42
Bab I Kasus Identifikasi Nama: Ny. I Umur : 31 tahun Pendidikan: Sd tamat Pekerjaan: Ibu rumah tangga Agama: Islam Suku bangsa: WNI Alamat: Jl. Macan Lindungan Perum Griya Cipta lok D 24 Kelurahan Bukit Baru palembang Masuk Rumah Sakit: 12-05-2013 No. Medical Record: Status perkawinan: menikah 1 kali, lamanya 3 tahun Riwayat Kehamilan: G1P0A0 Status Sosio-Ekonomi: Sedang Status Gizi : sedang Anamnesis Khusus Keluhan Utama: Hamil kurang bulan dengan kejang Riwayat perjalanan penyakit: .... jam SMRS, os datang ke rumah sakit siti khodijah dengan keluhan kejang satu kali, lamanya 10 detik. Pasien sadar tapi seperti orang bingung, os kejang di mobil. Saat di rumah sakit siti khodijah os sudah 1

partus kasep

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh makalah partus kasep. KKS UNSRI

Citation preview

Bab I

Kasus

Identifikasi

Nama: Ny. I

Umur : 31 tahun

Pendidikan: Sd tamat

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Agama: Islam

Suku bangsa: WNI

Alamat: Jl. Macan Lindungan Perum Griya Cipta lok D 24 Kelurahan Bukit Baru

palembang

Masuk Rumah Sakit: 12-05-2013

No. Medical Record:

Status perkawinan: menikah 1 kali, lamanya 3 tahun

Riwayat Kehamilan: G1P0A0

Status Sosio-Ekonomi: Sedang

Status Gizi : sedang

Anamnesis Khusus

Keluhan Utama:

Hamil kurang bulan dengan kejang

Riwayat perjalanan penyakit:

.... jam SMRS, os datang ke rumah sakit siti khodijah dengan keluhan kejang satu

kali, lamanya 10 detik. Pasien sadar tapi seperti orang bingung, os kejang di

mobil. Saat di rumah sakit siti khodijah os sudah disuntik MgSO4 40% bokong

kanan bokong kiri, dan direncanakan untuk ...... namun karena tempat penuh os

dirujuk ke RSMH, Os mengaku selama ini kontrol ke SpOG dan selama ini

dikatakan darah tinggi, riwayat perut mulas yan menjakar ke pinggang (-), riwayat

keluar air-air (-), riwayat keluar darah lendir (-), riwayat darah tinggi sebumnya

(+) saat hamil 4 bulan, riwayat darah tinggi pada keluarga (-), riwayat sakit kepala

1

(-), riwayat pandangan mata kabur (-), riwayat mual muntah (-), riwayat nyeri ulu

hati (-), os mengaku hamil kurang bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

Pemeriksaan Fisik

Status saat masuk RS:

Keadaan Umum: sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah: 200/100 mmHg

Nadi: 82x/ menit

Pernapasan: 20 x/ menit

Suhu: 36,5 C

Tinggi Badan: 160 cm

Berat Badan : 78 kg

Kepala : Konjungtiva plapebra anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Thoraks: Jantung: murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikular (+) normal, wheezing (-), rhonki (-)

Payudara: pigmentasi (+)

Abdomen: cembung, hati dan limpa tidak teraba

Ekstremitas: refleks fisiologis +/+/+/+, refleks patologis (-/-/-/-)

Status ginekologis

Pemeriksaan Luar

Leopold I: TFU 3 jari di atas umbilikus(23 cm)

Leopold II : memanjang,

Leopold III: presentasi terbawah kepala

His: -

Djj:-

Taksiran berat janin: 1500 gr

Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher:

Portio:

