Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN DARUL QUR’AN AL ISLAMI DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN
DENGAN MASYARAKAT MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister (S2) Prodi Manajemen Pendidikan Dalam Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
OLEH FERIYANTO
NIM.MMP.1622578
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019 M
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR LOGO ................................................................................... ii
NOTA DINAS ........................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ............................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACK .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABLE.................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 15
C. Fokus Penelitian ........................................................... 16
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELAVAN
A. LandasanTeori .............................................................. 18
1. Pengertian strategi Kepemimpinan ........................... 18
2. Strategi kepemimpinan efektif ................................... 21
3. Pengertian kepemimpinan ............................. .......... 25
4. Pengertian kepemimpinan pondok pesantren ........... 31
5. Tujuan pondok pesantren ......................................... 36
6. Hubungan pondok pesantren dengan masyarakat ... 37
7. Peran pendidik dan pimpinan pondok pesantren ...... 44
B. Penelitian yang Relevan .............................................. . 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .................................................. 51
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................. 52
C. Jenis Data dan Sumber Data ....................................... 53
xi
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 56
E. Teknik Analisis Data...................................................... 59
F. Uji Keterpercayaan Data ......................................... ..... 62
G. Rencana dan Jadwal Penelitian ............................... .... 65
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA HASIL
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 68
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 91
C. Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 123
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................... 134
B. IMPLIKASI................................................................................. 135
C. REKOMENDASI........................................................................ 138
D. SARAN...................................................................................... 138
E. PENUTUP ............................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
SK PENUNJUKAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... i
SURAT IZIN PENELITIAN ..................................................................... ii
SURAT TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ................................ iii
PIAAGAM DAN SERTIFIKAT .............................................................. iv
FOTO DOKUMENTASI ......................................................................... v
xiv
DAFTAR TABLE
Jadwal Rencana Penelitian I ............................................................... 65
Jadwal Penelitian II .............................................................................. 67
Tabel. III Daftar Nama Kepala Pimpinan Pondok Pesantren ............. 69
Tabel IV Personal Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami ........... 87
Tabel V Keadaan santri/Santriwati ...................................................... 87
Tabel. VI Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren ................. 89
Table VII Analisis Swot…………………………………. ......................... 123
xv
xvi
TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
{t ط ʼ ا
{z ظ b ب
‘ ع t ت
Gh غ th ث
F ف j ج
Q ق h ح
K ك kh خ
L ل d د
M م dh ذ
N ن r ر
W و z ز
H ه s س
, ء sh ش
Y ي {s ص
{d ض
B.Vokal Dan Harakat
xvii
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
آA
اa> إى i>
و آ ả آی U ٱ Aw
إI أو u> یآ Ay
C.T a’ Marbủṭah
1. T a’ marbuṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya diakhiri
dengan /h/.
Arab Indonesia
Ṣalah صلاۃ
Mir’ah مراۃ
2. Ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dhammah, maka transliternya diakhiri dengan /t/.
Arab Indonesia
Wizarat al-Tarbiyah وزارۃالتربيۃ
Mir’at al-Zaman مراۃالزمن
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren sebagai kelembagaan pendidikan Islam sekaligus
lembaga dakwah, pesantren telah hadir pada abad ke-15 seiring
masuknya Islam ke Indonesia. Namun ada yang menyebutkan bahwa
berdirinya pesantren itu pada awal abad ke-18.1 Jauh sebelum masa
kemerdekaan, pondok pesantren telah menjadi sistem pendidikan kita.
Hampir di seluruh pelosok Nusantara khususnya di pusat-pusat
kerajaan Islam, terdapat lembaga pendidikan yang kurang lebih
serupa dengan pesantren, meski dengan nama yang berbeda beda,
seperti Meunasah di Aceh, Surau di Minangkabau, dan Pesantren
sendiri di Jawa. Namun kapan kepastian awal sejarah kemunculan
dan asal usul pesantren masih kabur.2
Pada permulaan berdirinya bentuk pesantren sangatlah sederhana.
Kegiatan pengajian diselenggarakan di dalam masjid oleh seorang kiai
sebagai guru dengan beberapa santri sebagai muridnya. Mereka yang
menjadi kiai biasanya sudah pernah bermukim bertahun-tahun untuk
mengaji dan mendalami pengetahuan agama di Mekkah atau
Madinah. Atau setidaknya pernah berguru kepada seorang wali atau
kiai terkenal di Nusantara, kemudian bermukim di suatu desa dengan
mendirikan langgar yang dipergunakan sebagai tempat untuk shalat
berjamaah.3 Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, pondok
pesantren dipandang sebagai lembaga pendidikan tertua. Pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan tetap istiqamah dan konsisten
1 Mujammil Qomar, Pengembangan Sistem Pendidikan Pesantren dalam Perubahan Sosial, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI,( volume 8 nomor 1, Januari-April 2010), h. 3911. 2 Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media Nusantara, 2006), h. 2 3 Mahmud, Ibid., h. 3
2
melakukan perannya sebagai pusat pendalaman ilmu ilmu agama dan
lembaga dakwah Islamiyah serta ikut mencerdaskan bangsa.4
Para ilmuwan berbeda pendapat mengenai asal usul pesantren.
Pendapat pertama mengatakan bahwa pesantren merupakan model
dari sistem pendidikan Islam yang memiliki kesamaan dengan sistem
pendidikan agama Hindu-Budha dengan sistem asramnya. Pendapat
kedua menyatakan bahwa pesantren diadopsi dari lembaga
pendidikan Islam Timur Tengah.5 Menurut KH Abdurahman Wahid
(Gus Dur), pesantren telah hidup di Indonesia sekitar 800 tahun
lamanya.6 Terlepas perbedaan para ahli tentang kapan pesantren
didirikan, yang jelas, pendidikan pesantren merupakan pendidikan
tertua di Indonesia jika di banding dengan lembaga pendidikan formal
yang ada. Dari sanalah kita lihat bahwa pendidikan pesantren ini
sangat unik dan tidak pernah habis kemenarikannya untuk diteliti dan
dikaji secara berkelanjutan. Salah satu yang menarik dan unik untuk
terus diamati secara akademik adalah tentang kepemimpinannya.
Menurut M. Dawan Raharjo yang di kutip oleh Prof. Dr. H. Babun
Suharto, SE., MM. pada bukunya yang berjudul Pesantren dan
Pembaharuan, bahwa Pesantren merupakan lembaga yang kuat
dalam mempertahankan keterbelakangan dan ketertutupan, ini awal
mula pandangan damawan terhadap pendidikan pondok pesantren.
Walaupun dalam perkembangan berikutnya, Damawan ikut terlibat
dalam proses proses pemberdayaan pondok pesantren, berbeda pula
menurut Nurholis Majid, beliau justru menyebutkan seandainya tidak
ada penjajah yang menginjakkan kaki di bumi pertiwi, maka sungguh
4 Syamsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 191. 5 Syamsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, ibid., h. 193 6 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Essai Essai Pesantren,(Yokyakarta;LKiS, 2010)
3
lembaga pendidikan Nusantara semuanya akan bercorak semacam
pendidikan pesantren.7
Anggapan semacam itu adakalanya benar dan tidak selamanya
benar, sebab pesantren kenyataannya mampu melakukan perubahan
yang lebih cepat jika di banding dengan pendidikan formal sekalipun.
bahkan keberadaan pesantren yang berjumlah sekitar 35.000 di
seluruh Indonesia.8 Dan kata solahuddin wahid, pendidikan yang
dikelola oleh ormas nahdatul ulama berjumlah sekitar 29.000. tentu
saja keberadaan lembaga yang unik ini tidak dapat diremehkan begitu
saja, sehingga pemerintah harus memperhatikannya karena
pesantren berkontribusi besar dalam proses mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk kontek Indonesia.9
Pesantren pada umumnya bergerak dalam pendidikan Islam.
Peran ini merupakan ciri utama yang mewarnai sejarah pesantren di
Indonesia. Kaum muslimin Indonesia mengirim anak-anaknya ke
pesantren untuk belajar agama Islam dengan harapan mereka tumbuh
menjadi muslim yang baik (kaffah), yang melaksanakan ajaran agama
Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari hari. Lebih jauh, tidak
sedikit orang tua yang mengharapkan anaknya menjadi pemimpin
agama (Kiai, Ulama, Ustadz) yang selanjutnya bisa mendirikan
pesantren di daerah asalnya masing-masing.10
Pada abad ke-21 dalam era globalisasi ini menuntut pendidikan
yang berkualitas tinggi. Dewasa ini Indonesia sedang melaksanakan
program pembangunan pada semua sektor. Pembangunan tersebut
tidak mengenyampingkan sektor pendidikan, bahkan bidang
pendidikan selalu mendapatkan perhatian dan proritas pemerintah
7 Babun Suharto, Pondok Pesantren Dan Perubahan Sosial.(Yokyakarta;Pustaka Ilmu,2018) h. 2 8 Babun Suharto, Pondok Pesantren Dan Perubahan Sosial, ibid. h 3 9 Babun Suharto, Pondok Pesantren Dan Perubahan Sosial, ibid. h 3 10 Husni Rohim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), h. 147.
