Kerja. Pengembangan karyawa lama dilaksanakan karena
tuntutan pekerjaan, jabatan, perluasan lembaga, pembaruan metode
kerja, serta persiapan untuk promosi.
Menurut Sismanto (1984) sasaran pendidikan luar sekolah adalah:
a) Sasaran umum, meliputi populasi individu organisasi, populasi
jenis kelamin, profesi dan lain-lain, populasi senasib, serta
kelompok-kelompok non edukatif dan lain-lain. Sasaran diatas
apabila dijabarkan lebih luas lagi adalah sebagai berikut; buta
huruf, pengangguran, orang-orang yang “terdesak”, orang-orang
yang terpencil dan dipencilkan, orang-orang yang putus belajar,
orang-orang yang drop out, orang-orang yag tidak sempat
mengenyam pendidikan formal, orang-orang yang ingin belajar
tetapi tidak punya sarana, orang yang tidak mengerti akan
kebutuhannya, sehingga untuk mengerti perlu diberi petunjuk dan
diberi kompas, orang-orang yang kualitas hidupnya masih rendah,
pengusaha-pengusaha lemah, orang-orang yang miskin, orang-
orang yag terjagkit penyakit jorok, dan lain-lain.
b) Sasaran Khusus, prioritas yang diutamakan adalah kelompok
sasaran yang tinggal di wilayah terpencil, orang-orang buta huruf,
kelompok berpenghasilan rendah, orang terdesak.
45
Ada beberapa klasifikasi yang dapat diguanakan untuk
menentuka sasaran, sebagaimana dinyatakan Faisal (19981:84)
bahwa dasar-dasar klasifikasi yang dimasksud, seperti: usia, jenis
kelamin, lingkungan tempat tinggal, latar belakang pekerjaan,latar
belakang pendidikan yag dicapai, dan latar belakang kelainan
sosial. Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Usia : anak-anak, usia pemuda / remaja, dan usia orang dewasa.
2. Jenis Kelamin : laki-laki dan wanita
3. Lingkungan tempat tinggal : perkotaan, pinggiran kota, dan
pedesaan-pedalaman.
4. Latar belakang pekerjaan : warga masyarakat yang belum
memasuki lapangan kerja, dan warga masyarakat yang telah
berkecimpung di dalam dunia kerjanya masingmasing.
5. Latar belakang pendidikan : buta huruf atau tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan formal, sudah mampu
baca tulis, akan tetapi belum memadai tingkat pengetahuannya,
tingkat pengetahuan dan kemampuan sudah relatife memadai,
dan memiliki tingkat pendidikan formal setingkat perguruan
tinggi.
6. Latar belakang kelainan sosial, warga masyarakat yang normal
tapi terlantar, warga masyarakat yang mengalami
penyimpangan sosial non-politik dan warga masyarakat yang
menjadi tahanan politik.
d. Metode
Pelaksanaan pendidikan dan pengembangan karyawan harus
didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam
program pengembangan perusahaan (Hasibuan, 2001:76). Metode
46
harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada
berbagai faktor yaitu biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar
peserta, latar belakang peserta dan lain-lain. Ada beberapa
alternatife metode pengembangan pendidikan dan latihan yang
dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan proses belajar
yang akkan diselenggarakan, yaitu, model komunikasi eksposotis,
model komunikasi diskoverim teknik komunikasi kelompok kecil,
pembelajaran berprogram, pelatihan dalam industry, teknik simulasi
dan metode studi kasus.
e. Media
Menurut Hamalik dalam Soetrisno dan Sayuti (1984:39) “ media
pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.
f. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan secara teratur dan terus menerus, bukan
hanya pada akhir kegiatan pembelajaran. “ Apabila evaluasi hanya
dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran (catur wulan) maka ada
kecenderungan peserta didikpun hanya akan belajar pada waktu
menjelang akhir kegiatan pembelajaran itu, dan ini akan
mempengaruhi mutu hasil belajar “ (Sihombing, 2001). “ Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang menunukkan bahwa bentuk dan
frekuensi evaluasi yang dilakukan mempengaruhi tingkah laku
belajar peserta didik dan mutu hasil belajar (Sihombing, 2001)
Evaluasi atau biasa juga disebut penilaian pada dasarnya adalah
“mengukur perubahan tingkah laku yang telah terjadi” (Zainudin,
1986). Evaluasi atau penilaian dilakukan terhadap seluruh atau
sebagian komponen dan pelaksanaan pelatihan otomotif. Menurut
47
Sudjana (1992) “evaluasi dapat diselenggarakan secara terus
menerus, berkala, dan sewaktu-waktu pada saar sebelum, sedang,
atau setelah suatu program pendidikan dilaksanakan”.
Suatu pelatihan diadakan untuk memenuhi kebutuhan suatu
organisasi. Pada prinsipnya suatu pelatihan diadakan karena
kebutuhan tertentu dari pada organisasi, dan bukan karena keinginan
pribadi seorang pemimpin atau karena adanya sisa anggaran atau
karena kelatahan dimana lembaga lain mengadakannya. Bias saja
suatu pelatihan diadakan dengan suatu tujuan yang masih kabur,
misalnya karena meyakini bahwa bagaimanapun bentuk latihannya
kalau oarang dilatih pasti ada gunanya karena latihan membuat orang
lebih pandai.
E. Definisi Teknologi
a. Pengertian Teknologi
Teknologi adalah hasil buatan dan binaan manusia, teknologi
merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
mental manusia. Karena teknologi adalah suatu hal yang hrus
diterapkan apabila kita ingin mengambil manfaatnya, biasanya
perwujudannya berbentuk suatu kombinasi perangkat keras dan
perangkat lunak dengan proposi relative yang berbeda-beda.
(Toelihere dkk, 1985)
Selanjutnya menurut Baiquini dalam (Mardikanto, 2012)
mengatakan Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
merupakan himpunan rasionalitas insani untuk memanfaatkan
lingkungan dan mengendalikan gejala-gejala didalam proses
produktif yang ekonomis maupun nonekonomis.
48
B. Teknologi tepat guna
TTG adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak
merusak lingkungan, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi
dan aspek lingkungan hidup. (Impres No. 3 Tahun 2001)
Gede Raka dalam (Suwahyo, 2000) mengatakan bahwa jika
teknologi dikaitkan dengan istilah tepat guna, hal ini menunjukkan
sebagai suatu upaya seleksi dan usaha-usaha pemanfaatannya agar
sesuai dengan kepentingan pembangunan pedesaan. Dengan
demikian secara operasional teknologi tepat guna bukan hanya
berarti pada alat atau perankat keras sarana produksi, melainkan
lebih dari itu. Disini mencakup perangkat lunak dan pengetahuan
pengetahuan lain yang menunjang dapat dikembangkan di desa.
Selanjutnya dalam (Slamet, 1994), Teknologi Tepat Guna atau
yang disingkat dengan teknologi tepat guna adalah teknologi yang
digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya
teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan
secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat tertentu menurut Kamaludin (1983) dalam (Soetomo,
2009) pengertian teknologi tepat dirumuskan melalui dua hal
penting. Pertama, secara bagaimana teknologi dikembangkan,
diarahkan dan dikendalikan untuk menunjang kesejahteraan 46
hidup manusia. Kedua, secara bagaimana teknologi itu digunakan
dalam penggalian dan pengembangan kekayaan alam yang
membawa manfaat bagi manusia secara terus menerus dengan
mengamankan lingkungan hidup bagi generasi yang akan datang.
49
C. Ciri-ciri teknologi tepat guna
Dapat dikemukakan ciri-ciri yang mencakup menggambarkan
teknologi tepat guna adalah sebagai berikut :
a. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi
tulang punggung pertanian, industri, pengubah energy,
transportasi, kesehatan dan kesejahteraanmasyarakat disuatu
tempat,
b. Biaya investasi cukup rendah/ relative murah,
c. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan
didukung oleh keterampilan setempat
d. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya
e. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat temasuk
sumber alam, energy, bahan secara lebih baik dan optimal
f. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan
kepada pihak luar (self-realiance motivated) ( Aini, 1996)
Terdapat banyak alasan yang dapat di kemukakan untuk
menjelaskan mengapa perlunya mengembangkan teknologi tepat
guna di Negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa
diantaranya adalah :
1) Teknologi tepat guna lebih sederhana dan lwbih mudah
dipahami oleh masyarakat yang mempunyai kualitas
keterampilan dan teknologi yang bisa dikembangkan menjadi
sesuatu yang bermanfaat dan bernilai
2) Alat-alat yang relative bisa dibuat sendiri atau bisa dengan
mudah ditemui, juga harganya yang cukup murah di kalangan
masyarakat
3) Teknologi itu besifat keterampilan juga bersifat karya
sehingga membuka peluang kesempatan kerja yang lebih luas
50
untuk bisa mengatasi tingkat pengangguran yang menjolak
tinggi
4) Teknologi tepat guna juga menimbulkan kepekaan social
sehingga masyarakat tidak hanya peduli pada dirinya sendiri
tetapi bahu-membahu membantu sesame dengan
mengandalkan keterampilan yang akan membuahkan hasil
karya yang bernilai dan yang paliing penting bermanfaat
untuk lingkungan sekitar.
D. Manfaat teknologi tepat guna
Teknologi tepat guna bermanfaat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhannya,
pemecahan masalahnya dan penambahan hasil produksi yang makin
meningkatdari biasanya. Teknologi tersebut relatif mudah dipahami
mekanismenya. Mudah dipelihara dan mudah diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Masuknya teknologi baru tidak akan
membebani masyarakat baik mental (ketidakmampuan skill) maupun
materil (dapat menimbulkan beban biaya yang tidak mampu dipenuhi
masyarakat). (Aini, 1996)
Kebijakan pemanfaatan TTG dalam bentukan regulasi telah
diatur dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Otonomi Daerah No.4
tahun 2001 tentang penerapan TTG, disebutkan bahwa TTG
dimanfaatkan untuk : (a) Meningkatkan kemampuan pengetahuan
dan keterampilan masayarakat dalam menggunakan TTGuntuk
peningkatan kapasitas dan mutu produksi. (b) Meningkatkan
pelayanan informasi dan membantu masyarakat untuk mendapatkan
TTG yang dibutuhkan.(c) meningkatkan nilai tambah bagi kegiatan
ekonomi masyarakat. (d) meningkatkan daya saing produk unggulan
daerah.
51
F. Kerangka berfikir
Posyantek adalah lembaga kemasyarakatan ditingkat kecamatan yang
memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis
TTG. Wartek adalah warung teknologi tepat guna yang berkedudukan di
tingkat desa atau kelurahan yang memberikan pelayanan teknis,
informasi dan orientasiberbagai jenis TTG. TTG adalah Teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menjawab permasaalahan
masyarakat serta tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan
masyarakat secara mudah dan dapat menambah aspek ekonomi dan
aspek lingkungan. (Eko, 2015)
Pentingnya partisipasi masyarakat merupakan salah satu hal yang
krusial dan mutlak diperlukan dalam rangka pembangunan.
Pembangunan kini telah menempatkan manusia atau masyarakat sebagai
sentral dalam pembangunan yang tidak hanya memandang masyarakat
sebagai objek yang dibangun tetapi sebagai subjek dari pembangunan itu
sendiri. Begitu juga dengan posyantek yang sudah ada dalam program
Pemprov DKI Jakarta, masyarakat harus berperan aktif dalam
menjalankan program tersebut yang didalamnya terdapat berbagai
macam pemanfaatan teknologi tepat guna sebagai alat untuk memuahkan
hasil dari pemanfaatan lingkungan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Conyers (1982) terdapat tiga alasan utama mengapa partisipasi
masyarakat menjadi sangat penting, yaitu 1) partisipasi masyarakat
merupakan suatu alat ukur untuk memperoleh informasi mengenai
kondisi, dan kebutuhan masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, yaitu
bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui perihal proyek
52
tersebut. Ketiga, adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
itu sendiri (Supriatna, 2000).
1. Bentuk partisipasi di masing-masing tahapan
Indikator dalam rangka mengukur dimensi keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan khususnya dalam perencanaan program
pembangunan dapat dilihat melalui 5 indikator sebagai berikut, 1)
keterlibatan dalam rappat atau musyawarah, 2) kesediaan dalam
memberikan data dan informasi, 3) keterlibatan dalam penyusunan
rancangan rencana pembangunan, 4) keterlibatan dalam penentuan
skala prioritas kebutuhan, 5) keterlibatan dalam pengambilan
keputusan.
2. Tahapan-tahapan pemberdayaan :
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui agar program
pemberdayaan berjalan sebagaimana mestinya, yaitu:
a. Tahap Persiapan (Persiapan petugas dan persiapan lapangan)
b. Tahap Pengkajian Assesment (Mengidentifikasi masalah dan juga
sumber daya yang dimiliki klien)
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Memahami masalah dan berfikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana cara mengatasinya)
d. Tahap Performulasian Rencana Aksi (Merumuskan dan
menentukan program dan kegiatan apa yang mereka lakukan
guna mengatasi masalah yang ada.
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Tahap yang paling
penting karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik
akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak
ada kerjasama antara petugas dengan warga masyarakat)
53
f. Tahap Evaluasi (pendamping agar dapat menetapkan apakah
warga berhak atau kesiapan dan mampu untuk melanjutkan
kegiatan program)
g. Tahap Terminasi (Pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran). (Rukminto, 2002)
3. Tangga partisipasi di masing-masing tahapan
Derajat tertinggi dari tangga partisipasi adalah ‘kendali
warga’ yang memberikan peluang keterlibatan lebih kuat dalam
pembuatan kebijakan. Warga ambil bagian secara langsung baik
dalam pengambilan keputusan maupun pelayanan publik. Derajat
ini menunjukkan adanya redistribusi kekuasaan dari pemerintah
kepada masyarakat. Dengan adanya anak tangga ini, suatu daerah
dapat mengevaluasi atau bahkan mengembangkan tingkat
pemberdayaan warganya sesuai situasi yang ada, serta dapat
mengontrol diposisi mana tingkat partisipasi masyarakat
didaerahnya berada. Tangga partisipasi juga berguna untuk
merangsang pemikiran yang lebih jelas tentang hakikat
pemberdayaan. Siapapun dapat mengurangi atau menambah jumlah
anak tangga partisipasi, tergantung kepada situasinya. (Muluk,
2007)
4. Faktor pendukung partisipasi masyarakat
Mengambil kesimpulan diatas mengenai apa yang menjadikan
faktor pendorong/ pendukung partisispasi yakni lebih kepada agar
masyarakat dapat merasakan suatu proses pencapaian program yang
mana masyarakat ikut serta dan terlibat didalamnya. faktor
pendorong lain juga bisa karena timbulnya kesadaran dari
masyarakat karena tujuan dari partisipasi ini untuk masyarakat lebih
memahami dan mengetahui apa saja kebutuhan yang diperlukan
54
dalam pemberdayaan. Faktor pendukung partisipasi masyarkat juga
terletak pada kejelasan program yang di berikan kepada masyarakat,
semakin jelas arah dan tujuannya semakin terciptanya partisipasi
masyarakat yang diinginkan.
5. Faktor penghambat partisipasi masyarakat
Faktor penghambat partisipasi masyarakat yaitu disebabkan
karena keterbatasan kemampuan masyarakat yang mereka miliki,
seperti kurangnya penambahan pembekalan ilmu juga informasi-
informasi yang jarang sampai pada masyarakat sehingga
kesempatan untuk beproses melalui fasilitas yang ada tidak bisa
diakses. Maka dari itu perlu adanya perbaikan system yang baik
pada pihak Daerah untuk mengkontrol program-program
masyarakat yang seharusnya benar-benar sampai informasinya dan
pelaksanaannya pada masyarakat.
55
Kerangka berfikir
Sumber: Data Kerangka Berfikir
Partisipasi Masyarakat dalam program pos pelayanan teknologi tepat
guna (Posyantek) di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Tahapan pemberdayaan :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengkajian (Assensment)
3. Tahap perencanaan
4. Tahap perfomulasi rencana aksi
5. Tahap pelaksanaan program/
kegiatan
6. Tahap evaluasi / tahap
kelembagaan
7. Tahap terminasi
Tangga Partisipasi :
1. Manipulasi (non partisipasi)
2. Informasi (partisipasi lemah)
3. Konsultasi (parisipasi sedang)
4. Kemitraan (partisipasi sedang)
5. Delegasi (partisipasi kuat)
6. Kendali warga (kendali warga)
Faktor
pendukung Faktor
penghambat
56
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat
1. Geografi
Bengkel Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
bertempat di Jl.Tomang Tinggi 17 A RT.011 RW. 07 Kelurahan Tomang
Kecamatan Grogol Petamburan- Jakarta Barat 11440. Kategori wilayah
Jakarta Barat terdiri dari Letak Jakarta Barat 106o22’42’’ BT/EL - 106 o
58’18’’ BT/EL, 5 o19’12’’ LS/SL - 6 o23’54’’ LS/SL, Luas Wilayah
129,54 km², Letak di atas Permukaan Laut/ 7 M dpl/M asl. Beriklim Panas
dengan curah hujan rata-rata 1.154 mm. Jumlah Kecamatan 8 Kecamatan.
(BPS, 2019)
Posisi yang melengkapi wilayah ini dengan batas-batas:
a. (Utara) Jakarta Utara (Kecamatan Penjaringan)
b. (Timur) Jakarta Pusat (Kecamatan Gambir)
c. (Selatan) Jakarta Selatan dan Propinsi Banten (Kota Tangerang)
d. (Barat) Propinsi Banten (Kota Tangerang).
57
2. Demografi
Secara administratif wilayah Jakarta Barat dibagi menjadi 8
Kecamatan dan 56 kelurahan dengan kode pos 11710 hingga 11850.
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Barat.
Diantaranya Kecamatan Cengkareng, Kalideres, Grogol Petamburan,
Kembangan, Taman sari, Tambora, Kebon Jeruk dan Palmerah.
B. Profil Posyantek
1. Sejarah Posyantek
Posyantek (Pos Pelayanan Teknolgi tepat guna) peraturan
Gubernur daerah khusus ibu kota Jkarta No. 155 Tahun 2015
tentang perubahan atas pergub 88 tahun 2011 tentang
pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG.
Sebagaimana diketahui bahwa teknologi merupakan salah satu
faktor pendorong perubahan, baik perubahan di bidang ekonomi
maupun sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, alih teknologi
ke masyarakat dalam rangka percepatan pembangunan masyarakat
memiliki peran penting. Selama ini proses alih teknologi ke
masyarakat berjalan mengikuti mekanisme pasar. Artinya, alih
teknologi terjadi karena ada kebutuhan atau permintaan.
Mengingat faktor-faktor tertentu, seperti kesenjangan akses
informasi, keterbatasan modal, dan kendala geografi, maka dalam
proses alih teknologi khususnya Teknologi Tepat Guna (TTG)
kepada masyarakat diperlukan campur tangan pemerintah untuk
akselerasinya/percepatannya.
Dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap TTG,
melalui Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
58
dan Transmigrasi Nomor 23 Tahun 2017 tentang Pengembangan
dan Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi memberikan pedoman kepada
Gubernur, Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk :
a. melaksanakan operasionalisasi Posyantek Desa dan Posyantek;
b. memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan Posyantek desa dan
Posyantek, serta meningkatkan dan memantapkan koordinasi
keterpaduan pelaksanaannya dengan dinas/instansi terkait yang
ada di daerah;
c. menetapkan pola pembinaannya;
d. mengalokasikan dana/anggaran yang bersumber dari APBD
Provinsi dan Kabupaten/Kota, dana desa serta dana lainnya
yang sah dan tidak mengikat untuk pengembangan posyentek
desa dan posyantek; dan
e. melaporkan hasil pelaksanaannya.
Oleh karena itu dalam rangka pembinaan dan pengembangan
Posyantek Desa dan Posyantek, Direktorat Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa-Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi menyusun Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan
Posyantek Desa dan Posyantek.
Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna selanjutnya disebut
Posyantek adalah lembaga pelayanan TTG antar desa yang
berkedudukan di kecamatan yang memberikan pelayanan teknis,
informasi dan orientasi berbagai jenis TTG.
59
2. Visi dan misi Posyantek
a. Visi
Maksud pembentukan dan pengembangan Posyantek dan
Posyantek desa adalah untuk mempercepat alih teknologi dan
pemanfaatan TTG oleh masyarakat terutama di perdesaan.
b. Misi
Tujuan pembentukan dan pengembangan Posyantek dan
Posyantek desa adalah sebagai berikut :
1) Menjembatani masyarakat pemanfaat/pengguna TTG dengan
sumber TTG;
2) Memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan teknis, pelayanan informasi dan
promosi berbagai jenis TTG kepada masyarakat; dan
3) Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan dan penerapan TTG.
Gambar 1. Bagan Alur Tujuan Posyantek desa /Posyantek.
60
c. Dasar Hukum
1) Intruksi Presiden Nomor 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan
Pembangunan Teknologi Tepat Guna
2) Dalam Negeri No. 20 Tahun 2010 tentang pemberdayaan
Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 1992 tentang
Pemasyarakatan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di
Pedesaan.
4) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2001 tentang
Penerapan Teknologi Tepat Guna.
5) Intruksi Gubernur Nomor 16 tahun 2007 tentang Pembentukan
Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (POSYANTEK)
Kecamatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
6) Peraturan Gubernur Nomor 88 tahun 2011 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.
7) Keputusan Walikota Jakarta Barat No. 1118/2012 tentang
pengurus posyantek kecamatan
3. Pembentukkan Pos Pelayanan teknologi tepat guna (Posyantek)
Pembentukan Posyantek desa dilakukan dalam musyawarah
desa, sedangkan pembentukan Posyantek dilakukan pada
musyawarah antar desa dengan tahapan sebagai berikut:.
a. Gagasan awal pendirian Posyantek desa/Posyantek didasarkan
pada kebutuhan masyarakat akan suatu teknologi yang dapat
mendorong kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
serta harus dibahas di dalam rembug/musyawarah desa.
b. Pemerintah Desa dan masyarakat bersepakat mendirikan
Posyantek desa/Posyantek.
61
c. Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan dalam menyiapkan
pendirian Posyantek desa/Posyantek meliputi:
1) Melakukan penjaringan calon dan memilih pengurus
posyantek desa/posyantek yang didasarkan atas kesadaran
sendiri/sukarela, kemauan/kesediaan dalam memfasilitasi alih
teknologi, serta memiliki dedikasi untuk pemberdayaan
masayarakat dan kemajuan desa;
2) Menyusun Anggaran Dasar – Anggaran Rumah Tangga (AD-
ART) :
a) Arti Anggaran Dasar – Anggaran Rumah Tangga dan
fungsinya. AD-ART adalah aturan tertulis organisasi yang
dibuat dan disepakati bersama oleh seluruh anggota yang
berfungsi sebagai pedoman organisasi dalam mengambil
kebijakan serta menjalankan aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Sifat dari
AD-ART adalah mengikat bagi setiap komponen
organisasi dan bersifat melindungi kepentingan bersama.
b) Perbedaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(1) Anggaran Dasar
Anggaran Dasar (AD) adalah peraturan tertulis
memuat dan terdiri dari aturan-aturan pokok saja
dalam organisasi yang berfungsi sebagai pedoman dan
kebijakan untuk mencapai tujuan serta menyusun
aturan-aturan lain. Biasanya disusun sebelum
kepengurusan terbentuk.
(2) Anggaran Rumah Tangga (ART)
Anggaran Rumah Tangga adalah aturan tertulis,
sebagai bentuk operasional yang lebih terinci dari
62
aturan-aturan pokok dalam Anggaran Dasar (AD)
dalam melaksanakan tata kegiatan organisasi.
Biasanya disusun setelah pengelola terbentuk, dan
disyahkan melalui rapat anggota
4. Pengesahan/Legalisasi
Untuk mendapatkan pengakuan secara permanen, posyantek
desa/posyantek selanjutnya mengajukan pengesahan kepada :
a. Posyantek desa mengajukan penetapan pengurus kepada
Kepala Desa.
b. Posyantek mengajukan penetapan pengurus kepada
Bupati/Walikota.
c. Selanjutnya Posyantek desa/Posyantek dapat mengajukan
legalisasi badan hukum ke notaris atau mengajukan Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) ke Organisasi Perangkat Daerah
yang menangani bidang politik dalam negeri di
Kabupaten/Kota untuk memperoleh pengesahan.
5. Struktur Organisasi Posyantek
Dengan mengacu pada struktur organisasi Posyantek desa atau
Posyantek, maka kepengurusan Posyantek desa atau Posyantek sebagai
berikut:
63
a. Pengurus Posyantek desa atau Posyantek dipilih berdasarkan
hasil musyawarah desa yang dihadiri para inovator TTG,
pelaku/pemanfaat TTG, penggiat TTG dan tokoh masyarakat
di desa atau antar desa yang secara sukarela/swadaya
membentuk lembaga pelayanan TTG;
b. Jumlah dan susunan pengurus posyantek desa atau
posyantek sebagaimana dimaksud pada poin (1) paling
sedikit berjumlah 5 (lima) orang terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, seksi pengembangan dan seksi pelayanan atau
disesuaikan dengan kebutuhan;
c. Penetapan pengurus Posyantek desa ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa;
d. Penetapan pengurus Posyantek ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota;
e. Pengurus Posyantek desa atau Posyantek harus memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Mewakili unsur masyarakat;
2) Bukan dari kalangan PNS dilingkup Organisasi
Pemerintah Daerah (OPD), atau aparatur pemerintah desa
setempat;
3) Bukan partisipan, anggota/pengurus organisasi
pendukung (sayap), anggota atau pengurus partai politik
tertentu;
4) Memahami adat istiadat masyarakat setempat;
5) Berdomisili di desa atau kecamatan lokasi Posyantek atau
Posyantek desa setempat;Peduli terhadap masyarakat
sekitarnya dalam mendayagunakan TTG;
6) Aktif, kreatif dan inovatif
64
7) Memiliki kemampuan manajerial;
8) Memiliki jiwa/spirit pengabdian dan pemberdayaan
masyarakat yang baik;
9) Memiliki motivasi untuk mengembangkan TTG;
10) Memiliki kemampuan berkomunikasi secara baik dengan
masyarakat setempat;
11) Berpengalaman dalam mengelola dana dari berbagai
sumber;
12) Memiliki sifat jujur, disiplin, tidak tercela, rendah hati
dan sabar; serta
13) Berpengalaman dalam menjalin kerjasama dan kemitraan
dengan lembaga terkait.
6. Petunjuk pelaksanaan
1. Jenis Kegiatan
Dengan mengacu pada tugas Posyantek desa atau Posyantek,
maka kegiatan yang dapat dilakukan Posyantek desa atau
Posyantek meliputi inventarisasi TTG, pelayanan informasi TTG,
kursus/pelatihan TTG, peragaan TTG, pendampingan pemanfaatan
dan pengembangan TTG. Adapun rincian kegiatannya adalah
sebagai berikut:
a. Inventarisasi TTG
Kegiatan ini bertujuan agar Posyantek desa atau
Posyantek memiliki informasi/data yang terkait dengan
sumber daya alam, jenis-jenis TTG yang telah
ada/dimanfaatkan masyarakat (TTG eksisting) dan jenis-jenis
kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai bahan acuan untuk
memberikan pelayanan informasi/teknis TTG kepada
masyarakat. TTG yang diinventarisasi dapat berasal dari
65
dalam dan luar desa/daerah tersebut, yang meliputi bidang
pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan, kehutanan,
industry pengolahan, infrastruktur/sipil bangunan, dan lain
sebagainya.
b. Pelayanan informasi TTG
Pelayanan informasi TTG dilakukan melalui penyuluhan,
pemberian informasi langsung kepada masyarakat yang
datang ke Posyantek desa/Posyantek, pembuatan leaflet,
brosur, spanduk, iklan layanan masyarakat melalui radio, dan
sejenisnya. Juga dapat disediakan informasi pasar TTG yang
merupakan layanan informasi pemasaran, harga, permintaan
dan penawaran TTG dan hasil produk TTG yang diproduksi
masyarakat. Layanan ini dapat dibuka setiap hari atau
dijadwalkan secara teratur.
c. Kursus/ Pelatihan TTG
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG. Materi, waktu,
frekuensi dan peserta kursus/pelatihan didasarkan pada
kebutuhan masyarakat di wilayah desa/kecamatan setempat.
Kegiatan ini dijadwalkan secara teratur dengan
memperhatikan kebutuhan teknologi oleh masyarakat
d. Peragaan TTG
Keputusan untuk menggunakan suatu jenis TTG perlu
adanya bukti dan atau fakta empirik. Oleh karena itu, dalam
rangka mensosialisasikan suatu jenis TTG kepada masyarakat
diperlukan peragaan TTG. Peragaan TTG dapat dilakukan
melalui:
66
1) Pameran TTG di tingkat kecamatan pada kesempatan
tertentu, seperti pada peringatan 17 Agustus, kebangkitan
nasional, dan sejenisnya;
2) Demonstrasi penggunaan TTG di beberapa
desa/kelurahan. Dalam rangka peragaan TTG, Posyantek
desa/Posyantek dapat bekerjasama dengan pihak
pembuat/pencipta TTG.
e. Pendampingan Pemanfaatan TTG
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses alih
teknologi kepada masyarakat (pemanfaat TTG) dalam rangka
pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya lokal di
daerah. Sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas
dalam proses produksi barang maupun jasa, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkan serta menumbuh kembangkangkan kewirausahaan
dan industry mikro kecil di desa-desa.
f. Pengembangan TTG
Kegiatan ini dilakukan melalui kajian dan perekayasaan
TTG, yang dapat dilakukan secara mandiri maupun menjalin
kerjasama dengan swasta, lembaga penelitian dan
pengembangan pemerintah/pemda, perguruan tinggi/sekolah
kejuruan, bengkel rekayasa teknologi, dan sejenisnya.
Sedangkan dalam rangka mendorong karsa dan cipta
masyarakat dalam pengembangan TTG, Posyantek dapat
menyelenggarakan lomba cipta TTG kerjasama dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga.
2. Kegiatan Usaha Produktif yang dilakukan oleh Posyantek
a. Kelurahan Grogol : Daur ulang limbah kain perca
67
b. Kelurahan Jelambar : Budidaya tanaman hias, composting
c. Kelurahan Jelambar Baru : Pengolahan sampah dengan
komposter
d. Kelurahan Wijaya Kusuma : Pengolahan sampah, daur ulang
limbah kain perca. Bank sampah
e. Kelurahan Tomang : Tespor/ Biogas sampah organic, daur
ulang limbah Styrofoam dan Koran. Bank sampah
f. Kelurahan Tanjung Duren Utara : Sulam Pita, kerajinan
manik-manik
g. Kelurahan Tanjung duren Selatan : Pisang goreng masu, daur
ulang limbah kain perca.
3. Rancangan Kerja
a. Sosialisasi TTG
b. Pemutakhiran data pemanfaat TTG
c. Pemetaan TTG
d. Peningkatan Pembinaan Pengurus, Wartek, dan masyarakat
dalam pengolahan sampah rumah tangga.
e. Peningkatan koordinasi antar pengurus Posyantek dengan
Wartek
f. Peningkatan koordinasi dan hubungan kerja dengan
organisasi Pemerintah dan Swasta serta Komunitas
lingkungan.
g. Pengembangan informasi dan komunikasi internal dan
eksternal melalui media internet online dengan PKK,
KARANG TARUNA, LMK, RW/RT dan Lembaga terkait.
68
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A. Temuan Penelitian
Dalam temuan ini peneliti membahas tentang partisipasi
masyarakat dalam program pos pelayanan teknologi tepat guna
(Posyantek) di Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat.