2

- Konsistensi: lunak

- Posisi: posterior

- Pendataran: eff 0 %

- Pembukaan : -

Ketuban : belum dapat dinilai

Terbawah : kepala

Penurunan : Hodge I

Penunjuk : belum dapat dinilai

Pemeriksaan panggul

Pintu atas panggul

- Promontorium : tidak teraba

- Konjugata diagonalis >13,5

- Konjugata vera > 11,5

- Linea inominata : teraba, 1/3-1/3

Pintu tengah panggul

- Sakrum : konkaf

- Spina ischiadica: tak menonjol

- Dinding samping : lurus

Pintu bawah panggul

- Arcus pubis: >90

- Kesan: panggul luas

Bentuk PAP: gynecoid

DKP: -

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin:

Hb: 12,9 g/dl

Leukosit : 23400 mm3

Bisshop Score:

3

- Dilatasi: 0

- Pendataran :0

- Konsistensi : 2

- Posisi: 0

- Penurunan kepala : 0

- Total : 2

Indeks gestosis;- Edema: 1- Proteinuria: 1- ROS: 3- ROP: 2- Total : 7

Status Tanda Vital- Tekanan darah: 1- Nadi; 3- Pernapasan: 4- Temperature: 3- Keadaan sakit: 3- Total 14

Diagnosis : G1P0A0 hamil 30-31 minggu dengan eklampsia antepartum belum inpartu Janin tunggal hidup presentasi kepala + suspect NOK

-

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama

diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,

dan lebih dari 18 jam pada multipara (Mochtar, 1998).

Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan

mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi

otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin

(passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis

(Mochtar, 1998).

Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka

proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari

faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his

tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun

gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang

mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai

faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,

keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya

kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan

sosial ekonomi rakyat (Kusumawati, 2006)

Persalinan sulit diandai oleh kemajuan pesalinan yang lambat. Secara

umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran

(disproporsi) antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Hal ini dapat terjadi

karena beberapa kelainan berbeda yang melibatkan serviks, uterus tulang panggul

ibu, atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan-kelainan ini secara mekanis

disederhanakan oleh American College of Obstretricians and Gynecologist (1995)

menjadi tiga kategori: (1) kelainan kekuatan (kontraktilitas uterus dan upaya

5

ekspusif ibu), (2) kelainan jalan lahir (panggul), atau (3) kelainan penumpang

(janin). (Obstetri Wiliams, 2009).

Persalinan lama kini masih merupakan suatu masalah di Indonesia.

Berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-

2003 dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah

sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka

kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi

selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan

kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi

dengan berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Jalan Lahir

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu :

1. Os koksa

2. Os sakrum

3. Os kogsigis

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor

dan pelvis minor. Pelvis minor memiliki peranan penting dalam obstetri dan harus

dapat dikenali dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya

bayi melewatinya. Bentuk pelvis minor menyerupai saluran melengkung kedepan

yang biasa disebut sumbu Carus. Bagian atas saluran ini berupa suatu bidang

datar, normal berbentuk hampir bulat disebut pintu atas panggul (pelvic inlet).

Bagian bawah saluran ini disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet), diantara

kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). (Sarwono, 2008)

Gambar 1.Anatomi Jalan Lahir

7

Ukuran Panggul Luar

Pintu Atas Panggul

Pintu Atas Panggul Suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium

korpus vertebra sakral 1, linea inominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis.

Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul yaitu :

1. Diameter anteroposterior:

Jarak dari simfisis sampai ke promontorium vertebra sakralis.

Gambar 2. Cara Mengukur konjugata Diagonalis

2. Diameter transversa

Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul (12,5-13 cm).

3. Dan 2 diameter oblikua

Jarak dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter tranversa

dan konjugata vera ke linea innominata (13 cm).

Gambar 3. Ruang Panggul (Obstetri Williams, 2009)

8

Jenis- Jenis Panggul:

1. Jenis ginekoid

Panggul paling baik untuk permpuan panjang diameter antero-posterior

kira-kira sama dengan diameter transversa.

2. Jenis andriod

Bentuk pintu ataas panggul hampir segitiga

3. Jenis platipelloid

Jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.

4. Jenis antropoid

Panjang diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter

transversa.