4
dalam rangka mencerdaskan bangsa sesuai Falsafah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Republik Indonesia, memberikan dasar hukum untuk
mengembangkan pendidikan nasional dengan manarapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi otonomi dan menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang
ini diharapkan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan
masalah pendidikan yang pada gilirannya akan dapat memberikan
sumbangan yang signifikan (meyakinkan) terhadap masalah makro
bangsa Indonesia. Selanjutnya di dalam undang-undang tersebut
disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu
serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan untuk
mencapai tujuan pendidikan.11
Bersamaan lahirnya Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahaan Daerah yang merupakan Undang-undang Otonomi
Daerah yang berlaku efektif di seluruh Indonesia, maka dimulailah
proses demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemerintah telah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya
kepada Bupati/Walikota untuk membangun dan mengurus daerahnya
sendiri termasuk dalam pendidikan. Dinas pendidikan dalam hal ini,
lembaga sekolah diberi kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri
dan mengelola kegiatan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan daerahnya masing-masing untuk menyediakan
sumber daya manusia yang produktif dan mempunyai kemampuan
11 Undang-undang Rebublik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2003), h. 7.
5
profesional. Untuk itu diperlukan suatu perubahan yang signifikan
yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan.12
Pengembangan pendidikan bukanlah pekerjaan sederhana, karena
pengembangan tersebut memerlukan adanya manajemen dan
perencaan secara terpadu dan menyeluruh. Terkait dengan fungsi
lembaga pendidikan sebagai salah satu tempat untuk meningkatkan
sosial budaya masyarakat, maka hubungan dengan masyarakat dan
lembaga pendidikan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Mulyono
yang di kutip oleh Onisimus Amtu dalam buku Manajemen Pendidikan
Di Era Otonomi Daerah membagi ruang lingkup manajemen
pendidikan yang terdiri dari :
“a).Manajemen kurikulum b). Manajemen Kepegawaian c). Manajemen Peserta Didik d). Manajemen sarana Dan Prasarana Pendidikan e). Manajemen Keuangan/Pembiayaan Pendidikan f). Manajemen Administrasi g). Manajemen Unit penunjang Pendidikan h). Manajemen Layanan Khusus Pendidikan i). Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah j). Manajemen Hubungan Dengan Masyarakat.”13
Sedangkan Hubungan lembaga pendidikan, sekolah dengan
sekolah lain dan masyarakat adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Hubungan yang baik diantara semua elemen yang ada
akan membentuk (1) saling pengertian antara sekolah, orang tua,
masyarakat dan lembaga lainnya yang ada dimasyarakat, (2) saling
membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui arti
dan manfaat masing-masing (3) kerja sama yang erat antara sekolah
dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan merasa ikut
bertanggungjawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.14
Begitu pula yang terjadi di lembaga pondok pesantren dimana
pondok pesantrenpun harus bisa bekerja sama antara walisantri, 12 Ahmad Rohim, Demokratisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Aswajaya Presindo, 2012), h.162
13 Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah,( Bandung: ALFABETA,cv, 2013) h. 68 14 Daeing Arifin dan Pipin, Sekolah Mandiri dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung: Pustaka Al-Kasyaf, 2010), h. 52-53
6
ustad dan santri dengan masyarakat sekitar pondok pesantren agar
tercapainya lingkungan yang harmonis dan tercapainya tujuan
pendidikan yang baik. Kindrol Leslie dalam bukunya School Publik
Relation mengemukakan bahwa hubungan sekolah dengan
masyarakat adalah suatu komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat dengan maksud meningkatkan pengertian masyarakat
tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong minat
dan kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka usaha
memperbaiki sekolah. Pendidikan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara bersama dengan menggunakan fasilitas yang
tersedia agar tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Dengan terjalinnya
kerjasama antar kelompok orang akan lebih mudah melaksanakan
pendidikan yang diharapkan.
Untuk mencapai satu atau beberapa tujuan dengan
menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas
yang harus dilaksanakan.
Kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu
untuk mempengaruhi aktivitas anggota kelompok guna mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu
dan organisasi. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi.15
Kepemimpinan yang baik harus mampu membangun kehidupan
oganisasi dengan mengembangkan budaya yang disebut nilai-nilai
ekselensi atau keunggulan atau value of exellence. Kepemimpinan
berkaitan dengan pengikutsertaan seluruh anggota atau pengikutnya
beradaptasi dengan perubahan dalam mencapai tujuan-tujuan individu
15 Veithzal Rivai, dkk, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 3.
7
maupun organisasi, serta mengkordinasikan secara aktif tugas-tugas
yang perlu dalam mencapai keberhasilan.
Sekolah sebagai suatu organisasi, tidak hanya memerlukan
kepala sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, yang lebih
banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan
administratif lainnya. Sekolah memerlukan pimpinan yang memiliki visi
yang mampu mengilhami staf pengajar dan semua komunitas
sekolah.16
Menurut U. Husna Asmara yang di kutip oleh Didin Kurniadin
bahwa:
“Kepemimpinan pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”17
Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung
jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan
dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh
substansinya. Disamping itu, kepala sekolah bertanggung jawab
terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka
mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karna itu, “sebagai
pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan
kinerja para personel (terutama para guru) ke arah profesionalisme
yang diharapkan”,18
Begitu juga dalam pelaksanaan kepemimpinan di lembaga
pendidikan seperti di Pondok Pesantren, seorang pemimpin
mempunyai fungsi menentukan kualitas suatu Pondok Pesantren.
16 Sudarwan Danin dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 7. 17 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 292. 18 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Op.Cit.,h. 295.
8
Dalam pelaksanaan kepemimpinan yang adil hal ini sebagaimana
hadits Rasullah SAW yang di riwayatkan Bukhari :
صلى النبي به يبلغ بكر وأبو نمير ابن قال عمرو بن عبد عن عليه
صلى رسول قال قال زهير حديث وفي وسلم المقسطين إن وسلم عليه
حمن يمين عن نور من منابر على عند الذين يمين يديه وكلتا وجل عز الر
)البخارى رواه(اولو وما وأهليهم حكمهم في يعدلون
Artinya : Diceritakan dari Abd-Allaah ibn 'Amr , Ibn Nimeer berkata, dan Abu Bakar berkata: Ini diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Shaybah, dan dalam sebuah wawancara dengan Zuhair, mengatakan: bahwa Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. ( HR. Bukhari )19
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
tradisional yang aktivitasnya adalah mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pada pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari, sehingga para ustadz dan ustadzah harus
memiliki kecerdasan emosional yang mampu mempengaruhi
semangat para santrinya.20
Berkaitan dengan hal ini, Goleman menyatakan bahwa:
“Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan serangkaian kemampuan guru untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri
19 Imam An-Nawawi, RyaDhus holihin,(Jakarta : Darul Haq, 2014) , Hal . 503 20 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Hal.212
9
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.”21
Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat
mengendalikan diri, memiliki kontrol moral, memiliki kemauan yang
baik, dapat berempati (mampu membaca perassaan orang lain), serta
peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain sehingga memiliki
karakter (watak) terpuji dalam membangun hubungan antar pribadi
yang lebih baik22. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah SWT
memerintahkan kita untuk senantiasa bersabar supaya kita
mendapatkan pertolongan darin-Nya. Sifat sabar berkaitan dengan
kecerdasan emosional.
Pendidikan sendiri pada hakikatnya adalah usaha
membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan
sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.
Brubacher (1969) yang dikutip oleh Sudarwan Danin mendefinisikan
pendidikan sebagai “suatu proses pengembangan potensi dasar
manusia yang berkaitan dengan moral, intelektual dan jasmaninya
untuk mencapai tujuan hidup dalam kerangka sistem sosial.23
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3
dikatakan bahwa:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
21 Goleman, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 56. 21 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm. 112 23 Sudarwan Danin, Pengantar Kependidikan: Landasan, Teori dan 234 Metafora Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. ke-3, h. 4.
10
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”24
Pernyataan diatas mengisyaratkan akan pentingnya keberadaan
seorang pimpinan seperti kyai di dalam organisasi/lembaga
pendidikan pondok pesantren untuk bisa mengatur dan mengambil
keputusan. Kepemimpinan banyak dihubung-hubungkan dengan
manajemen, karena memang seorang pemimpin seharusnya adalah
orang yang mengerti dengan konsep dan fungsi manajemen. Para ahli
manajemen pun banyak yang menyimpulkan bahwa inti dari
manajemen adalah kepemimpinan, dan inti dari kepemimpinan adalah
pengambilan keputusan. Dari hal ini kita bisa pahami bahwa
kepemimpinan seseorang dalam sebuah lembaga atau organisasi
sangat erat kaitannya dengan manajemen dan kedua-duanya tidak
bisa dipisahkan.
Efektifitas kepemimpinan di tentukan oleh kombinasi karakteristik
personal, keahlian manajerian, prilaku, dan situasi yang ada. Namun
demikian tindakan pemimpin biasanya menjadi teladan. Perilaku
pemimpin dapat memenangkan kepercayaan, loyalitas, dan menjamin
vitalitas organisasi, salah satu cara membangunnya adalah dengan
menunjukkan karakter yang baik. Dalam hal ini, keyakinan, nilai,
kemampuan, dan sifat merupakan hal yang menjadi perhatian.25
.
Sebegitu pentingnya sosok seorang pemimpin dalam kehidupan
atau dalam organisasi untuk bisa mengantarkan kepada tujuan yang
ingin dicapai bersama sehingga Allah Swt memilih salah satu diantara
mereka seorang pemimpin atau khalifah yang bisa mengatur,
mengelola, memotivasi, mengarahkan, dan meningkatkan sehingga
24 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DEPDIKNAS 25 M. chazienul Ulum, Dinamika Teori Pendekatan Dan Isu Stratergis Kepemimpinan di Sektor Publik, (Malang : UB Press, 2012).
11
kehidupan manusia bisa teratur, aman, damai, tentram sesuai dengan
ayat 30 yang berbunyi:
قالوا ◌ خليفة الأرض في جاعل إني للملائكة ربك قال وإذ
ماء ويسفك فيها يفسد من فيها أتجعل بحمدك نسبح ونحن الد
س تعلمون لا ما أعلم إني قال ◌ لك ونقد
“Artinya”
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(QS.Al-Baqarah: 30)26
Pemimpin harus memiliki strategi yang tepat dalam proses
pembangunan sebuah lembaga pendidikan salah satunya
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar
pesantren dengan cara menggunkan komunikasi yang baik, karena
keberhasilan manajemen sebagian besar terletak pada kemampuan
berkomunikasi,27 selain itu untuk mencapai sebuah keberhasilan
pemimpin harus memiliki prinsip-prinsip dasar kepemimpinan adapun
prinsip kepemimpinan yang sangat mendasar dan perlu di pegang dan
dilakukan oleh seorang pemimpin diantaranya adalah :
a. Kepemimpinan bukan sekedar kedudukan khusus yang diduduki
seseorang dalam suatu organisasi. Kepemimpinan adalah
kemampuan, pengaruh, seni, dan, proses pengaruh-
mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut.