Penelitian ini berfokus pada proses pemberdayaan serta faktor
pendukung dan penghambat yang ada di Posyantek Grogol
Petamburan Jakarta Barat. Dalam upaya menjembatani alih
teknologi tepat guna untuk proses pemberdayaan masyarakat,
Posyantek hadir untuk memberikan informasi serta pelatihan juga
pengembangan TTG seperti pengolahan limbah sampah rumah
tangga dengan alat tepsor, limbah Koran dan Styrofoam,
pengolahan kerajinan kain perca, pembuatan oleh-oleh khas
Jakarta, pembuatan bunga akrilik dan pembuatan peyek dengan
mesin pencacah kacang dan lain sebagainya sehingga menjadikan
masyarakat mandiri dengan TTG serta inovasi-inovasi yang telah
diberikan oleh Posyantek untuk pengembangan ekonomi.
Posyantek adalah sebuah institusi yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat untuk mengembangkan
usahanya. Di jakarta, jakarta adalah magnet begitu banyak
penduduk datang kesini untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Dan itu dilakukan dengan kegiatan
ekonomi, meningkatkan nilai tambah, disitu ada teknologi
dan tempat ini, teknologi ini meningkatkan produktivitas,
memberikan added value. Bila sebuah unit seperti posyantek
ini memberikan layanan-layanan teknologi tepat guna
dimasyarakatnya, maka masyarakat akan bisa menggunakan
sumber daya yang dimilikinya untuk mendapatkan nilai
tambah, meningkatkan produktvitas, ujungnya kesejahteraan
69
yang lebih baik. Teknologi tepat guna, mungkin mikro, tapi
begitu digunakan oleh masyarakat, dia punya dampak nyata
pada produktivitas, pada kesejahteraan. (Pernyataan
Gubernur DKI Jakarta H. Anies Rasyid Baswedan. S.E.,
M.P.P., Ph.D, 2019)
Dengan adanya pernyataan langsung dari Gubernur tentang
posyantek melalui video yang diunggah di akun instragram miliknya
ini membuat nilai tambah dalam proses yang mendukung adanya
kegiatan ini. Informasi tentang keberadaan program Posyantek yang
mungkin masih banyak masyarakat yang tidak tahu peran dan
fungsinya dalam pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, catatan lapangan
dan dokumentasi, penulis akan menguraikan hasil dari temuan
lapangan :
1. Proses partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam program
pos pelayanan teknologi tepat guna (Posyantek) di Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat
Salah satu temuan penelitian pertama yang di dapat oleh
peneliti bahwasannya Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna
(Posyantek) membantu pengelolaan sampah agar lebih bermanfaat
untuk dapat digunakan oleh masyarakat dengan teknologi yang
diajarkan oleh Posyantek. Masyarakat dituntut aktif dalam
pengeloalan sampah dan adanya posyantek sangat membantu dalam
penanganan sampah yang sudah menjadi gejala yang sangat
signifikan di masyarakat. Di samping itu pengelolaan sampah yang
diterapkan oleh Posyantek berujung pada pemberdayaan masyarakat
yang membuat masyarakat menemukan nilai tambah ekonomi dari
adanya pengelolaan sampah ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
70
ketua bagian umum di Kecamatan Grogol Petamburan Pak Agus
sebagai berikut :
“Pada gejala sampah sudah banyak dilingkungan
masyarakat, posyantek ada pengelolaan sampah yang
namanya bioteknologi dan ada bank sampah yang dibentuk
pada setiap kecamatan dan perkelurahan berdasarkan
insturksi Gubenrnur. Masyarakat dilibatkan dalam
pengelolaan sampah yang berbasis bioteknologi.
Pelatihannya ada di pihak Kecamatan, narasumber pada
KLH dan OKE OCE yang menitikberatkan peran serta
masyarakat khususnya dari kalangan bawah agar bisa
menggunakan teknologi tepat guna untuk menciptakan
pemberdayaan masyarakat dan masyarakat mempunyai
usaha ekonomi setelah pelatihan tersebut”.
(Wawancara dengan Agus, 2 Mei 2019)
Dengan demikian gejala sampah yang menjadi masalah besar
pada masa ini bisa berkurang dengan adanya pengelolaan sampah
yang ada di Posyantek. Dengan adanya instruksi langsung dari
Gubernur tentang diadakannya Bank sampah pada setiap kecamatan
dan kelurahan membuat masyarakat sadar akan pentingnya
pengelolaan sampah untuk menjaga lingkungan dan sebagai alat
untuk terbentuknya pemberdayaan masyarakat agar masyarakat bisa
menjalankan teknologi tepat guna melalui sampah yang pada
akhirnya memberikan hasil nilai tambah ekonomi untuk mereka.
sebagaimana dikemukakan oleh :
“Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, kami disini selaku
para inovator memunculkan inovasi-inovasi yang sekiranya
layak di pake dan bisa digunakan oleh masyarakat. Seperti
bank sampah, disini teknologinya banyak ya, hanya karna
salah riset salah evaluasi, banyak pemerintah yang banyak
memberikan alat-alat kepada masyarakat yang pada akhirnya
pada mangkrak dan banyak tidak dipake karna lingkup
masyarakat tidak menerima. Secara kebisingan tidak bisa
diterima. Cuma dengan adanya bank sampah mempunyai
sistem secara langsung. Pemerintah tidak menangani secara
71
banyak hanya berapa persen saja 50% juga tidak. Dan pada
hal ini saya meneglola biogas membuat inovasi sendiri agar
sampah yang ada bisa dimanfaatkan secara teknologi”.
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 8 Mei 2019)
Pada wawancara bersama dengan ketua forum Posyantek
Nasional dan juga pengurus Posyantek Kecamatan Grogol
petamburan, posyentek telah memberikan dampak baik bagi
pengembangan potensi juga pengembangan ekonomi masyarakat.
Dengan memberikan pelatihan tentang adanya Posyantek serta
beberapa tahap-tahap lainnya membantu mereka agar lebih mandiri
dan memberikan nilai tambah bagi mereka untuk melakukan usaha
dengan teknologi tepat guna yang diberikan. Pada konteks partisipasi
masyarakat dalam Program Posyantek, para masyarakat yang
berperan aktif dalam program posyantek terbilang cukup pada masa
tertentu, temuan yang di dapat bahwasannya posyantek tidak banyak
orang yang tahu tetapi mempunyai peran serta yang cukup baik bagi
mereka yang terlibat di dalamnya. Posyantek juga mempunyai
dampak pemberdayaan yang bagus untuk kesejahteraan masyarakat
sekitar karena teknologi tepat guna yang diterapkan.
a. Partisipasi dan kontribusi Masyarakat dalam tahapan
Inventarisasi di Posyantek Grogol Petamburan Jakarta Barat
Kegiatan ini bertujuan agar Posyantek memiliki
informasi/data yang terkait dengan sumber daya alam, jenis-jenis
TTG yang telah ada/dimanfaatkan masyarakat dan jenis-jenis
kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai bahan acuan untuk
memberikan pelayanan informasi/teknis TTG kepada masyarakat.
Pada kegiatan awal di posyantek terdapat tahapan
inventarisasi yang didalamnya terdapat kegiatan surat-menyurat,
72
pencatatan dan pendataan barang-barang. Dalam hal ini ketua
bagian umum kecamatan Grogol petamburan mengungkapkan :
“Partisipasi masyarakat dalam hal ini sangat antusias, akan
tetapi program dimulai karena adanya kebutuhan
masyarakat. Pada tahap inventarisasi ini sebetulnya sudah
ada bagian yang menjalankan yaitu sekertaris selebihnya
pengurus yang membantu”(Wawancara dengan Agus, 2 Mei
2019)
Dalam hal ini pihak kecamatan hanya mengatahui tahapan
inventarisasi sudah ada bagian yang menjalankannya yaitu
sekertaris dan pengurus ikut membantu. Hal ini juga diungkapkan
oleh ketua forum posyantek Nasional yang juga orang yang sangat
aktif dalam menjalankan posyantek ini dari tingkat kelurahan,
kecamatan hingga Nasional :
“Sebetulnya dalam hal ini sudah ada bagiannya yaitu
sekertaris, susunan pengursnyapun sudah ada dan lengkap,
tetapi karena pengurus sudah masing-masing mempunyai
kesibukan akhirnya saya yang ngerjain dari mulai surat-
surat, pencatatan potensi, sosialisasi program juga dalam
pengelolaan web dan pamphletpun saya yang mengerjakan,
Namun tetap kita sebagai pengurus di dalamnya membantu,
contoh misalnya saya di gropet itu sebagai seksi sosialisasi
tentang posyantek begitu ada yang bisa kita tangkap sumber
daya manusianya berpotensi artian dalam mengerjakan
sosialisasi di dalam masyarakat pada pengerjaan ekonomi
mereka kita catat, akhirnya pada acara di kecamatan mereka
kita panggil” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Dalam temuan ini partisipasi masyarakat dalam tahapan
inventarisasi terbilang sangat aktif, sebagai pengurus dimana
semua pengerjaan surat-menyurat, pengelolaan web serta pamflet-
pamflet dikerjakannya. Pada kontribusinya yakni pencatatan
potensi sumber daya manusia dijalankan. Berbeda dengan temuan
73
sebelumnya bahwa disini, masyarakat sebagai pelaku pihak yang
menjalankan program mereka menjalankan misi bahwa dengan
pencatatan potensi masyarakat pada sosialisasi dan pengerjaan
ekonomi itu pada akhirnya akan di panggil diacara sosialisasi serta
pelatihan yang di adakan Kecamatan. Pada tahapan ini ada
tanggapan dari pengurus lain selaku seksi pengembangan yang
juga pelaku modal usaha kain perca di Kelurahan Grogol
mengungkapkan :
“Di posyantek itu bergilir dalam satu minggu minimal ada
satu yang menjaga posyantek kecamatan, namun sekarang ini
para anggota dan pengurus itu sudah sibuk dalam karyanya
sendiri akhirnya susah ketemu. Kesibukannya seputar jaga
bazar, banyak pesenan dan sudah banyak yang menjadi
pembicara. Dan dalam inventarisasi itu sudah ada
bagiannya”(Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Dalam temuan ini sebagai pengurus menyatakan
bahwasannya ada penjagaan di kantor kecamatan yang di
dalamnya terdapat kantor posyantek dan pengurus yang
seharusnya melaksanakan tugas piket. Akan tetapi di karenakan
kesibukan dan juga umur pengurus sudah mulai menua para
pengurus ini sibuk dengan produksinya masing-masing yang
sebelumnya mereka dapatkan dari program posyantek. Dalam
surat menyurat dan pencatatan barang-barang Erwin tidak pada
bagiannya dan sudah ada yang mengurus. Lain hal dengan pelaku
usaha kain perca istri dari Erwin juga sebagai pengurus dari
Wartek (Warung teknologi) yang berada pada tingkat kelurahan
dalam hal ini mengungkapkan :
“Kita disini sebagai pelaku usaha di wartek jadi hanya
ngurusin karya, Mereka itukan udah pada naek jadi udah
74
sibuk masing-masing saya disini yaa produksi, kalo ada
panggilan buat isi pemateri saya dateng, kalo ada panggilan
isi stand saya isi” (Wawancara dengan Dewi kurnianingsih,
10 September 2019)
Dalam temuan ini, Kurnia selaku penerima manfaat
Kelurahan Grogol mengungkapkan bahwasannya di bawah
Posyanyek ada Wartek (Warung Teknologi) yang berada di tingkat
Kelurahan, dalam pengelolaan inventarisasi pihak pengurus
kecamatan yang mengelola pihak wartek (Warung Teknologi)
mengurus produksi usahanya.
Di Wartek Grogol menjalani usaha kerajinan kain perca yang
di produksi oleh Dewi Kurniangingsih, inovasinya terlahir dari
pelatihannya di Posyantek menciptakan suatu karya seni yang
menjadikan nilai jual dan unik. Dari sesuatu yang tidak berharga
menjadi sesuatu yang mempunyai nilai seni dan kebutuhan di
masyarakat. Dari sebuah sisa-sisa potongan pakaian dan juga baju-
baju layak pakai dijadikan inovasi untuk mereka buat kerajinan.
Diantaranya alat pemegang gagang panci yang panas, tas-tas unik
dari bekas bahan levis, almamater kampus mini yang dijadikan
pajangan mobil, kalung manik-manik yang bahan dasarnya kain
perca dan masih banyak lagi.
Usaha produksi ini sudah banyak yang tahu khususnya
kalangan menengah keatas, disamping itu juga kain perca yang
dinamai “Kurnia Collection” produksinya sudah sampai luar
Negeri. Di dalam Negeri ada beberapa perusahaan di bidang
makanan menjadikan usaha kain perca konsumen tetapnya. Pada
temuan lain di wartek Kelurahan Jelambar yang berusaha pada
produksi oleh-oleh khas Jakarta, Heriyani selaku owner “UKM
75
Melati Jelambar” juga pengurus Posyantek Kecamatan Grogol ini
mengungkapkan :
“Kalau dalam tahap inventarisasi ini ada bazar-bazar kita isi
terus ngajak temen-temen juga dalam kontribusinya Kita
bahas di laporan aja mengenai hasil dari kegiatan yang kita
ikutin” (Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam temuan ini, Heriyani selaku owner juga pengurus
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan. Heriyani juga aktif di
berbagai lembaga yang ada instansi pemerintah. Dalam
produksinya Heriyani juga banyak berperan aktif dalam
mempromosikan di kalangan pengusaha-pengusaha di Indonesia
sepertinya. Heriyani selaku pengurus dalam inventarisasi surat
menyurat dan pendataan barang tidak pada bagiannya tetapi pada
rapat membahas laporan mengenai kegiatan yang diikuti dan juga
mengajak banyak orang untuk membantu usaha produksinya.
Dalam pembahasan laporan mengenai kegiatan yang
diikutinya ini sebagai bentuk laporan secara tertulis untuk diajukan
ke posyantek atas kegiatan yang telah di jalani. Selebihnya dalam
inventarisasi ini sudah ada yang bertanggung jawab dalam
penyusunan serta urusan lain dalam inventarisasi. Pada hal lain
seperti pendataan barang-barang hanya melaporkan, sekertaris atau
Pak Eko yang merapihkan. Dalam hal ini Bu Sri Lestari selaku
sekertaris Posyantek mengungkapkan :
“Inventarisasi surat-menyurat ada di pak Eko, pas bergabung
secara administrasi udah lengkap itu gak di tangan saya, jadi
semua yang urus ditangan pak Eko, ibarat katanya Posyantek
ini saya jalanin jalanin aja karna saya juga sekarang di
LPTRA, Tapi dalam birokrasinya saya yang urusin”
(Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September
2019)
76
Dalam temuan ini sekertaris Posyantek yang sudah pasti
dalam hal inventarisasi ini adalah urusannya, tetapi karena Lestari
juga konsen di bidang lain dan juga menjadi pekerjaannya sekarang
akhirnya lebih aktif di LPTRA. Akan tetapi sebagai pengurus tidak
secara keseluruhan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai
sekertaris, Lestari juga mengurusi dalam birokrasi, penanganan surat
yang diutus langsung oleh Pak Eko dan bagian-bagiannya dalam
posyantek selaku sekertaris. Sebagai penerima manfaat Lestari di
Tanjung Duren memproduksi kerajinan bunga akrilik dan sulam pita.
Produksinyapun sudah lama dan aktif juga dalam pengadaan stand di
acara-acara yang ada di Jakarta. Dalam tanggapan lain juga
diungkapkan oleh Kasiatun sebagai berikut :
“Kalau rapat-rapat ada pertemuan yang bahas masalah
Posyantek atau wartek bagaimana mencari solusi yg di
mengerti gitu aja terus nyiapin kebutuhan-kebutuhan yang di
rasa penting untuk di persiapkan dalam sebuah acara supaya
berjalan lancar” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober
2019)
Dalam inventarisasi surat menyurat dan pencatatan barang-
barang Kasiatun tidak ikut membantu tetapi membantu dalam
menyiapkan kebutuhan untuk acara agar berjalan dengan lancar.
Disamping itu Kasiatun dalam rapat ikut mencari solusi masalah
dalam Posyantek dan juga wartek.
Pada tahap inventarisasi ini temuan-temuan yang di dapat
mengenai partisipasi dan kontribusi masyarakat di Posyantek Grogol
Petamburan terbilang cukup sesuai tugas pokok dan fungsi walaupun
ada besar dan kecilnya, seperti Pak Eko yang memang secara
keaktifan sudah pada tingkat awal yang memang jabatannya juga
sebagai Ketua Forum Posyantek Nasional. Diakuinya bahwa segala
77
urusan-urusan inventarisasi dikerjakan akan tetapi pengurus yang lain
pun diberikan tugas juga sesuai jabatan walaupun yang
menyelesaikan Pak Eko.
b. Partisipasi dan kontribusi Masyarakat dalam tahapan Informasi/
sumber daya alam di Posyantek Grogol Petamburan
Pada tahapan informasi ini masih dalam tahap inventarisasi
yang bertujuan agar Posyantek memiliki informasi/data yang terkait
Di dalamnya terdapat kegiatan penginformasian kepada masyarakat.
Program posyantek yang berada dibawah instansi Pemerintah, dalam
penginformasiannya ke masyarakat masih kurang. Rata-rata
masyarakat tidak tahu posyantek apalagi tugas dan fungsinya,
padahal peran posyantek dalam pemberdayaan masyarakat sangat
baik.
Posyantek sebagai program yang menjembantani alih
teknologi untuk pengembangan usaha masyarakat, pengembangan
inovasi dan juga pengembangan modal usaha dari teknologi tepat
guna yang diajarkan posyantek. Walaupun pada usaha produksi ada
yang memakai TTG ada juga yang tidak secara keseluruhan memakai
TTG. Jika diterapkan pada masyakarat berdampak nilai ekonomi
yang cukup signifikan akan tetapi dalam tahapan informasi masih
kurang kepada masyarakat. Dalam hal ini pihak instansi kecamatan
selaku ketua bagian umum mengungkapkan :
“Pada penginformasian program posyantek, kita selalu
melakukan sosialisasi, penginformasian kepada lurah, RW
dan RT. Pada saat pelaksanaannya juga masyarakat cukup
antusias dan banyak” (Wawancara Agus, 2 Mei 2019)
Dalam temuan ini, pihak Kecamatan selalu melakukan
sosialisasi kepada pihak-pihak terkait untuk di sampaikan pada
78
masyarakat melalui surat undangan. Masyarakat yang hadirpun ada
yang perwakilan masing-masing RW ada juga yang datang dengan
sendirinya pada pelaksanaan pelatihan. Pihak Kecamatan hanya
memfasilitasi pada pelaksanaannya ada pada masing-masing
pelatihan yang akan diselenggarakan. Dalam hal lain juga Eko selaku
pengurus aktif dan juga ketua forum posyantek Nasional
mengungkapkan :
“Sebenernya masyarakat tahu namun dalam fungsi posyantek
dan sumber daya alam yang ada, Sampah itu menurut saya
sudah menjadi sumber daya alam bukan suatu menjadi
permasalahan tapi jika diolah dengan benar dan masyarakat
paham, maka dengan adanya bank sampah itukan bukti
bahwa benar-benar pemberdayaan yang ada/ begitu juga
makanan contoh disini ada jualan peyek yang tadi
digorengnya minyaknya masih banyak sehingga orang
makannya kurang enak nah kita ada mesin namanya peniris
minyak sehingga ketika di makan tidak ada bekas minyak
yang ada dilidah itukan menjadi satu nilai inovasi baru dan
telah menjadi sumber ekonomi dia yang cukup banyak dari
TTG” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September
2019)
Eko sebagai pengurus telah menjelaskan informasi ke
masyarakat yang berisi sebenarnya masyarakat tahu akan fungsi dari
posyantek namun kepekaan terhadap lingkungannya masih kurang.
Di sini Eko selaku pembuat alat tepsor dan penerima manfaat selalu
berbicara soal isu lingkungan yang dikaitkan dengan sampah karena
Eko menciptakan inovasi alat TTG yang baik dan juga paling beda
dari yang lain yaitu alat tepsor yang dibuatnya untuk menghasilkan
pupuk dan biogas dari sampah rumah tangga.
Alat Tepsornya ini juga sudah banyak apresiasi dan juga sudah
banyak ada dalam pengisi materi dalam macam-macam kegiatan.
Sehingga menjadi bahan untuk masyarakat mengetahui akan
79
keberadaan Posyantek. Dalam hal lain Erwin selaku pengurus
Posyantek Kecamatan yang juga membantu istrinya dalam
memproduksi kerajinan kain perca mengungkapkan :
“Yang penting kita tau dan cari informasi juga
menginformasikan, itu ada bidangnya sendiri, misal bagian it
ada bagiannya sendiri. Tapi Kalo ada keputusan kesepakatan
bersama” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Dalam hal ini Erwin selaku pengurus yang terpenting tahu
informasinya, mencari tahu setelah itu menginformasikan ke
masyarakat, selebihnya itu ada tugasnya masing-masing. Tetapi
dalam hal pengambilan keputusan melibatkan kesepakatan bersama
dengan pengurus. Lain hal dengan Kurnia yang merupakan pelaku
usaha Kain Perca mengungkapkan :
“Kalo ada undangan gitu saya tau tapi kalo udah ada yang
dateng yaudah saya gak dateng”(Wawancara dengan Dewi
Kurnianingsih, 10 September 2019)
Kurnia selaku penerima manfaat wartek (warung teknologi) di
kelurahan yang berfokus pada produksi sejauh ini selalu dilibatkan
dalam hal undangan para pelaku usaha di masing-masing wartek
yang berkompeten juga diikutsertakan dalam hal narasumber di
acara-acara pelatihan TTG di kecamatan. Sebagai penerima manfaat
Kurnia juga memberikan informasi ke masyarakat sekitar akan usaha
produksi yang telah ia jalanu. Keikutsertaannya dalam hal ini juga
sebagai bentuk apresiasi akan TTG yang di buat dan diproduksinya.
Dalam hal lain dengan Heriyani selaku owner oleh-oleh khas Jakarta
mengungkapkan :
“Kita sampein ke mereka, informasiin mereka. dan kadang-
kadang mereka udah tau sendiri dan akhirnya bantu-bantu.
80
Malah sekarang mereka yang ngerjain sendiri karena udah
pada bisa saya tinggal produksi dan pemasarannya aja”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Pada temuan ini Heriyani selaku pengurus posyantek dan
penerima manfaat di wartek (warung teknologi) Kelurahan Jelambar
yang fokus pada produksi ini menginformasikan kepada masyarakat
sekitar dan rata-rata masyarakat sudah tahu sendiri akan usaha yang
di jalani Heriyani, apa yang telah diajarkan mereka sudah bisa.
Heriyani selaku owner hanya memproduksi dan memasarkan
produknya, jika tidak sedang sibuk Heriyani bantu untuk adonin
adonan dan pekerjaan lainnya.
Pada pengerjaan produksinya ini sudah banyak yang tahu
usahanya ini dalam berbagai acarapun sering terlibat di stand-stand.
Heriyani juga aktif sebagai narasumber di berbagai acara. Sejauh ini
Heriyani melakukan produksi usahanya di rumah, pekerjanya dibantu
oleh tetangga-tetangga sekitar rumahmya.
Disini terlihat bahwa Heriyani memberdayakan orang-orang
sekitar rumahnya untuk dipekerjakan dalam usaha produksi oleh-oleh
Jakarta tersebut, walaupun pada faktanya Heriyani hanya memakai
alat pencetak kue kembang goyang dalam penerapan TTG akan tetapi
usaha produksi yang di buatnya sudah berkembang cukup pesat
khususnya di Jakarta. Dalam hal lain dengan Lestari selaku pembuat
kerajinan akrilik dan juga pengurus Posyantek mengungkapkan :
“Kasih-kasih infonya paling ngingetin ibu-ibu untuk hadir,
Mengkonfirmasi kalo ada kegiatan” (Wawancara dengan Sri
Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Lestari sebagai pengurus posyantek kecamatan memberikan
informasi untuk mengingatkan ibu-ibu hadir dalam acara yang dibuat
posyantek dan mengkonfirmasi lagi jika ada kegiatan terdekat atau
81
yang akan datang. Sebagai penerima manfaat dalam produksinya
masyarakat sekitar sudah tahu akan usahanya tetapi dalam pembuatan
Lestari tidak banyak menggunakan orang. Penerapannya dalam usaha
produktif memang cukup unik, pembuatan bunga akrilik yang
beraneka ragam membuat daya tarik tersendiri bagi mata yang
melihatnya. Dalam hal ini juga ditanggapi oleh Kasiatun sebagai
berikut :
“Partisipasinya sebagai pengurus ikut andil dalam setiap
event kegiatan posyantek kecamatan dan sudin atau dinas
PPAPP. Dan saya sebagai pelaku pemanfaatan TTG. Selagi
aktif kontribusinya memberikan informasi dan pelayanan TTG
kepada masyarakat yang membutuhkan” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai pengurus ikut andil dalam setiap
event kegiatan yang diadakan posyanek kecamatan. Kasiatun sebagai
pemerima manfaat telah memberikan pelayanan informasi secara
tanggap kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dalam tahapan informasi sumber daya alam ini mereka
memberikan kesinergian yang cukup untuk Posyantek melalui
pelayanan informasi yang diberikan untuk masyarakat yang
membutuhkan akan adanya program Posyantek. Partisipasi dan
kontribusi pada hal ini juga memberikan informasi sumber daya alam
seluas-luasnya untuk masyarakat tentang Posyantek.
c. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-jenis
TTG yang telah dimanfaatkn oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan
Pada tahapan ini masih dalam tahap inventarisasi yang
bertujuan agar posyantek memiliki informasi/data yang terkait
dengan sumber daya alam, jenis-jenis TTG yang telah
82
ada/dimanfaatkan masyarakat dan jenis-jenis kebutuhan TTG oleh
masyarakat sebagai bahan acuan untuk memberikan pelayanan
informasi/teknis TTG kepada masyarakat. Kegiatan di dalamnya
melihat kondisi penerima manfaat menjalankan jenis TTG yang telah
dimanfaakan atau dijalankan menjadi sebuah produksi.
Dalam penerapan Teknologi tepat guna ini memang
memunculkan beberapa inovasi baru serta usaha produktif yang
berjalan bagi setiap orang-orang yang terlibat di dalam posyantek,
jenis-jenis teknologi tepat guna yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat melalui posyantek memang tergolong cukup langka tidak
banyak dari mereka yang bertahan pada usaha produktifnya melalui
inovasi-inovasi baru yang dimunculkan serta penerapannya sebagai
salah satu sumber kebutuhan ekonomi. Kemunculan pemberdayaan
ekonomi melalui teknologi tepat guna ini seharunya bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Pada inovasinya Eko
mengungkapkan :
“Melihat kondisi masyarakat kita, tergantung pemerintahnya
juga dalam mensosialisasikan dan mengerahkan
masyarakatnya, pengurus tetep jalan tapi gabung juga sama
pemerintah, Cuma dalam pemenuhan alat masyarakat
kekurangan dalam pengadaan alat, yaitulah fungsi
pemerintah agar masyarakat yang punya keinginan untuk
mau dibina dan diberikan alat TTG sesuai dengan kebutuhan
dia, jangan sampe pemerintah kasih alat terhadap program
tapi masyarakat menolak karna keterbatasan sumber daya
manusianya kurang yang akhirnya sia-sia, nah fungsi
posyantek disitu menjembatani sumber daya manusia yang
ada di masyarakat untuk dibina dalam pengelolaan
lingkungan. Dan dalam alat Jakatra masih kurang. Dalam
ibu-ibu rumah tangga yang dibina oleh ibu-ibu PKK mereka
justru suka, mereka dapet bantuan alat sesuai dengan
kebutuhan dia” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
83
Dalam temuan ini Eko selaku pengurus posyantek dalam
jenis-jenis kebutuhan TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat
melihat situasi yang ada di masyarakatnya, keputusan serta kebijakan
pemerintah dalam mensosialisasikan dan mengarahkan masyarakat.
Dalam hal ini, pengurus posyantek tetap bergabung dengan
pemerintah, pemerintah kurang dalam pengadaan alat yang seharunya
dibina, diberikan pelatihan dan diberikan alat sesuai kebutuhan
mereka.
Memang ada diantara masyarakat yang tidak peduli akan
penerapan teknologi tepat guna akan tetapi masih banyak masyarakat
yang membutuhkan itu khususnya ibu-ibu PKK yang aktif dalam
pengadaan acara-acara untuk masyarakat yang pastinya mereka
punya pemikiran lebih akan penerapan teknologi tepat guna untuk
usaha produksi ekonomi yang sangat berguna untuk membantu
perekonomian keluarga. Respon masayarakat dalam hal lain dengan
Erwin dan Kurnia, suami istri yang saling bersinergi dalam usaha
produktifnya, mengungkapkan :
“Iya apresiasi tapi hanya masyarakat kalangan tertentu, kalo
menengah ke bawah kurang minat, kalo menengah atas kan
suka buat bersih-bersih mereka suka, gak bisa buat menengah
bawah” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Erwin sebagai penerima manfaat tidak banyak andil dalam
pembuatan produksi akan tetapi lebih banyak memasarkan serta
mengurus posyantek di kecamatan. Respon masyarakat dalam hal ini
pun memang lebih banyak dari kalangan atas karna kembali lagi pada
kebutuhan dari masing-masing rumah dan juga harga barang
homemade yang cukup mahal pada masyarakat kalangan bawah.
84
Dalam hal lain juga dengan Heriyani yang juga sebagai pengurus
Posyantek Kecamatan, mengungkapkan :
“Mereka bisa mempergunakan dan bikin gitu, malah
terkadang mereka yang lebih pinter dalam pembuatannya,
saya tinggal liatin dan memasarkan aja” (Wawancara
Heriyani, 11 September 2019)
Dalam temuan ini Heriyani selaku penerima manfaat sudah
pada tahap mengkontrol orang-orang yang dipekejakan, mereka
sudah paham dan lebih pintar dalam pembuatannya. Heriyani tinggal
memikirkan pemasaran, menjalin relasi yang banyak pada pihak-
pihak pengusaha dan mempromosikannya seperti dizaman sekarang.
Dalam hal lain dengan Lestari yang juga pengurus Posyantek
Kecamatan, mengungkapkan :
“Belum sepenuhnya menggunakan paling saya sampai saat
ini dalam TTG hanya menggunakan mesin jait, saya membuat
kerajinan bunga akrilik dan sulam pita” (Wawancara dengan
Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Dalam hal ini Lestari selaku penerima manfaat sudah
menggunakan walaupun tidak sepenuhnya hanya menggunakan
mesin jahit, dalam kontribusi Lestari sudah memproduksi hasil
karyanya ke berbagai stand-stand dan juga mempromosikannya.
Lestari disini juga sebagai sekertaris yang merangkap sebagai pelaku
usaha bunga akrilik dan sulam pita di Kelurahan Tanjung Duren.
Bentuk penerapannya dalam jenis teknologi tepat guna telah
dimanfaatkan sesuai dengan program Program Posyantek. Dalam
tanggapan lain oleh Kasiatun sebagai berikut :
“Karena produk saya kuliner jadi memberikan informasi
bagaimana cara mengolah limbah ampas kelapa yang
berlimpah bisa dimanfaatkan dan menghasilkan rupiah. Atau
mesin pembelah kacang untuk rempeyek yang selama ini saya
85
gunakan juga menyiapkan langsung bahan-bahan supaya
bisa dipraktekkan ke Masyarakat” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini sebagai pengurus Kasiatun memberikan
informasi berupa cara pengolahan limbah ampas kelapa yang bisa
dimanfaatkan untuk dijadikan bahan makanan kembali. Sebagai
penerima manfaat Kasiatun bisa mengolah dan diproduksikan untuk
dijual. Kasiatun bukan hanya memberikan informasi tetapi juga
menyiapkan bahan-bahanya agar masyarakat bisa melihat dan meniru
yang diajarkan Kasiatun.