Gambar 4. Jenis Panggul

Bidang Hodge

Hodge 1: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan

promontorium.

Hodge 2 : bidang sejajar dengan bidang hodge 1 terletak dibawah simfisis.

Hodge 3 : terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.

Hodge 4 : terletak setinggi koksigis

9

Gambar 5. Sumbu Panggul Dan Bidang Hodge (Sarwono, 2008)

Pintu Bawah Panggul

Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan

sudut disebut arkus pubis. Dalam keadaan normal beasarnya sudut ini 90% atau

lebih besar sedikit. Bila lebih kecil dari 90% maka kepala janin akan lebih suit

dilahirkan karena memerlukan tempat yang lebih besar ke arah dorsal (ke arah

anus).

Gambar 6. Struktur Anatomi Pintu Bawah Panggul

Ukuran Panggul Dalam

Distansia spinarum (24-26 cm) jarak antara kedua spina iliaka anterior

superior sinistra dan dekstra.

Distansia kristarum (28-30 cm) jarak terpanjang antara dua tempat simetris

pada krista iliaka sinistra dan dextra.

10

Distansia oblikua eksterum jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan

spina iliaka anterior superior dextra dan dari spina iliaka posterior dextra ke

spina iliaka anterior superior sinistra.

Distansia interokanterika jarak antara kedua trokanter mayor.

Konjugata eksterna (18 cm) jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus

spinosus lumbal 5.

Distansia tuberum (10,5 cm) jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

Gambar 7. Ukuran Panggul Luar (a) Distansia Spinarum dan (b) Distansia Kristarum

2.2 Definisi Partus Kasep

Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama

diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,

dan lebih dari 18 jam pada multipara (Mochtar, 1998).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955,

persalinan terbagi menjadi:

Fase I

Fase I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan

pembukaan serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada fase

laten terjadi kontraksi uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan serviks

yang berjalan lambat. Fase laten terjadi dalam 8-10 jam dan menyebabkan

pembukaan serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif terjadi peningkatan

pembukaan serviks hingga 10 cm dan penurunan janin.

11

a b

Fase II

Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi

Fase III

Merupakan tahap dilahirkannya plasenta (Joy, 2011)

Tabel 1. Kurva Friedman

Gambar 8. Kurva Pembukaan serviks pada persalinan nulipara (Sarwono, 2008)

Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi : 20 jam, multi : 14

jam) fase aktif (primi : 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala

pengeluaran (primi : 2 jam, multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus

kasep. (PDT Unair. 2008)

12

Partus lama terjadi akibat pemanjangan dari fase-fase persalinan diatas.

Kelainan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Nullipara Multipara

Prolonged latent phase > 20 jam >14 jam

Protracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jam

Protracted descent < 1 cm/ jam < 2 cm/ jam

Arrest of dilation >2 jam >2 jam

Arrest of descent >2 jam >1 jam

Prolonged second stage >2 jam >1 jam

Prolonged third stage >30 menit >30 menit

Tabel 2. Pemanjangan fase persalinan

Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada partus kasep dapat

berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya

infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang

besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum,

denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang

berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus

lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina,

ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi

intrauterin dapat dinilai berdasar kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal

lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi

maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt),

uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal

yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3 (Edwards, 2005).

2.3 Epidemiologi

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-

2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami

komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan

berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui

bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana

13

sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei ini juga

dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan,

39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan 12%

dan infeksi (10%) (Kusumawati, 2006).

2.4 Etiologi dan Faktor Risiko

Secara umum penyebab partus lama dapat dibagi kedalam beberapa faktor

yaitu faktor panggul, faktor anak, faktor tenaga, faktor psikis dan faktor penolong.

2.4.1 Faktor Panggul

Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin

sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada

dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu

hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran

panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang

menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan

juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul (Neilson, dkk, 2003).

2.4.1.1 Kesempitan pada Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10

cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala

memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga

serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala (Wiknjosastro, 2008).