26 Tafsir Qur’an Per Kata, Jakarta : Maghfirah Pustaka, (2010) 27 Noer Rahman, Manajemen Pendidikan Perspektif Islam, (Malang :Madani, 2017)
12
b. Perilaku dan tindakan pemimpin harus bisa dicontoh oleh
bawahan.
c. Kepemimpinan adalah ilmu dan prosess. Sebagai ilmu,
kepemimpinan berarti dapat di pelajari sebab ia memiliki beberapa
prinsip yang kalau diaplikasikan dapat meningkatkan efektivitas
kepemimpinan.
d. Pemimpin bukan seorang yang berada di puncak hierarki suatu
organisasi yang terpisahkan dengan pengikutnya.
e. Untuk mendapatkan kepengikutan, seorang pemimpin harus
melalui proses mempengaruhi yang dilakukan melalui berbagai
cara dengan melihat pada situasi bawahan.
f. Pemimpin perlu memberdayakan bawahan agar dapat
mengidentifikasi tugas-tugas yang akan dilakukan dan tidak
melakukan kesalahan.28
Sehubung dengan strategi kepimpinan pondok pesantren maka hal
yang perlu di perhatikan adalah membangun hubungan dengan
masyarakat karna berjalannya lembaga pondok pesantren itu di mulai
dari kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren, disinilah
efektivitas seorang pemimpin harus di tingkatkan dalam membentuk
hubungan yang baik.
Perlunya sekolah dengan masyarakat agar masyarakat dapat :
“(1)mengembangkan pemahaman masyarakat terhadap sekolah/madrasah; (2) menilai program sekolah/madrasah; (3) mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan peserta didik; (4) mengemangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan masekolah/madrasah dalam era globalisasi; (5) membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah/madrasah; (6) member tahu masyarakat tentang
28 Badeni, Kepemimpinan dan prilaku Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 135
13
pekerjaan sekolah/madrasah (7) mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah/madrasah.”29
Hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat sangat besar
manfaat artinya bagi kepentingan pembinaan dukungan moral,
material, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar.
Sedangkan bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai hasil
mengenai madrasah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan,
menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan
tekanan, dan tuntutan terhadap sekolah/madrasah. Untuk kepentingan
tersebut, dapat dilakukan berbagai teknik dan media, seperti
mengadakan rapat atau pertemuan, surat-menyurat, buku
penghubung, bulletin sekolah/madrasah, dan kegiatan kegiatan
ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik maupun
masyarakat.30
Pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami kelurahan sridadi
merupakan salah satu pondok pesantren yang ada di Kabupaten
Batanghari. Pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami berdiri tepatnya
pada tahun 1991. Pada awal kepemimpinan pondok pesantren ini
dipegang oleh KH. Mahfudz Thoha, kemudian setelah wafatnya beliau
dilanjutkan oleh KH. Assary dan kemudian beliau mempercayakan
pesantren kepada KH. Lutfillah Baidlowi dengan demikian pesantren
Darul Qur’an Al Islami sudah memiliki tiga pemimpin yang berbeda,
sehingga setiap pemimpin memiliki kemampuan dan ketrampilan yang
berbeda dalam membangun hubungan dengan para guru/ustadz dan
masyarakat di lingkungan pondok pesantren.
Kemashuran pesantren biasanya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh dan peran kyai sebagai orang yang menguasai dan
mengajarkan ilmu agama di pesantren. Kepemimpinan kyai di
29 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan Islam,(Jakarta; Kalam Mulia,2017) Hal.135 30 Ibid,. Hal. 136
14
pesantren di akui cukup efektif untuk meningkatkan citra pesantren
tersebut di mata masyarakat luas. Kyai dengan kepemimpinannya
yang kuat dapat memajukan pesantren dengan baik, sebaliknya kyai
dengan kepemimpinannya yang lemah menjadikan pesantren tetap
stagnan bahkan sedikit demi sedikit identitasnya akan tenggelam.
Sehubung dengan perkembangan yang ada di pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami yang sangat perlu ditekankan adalah
membangun hubungan dengan masyarakat agar mendapatkan
kepercayaannya kembali.
Berdasarkan hal di atas, setelah melakukan grand tour maka
ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya pimpinan pondok dalam mengunakan starategi
untuk membangun kepercayaan masyarakat kepada pondok
pesantren Darul Qur’an al Islami hal ini dapat dilihat dari sikap
masyarakat yang enggan menyekolahkan anaknya ke pondok
pesantren Darul Qur’an al islami dan lebih memilih ke sekolah
umum dan Pondok Pesantren lainya,
2. Peran pimpinan yang belum maksimal dalam bersosialisasi dan
bekerjasama dengan masyarakat sekitar Pondok Pesantren. Hal
ini terlihat ketika pondok pesantren mengadakan suatu kegiatan
warga masih ada yang tidak mengikutinya walaupun sudah di
berikan undangan secara resmi, Masih banyak masyarakat
yang enggan membantu dan ikut andil dalam kegiatan yang
diadakan oleh pondok pesantren seperti gotongroyong ataupun
pengajian,
3. Kurangnya dalam menjalin hubungan sosial terhadap
masyarakat sekitar pondok pesantren yang mana ketika di
undang dalam sebuah acara keagamaan ataupun
kemasyarakatan terkadang dari pihak pesantren tidak ada yang
menghadirinya.
15
Adapun indikasinya adalah apakah pimpinan ataupun pihak
pondok pesantren masih belum maksimal dalam bersosialisasi
dengan warga sekitar pondok pesantren, baik itu dengan
menggunakan strategi pendekatan dan keterampilan dalam proses
pendekatan untuk menciptakan suatu hubungan dengan masyarakat
sekitar.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang strategi kepemimpinan pondok pesantren Darul
Qur’an Al islami dalam membangun hubungan dengan masyarakat
Muara Bulian Kabupaten Batanghari, bagaimana kemampuan atau
keterampilan seorang pimpinan pondok pesantren dalam
membangun dan menjalin hubungan dengan masyarakat pada
lingkungan yang dipimpinnya, yang akan dituangkan dalam bentuk
tesis yang berjudul: Strategi Kepemimpinan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Dalam Membangun Hubungan Dengan Masyarakat
Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pemaparan latar belakang masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Mengapa strategi
kepemimpinan pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami dalam
membangun hubungan pondok pesantren dengan masyarakat belum
berjalan dengan maksimal? Lalu pada rumusan masalah ini dapat
dirincikan dengan pertanyaan khusus sebagai berikut:
1. Apa strategi yang telah diterapkan pimpinan pondok dalam
membangun hubungan dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
kepemimpinan dalam Membangun hubungan dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami?
16
3. Bagaimana upaya pimpinan pondok dalam membangun hubungan
dengan masyarakat sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al
Islami?
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah fokus dalam penelitian ini adalah
membangun hubungan dengan masyarakat di sekitar wilayah pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami mengingat luasnya wilayah Muara
Bulian. Dan adapun fokus utamanya tertuju pada strategi pemimpin
pondok pesantren Darul Qur’an Al islami dalam membangun
hubungan antara pimpinan dan guru yang bermukim di dalam pondok
dengan masyarakat sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
Batanghari.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data
dan informasi tentang strategi apa saja yang digunakan pimpinan
pondok pesantren dalam menjalin hubungan dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari.secara
khusus penelitian ini bertujuan :
a. Ingin mengetahui bagai mana strategi pemimpin dalam
membangun hubungan dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren Darul Quran Al Islami
b. Ingin mengetahui apa saja yang menjadi penghambat dalam
membangun hubungan dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami
c. Ingin mengetahui strategi pimpinan pondok dalam membangun
hubungan dengan masyarakat sekitar pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami.
2. Kegunaan penelitian
17
Hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis diharapkan nantinya
dapat berguna sebagai :
a. Ingin menemukan bagaimana cara menjalin hubungan yang
baik antara pemimpin dengan para guru dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
b. Menambah khazanah ilmu pengetahuan penulis dalam
membangun hubungan antara pemimpin dengan orang yang
dipimpinnya.
c. Sebagai masukan bagi pihak pesantren Darul Qur’an Al Islami
Batanghari, berharap penelitian ini dapat bermanfaan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan yang positif untuk
memperbaiki hubungan dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren.
18
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. PENGERTIAN STRATEGI
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik
terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan
secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk
mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang
memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat,
walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke
dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya,
"Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik
untuk memenangkan satu pertandingan".31 Strategi bisa diartikan
sebagai keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya
untuk menciptakan posisi yang menguntungkan32
Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai
berikut:
a) Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.
b) Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang 31 https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi 32 Yakub dan Vico Hisbanarto. 2014. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Graha Ilmu 2014)
19
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai
dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (core competencies).33
Strategy (stratejik) generalship: the science or art of
combining and employing the means of war in planning and
directing large military movements and operations.34(Strategi
adalah ilmu atau seni dalam menyusun alat-alat dalam sebuah
perencanaan dan pengarahan dalam sebuah militer).
Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan
atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Kepemimpinan yaitu
tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok
yang menyebabkan baik orang maupun kelompok bergerak ke arah
tujuan tertentu. Strategis kepemimpinan adalah tuntutan bagi
pemimpin agar bersifat fleksibel dalam mengatasi sesuatu yang
tidak diharapkan, dan tuntutan bagi mereka untuk mempunyai ‘visi
helikopter’, yaitu suatu kemampuan untuk berpandangan jauh
kedepan.35
Strategi pada prinsipnya merupakan cara untuk mecapai
tujuan. Strategi merupakan keseluruhan tindakan yang di ambil untuk
mencapai tujuan yang berkaitan dengan pengarahan, pedoman,
kegiatan, dan alokasi sumber. Pengarahan mengacu kearah mana kita
menuju atau apa yang menjadi tujuan, pedoman berarti bagai mana
kita mencapainya atau langkah untuk mencapai tujuan. Kegiatan 33 http:/strategi kepemimpinan/konsep-strategi-definisi-perumusan.html, (senin, 21-1- 2019). 34 Webbster’s Unabridged Dictionary Of The English Language, (New York: Porland House, 1989), hlm. 1404. 35 Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan Pendidikan,terj. Fahrurrozi, (Yogyakarta: Ircisod, 2008), hlm. 91-93.