Dalam tahapan ini peran para inovator sangat berpengaruh
untuk dipraktekkan langsung dikalangan masyarakat agar
kebermanfaatanya sama-sama terasa. Agar masyarakat juga paham
jenis-jenis kebutuhan TTG bisa dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-jenis
kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di
Posyantek Grogol Petamburan
Pada tahapan ini masih dalam tahap inventarisasi yang
bertujuan agar posyantek memiliki informasi/data yang terkait
dengan sumber daya alam, jenis-jenis TTG yang telah
ada/dimanfaatkan masyarakat dan jenis-jenis kebutuhan TTG oleh
masyarakat sebagai bahan acuan untuk memberikan pelayanan
informasi/teknis TTG kepada masyarakat. Kegiatan di dalamnya
melakukan sosialisasi, memberikan informasi yang detail dan
dipraktekkan ke masyarakat untuk bisa dijadikan bahan acuan.
86
Pemanfaatan jenis-jenis teknologi tepat guna yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat tak luput dari peran serta masyarakat
dalam menginformasikan program Posyantek serta produk usaha
masyarakat yang ada didalamnya. Hal ini juga berkaitan dengan
jenis-jenis kebutuhan teknologi tepat guna oleh masyarakat sebagai
acuan untuk memberikan layanan teknis TTG kepada masyarakat di
Posyantek. Berkenaan dengan hal ini Eko sebagai yang tergiat dalam
menjalankannya mengungkapkan :
“Yaa dari pembinaan Kecamatan dalam kegiatan nanti kita
masuk ke mereka, kadang kita mau ngadain sndri juga
bingung karna gaada operasional, kalo ditingkat kota ada
dana pembinaan, pendampingan dan ada sosialisasinya juga.
Kemarin di Walikota Jakarta Barat bentuknya sosialisasi”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Dalam temuan ini Eko sebagai pengurus pada tahap acuan
sudah memberikan pengajuan pada kecamatan untuk melakukan
pembinaan, namun kegiatan semacam ini yang mengadakan pihak
kecamatan, pengurus masuk ke dalamnya untuk menjalankan
program, untuk mengadakan kegiatan sendiri masih belum bisa
karena tidak ada operasional di dalamnya, kecuali posyantek tingkat
kota didalamnya ada dana operasional dan bisa menjalankan kegiatan
dengan sendiri. Sebagai penerima manfaat Eko telah menjadikan alat
tepsornya menjadi acuan untuk digunakan sehari-hari dan
mensosialisasikan itu ke masyarakat karena sangat bermanfaat untuk
pengolahan sampah rumah tangga agar bisa menjadi sesuatu yang
bisa dipakai kembali dalam bentuk gas dan pupuk. Dalam hal lain
dengan Erwin selaku pengurus mengungkapkan :
“Udah kita sebar luaskan, di kelurahan, RT, RW.
Kontribusinya kita memberitahukan Barangnya, harganya,
87
menginformasikan barang yang gak berguna tapi bisa
menciptakan nilai tambah, barang yang berbeda yang lebih
berkelas walaupun dari barang yang sebelumnya dibuang,
dari cara penyajiannya, misal pake plastic apa gimana
mengemasnya itukan memakai teknologi tepat guna nah itu
dari posyantek” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul,
10 September 2019)
Dalam temuan ini Erwin selaku pengurus menginformasikan
barang produksinya kepada masyarakat bahwa ada suatu barang yang
mungkin tidak berguna dimata sebagian orang tetapi dengan
kreatifitas bisa menciptakan suatu karya yang bernilai tambah dan
sebagai kegiatan ekonomi produktif untuk penambahan ekonomi
keluarga. Dalam hal lain dengan Kurnia istri dari Erwin yang
memproduksi kain perca mengungkapkan :
“Kasih tau juga kan dengan kayak gini bisa nambah-nambah
penghasilan walaupun saya di rumah tapi bisa, kontribusinya
mengolah, memproduksi barang yang orang taunya dibuang
tapi kita bisa gunakan menjadi barang yang mempunyaai
harga dari teknologi tepat guna” (Wawancara dengan Dewi
Kurnianingsih, 10 September 2019)
Dalam temuan ini Kurnia selaku penerima manfat
menerapkan langsung TTG dari lingkungan, kontribusinya Kurnia
telah memproduksi jenis TTG yang telah dijadikan acuan untuk
memberikan layanan teknis kepada masyarakat memberikan
informasi bahwa ada suatu barang yang bisa dijadikan tambahan
ekonomi untuk ibu rumah tangga. Dalam hal lain dengan Heriyani
pelaku usaha produktif oleh-oleh khas Jakarta yang juga sebagai
pengurus mengungkapkan :
“Mereka lebih condong kesini aja karna disini kan udah
tinggal pake gak ribet beli segala macem. Kalo mau lebih
paling mereka jual lagi ke orang gitu. Lagi-lagi saya disini
88
sebagai owner hanya mengontrol aja. Kalo lagi senggang
gini ya saya juga ikut ngadonin. Mereka juga bantu masarin
jadi kayak resseler” (Wawancara Heriyani, 11 September
2019)
Dalam temuan ini Heriyani selaku penerima manfaat melihat
pekerjanya nyaman dengan produksinya karena semua barang tinggal
dipakai, jika ada yang ingin menjualnya lagi ke konsumen diluar
pesanan yang ada di Heriyani. Heriyani juga sudah mempunyai
konsumen hingga luar Negeri, di Hongkong ada yang selalu pesan
untuk toko oleh-oleh khas Jakarta yang berdiri disana. Heriyani juga
bergabung dengan para pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk
saling berkontribusi dalam menjual belikan prooduksinya. Heriyani
lebih mengurus pemasaran produksi usahanya akan tetapi juga
mengurus Ponsyantek Kecamatan. Dalam hal lain dengan Lestari
pengurus juga pelaku usaha bunga akrilik mengungkapkan :
“Belum terlalu diterima oleh masyarakat dan belum masuk
spesifikasi juga belum ada anggarannya, Kontribusi saya
memberi informasi hanya sebatas itu, walaupun belum ada
yang beli langsung lewat saya” (Wawancara dengan Sri
Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Sebagai pengurus Lestari mengatakan bahwa alat teknologi
yang telah digunakan dan diterapkan belum terlalu diterima oleh
masyarakat karna belum masuk spesifikasi juga belum ada anggaran
didalamnya. Alat yang di maksud Lestari disini seperti alat-alat berat
yang diberikan pemerintah untuk masyarakat yang dalam spesifikasi
belum diterima oleh masyarakat. Jadi, Lestari yang juga sebagai
penerima manfaat hanya sebatas memberikan informasi dan
memproduksi kerajinan bunga akrilik dan sulam pita miliknya.
Tanggapan lain juga diungkapkan oleh Kasiatun sebagai berikut :
89
“Partisipasinya mengajarkan produksi dengan baik dan
benar, cara menggoreng dan mengolah limbah ampas kelapa
menjadi serundeng dan manularkan ilmu menggoreng
rempeyek yg enak ,garing dan renyah” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Sebagai pengurus Kasiatun telah menjalankan produksi
dengan baik dan sebagai penerima manfaat Kasiatun telah
mengajarkan produksi peyeknya, cara meggoreng dan mengolah
limbah ampas kelapa menjadi serundeng kepada masyarakat
wilayahnya.
Secara keseluruhan tanggapan penerapan alat TTG sebagai
acuan untuk masyarakat masih pada tahap penginformasian,
masyarakat hanya sekedar tahu bahwa ada pihak-pihak yang
konsentrasi dan melakukan usaha produktif didalamnya, mereka
mengapresiasi tetapi karena tidak adanya operasional, pihak
penguruspun bingung ingin melakukan kegiatan karena kegiatan
yang ada itu atas kegiatan yang dibuat oleh Kecamatan. Sementara
itu, pihak pengurus berusaha sebaik mungkin agar Posyantek tetap
berjalan walaupun dengan tidak adanya operasional yang seharusnya
ada.
e. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan
Pelayanan informasi TTG dilakukan melalui penyuluhan,
pemberian informasi langsung kepada masyarakat yang datang ke
Posyantek desa/Posyantek, pembuatan leaflet, brosur, spanduk, iklan
layanan masyarakat melalui radio, dan sejenisnya. Kegiatan di
dalamnya seputar pelayanan informasi.
Pada tahapan pelayanan informasi ini partisipasi dan kontribusi
masyarakat berada pada cara penyebaran informasi yang dibuat oleh
90
pihak pengurus dan pada tahapan pelayanan informasi ini Eko
mengungkapkan :
“Pelayanan informasinya pake brosur, web, fb, pamphlet
kepada mereka dan public. Nanti kalo ada undangan buat
mereka dari kecamatan nanti kita informasikan ke
masyarakat, Cuma emang kalo dalam brosur, web, pamphlet
baru kecil itu aja yang kita punya. bukan hanya posyantek
yang ngadain, banyak juga dari kegiatan-kegiatan lain”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Di samping Eko sebagai ketua forum posyantek Nasional,
Eko juga sebagai pengurus dan yang mengurus segala bentuk
kegiatan yang ada di Posyantek Grogol Petamburan. Kontribusinya
sudah sampai yang membuat web, brosur, menjadi narasumber
hingga mengelola web yang sudah ada. Pada tahapan ini peran serta
Eko memang cukup signifikan karna partisipasi dan kontribusinya
sangat berpengaruh dan penting bagi Posyantek Grogol Petamburan
juga Posyantek Nasional. Dalam hal ini pengurus lain juga
mengungkapkan :
“Antar posyantek itu berpartisipasi dalam pelayanan
informasi, jadi kita ada sistem atm (amati tiru motivasi) jadi
penggunaan tepat pada sasarannya gitu” (Wawancara
dengan Erwin Yahya Sitompul, 10 September 2019)
Berbeda dengan pendapat Eko, Erwin sebagai pengurus
mengamati setiap Posyantek yang ada, amati bagaimana kreatifitas
yang mereka buat, tiru yang bernilai beda dan pahami agar bisa
membuat seperti itu bukan dalam hal meniru secara keseluruhan
tetapi meniru bagaimana caranya agar bisa seunik dan sekreatif
Posyantek lain. Selanjutnya Posyantek lain dijadikan motivasi bahwa
Posyantek kita juga bisa dan lebih kreatif dari yang dibuat. Setelah
sistem yang di singkat ATM itu dipahami barulah ada rapat yang
91
membahas dan mendiskusikan hasil dari ATM tersebut. Pada hal ini
juga di bahas oleh Heriyani, mengungkapkan :
“kita membantu untuk menginformasikan kita kan sering di
bazar tuh, bagaimana fungsinya dan lain sebagainya”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam hal ini Heriyani sebagai pengurus menginformasikan
setiap kali ada acara bazar dan acara-acara lainnya. Bagaimana fungsi
Posyantek. Selaku penerima manfaat yaitu oleh-oleh khas Jakarta.
Usaha Heriyani terbilang sukses karena sedikitnya orang Jakarta yang
membuat usaha oleh-oleh khas Jakarta. Selaku pengurus. Heriyani
juga aktif di berbagai kegiatan lain dibidang usaha produktif, selain
untuk memasarkan usaha produktifnya ini juga sebagai bentuk
menjalin relasi agar semakin banyak yang tau “Oleh-oleh Khas
Jakarta” yang di namai “Waicha”. Pada hal ini Lestari juga
mengungkapkan :
“Partisipasinya memberikan informasi jadi kalo ada yang
bertanya seputar posyantek kegiatan atau layanan ya saya
paham. Kontribusinya kalo ada pertanyaan tentang posyantek
yaa saya jawab kalo misalnya ya paham akan keberadaan
posyantek” (Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12
September 2019)
Dalam hal ini Lestari sebagai pengurus berpartisipasi pada
pemberian informasi terkait Posyantek selaku Sekertaris Lestari
paham seputar kegiatan dan layanan lainnya yang ada di Posyantek.
Pemberian informasi ini kepada warga masyarakat yang ingin tahu
atau yang menanyakan langsung kepada Lestari. Pada kontribusinya
Lestari paham akan keberadaan Posyantek sekarang, jika ada rapat-
rapat atau agenda terkait Posyantek Lestari datang, maka dari itu
Lestari paham akan keberadaan Posyantek sekarang, walaupun
pendapatnya berbeda dengan pengurus lainnya. Dalam tanggapan lain
juga diungkapkan oleh Kasiatun sebagai berikut :
92
“Cuma memberikan semangat untuk para kader posyantek
dan warteknya biar tetap semangat dalam masing-masing
produksinya tapi susah juga kalau tidak tergerak hatinya”
(Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai pengurus memberikan
semangat kepada kader-kader posyantek dan wartek (warung
teknologi) agar terus semangat dalam produksinya juga dalam
menjalankan Posyantek.
Dalam tahapan pelayanan informasi ini bentuk partisipasi dan
kontribusi masyarakat dengan penyebaran pamphlet dan layanan
iklan lainnya yang telah dibuat. Penginformasian lain dikalangan
wilayah sendiri dengan cara terus menjalankan produksi aar
masyarakat melihat kegigihan dari para pelaku penerima manfaat dari
situ masyarakat menjadi penasaran dan ingin mnecoba. Selain itu
penginformasian dari acara-acara bazar atau acara-acara Kecamatan
dan juga acara UMKM yang diadakan Pemda setempat.
f. Bentuk Partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam kegiatan
penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan
Pada tahapan ini masih dalam tahap Pelayanan informasi TTG
dilakukan melalui penyuluhan, pemberian informasi langsung kepada
masyarakat yang datang ke Posyantek desa/Posyantek, pembuatan
leaflet, brosur, spanduk, iklan layanan masyarakat melalui radio, dan
sejenisnya. Kegiatan di dalamnya menyiapkan acara dan juga ada
beberapa sebagai narasumber.
Dalam sebuah program pemberdayaan atau pelatihan di
dalamnya pasti terdapat penyuluhan untuk keberlanjutan program
kedepannya. Begitu juga di Posyantek, penyuluhan ini diadakan oleh
Kecamatan setempat dikarenakan Posyantek adalah program
Pemerintah untuk keberlangsungan pengembangan masyarakat. Di
93
dalam kegiatan Penyuluhan, Posyantek tidak sendiri dalam acaranya,
setiap acara berlangsung juga ada program-program lain di dalamnya
seperti UMKM dan program-program pemerintah lainnya. Para
senior-senior yang telah berhasil dalam inovasinya di Posyantek
beberapa telah menjadi Narasumber di berbagai acara yang diadakan
pemrintah karena keberhasilan usaha produktifnya. Pada kegiatan ini
Eko selaku inovator tergiat yang ada di Posyantek Grogol
Petamburan, sering kali menjadi Narasumber di setiap acara-acara
kecamatan maupun acara yang di adakan Walikota yang ada di
Jakarta. Berkaitan dengan partisipasi dan kontribusi masyarakat
dalam hal ini Eko mengkapkan:
“Rata-rata masyarakat hanya hadir dan memenuhi
undangan partisipasinya ada juga yang menyumbang fikiran
dalam penyuluhan, diskusi, kontribusinya ada yang antusias
hingga tanya jawab, Kalo saya memang kegiatan ada yang
ngasih. Kecuali ada progres dari pemerintah biasanya kita
dikaitin jadi narasumber atau mantau kegiatan masyarakat.
Bahkan sama sekali tidak ada tupoksinya tapi kita jiwa
sosialnya aja. Paling enggak dia tau produk kita dia mau
pake” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September
2019)
Dalam temuan selaku pengurus Eko melihat partisipasi
masyarakat sudah pada tahap memenuhi undangan, menyumbang
fikiran serta Tanya jawab saat penyuluhan berlangsung. Eko selaku
pengurus dan penerima manfaat dalam kontribusinya Eko sering kali
menjadi Narasumber di berbagai kegiatan penyuluhan khususnya
Posyantek dan kegiatan lain seperti daur ulang sampah dan kegiatan
sosial juga memantau kegiatan yang berlangsung di masyarakat.
Walaupun bukan dalam tupoksinya tetapi karena Eko mempunyai
jiwa sosial yang tinggi dan selalu mempedulikan keadaan sosial
masyarakat paling tidak produk yang Eko buat orang lain tahu dan
94
mau memakainya. Berbeda pendapat Erwin selaku pengurus juga
mengungkapkan :
“Minta aspirasi sama yang muda-muda, minta cara
produksiin gimana, pemasarannya juga dan bagaimana cara
peningkatannya” (Wawancara dengan Erwin Yahya
Sitompul, 10 September 2019)
Berbeda dengan Eko, dalam hal ini Erwin selaku pengurus di
Posyantek Kecamatan berpartisipasi dalam meminta aspirasi kepada
peserta yang muda-muda untuk aktif dalam penyuluhan, sebagai
penerima manfaat memproduksi, memasarkan dan juga peningkatan
pada setiap kegiatan produksi yang ada di Posyantek. Kontribusi
Erwin sendiri membantu menyiapkan acara berlangsung karena
selaku pengurus. Menyiapkan sebelum dan saat acara berlangsung.
Dalam hal lain juga di kemukakan oleh Kurnia, Kurnia
mengungkapkan :
“Kalau dalam partisipasinya Saya sudah menjadi
narasumber, kontribusinya kalo ada bazar nih saya pasti ikut
buka” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10
September 2019)
Dalam hal Kurnia selaku penerima manfaat telah menjadi
narasumber di berbagai acara pelatihan ataupun penyuluhan
Posyantek sendiri, Karena usaha uniknya yang menjadikan limbah
kain perca dan dijadikan sesuatu yang bernilai. Dalam kontribusinya
Kurnia pasti ikut buka stand jika ada kegiatan wirausaha ataupun
acara-acara lain yang ada di pemerintahan. Apresiasinya telah banyak
karena sudah diakui banyak orang, perusahaan bahkan dari luar
Negeri. Sama halnya dengan Kurnia, Heriyani selaku pengurus juga
yang sukses memproduksi oleh-oleh khas Jakarta mengungkapkan :
“Kalau dalam hal partisipasi saya berinteraksi dan yang kita
gatau jadi tau, kontribusinya saya sudah membuat produk
95
dan menjadi narasumber di acara-acara kegiatan lain”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam hal ini Heriyani penerima manfaat di kegiatan
penyuluhan memberikan interaksinya dan menghasilkan pengetahuan
yang tidak tahu menjadi tahu. Kontribusinya dari kegiatan
penyuluhan inilah terbentuk suatu produksi yang sekarang berjalan
yaitu produksi oleh-oleh khas Jakarta dari berbagai jenis kue-kue
kering yang Heriyani dan pekerjanya buat. pada kontribusi lain
Heriyani telah menjadi Narasumber di berbagai kegiatan acara-acara
yang telah mengundangnya menjadi pembicara untuk
mempresentasikan hasil dari produksinya. dalam hal Heriyani telah
menjalankan serangkaian partisipasi serta kontribusi secara aktif di
tahapan penyuluhan juga berdampak pada bentuk perubahan
pengembangan ekonomi dari usaha yang diproduksi serta
menyebarkan informasi yang Heriyani tau ke orang banyak. Dalam
bentuk pendapat lain juga diungkapkan oleh Lestari yang
mengungkapkan :
“Pendataan tamu-tamu yang diundang-undang itu siapa aja
itukan sekecamatan, di data pada hari H tamu undangan dan
pesertanya, itu semua saya yang mendata, kalo kontribusinya
kan saya sudah menjalankan usaha akrilik” (Wawancara
dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Pada kegiatan ini Lestari selaku pengurus mendata tamu-
tamu undangan yang akan hadir dan yang hadir pada saat hari H.
Karena ini kegiatan yang diadakan kecamatan dan mengikuti banyak
program yang bukan hanya program Posyantek jadi pengumpulan
datanya harus tertata begitu juga dalam hal data peserta yang Lestari
urus pada hari H acara penyuluhan. Lestari sebagai penerima manfaat
telah membuat suatu produksi bunga akrilik yang Lestari buat
96
sebagai bentuk kontribusi dalam program Posyantek. Dalam pendapat
lain juga oleh Kasiatun mengungkapkan :
“Memberikan informasi dan layanan tentang TTG kepada
masyarakat, Kontribusinya memberikan semangat kepada
para kader yang lainnya untuk tetap semangat. Kalau dulu
sering merangkap jadi pembicara juga tujuannya ya untuk
menjelaskan suatu prodak sih supaya benar dan ilmu yg saya
punya jd melebaaar luas” (Wawancara dengan Kasiatun, 15
Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai pengurus telah
menginformasikan tentang layanan TTG, kegunaan juga pentingnya
memanfaatkan teknologi tepat guna pada saat ini untuk
keberlangsungan pemberdayaan pada masyarakat, menurutnya
sebagai kontribusi Kasiatun terus memberikan semangat untuk para
kader agar tetap aktif dalam menjalankan posyantek. Sebagai
penerima manfaat Kasiatun telah menjadi pembicara karena produk
yang di bawanya tujuannya untuk menjelaskan produksi yang
Kasiatun Punya dan dijalani agar menyebar luas juga ilmu yang
Kasiatun punya untuk orang banyak agar bermanfaaat bagi
masyarakat khususnya yang membutuhkan.
Pada tahapan ini penyuluhan termasuk ke dalam agenda yang
cukup penting bagi keberlangsungan serangkaian program yang akan
berjalan, tentang pentingnya sebuah edukasi kepada masyarakat akan
pengetahuan TTG agar mempunyai bentuk manfaat yang terus
berkembang di bidang ekonomi juga lingkungan.
g. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam kegiatan
pemberian informasi di Posyantek Grogol Petamburan
Pada tahapan ini masih dalam tahap Pelayanan informasi TTG
dilakukan melalui penyuluhan, pemberian informasi langsung kepada
masyarakat yang datang ke Posyantek desa/Posyantek, pembuatan
97
leaflet, brosur, spanduk, iklan layanan masyarakat melalui radio, dan
sejenisnya. Kegiatan di dalamnya menyiapkan acara dan juga ada
beberapa sebagai narasumber.
Dalam tahapan kegiatan pemberian informasi ini, masyarakat
yang terlibat dalam posyantek berpartisipasi dalam penyampaian
informasi terkait program-program yang didalamnya. kontribusi di
dalamnya juga sudah pada tahap pemberian informasi melalui
kontribusinya sebagai narasumber dalam sebuah pelatihan atau
kegiatan sejenis penyuluhan terhadap pemberian informasi terkait
pengembangan ekonomi dan potensi masyarakat. Dalam hal ini Eko
mengungkapkan :
”Kebetulan saya selaku ketua RT disini jadi paham, memang
seharusnya RT dan RW yang menginformasikan. Tapi gak
semua RT dan RW, Kelurahan paham tentang Posyantek.
Kalo udah ada instruksi dari kecamatan ada kegiatannya dari
kelurahan tersebut baru mereka mau itu juga hanya sekedar
partisipasi sebatas ngedampingin tidak ada material. Paling
pengurus dan anggota yang ngebantu. Sebenernya
pemerintah hanya sebatas legalitas, SK, kantor, kantor juga
kita masih gak fokus, kita di kasih kantor sama kecamatan
tapi kalo gaada incom pemasukan yaa kita juga bingung.
Dari kegiatan apapun itu mandiri aja paling yang urus
anggota saja” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Dalam hal ini Eko selaku pengurus telah menjalankan
tugasnya juga sebagai ketua RT untuk menginformasikan Posyantek
dan dengan segala macam cara untuk menyadarkan masyarakat agar
bisa sadar akan potensi yang bisa diasah pada Posyantek. Pemerintah
hanya legalitas dalam penyampaian informasi, selebihnya
manyarakat yang mengelola secara mandiri dan yang mengurus
anggota. Pada pendapat lain juga diungkapkan :
98
“Kita itu kasih informasi dan penyuluhan ke wartek-wartek dan
wartek-wartek juga yang nantinya penyuluhan pada masyarakat
(rt,rw)” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Sebagai pengurus Erwin memberikan informasi kepada
wartek-wartek yang ada di setiap kelurahan, setelah itu ketika
informasi yang didapat itu telah sampai barulah masyarakat
menerima infromasi yang didapat dari penyuluhan yang diadakan
oleh wartek-wartek kelurahan setempat. Pada hal lain juga
diungkapkan :
“Saya disini selaku wartek yaa menginformasikan informasi
yang ada sesuai dari atas atau kecamatan, ketika disuruh jadi
narasumber saya terima, selagi saya bisa pada bidang saya”
(Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September
20191)
Kurnia sebagai penerima manfaat Wartek (warung teknologi)
Kelurahan Grogol pada posisi menunggu menerima infromasi dari
kecamatan karena wartek berada dikelurahan. Ketika informasi
masuk ke wartek, wartek segera memberikan informasi kepada
masyarakat terkhusus masyarakat yang terlibat dalam produksi di
wartek setempat. Kurnia telah pada posisi menjadi narasumber dalam
pemberian infromasi terkat Posyantek dan produksi yang Kurnia
buat. Masyarakat yang hadirpun aktif dan menerima apa yang
dijelaskan oleh Kurnia saat pemberian informasi tentang Posyantek.
Dalam hal lain juga mengungkapkan :
“Simpel aja Kalo ada orang yang nanya kita jelasin”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Sebagai pengurus jawabannya simple tapi berkontribusi dalam
pemberian informasi, ketika seseorang bertanya dijelaskan. Selaku
99
penerima manfaat Heriyani telah sukses dalam usaha produksinya
dan telah memberdayakan orang-orang sekitar rumah untuk
membantu usaha produktifnya. Dalam hal lain juga mengungkapkan :
“Saya juga jadi narasumber di produk saya,
menginformasikan produk saya, kontribusinya udah tau
sendiri aja” (Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12
September 2019)
Sama halnya dengan Heriyani, Lestari selaku pengurus dalam
pemberian infromasi ini juga telah menjadi narasumber di produknya
yaitu bunga akrilik. Sebagai penerima manfaat sudah mendapatkan
nilai mendemokan produk sendiri dari ilmu yang dibina dari
Posyantek. Dalam hal lain juga mengungkapkan :
“Partisipasinya baik dan diterima oleh masyarakat,
Kontribusinya bisa langsung dipraktekkan caranya jadi tidak
hanya teori” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober
2019)
Pada kesempatan ini Kasiatun sebagai pengurus telah diterima
dengan baik dalam penyampaian informasi kepada masyarakat,
kontribusinya sebagai pengurus telah menjadi penerima manfaat yang
menerapkan praktek cara pembuatan produksinya jadi bukan hanya
sebatas teori saja.
Dalam hal ini pada beberapa orang yang diwawancara
mendapatkan nilai respon yang baik untuk masyarakat dan khususnya
untuk pengembangan diri sendiri agar bisa menjadi contoh untuk
masyarakat sekitar agar bisa menerapkan praktek produksi yang telah
dijalankan.
100
h. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam kegiatan
pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek Grogol
Petamburan
Pada tahapan ini masih dalam tahap Pelayanan informasi TTG
dilakukan melalui penyuluhan, pemberian informasi langsung kepada
masyarakat yang datang ke Posyantek desa/Posyantek, pembuatan
leaflet, brosur, spanduk, iklan layanan masyarakat melalui radio, dan
sejenisnya. Kegiatan di dalamnya pembuatan poster, iklan atau
layanan untuk menyebarluaskan informasi terkait program yang akan
berlangsung agar masyarakat tahu dan mempunyai keingian untuk
berpartisipasi dalam program yang dibuat Posyantek. Dalam hal ini
pembuatan layanan iklan dll secara pembuatan memang menyeluruh
Eko yang membuatnya. Eko mengungkapkan :
“Brosur dan lain sebagaunya murni saya sendiri yang
ngelola dan gak hanya grogol aja. Pas lomba juga agak sibuk
juga karna saya juga yang bantu. Apalagi saya selaku ketua
forum Nasional saya gak bisa tinggal diem ngeliatnya”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Dalam hal ini Eko selaku pengurus yang selalu membuat
poster layanan iklan dll, disamping memang mahir dalam bidang
pembuatan design dan karya seni lainnya, Eko juga sebagai Ketua
Forum Nasional Posyantek, jadi tidak bisa tinggal diam jika belum
ada yang mengerjakan. Bukan hanya itu pada acara-acara Posyantek
di Kecamatan lain juga Eko yang membantu. Selebihnya dalam hal
penyebaran dan pemberitahuan kepada masyarakat, anggota serta
peran wartek-wartek di setiap kelurahan yang mengerjakan.
Tanggapan lain kepada Erwin, mengungkapkan :
“Tergantung kebutuhan masyarakatnya, kontribusinya saya
ikut sebar luasin” (Wawancara dengan Erwin Yahya
Sitompul, 10 September 2019)
101
Dalam hal ini Erwin selaku pengurus melihat pembuatan
layanan iklan itu tergantung kebutuhan masyarakatnya, kebutuhan
dalam program apa dan melihat potensi yang akan berkembang
bagaimana. Pada kontribusinya Erwin ikut sebar luaskan pamphlet
dan layanan iklan lainnya yang telah Eko buat ke masyarakat,
terutama ke warga sekitar tempat tinggal. Dalam tanggapan lain juga
diungkapkan oleh Kurnia istri dari Erwin:
“Saya di wartek memberi penyuluhan ke masyarkat sekitar
wartek Kelurahan setelah mendapatkan informasi dari
Posyantek” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10
September 2019)
Kurnia sebagai penerima manfaat menjalankan tugasnya di
wartek memberikan penyuluhan informasi terkait acara yang akan
diselenggarakan oleh Posyantek juga menyebarluaskan poster yang
telah dibuat. Pada intinya menunggu perintah dari yang lebih atas
dari wartek. Dalam hal ini juga Heriyani, mengungkapkan :
“Rembukan saja bagusnya gimana karna udah ada yang
ngerjain, kasih ide paling kalo di pameran”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Berbeda dengan yang lainnya, Heriyani selaku pengurus
ungkap dirinya rembukan bagaimana bagusnya karena sudah ada
yang mengerjakan yaitu Eko, jika ada acara event pameran, bertemu
dan sambil memberikan ide terkait pembuatan Poster ataupun terkait
acara-acara kedepannya. Dalam hal ini juga di ungkapkan oleh
Lestari :
“Pak Eko itu yg bikin, paling saya kirim foto ke pak Eko
Kontribusinya bikin profil produk” (Wawancara dengan Sri
Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
102
Untuk semua yang mempunyai produksi mengirim foto untuk
dijadikan Pamflet dan dibuat oleh Eko termasuk Lestari, Lestari juga
membuat Profil produknya untuk disetorkan juga ke Eko agar tertera
di Pamflet. Pada tanggapan lain juga mengungkapkan :
“Saya kurang aktif di bidang ini, taunya jadi aja Jadi tidak
bisa komentar” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober
2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai pengurus kurang aktif dan
hanya tau sudah jadinya saja, jadi tidak bisa berkomentar apa-apa
dalam hal poster dan layanan iklan.
Sejauh ini partisipasi dan kontribusi dalam hal pembuatan
layanan iklan atau alat pemberitahuan kepada masyarakat Eko secara
garis besar yang membuat namun, dalam penyebarannya semua turut
membantu dan memberikan ide untuk konsep yang akan dibuat
kedepannya. Dalam hal Pembuatan pamphlet memang tidak
semuanya bisa, beruntung di Posyantek Grogol mempunyai Eko yang
bisa dan mau membuatnya.
i. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahapan
kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman
dan kemampuan masyarakat dalam menerapkan, menggunakan dan
mengembangkan TTG. Kegiatan di dalamnya kursus, pelatihan bagi
penerima manfaat dan menjalankan acara pelatihan sebagai pengurus.