2.4.1.2 Kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia

interspinarum kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan

kesukaran pada persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula

(Wiknjosastro, 2008).

14

2.4.1.3 Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,

maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada

kelahiran janin ukuran biasa (Wiknjosastro, 2008).

2.4.1.4 Panggul Sempit Relatif

Panggul sempit adalah panggul dengan diameter yang kurang sehingga

mempengaruhi mekanisme persalinan normal. Bentuk dan ukuran panggul

dipengaruhi oleh:

Faktor perkembangan: herediter atau kongenital

o Panggul sempit ginekoid

o Panggul sempit android

o Panggul sempit anthropoid

o Panggul sempit platipeloid

o Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae

o Panggul Robert: tidak adanya kedua sacral alae

o High assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 6 vertebra

o Low assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 4 vertebra

o Split pelvis: simfisis pubis terpisah

Faktor rasial

Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit

Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul

android

Faktor metabolik: misalnya rakitis dan osteomalasia

Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul, kaki, atau tulang belakang

(El-Mowafi, 2008).

2.4.2. Faktor Anak

2.4.2.1 Posisi Oksiput Posterior Persisten

Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak

berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab terjadinya

adalah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab

15

yang lain adalah otot-otot dasar panggul yang lembek pada multipara atau kepala

janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin

untuk memutar ke depan (Wiknjosastro, 2008).

2.4.2.2 Presentasi Puncak Kepala

Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika

melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada

presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang mealalui jalan kahir adalah

sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah

simfisis adalah glabela (Wiknjosastro, 2008).

2.4.2.3 Presentasi Muka

Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian

terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer jika

terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada masa

persalinan. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-

keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi

terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada

panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga

merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kelainan janin

seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat menyebabkan presentasi

muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi pada kematian janin intrauterine

akibat otot janin yang telah kehilangan tonusnya (Wiknjosastro, 2008).

2.4.2.4. Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian

terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar

akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab

terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi

16

muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih

dahulu (Wiknjosastro, 2008).

2.4.2.5 Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri.

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi

bokong sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.

Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala

teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba bokong yang

tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis

juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang seperti

USG dan MRI (Wiknjosastro, 2008).

Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas,

hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia

prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban

relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa,

sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letal sungsang,

atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh dengan cepat dan

jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan kedua tungkai yang

terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi tempat

yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada pada ruangan yang lebih

kecil di segmen bawah uterus (Pernoll, 2001).

2.4.2.6. Letak Lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab

tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan

perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan

kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk rahim seperti

uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.

Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak

17

melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya.

Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas

simfisis juga kosong (Pernoll, 2001).

2.4.2.7 Presentasi Ganda

Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di

dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan disamping

bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul

tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang

multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin kecil (Joy,

2011).

2.4.2.8 Pertumbuhan Janin yang Berlebihan

Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram.

Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar

juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan

grande multipara (Wiknjosastro, 2008).

2.4.2.9 Hidrosefalus

Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam

ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta

ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-

1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karen akepala janin

terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering

ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan

menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya (Wiknjosastro,

2008).

2.4.2.10 Prolaps Funikuli

Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping

atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.

Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap

18

saat tali pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir

dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang menyebabkan gangguan

adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup

oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan

terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps funikuli sering didapatkan

pada letak sungsang dan letak lintang. Pada presentasi kepala dapat dijumpai pada

disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam premature lebih sering dijumpai karena

kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas panggul secara sempurna

(Wiknjosastro, 2008).

2.4.3 Faktor Tenaga

Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam

kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya

dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan

menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang

kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya

dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan.

Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam

amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri,

incoordinate uterine contraction (Wiknjosastro, 2008)

2.4.3.1 Inersia Uteri

Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada

bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak

pada kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak

seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali

jika persalinan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri

primer. Inersia uteri sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat

berlangsung his kuat untuk waktu yang lama (Wiknjosastro, 2008).