20
berarti kita melakukan apapun. Seperti merekrut pegawai yang
berpengalaman, sedangkan alokasi sumber daya dapat berarti
kebidang apa sumber daya kita alokasikan lebih banyak, seperti ke
pengembangan sumber daya manusia.36
Strategi sendiri dapat membuat suatu organisasi akan dapat
memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat dalam wilayah kerjanya.
Hal ini disebabkan karena organisasi tersebut mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik dalam melakukan
pendekatan bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
dalam wilayah kerja yang dilayaninya. Dengan demikian strategi
adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir dari suatu
organisasi, namun strategi bukanlah sekedar suatu rencana,
melainkan adalah rencana yang menyatukan.
Strategi mengikat semua bagian yang ada dalam organisasi
menjadi satu, sehingga strategi meliputi semua aspek penting dalam
suatu organisasi, strategi itu terpadu dari semua bagian rencana yang
harus serasi satu sama lain dan berkesesuaian. Oleh karna itu
penentuan strategi membutuhkan tingkatan komitmen dari suatu
organisasi, dimana tim organisasi tersebut bertanggung jawab dalam
memajukan strategi yang mengacu pada hasil atau tujuan akhir.
Sejalan dengan pengertian diatas, dari sudut etimologis (asal
kata), berarti penggunaan kata “strategik” dalam manajemen sebuah
organisasi, dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang
dirancang secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen, yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Rancangan
yang bersifat sistimatik itu, dilingkungan sebuah organisasidisebut
dengan “perancangan strategi”37
Newman dan Logan yang di kutip Abin Syamsuddin
Makmun, mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha,
yaitu:
36 Badeni, Kepemimpinan dan prilaku Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), hal.212 37 Akdun, Strategic Manajement For Educational Manajement (Bandung :Alfabeta, 2015)
21
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.38
2. STRATEGI KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Kusnadi menyatakan yang di kutip Hamdan Dimyati bahwa:
Dalam mengembangkan profil kepemimpinan, sangat penting
untuk memperhatikan posisi pemimpin dalam organisasi. Asumsi apa
yang akan dipegang oleh pemimpin dalam mengelola bawahannya
dalam organisasi agar mau berkerja secara efektif dan efisien.
Dalam kedudukan sebagai pemimpin dan kelompok sosial termasuk
masyarakat, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal,
yang meliputi kumpulan peran yang kompleks, demikian pula
fungsinya. Dalam keluasan fungsi dan peran seorang pemimpin
dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para
pengikutnya sesuai dengan kedudukan yang ada dan berlaku.39
Ada tiga dimensi mengukur efektivitas kepemimpinan, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin atau
jumlah kepercayaan yang diberikan oleh bawahan
kepada atasannya.
b. Tingkatan tugas-tugas bawahan, apakah berupa struktur
tugas atau sekedar rutin.
38 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Pendidikan.( Bandung: Rosda Karya Remaja, 2003). 39 Hamdan Dimyati, Model Kepemimpinan dan Sistem Pengambilan Keputusan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 76.
22
c. Kekuasaan yang melekat pada fungsi kepemimpinan
tersebut.40
Subtansi kepemimpinan ini meliputi karakteristik individu,
tugas, dan organisasi yang cenderung menyangkal kemampuan
pemimpin untuk mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya.
Oleh karena itu, jika faktor-faktor tertentu terhindar, maka pekerja
akan mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya tanpa
adanya arahan dari pemimpin.
Karakteristik individu yang dapat menetralisir pemimpin
adalah kemampuan, pengalaman, latihan, pengetahuan,
kebebasan, orientasi profesional dan persamaan upah dalam
organisasi.Karakteristik biasnya rutinitas, tingkatan struktur tinggi,
frekuensi timbal-balik, kepuasan intrinstik yang mungkin mengubah
prilaku pemimpin yang tidak sesuai.Karakteristik organisasi meliputi
“perencanaan dan tujuan yang eksplisit, aturan dan prosedur,
kelompok kerja yang terpadu, struktur imbalan yang kaku dan jarak
fisik antara supervisor dan bawahan”.41“Suatu organisasi tercipta
ketika ada beberapa orang yang mampu berkomunikasi satu sama
lainnya yang mau menyumbangkan tindakan untuk mengerjakan
suatu maksud bersama”.42
Adapun strategi kepemimpinan yang efektif adalah:
a. Mempercayai staf pengajar
b. Mendelegasikan tugas dan wewenang
c. Adil
d. Membagi dan menanfaatkan waktu
e. Tanpa toleransi atas ketidakmampuan 40 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 155. 41 Samsu, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2015), h. 54. 42 Michael M, Harmon dan Richard T. Mayer, Teori Organisasi untuk Administrasi Publik, (Bantul: Kreasi Wacana, 2014), h. 138-139.
23
f. Peduli dengan staf mengajar
g. Membangun visi yang baik
h. Mengembangkan tujuan instansi
i. Cekatan dan tegas, sekaligus sabar
j. Memiliki konsistensi
k. Bersikap terbuka.43
Keterbukaan (transparan) sesungguhnya merupakan suatu
sikap yang dalam manajemen sangat dianjurkan keberadaanya
dalam suatu lembaga/organisasi. Masyarakat dewasa ini terutama
mereka yang pendidikannya relatif baik, terkadang hanya percaya
pada organisasi yang terbuka melaporkan seluruh kegiatan secara
berkala kepada masyarakat (stakeholder) sebagai mitra kerjanya.
Organisasi akan berkinerja dan berkembang dengan baik manakala
stakeholder merespons semua kegiatan organisasi secara baik pula.
Karena itu, agar suatu organisasi eksis di masyarakat dan bisa
berkompetensi secara sehat., maka seluruh pihak yang terlibat
didalamnya, khususnya pada “level kepemimpinan (manajemen)
harus dapat bersikap transparan dalam mengelola organisasi,
sehingga kredibilitas lembaga tetap terjaga”.44Dalam Islam, sikap
transparan atau membuka (membeberkan dan memberitahu) apa
yang diketahui tentang organisasi yang dipimpinnya kepada
masyarakat merupakan suatu sikap yang terpuji. Hal ini
sebagaimana hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan Bukhari:
رضي مالك بن أنس عن صلى رسول قال قال عنه وسلم عليه
.زبيبة رأسه كأن حبشي عبد عليكم استعمل وإن وأطيعوا اسمعوا
)رواه البخارى(
43 Surdarwan Dahim, Manajemen Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, (Jakarta: Rineka Cifta, 2009 ), h. 94. 44 Veithzal Rivai,Op.Cit.,h. 196.
24
Artinya:
Anas RA beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “dengarlah dan taatlah meskipun yang memimpin kalian adalah budak yang berkulit Hitam, yang kepala seperti kismis.” (HR. Bukhari)45
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Begitu pula Nabi
Muhammad saw diutus sebagai nabi, bukan hanya untuk orang
Arab saja, melainkan untuk semua umat manusia. Karena itu, para
pengikut nabi bukan saja dari kalangan suku Quraisy yang menjadi
suku bergengsi saat itu, melainkan juga dari suku-suku lainnya yang
sebelum datang Islam termasuk suku “hina”. Bahkan salah seorang
sahabat nabi yang bernama Bilal bin Rabah yang warna kulitnya
cukup hitam legam. Padahal, sebelum datangnya ajaran Islam di
Arab dulu, orang kulit hitam adalah termasuk kelompok suku yang
sebagian besar berprofesi sebagai budak. Mereka sama sekali tidak
dihargai dan tidak diperlakukan sebagaimana manusia yang lain.
Akan tetapi setelah turun ajaran Islam, semua batasan-batasan ras,
warna kulit dan golongan itu dihapus, dan semua manusia adalah
sama statusnya di muka Allah, hanya keimanan dan ketaqwaanlah
yang membedakan mereka.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu
melakukan tugas-tugasnya secara efektif.Pemimpin yang setiap
saat me-review misinya harus relevan dengan semua situasi
kepemimpinannya. Pemimpin yang mampu menyelesaikan
kebutuhan organisasi dengan keinginan masyarakatnya
(stakeholder). Pemimpin yang berbakat mendayagunakan seluruh
sumber daya dan mengembangkan talenta orang-orang yang ada
dalam organisasi untuk mencapai tujuan berkelanjutan.46
45Imam An-Nawawi, RyaDhus sholihin,(Jakarta : Darul Haq, 2014) , Hal . 498 46 Veithzal Rivai, Op.Cit., h. 196-197.
25
3. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
First, Stogdill’s Handbook of Leadership, an authoritative
source of leadership theory, defines leadership as:. . . an interaction
between members or a group. Leaders are agents of change,
persons whose acts affect other people more than other people’s
acts affect them. Leadership occurs when one group member
modifies the motivation or competencies of others in the group.47
Menurut definisi Stodgill, kepemimpinan melibatkan
penggunaan pengaruh. Ini juga menyiratkan bahwa sesungguhnya
hubungan yang tidak pribadi dapat melibatkan kepemimpinan.
Definisi Stodgill menekankan pentingnya menjadi agen perubahan
mampu memengaruhi perilaku dan kinerja pengikut.
Kepemimpinan di ambil dari dari kata “pimpin” yang bearti
cara memimpin.48yang dalam bahasa inggris disebut learder dari
akar kata to lead yang terkandung arti yang saling erat
berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan didepan, mengalami
langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan
fikiran dan pendapat- tindakan orang lain, membimbing, menuntun,
menggerakan, orang lain melalui pengaruhnya..49
Pemimpin yang dalam bahasa Inggris disebut dengan leader
adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu
organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin.