Untuk membantu masyarakat dalam mengasah potensi agar
berpeluang untuk meningkatkan perekonomian dibutuhkannya suatu
pelatihan atau kursus dalam sebuah lembaga pemberdayaan. Dalam
hal ini Posyantek membantu untuk memberikan pelayanan terhadap
103
masyarakat dibawah lembaga pemerintah. berkaitan dengan
partisipasi dan kontribusinya Eko mengungkapkan :
“Kegiatan dari kecamatan yang kasih materi kadang saya.
Mereka bantu fikiran juga. Kita juga ada iuran kalo ada
kegiatan pengurus ajaa yang iuran” (Wawancara dengan
Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Dalam hal ini Eko selaku pengurus posyantek yang membantu
terselenggaranya acara, membantu fikiran, ide-ide, Posyantek juga
ada iuran jadi jika ingin membuat kegiatan diluar dari kegiatan yang
dibuat kecamatan, Posyantek punya tabungan untuk acara tersebut,
karena diluar dari acara yang dibuat Kecamatan, Posyantek belum
ada dana operasional. Selebihnya yang memberi materi dari
Posyantek juga, misalnya Eko dan teman-teman anggota Posyantek
yang telah sukses dalam produksinya. Dalam hal ini juga
diungkapkan Erwin :
“Menginformasikan bagian-bagian bidang yang ingin di
latih, kontribusinya misal kain perca nanti kita yang kondisiin
dan urus” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Sebagai Anggota Posyantek Erwin menginformasikan bagian-
nagian bidang yang ingin dilatih pada saat kegiatan berlangsung.
Mengkondisikan kegiatan berjalan sesuai yang direncanakan,
sedangkan kontribusinya karena mengkondisikan pengisi materi dan
mengurus keperluan kegiatan. Beda halnya dengan istri yang berada
pada wartek dan sama-sama memproduksi kerajinan kain perca,
Kurnia mengungkapkan :
“Yang ngajarin ke mereka gimana bikin kerajinan ini, saya
narasumbernya juga kalo di pelatihan-pelatihan, sebenernya
kurang di biaya, pelatihannya emang gak bayar tapikan kita
harus siapin barang-barangnya buat peragain.. kalo
104
pemdanya nyediain baru kita kerjain gitu” (Wawancara
dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September 2019)
Dalam hal ini Kurnia penerima manfaat yang berada pada
wartek Grogol sudah menjadi narasumber di berbagai pelatihan-
pelatihan pada kerajinan yang dibuatnya, juga mengajarkan pada
pelatihan yang diadakan Posyantek. Hambatannya berada pada
kurangnya pembiayaan karena pada saat pelatihan itu memperagakan,
jika pemdanya nyediain dikerjakan. Dalam tanggapan lain juga
diungkapkan Heriyani :
“Pernah sebagai Peserta dan menjadi aktif aja, setelah ikut
pelatihan langsung ngejalanin karna udah ada wadahnya,
sekarang kadang-kadang saya juga sudah menjadi
narasumber di kegiatan UMKM” (Wawancara Heriyani, 11
September 2019)
Partisipasi Heriyani sebagai pengurus dalam hal ini aktif di
dalamnnya dan sebagai penerima manfaat kontribusinya telah
menjalankan produksi karena menurutnya sudah ada wadahnya, dan
sekarang sudah menjadi narasumber di kegiatan-kegiatan UMKM
karena Heriyani aktif di berbagai kegiatan ekonomi bukan hanya di
Posyantek. Dalam hal ini juga diungkapkan Lestari:
“Pelatihan saya sekedar membantu surat undangan untuk
narasumber aja, karena saya aktif bukan hanya disini”
(Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September
2019)
Dalam hal ini Partisipasi Lestari sebagai pengurus sekedar
membantu surat untuk narasumber, karena Lestari juga aktif di
tempat lain. Dalam tanggapan lain juga diungkapkan oleh Kaiatun :
“Sama saja kalau habis pelatihan ya sudah, ada yang di
lanjut ada yang tidak, Kalau saya kan memang jadi lahan
penghasilan produksi peyek saya bisanya di kuliner kalau
jualan non kuliner tidak bisa” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
105
Dalam hal ini Kasiatun sebagai anggota menjadikan pelatihan
ini sebagai lahan penghasilan produksi peyek dibidang kuliner.
Dalam pelatihan Kasiatun berpartisipasi menyampaikan semangat
agar terus menggunakan TTG agar bisa menjadi penghasilan
ekonomi yang produktif.
Pada kesempatan ini masyarakat untuk mendapatkan
pelatihan dari Posyantek ternyata tidak semuanya menjalankan
sesudah pelatihan, seperti yang diwawancara diatas mereka semua
pelaku dari masyarakat yang melanjutkan hasil dari pelatihannya
untuk dijadikan produksi ekonomi mereka. diantaranya sukses
dibidangnya.
j. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman
dan kemampuan masyarakat dalam menerapkan, menggunakan dan
mengembangkan TTG. Perlu didalami sehingga diketahui masalah
yang harus dirapihkan didalamnya, juga terlihat potensi masyarakat
yang fokus dan tekun di dalam Posyantek. Dalam hal ini Eko
mengungkapkan :
“Peningkatan pemahaman yaa tergantung masyarakatnya,
hasil dari inovasi tentang alat sesuai kebutuhan kita arahin
ke UKM, lewat KUBE (Programnya Dinas Sosial) bahkan
jadi pengurus KUBE, mereka punya pendaan sosial, gak satu
dua dikasih alat, akhirnya alat dijual, padahal waktu
pengecekan pertama usahanya ada saya yang data”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
106
Peningkatan pemahaman tergatung pada potensi
masyarakatnya, Eko selaku pengurus mendata minat serta potensi
yang ada barulah muncul inovasi tentang alat yang sesuai dengan
kebutuhan setelah itu diarahkan ke UKM lewat program KUBE yang
mempunyai pendanaan sosial. penemuan yang berbeda adalah tidak
satu dua yang dikasih alat akhirnya alatnya dijual padahal waktu
pengecekan usaha produksinya. Masyarakat memang terkadang
banyak juga yang mengecewakan bukan hanya pemerintahnya saja.
tanggapan lain juga diungkapkan oleh Erwin :
“Kalau dalam hal ini dimulai dari berpartisipasi dalam
peningkatan pemahaman itu memang penting seperti
menerapkan apa yang telah diajarkan oleh Posyantek
kontribusinya dengan cara memproduksikan produksi dengan
baik” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Berpartisipasi dalam peningkatan pemahaman memang suatu
yang penting dan harus diterapkan untuk meningkatkan mutu kualitas
suatu produksi yang di jalani seperti yang dilakukan Erwin. Sebagai
pengurus dalam kontribusinya Erwin telah memproduksikan produksi
dengan baik sesuai yang diajarkan Posyantek untuk usahanya. Dalam
tanggapan lain juga diungkapkan oleh Kurnia :
“Partisipasinya saya yang buatin dirumah dibantu bapak
juga, kontribusinya saya suka membuat ide-ide baru dalam
produksi kain perca saya sehingga menigkatkan kualitasnya
juga” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10
September 2019)
Kurnia selaku penerima manfaat di wartek (warung teknologi)
Kelurahan Grogol sudah berpartisipasi menjalankan produksi kain
perrca dengan dibantu suaminya juga beberapa orang di rumahnya,
dalam kontribusinya Kurnia seringkali membuat ide-ide baru dalam
107
produksi kain percanya, seperti pembuatan mini alamamater untuk
gantungan mobil, bahan levis yang dibuat tas dan lain sebagainya.
Tanggapan lain juga diungkapkan oleh Heriyani :
“Partisipasinya interaktif, dari situ kan udah dapet ilmu, ya
kita ikutin aja cara produksi yang baik, pemasaran yang baik
kita ikutin” (Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam partisipasinya Heriyani sebagai penerima manfaat
interaktif agar mendalami apa yang telah disampaikan untuk
peningkatan pemahaman demi keberlangsungan usaha produksinya.
Sehingga mendapatkan ilmu cara memproduksi, bagaimana cara
pemasarannya semua diikutin dengan baik. Tanggapan lain juga
diungkapkan oleh Lestari :
“Saya mendata aja tidak banyak andil dalam proses ini”
(Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September
2019)
Dalam hal ini Lestari sebagai pengurus hanya mendata saja
tidak banyak andil karena mempunyai kesibukan lain juga untuk
tetap aktif dan berkontribusi juga dalam Posyantek. Tanggapan
lainnya juga diungkapkan oleh Kasiatun :
“Kalau lagi pelatihan saya selalu pesan jangan bosan-bosan
untuk memberikan info yang berguna tentang TTG,
Terkadang ada rasa bosan juga karena angin-anginan
makanya cari penerusnya dengan di adakannya pelatihan
ini”(Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai anggota dan juga pelaku
produksi peyek menekankan untuk memberikan informasi tekait TTG
dan Posyantek agar masyarakat bisa menggunakan dan bisa
merasakan manfaatnya seperti Kasiatun walaupun dalam prosesnya
108
tidak selamanya tekun da nada pasang surutnya. Bukan hanya ingin
masyarakat merasakan manfaatnya tetapi agar ada penerusnya..
Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek terbilang
cukup baik karena mereka telah menjalankan produksi, memasarkan
dan lain sebagainya walaupun dalam suatu usaha ada pasang surutnya
tetapi sejauh ini peningkatan pemahamannya cukup interaktif.
k. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam peragaan
TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan
Keputusan untuk menggunakan suatu jenis TTG perlu adanya
bukt atau fakta empirik. Oleh karena itu, dalam rangka
mensosialisasikan suatu jenis TTG kepada masyarakat diperlukan
peragaan TTG. Pada tahapan ini peragaan TTG pada kegiatan
pameran-pameran, acara undangan diberbagai kegiatan rata-rata
sudah berpartisipasi, dalam partisipasinya sudah melakukan
sosialisasi pada masyarakat sekitar tentang kegiataan TTG yang telah
mereka terapkan untuk dijadikan usaha produksi yang akan menjadi
lahan ekonomi atau setidaknya bisa menambah nilai ekononi untuk
keluarga. Pada tahapan ini penulis berkesempatan hadir pada acara
Temu inovator, peragaan alat Tepsor dari Grogol Petamburan juga
banyak berbagai macam gelar produk Posyantek yang diadakan
Walikota Jakarta Barat. Dalam hal ini diungkapkan oleh Eko sebagai
berikut :
“Partisipasinya antusias, Cuma lebih ke sendiri-sendiri.
Lebih ke mandiri. Dan kebetulan kemarin saya yang
meragakan di walikota dengan membawa anak didik saya di
109
sekolah” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Menurut Eko sebagai pengurus dalam hal ini masyarakat lebih
mandiri dalam menerapkan termasuk Eko, pada kesempatan ini saya
diundang oleh Eko untuk hadir dan melihat acara Posyantek yang
diadakan oleh Walikota Jakarta Barat. Disana Eko memeragakan alat
Tepsornya kepada semua Posyantek yang hadir juga jajaran Walikota
yang hadir juga pada acara tersebut. Tanggapan lain juga
diungkapkan oleh Erwin :
“Memperlihatkan dan menjelaskan, tidak lupa menjelaskan
biayanya juga” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul,
10 September 2019)
Erwin Sebagai penerima manfaat pada saat pameran bukan
hanya menjelaskan barangnya saja akan tetapi tidak lupa rincian
biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Dalam hal ini
juga diungkapkan Kurnia :
“Beberapa kali saya sudah diundang untuk memeragakan
kain perca ini di pameran dan sosialisasi, didalamnya saya
menjelaskan bagaimana saya bisa memproduksi ini, cara-
cara pembuatannya juga menawarkan pada pejabat-pejabat
setempat agar tertarik karena dalam produksi saya ini, ingin
terlihat unik sehingga kalangan ataspun tertarik untuk
melihat dan membelinya” (Wawancara dengan Dewi
Kurnianingsih, 10 September 2019)
Sebagai penerima manfaat Kurnia pada pameran ini memang
kain perca sebagai barang yang unik dan membuat orang tertarik
untuk bertanya. Sehingga sebelum bertanya Kurnia menjelaskan
terlebih dahulu. Dari keunikannya mempunyai nilai ketertarikan
untuk dibeli pada semua kalangan yang menjadi sasaran Kurnia dan
Erwin. Dalam tanggapan lain juga diungkapkan oleh Heriyani :
110
“Selain jadi peserta dan buka stand dimana-dimana kalo
yang khusus posyantek di balai kota, Walaikota dan
mensosialisasi inovasi baru ini di pameran juga kepada
masyarkat sekitar ” (Wawancara Heriyani, 11 September
2019)
Heriyani sebagai penerima anfaat termasuk yang sukses
dalam produksinya walaupun tidak banyak menggunakan alat TTG
tetapi produksinya sudah banyak dikenal orang. Karena di Jakarta
jarang sekali menemukan oleh-oleh khas Jakarta, Heriyani membuat
usaha ini. pemasarannya juga sudah terbilang sangat baik karena
mempunyai rekan-rekan bisnis yang bisa saling menawarkan,
ditambah ada beberapa customer dari luar Negeri yang membuka
usaha oleh-oleh khas Jakarta. Dalam hal ini juga tanggapi oleh
Lestari menurutnya :
“Saya pernah di kasih stand dr posyantek, disana juga
ngajarin gimana cara buat produksi akrilik saya ini,
menjualnya juga” (Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu,
ST., 12 September 2019)
Dalam hal ini Lestari sebagai penerima manfaat juga pernah
berpartisipasi dalam memeragakan produksi usaha akriliknya di
pameran. Dalam hal ini juga diungkapkan oleh Kasiatun, menurutnya
:
“Semua sudah diurusi oleh pak Eko, produksi yang saya
bawa Selama ini belum ada, alat pembelah kacang cuma
gambar dan vidio aja kalau dulu, kalau sekarang saya punya
alat pembelah kacang dan saya gunakan untuk produksi
peyek saya. Dan sudah banyak yang tau juga karena saya
pernah diajak untuk ikut diacara-acara Posyantek”
(Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
111
Dalam hal ini Kasiatun sebagai penerima manfaat mempunyai
alat TTG yang digunakan untuk produksi peyeknya. Alat yang tidak
semua orang tau dan alat ini sangat membantu dalam prodes
pembuatan peyek Kasiatun. Kasiatun juga telah memeragakan alat ini
diacara-acara posyantek untuk menjelaskan kegunaan alat dan
bagaimana cara memakainya untuk pembelah kacang.
Dalam tahapan pameran ini terdapat orang-orang yang sudah
berhasil dalam memproduksi produksinya. berbagai informasi untuk
masyarakat diberikan guna menyadarkan pola pikir masyarakat untuk
bisa produktif dalam menjalankan program yang diberikan
pemerintah untuk masyarakat, agar terciptanya ekonomi yang cukup
pada kalangan keluarga dan juga anak muda.
l. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG dibeberapa Kelurahan di
Posyantek Grogol Petamburan
Keputusan untuk menggunakan suatu jenis TTG perlu adanya
bukti dan atau fakta empirik. Oleh karena itu, dalam rangka
mensosialisasikan suatu jenis TTG kepada masyarakat diperlukan
peragaan TTG. Pada tahapan ini Demostrasi merupakan suatu hal
yang penting bagi mereka yang sudah pada tahap memproduksi
produksi mereka agar lebih banyak orang tau usaha yang mereka
jalankan. Dalam hal ini Eko mengungkapkan sebagai berikut :
“Dalam demonstrasi kasih-kasih pelatihan ke masyarakat
yang mau. Iya saya mendemonstrasikan, saya ke kegiatan RT,
kegiatan RW dan masyarakat mau menerima hanya saja
dukungan dari pemerintah yang masih kurang. RT RW nya
berpengaruh. Dalam hal ini juga bank sampah disini saya
arahkan ke masyarakat agar bisa mengelola bukan hanya
dikumpulin aja tapi saya ajarin agar bisa punya nilai jual.
Kayak strerofoam itu dijual gak laku tapi saya buat
112
kreatifitas. Padahal berbahaya” (Wawancara dengan Eko
Herry Waluyo, 7 September 2019)
Dalam hal ini Eko sebagai pengurus memberikan pelatihan-
pelatihan bagi masyarakat yang mau dalam pengelolaan sampah di
Tepsor untuk dijadikan biogas, pengumpulan sampah yang
mempunyai nilai jual dan juga kreatifitas, berawal dari pengelolaan
lingkungan agar menjadi kesadaran masyarakat untuk mengelola
sampah agar bisa produktif lagi. Dalam hal lain juga diungkapkan
oleh Erwin :
“Sama seperti penyuluhan gitu, kalau itu saya bantu-bantu
istri aja” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Kegiatan demonstrasi ini menurut Erwin selaku pengurus
sama seperti penyuluhan, bedanya demonstrasi ini masing-masing
mendemokan diwilayah masing-masing atau di kelurahan-kelurahan
setempat, disini Erwin membantu istrinya Kurnia untuk
mendemonstrasikan produksi kain percanya. Dalam tanggapan lain
juga diungkapkan oleh Kurnia :
“Waktu itu pernah demo jadi kita siapin barang-barangnya
terus langsung partekkan, jadi kaya kursuslah, kalo ke
kelurahan, kelurahan kita aja sini kelurahan grogol,
memeragain gitu” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih,
10 September 2019)
Pada saat demo Kurnia selaku penerima manfaat beserta
suami dan timnya menyiapkan barang-barangnya untuk dipraktekkan,
menurutnya ini semacam kursus yang diberikan Kurnia pada
masyarakat setempat dan juga Kelurahan Grogol. Pada tanggapan
lain juga diungkapkan Heriyani :
113
“Kita kan sering diundang nih, dari pkk rw sampe ke tingkat
kota ngajarin. Di kecamatan juga udah jadi pemateri”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam hal ini Heriyani sebagai penerima manfaat dan
teamnya sudah sering diundang dari berbagai instansi mulai dari
PKK RW sampai ketingkat kota mereka mengajarkan apa yang telah
mereka produksikan. Dibeberapa acara Heriyani juga telah menjadi
pemateri untuk acara UMKM atau acara Posyantek itu sendiri. Pada
tanggapan lain juga diungkapkan Lestari menurutnya :
“Kalau demo gitu saya hanya melihat aja belom ada jobdesk,
dalam produksi akrilik saya, saya mendemokan kalau
pameran” (Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12
September 2019)
Dalam hal ini Lestari sebagai penerima manfaat hanya
melihat saja belum ada jobsdesk, mendemokan produksinya pada saat
pameran atau pada saat kumpul acara-cara lainnya. Dalam hal ini
juga diungkapkan Kasiatun menurutnya :
“Yang saya lihat Pak Eko yang sering memperagakan alat
tepsor nya di Posyantek Grogol Petamburan, produk dan ide.
Kalo produksi saya alat TTG saya sering cuma saya bawa
videonya sama hasilnya karena mesin saya besar terus serba
guna bisa untuk kripik juga berat kalau di bawa2 karena saya
juga kader Kube jadi saya sering ngajarin di panti-panti dan
tempat-tempat lain” (Wawancara dengan Kasiatun, 15
Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun sebagai penerima manfaat
mengapresiasi semangatnya Eko dalam mendemonstrasikan TTG
nya, pada Kasiatun sendiri sering melakukan demo tetapi hanya
melalui video dan hasil yang dibawa karena alatnya cukup besar dan
berat sehingga dalam hal ini memberitahunya melalui video.
114
Kasiatun bukan hanya mendemokan ke masyarakat sekitar tetapi
karena Kasiatun sebagai kader Kube, Kasiatun juga mendemokannya
di panti-panti dan juga tempat-tempat lain untuk mengajarkan alat
TTG nya.
Pada tahapan ini partisipasi dan kontribusi masyarkat sudah
tergolong aktif, bahkan ada yang sampai mendemokannya di panti-
panti dan tempat lain. Mereka rata-rata sudah semaksimal mungkin
menginformasikan alat serta produksinya kepada masyarkat agar
masyarakat bisa seperti mereka juga dalam memproduksi
produksinya ke masyarakat.
m. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyatek Grogol
petamburan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses alih
teknologi kepada masyarakat (pemanfaat TTG) dalam rangka
pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya lokal di daerah.
Sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dalam proses
produksi barang maupun jasa, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan serta menumbuh
kembangkangkan kewirausahaan dan industry mikro kecil di desa-
desa.
Kegiatan pada tahapan pendampingan pemanfaatan TTG ini,
masyarakat dilihat sampai mana menggunakan TTG yang telah
diajarkan oleh Posyantek. Dalam hal ini Eko mengungkapkan :
“Pendampingan hari ini adanya ditingkat kota, nanti
langsung ke Posyantek tanpa melalui kecamatan kadang dari
Posyantek ke masyarakat bersama pemerintah. Posyantek
sendiri dalam pendampingan sekaligus sosialisasi dalam
prodak karna memang tidak ada biaya. Jadi terkadang
dibarengin sosialisasi pendampingan juga tapi untuk mereka
115
yang melakukan tapi kalo yang belom sifatnya sosialisasi.
Biasanya mereka ada masalah dalam produknya. Dari
pendampingan itu kita arahin dari produksi, kapasitas
produksi, kemasan penyajian makanan, biasanya kita juga
dibarengin dalam penindustrian” (Wawancara dengan Eko
Herry Waluyo, 7 September 2019)
Pendampingan Posyantek memang adanya di tingkat kota
namun, Posyantek Kecamatan juga membantu dalam pendampingan
bersama pemerintah. Dalam pendampingan yang diadakan oleh
Posyantek Kecamatan sifatnya sosialisasi namun juga diselingi
pendampingan didalamnya seperti yang dijelaskan Eko terdapat
pemecahan maalah dalam ptoduksi, legalitas serta pemasaran yang
ada didalamnya. Dalam kegiatan ini Eko selaku pengurus telah
membantu pemerintah kota dan pemerintah daerah dalam
pendampingan untuk masyarakat. Sewaktu masih pada tahap
pendampingan Eko sebagai penerima manfaat menanyakan perihal
kapasitas produksi, pemasaran dan juga perindustrian, Dalam hal ini
juga diungkapkan oleh Erwin sebagai berikut :
“Pendampingan itukan buat pemula-pemula kita dampingin
tergantung bidang-bidangnya, misal dampingin masalah
Koran nanti ada yang dampingin pada bidangnya, masalah
perca nanti ada yang dampingin nah itu saya dan istri yang
urusin” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Menurut Erwin sewaktu masih pada tahap pendampingan
sebagai penerima manfaat menanyakan proses produksi dan lain-lain.
Didalam pendampingan itu ada bidang-bidangnya, disini Erwin
sebagai pengurus mendampingi masalah perca bersama istrinya.
Dalam hal ini juga dianggapi oleh Heriyani sebagai berikut :
“Sebagai pelaku usaha di dampingin instansi dan saya yang
sudah dampingin, dampinginnya di wilayah, dulu waktu
116
masih di tahap pendampingan saya aktif terus bertanya
dalam produksi dan pemasaran” (Wawancara Heriyani, 11
September 2019)
Heriyani sewaktu masih pada tahap pendampingan sebagai
penerima manfaat aktif dalam bagaimana penanganan produksi dan
pemasaran. Selaku pengurus yang usahanya dari awal didampingi
instansi pemerintah, kini Heriyani sudah mendampingi para pelaku
usaha juga ditingkat wilayah. Dalam hal ini juga ditanggappi oleh
Lestari menurutnya :
“Gak pernah ngedampingin paling kasih informasi saja”
(Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September
2019)
Dalam hal ini Lestari tidak pernah mendampingi hanya
sekedar memberikan infromasi terkait Posyantek. Dalam hal ini juga
ditanggapi oleh Kasiatun menurutnya :
“Dulu aktif ikut ngedampingin ibu-ibu sekarang lagi pengen
istirahat sambil menularkan ilmu ke ibu-ibu yang produktif
biar pada pinter cari penghasilan untuk kebutuhan, Dulu ke
mana-mana ada acara kegiatan TTG atau kemasyarakatan
pasti ikut” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Pada masanya Kasiatun sebagai pengurus aktif dalam
pendampingan ke masyarakat, mengikuti proses demi proses
ditahapan pendampingan, sekarang berbagi ilmu di kalangan ibu-ibu
wilayahnya agar lebih produktif memanfaatkan waktu dengan TTG
agar mempunyai penghasilan sendiri dengan ilmu yang diberikan
Kasiatun. Sebagai penerima manfaat terus menjalankan sesuai
pendampingan agar usaha berjalan dengan baik.
Pada tahapan pendampingan ini beberapa dari mereka dari
yang di dampingi sekarang sudah mendampingi bersama dengan
pemerintah. Tahap pendampingan ini seperti dijelaskan adalah tahap
117
penyelesaian masalah dalam produksi, legalisasi, pemasaran,
perindustrian dan masalah-masalah pendampingan lain di bidang
usaha. Walaupun pendampingan adanya di tingkat wilayah kota
Posyantek Kecamatan membantu dalam proses pendampingan
dengan pemerintah.
n. Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan
Kegiatan ini dilakukan secara mandiri maupun menjalin
kerjasama dengan swasta, lembaga penelitian dan pengembangan
pemerintah/pemda, perguruan tinggi/sekolah kejuruan, dan
sejenisnya. Pada tahapan pengembangan ini masyarakat yang dibina
sudah pada produksi yang produktif, legalisasi, pemasaran dan lain-
lain. Disini masyarakat akan dibina melalui tahap pengembangan
agar menjadi produktif di masing-masing bidang usahanya. Dalam
hal ini ditanggapi oleh Eko sebagai berikut :
“Dalam tahap pengembangan ini sangat antusias karna udah
dalam tahap pengembangan, sertifikasi prodak dan
legalisasi. Sebenernya itu usaha sampingan aja. Kita juga
punya gerai produk”(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo,
7 September 2019)
Pada tahapan ini Eko sebagai pengurus mendampingi
masyarakat yang dibina sudah pada tahap memproduksi, legalisasi
dan juga produk bisa ditaro di gerai Posyantek setempat. Dalam
tanggapan lain juga diungkapkan oleh Erwin sebagai berikut :
“Pada tahap ini saya sebagai anggota memfasilitasi untuk
pengembangan usaha mereka, kontribusinya mamfasilitasi
birokrasinya"(Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Dalam tahapan pengembangan ini pengurus memfasilitasi
untuk pengembangan usaha produksinya, seperti yang telah
118
dijelaskan Eko, Erwin juga memfasilitasi bagaimana tahapan
birokrasi pada legalisasi, pemasaran dan tahapan pegembangan lain
untuk keberlangsungan peningkatan produksi masyarakat. dalam hal
ini juga ditanggapi oleh Kurnia sebagai berikut :
“Pada tahapan pengembangan ini saya selaku pelaku usaha
Fokus ke produksi aja, yang urusin itu udah ada anggota”
(Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September
2019)
Seperti yang dijelaskan Kurnia sebagai penerima manfaat
fokus pada produksinya karena Kurnia berada pada posisi wartek,
urusan pengembangan sudah pada anggota Posyantek Kecamatan.
Dalam hal ini juga ditanggapi oleh Heriyani :
“Soal pengembangan, legalisasi begitu saya belum ikut serta
hanya tau dan sudah ada yang urus biasanya anggota dari
Kecamatan atau pada Wilayah, kalau untuk pemasaran
produksi sendiri memang saya yang urus selaku owner”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam tahapan pengembangan ini, Heriyani belum ikut serta
hanya sekedar tahu, tetapi sebagai penerima manfaat memproduksi
usaha oleh-oleh khas Jakartanya sudah memasarkan keberbagai
kalangan masyarakat, juga telah ada di layanan online shop. Dalam
hal ini juga di tanggapi oleh Kasiatun sebagai berikut :
“Tak boleh bosan memberikan support dan semangat para
pengguna dan teman sesama TTG. Dari peyek dah
bermacam-macam merembet ke nasi box, makanan ringan
dll. Tadi nya asal ada event saya bawa prodak dan kartu
nama, sekarang tinggal enaknya kalau order tinggal telpon
atau wa. Satu lagi di kualitas dan kebersihan pruduknya biar
tetap rasa nya renyah. Alhamdulillah sudah jarang ngikutin
bazar biar yg muda-muda aja, Mau saya si kedepannya agar
bisa Pemasaran ke kantor-kantor besar, kementrian-
kementrian dan mengikuti bazaar-bazar besar di PRJ”
(Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
119
Dalam tahapan pengembangan ini perkembangan yang
dirasakan oleh Kasiatun sebagai penerima manfaat berkembang baik
dan lancar dalam produksi peyeknya, bahkan bukan hanya peyek
tetapi berbagai macam produksi lainnya. Perkembangan lainnya juga
dirasakan dari pemasaran yang menyebarkan kartu nama sekarang
tinggal menunggu telpon atau WA. Kasiatun berharap agar
perkembangan pemasaran bisa jauh lebih baik seperti pemasaran ke
kantor-kantor juga ke kementrian-kementrian
Dalam tahapan ini masyarakat yang dibina sudah pada tahap
memproduksi, legalisasi dan juga produk bisa ditaruh di gerai
Posyantek setempat, pengembangan yang terjadi menjalin kerjasama
ke berbagai wadah agar usaha produksi semakin banyak yang tahu.
Walaupun sudah pada tahap ini masyarakat akan terus dikontrol
perkembangan usahanya agar pemasaran berjalan dengan lancar.
Berikut ini bentuk pastisipasi dan kontribusi dalam Program
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat sebagai
berikut :
Tabel tahapan pemberdayaan
No. Tahapan Bentuk partisipasi dan kontribusi
1. Tahapan
inventarisasi
Pada tahap inventarisasi ini temuan-temuan
yang di dapat mengenai partisipasi dan
kontribusi masyarakat di Posyantek Grogol
Petamburan terbilang cukup sesuai tugas pokok
dan fungsi pada setiap pengurus walaupun ada
besar dan kecilnya. Seperti Pak Eko yang
memang secara keaktifan sudah pada tingkat
awal yang memang jabatannya juga sebagai
Ketua Forum Posyantek Nasional. Diakuinya
bahwa segala urusan-urusan inventarisasi
dikerjakan akan tetapi pengurus yang lain pun
diberikan tugas juga sesuai jabatan walaupun
yang menyelesaikan Eko.
120
No. Tahapan Bentuk partisipasi dan kontribusi
2. Tahapan
informasi
Dalam tahapan informasi SDA ini mereka
memberikan kesinergian yang cukup untuk
Posyantek melalui pelayanan informasi yang
diberikan kepada masyarakat membutuhkan.
Partisipasi dan kontribusi dalam hal ini
mencakup bentuk tenaga untuk memberikan
informasi SDA seluas-luasnya bagi masyarakat
tentang Posyantek.
3. Tahapan
jenis-jenis
TTG yang
telah
dimanfaatka
n
masyarakat
Dalam tahapan ini peran para inovator/
pengurus yang sekaligus menjadi penerima
manfaat sangat berpengaruh untuk dipraktekkan
langsung dikalangan masyarakat supaya
kebermanfaatanya sama-sama terasa. Agar
masyarakat juga paham jenis-jenis kebutuhan
TTG bisa dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Tahapan
jenis-jenis
kebutuhan
TTG oleh
masyarakat
sebagai
acuan
Secara keseluruhan tanggapan penerapan alat
TTG sebagai acuan untuk masyarakat masih
pada tahap penginformasian, masyarakat hanya
sekedar tahu bahwa ada pihak-pihak yang
konsentrasi dan melakukan usaha produktif
didalamnya, mereka mengapresiasi tetapi
karena tidak adanya operasional, pihak
penguruspun bingung ingin melakukan kegiatan
karena kegiatan yang ada itu atas kegiatan yang
dibuat oleh Kecamatan. Sementara itu, pihak
pengurus berusaha sebaik mungkin agar
Posyantek tetap berjalan walaupun dengan tidak
adanya operasional yang seharusnya ada.