19

2.4.3.2 Incoordinate Uterine Contraction

Pada keadaan ini sifat his berubah, tonus otot uterus terus meningkat, juga

di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada

sinkronisasi diantara bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi pada kontraksi

uterus bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat

menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi ibu dan dapat pula

menyebabkan hipoksia janin (Wiknjosastro, 2008).

2.4.3.3 His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)

His yang terlampau kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan

selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3

jam dinamakan partus presipitatus , hal ini memiliki resiko terjadnya perlukaan

luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum karena mengalami tekanan

kuat dalam waktu yang singkat. Batas antara bagian atas dan segmen bawah rahim

atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi yang dinamakan

lingkaran retraksi patologik atau lingkaran Bandl.

2.4.4 Gangguan Fase Aktif

Menurut American College of Obstetricians and Ginecologists, baik

kegagalan kemajuan maupun disproporsi sefalopelvis bukanlah istilah yang tepat.

Lembaga ini menganjurkan bahwa klasifikasi yang lebih praktis adalah membagi

kelainan persalinan menjadi lebih lambat dari normal (protraction disorder) atau

penghentian total (arrest disorder). Untuk menegakan kedua diagnosis ini, wanita

tersebut harus berada dalam fase aktif persalinan (dilatasi serviks 3 sampai 4 cm

atau lebih).

2.4.5 Kala Dua Memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap an berakhir

dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20

menit untuk multipara. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan

diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesia regional. Untuk multipara

20

1 jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesia

regional.

Tabel 2. Tabel Diagnosis Persalinan Abnormal (Sarwono,2008)

2.4.6 Tidak Adekuatnya Gaya Ekspulsif

Sedasi berat atau anastesia regional-epidural lumbal, kaudal, atau

intratekal kemungkinan besar mengurangi dorongan refluks untuk mengejan, dan

pada saat yang sama mungkin mengurangi kemampuan pasien mengontraksikan

otot-otot abdomen. Bagi ibu yang kurang dapat mengejan dengan benar setiap

kontraksi karena nyeri hebat, analgesia mungkin akan memberi banyak manfaat.

Mungkin pilihan paling aman untuk janin dan ibunya adalah nitrose oksida, yang

dicampur dengan volume yang sama dengan oksigen dan diberikan saat setiap kali

kontraksi.

2.4.7 Faktor Penolong

Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan

juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam

memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi

dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada

ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai

persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena

itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan

21

terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang

melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera

dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan

tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam

komplikasi (Pernoll, 2001).

Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru

sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus

dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan

ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak.

Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila

persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik

terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu

dan anak (Supriatmaja, 2005).

Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian

kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu

persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP

Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan

operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan

dukun di luar rumah sakit (Supriatmaja, 2005).

2.4.8 Faktor Psikis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional

yang luar biasa bagi seorang wanita.  Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari

aspek fisik satu sama lain.  Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat

mereka takut dan cemas.  Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat

menghambat suatu proses persalinan.  Dengan persiapan antenatal yang baik,

diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat

menikmati proses kelahiran bayinya. (Syakurah, 2011)

22

Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus kasep

juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut gantung,

grandemulti, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998)

2.5 Gejala Klinis

2.5.1 Gejala Klinis pada Ibu

Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala klinis

yang tampak pada ibu meliputi:

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,

pernapasan cepat dan meteorismus

cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.

Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang terhambat

disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan

menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa

perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar,

pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah didorong ke

atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina (Pernoll, 2001)

Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:

Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif

Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan

menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput suksedaneum,

bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari.

Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak

saling bertumpang tindih satu sama lain.

Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD)

(Pernoll, 2001)

2.6 Patofisiologi

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung

awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase

23

laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5

cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka

kemungkinan akan timbul partus kasep.

Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus

kasep dengan tanda-tanda sebagai berikut :

Kelelahan ibu

Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya kurang.

Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake

cairan kurang.

Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim

yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.

Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga

manipulasi dan dorongan dari penolong.

Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim. (Syakurah,

2011)

Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta,

dan untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan

menghasilkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini

dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama

berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam,

akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan

emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus

akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu

juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi

kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus

untuk berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja

berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia. (Neilson, dkk, 2010)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang

berkurang mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini

mungkin disebabkan oleh uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium

yang mengalami asidifikasi. Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi

miometrium, metabolisme anaerob, dan ketosis sistemik. Pada multigravida,

24

Faktor Panggul Faktor TenagaFaktor Janin

Kelainan letak/ bentuk janin Incoordinate uterine actionInersia uteri

CPDKoordinasi tenaga yang tidak teratur

Tidak ada kemajuan persalinan

Fundus berkontraksi mendahului

Biasa pada wanita yang tidak mendapat pimpinan persalinan

Persalinan Macet

Kelainan bentuk/ ukuran panggul

Komplikasi

Partus Kasep

PARTUS KASEP

Ibu Anak

-Febris-Dehidrasi-Syok-Ruptur uteri-Meteorismus, dll

-Djj : bradikardi/Takikardi-Kaput suksadenum-Air ketuban keruh, dll

kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek asidifikasi yang mekanismenya

belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti. Kontraksi yang terus-

menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan

mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat menimbulkan

ruptur uteri. (Neilson, dkk, 2010)

25

2.7 Diagnosis

Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama yang

disertai tanda dan gejala klinis akibat partus lama. Gejala tersebut dapat berasal

dari ibu ataupun dari janin. Gejala yang dirasakan ibu dapat berupa:

Kelelahan

Vulva edema

Perut kembung

Demam

Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis

Infeksi intrauterin sampai sepsis

Dehidrasi sampai syok

Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)

Sementara pada janin dapat ditemukan tanda-tanda partus kasep,

diantaranya:

Kaput suksedaneum

Denyut jantung janin, meningkat, menurun, atau ireguler

Gawat janin

Kematian janin (Pereira, 2006)

2.8 Penatalaksanaan

Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki.

Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:

1. Koreksi cairan (rehidrasi)

2. Koreksi keseimbangan asam basa

3. Koreksi keseimbangan elektrolit

4. Pemberian kalori

5. Pemberantasan infeksi

6. Penurun panas

Untuk itu diperlukan pemasangan infus sebagai akses masuknya cairan,

kalori dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk mengontrol produksi urin.

Pada pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai sumber kalori dan cairan

dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa dapat dilakukan dengan

26

pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga diperlukan pemberian

antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu mengeluh demam dapat

diberikan penurun panas berupa kompres, atau injeksi Xylomidone.

Selain itu pada partus kasep, harus segera dilakukan terminasi persalinan.· Bila

syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi

vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan pervaginam tidak

terpenuhi maka dilakukan bedah sesar (Kumboyo, 2001).

2.9 Komplikasi

Komplikasi pada partus kasep dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi.

Pada partus kasep dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius

yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban.

Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta

pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.

Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,

robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus

menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan

paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta

pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian

terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka

waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding

panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka

dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan

dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.

Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang

sangat berkepanjangan.

Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah gawat janin

dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia

berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan

akibat lain dari partus kasep. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan,

kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan (Kumboyo, 2001)

27

DAFTAR PUSTAKA

Edwards, R. K. 2005. Chorioamnionitis and Labour.  Obstet and gynecol clin N

Am 32 (2005) 287-296.

Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor.

(http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview).

Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit

Umum Daerah NTB. Mataram.

Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan

dengan Tindakan. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi,

Edisi 2. Jakarta: EGC.

Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and

disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67.

Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep.

(http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep).

Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology.

Tenth edition. New York: Mc Graw Hill.

Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II.

Cermin Dunia Kedokteran no. 146.

Syakurah, Risma. 2011. Tinjauan Pustaka Partus Kasep.

(http//www.wordpress.com).

Wiknjosastro, H, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

28