Pemimpin diartikan pula sebagai orang yang mempunyai
wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.
pemimpin juga dapat sebagai orang yang memiliki kemampuan
memengaruhi orang lain untuk melaksankan tugas-tugas tertentu
yang menjadi harapan dan tujuan sang pemimpin. Pemimpin 47 David I Bertocci, Leadership In Organization, (University Press Of America.INC), hal.5 48Jaja Dkk, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, dan Implementasi, (Bandung Alfabeta, 2013), hal.100 49Wahjosumidja, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.17
26
adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam
kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan,pengaruh, kekuatan
dan,pemegang tanggungjawab utama bagi seluruh kegiatan yang di
lakukan oleh bawahanya50
Menurut Nur Efendi yang mendefinisikan kepemimpinan:
“Kepemimpinan diambil dari dari kata pemimpin yang dalam bahasa Inggris disebut leader dari akar kata to lead yang terkandung arti saling erat berhubungan, bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengalami langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan fikiran dan pendapat atau tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.”51
Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah “sifat-sifat,
perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dan satu jabatan
administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi
pengaruh”.52 Tannenbaum, Weschler, dan Messarik, sebagaimana
dikutip Yulk, mengemukakan bahwa leardership as interpersonal
influence exercised in situasion and directed, through the
communication process, toward the attainment of a specialized goal
or goals”.53 (kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang
dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses
komunikasi, pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu).
Dengan demikian, kepemimpinan itu identik dengan memengaruhi
orang lain.
Tertadapat banyak ragam pandangan tentang penegrtian
kepemimpinan. Antara lain Robbins memberikan defenisi
kepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi perilaku seseorang
50 Hikmat, Manajemen Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 247. 51 Nur Efendi, Islamic Educational Leadership,(Yogyakarta: Parama Publishing,2005),h2. 52Ibdi, 53Ibid.,h. 5.
27
atau sekelompok orang ke arah pencapaian tujuan.54 Sedangkan
Greenberg dan Baron memberikan defenisi kempempinan sebagai
proses di mana satu individu memengaruhi anggota kelompok lain
menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasional yang
didefenisikan. Sedangkan pemimpin adalah individu dalamkelompok
atau organisasi yang paling berpengaruhi terhadap orang lain.55
Gary A Yukl menyatakan kepemimpinan :”... leadership is defined broadly as influence processes affeting the interpretation of event for followers, the choice of objectives for the gruop or organization, the organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of followers to achieve the objectives, the maintenance of cooperation from peopel ouside the group or organization”.56
kepemimpinan adalah proses memengaruhi dan
menterjemahkan keinginan-keinginan para anggota atau pengikut
yang menekankan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui
kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan kerjasama yang
baik dengan anggota, dan memberi dukungan pada kelompok-
kelompok tertentu diluar organisasi dan didalam organisasi.
Robbins dan Judge menyatakan kepemimpinan adalah
kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian
sebuah visi atau serangkaian tujuan 57. Sementara itu, Kreitner dan
Kinicki mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses di mana
seorang individu memengaruhi orang lain untuk memcapai tujuan
bersama.58 Sedangkan McShane dan Von Glinow Menyatakan
kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi dan
54Stephen P. Robins, Organizational Behavior, ( New Jersey : Pearson Education, Ins,2003) Hal.312 55 Getol, G. Pemimpin Seri Miracle Manajemen Diterima.(Jakarta : Elex Media Komputindo, 2012) Hal. 98 56 Gary A Yukl, Leadership in Organizations (New Jersey : Printice Hall, 1994), Hal. 5 57 Stephen P.Robbins And Timothy A. Judge, Organizational Behavior, (New Jersey : PearsonEducation, Inc, 2011) Hal. 410 58 Robert Kreitner, and Angelo Kinicki, organizational Behavior, (New York : McGraw-Hill, 2010), Hal. 467
28
memungkinkan orang lain memberikan kontribusi ke arah
efektivatas dan keberhasilan organisasi di mana mereka menjadi
anggotanya 59
Sementara itu Newstrom menyatakan kepemimpinan adalah
proses memengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja
secara antusias menuju pada pemcapaian sasaran. Kepemimpinan
merupakan faktor penting yang membantu individu atau kelompok
mengidentifikasi tujuannya, dan kemudia memotivasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.60
Colquitt, LePine, dan Wesson mendefinisikan kepemimpinan
sebagai penggunaan keuasaan dan pengaruh untuk mengarahkan
aktivitas pengikut ke arah pencapaian tujuan 61 sementara itu
menurut Northouse dalam bukunya Leadership yang dikutip oleh
Ivancevich dkk : Theory and Practice memberikan pengeertian
Leadership as the process of influencing others to facilitate the
attainment of organizationally relevant goals.62
Menurut pandangan Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-
Bien, kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain dan
proses memfasilitasi usaha individu dan kolektif untuk
menyelesaikan sasaran bersama 63. Hal senada dikemukakan oleh
Gibson dkk, yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
usaha menggunakan penagaruh untuk memotivasi individu
menyelesaikan beberapa tujuan. Pengertian ini mengandung
59Steven L McShane, And Mary Ann Von Glinow, Organization Behavior, (New York : McGraw Hill, 2010), Hal. 360 60Newstrom, John W. Organizational Behavior, Human Behavior at Work, (New York : MCGraw Hill Companies, 2011) Hal. 171 61Colquitt, Jason A. Jeffery A. LePine and Michael J. Wesson., Organization Behavior Improving Performance and Comimitment in the Workplace (New York: McGraw-Hill, 2009) Hal.483 62Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, Organizational Behavior and Management, (New York, McGraw Hill, 2008) Hal. 413. 63Schermerhom, Jr. John R. James G. Hunt, Richard N. Osbom , And Mary Uhl-Bien, Organisasi Behavior, (New Jersey: Joh Wily & Sons, Inc 2011), Hal. 306
29
makna bahwa hubungan interpersonal, pentingnya menjadi agen
perubahan, dan memfokus pada menyelesaikan tujuan. 64Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri
seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu
pada situsi tertentu. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek
manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi
kunci.65
Berdasarkan beberapa definisi kepemimpinan di atas dapat
difahami bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu
kemampuan dalam proses memengaruhi, mengkordinir orang-orang
yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan yang dijalankan dapat
berlangsung lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Dari definisi umum tentang kepemimpinan yang berbeda-
beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang sifatnya umum,
yaitu :
a) Kepemimpinan merupakan kemapuan memengaruhi orang lain
dengan menggunakan kekuasaaan
b) Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi antara pemimpin
dan pengikut
c) Kepemimpinan terjadi pada berbagai tingkat dalam suatu
organisasi, dan
d) pemimpinan memfokuskan pada penyelesaian tujuan bersama.
Adapun beberapa indikator kepemimpinan, meliput:
a. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. b. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok.
64Gibson Dkk, Organizations, (New York : McGraw-Hill, 2012), Hal. 314 65 Tetty Asnawi, Kepemimpinan, (t.tp: Hamada Prima, 2011), Hal . 1.
30
c. Selain dapat menggerakan dan memberikan pengarahan kepada para bawahan, pemimpin dapat juga menggunakan pengaruh.
d. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mempengaruhi pegawai bawahan atau anggota kelompok agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan.66
Berdasarkan beberapa definisi kepemimpinan di atas dapat
difahami bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu
kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkordinir orang-
orang yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan yang
dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. Akhirnya, dalam
menggambarkan beberapa karakteristik yang ditemukan pada
pemimpin, Shelly Kirkpatrick dan Edwin Locke yang dikutip David I
bertocci menggambarkan model kepemimpinan yang terdiri dari lima
karakteristik yang ditemukan dalam pemimpin:
a. Achievement: A leader’s need to achieve is essential to complete difficult projects, obtain work and educational experiences, and to start and finish projects.
b. Ambition: A leader’s ambition drives learners to set challenging goals to achieve.
c. Energy: A leader focuses energy on successfully handling an intense and demanding project.
d. Tenacity: Aleader demonstrates staying power in completing difficult projects and overcoming sizeable obstacles.
e. Initiative: A leader is proactive rather than reactive, seizing opportunities and not hesitating to initiate action to correct identified problems.67
Beberapa karakteristik di atas dapat diartikan bahwa
Pemimpin adalah agen perubahan, orang yang tindakannya
memengaruhi orang lain lebih dari tindakan orang lain
memengaruhi mereka. Pemimpin memodifikasi motivasi orang lain
66 Ibid. 67 David I Bertocci, Leadership In Organization, (University Press Of America.INC), hal. 6
31
dalam kelompok. seorang Pemimpin juga menggunakan bentuk
pengaruh non-koersif yang digunakan untuk memotivasi kelompok
untuk mencapai tujuan.
4. KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN
Kepemimpinan sangatlah penting dalam mencapai tujuan
organisasi, dalam sebuah organisasi haruslah memiliki seorang
yang dapat memimpin yang bisa disebut piminan, sorang yang
mengemban tugas sebagai pemimpin maka dia haruslah memiliki
jiwa kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangnya
dan kepemimpinan adalah kegiatannya.
“…..Pengertian kepemimpinan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu : dari segi etimologi dan dari segi terminology adapun dari segi etimologi kepemimpinan akar katanya adalah pemimpin. selanjutnya pemimpin berarti orang yang melakukan pekerjaan memimpin. Pekerjaan memimpin mengandung arti adanya objek yang dipimpin, objek yang dipimpin itu dinamakan pengikut. Jadi dimana ada kepemimpinan disitu terdapat followership.68
Setiap pemimpin akan selalu memiliki kecakapan atau
kelebihan dalam mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk menggapai
dalam satu bahkan lebih dari satu tujuan tertentu.seorang
pemimpinpun pasti akan mendapat sebuah amanah dan juga
memiliki sifat, sikaf dan gaya yang bagus dalam mengurus dan
mengatur orang lain.