5. Tahapan
pelayanan
informasi
Dalam tahapan pelayanan informasi ini bentuk
partisipasi dan kontribusi masyarakat dengan
penyebaran pamphlet dan layanan iklan
lainnya. Penginformasian lain di wilayah
sendiri dengan cara terus menjalankan produksi
agar masyarakat melihat kegigihan dari para
pelaku penerima manfaat dari situ masyarakat
menjadi penasaran dan ingin mencoba. Selain
itu penginformasian dari acara-acara bazar atau
acara-acara Kecamatan dan juga acara UMKM
yang diadakan Pemda setempat.
121
No. Tahapan Bentuk partisipasi dan kontribusi
6. Tahapan
penyuluhan
Tahap penyuluhan pada saat menjadi peserta/
masyarakat memenuhi undangan partisipasinya
yang hadir menyumbang fikiran, diskusi dan
tanya jawab. Pada saat menjadi pengurus para
pengurus menjalankan acara sesuai dengan
tugasnya. Saat menjadi penerima manfaat rata-
rata dari meneka sudah menjadi narasumber
diberbagai acara penyuluhan UMKM di tingkat
wilayah, kota dan Pemda setempat
7. Tahapan
kegiatan
pemberian
informasi
Dalam kegiatan pemberian informasi, para
pengurus berpartisipasi dalam penyampaian
informasi terkait program-program posyantek.
Pemberian informasi melalui kontribusinya
sebagai narasumber dalam sebuah pelatihan
atau kegiatan sejenis penyuluhan terhadap
pemberian informasi terkait pengembangan
ekonomi dan potensi masyarakat.
8. Tahapan
pembuatan
leaflet/
brosur/
layanan
iklan
Sejauh ini partisipasi dan kontribusi dalam hal
pembuatan layanan iklan atau alat
pemberitahuan kepada masyarakat Eko secara
garis besar yang membuat namun, dalam
penyebarannya semua turut membantu dan
memberikan ide untuk konsep yang akan dibuat
kedepannya. Dalam hal Pembuatan pamphlet
memang tidak semuanya bisa, beruntung di
Posyantek Grogol mempunyai Eko yang bisa
dan mau membuatnya.
9. Tahapan
kursus/
pelatihan
Partisipasi dan kontribusi mereka ada yang
menjadi pemateri, mengurus acara dan
membantu surat undangan untuk narasumber,
mengajarkan bagaimana cara pembuatannya.
Pada kesempatan ini masyarakat untuk
mendapatkan pelatihan dari Posyantek ternyata
tidak semuanya menjalankan sesudah pelatihan,
seperti yang diwawancara diatas mereka semua
pelaku dari masyarakat yang melanjutkan hasil
dari pelatihannya untuk dijadikan produksi
ekonomi mereka. diantaranya sukses
dibidangnya.
122
No. Tahapan Bentuk partisipasi dan kontribusi
10. Tahapan
peningkatan
pemahaman
Bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat
dalam peningkatan pemahaman di Posyantek
terbilang cukup baik karena mereka telah
menjalankan produksi, memasarkan dan lain
sebagainya walaupun dalam suatu usaha ada
pasang surutnya tetapi sejauh ini peningkatan
pemahamannya cukup interaktif.
11. Tahapan
peragaan
TTG/
produksi
pada
kegiatan
pameran
Dalam tahapan pameran ini terdapat orang-
orang yang sudah berhasil dalam memproduksi
produksinya. selain mempromosikan
produksinya mereka memberikan berbagai
informasi untuk masyarakat diberikan guna
menyadarkan pola pikir masyarakat untuk bisa
produktif dalam menjalankan program yang
diberikan pemerintah untuk masyarakat, agar
terciptanya ekonomi yang cukup pada kalangan
keluarga dan juga anak muda.
12. Tahapan
demonstrasi
Pada tahapan ini partisipasi dan kontribusi
masyarkat sudah tergolong aktif, bahkan ada
yang sampai mendemokannya di panti-panti
dan tempat lain. Mereka rata-rata sudah
semaksimal mungkin menginformasikan alat
serta produksinya kepada masyarkat agar
masyarakat bisa seperti mereka juga dalam
memproduksi produksinya ke masyarakat.
13. Tahapan
pendamping
an
Pada tahapan pendampingan ini beberapa dari
mereka dari yang di dampingi sekarang sudah
mendampingi bersama dengan pemerintah.
Tahap pendampingan ini seperti dijelaskan
adalah tahap penyelesaian masalah dalam
produksi, legalisasi, pemasaran, perindustrian
dan masalah-masalah pendampingan lain di
bidang usaha. Walaupun pendampingan adanya
di tingkat wilayah kota Posyantek Kecamatan
membantu dalam proses pendampingan dengan
pemerintah.
14. Tahapan
pengembang
an
Dalam tahapan ini masyarakat yang dibina
sudah pada tahap memproduksi, legalisasi dan
juga produk bisa ditaro di gerai Posyantek
setempat, pengembangan yang terjadi menjalin
123
kerjasama ke berbagai wadah agar usaha
produksi semakin banyak yang tahu. Walaupun
sudah pada tahap ini masyarakat akan terus
dikontrol perkembangan usahanya agar
pemasaran berjalan dengan lancar.
Berikut ini tangga pastisipasi dan kontribusi dalam Program
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat sebagai
berikut :
Tabel tangga partisipasi dalam program Posyantek
No. Tahapan-tahapan dalam
Posyantek Tangga Partisipasi
1. Tahapan inventarisasi Manipulasi
2. Tahapan informasi dan sumber
daya alam
Informasi
3. Tahapan jenis-jenis TTG yang
telah dimanfaatkan oleh
masyarakat
Konsultasi
4. Tahapan Jenis-jenis kebutuhan
TTG oleh masyarakat sebagai
acuan untuk memberikan
pelayanan teknis TTG kepada
masyarakat
Konsultasi
5. Tahap pelayanan informasi Kemitraan
6. Tahap kegiatan penyuluhan Delegasi
7. Tahap pemberian informasi Kemitraan
8. Tahap pembuatan leaflet/
brosur/ layanan iklan
Manipulasi
9. Tahapan kursus atau pelatihan Kemitraan
10. Tahap peningkatan,
pemahaman dan kemampuan
dalam menerapkan,
menggunakan dan
mengembangkan TTG
Kendali warga
124
No. Tahapan-tahapan dalam
Posyantek Tangga Partisipasi
11. Tahap peragaan TTG pada
kegiatan pameran-pameran
Kendali warga
12. Tahap Demonstrasi
penggunaan TTG dibeberapa
kelurahan
Kendali warga
13. Tahapan pendampingan Kemitraan
14. Tahapan pengembangan Kemitraan
2. Faktor pendukung dan penghambat partisipasi dan kontribusi
masyarakat dalam program pos pelayanan teknologi tepat guna
(Posyantek) di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Masuk ke dalam faktor pendukung dan penghambat
partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam program Posyantek.
Terdapat apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat dalam
berjalannya program Posyantek ini dikalangan anggota dan juga
masyarakat penerima manfaat program Posyantek.
a. Faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam menjalankan
program di Posyantek Grogol Petamburan
Setiap program pasti ada faktor pendukung dalam berjalannya
suatu program, dengan didasari jiwa sosial yang tinggi para anggota
Posyantek terus menjalankan program disamping banyaknya faktor
penghambat tetapi harus terus dijalankan. Dalam hal ini Eko
bertanggapan sebagai berikut :
“Faktor pendukungnya kendaraan, tanpa kendaraan kita
tidak bisa kemana-mana. Saya juga sering diundang dalam
acara-acara tingkat kota, wilayah juga Pemda. Dan juga yaa
jiwa sosial, berbagi dan kekeluargaan udah itu aja”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Pada faktor pendukung yang diungkapkan Eko merupakan
ungkapan seorang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan
125
peduli terhadap masyarakat sekitar juga peduli lingkungan seperti
yang Eko banyak lakukan, prestasinya dalam kepedulian lingkungan
sudah diakui banyak orang bahkan banyak menginspirasi masyarakat.
panggilan pembicara mungkin sudah tidak terhitung lagi juga
pekerjaannya sebagai tenaga pengajar seni. Dalam tanggapan lain
juga diungkapkan oleh Erwin :
“Faktor pendukung posyantek tidak lepas dari peran
pemerintah daerah, pemdanya mendukung biasanya sukses
dan disini pemdanya dukung” (Wawancara dengan Erwin
Yahya Sitompul, 10 September 2019)
Beda halnya dengan Eko, Erwin berpendapat bahwa yang
menjadi faktor pendukung dari berjalannya Posyantek ini adalah
peran pemerintah daerah untuk perkembangan masyarakat agar lebih
produktif dalam memanfaatkan teknologi tepat guna, juga dalam
pengembangan usaha agar mempunyai nilai tambah ekonomi.
Menurut Erwin Pemda setempat mendukung akan adanya program
Posyantek ini. Dalam tanggapan lain juga diungkapkan oleh Kurnia
sebagai berikut :
“Faktor pendukungnya sama pemda juga, pendukung lainnya
juga melihat Posyantek yang lebih sukses agar kita bisa
seperti mereka, dimulai dari semangat diri sendiri juga untuk
merubahnya” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10
September 2019)
Disamping pendukug dari Pemda, Kurnia mempunyai faktor
pendukung lain untuk memacu semangatnya dengan melihat kader
Posyantek lain yang lebih sukses di bidangnya. Dalam hal ini juga
ditanggapi oleh Heriyani sebagai berikut :
“Faktor pendukungnya kalo ada bazar-bazar bisa ikut, kalo
ada pelatihan-pelatihan kita bisa ikut bahkan sudah menjadi
126
narasumber, jadi lebih berguna tambah wawasan dan ilmu”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Faktor pendukung lainnya menurut Heriyani mendapatkan
kesempatan untuk ikut bazar-bazar, pelatihan-pelatihan diberbagai
acara juga sekarang bisa menjadi Narasumber yang tadinya menjadi
peserta dan di didik juga. Nilai tambah lainnya mendapatkan
wawasan dan ilmu untuk produksi dan untuk dibagikan ke
masyarakat lainnya. Dalam hal ini juga ditanggapi Lestari sebagai
berikut :
“Harusnya dari dulu ada uang operasinal jadi kalo kita
kumpul ada biayanya ada support jadi gak jalanin aja”
(Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September
2019)
Dalam hal ini faktor pendukungnya jalanin saja karena belum
ada dana operasional yang jelas untuk anggota. Tanggapan lain juga
diungkapkan Kasiatun sebagai berikut :
“Pokoknya harus semangat agar Posyantek Gropet maju
lagi, Semua sih memang perlu pengorbanan, produk ini yang
saya bisa., terus banyak juga pemesanya itu yang mendukung
saya terus jalanin produksi ini, ingin menularkan ilmu yang
saya punya ,melalui posyantek dll” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Menurut Kasiatun karena banyaknya pesanan dalam usahanya
itu yang membuat dia terus menjalankan produksinya, Kasiatun juga
ingin membagi ilmunya ke orang banyak agar bisa berbagi manfaat.
Pada faktor pendukung ini masing-masing mempunyai
jawaban yang berfariasi, semuanya adalah suatu bentuk proses yang
mereka rasakan selama menjalankan program di Posyantek, karena
peran mereka berganda. Menjadi anggota juga menjadi pelaku usaha
produksinya masing-masing. Faktor pendukung inilah yang menjadi
127
pacuan agar terus mengembangkan diri di dalam usaha ekonomi yang
dimiliki mereka.
b. Faktor penghambat dalam menjalnakan program di Posyantek
Grogol Petamburan
Setiap ada faktor pendukung pasti ada faktor penghambat
didalamnya. ini yang banyak dicurahkan kepada mereka dan banyak
berharap akan kepekaan pemerintah untuk keberlanjutan Posyantek.
Dalam hal ini diungkapkan oleh Eko sebagai berikut :
“Faktor penghambatnya operasional tapi hari ini bagaimana kita
mengatasi operasional tetep berjalan kita urungan, temen-temen
pelaku usaha juga yang membantu. Tapi kalo yang namanya
udah ada operasional pasti progress-progres acara kita
terlaksana. Sekarang kita cari CSR juga susah diwilayah
walaupun banyak pengusaha-pengusaha, mereka gak paham
posyantek. Gubuernur tau Cuma sekedar tau tapi sebenernya
pelakunya posyantek lagi”(Wawancara dengan Eko Herry
Waluyo, 7 September 2019)
Faktor penghambatnya adalah operasional, tetapi Posyantek terus
berjalan walaupun tidak didukung dalam hal operasional, mereka
berunding dan iuran agar tetap berjalan program ini. disamping itu
besar harapan Eko agar pemerintah menengok Posyantek dan
membrikan dana operasonal agar semua acara berprogres dan
terlaksana dengan baik. Dengan cara lain Eko dan teman-teman
anggota lain juga mencari CSR perusahaan agar bisa menengok dan
membantu program ini tetapi mereka kurang paham akan arti
Posyantek. Pihak pemda hanya sekedar tahu tetapi pada pelaksannya
Posyantek lagi secara banyak menjalankan yang padahal harus
bersinergi antara Posyantek dan pihak pemerintah setempat. Dalam
hal ini juga diungkapkan oleh Erwin sebagai berikut :
128
“Disamping faktor dana operasional yang tidak didukung
pemerintah, faktor manusianya atau SDM itu yang menghambat,
misal kita dapet order banyak SDM nya kurang yang bantu
produksinya siapa, itu juga harus diperhatikan” (Wawancara
dengan Erwin Yahya Sitompul, 10 September 2019)
Menurut Erwin Faktor SDM juga perlu diperhatikan karena ini
menyangkut pada produksi usaha yang semakin meningkat berarti
harus semakin ditambah SDM yang ada dengan pensosialisasi
Posyantek secara menyeluruh dan ini perlu diperhatikan juga. Dalam
hal ini juga ditanggapi oleh Kurnia sebagai berikut :
“Faktot penghambatnya itu yaa sama dana operasional yang
tidak ada, dan juga SDM yang kurang karena pihak pemda yang
kurang mensosialisasikan Posyantek kepada masyarakat,
akhirnya masyarakat rata-rata tidak tau Posyantek itu apa”
(Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September 2019)
Sama seperti Erwin, Kurnia juga beranggapan bahwa bukan
hanya operasional dan SDM tetapi pemerintah harus
mensosialisasikan Posyantek pada masyarakat, agar tidak hanya
segelintir orang yang tau Posyantek. Dalam hal ini juga diungkapkan
oleh Heriyani sebagai berikut :
“Faktor penghambatnya program posyantek sempet gak berjalan
mungkin karena pemerintah kurang bersinergi pada Posyantek
tetapi pengurus tetap berjalan dan produksi tetap berjalan”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam hal ini Heriyani katakan sempat tidak berjalan besar
kemungkinan karena kurang bersinergi antara Posyantek dengan
pemda setempat. Tetapi tidak menutup semangat para pegurus untuk
terus menjalankan Posyantek demi masyarakat yang sudah antusias
dalam menjalankan program ini. dalam hal ini juga ditanggapi oleh
Lestari, sebagai berikut :
129
“Operasional udah pasti, kalo ada operasional kan dan
laporan pertanggung jawabannya jadi lebih bertanggung
jawab juga dalam program-program lainnya” (Wawancara
dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Sama seperti yang lainnya masih operasional yang menjadi
faktor penghambat, jika ada dana operasional, pengurus juga bisa
lebih maksimal dalam menjalankan program juga ada laporan
pertanggung jawaban atas dana yang telah pemda setempat berikan.
Dalam hal ini juga ditanggapi oleh Kasiatun sebagai berikut :
“Kalau saya pribadi faktor penghambatnya fasilitasnya
kurang, komitmen yang dibangun juga kurang dikit kalau di
Gropet. Kalau dalam produksi kurang dukungan SDM karena
tenaganya sudah berkurang” (Wawancara dengan Kasiatun,
15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun berpendapat beda dengan yang lainnya,
menurutnya kurangnya dukungan fasilitas yang menjadi pengambat
dalam Posyantek, juga kurangnya membangun komitmen di
Posyantek Grogol. Faktor usia yang semakin tua juga membuat faktir
peghambat karena sudah berkurang tenaga yang ada.
Pada faktor penghambat ini rata-rata menjawab faktor
penghambatnya dana operasional yang tidak ada sehingga agar terus
berjalan mereka mengakalkan untuk iuran demi berjalannya program
Posyantek. kebersinergian antara posyantek dengan pihak Pemda
harus berjalan karena bagaimanapun Proggam Posyantek masih
dibawah naungan Pemerintah Daerah dan secara operasional
seharusnya ada agar mendukung program-program yang ada serta
berprogres maksimal dalam menjalankan program ini. jika tidak
dirubah tidak akan ada penerus dari Posyantek apalagi para pengurus
rata-rata sudah usia lanjut. Jika tidak dibenahi tidak akan ada
regenerasi selanjutnya sehabis mereka.
130
BAB V
ANALISIS
A. Analisis Temuan Penelitian
Dari beberapa data temuan lapangan, maka penulis akan
menganalisis tentang partispasi, kontribusi, proses, faktor pendukung
dan faktor penghambat dalam pemberdayaan program Pos Pelayanan
Teknologi tepat guna (Posyantek) yang di lakukan Posyantek
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat, sebagai berikut :
1. Partisipasi dan kontribusi Masyarakat dalam program
Posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan dalam program
pos pelayanan teknologi tepat guna (Posyantek)
Diuraikan dalam tinjauan teoritis bab II mengenai Paritisipasi
masyarakat dalam program Posyantek yang terkait pengembangan
masyarakat, maka penulis akan menggunakannya sebagai alat analisis
untuk melihat partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan
masyarakat melalui program Posyantek.
Dalam hal ini peniliti menggunakan teori Midgley
mengungkapkan bahwa partisipasi masyarakat berkonotasi the
directninvolvement of ordinary people in local affairs. Partisipasi
masyarakat berarti keterlibatan masyarakat biasa dalam urusan-
urusan setempat. Midgley kemudian menegaskan bahwa partisipasi
masyarakat disebut tercapai apabila program yang diinginkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri setelah semua dukungan
eksternal berakhir. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan daerah
selanjutnya dapat dimengerti sebagai keterlibatan langsung
masyarakat secara sukarela dan mandiri, baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kebijakan daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah. (Muluk, 2007)
131
a. Analisis Partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam program
Posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan
Menurut Gordon W. Allport mengenai partisipasi menyatakan
bahwa: “Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami
keterlibatan dirinya/ egonya yang sifatnya lebih dari pada keterlibatan
dalam pekerjaan atau tugas saja, dengan keterlibatan dirinya berarti
keterlibatan pikiran dan perasaannya.” (Santoso, 1998) Dari uraian
tersebut bahwa partisipasi masyarakat menyangkut keterlibatan diri
dan tidak semata-mata hanya keterlibatan fisik dalam pekerjaan atau
tugas saja, dan unsur dalam partisipasi tersebut di dalam realitanya
tidak terpisahkan satu sama lain, tetapi akan menunjang. Dalam
realitanya, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, istilah partisipasi ini sering dikaitkan dengan usaha di
dalam mendukung program pembangunan.
Dengan adanya instruksi langsung dari Gubernur tentang
diadakannya Bank sampah pada setiap Kecamatan dan Kelurahan
membuat masyarakat sadar akan pentingnya pengelolaan sampah
untuk menjaga lingkungan dan sebagai alat untuk terbentuknya
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat bisa menjalankan
teknologi tepat guna melalui sampah yang pada akhirnya
memberikan hasil nilai tambah ekonomi untuk mereka. Dalam hal ini
masyarakat yang berada pada pengurus Posyantek Kecamatan juga
sebagai Ketua forum Posyantek Nasional mengungkapkan :
“Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, kami disini selaku
para inovator memunculkan inovasi-inovasi yang sekiranya
layak di pakai dan bisa digunakan oleh masyarakat. Seperti
bank sampah, disini teknologinya banyak ya, hanya karna
salah riset salah evaluasi, banyak pemerintah yang banyak
memberikan alat-alat kepada masyarakat yang pada akhirnya
pada mangkrak dan banyak tidak dipake karna lingkup
132
masyarakat tidak menerima. Secara kebisingan tidak bisa
diterima. Cuma dengan adanya bank sampah mempunyai
sistem secara langsung. Pemerintah tidak menangani secara
banyak hanya berapa persen saja 50% juga tidak. Dan pada
hal ini saya meneglola biogas membuat inovasi sendiri agar
sampah yang ada bisa dimanfaatkan secara teknologi”.
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 8 Mei 2019)
Dengan memberikan pelatihan tentang adanya Posyantek
serta beberapa tahap-tahap lainnya membantu mereka agar lebih
mandiri dan memberikan nilai tambah bagi mereka untuk melakukan
usaha dengan teknologi tepat guna yang diberikan. Masuk ke dalam
partisipasi masyarakat dalam Program Posyantek, para masyarakat
yang berperan aktif dalam program posyantek terbilang cukup pada
masa tertentu, temuan yang di dapat bahwasannya posyantek tidak
banyak orang yang tahu tetapi mempunyai peran serta yang cukup
baik bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Posyantek juga
mempunyai dampak pemberdayaan yang bagus untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar karena teknologi tepat guna yang diterapkan.
Pada kegiatan awal di posyantek terdapat tahapan
inventarisasai yang ada di posyantek. Dalam hal ini ketua bagian
umum kecamatan Grogol petamburan mengungkapkan :
“Partisipasi masyarakat dalam hal ini sangat antusias, akan
tetapi program dimulai karena adanya kebutuhan
masyarakat. Pada tahap inventarisasi ini sebetulnya sudah
ada bagian yang menjalankan yaitu sekertaris selebihnya
pengurus yang membantu”(Wawancara dengan Agus, 2 Mei
2019)
Hal yang sama di ungkapkan oleh Eko Herry Waluyo :
“Sebetulnya dalam hal ini sudah ada bagiannya yaitu
sekertaris, susunan pengursnyapun sudah ada dan lengkap,
tetapi karena pengurus sudah masing-masing mempunyai
kesibukan akhirnya saya yang ngerjain dari mulai surat-
surat, pencatatan potensi, sosialisasi program juga dalam
pengelolaan web dan pamphletpun saya yang mengerjakan,
Namun tetap kita sebagai pengurus di dalamnya membantu,
133
contoh misalnya saya di gropet itu sebagai seksi sosialisasi
tentang posyantek begitu ada yang bisa kita tangkap sumber
daya manusianya berpotensi artian dalam mengerjakan
sosialisasi di dalam masyarakat pada pengerjaan ekonomi
mereka kita catat, akhirnya pada acara di kecamatan mereka
kita panggil” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Dalam temuan ini partisipasi masyarakat dalam tahapan
inventarisasi ini memang terbilang sangat aktif, dimana semua
pengerjaan surat-menyurat, pengelolaan web serta pamphlet-
pamphlet dikerjakannya. Pada kontribusinya yakni pencatatan potensi
sumber daya manusianya juga dijalankan. Berbeda dengan temuan
sebelumnya bahwa disini, masyarakat sebagai pelaku pihak yang
menjalankan program mereka menjalankan misi bahwa dengan
pencatatan potensi masyarakat pada sosialisasi dan pengerjaan
ekonomi itu pada akhirnya akan di panggil diacara sosialisasi serta
pelatihan yang di adakan Kecamatan.
Dalam tahapan informasi ditanggapi oleh Kasiatun sebagai
berikut :
“Partisipasinya sebagai pengurus ikut andil dalam setiap
event kegiatan posyantek kecamatan dan sudin atau dinas
PPAPP. Dan saya sebagai pelaku pemanfaatan TTG. Selagi
aktif kontribusinya memberikan informasi dan pelayanan TTG
kepada masyarakat yang membutuhkan” (Wawancara dengan
Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun ikut andil dalam setiap event kegiatan
yang diadakan Posyantek Kecamatan. Kasiatun sebagai pemerima
manfaat TTG. Pada kontribusinya Kasiatun telah memberikan
pelayanan informasi secara tanggap kepada masyarakat yang
membutuhkan. Dalam tahapan informasi sumber daya alam ini
mereka memberikan kesinergian yang cukup untuk Posyantek
melalui pelayanan informasi yang diberikan untuk masyarkat yang
134
membutuhkan akan adanya program Posyantek. Partisipasi dan
kontribusi pada hal ini juga memberikan informasi sumber daya alam
seluas-luasnya untuk masyarakat tentang Posyantek.
Dalam hal tahapan jenis-jenis TTG yang telah dimanfaatkan dengan
Heriyani yang juga sebagai pengurus Posyantek Kecamatan,
mengungkapkan :
“Mereka bisa mempergunakan dan bikin gitu, malah
terkadang mereka yang lebih pinter dalam pembuatannya,
saya tinggal liatin dan memasarkan aja” (Wawancara
Heriyani, 11 September 2019)
Dalam temuan ini partisipasi serta kontribusi Heriyani sudah
pada tahap mengkontrol orang-orang yang di pekerjaka sudah paham
dan lebih pintar dalam pembuatannya. Heriyani tinggal memikirkan
pemasaran, menjalin relasi yang banyak pada pihak-pihak pengusaha
dan mempromosikannya seperti di zaman sekarang.
Dalam tahapan penyuluhan diungkapkan oleh Lestari sebagai
sekertaris Posyantek yang mengungkapkan :
“Pendataan tamu-tamu yang diundang-undang itu siapa aja
itukan sekecamatan, di data pada hari H tamu undangan dan
pesertanya, itu semua saya yang mendata, kalo kontribusinya
kan saya sudah menjalankan usaha akrilik” (Wawancara
dengan Sri Lestari Rahayu, ST., 12 September 2019)
Pada kegiatan ini Lestari mendata tamu-tamu unndangan yang
akan hadir dan yang hadir pada saat hari H, karena ini kegiatan yang
diadakan kecamatan dan mengikuti banyak program yang bukan
hanya program Posyantek jadi pengumpulan datanya harus tertata
begitu juga dalam hal data peserta yang Lestari urus pada hari H
acara penyuluhan. Pada kontribusinya Lestari telah membuat suatu
produksi bunga akrilik yang Lestari buat sebagai bentuk kontribusi
dalam program Posyantek
135
Dalam hal ini pembuatan layanan iklan dan lain-lain secara
pembuatan memang menyeluruh Eko yang membuatnya. Eko
mengungkapkan :
“Brosur dan lain sebagaunya murni saya sendiri yang
ngelola dan gak hanya grogol aja. Pas lomba juga agak sibuk
juga karna saya juga yang bantu. Apalagi saya selaku ketua
forum Nasional saya gak bisa tinggal diem ngeliatnya”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Dalam hal ini Eko yang selalu membuat poster layanan iklan
dan lain-lain, disamping memang mahir dalam bidang pembuatan
design dan karya seni lainnya, Eko juga sebagai Ketua Forum
Nasional Posyantek, jadi tidak bisa tinggal diam jika belum ada yang
mengerjakan. Bukan hanya itu pada acara-acara Posyantek di
Kecamatan lain juga Eko yang membantu. Selebihnya dalam hal
penyebaran dan pemberitahuan kepada masyarakat, anggota serta
peran wartek-wartek di setiap kelurahan yang mengerjakan. Dalam
tahapan pelatihan atau kursus Kurnia memproduksi kerajinan kain
perca, Kurnia mengungkapkan :
“Yang ngajarin ke mereka gimana bikin kerajinan ini, saya
narasumbernya juga kalo di pelatihan-pelatihan, sebenernya
kurang di biaya, pelatihannya emang gak bayar tapikan kita
harus siapin barang-barangnya buat peragain.. kalo
pemdanya nyediain baru kita kerjain gitu” (Wawancara
dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September 2019)
Dalam hal ini Kurnia yang berada pada wartek Grogol sudah
menjadi narasumber di berbagai pelatihan-pelatihan pada kerajinan
yang dibuatnya, juga mengajarkan pada pelatihan yang diadakan
Posyantek. Hambatannya berada pada kurangnya pembiayaan untuk
narasumber karena pada saat pelatihan narasumber memperagakan
hasil produksinya jadi, jika Pemda menyediakan pembiayaan, maka
pihak narasumber mengerjakan tugasnya, jika tidak seadanya saja
diperagakan pada saat pelatihan berlangsung. Dalam hal peningkatan
136
pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan, menggunakan dan
mengembangkan TTG Eko mengungkapkan :
“Peningkatan pemahaman yaa tergantung masyarakatnya,
hasil dari inovasi tentang alat sesuai kebutuhan kita arahin
ke UKM, lewat KUBE (Programnya Dinas Sosial) bahkan
jadi pengurus KUBE, mereka punya pendaan sosial, gak satu
dua dikasih alat, akhirnya alat dijual, padahal waktu
pengecekan pertama usahanya ada saya yang data”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Peningkatan pemahaman tergatung pada potensi
masyarakatnya, setelah di data minat serta potensi yang ada barulah
muncul inovasi tentang alat yang sesuai dengan kebutuhan setelah itu
diarahkan ke UKM lewat program KUBE yang mempunyai
pendanaan sosial. penemuan yang berbeda adalah tidak satu dua yang
dikasih alat akhirnya alatnya dijual padahal waktu pengecekan usaha
produksinya. Masyarakat memang terkadang banyak juga yang
mengecewakan bukan hanya pemerintahnya saja.
Dalam tahapan pameran diungkapkan Kurnia :
“Beberapa kali saya sudah diundang untuk memeragakan
kain perca ini di pameran dan sosialisasi, didalamnya saya
menjelaskan bagaimana saya bisa memproduksi ini, cara-
cara pembuatannya juga menawarkan pada pejabat-pejabat
setempat agar tertarik karena dalam produksi saya ini, ingin
terlihat unik sehingga kalangan ataspun tertarik untuk
melihat dan membelinya” (Wawancara dengan Dewi
Kurnianingsih, 10 September 2019)
Pada pameran ini memang kain perca sebagai barang yang
unik dan membuat orang tertarik untuk bertanya. Sehingga sebelum
bertanya Kurnia menjelaskan terlebih dahulu. Dari keunikannya
mempunyai nilai ketertarikan untuk dibeli pada semua kalangan yang
menjadi sasaran Kurnia dan Erwin. Dalam tahapan ini juga
diungkapkan oleh Kasiatun sebagai berikut :
137
“Produksi yang saya bawa Selama ini belum ada, alat
pembelah kacang cuma gambar dan vidio aja kalau dulu,
kalau sekarang saya punya alat pembelah kacang dan saya
gunakan untuk produksi peyek saya. Dan sudah banyak yang
tau juga karena saya pernah diajak untuk ikut diacara-acara
Posyantek” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Dalam hal ini Kasiatun mempunyai alat TTG yang digunakan
untuk produksi peyeknya. Alat yang tidak semua orang tau dan alat
ini sangat membantu dalam prodes pembuatan peyek Kasiatun.
Kasiatun juga telah memeragakan alat ini diacara-acara posyantek
untuk menjelaskan kegunaan alat dan bagaimana cara memakainya
untuk pembelah kacang.
Pada tahapan Demonstrasi diungkapkan Heriyani :
“Kita kan sering diundang nih, dari pkk rw sampe ke tingkat
kota ngajarin. Di kecamatan juga udah jadi pemateri”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Dalam hal ini Heriyani dan timnya sudah sering diundang dari
berbagai instansi mulai dari PKK RW sampai ke tingkat kota, mereka
mengajarkan apa yang telah mereka produksikan. Di beberapa acara
Heriyani juga telah menjadi pemateri untuk acara UMKM atau acara
Posyantek itu sendiri.
Dalam pendampingan Eko mengungkapkan :
“Pendampingan hari ini adanya ditingkat kota, nanti langsung ke
Posyantek tanpa melalui kecamatan kadang dari Posyantek ke
masyarakat bersama pemerintah. Posyantek sendiri dalam
pendampingan sekaligus sosialisasi dalam prodak karna memang
tidak ada biaya. Jadi terkadang dibarengin sosialisasi
pendampingan juga tapi untuk mereka yang melakukan tapi kalo
yang belom sifatnya sosialisasi. Biasanya mereka ada masalah
dalam produknya. Dari pendampingan itu kita arahin dari
produksi, kapasitas produksi, kemasan penyajian makanan,
biasanya kita juga dibarengin dalam penindustrian”
(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
138
Dalam pendampingan yang diadakan oleh Posyantek
Kecamatan sifatnya sosialisasi namun juga diselingi pendampingan
di dalamnya seperti yang dijelaskan Eko terdapat pemecahan masalah
dalam produksi, legalitas serta pemasaran. Pendampingan Posyantek
memang adanya di tingkat kota namun, Posyantek Kecamatan juga
membantu dalam pendampingan bersama pemerintah. Dalam hal ini
juga diungkapkan oleh Erwin sebagai berikut :
“Pendampingan itukan buat pemula-pemula kita dampingin
tergantung bidang-bidangnya, misal dampingin masalah
Koran nanti ada yang dampingin pada bidangnya, masalah
perca nanti ada yang dampingin nah itu saya dan istri yang
urusin” (Wawancara dengan Erwin Yahya Sitompul, 10
September 2019)
Menurut Erwin pendampingan di disni untuk pemula-pemula
yang baru berproses di Posyantek, yang butuh pendampingan pada
proses produksi dan lain-lain. Dalam tahapan pengembangan
ditanggapi oleh Eko sebagai berikut :
“Dalam tahap pengembangan ini sangat antusias karna udah
dalam tahap pengembangan, sertifikasi prodak dan
legalisasi. Sebenernya itu usaha sampingan aja. Kita juga
punya gerai produk”(Wawancara dengan Eko Herry Waluyo,
7 September 2019)
Pada tahapan ini masyarakat yang dibina sudah pada tahap
memproduksi, legalisasi dan juga produk bisa di taruh di gerai
Posyantek setempat. Dengan demikian partisipasi masayarakat
program Posyantek dalam pemberdayaan mampu menjadikan
masyarakat menjadi produktif di bidang usahanya masing-masing
sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dijalankan di Posyantek.
139
b. Tangga Partisipasi masyarakat dalam program Posyantek di
Kecamatan Grogol Petamburan
Partisipasi masyarakat jarang sekali memberi peluang bagi
warga untuk mengubah atau mempengaruhi keputusan badan
pemerintah. Menghadapi belum idealnya derajat partisipasi
masyarakat dalam pemerintah daerah, teori ladder of empowerment
dari Burns, Hambleton, & Hogget menyarankan bahwa sebaik-
baiknya penyelenggara pemerintah daerah mengembangkan derajat
partisipasi masyarakat dengan menyediakan mekanisme yang lebih
baik. Meskipun demikian, pengembangan derajat partisipasi ini
seharusnya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah
setempat. Sintetis tangga partisipasi diperlukan untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan dan situasi nyata di Indonesia. Sintetis ini
dihasilkan dari mempertimbangkan adanya mekanisme partisipasi
yang telah berjalan, kebutuhan akan saluran partisipasi, serta
mekanisme yang memungkinkan dijalankan sesuai dengan kondisi
Indonesia. (Muluk, 2007)
140
Tabel: Tangga partisipasi dalam program Posyantek Kecamatan
Grogol Petamburan
No. Tahapan-tahapan dalam
Posyantek Tangga Partisipasi
1. Tahapan inventarisasi Kemitraan
2. Tahapan informasi dan
sumber daya alam
Kemitraan
3. Tahapan jenis-jenis TTG yang
telah dimanfaatkan oleh
masyarakat
Konsultasi
4. Tahapan Jenis-jenis
kebutuhan TTG oleh
masyarakat sebagai acuan
untuk memberikan pelayanan
teknis TTG kepada
masyarakat
Konsultasi
5. Tahap pelayanan informasi Kemitraan
6. Tahap kegiatan penyuluhan Delegasi
7. Tahap pemberian informasi Kemitraan
8. Tahap pembuatan leaflet/
brosur/ layanan iklan
Konsultasi
9. Tahapan kursus atau pelatihan Kemitraan
10. Tahap peningkatan,
pemahaman dan kemampuan
dalam menerapkan,
menggunakan dan
mengembangkan TTG
Kendali warga
11. Tahap peragaan TTG pada
kegiatan pameran-pameran
Kendali warga
12. Tahap Demonstrasi
penggunaan TTG dibeberapa
kelurahan
Kendali warga
13. Tahapan pendampingan Kemitraan
14. Tahapan pengembangan Kemitraan
141
a. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahapan inventarisasi di
Posyantek Grogol Peramburan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam tahapan ini
berpartisipasi untuk mengurus inventarisasi atau pencatatan, dalam
hal ini surat-menyurat dan lain sebagainya dikerjakan bersama
dengan pengurus, dalam hal ini sudah ada yang bertugas yaitu
sekertaris, namun pengurus lain terutama Eko yang membantu proses
tahapan inventarisasi ini. Dalam tangga partisipasi berada pada anak
tangga keempat yaitu kemitraan yang memberikan peluang
partisipasi yang lebih nyata dan berarti bagi keterlibatan masyarakat
dalam pemerintah daerah.
b. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahapan informasi/ sumber
daya alam di Posyantek Grogol Petamburan
Pada tahapan informasi ini peran pengurus memberikan
informasi seluas-luasnya kepada masyarakat melalui berbagai
mekanisme yang dibuat. Pihak RT dan RW juga berpengaruh dalam
proses informasi yang akan berjalan, kesinergian pengurus dengan
produksinya, pengurus dengan masyarakat yang diberikan informasi
dalam ruang lingkup mereka. Dalam tangga partisipasi berada pada
anak tangga keempat yaitu kemitraan yang memiliki mekanisme
partisipasi yang telah berjalan dengan baik, yakni LPKM, RT, RW,
akan tetapi masih dimungkinkan adanya berbagai mekanisme
partisipasi lain, seperti hak inisiatif warga untuk mengajukan
rancangan peraturan daerah.
c. Bentuk partisipasi masyarakat dalam jenis-jenis TTG yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam tahap jenis-jenis
TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang fokus pada
142
bidangnya mempunyai pengaruh yang cukup kuat untuk
keberlangsungan usaha produksi mereka. dalam penerapannya juga
dipraktekkan langsung kepada masyarakat sekitar wilayah agar
kebermanfaatannya sama-sama terasa juga masyarakat paham akan
TTG yang bisa menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
tangga partisipasi berada pada anak tangga ketiga yaitu konsultasi,
keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan kebijakan dapat
berarti peluang untuk mempengaruhi kebijakan dapat berarti ada
peluang untuk mempengaruhi kebijakan sejak diawal proses.
d. Bentuk partisipasi masyarakat dalam jenis-jenis kebutuhan TTG
oleh masyarakat sebagai acuan untuk memberikan pelayanan
teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek Grogol
Petamburan
Dalam tahapan ini masyarakat yang tidak terlibat berada pada
tahap penginformasian, hanya sekedar tahu akan adanya usaha
produktif yang telah berjalan dengan adanya Posyantek. Pihak
pengurus susah jika yang ingin melakukan kegiatan karena
keterbatasan dana operasional. Dalam tangga partisipasi berada pada
tangga yaitu konsultasi, berbagai mekanisme partisipasi dalam anak
tangga konsultasi juga sudah mengandung unsur informasi terhadap
agenda kebijakan.
e. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahap pelayanan informasi
TTG di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tahapan pelayanan
informasi melalui pamflet, brosur, layanan iklan dan sebagainya,
dalam hal lain juga melalui penginformasian di wilayah sendiri dan
juga diacara-cara bazar & pameran. Dalam tangga partisipasi berada
pada anak tangga keempat yaitu kemitraan. yang memberikan
143
peluang partisipasi yang lebih nyata dan berarti bagi keterlibatan
masyarakat dalam pemerintah daerah.
f. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan di
Posyantek Grogol Petamburan
Dalam tahap penyuluhan ini bervariasi ada yang memenuhi
undangan, menyumbang fikiran serta tanya jawab dan juga sebagian
telah menjadi narasumber diberbagai acara penyuluhan tentang
produksi ekonomi. Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga
kelima yaitu delegasi, yang berarti menyerahkan sebagian porsi
kewenangan kepada organisasi kemasyarakatan kepada organisasi
kemasyarakatan tertentu, mekanisme ini dapat menyusun kebijakan
tertentu sekaligus menjalankannya dengan berpedoman pada
kebijakan strategis yang dibuat oleh pemerintah daerah.
g. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberian
informasi di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tahapan kegiatan
pemberian informasi terdapat penyampaian informasi terkait
program-program yang didalamnya. sebagian dari mereka juga
narasumber dalam sebuah pelatihan atau kegiatan sejenis penyuluhan
terhadap pemberian informasi terkait pengembangan ekonomi dan
potensi masyarakat. Dalam tangga partisipasi berada pada anak
tangga kempat yaitu kemitraan, memberikan peluang partisipasi yang
lebih nyata dan berarti bagi keterlibatan masyarakat dalam
pemerintah daerah.
h. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembuatan
leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek Grogol Petamburan
Dalam tahap kegiatan pembuatan leaflet, brosur dan layanan
iklan ini alat pemberitahuan kepada masyarakat Eko secara garis
144
besar yang membuat namun, dalam penyebarannya semua turut
membantu dan memberikan ide untuk konsep yang akan dibuat ke
depannya, dalam hal Pembuatan pamflet memang hanya Eko yang
bisa. Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga ketiga yaitu
konsultasi, berbagai mekanisme partisipasi dalam anak tangga
konsultasi juga sudah mengandung unsur informasi terhadap agenda
kebijakan.
i. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahapan kursus dan
pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana telah di jelaskan bahwa tahapan kegiatan kursus
dan pelatihan, tidak semua masyarakat yang hadir melanjutkan ke
proses selanjutnya. Seperti yang diwawancara diatas mereka semua
pelaku dari masyarakat yang melanjutkan hasil dari pelatihan untuk
dijadikan produksi ekonomi mereka. Diantaranya sukses pada
produksinya. Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga
keempat yaitu kemitraan, memberikan peluang partisipasi yang lebih
nyata dan berarti bagi keterlibatan masyarakat dalam pemerintah
daerah. Akan tetapi, kemitraan tetap memiliki keterbatasan tertentu
yang ditunjukkan dari masih kuatnya kewenangan penyelenggara
pemerintah daerah dalam mengendalikan pemerintahan.
j. Bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan pemahaman
dan kemampuan dalam menerapkan, menggunakan dan
mengembangkan TTG di Posyantek Grogol Petamburan
Dalam tahapan peningkatan pemahaman dan kemampuan
dalam menerapkan, menggunakan dan mengembangkan TTG ini
masyarakat telah pada tahap memproduksi dan meningkatkan
pemahaman terhadap apa yang telah dijalankan, setelah itu diarahkan
ke UKM lewat program KUBE yang mempunyai pendanaan sosial.
145
Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga keempat yaitu
kemitraan, memberikan peluang partisipasi yang lebih nyata dan
berarti bagi keterlibatan masyarakat dalam pemerintah daerah. Akan
tetapi, kemitraan tetap memiliki keterbatasan tertentu yang
ditunjukkan dari masih kuatnya kewenangan penyelenggara
pemerintah daerah dalam mengendalikan pemerintahan.
k. Bentuk partisipasi masyarakat dalam peragaan TTG pada
kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dalam tahapan
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran terdapat orang-orang
yang sudah berhasil dalam memproduksi produksinya. Memeragakan
dan memasarkan hasil produksi yang telah dibuatnya. Dalam tangga
partisipasi berada pada anak tangga tertinggi yaitu kendali warga
yang bermakna ada kekuasaan masyarakat untuk menentukan
keputusan atau kebijakan tertentu yang berlaku . Kendali warga dapat
dijadikan acuan sebagai preskripsi dari pemerintah daerah pada
khususnya dan administrasi public pada umumnya.
l. Bentuk partisipasi masyarakat dalam demonstrasi penggunaan
TTG di beberapa kelurahan di Posyantek Grogol Petamburan
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dalam tahapan
demonstrasi penggunaan TTG masyarakat sudah tergolong aktif,
bahkan ada yang sampai mendemokannya di panti-panti dan tempat
lain. Mereka rata-rata sudah semaksimal mungkin menginformasikan
alat serta produksinya kepada masyarakat agar masyarakat bisa
seperti mereka juga dalam memproduksi produksinya ke masyarakat.
Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga tertinggi yaitu
kendali warga yang bermakna ada kekuasaan masyarakat untuk
menentukan keputusan atau kebijakan tertentu yang berlaku . Kendali
146
warga dapat dijadikan acuan sebagai preskripsi dari pemerintah
daerah pada khususnya dan administrasi public pada umumnya.
m. Bentuk partisipasi masyarkat dalam tahap pendampingan
pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan
Dalam tahapan pendampingan ini beberapa dari mereka dari
yang didampingi sekarang sudah mendampingi bersama pemerintah.
Tahap pendampingan ini seperti dijelaskan adalah tahap penyelesaian
masalah dalam produksi, legalisasi, pemasaran, perindustrian dan
masalah-masalah pendampingan lain di bidang usaha. Walaupun
pendampingan adanya di tingkat wilayah kota Posyantek Kecamatan
membantu dalam proses pendampingan dengan pemerintah. Dalam
tangga partisipasi berada pada anak tangga keempat yaitu kemitraan.
yang memberikan peluang partisipasi yang lebih nyata dan berarti
bagi keterlibatan masyarakat dalam pemerintah daerah.
n. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahap pengembangan TTG
di Posyantek Grogol Petamburan
Dalam tahapan ini masyarakat yang dibina sudah pada tahap
memproduksi, legalisasi dan juga produk bisa ditaro di gerai
Posyantek setempat. pengembangan yang terjadi menjalin kerjasama
ke berbagai wadah agar usaha produksi semakin banyak yang tahu.
Walaupun sudah pada tahap ini masyarakat akan terus dikontrol
perkembangan usahanya agar pemasaran berjalan dengan lancar.
Dalam tangga partisipasi berada pada anak tangga keempat yaitu
kemitraan. yang memberikan peluang partisipasi yang lebih nyata
dan berarti bagi keterlibatan masyarakat dalam pemerintah daerah.
147
c. Proses Partisipasi pemberdayaan masyarakat dalam program
Posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan
Program pelatihan adalah sebagai serangkaian kegiatan
dengan tujuan untuk meningkatkan pegetahuan, sikap dan
keterampilan. Pelaksanaan program-program tersebut dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta atas dasar kerjasama dengan pihak
pemerintah. Menurut Boyle (dalam Rejeki, 1998) mengemukakan
adanya tiga tipe program dalam pembangunan, khususnya pendidikan
luar sekolah. Tipe-tipe program itu adalah tipe program
developmental, tipe program institusional, dan tipe program
informasional.
1) Tipe program developmental ini mengidentifikasi masalah-
masalah pokok klien, masyarakat atau segmen masyarakat.
2) Tipe program institusional berfokus pada pengembangan dan
peningkatan kemampuan dasar seseorang.
3) Tipe program informasional ini berupa pertukaran informasi
antara pendidik atau perencana dan warga belajar.
Tujan pelaksanaan program disesuaikan dengan program yang
dilaksanakan. Pada umumnya tujuan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf kemampuan pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup dan partisipasi
dalam pembangunan yang diselenggarakan (Abdulhak, 1986:33).
Tujuan ini merupakan titik sentral atau kondisi yang akan
dicapai dari pelaksanaan program. Kejelasan tujuan membawa arah
yag mudah didalam pelaksanaan program, sehingga penentuan
keseluruhan bagian yang ada kaitannya dengan program dan
pencapaian program akan dapat diselesaikan (Abdulhak, 1986:34)
Menurut Abdulhak (1986:33) tujuan program ini dapat ditinjau dari:
148
(a) Tujuan jangka panjang
Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan pendidikan
secara utuh dan lengkap dari mulai tahapan awal sampai tahapan
akhir atau keseluruhan bahan belajar.
(b) Tujuan jangka pendek
Merupakan tujuan-tujuan antara yang terdapat pada
program pendidikan yang mempunyai tujuan jangka panjang,
sehingga tujuan jangka pendek ini merupakan tahapan-tahapan yag
perlu dilalui dalam rangka mencapai tujuan akhir
Sebagaimana diketahui bahwa teknologi merupakan salah satu
faktor pendorong perubahan, baik perubahan di bidang ekonomi
maupun sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, alih teknologi ke
masyarakat dalam rangka percepatan pembangunan masyarakat
memiliki peran penting. Selama ini proses alih teknologi ke
masyarakat berjalan mengikuti mekanisme pasar. Artinya, alih
teknologi terjadi karena ada kebutuhan atau permintaan. Mengingat
faktor-faktor tertentu, seperti kesenjangan akses informasi,
keterbatasan modal, dan kendala geografi, maka dalam proses alih
teknologi khususnya Teknologi Tepat Guna (TTG) kepada
masyarakat diperlukan campur tangan pemerintah untuk
akselerasinya/percepatannya.
Dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap TTG,
melalui Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 23 Tahun 2017 tentang Pengembangan dan
Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi memberikan pedoman kepada Gubernur,
Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk :
149
(1) melaksanakan operasionalisasi Posyantek Desa dan Posyantek;
(2) memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan Posyantek desa dan Posyantek, serta
meningkatkan dan memantapkan koordinasi keterpaduan
pelaksanaannya dengan dinas/instansi terkait yang ada di daerah;
(3) menetapkan pola pembinaannya;
(4) mengalokasikan dana/anggaran yang bersumber dari APBD
Provinsi dan Kabupaten/Kota, dana desa serta dana lainnya yang
sah dan tidak mengikat untuk pengembangan posyentek desa dan
posyantek; dan
(5) melaporkan hasil pelaksanaannya. Oleh karena itu dalam rangka
pembinaan dan pengembangan Posyantek Desa dan Posyantek,
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa – Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi menyusun
Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan Posyantek Desa dan
Posyantek
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui agar program
pemberdayaan berjalan sebagaimana mestinya, yaitu:
(a) Tahap Persiapan (Persiapan petugas dan persiapan lapangan)
(b) Tahap Pengkajian Assesment (Mengidentifikasi masalah dan juga
sumber daya yang dimiliki klien)
(c) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Memahami
masalah dan berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya)
(d) Tahap Performulasian Rencana Aksi (Merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan apa yang mereka lakukan guna mengatasi
masalah yang ada.
150
(e) Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Tahap yang paling
penting karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan
dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada
kerjasama antara petugas dengan warga masyarakat)
(f) Tahap Evaluasi (pendamping agar dapat menetapkan apakah warga
berhak atau kesiapan dan mampu untuk melanjutkan kegiatan
program)
(g) Tahap Terminasi (Pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran). (Rukminto, 2002)
Hasil pemberdayaan adalah suatu indikator untuk menilai
keberhasilan dari program pemberdayaan Posyantek yang di lakukan
masyarakat penerima manfaat dalam keberhasilannya menjalankan
program tersebut dengan menjalankan program Posyantek.
Sebagaimana yang di katakan seksi pengembangan yang juga
pelaku modal usaha kain perca di Kelurahan Grogol mengungkapkan:
“Di posyantek itu bergilir dalam satu minggu minimal ada satu
yang menjaga posyantek kecamatan, namun sekarang ini para
anggota dan pengurus itu sudah sibuk dalam karyanya sendiri
akhirnya susah ketemu. Kesibukannya seputar jaga bazar,
banyak pesenan dan sudah banyak yang menjadi pembicara. Dan
dalam inventarisasi itu sudah ada bagiannya”(Wawancara
dengan Erwin Yahya Sitompul, 10 September 2019)
Dalam temuan ini pengurus menyatakan bahwasannya ada
penjagaan di kantor kecamatan yang di dalamnya ada kantor
posyantek, pengurus yang seharusnya melaksanakan tugas piket.
Akan tetapi dikarnakan kesibukan dan juga umur pengurus yang
sudah mulai menua para pengurus ini sibuk dengan karyanya masing-
masing yang sebelumnya mereka dapatkan dari program posyantek
ini. pengurus bukan hanya mengurus programnya saja akan tetapi
151
mereka juga berkarya dari ilmu yang mereka dapat agar
meningkatkan nilai kebutuhan ekonomi sehari-hari.
Untuk membantu masyarakat dalam mengasah potensi agar
berpeluang untuk meningkatkan perekonomian dibutuhkannya suatu
pelatihan atau kursus. Dalam hal ini Posyantek membantu untuk
memberikan pelayanan terhadap masyarakat dibawah lembaga
pemerintah. berkaitan dengan partisipasi dan kontribusinya Eko
mengungkapkan :
“Kegiatan dari kecamatan yang kasih materi kadang saya.
Mereka bantu fikiran juga. Kita juga ada iuran kalo ada
kegiatan pengurus ajaa yang iuran” (Wawancara dengan
Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Kegiatan pelatihan ini yang membuat dari Kecamatan,
Posyantek yang membantu terselenggaranya acara, membantu
fikiran, ide-ide, Posyantek juga ada iuran jadi jika ingin membuat
kegiatan diluar dari kegiatan yang dibuat kecamatan, Posyantek
punya tabungan untuk acara tersebut, karena diluar dari acara yang
dibuat Kecamatan, Posyantek belum ada dana operasional.
Selebihnya yang memberi materi dari Posyantek juga, misalnya Eko
dan teman-teman anggota Posyantek yang telah sukses dalam
produksinya.
Dalam tahapan informasi dengan Heriyani selaku Owner
oleh-oleh khas Jakarta mengungkapkan :
“Kita sampein ke mereka, informasiin mereka. dan kadang-
kadang mereka udah tau sendiri dan akhirnya bantu-bantu.
Malah sekarang mereka yang ngerjain sendiri karena udah
pada bisa saya tinggal produksi dan pemasarannya aja”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Pada temuan ini wartek (warung teknologi) yang fokus pada
produksi ini menginformasikan kepada masyarakat sekitar dan rata-
152
rata masyarakat sudah tahu sendiri akan usaha yang di jalani
Heriyani, apa yang diajarkan mereka sudah bisa, Heriyani selaku
owner hanya memproduksi dan memasarkan produknya, jika tidak
sedang sibuk Heriyani bantu untuk adonin adonan dan pekerjaan
lainnya.
Dalam tahapan informasi termasuk di dalamnya penyuluhan
kepada masyarakat. Penulis melihat keaktifan para penerima manfaat
dalam menyebarkan informasi terkait posyantek dan juga barang
yang di produksi mereka, dalam hal ini juga masyarakat sekitar ikut
merasakan dampak dari produksi yang dikelola para penerima
manfaat di Posyantek.
Untuk mendukung adanya pemberian penyuluhan, maka di
tahap selanjutnya ada tahapan kursus atau pelatihan TTG yang
diadakan Posyantek guna memberikan informasi serta mengasah
kemampuan msayarakat yang ikut untuk mau meningkatkan ekonomi
dengan pelatihan yang diberikan Posyantek. Dalam hal ini
diungkapkan Heriyani :
“Pernah sebagai Peserta dan menjadi aktif aja, setelah ikut
pelatihan langsung ngejalanin karna udah ada wadahnya,
sekarang kadang-kadang saya juga sudah menjadi
narasumber di kegiatan UMKM” (Wawancara Heriyani, 11
September 2019)
Dalam tahapan kursus partisipasi masyarakat tergolong aktif,
terbukti dalam pengerjaan produksi yang sekarang sedang dijalankan
masih produktif dan mempunyai nilai pemasaran yang tinggi dalam
segala kalangan. Dalam tahapan kursus ini partisipasi masyarakat
antusias karena di dalamnya diajarkan beberapa kegunaan alat TTG
yang akan digunakan untuk usaha produksi yang akan dijalankannya
nanti juga peningkatan pemahaman tergantung kebutuhan masyarakat
itu sendiri. Dalam tahapan ini juga tidak semua masyarakat yang tau
153
menjadi peserta dalam kursus, akan tetapi hanya masyarakat yang
ingin dan mau belajar memproduksi usaha melalui program
Posyantek.
Setelah menjalankan kursus atau pelatihan, masyarakat
diberikan kesempatan untuk mengisi stand-stand acara yang telah
disiapkan untuk memeragakan produksi dan memasarkan secara
langsung di pameran-pameran atau acara yang didalamnya terdapat
UMKM. Dalam hal ini diungkapkan oleh Eko sebagai berikut :
“Partisipasinya antusias, Cuma lebih ke sendiri-sendiri.
Lebih ke mandiri. Dan kebetulan kemarin saya yang
meragakan di walikota dengan membawa anak didik saya di
sekolah” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Pada kesempatan ini saya diundang oleh Eko untuk hadir dan
melihat acara Posyantek yang diadakan oleh Walikota Jakarta Barat.
Disana Posyantek Grogol Petamburan memeragakan alat Tepsornya
kepada semua Posyantek yang hadir juga jajaran Walikota yang hadir
pada acara tersebut. Dalam hal ini pameran atau yang sering
dikatakan oleh mereka gelar produk Posyantek menjadi ajang untuk
memamerkan usaha produktif yang berjalan kepada semua Posyantek
yang hadir di semua wilayah di Jakarta Barat, juga ada pertemuan di
tingkat daerah. Acara ini guna memberikan informasi kepada jajaran
Walikota bahwasannya program ini masih ada dan berjalan juga
ajang mempromosikan usaha produksi yang mereka buat.
Dalam sebuah program pemberdayaan yang sudah berjalan
pastinya ada pendampingan yang di dalamnya penyelesaian masalah-
masalah yang terjadi di lapangan, legalisasi juga bagaimana cara
pemasaran yang tepat dan lain sebagainya. Dalam hal ini Eko
mengungkapkan :
154
“Pendampingan hari ini adanya ditingkat kota, nanti
langsung ke Posyantek tanpa melalui kecamatan kadang dari
Posyantek ke masyarakat bersama pemerintah. Posyantek
sendiri dalam pendampingan sekaligus sosialisasi dalam
prodak karna memang tidak ada biaya. Jadi terkadang
dibarengin sosialisasi pendampingan juga tapi untuk mereka
yang melakukan tapi kalo yang belom sifatnya sosialisasi.
Biasanya mereka ada masalah dalam produknya. Dari
pendampingan itu kita arahin dari produksi, kapasitas
produksi, kemasan penyajian makanan, biasanya kita juga
dibarengin dalam penindustrian” (Wawancara dengan Eko
Herry Waluyo, 7 September 2019)
Pendampingan Posyantek hari ini adanya di tingkat kota
namun, Posyantek Kecamatan juga membantu dalam pendampingan
bersama pemerintah karena Posyantek Kecamatan yang
mendampingi dari awal kegiatan hingga pada tahap pendampingan
dan tahap pengembangan nanti. Dalam tahapan pendampingan juga
tahap penyelesaian masalah-masalah yang terjadi, diarahkan dalam
produksi ke tahapan-tahapan selanjutnya.
Selanjutnya adalah tahap pengembangan yang di dalamnya
peningkatan usaha produksi, legalisasi produk, pemasaran dan lain
sebagainya yang akan diarahkan oleh Posyantek. dalam hal ini juga
ditanggapi oleh Kurnia sebagai berikut :
“Pada tahapan pengembangan ini saya selaku pelaku usaha
Fokus ke produksi aja, yang urusin itu udah ada anggota”
(Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih, 10 September
2019)
Dalam tahapan pengembangan ini masyarakat yang sudah
bergerak pada usahanya masing-masing terus dibina hingga akhirnya
mandiri dalam usaha produktifnya. Sebagai proses pendidikan,
kegiatan pemberdayaan masyarakat banyak sekali dilakukan melalui
pelaksanaan pelatihan-pelatihan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat
dapat dipandang sebagai suatu proses pendidikan non-formal atau
155
pendidikan luar-sekolah. Pemberdayaan masyarakat bukanlah
kegiatan bersifat mendadak, melainkan harus terencana atau lebih
direncanakan sebelumnya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
mengacu pada kebutuhan yang sedang dirasakan penerima manfaat,
oleh karena itu penyelenggaraan harus dengan penelusuran program
pendidikan yang diperlukan atau need assessment. Untuk kemudian
disusunlah program yang dalam pendidikan formal disebut silabus
dan kurikulum. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
Sesuai dengan teori ini, bahwa sebuah pelatihan dalam
pemberdayan termasuk ke dalam proses pendidikan non formal atau
pendidikan luar sekolah. Dalam sebuah kegiatan pemberdayaan
merupakan suatu kegiatan yang terrencana dan mempunyai tujuan
keberhasilan akan pemberdayaan tersebut. Di Posyantek mempunyai
pedoman yang di dalamnya terdapat susunan tahapan untuk
masyarakat dalam menjalankan program. Di dalam Posyantek juga
mengacu pada kebutuhan masyarakat yang dirasakan penerima
manfaat. Oleh karena itu program Posyantek dikalangan masyarakat
memenuhi kebutuhan masyarakat penerima manfaat untuk
memperbaiki ekonomi dengan program pemberdayaan masyarakat
yang di adakan oleh Posyantek. Masyarakat yang dibina tidak akan
dilepaskan begitu saja setelah mendapatkan penyuluhan, pelatihan
serta pengetahuan tentang TTG akan tetapi juga diberikan
pendampingan agar tersampaikan hambatan yang dilalui oleh
penerima manfaat. Disamping itu juga adanya tahapan
pengembangan untuk adanya legalisasi, pemasaran juga pembekalan
kemandirian dalam menjalankan program pengembangan ekonomi
ini.
156
d. Hasil Partisipasi pemberdayaan masyarakat dalam program
Posyantek di Kecamatan Grogol Petamburan
Berdasarkan hasil dari temuan penelitian, kegiatan yang
dilakukann Posyantek Grogol Petamburan melalui program
Posyantek, ialah program pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan Teknologi tepat guna, memberikan
kegiatan produktif kepada penerima manfaat dan perubahan ekonomi
kepada penerima manfaat juga masyarakat sekitar serta
pendampingan kepada penerima manfaat hingga mandiri di dalam
usaha produktifnya. Posyantek dapat diberikan pada mereka yang
sudah melalui tahap kursus atau pelatihan, atau bagi mereka yang
ingin memulai usaha produktifnya untuk meningkatkan
perekonomian mereka dengan mengikuti tahapan-tahapan yang ada
di Posyantek.
1. Tahapan pameran untuk penerima manfaat dalam menjalankan
program Posyantek
Dalam menjalankann program Posyantek tahapan pameran
termasuk ke dalam tahap keberhasilan sesudah kursus atau pelatihan.
Tahap ini mereka akan diberikan stand pameran di acara-acara
UMKM untuk memasarkan produk mereka. Disamping itu juga ada
pelaksanaan gelar produk-produk Posyantek yang diadakan Walikota
atau Daerah untuk memegarakan TTG yang ada di wilayah tersebut.
Berikut wawancara Kurnia dengan Kerajinan Kain percanya :
“Beberapa kali saya sudah diundang untuk memeragakan
kain perca ini di pameran dan sosialisasi, didalamnya saya
menjelaskan bagaimana saya bisa memproduksi ini, cara-
cara pembuatannya juga menawarkan pada pejabat-pejabat
setempat agar tertarik karena dalam produksi saya ini, ingin
terlihat unik sehingga kalangan ataspun tertarik untuk
157
melihat dan membelinya” (Wawancara dengan Dewi
Kurnianingsih, 10 September 2019)
Dari hasil wawancara pada pameran ini kain perca sebagai
barang yang unik dan langka sehingga membuat orang tertarik untuk
bertanya. Dalam pamerannya Kurnia menjelaskan terlebih dahulu
proses terbentuknya kerajinan kain perca, keunikannya ini
mempunyai nilai ketertarikan untuk dibeli pada semua kalangan yang
menjadi sasaran Kurnia dan Erwin, dalam hal ini juga usaha Kurnia
mengurangi limbah kain bekas atau pakaian tidak terpakai untuk
dijadikan kerajinan kain perca yang dibuatnya. Kerajinan kain perca
milik Kurnia diantaranya bros, pemegang gagang panci, tas dan lain
sebagainya. pemegang gagang panci ini telah tembus order pada
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan juga sampai luar negeri.