Sedangkan kepemimpinaan jika diartikan dari segi
terminologinya ada beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan
oleh Terry yang mana mengartikan kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar berusaha mencapai tujuan
kelompok. Sedangkan menurut Prof. Dr. sarwono kepemimpinan
adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka
68 Ramyulis dan Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta , kalam mulia, 2017). Hlm, 183
32
mau memberikan kerja sama dalam mencapai suatu tujuan yang
menurut pertimbangannya adalah perlu dan bermanfaat.69
Selanjutnya dari definisi diatas dapat diartikan bahwa setiap
ada seorang pemimpin maka akan ada pengikutnya dan unsur-
unsur yang ada dalam kepemimpinan adalah kemampuan dalam
mempengaruhi, menggerakkan tingkah laku, mental, fisik, dan
intelektual orang lain dan diri sendiri. Dalam islampun
kepemimpinan juga memiliki makna dan beberapa nama yang
berkaitan dengan kepemimpinan salah satunya adalah khalifah
yang mana kata khalifah dari fi’il madhi khalafa yang berarti “
mengganti dan melanjutkan”, bila pengertian tersebut ditarik pada
pengertian khalifah, maka dalam konteks ini artinya lebih
cenderung kepada pengertian pengganti yaitu proses penggantian
antara satu individu dengan individu yang lain. Selain kata khalifah
ada juga kata ulil amri yang berarti pemimpin tertinggi dalam
masyarakat islam dan juga kata imam yang merupakan bentuk kata
dari akar kata yang berarti “pergi menuju, bermaksud kepada, dan
menyengaja, imam berarti setiap orang yang diikuti suatu kaum.70
Pengertian kepemimpinan dalam islam juga memiliki makna
yang sama yaitu sama-sama memimpin dan memandu satu orang
ataupun lebih sehingga masih sejalur dengan pengertian
kepemimpinan yang lainnya dimana setiap pemimpin memiliki
karakter dan tipe juga pendekatan yang berpariasi, dalam Al qur’an
juga di jelaskan sebagai berikut :
الناس بين فاحكم الأرض في خليفة جعلناك إنا داوود يا
بع ولا بالحق الذين إن ◌ سبيل عن فيضلك الهوى تت
الحساب يوم نسوا بما شديد عذاب لهم سبيل عن يضلون 69 Ibid., hlm 184 70 Ibid., hal 185
33
Artinya :
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsukarena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Saad : 26)
“Pada ayat ini, Allah menjelaskan pengangkatan Nabi Daud
sebagai penguasaan penegak hukum di kalangan rakyatnya. ...
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia menyuruh Nabi Daud
agar memberi keputusan terhadap perkara yang terjadi antara
manusia dengan keputusan yang adil dengan berpedoman pada
wahyu yang diturunkan kepadanya. ...Pada akhir ayat Allah
menjelaskan akibat dari orang yang memperturutkan hawa nafsu.”71
Sebagai penguasa Nabi Daud dalam menjalankan
pemerintahannya agar memerhatikan dua hal penting yakni
menegakkan keadilan dan jangan menurutkan hawa nafsu. Ayat ini
sangat tegas menyatakan bahwa suatu pemerintahan harus
didasari dengan penegakan hukum yang adil. Hukum yang adil
akan mendapatkan kepastian hukum. Kepastian hukum akan
mendapatkan kenyamanan di kalangan rakyat. Seorang pemimpin
akan selalu mengambil keputusan yang memberikan maslahat buat
orang banyak sehingga akan menciptakan ketentraman bagi setiap
orang yang di pimpinnya.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam, dengan menekankan pentingnya moral
keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Tujuan dari
pendidikan pesantren adalah untuk menciptakan dan mengem-
bangkan pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
71 Anonim, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jld III ( Jakarta: Departemen Agama, 2009)
34
swt, berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat kepada
masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh kepri-badian,
mencintai ilmu untuk mengem-bangkan kepribadian muhsin, serta
menegakkan dan menyebarkan agama dan kerjayaan umat Islam
di tengah masyarakat. Selain sebagai lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan formal (baik dalam bentuk
madrasah, sekolah umum, maupun perguruan tinggi), pesantren
juga merupakan suatu komunitas tersendiri yang memiliki unsur-
unsur orangnya, perangkat keras dan perangkat lunak, sistem nilai
dan kebutuhan bersama, serta interaksi sesama dalam satuan
waktu tertentu. Pelaku utama pesantren adalah kiai atau ulama,
para ustadz dan ustadzah, para pengurus pelaksana, dan para
santri. Kiai adalah tokoh kunci yang menentukan corak kehidupan
pesantren, dimana semua warga pesantren tunduk kepada kiai dan
berusaha keras melaksanakan semua perintah dan menjauhi
larangannya.
Seorang pemimpin yang baik akan memiliki beberapa tipe
dan sifatnya, ada beberapa tipe yang baik dalam pendidikan islam :
a. Tipe kepemimpinan paternalistik,
b. Tipe kepemimpinan karismatik
c. Tipe kepemimpinan situasional
d. Tipe kepemimpinan intelektual ledadership
e. Tipe kepemimpinan demokrat
Setiap pemimpin harus memiliki tipe diatas agar apa yang
dipimpinnya bisa berjalan dengan baik disamping tipe pemimpin itu
ada beberapa pendekatan yang harus dimiliki seorang pemimpin
yang pertama pendekatan sifat yang mencangkup pada kondisi
fisik pemimpin, berkaitan dengan latar belakang hidup, berkaitan
35
dengan kepribadiandan berkaitan dengan tugas seorang
pemimpin.72
Pondok pesantren memiliki pimpinan yang biasa di sebut
dengan Kiai, dimana Kiai merupakan elemen yang sangat penting
keberadaan dan kedudukannya dalam lingkungan pondok
pesantren, maka sudah sewajarnya pertumbuhan suatu pesantren
semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi Kiai. Menurut
Daulay, Kiai adalah seorang yang ahli agama dan fasih dalam
membaca Al-Qur’an serta mempunyai kemampuan yang cermat
dalam membaca fikiran pengikut-pengikutnya. Sifat khas Kiai
adalah terus terang, berani blak-blakan dalam bersikap, dan
bahkan ahli dalam menerapkan prinsif-prinsif Ijtihad.73
Kepemimpinan seorang Kiai memiliki beberapa pola dan
model, beberapa fakta menunjukkan bahwa perubahan
kepemimpinan seorang Kiai di dalam Pesantren ada tiga pola
perubahan kepemimpinan, dan menurut Mujamil Qomar disebutkan
bahwa peruahan tersebut sebagai berikut :
a. Pola Responshif, pada pola ini biasanya berbagai pandangan normative-tradisi sering tidak diindahkan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
b. Pola Akomodatif, pola ini disebabkan oleh berbagai perkembangan seperti modernisasi, industrialisasi, dan globalisasi.
c. Pola Divergen pola ini didasarkan pada pemikiran yang tidak lagi konvensional, akan tetapi mampu menjelajah keluar dari mainstream konvensional.74
Sedangkan model kepemimpinan seorang Kiai menurut
Kasful Anwar US yang dikutip Kompri berdasarkan beberapa
literature yang dihimpunnya, terdapat pembagian dua model
72 Ramyulis dan Mulyadi,. Op. cit,. hal. 201-214 73 Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren,(Jakarta : Prenadamedia Group,2018), hal.171 74 Ibid. hal. 182
36
kepemimpinan Kiai di pesantren, yakni kepemimpinan individual dan
kepemimpinan kolektif.75
5. PONDOK PESANTREN
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan
pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.
Profesor Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari
bahasa Tamil. yang berarti guru mengaji, sedang CC. Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama
Hindu, atau seorang serjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata
shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-
buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.76
Pesantren secara sederhana dapat didefinisikan menurut
karakteristik yang dimilikinya, tempat belajar para santri. Secara
teknis pengertian pesantren dikemukakan oleh Mastuhu.
Menurutnya pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan
mangamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral
keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.77
Jika dilihat dari pengertian pondok pesantren maka dapat
kita fahami bahwa pesantren mengembangkan pendidikan yang
tertuju pada moral manusia, sehingga menjadi manusia yang lebih
baik. Dan ketika seseorang sudah menjadi baik maka mereka akan
memiliki hubungan yang baik juga di antara sesama manusia
lainnya.
75 Ibid, hal. 183 76 Dhofier, Zamakshari, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (
Jakarta: LP3ES, 1990). 77 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, ( Jakarta: INIS, 1994).
37
6. TUJUAN PESANTREN
Pesantren dalam proses perkembangannya masih tetap
disebut sebagai lembaga keagamaan yang mengajarkan dan
mengembangkan ilmu agama Islam. Dengan segala dinamikanya,
pesantren dipandang sebagai lembaga yang merupakan pusat dari
perubahan-perubahan masyarakat lewat kegiatan dakwah Islam,
seperti tercermin dari berbagai pengaruh pesantren terhadap
perubahan dan pengembangan individu, sampai pada pengaruhnya
terhadap politik di antara para penguasa.
Pesantren bertujuan tidak semata untuk memperkaya pikiran
santri dengan teks-teks dan penjelasan-penjelasan Islami, tetapi
untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat,
menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan
sikap tingkah laku jujur dan bermoral, dan menyiapkan murid untuk
hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid diajar agar
menerima etik agama di atas etik-etik yang lain.78
7. HUBUNGAN PONDOK PESATREN DENGAN MASYARAKAT
Pondok Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan
yang sangat penting bagi masyarakat, hubungan pondok pesantren
adalah suatu proses komunikasi antara pondok pesantren dengan
masyarakat untuk meningkatkan masyarakat yang berkualitas dan
mendorong minat dan kerja sama antara pondok pesantren dan
masyarakat dalam rangka peningkatan dan pengembangan pondok
pesantren.79
Masalah yang lebih mendalam tentang hubungan pondok
pesantren dengan masyarakat dapat di definisikan sebagai
segenap upaya untuk merencanakan, mengembangkan, dan
78 Mubtarom HM dalam Ismail et.al. (ed), Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta dan Semarang: Pustaka Pelajar & Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2002), hlm. 44 79 Sulton, Pesantren dan Masyarakat, (Bandung ;pustaka Media, 2010) hal. 12
38
mengefektifkan usaha koompratif antara pondok pesantren dan
masyarakat agar terdapat hubungan timbal balik yang harmonis di
kemudian hari.80
a. Pengertian Masyarakat
Dalam ilmu sosial, masyarakat secara gampang bisa dibedakan
dalam dua jenis. Satu, dinamakan kelompok budaya, atau
komunitas dalam bahasa sosiologinya. Kedua, masyarakat
madani yaitu setiap orang pertama-tama tidak dianggap sebagai
anggota civil society, tetapi di anggap sebagai individu yang
berdiri sendiri.81
Mayarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang
terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan dan agama.