Seperti di katakan oleh penerima manfaat kedua yaitu Eko
dengan Alat tepsor dan keraninan limbah korannya, sebagai berikut :
“Partisipasinya antusias, Cuma lebih ke sendiri-sendiri.
Lebih ke mandiri. Dan kebetulan kemarin saya yang
meragakan di walikota dengan membawa anak didik saya di
sekolah” (Wawancara dengan Eko Herry Waluyo, 7
September 2019)
Menurut hasil pengamatan penulis dalam partisipasi penerima
manfaat terlihat mandiri ketika menjalankan produksinya, yang
terlibat adalah masyarakat sekitar dan sanak saudara pada wilayah
tersebut. Eko juga mendirikan bank sampah di daerahnya agar
sampah yang ada bisa dijual atau dikelola kembali dengan alat Tepsor
yang ia punya. alat Tepsornya bisa digunakan untuk pembuatan
pupuk juga bisa dibuat gas untuk memasak yang bahan dasarnya
sampah rumah tangga, namun alat ini belum banyak yang tau dan
hanya Eko yang menggunakannya untuk sehari-hari, tetapi dalam
pengolahan limbah Styrofoam, Koran dibuat sedemikian rupa bisa
158
menjadi benda yang berguna dan mempunyai nilai jual, begitu juga
pada bank sampah yang dibuatnya agar masyarakat sadar akan
lingkungan yang bisa dimanfaatkan menjadi bernilai. Pada
kesempatan kemarin penulis mendatangi gelar produk Posyantek
Jakarta Barat dan pembicaranya kebetulan dari Posyantek Grogol
Petamburan yang mempraktekkan kegunaan dari alat tepsor Eko,
disana Eko membawa anak didik sekolahnya untuk membantu dalam
mempraktekkan alatnya di depan jajaran walikota juga Posyantek se-
Jakarta Barat. Pada temuan lain juga Eko yang sangat berpengaruh
dalam Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
sering kali terlibat dalam tingkat Daerah dan juga sebagai ketua
forum Posyantek se-Indonesia. Kasih gambar!
Seperti di katakan oleh penerima manfaat ketiga yaitu
Heriyani dengan oleh-oleh khas Jakarta, sebagai berikut :
“Selain jadi peserta dan buka stand dimana-dimana kalo
yang khusus posyantek di balai kota, Walaikota dan
mensosialisasi inovasi baru ini di pameran juga kepada
masyarkat sekitar ” (Wawancara Heriyani, 11 September
2019)
Menurut hasil pengamatan penulis dalam partisipasi penerima
manfaat yang sebelumnya juga pernah melewati fase menjadi peserta
dan juga memulai usahanya dengan disediakannya stand yang khusus
Posyantek di balai kota. Penerima manfaat juga mensosialisasikan
usaha produksinya dengan masyarakar sekitar. Penerima manfaat
telah memberdayakan tetangga-tetangganya dengan membantu usaha
oleh-oleh Jakarta miliknya. Penulis melihat penerima manfaat bukan
hanya memberdayakan diri sendiri dan keluarganya tetapi juga
memberdayakan orang-orang sekitar rumahnya untuk turut
membantu dalam usaha produksinya. memang dalam memproduksi
159
kue-kue keringnya penerima manfaat hanya memakai alat pencetak
biasa tetapi mempunyai inovasi baru yaitu peyek yang dibuat
berbentuk kembang goyang yang membuat orang melihatnya unik
dan berbeda. Dalam memproduksi Heriyani fokus pada sistem
pemasaran yang berada pada berbagai e-commerce dan juga masuk
pada forum pengusaha Indonesia yang menjadi sumber informasi
yang begitu besar untuk produksi usaha miliknya. Jika sedang ada
waktu luang penerima manfaat juga membantu dalam pembuatannya
tetapi karyawannya sudah banyak yang mandiri. Bahkan Heriyani
memperbolehkan karyawannya menjualkan kembali sesuai dengan
harga yang pas untuk dijual ke masyarakat. Kasih gambar!
Seperti di katakan oleh penerima manfaat keempat yaitu
Lestari dengan kerajinan akrilik, sebagai berikut :
“Saya pernah di kasih stand dr posyantek, disana juga
ngajarin gimana cara buat produksi akrilik saya ini,
menjualnya juga” (Wawancara dengan Sri Lestari Rahayu,
ST., 12 September 2019)
Menurut hasil pengamatan penulis dalam partisipasi penerima
manfaat juga perah mendirikan stand dari Posyantek, memperagakan
apa yang dibisa dalam kerajinan akrilik. Kerajinan akrilik ini
memang dibuat hommed dan cara membuatnyapun sulit, tetapi begitu
jadi hasilnya terlihat bagus. Untuk penghasilan bisa sedikit
membantu dalam perekonomian karena menjual ke orang-orang
bukan hanya pada saat stand saja. kerajinannya juga ada sulam pita
yang tergolong unik dan tidak banyak orang bisa membuat dan
menjualnya. Dalam hal ini penerima manfaat saat ini tidak terlalu
fokus pada kerajinan akrilik dan sulam pitanya karena sedang bekerja
di LPTRA jadi usaha akrilik ini dibuat jika ada yang membeli dan
jika diminta untuk buka stand saja.
160
Pengertian yang secara umum dapat ditangkap dari istilah
partisipasi adalah, keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota
masyarakat dalam suatu kegiatan. Pengertian seperti tu, nampaknya
selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa kamus
bahasa sosiologi. Seperti di katakan oleh penerima manfaat kelima
yaitu Kasiatun dengan alat pencacahnya dengan usaha peyek, sebagai
berikut :
“produksi yang saya bawa Selama ini belum ada, alat
pembelah kacang cuma gambar dan vidio aja kalau dulu,
kalau sekarang saya punya alat pembelah kacang dan saya
gunakan untuk produksi peyek saya. Dan sudah banyak yang
tau juga karena saya pernah diajak untuk ikut diacara-acara
Posyantek” (Wawancara dengan Kasiatun, 15 Oktober 2019)
Menurut hasil pengamatan penulis dalam partisipasi penerima
manfaat merasa bahwa alat yang ia punya belum ada yang punya
yaitu alat pembelah kacang, saat mendemonstrasikan ia hanya
membawa gambar dan video karena alat yang begitu besar dan berat
jika bawa kemana-mana, tetapi dalam beberapa event ia membawa
alatnya untuk pameran dan menjual beberapa produknya yaitu peyek
dan lain-lain. Menurut penulis penerima manfaat telah menjalankan
produksi dengan baik dan sudah menambah penhasilannya dengan
memproduksi peyek dengan alat TTG dan program dari Posyantek.
Produksinya juga bukan hanya di Jakarta tetapi juga di Medan.
Pada pemasarannya ia mulai menyebarkan kartu nama,
menjalin relasi orang banyak dan relasi lainnya. Ia berharap dalam
produksi yang ia dan teman-teman Posyantek buat ini bisa tembus
hingga ke pemerintahan karena ini produk binaan hasil dari program
pemerintah, harga jual dan peminatnya juga bisa lebih continue agar
penghasilan bisa bertambah dan statis.
161
Pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan oleh
masyarakat dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk
memperbaiki kehidupannya yang berbasis kepada daya mereka
sendiri, melalui upaya optimasi daya serta peningkatan posisi tawar
yang dimiliki, dengan perkataan lain, pemberdayaan harus
menempatkan kekuatan masyarakat sebagai modal utama serta
menghindari “rekayasa” pihak luar yang seringkali mematikan
kemandirian masyarakat setempat. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
Pemberdayaan secara konseptual membahas bagaimana
individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka. (Tonny, 2014)
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah
memapankan dan memandirikan masyarakat. (Rukminto, 2002)
1) Faktor pendukung dan penghambat Partisipasi pemberdayaan
masyarakat dalam program Posyantek di Kecamatan Grogol
Petamburan
Pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang tidak terlepas
dari berbagai hambatan yang menyertainya. Hambatan yang sering
muncul adalah sulitnya untuk mensinergiskan berbagai
pemberdayaan itu dalam suatu program yang terpadu. Dengan
memusatkan pada satu dimensi, pengembangan akan mengabaikan
kekayaan dan kompleksitas kehidupan manusia, pengalaman
masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa berbagai tindakan untuk memberdayakan
162
masyarakat tidak bisa disinergiskan hanya saja belum seluruhnya
bersinergi antara program dan masyarakat. Pengertian terpadu tidak
berarti semua jenis kegiatan pemberdayaan dilakukan secara
serentak. Pengembangan masyarakat secara terpadu dapat
digambarkan sebagai serangkaian kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan secara sistematis dan saling melengkapi. Pemberdayaan
bukanlah program yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
singkat atau bersifat temporer. Pemberdayaan harus dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan terus mengembangkan jenis-jenis
kegiatan yang paling tepat untuk komunitas.
Faktor pendukung dari program Posyantek adalah adanya
jiwa-jiwa sosial dari setiap anggota masyarakat dan penerima
manfaat yang sudah merasakan dampak manfaat dari program
Posyantek. Pemda juga berpengaruh besar dalam menjalankan
program, tanpa adanya pemda program tidak akan ada karena
Posyantek adalah program pemerintah langsung yang dijalankan oleh
pengurus-pengurus walaupun dalam hal operasional belum
mendukung. Faktor pendukung selanjutnya adalah nilai ekonomi
yang penerima manfaat dapat dari menjalankan program Posyantek
sehingga pada akhirnya penerima manfaat bisa memperbaiki kualitas
hidup yang lebih baik dan kebermanfaat antar masyarakat sekitar
yang juga ikut merasakannya. Masyarakat juga menjadi mandiri
dengan kemampuan dan ruang yang telah ada. Juga tidak lepas dari
partisipasi yang seluas-luasnya dalam pembangunan daerah dengan
mendukung dan menjalankan program pemerintah.
Berikut wawancara dari penerima manfaat oleh Erwin sebagai
pengurus dan juga membantu Kurnia istrinya dalam memproduksi
Kerjaninan kain perca sebagai berikut:
163
“Faktor pendukung posyantek tidak lepas dari peran
pemerintah daerah, pemdanya mendukung biasanya sukses
dan disini pemdanya dukung” (Wawancara dengan Erwin
Yahya Sitompul, 10 September 2019)
Seperti yang telah dijelaskan bahwa faktor pendukung tidak
lepas dari peran pemerintah daerah, di Posyantek pemerintah sangat
mendukung dengan adanya program Posyantek ini. Karena
Posyantekpun ada hingga tingkat DKI dan ada yang bertanggung
jawab dalam hal itu. Di Amerikan Serikat telah lama dikembangkan
filsafah 3-T: teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan
kepercayaan/ keyakinan). Artinya, pemberdayaan meruoakan
kegiatan pendidikan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang
telah diyakini, dengan menerapkan setiap inivasi (informasi baru)
yang telah diuji kebenarannya dan telah diyakini akan dapat
memberikan manfaat (ekonomi maupun non ekonomi) bagi
perbaikan kesejahterannya. (Mardikanto & Soebianto, 2013)
Berikut wawancara dari penerima manfaat oleh Heriyani
sebagai pengurus dan juga owner dari oleh khas Jakarta sebagai
berikut:
“Faktor pendukungnya kalo ada bazar-bazar bisa ikut, kalo
ada pelatihan-pelatihan kita bisa ikut bahkan sudah menjadi
narasumber, jadi lebih berguna tambah wawasan dan ilmu”
(Wawancara Heriyani, 11 September 2019)
Selain menambah wawasan dan ilmu, faktor pendukung juga
terjadi pada pengikut sertaan penerima manfaat pada acara bazar-
bazar dan pelatihan-pelatihan yang ada. Para penerima manfaat yang
telah berhasil juga telah diikutsertaan menjadi narasumber di
berbagai acara pemda.
Mengambil kesimpulan dari teori faktor pendorong/
pendukung yang ada di bab 2 mengenai apa yang menjadikan faktor
pendorong partisispasi yakni lebih kepada agar masyarakat dapat
164
merasakan suatu proses pencapaian program yang mana masyarakat
ikut serta dan terlibat didalamnya. faktor pendorong lain juga bisa
karena timbulnya kesadaran dari masyarakat karena tujuan dari
partisipasi ini untuk masyarakat lebih memahami dan mengetahui apa
saa kebutuhan yang diperlukan dalam pemberdayaan.
Berikut wawancara dari penerima manfaat oleh Eko sebagai
ketua forum Posyantek Nasional sebagai berikut :
“Faktor penghambatnya operasional tapi hari ini bagaimana
kita mengatasi operasional tetep berjalan kita urungan,
temen-temen pelaku usaha juga yang membantu. Tapi kalo
yang namanya udah ada operasional pasti progress-progres
acara kita terlaksana. Sekarang kita cari CSR juga susah
diwilayah walaupun banyak pengusaha-pengusaha, mereka
gak paham posyantek. Gubuernur tau Cuma sekedar tau tapi
sebenernya pelakunya posyantek lagi”(Wawancara dengan
Eko Herry Waluyo, 7 September 2019)
Sama hal yang di katakana oleh Kurnia sebagai produksi
kerjinan kain perca sebagai berikut :
“Faktot penghambatnya itu yaa sama dana operasional yang
tidak ada, dan juga SDM yang kurang karena pihak pemda
yang kurang mensosialisasikan Posyantek kepada
masyarakat, akhirnya masyarakat rata-rata tidak tau
Posyantek itu apa” (Wawancara dengan Dewi Kurnianingsih,
10 September 2019)
Dapat disimpulkan dari teori faktor penghambat yang ada di
bab 2 bahwa faktor penghambat partisipasi masyarakat yaitu
disebabkan karena keterbatasan kemampuan masyarakat yang mereka
miliki, seperti kurangnya penambahan pembekalan ilmu juga
informasi-informasi yang jarang sampai pada masyarakat sehingga
kesempatan untuk beproses melalui fasilitas yang ada tidak bisa
diakses. Maka dari itu perlu adanya perbaikan system yang baik pada
pihak Pemerintah daerah untuk mengkontrol program-program
165
masyarakat yang seharusnya benar-benar sampai informasinya dan
pelaksanaannya pada masyarakat.
Secara garis besar faktor penghambat program Posyantek
karena tidak adanya operasional dari pemerintah. Memang pemrintah
sangat mendukung dengan adanya program Posyantek untuk
pemberdayaan masyarakat, akan tetapi tidak didukung dengan adanya
dana operasional yang ada sehingga penguruspun sulit mengatasi
masalah yang ada, jalan keluar yang dijalankan pengrus adalah
dengan urungan atau iuran antar pengurus dan teman-teman pelaku
usaha yang sudah sukses untuk terus melanjutkan program
posyantek. Jika adanya operasional yang ada rencana-rencana
program akan berprogres lebih baik lagi, acarapun pasti terlaksana
semua. Pihak pemda yang kurang mensosialisasikan program
Posyantek juga menjadi faktor penghambat karena masyarakat jarang
ada yang tahu dan pihak pengurus harus mensosialisasikan kembali.
Padahal pada fakta lapangannya para pelaku usaha penerima manfaat
dari Posyantek yang sering menjadi Narasumber acara-cara UMKM
pada pihak Kelurahan, Kecamatan, wilayah dan juga Pemda
166
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa :
Dalam upaya menjembatani alih teknologi tepat guna untuk proses
pemberdayaan masyarakat, Posyantek hadir untuk memberikan
informasi serta pelatihan juga pengembangan TTG seperti
pengolahan limbah sampah rumah tangga dengan alat tepsor, limbah
Koran dan Styrofoam, pengolahan kerajinan kain perca, pembuatan
oleh-oleh khas Jakarta, pembuatan bunga akrilik dan pembuatan
peyek dengan mesin pencacah kacang dan lain sebagainya sehingga
menjadikan masyarakat mandiri dengan TTG serta inovasi-inovasi
yang telah diberikan oleh Posyantek untuk pengembangan ekonomi.
Program pelatihan adalah sebagai serangkaian kegiatan
dengan tujuan untuk meningkatkan pegetahuan, sikap dan
keterampilan. Pelaksanaan program-program tersebut dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta atas dasar kerjasama dengan pihak
pemerintah. Menurut Boyle (dalam Rejeki, 1998) mengemukakan
adanya tiga tipe program dalam pembangunan, khususnya pendidikan
luar sekolah. Tipe-tipe program itu adalah tipe program
developmental, tipe program institusional, dan tipe program
informasional.
Proses pemberdayaan Program Posyantek yang dilaksanakan
oleh posyantek Kecamatan Grogol Petamburan di beberapa kelurahan
melalui beberapa tahapan. Kegiatan pelatihan yang membuat dari
Kecamatan, Posyantek yang membantu terselenggaranya acara,
membantu fikiran dan ide-ide. Dalam tahapan informasi termasuk di
167
dalamnya penyuluhan kepada masyarakat. Penulis melihat keaktifan
para penerima manfaat dalam menyebarkan informasi terkait
posyantek dan juga barang yang diproduksi mereka. Dalam tahapan
kursus partisipasi masyarakat tergolong aktif, terbukti dalam
pengerjaan produksi yang sekarang sedang dijalankan masih
produktif dan mempunyai nilai pemasaran.
Setelah menjalankan kursus atau pelatihan, masyarakat
diberikan kesempatan untuk mengisi stand-stand acara yang telah
disiapkan untuk memeragakan produksi dan memasarkan secara
langsung di pameran-pameran atau acara yang didalamnya terdapat
UMKM. Dalam hal ini pameran atau yang sering dikatakan oleh
mereka gelar produk Posyantek menjadi ajang untuk memamerkan
usaha produktif yang berjalan kepada semua Posyantek yang hadir di
semua wilayah di Jakarta Barat.
Dalam tahapan pendampingan juga tahap penyelesaian masalah-
masalah yang terjadi, diarahkan dalam produksi ke tahapan-tahapan
selanjutnya. Selanjutnya adalah tahap pengembangan yang
didalamnya peningkatan usaha produksi, legalisasi produk,
pemasaran dan lain sebagainya yang akan diarahkan oleh Posyantek.
Dalam tahapan pengembangan ini masyarakat yang sudah bergerak
pada usahanya masing-masing terus dibina hingga akhirnya mandiri
dalam usaha produktifnya.
Sebagaimana telah diuraikan di tabel dan dijelaskan pada bab
5 bahwa tangga partisipasi masyarakat dalam tahapan-tahapan di
Posyantek terdapat 3 konsultasi pada anak tangga ketiga yang berarti
keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan kebijakan dapat
berarti peluang untuk mempengaruhi kebijakan dapat berarti ada
peluang untuk mempengaruhi kebijakan sejak diawal proses. 7
168
kemitraan pada anak tangga keempat yang berarti yang memberikan
peluang partisipasi yang lebih nyata dan berarti bagi keterlibatan
masyarakat dalam pemerintah daerah. 1 delegasi pada anak tangga
kelima yang berarti yang berarti menyerahkan sebagian porsi
kewenangan kepada organisasi kemasyarakatan kepada organisasi
kemasyarakatan tertentu, mekanisme ini dapat menyusun kebijakan
tertentu sekaligus menjalankannya dengan berpedoman pada
kebijakan strategis yang dibuat oleh pemerintah daerah. Dan 3
kendali warga pada anak tangga tertinggi yaitu ke 6 yang berarti
kendali warga yang bermakna ada kekuasaan masyarakat untuk
menentukan keputusan atau kebijakan tertentu yang berlaku . Kendali
warga dapat dijadikan acuan sebagai preskripsi dari pemerintah
daerah pada khususnya dan administrasi public pada umumnya.
Faktor pendukung dari program Posyantek adalah adanya
jiwa-jiwa sosial dari setiap anggota masyarakat dan penerima
manfaat yang sudah merasakan dampak manfaat dari program
Posyantek. Pemerintah daerah juga berpengaruh besar dalam
menjalankan program, tanpa adanya pemda program tidak akan ada
karena Posyantek adalah program pemerintah langsung yang
dijalankan oleh pengurus-pengurus walaupun dalam hal operasional
belum mendukung. Faktor pendukung selanjutnya adalah nilai
ekonomi yang penerima manfaat dapat dari menjalankan program
Posyantek sehingga pada akhirnya penerima manfaat bisa
memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik dan kebermanfaatnya
antar masyarakat sekitar yang juga ikut merasakannya. Masyarakat
juga menjadi mandiri dengan kemampuan dan ruang yang telah ada.
Juga tidak lepas dari partisipasi yang seluas-luasnya dalam
169
pembangunan daerah dengan mendukung dan menjalankan program
pemerintah.
Secara garis besar faktor penghambat program Posyantek
karena tidak adanya operasional dari pemerintah dari segi dana
sehingga pengurus dan pelaku usaha yang sudah sukses urungan atau
iuran untuk terus melanjutkan program posyantek. Pihak pemerintah
daerah yang kurang mensosialisasikan program Posyantek juga
menjadi faktor penghambat karena masyarakat jarang ada yang tahu
dan pihak pengurus harus mensosialisasikan kembali.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang didapat peneliti dari hasil
penelitian, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi dasar
peneliti untuk memberikan usulan untuk memajukan program
Posyantek yang ada di Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan.
Peneliti berharap saran yang diberikan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan :
1. Kepada pengurus di Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan agar
di maksimalkan peran dan fungsi Posyantek yang sesungguhnya, dan
dilihat kembali fungsi teknologi tepat guna yang sebenarnya untuk
keberhasilan program Posyantek di masyarakat.
2. Kepada pengurus agar mencatat pencapaian keuntungan para ibu-ibu/
bapak-bapak yang ikut serta dalam memproduksi beberapa kegiatan
usaha produktif di setiap kelurahan agar tidak hanya pemilik yang
terlihat berdaya tetapi masyarakat yang terlibat dalam produksipun
merasakan keuntungannya.
3. Kepada pengurus di Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan agar
terus semangat mempertahankan dan menjalankan program
Posyantek, membantu dan mengatasi masalah ekonomi yang ada di
170
masyarakat agar mau berproduktif dalam kegiatan meningkatkan
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat dan bisa mengurangi
kemiskinan yang terjadi di Jakarta. Para pengurus agar terus
memberikan penyuluhan akan pentingnya berwirausaha. Para
pengurus juga agar tetap bertahan dengan jiwa-jiwa sosialnya untuk
membantu sesama manusia
4. Kepada para pendamping yang didampingi oleh pemerintah yang
menjalankan dan mengkrontrol para penerima manfaat agar terus
memberikan pemahaman yang bermanfaat bagi masyarakat dan para
penerima manfaat dengan memberikan bantuan berupa dana
operasional dan kebutuhan lainnya.
5. Kepada penerima manfaat khususnya di Kecamatan Grogol
Petamburan agar lebih produktif lagi dalam menjalankan usahanya,
terus menjalin relasi yang banyak agar berkembang makin pesat dan
ekonomi semakin baik. Dan juga terus menebar manfaat kepada
masyarakat sekitar dengan usaha produktifnya agar sama-sama
merasakan kebermanfaatan dari usaha yang sedang dijalankan. Para
penerima manfaat juga terus semangat menjadi narasumber
diberbagai acara UMKM agar nama Posyantek menjadi banyak tahu.
6. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai pembuat
regulasi hendaknya memberikan aksi nyata terhadap keberadaan
posyantek. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi tentang
manfaat adanya posyantek bagi masyarakat, agar masyarakat mau
mengembangkan diri untuk mampu mensejahterakan dirinya
melalui posyantek. Aspek yang dapat dikaji kembali adalah
masalah anggaran dan fasilitas alat untuk posyantek agar dapat
lebih berkembang dalam melakukan kegiatannya. Selain itu,
masyarakat perlu lebih menyadari dan terbuka dengan keberadaan
171
posyantek sehingga masyarakat dapat merasakan dampak dari
posyantek.
7. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan
penelitian ini di bidang lain dan mengembangkan pengetahuan
tentang dampak partisipasi masyarakat untuk Program posyantek,
pengembangan Ekonomi produktif dan menanamkan jiwa sosial
dalam kehidupannya.
172
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Jurnal
Adi, Ismandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteaan Sosial, Jakarta : FE-UI, 2002.
Adisasmitha Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu)
Aini, Djamal Zoere. 1996. Prinsip-prinsip Ekologi. Ekosistem,
Lingkungan Pelestariannya. (Jakarta: PT. Bumi Aksara)
Azwar Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. ( Yogyakarta: Pustaka
Beratha, I. Nyoman. 1982. Desa: Masyarakat Desa dan Pembangunan
Desa. ( Jakarta: Ghalia Indonesia)
Burhan Bungin 2012, S.Sos, M.Si. Penelitian Kualitatif edisi Kedua. .”
(Indonesia :prenada media)
Keputusan dalam Negeri Otonomi Daerah No. 4 tahun 2001 tantang
penerapan TTG
Mardikanto Totok, dkk. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam
Prespektif kebijakan publik. (Bandung: Alfabeta)
Muluk Khairul. 2007. Menggugat Prtisipasi Publik dalam pemerintahan
Daerah (Sebuah kajian dengan pendekatan berfikir sistem).
(Malang: Bayumedia Publishing)
Nasdian, Fredian Tonny. Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Ndraha, Taliziduhu 1990. Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan
Masyarakat Tinggal Landas , (Jakarta: Rineka Cipta)
Ndraha, Taliziduhu, 1994, Manajemen Pemerintahan, Pembangunan dan
Pembinaan Masyarakat (MP3M) di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri, IIP: Jakarta
173
Pedoman Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan 2019 Pelajar Press)
Rohmad, Zaini. 2016. Sosiologi Pembangunan. ( Yogyakarta: Ombak)
Safi’i, M. 2019. Manajemen Pembangunan Daerah: Teori dan Aplikasi
(Malang: Averroes Press)
Santoso Sastropoetro R.A. 1988. Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan
Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. (Bandung: Alumni)
Slamet, Soemirat Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi.
Surakarta: Sebelas Maret University Press)
Soetomo, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung:
Sinar Algesindo)
Soetrisno Loekman. 1995, Menuju Masyarakat Partisipatif. Cetakan
Pertama, (Yogyakarta: Kanisus)
Sugiyono. 2009. Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta)
Suwahyo dkk. 2000. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan TTG
dibeberapa Desa yang terkena dampak Krisis Ekonomi. (Semarang:
LPM UNNES)
Syamsir Salam. 2006. Metode Penelitian Sosial” (Jakarta: UIN Jakarta
Press)
Tjetjep, Rohendi Rohidi. 1992. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta: UI
Toelihere, Mozes R dkk, 1985. Pengantar, pengembang dan
Penyebarluasan Teknologi Tepat Guna. (Jakarta: Diroktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan dan Kebudayaan)
Yuli Kartika Efendi. 2017. Jurnal: Pelaksaan Program pendidikan
pelatihan di Dinas Kerja Transmigrasi dan kependudukan
pemerintah Provinsi Jawa Timur. Banyu Wangi. Universitas PGRI
174
Kumpulan skripsi
Binta Gunawan, Proses pemberdayaan usaha kecil menengah melalui
penerapan teknologi tepat guna (Studi kasus mitra binaan pos
pelayanan teknologi tepat guna karya mandiri Kecamatan
Tegowanu Kabupaten Grobogan),(Skripsi Jurusan pendidikan luar
sekolah Universitas Negeri Semarang)
Dwi Hapsari Nur Arofah. Peran Posyantek (Pos pelayanan teknologi)
dalam pemberdayaan masyarakat. (Skripsi S1 Program Studi Ilmu
Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2017)
Husnul Fikri,” Manajemen Pos pelayanan teknologi (Posyantek) Nagari
Tuo Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Dalam
pengelolaan teknologi tepat guna”,(Skripsi Jurusan Ilmu
Administrasi Negara, Universitas Andalas, Padang 2016)
Sumber wawancara
Wawancara pribadi dengan Eko Herry Waluyo ketua Forum Posyantek
Nasional dan ketua Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan pada
tanggal 8 Mei 2019 dan 7 September 2019
Wawancara pribadi dengan Erwin Yahya Sitompul seksi pengembangan
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan pada tanggal 10
September 2019
Wawancara pribadi dengan Dewi Kurnianingsih wartek Kelurahan
Grogol pemilik produksi kain perca pada tanggal 10 September
2019
Wawancara pribadi dengan Heriyani seksi kemitraan Posyantek
Kecamatan Grogol Petamburan dan pemilik produksi oleh-oleh
khas Jakarta pada tanggal 11 September 2019
Wawancara pribadi dengan Sri Lestari Rahayu, ST Sekertaris Posyantek
Kecamatan Grogol Petamburan dan pemilik produksi bunga akrilik
pada tanggal 12 September 2019
175
Wawancara via whatapp dengan Kasiatun Bendahara Posyantek
Kecamatan Grogol Petamburan dan pemilik produksi rempeyek
pada tanggal 15 Oktober 2019
Sumber internet
Artikel Profile Posyantek Grogol Petamburan kota administrasi Jakarta
Barat. posyantekgropet2.wordpress.com diakses pada tanggal 15
Mei 2019 pukul 18:00
Bps Jakarta Barat. “Jakbar Kota” diakses pada 23 Juli 2019 dari
Www.Bps.go.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 surat-surat
Lampiran 2 Dokumentasi
LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN DAN WAWANCARA
DI POSYANTEK KECAMATAN GROGOL PETAMBURAN
Peneliti di undang mengikuti acara gelar produk posyantek se Jakarta Barat
bersama dengan mahasiswa yang sedang magang di bank sampah dan para
siswa-siswi Pak Eko
Pada kesempatan kali ini Pak Eko menjadi Narasumber dan memperagakan alat
Tepsornya
Wawancara dengan Ketua Forum Posyantek Nasional dan juga sebagai ketua
Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan Pak Eko di Bengkel Posyantek
Alat Tepsor Pak Eko
Wawancara dengan pengurus Posyantek Kecamatan bidang seksi
pengembangan Pak Erwin dan juga produksi kerajinan kain perca di
kelurahan Grogol
Wawancara dengan pengurus wartek (warung teknologi) Kelurahan Grogol
Ibu Kurnia dan juga pemilik produksi kerajinan kain perca di Kelurahan
Grogol
Beberapa Produk kerajinan kain perca
Wawancara dengan pengurus Posyantek Kecamatan bidang seksi kemitraan
Ibu Heriyani dan juga produksi oleh-oleh khas Jakarta di kelurahan Jelambar
Packaging dan beberapa produk oleh-oleh khas Jakarta milik Bu Heriyani
Wawancara dengan Sekertaris Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan Ibu
Lestari dan juga produksi bunga akrilik dan sulam pita di kelurahan Tanjung
Duren Utara
Beberapa Produk kerajinan bunga akrilik dan sulam pita
Produksi peyek milik Ibu Kasiatun
Alat pencacah kacang milik Ibu Kasiatun untuk produksi peyeknya
Lampiran 3 Catatan Observasi
TABEL
KEGIATAN OBSERVASI
Hari/
Tanggal Kegiatan observasi Output
Senin, 29
april 2019
Peneliti berkunjung ke Walikota
Jakarta Barat bagian
pemberdayaan masyarakat untuk
meminta rekomendasi tempat
pemberdayaan masyarakat yang
ada di Jakarta Barat untuk
penelitian
Tidak mendapatkan hasil
apa-apa karena harus
melakukan birokrasi di
PTSP yang harus
membawa persyarakan-
persyaratan yang
didalamnya proposal
skripsi
Kamis, 2
Mei 2019
Setelah itu peneliti ke Kecamatan
Grogol Petamburan untuk
melakukan izin penelitian dan
menanyakan program posyantek
ke kabag umum kecamatan Pak
Agus.
Mendapatkan informasi
Posyantek, birokrasi dan
disposisi surat izin dari
kabag umum.
Senin, 6
Mei 2019
Peneliti di telpon oleh bagian
kasikesra Kecamatan Grogol
Petamburan Pak Sya’ban terkait
surat izin penilitian yang masuk
dan menjelaskan maksud tujuan
peneliti melakukan penelitian
Mendapatkan informasi
terkait surat yang sidah
masuk ke Camat dan
Kasikesra dan
mendapatkan nomor
telpon ketua Posyantek
Grogol Petamburan untuk
didatangi dan informasi
lebih lanjut soal Posyantek
Rabu, 8
Mei 2019
Peneliti berkunjung ke Bengkel
Posyantek yang juga menjadi
rumah Pak Eko selaku ketua
Posyantek Grogol Petamburan dan
ketua forum Posyantek Nasional.
Peneliti meminta izin melakukan
penelitian dan menayakan soal
sejarah berdirinya posyantek,
pemberdayaan ekonomi apa saja
yang ada di posyantek Grogol
Mendapatkan inforormasi
sejarah berdirinya
Posyantek dan sistem
pengolahan sampah yang
Pak Eko buat menjadi alat
Tepsor yang dibuatnya.
Rabu, 31
Juli 2019
Peneliti di undang mengikuti acara
gelar produk posyantek se Jakarta
Barat. Peneliti mengamati
Hari/
tanggal Kegiatan observasi Output
posyantek-posyantek yang
membawa produknya Masing-
masing dan disana banyak
beberapa jajaran walikota dan
tingkat Daerah memberikan
pemaparan kepada para kader
posyantek. Pada waktu itu juga
Pak Eko menjadi pembicara dan
memperagakan alat tepsornya
Mendapatkan informasi
terkait kegiatan posyantek
dan produk-produk
posyantek se Jakarta
Barat. Mendapatkan
informasi juga terkait
keberlangsungan
posyantek di tingkat
daerah.
Senin, 9
September
2019
Peneliti melakukan wawancara ke
Pak Eko selaku ketua terkait
observasi pengamatan mengenai
proses pemberdayaan masyarakat
di program Posyantek, Tahapan
yang ada didalamnya serta respon
masyarakat penerima manfaat
terhadap program posyantek
Mendapatkan file
pedoman posyantek yang
berisi sejarah, struktur,
tahapan-tahapan dan lain-
lain. Peneliti juga
diberikan kontak-kontak
para kader posyantek
dimasing-masing
kelurahan yang ada di
Kecamatan Grogol
petamburan untuk nntinya
akan dihubungi. Peneliti
juga banyak diceritakan
soal perkembangan
posyantek dari tahun
ketahun.
Selasa, 10
September
2019
Peneliti melakukan wawancara ke
pengurus bidang seksi
pengembangan yang juga
memproduksi kain perca. Pak
Erwin memberikan informasi
terkait jadwal piket dan birokrasi
jika ada acara. Pak Erwin juga
membantu dalam memasarkan
kain perca yang diproduksinya
dengan istri di rumah.
Mendapatkan informasi
terkait sistem jadwal piket
di posyantek dan kegiatan
produksi kain percanya
Pak Erwin
Selasa, 10
September
2019
Peneliti melakukan wawancara ke
wartek Kelurahan Grogol Bu
Kurnia yang memproduksi kain
perca yang dibuatnya dari
potongan-potongan baju layak
Mendapatkan informasi
terkait pembuatan
produksi kain perca
pakai. Sampai bisa masuk ke
acara-acara pameran dan
menceritakan perjalanan
produksinya
Rabu, 11
September
2019
Peneliti melakukan wawancara ke
Pengurus yang juga memproduksi
oleh-oleh khas Jakarta yang berada
di Kelurahan Jelambar. Bu
Heriyani telah mempunyai
beberapa karyawan untuk
membantu produksinya. Bu
Heriyani juga menceritakan
bagaimana memasarkan
produksinya ke pengusaha-
pengusaha di Indonesia.
Mendapatkan informasi
bahwa tidak banyak yang
menjual oleh-oleh khas
Jakarta dan sistem
pemasaran Bu Heriyani
Kamis, 12
September
2019
Peneliti melakukan wawancara ke
sekertaris yang juga memproduksi
bunga akrilik. Bu Lestari yang
juga bekerja di LPTRA juga
menyempatkan waktunya untuk
membantu surat menyurat dalam
birokrasi dan lain-lain. Bu Lestari
juga memproduksi bunga akrilik
sebagai pajangan rumah dan
kerajinan sulam pita
Mendapatkan informasi
pembuatan bunga akrilik
Selasa, 15
Oktober
2019
Penerliti melakukan wawancara
via whatsApp ke Bu Kasiatun
dikarenakan Bu Kasiatun yang
berada di Medan. Kasiatun yang
mempunyai alat pencacah kacang
dan memproduksi rempeyek ini
alatnya cukup unik dan cukup
besar dan berat.
Mendapatkan informasi
alat pencacah kacang
untuk memproduksi
rempeyek
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama :
Umur :
Jabatan :
Tanggal :
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembnagkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Eko Herry Waluyo
Umur : 54 tahun
Jabatan : Ketua Posyantek Kecamatan Grogol Petamburan dan
Ketua forum posyantek Nasional
Tanggal : Senin, 9 September 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Sebetulnya dalam hal ini sudah ada bagiannya yaitu sekertaris
susunan pengursnyapun sudah ada dan lengkap, tetapi karena
pengurus sudah masing-masing mempunyai kesibukan akhirnya saya
yang ngerjain dari mulai surat-surat, pencatatan potensi, sosialisasi
program juga dalam pengelolaan web dan pamphletpun saya.
Kita kan ada sosialisasi dan ada pemetaan potensi alam dan
teknologinya apa yang sedang mereka jalani. Setelah itu kita melihat
kapasitas produksinya. Bagaimana peningkatannya di telaah. kan ada
sekertaris dan ada susunan pegurusnya. Namun tetap kita sebagai
pengurus di dalamnya membantu, contoh misalnya saya di gropet itu
sebagai seksi sosialisasi tentang posyantek begitu ada yang bisa kita
tangkap sumber daya manusianya berpotensi artian dalam
mengerjakan sosialisasi di dalam masyarakat pada pengerjaan
ekonomi mereka kita catat akhirnya pada acara di kecamatan mereka
kita panggil.
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Sebenernya dia tahu namun dalam fungsi posyantek dan sumber daya
alam yang ada. Sampah itu menurut saya sudah menjadi sumber daya
alam bukan suatu menjadi permasalahan tapi jika diolah dengan
benar dan masyarakat paham, maka dengan adanya bank sampah
itukan bukti bahwa benar-benar pemberdayaan yang ada/ begitu juga
makanan contoh disini ada jualan peyek yang tadi digorengnya
minyaknya masih banyak sehingga orang makannya kurang enak
nah kita ada mesin namanya peniris minyak sehingga ketika di makan
tidak ada bekas minyak yang ada dilidah itukan menjadi satu nilai
inovasi baru dan telah menjadi sumber ekonomi dia yang cukup
banyak dari TTG.
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Melihat kondisi masyarakat kita, tergantung pemerintahnya juga
dalam mensosialisasikan dan mengerahkan masyarakatnya, pengurus
tetep jalan tapi gabung juga sama pemerintah, Cuma dalam
pemenuhan alat masyarakat kekurangan dalam pengadaan alat,
yaitulah fungsi pemerintah agar masyarakat yang punya keinginan
untuk mau bisa dibina dan diberikan alat TTG sesuai dengan
kebutuhan dia, jangan sampe pemerintah kasih alat terhadap program
tapi masyarakat menolak karna keterbatasan sumber daya
manusianya kurang yang akhirnya sia-sia, nah fungsi posyantek
disitu menjembatani sumber daya manusia yang adadi masyarakat
untuk dibina dalam pengelolaan lingkungan. Dan dalam alat Jakatra
masih kurang. Dalam ibu-ibu rumah tangga yang dibina oleh ibu-ibu
PKK mereka justru suka, mereka dapet bantuan alat sesuai dengan
kebutuhan dia
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Yaa dari pembinaan Kecamatan dalam kegiatan tar kita masuk ke
mereka, kadang kita mau ngadain sndri juga bingung karna gaada
operasional, kalo ditingkat kota ada dana pembinaan, pendampingan
dan ada sosialisasinya juga. Kemarin yang di walikota bentuknya
sosialisasi
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Pelayanan informasinya pake brosur, web, fb, pamphlet kepada
mereka dan public. Nanti kalo ada undangan buat mereka dari
kecamatan nanti kita informasikan ke masyarakat, Cuma emang kalo
dalam brosur, web, pamphlet baru kecil itu aja yang kita punya.
bukan hanya posyantek yang ngadain banyak juga
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Kebanyakan Cuma hadir, ada juga yang menyumbang fikiran,
diskusi, Tanya jawab. Kalo kita kalo memang ada kegiatan ada yang
ngasih. Kecuali ada progress dari pemerintah biasanya kita dikaitin
jadi narasumber atau mantau kegiatan masyarakat. Bahkan sama
sekali gaada tupoksinya tapi kita jiwa sosialnya aja. Paling enggak
dia tau prodak kita dia mau pake
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Kebetulan saya selaku ketua RT disini jadi paham, memang
seharusnya RT,RW yang menginformasikan. Tapi gak semua
RT,RW, Kelurahan paham tentang Posyantek. Kalo udah ada intruksi
dari kecamatan ada kegiatannya dari kelurahan tersebut baru mereka
mao itu juga hanya sekedar partisipasi sebatas ngedampingin gaada
material. Paling pengurus dan anggota yang ngebantu. Sebenernya
pemerintah hanya sebatas legalitas, SK, kantor, kantor juga kita
masih gak focus, kita di kasih kantor sama kecamatan tapi kalo gaada
incom pemasukan yaa kita juga bingung. Dari kegiatan apapun itu
mandiri aja paling yang urus anggota aja.
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Murni saya sendiri yang ngelola dan gak hanya grogol aja. Pas lomba
juga agak sibuk juga karna saya juga yang bantu. Apalagi saya selaku
ketua forum nasional saya gak bisa tinggal diem ngeliatnya.
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Kegiatan dari kecamatan yang kasih materi kadang saya. Mereka
bantu fikiran juga. Kita juga ada iuran kalo ada kegiatan pengurus
ajaa yang iuran.
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
Yaa tergantung masyarakatnya, hasil dari inovasi tentang alat sesuai
kebutuhan kita arahin ke UKM, lewat KUBE (Programnya Dinas
Sosial) bahkan jadi pengurus KUBE, mereka punya pendaan sosial,
gak satu dua dikasih alat, akhirnya alat dijual, padahal waktu
pengecekan pertama usahanya ada. Saya data sekertaris yang gituin
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Partisipasinya antusias, Cuma lebih ke sendiri-sendiri. Lebih ke
mandiri. Dan kebetulan kemarin saya yang meragakan di walikota
dengan membawa anak didik saya di sekolah.
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Kasih-kasih pelatihan ke masyarakat yang mau. Iya saya
mendemonstrasikan, saya ke kegiatan RT, kegiatan RW dan
masyarakat mau menerima hanya saja dukungan dari pemerintah
yang masih kurang. RT RW nya berpengaruh. Dalam hal ini juga
bank sampah disini saya arahkan ke masyarakat agar bisa mengelola
bukan hanya dikumoulin aja tapi saya ajarin agar bisa punya nilai
jual. Kayak strerofoam itu dijual gak laku tapi saya buat kreatifitas.
Padahal berbahaya
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Pendampingan hari ini adanya ditingkat kota, nanti langsung ke
posyantek tanpa melalui kecamatan kadang dari posyantek ke
masyarakat bersama pemerintah. Posyantek sndri dalam
pendampingan sekaligus sosialisasi dalam prodak karna memang
gaada biaya. Jadi kadang dibarengin sosialisasi pendampingan juga
tapi untuk mereka yang melaukan tapi kalo yang belom sifatnya
sosialisasi. Biasanya mereka ada masalah dalam produknya. Dari
pendampinga itu kita arahin dari produksi, kapasitas priduksi,
kemasan penyajian makanan, biasanya kita juga ngerendengin dalam
penindustrian
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Sangat antusias karna udah dalam tahap pengembangan, sertifikasi
prodak dan legalisasi. Sebenernya itu usaha sampingan aja. Kita juga
punya gerai produk.
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
Faktor pendukungnya kendaraan, tanpa kendaraan kita tidak bisa
kemana-mana. Saya juga sering diundang dalam acara-acara tingkat
kota, wilayah juga Pemda. Dan juga yaa jiwa sosial, berbagi dan
kekeluargaan udah itu aja.
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Operasional tapi hari ini bagaimana kita mengatasi operasional tetep
berjalan kita urungan, temen-temen pelaku usaha juga yang
membantu. Tapi kalo yang namanya udah ada operasional pasti
progress-progres acara kita terlaksana. Sekarang kita cari CSR juga
susah diwilayah walaupun banyak pengusaha-pengusaha, mereka gak
paham posyantek. Gubuernur tau Cuma sekedar tau tapi sebenernya
pelakunya posyantek lagi
Ttd
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Erwin Yahya Sitompul
Umur : 61 tahun
Jabatan : Pengurus bidang seksi pengembangan dan
Produksi kain perca
Tanggal : Senin, 10 September 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Di posyantek itu bergilir dalam satu minggu minimal ada satu yang
menjaga posyantek kecamatan, namun sekarang ini para anggota dan
pengurus itu sudah sibuk dalam karyanya sendiri akhirnya susah
ketemu. Kesibukannya seputar jaga bazar, banyak pesenan. Akirnya
lama-lama yang tadinya bisa dan sekarang sudah berhasil dari
kuliner maupun non kuliner. Dan dalam inventarisasi itu sudah ada
bagiannya dan bidangnya lain dengan saya
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Yang penting kita tau dan cari informasi” kontribusinya : itu ada
bidangnya sendiri, misal bagian it ada bagiannya sendiri. Kalo ada
keputusan kesepakatan bersama
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Iya apresiasi tapi hanya masyarakat kalangan tertentu, kalo menengan
ke bawah kurang minat, kalo menengah atas kan suka buat bersih-
bersih dan mereka suka. Gabisa buat menengah bawah”
kontribusinya sudah memproduksi
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Udah, udah kita sebar luaskan, di kelurahan, rt, rw. Kontribusinya
menginformasikan barang yang gak berguna tapi bisa menciptakan
nilai tambah, harganya juga, barang yang berbeda yang lebih berkelas
walaupun dari barang yang sebelumnya dibuang, dari cara
penyajiannya, misal pake plastik apa gimana mengemasnya itukan
memakai teknologi tepat guna nah itu dari posyantek.
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Itu kan antar posyantek itu partisipasi tuh, jadi kita ada sistem atm
(amati tiru motivasi) jadi penggunaan tepat pada sasarannya gitu
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Minta aspirasi sama yang muda-muda, minta produksiin gimana,
pemasarannya juga dan bagaimana cara peningkatannya
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Kita itu kasih informasi dan penyuluhan ke wartek-wartek dan
wartek-wartek juga yang nantinya penyuluhan pada masyarakat
(rt,rw)
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Tergantung kebutuhan masyarakatnya” kontribusinya : ikut sebar
luasin
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Menginformasikan bagian-bagian bidang yang ingin di latih,
kontribusinya misal kain perca nanti kita kondisiin
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
produksiin yang lebih baik
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Memperlihatkan dan menjelaskan, menjelaskan biayanya juga
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Sama seperti penyuluhan gitu, kalau itu saya bantu-bantu istri aja
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Pendampingan itukan buat pemula-pemula kita dampingin tergantung
bidang-bidangnya, misal dampingin masalah koran nanti dia yang
dampingin, masalah perca nanti ada yang dampingin nah itu saya
yang urusin
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Memfasilitasi untuk pengembangan usaha mereka, kontribusinya :
mamfasilitasi birokrasinya
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
Faktor pendukung posyantek tidak lepas dari peran pemerintah
daerah pemdanya mendukung biasanya sukses dan pemdanya dukung
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Disamping faktor dana operasional yang tidak didukung pemerintah,
faktor manusianya atau SDM itu yang menghambat, misal kita dapet
order banyak SDM nya kurang yang bantu produksinya siapa, itu
juga harus diperhatikan
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Dewi Kurnianingsih
Umur : 54 tahun
Jabatan : Wartek Kelurahan Grogol dan
Pemilik produksi kain perca
Tanggal : Senin, 10 September 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Kita disini sebagai pelaku usaha di wartek jadi hanya ngurusin karya,
Mereka itukan udah pada naek jadi udah sibuk masing-masing saya
disini yaa produksi, kalo ada panggilan buat isi pemateri saya dateng,
kalo ada panggilan isi stand saya isi
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Kalo ada undangan gitu saya tau tapi kalo udah ada yang dateng
yaudah saya gak dateng
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Mereka bisa mempergunakan dan bikin gitu, malah terkadang mereka
yang lebih pinter dalam pembuatannya, saya tinggal liatin dan
memasarkan aja
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Kasih tau juga kan dengan kayak gini bisa nambah-nambah
penghasilan walaupun saya di rumah tapi bisa, kontribusinya
mengolah, memproduksi barang yang orang taunya dibuang tapi kita
bisa gunakan menjadi barang yang mempunyaai harga dari teknologi
tepat guna
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
kita membantu untuk menginformasikan kita kan sering di bazar tuh,
bagaimana fungsinya dan lain sebagainya
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Saya sudah menjadi narasumber, kalo ada bazar nih saya juga ikut
buka
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Saya disini selaku wartek yaa menginformasikan informasi yang ada
sesuai dari atas atau kecamatan, ketika disuruh jadi narasumber saya
terima, selagi saya bisa pada bidang saya
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
memberi penyuluhan ke wartek
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Yang ngajarin ke mereka gimana bikin kerajinan ini, narasumbernya
juga kalo di pelatihan-pelatihan, sebenernya kurang di biaya,
pelatihannya emang gak bayar tapikan kita harus siapin barang-
barangnya buat peragain.. kalo pemdanya nyediain baru kita kerjain
gitu
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
Partisipasinya saya yang buatin dirumah dibantu bapak juga,
kontribusinya saya suka membuat ide-ide baru dalam produksi kain
perca saya sehingga menigkatkan kualitasnya juga
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Beberapa kali saya sudah diundang untuk memeragakan kain perca
ini di pameran dan sosialisasi, didalamnya saya menjelaskan
bagaimana saya bisa memproduksi ini, cara-cara pembuatannya juga
menawarkan pada pejabat-pejabat setempat agar tertarik karena
dalam produksi saya ini, ingin terlihat unik sehingga kalangan
ataspun tertarik untuk melihat dan membelinya
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Waktu itu pernah demo jadi kita siapin barang-barangnya terus
langsung partekkan, jadi kaya kursuslah, kalo ke kelurahan,
kelurahan kita aja sini kelurahan grogol, memeragain gitu
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Sebagai pelaku usaha di dampingin instansi dan saya yang sudah
dampingin, dampinginnya di wilayah, dulu waktu masih di tahap
pendampingan saya aktif terus bertanya dalam produksi dan
pemasaran
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Pada tahapan pengembangan ini saya selaku pelaku usaha Fokus ke
produksi aja, yang urusin itu udah ada anggota
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
Faktor pendukungnya sama pemda juga, pendukung lainnya juga
melihat Posyantek yang lebih sukses agar kita bisa seperti mereka,
dimulai dari semangat diri sendiri juga untuk merubahnya
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Faktor penghambatnya itu yaa sama dana operasional yang tidak ada,
dan juga SDM yang kurang karena pihak pemda yang kurang
mensosialisasikan Posyantek kepada masyarakat, akhirnya
masyarakat rata-rata tidak tau Posyantek itu apa
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Heriyani
Umur : 48 tahun
Jabatan : Pengurus bidang sie kemitraan dan
Pemilik oleh-oleh khas Jakarta di Kelurahan Jelambar
Tanggal : Senin, 11 September 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Kalo ada bazar-bazar kita isi terus ngajak temen-temen juga. Kita
bahas di laporan aja
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Kita sampein ke mereka, informasiin mereka. dan kadang-kadang
mereka udah tau sendiri dan akhirnya bantu-bantu. Malah sekarang
mereka yang ngerjain sendiri karena udah pada bisa saya tinggal
produksi dan pemasarannya aja.
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Mereka bisa mempergunakan dan bikin gitu yaa, malah mereka yang
lebih pinter.
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Mereka si lebih condong kesini aja karna disini kan udah tinggal pake
gak ribet beli segala macem. Kalo mau lebih paling mereka jual lagi
ke orang gitu. Lagi-lagi saya disini sebagai owner hanya mengontrol
aja. Kalo lagi senggang gini ya saya juga ikut ngadonin. Mereka juga
bantu masarin jadi kayak resseler.
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Membantu untuk menginformasikan kita kan sering di bazar tuh,
bagaimana fungsinya dan lain sebagainya.
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Interaksi dan berpartisipasi yang kita gatau jadi tau
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Simple aja kalo ada orang yang nanya kita jelasin
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Rembukann aja bagusnya gimana karna udah ada yang ngerjain,
kasih ide paling kalo di pameran
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Peserta dan menjadi akktif aja, setelah ikut pelatihan langsung
ngejalanin karna udah ada wadahnya.
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
Dari situ kan udah dapet ilmu, ya kita ikutin aja cara produksi yang
baik, pemasaran yang baik kita ikutin. Kontribusinya interaktif
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Selain jadi peserta dan buka stand dimana-dimana kalo yang khusus
posyantek di balai kota walaikota dan mensosialisasi inovasi baru ini.
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Kita kan sering diundang nih, dari pkk rw sampe ke tingkat kota
ngajarin. Di kecamatan juga udah jadi pemateri
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Sebagai pelaku usaha di dampingin instansi dan saya yang sudah
dampingin, dampinginnya di wilayah
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Soal pengembangan, legalisasi begitu saya belum ikut serta hanya tau
dan sudah ada yang urus biasanya anggota dari Kecamatan atau pada
Wilayah, kalau untuk pemasaran produksi sendiri memang saya yang
urus selaku owner
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
kalo ada bazar-bazar bisa ikut, kalo ada pelatihan-pelatihan kita bisa
ikut, jadi lebih berguna tambah wawasan dan ilmu
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Faktor penghambatnya program posyantek sempet gak berjalan
mungkin karena pemerintah kurang bersinergi pada Posyantek tetapi
pengurus tetap berjalan dan produksi tetap berjalan
Ttd
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Sri Lestari Rahayu, ST
Umur : 39 tahun
Jabatan : Sekertaris dan Produksi bunga akrilik dan sulam pita
Tanggal : Senin, 12 September 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Surat-menyurat ada di pak eko pas bergabung secara administrasi
udah lengkap itu gak di tangan saya, jadi semua yang urus ditangan
pak Eko, ibarat katanya Posyantek ini saya jalanin jalanin aja karna
saya juga sekarang di LPTRA. Posyantek juga gak seheboh dulu.
dalam birokrasinya juga saya yang urusin. Kalo disuruh buat surat-
surat yaa saya bikinin, kalo ada kehadiran ya saya sekedar hadir
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Kasih-kasih infonya paling ngingetin ibu-ibu untuk hadir
Kontribusinya Mengkonfirmasi kalo ada kegiatan
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Belum menggunakan paling saya sampai saat ini dalam TTG hanya
menggunakan mesin jait. kontribusinya saya membuat kerajinan
bunga akrilik
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Belum terlalu diterima oleh masyarakat dan belum masuk spesifikasi
juga belum ada anggarannya. Kontribusinya menginformasi hanya
sebatas itu, walaupun belum ada yang beli langsung lewat saya.
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Memberikan informasi jadi kalo ada yang bertanya seputar posyantek
kegiatan atau layanan ya saya paham. Kontribusinya kalo ada
pertanyaan tentang posyantek yaa saya jawab kalo misalnya ya
paham akan keberadaan posyantek
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Pendataan yang diundang-undang itu siapa aja itukan sekecamatan,
di data. Kontribusinya saya ngedata
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Saya juga jadi narasumber di produk saya, menginformasikan produk
saya
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Pak eko itu yg bikin, paling saya kirim foto ke pak eko kontribusinya
bikin profil produk saya
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Pelatihan saya sekedar membantu surat undangan untuk narasumber
aja, karena saya aktif bukan hanya disini
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
Saya mendata aja tidak banyak andil dalam proses ini
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Saya pernah di kasih stand dr posyantek ya saya akui itu disana juga
ngajarin gimana cara buatnya
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Kalau demo gitu saya hanya melihat aja belom ada jobdesk, dalam
produksi akrilik saya, saya mendemokan kalau pameran
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Gak pernah ngedampingin paling kasih informasi saja
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Gak pernah ngedampingin paling kasih info
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
Harusnya dari dulu ada uang operasinal jadi kalo kita kumpul ada
biayanya ada support jadi gak jalanin aja
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Operasional udah pasti, kalo ada operasional kan dan laporan
pertanggung jawabannya jadi lebih bertanggung jawab juga dalam
program-program lainnya
Ttd
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Pos Pelayanan Teknologi tepat guna (Posyantek) di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
Nama : Kasiatun
Umur : 51 tahun
Jabatan : Bendaraha
dan Produksi rempeyek di Wartek Kelurahan Wijayakusuma
Tanggal : Senin, 15 Oktober 2019
1. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan inventarisasi di Posyantek Grogol Peramburan?
Kalau rapat-rapat ada pertemuan yang bahas masalah Posyantek atau
wartek bagaimana mencari solusi yg di mengerti gitu aja terus
nyiapin kebutuhan-kebutuhan yang di rasa penting untuk di
persiapkan dalam sebuah acara supaya berjalan lancar
2. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan informasi/ sumber daya alam di Posyantek Grogol
Petamburan?
Partisipasinya sebagai pengurus ikut andil dalam setiap event
kegiatan posyantek kecamatan dan sudin atau dinas PPAPP. Dan saya
sebagai pelaku pemanfaatan TTG. Selagi aktif kontribusinya
memberikan informasi dan pelayanan TTG kepada masyarakat yang
membutuhkan
3. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis TTG yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Karena produk saya kuliner jadi memberikan informasi bagaimana
cara mengolah limbah ampas kelapa yang berlimpah bisa
dimanfaatkan dan menghasilkan rupiah. Atau mesin pembelah
kacang untuk rempeyek yang selama ini saya gunakan juga
menyiapkan langsung bahan-bahan supaya bisa dipraktekkan ke
Masyarakat
4. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam jenis-
jenis kebutuhan TTG oleh masyarakat sebagai acuan untuk
memberikan pelayanan teknis TTG kepada masyarakat di Posyantek
Grogol Petamburan?
Partisipasinya mengajarkan produksi dengan baik dan benar, cara
menggoreng dan mengolah limbah ampas kelapa menjadi serundeng
dan manularkan ilmu menggoreng rempeyek yg enak ,garing dan
renyah
5. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pelayanan informasi TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Cuma memberikan semangat untuk para kader posyantek dan
warteknya biar tetap semangat dalam masing-masing produksinya
tapi susah juga kalau tidak tergerak hatinya
6. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan di Posyantek Grogol Petamburan?
Memberikan informasi dan layanan tentang TTG kepada masyarakat,
Kontribusinya memberikan semangat kepada para kader yang lainnya
untuk tetap semangat. Kalau dulu sering merangkap jadi pembicara
juga tujuannya ya untuk menjelaskan suatu prodak sih supaya benar
dan ilmu yg saya punya jd melebaaar luas
7. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pemberian informasi di di Posyantek Grogol Petamburan?
Partisipasinya baik dan diterima oleh masyarakat, Kontribusinya bisa
langsung dipraktekkan caranya jadi tidak hanya teori
8. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
kegiatan pembuatan leaflet/ brosur/ layanan iklan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Saya kurang aktif di bidang ini, taunya jadi aja Jadi tidak bisa
komentar
9. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
tahapan kursus dan pelatihan di Posyantek Grogol Petamburan?
Sama saja kalau habis pelatihan ya sudah, ada yang di lanjut ada yang
tidak, Kalau saya kan memang jadi lahan penghasilan produksi peyek
saya bisanya di kuliner kalau jualan non kuliner tidak bisa
10. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan,
menggunakan dan mengembangkan TTG di Posyantek Grogol
Petamburan?
Kalau lagi pelatihan saya selalu pesan jangan bosan-bosan untuk
memberikan info yang berguna tentang TTG, Terkadang ada rasa
bosan juga karena angin-anginan makanya cari penerusnya dengan di
adakannya pelatihan ini
11. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
peragaan TTG pada kegiatan pameran-pameran di Posyantek Grogol
Petamburan?
Semua sudah diurusi oleh pak Eko, produksi yang saya bawa Selama
ini belum ada, alat pembelah kacang cuma gambar dan vidio aja
kalau dulu, kalau sekarang saya punya alat pembelah kacang dan
saya gunakan untuk produksi peyek saya. Dan sudah banyak yang tau
juga karena saya pernah diajak untuk ikut diacara-acara Posyantek
12. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam
demonstrasi penggunaan TTG di beberapa kelurahan di Posyantek
Grogol Petamburan?
Yang saya lihat Pak Eko yang sering memperagakan alat tepsor nya
di Posyantek Grogol Petamburan, produk dan ide. Kalo produksi saya
alat TTG saya sering cuma saya bawa videonya sama hasilnya karena
mesin saya besar terus serba guna bisa untuk kripik juga berat kalau
di bawa2 karena saya juga kader Kube jadi saya sering ngajarin di
panti-panti dan tempat-tempat lain
13. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarkat dalam tahap
pendampingan pemanfaatan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Dulu aktif ikut ngedampingin ibu-ibu sekarang lagi pengen istirahat
sambil menularkan ilmu ke ibu-ibu yang produktif biar pada pinter
cari penghasilan untuk kebutuhan, Dulu ke mana-mana ada acara
kegiatan TTG atau kemasyarakatan pasti ikut
14. Bagaimana bentuk partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam tahap
pengembangan TTG di Posyantek Grogol Petamburan?
Tak boleh bosan memberikan support dan semangat para pengguna
dan teman sesama TTG. Dari peyek dah bermacam-macam merembet
ke nasi box, makanan ringan dll. Tadi nya asal ada event saya bawa
prodak dan kartu nama, sekarang tinggal enaknya kalau order tinggal
telpon atau wa. Satu lagi di kualitas dan kebersihan pruduknya biar
tetap rasa nya renyah. Alhamdulillah sudah jarang ngikutin bazar biar
yg muda-muda aja, Mau saya si kedepannya agar bisa Pemasaran ke
kantor-kantor besar, kementrian-kementrian dan mengikuti bazaar-
bazar besar di PRJ
15. Apa saja faktor pendukung dalam menjalankan program di Posyantek
Grogol Petamburan?
Pokoknya harus semangat agar Posyantek Gropet maju lagi, Semua
sih memang perlu pengorbanan, produk ini yang saya bisa., terus
banyak juga pemesanya itu yang mendukung saya terus jalanin
produksi ini, ingin menularkan ilmu yang saya punya ,melalui
posyantek dll
16. Apa saja fakor penghambat dalam menjalankan program di
Posyantek Grogol Petamburan?
Kalau saya pribadi faktor penghambatnya fasilitasnya kurang,
komitmen yang dibangun juga kurang dikit kalau di Gropet. Kalau
dalam produksi kurang dukungan SDM karena tenaganya sudah
berkurang
Ttd