Setiap masyarakat, memliki cita-cita yang diwujudkan melalui
peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak
membebaskan manusia dari brtanggung jawab sebagai anggota
masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus
tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya.
Begitu juga dengan tanggung jawab/akuntabilitasnya dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Kaitan antara
masyarakat dengan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi,
yakni:
1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.
2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok sosial di
masyarakat baik langsung maupun tak langsung, ikut
mempunyai peran dan fungsi dukatif.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik
yang dirancang maupun yang dimanfaatkan.82
80 Khusnuridlo, Muhammad, manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global.(Yokyakarta: Laksbang Press, )hlm. 247 81 Suaedy Ahmad, Pergulatan Pesantren dan Demokratisasi (Jakarta: LKiS Gambiran), hlm. 3-4
82 Kompri, Manajemen Pendidikan 2 ( Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 270
39
b. Manajemen Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat (HUMAS) adalah proses penelitian,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian suatu kegiatan
komunikasi yang disponsori oleh organisasi.proses manajemen
humas biasa dilakukan oleh seorang praktisi dalam kegiatan
humas.menurut Frank jeffkins, humas merupakan segala
sesuatu yang terdiri dari bentuk komunikasi berencana, baik
kedalam maupun keluar,untuk mencapai tujuan khusus, yaitu
pengertian bersama.83
Dalam pelaksaanan manajemen hubungan masyarakat,
menurut George R. Terry, yang di kutip oleh Mohammad Mustari,
seorang praktisi hubungan masyarakat perlu mempersiapkan
unsur-unsur yang di perlukan demi tercapainya tujuan yang
maksimal, yakni:
a. Men and women, pihak yang terlibat dalam memainkan peran penting terhadap keberhasilan kinerja manajemen
b. Materials, mencakup barang barang yang harus di beli atau di persiapkan
c. Machines, meliputi semua yang mendukung penggunaan dari barang atau alat yang di butuhkan
d. Money, seberapa banyak anggaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan program
e. Market, yakni target sasaran yang di gunakan dalam menjalankan proses.84
Adapun tahapan tahapan dalam manajemen hubungan
masyarakat merupakan proses yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Perencanaan (planning) mencakup penerapan tujuan dan
standar, penentuan aturan dan prosedur, serta pembuatan
rencana dan prediksi akan apa yang terjadi.
83 Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014) Hal.149
84 Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014) Hal.149
40
b. Pengorganisasian (organizing) mencakup pengaturan
anggota dan sumber daya yang dibutuhkan dan
pemantauankinerja,
c. Pengordinasian (coordinating) mencakup pengaturan
struktur kepanitiaan, pendelegasian kerja masing masing
bagian.
d. Pengomunikasian (communicating) mencakup
penyampaian rencana program kepada public internal dan
eksternal.
e. Pelaksanaan (actuating) merupakan tindakan menjalankan
program sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
f. Pengawasan (controlling) merupakan control atas jalannya
pelaksanaan program.
g. Pengevaluasian (evaluating) merupakan penilaian terhadap
hasil kinerja program, apakah perlu dilanjutkan atau
dihentikan.
h. Pemodifikasian (modificating) merupakan kegiatan
pembaharuan atau revisi program berdasarkan hasil
evaluasi.85
Kepala sekolah/pimpinan lembaga yang baik merupakan salah
satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik anatara
sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada perserta didik di sekolah
dan apa yang di fikirkan oleh orang tua tentang sekolah. Kepala
sekolah/ pimpinan dituntut untuk senantiasa membina dan
meningkatkan kerja sama yang baik antara sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.
Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
85 Ibid., Hal. 151
41
a. Saling pengertian anatara sekolah, orang tua, masyarakat,
dan lemabaga-lembaga lain yang ada di masyarakat,
termasuk dunia kerja.
b. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena
mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-
masing.
c. Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak
yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung
jawab atas suksesnya pendidikan disekolah.
Melalui hubungan sosial yang baik tersebut diharapkan tercapai
tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, yaitu terlaksananya
proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien.
Sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan
berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan
peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap,
yang dapat dijadiakn bekal untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan
asas pendidikan seumur hidup.86
Adapun sifat hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan:
1. Hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi
kedua belah pihak.
2. Hubungan yang bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa
sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral)
dari masyarakat.
3. Hubungan yang bersifat kontinu/berkesinambungan antara
sekolah dengan masyarakat.
4. Hubungan keluar kampus atau external public relation guna
menambah simpati masyarakat terhadap masyarakat.
86 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,), hlm. 50-52
42
5. Hubungan dalam kampus atau external public relation guna
menambah keyakinan atau mempertebal pengertian para
sivitas akademik tentang segala pemilikan material dan
nonmaterial sekolah.87
Dari perspektif Islam, menurut Shihab situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya,
mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara
keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas
pada “kini dan di sini”, maka upaya dan ambisinya terbatas pada
kini dan di sini pula. Peran serta Masyarakat (PSM) dalam
pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan pengubahan
cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Ini tentu saja
bukan hal yang mudah untuk dilakukan.Akan tetapi apabila tidak
dimulai dan dilakukan dari sekarang, kapan rasa memiliki,
kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan
tingkatan maksimal dapat diperolah dunia pendidikan.
1) Norma-norma Sosial Budaya
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah
keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang
berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas
dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-
jenis budayanya.Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah
tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung
tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat,
dimanapun berada pasti punya karakteristik sendiri sebagai
norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan
masyarakat yang lain. Norma-norma yang terdapat di
Masyarakat harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam
87 Kompri, Manajemen Pendidikan 2 ( Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 284
43
bertindak dan bersikap.Norma-norma tersebut merupakan
aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada
generasi berikutnya. Penularan-penularan itu dilakukan dengan
sadar dan bertujuan, hal ini merupakan proses dan peran
pendidikan dalam masyarakat.
2) Jenis jenis peran serta masyarakat dalam pendidikan
Ada bermacam-macam tingkatan peran serta
masyarakat dalam pembangunan pendidikan.Yang biasa
diklasifikasikan dalam, dimulai dari tingkat terendah ke tingkat
lebih tinggi, yaitu; Peran serta dengan menggunakan 1.jasa
pelayanan yang tersedia. Jenis ini adalah jenis tingkatan yang
paling umum, pada tingkatan ini masyarakat hanya
memanfaatkan jasa sekolah untuk pendidikan anak.
3) Peran serta secara pasif
Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan
lembaga pendidikan lain, kemudian menerima keputusan
lembaga tersebut dan mematuhinya.
4) Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan
tenaga
Pada jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam
perawatan dan pembangunan fisik sarana dan prasaranan
pendidikan dengan menyumbangkan dana, barang atau
tenaga. Peran serta dalam pelayanan.Masyarakat terlibat
dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya membantu
madrasahdalam bidang studi tertentu.Peran serta sebagai
pelaksana kegiatan yang didelegasikan misalnya, madrasah
meminta masyarakat untuk memberikan penyuluhan
pentingnya pendidikan, dan lain-lain.Peran serta dalam
pengambilan keputusan, misalnya masyarakat terlibat dalam
pembahasan masalah pendidikan anak, baik akademis maupun
44
non-akademis dan ikut dalam proses pengambilan keputusan
dalam rencana pengembangan pendidikan.88
8. PERAN PENDIDIK DAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN
Adapun peran pendidik sebagai pelengkap dari sarana dan
prasarana yang kurang dapat ditutupi oleh pendidik yang
professional. pendidik atau guru dalam islam memiliki panggilan-
panggilan yang bervariasi adapun di dunia islam kata-kata
panggilan guru dalam konsep islam diambil dari kata pendidikan
yang popular yaitu ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib,maka dari kata ta’lim
lahirlah kata mu’allim sebagai isim fa’il dari allama,orang yang
mengajar, begitu juga dari kata tarbiyah, lahir kata murabbi orang
yang menarbiyah (mengajar dan mendidik), sedangkan dari kata
adap, lahir muaddib (juga bermakna orang yang melakukan
pendidikan dan pengajaran). Para pakar pendidikan islam,
membedakan kosentrasi penggunaan ketiga kata tersebut, jika
ta’lim lebih banyak mengisi otak menyampaikan ilmu berbentuk
pengetahuan atau biasa disebut pengisian ilmu secara kognitif,
sedangkan tarbiyah asal katanya raba, yarbu, yang artinya merawat
di sini di maknai bahwa murabbi adalah pelaksanaan penarbiyahan
ini berkaitan dengan pengisian otak dan hati manusia, sedangkan
muaddib banyak ditujukan kepada pembentukan akhlak.89
Adapun untuk membangun hubungan yang baik setiap
manusia harus memiliki akhlak yang bagus dan tugas seorang
pendidiklah agar dapat menciptakan murid yang berakhlakul
karimah sehingga mereka dapat menjalin hubungan dengan orang
disekitar mereka, sedangkan seorang murid atau biasa disebut juga
peserta didik memiliki pengertian yang mana peserta didik menurut
undang-undang no 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa peserta 88jito Subianto, Edukasia: Jurnal Pendidikan Islam, (Vol. 8, No. 2 Tahun 2013), hal. 349-350. 89 Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.,(Jakarta: kencana, 2016), hal. 54-59
45
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.90
Bagaimanapun pendidik dan peserta didik ataupun guru dan
murid memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya dengan
keberhasilan suatu pembelajaran yang bisa langsung dihubungkan
dengan masyarakat karna guru ataupun pendidik sangatlah
memiliki peran yang besar dalam perubahan masyarakat di Negara
kita. Peranan guru sangat berpengaruh karna peserta didik ataupun
murid akan selalu mengamalkan apa yang telah diberikan gurunya
kepada mereka. Berdasarkan laporan dari Negara anggota
UNESCO yang disampaikan kepada international bureu of
education (IBE), disusunlah kertas kerja yang meng idenfitikasi
kecenderungan perubahan peranan guru sebagai berikut (1)lebih
banyak macam fungsi dalam proses pengajaran dan lebih banyak
tanggung jawab untuk penyusunan isi bahan pelajaran dan
mengajar.(2)perubahan tekanan dari menyampaikan pengetahuan
penyusunan belajar siswa, dengan penggunaan sebanyak mungkin
sumber belajar bagi yang ada di masyarakat. (3)individualisasi
dalam belajar dan perubahan struktur hubungan guru-siswa.
(4)penggunaan secara lebih luas teknologi pendidikan,
(5)penerimaan lebih luas kerja sama dengan guru-guru lain di
sekolah dan perubahan struktur hubungan antara guru.(6)perlunya
kerja sama yang lebih erat dengan orang tua murid dan orang-
orang lain dalam masyarakat, serta lebih banyak keterlibatan dalam
kehidupan masyarakat.91
Peranan guru atau pendidik agar menciptakan hubungan
yang baik kepada masyarakat sangat dibutuhkan dan sitiap
pendidik harus bisa menjalin hubungan antara masyarakat dan
90 Ibid., hal. 60 91 Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo,.landasan pendidikan islam.( Jakarta : bumi angkasa, 2016) hal. 70-71
46
menciptakan lingkungan pendidikan yang baik, lingkungan
pendidikan itu terbagi menjadi dua yaitu fisik dan nonfisik,
lingkungan yang bersifat fisik adalah kondisi alam setempat, seperti
cuaca dan tempat beajar. Adapun lingkungan nonfisik adalah
lingkungan sosial, yang mencakup adat istiadat, suasana dan
kebiasaan masyarakat. Termaksud juga lingkungn rumah tangga
peserta didik.92
Disinilah peranan seorang kepala sekolah ataupun pemimpin
untuk dapat mencover semua aktivitas dan hubungan antara orang-
orang yang dipimpinnya, dimana dalam persepektif kebijakan
pendidikan nasional (DEPDIKNAS:2006) ada tujuh peran kepala
sekolah yaitu educator, manajer, administrator, supervisor, leader,
pencipta iklim kerja, wirausahawan.93 Merujuk dari ketujuh peran ini
maka pada poin yang pertama pemimpin sekolah harus menjadi
educator atau pendidik maka pemimpin juga harus bisa menjalin
dan menciptakan hubungan yang baik untuk setiap guru dan murid
agar mereka bisa berhubungan dengan masyarakat sekitar
lingkungan sekolah dengan baik juga.
Seorang pemimpin memiliki pengaruh untuk menciptakan
hubungan yang baik agar setiap guru dapat berinteraksi dengan
guru yang lainnya di sebuah lembaga pendidikan agar terciptanya
tujuan pendidikan. Adapun penerapannya ditujukan kepada
masyarakat sekitar lembaga pendidikan bagaimana cara guru
menerapkannya kepada masyarakat dari hasil penerapan yang di
lakukan oleh pimpinan pondok pesantren sehingga menghasilkan
hubungan yang baik bagi lembaga pendidikan dan masyarakat
sekitar karna dengan hubungan yang baik antara lembaga dan
masyarakat akan mempermudah kemajuan pendidikan tersebut
dengan kerja sama antara lembaga dengan masyarakat akan
meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga tersebut dan akan
92 Haidar Putra Daulay,. Op.cit,. Hal. 61 93 H.Ramyulis dan Mulyadi., op. cit., hal 237
47
memberikan manfaat yang sangat banyak ketika suatu lembaga
pendidikan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar
maka bantuan dan kerukunan akan tercipta dilingkungan pondok
pesantren sedangkan keuntungan bagi masyarakat akan menjaga
nilai yang dianut oleh masyarakat agar tidak musnah maka
masyarakat itu harus menularkan apa yang telah dimilikinya itu
kepada generasi berikutnya. dan jalan untuk melaksanakan usaha
ini adalah pendidikan. Inilah mengajarkan konsep-konsep dan
sikap-sikap dan pergaulan hidup, serta mengajarkan bagaimana
cara tingkah laku dalam hidup bermasyarakat.
Dewasa ini banyaknya lulusan lembaga pendidikan baik
formal ataupun non formal terkesan belum mampu
mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Sehingga
sangatlah penting jika di pesantren bisa meningkatkan kreativitas
para peserta didik khususnya dalam berhubungan sosial kepada
masyarakat.
B. Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan konsep yang akan diteliti. Penulis lebih
memfokuskan atau membatasinya pada tema yang sama dengan tema
pada judul penelitian dalam tesiis ini, yaitu :
1. Bahrudin, tahun 2016 dari IAIN antasari Banjarmasin dengan tesis
"Keterampilan Pimpinan Pondok dalam Mengelola Pondok
Pesantren di Kecamatan Sei Tabuk dan Kecamatan Martapura
Barat", Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Pondok
Pesantren Al-Hidayah sudah menerapkan manajemen yang sesuai
dengan mekanisme manajemen. Manajemen pada Pondok
Pesantren Nurul Hidayah juga sudah menerapkan manajemen yang
sesuai dengan mekanisme manajemen. Pimpinan pondok
pesantren Nurul Hidayah sudah melakukan perencanaan dan
48
pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki pondok, serta
mengevaluasi hasil kerja bawahannya. Pimpinan pondok pesantren
Nurul Hidayah juga sudah mempunyai kemampuan manajerial yang
cukup baik dalam memimpin pondok. Pondok pesantren Al-Hidayah
dan pondok pesantren Nurul Hidayah sebagai lembaga pendidikan
yang memiliki nilai plus terutama dalam mencetak generasi yang
mumpuni hendaknya mempunyai manajemen yang benar-benar
mampu mengelola lembaga pendidikan yang berbasis pesantren
tersebut dengan baik.94
2. SRI RAHMALINA, tahun 2013 dari Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim tesis berjudul KEPEMIMPINAN DI PONDOK
PESANTREN I`AANATUTH THALIBIIN KECAMATAN TUALANG
KABUPATEN SIAK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan di Pondok Pesantren I`aanatuth Thalibiin belum
dilaksanakan secara maksimal. Maka kesimpulan hasil penelitian ini
adalah figur kepemimpinan belum mampu membangkitkan
kepercayaan dan loyalitas yang maksimal dari anggota, manajerial
skill belum tercermin maksimal dalam membina kerja sama tim baik
dengan para pendidik maupun stakeholder, masih belum maksimal
dalam mewujudkan kepuasan kerja anggota dilihat dari segi
pemberian motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang pangan ataupun
tempat tinggal namun aspek pendekatan mengkomunikasikan nilai-
nilai institusi kepada staf sudah cukup baik. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan di Pondok Pesantren I`aanatuth
Thalibiin adalah gaya kepemimpinan yang bersifat situasional.95
3. Penelitian yang gaya kepemimpinan partisipatif kepala Madrasah
dalam peningkatan motivasi berprestasi guru Tsanawiyah Negeri
Bandar Jaya . Dari hasil penelitian bahwa selama proses perjalanan 94 Bahrudin, dari IAIN antasari Banjarmasin dengan tesis "Keterampilan Pimpinan Pondok dalam Mengelola Pondok Pesantren di Kecamatan Sei Tabuk dan Kecamatan Martapura Barat" Tahun 2016 95 SRI RAHMALINA, dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim tesis berjudul Kepemimpinan Di Pondok Pesantren I`Aanatuth Thalibiin Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Tahun 2013
49
kepemimpinan kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Bandar Jaya
Rantau Rasau menunjukkan gaya kepemimpinan partisipatif dalam
pelaksanaan dan implementasi kepemimpinan Madrasah yang
bersangkutan. Dalam waktu tertentu umumnya para bawahan,
termasuk guru dan staf sangat memberikan apresiasi kepada
keplada madrasah di mana mereka dapat melakukan tugas dengan
penuh rasa tanggung jawab serta termotivasi dan semakin terarah.
4. MUHAMMAD QODRI tahun 2010 jurnal dengan judul DINAMIKA
PESANTREN: STUDI TENTANG PENGELOLAAN PONDOK
PESANTREN AL-JAUHAREN KOTA JAMBI hasil penelitian ini
menunjukanproses berdirinya kembali Al-Jauharen melalui
beberapa langkah yaitu musyawarah dengan warga, mencari
pemimpin yang ideal, temu reuni akbar, dan menyebarkan brosur,
yang mana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan cerminan dari
upaya mereka untuk membangkitkan kembali serta
mempertahankan eksistensi Pondok Pesantren Al-Jauharen di
tengah-tengah masyarakat yang Islami. Selanjutnya upaya yang
telah ditempuh oleh pihak pengelola dalam mengembangkan
Pondok Pesantren Al-Jauharen yaitu mengadakan pengajian rutin,
membuka program tahfiz Al-Qur’an, dan mengadakan kegiatan yang
sifatnya memanfaatkan potensi yang dimiliki santri, yang mana
kegiatan-kegiatan tersebut banyak memberikan perubahan
signifikan terhadap perkembangan pondok pesantren.96
5. Jurnal oleh Daswati, 2012 yang berjudul Implementasi Peran
Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpan Menuju Kesuksesan
Organisasi, kesimpulannya : pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk berperan aktif dalam
melaksanakan peran kepemimpinan, baik peran sebagai penentu
arah, agen perubahan, juru bicara maupun pelatih untuk
96 MUHAMMAD QODRI jurnal dengan judul Dinamika Pesantren: Studi Tentang Pengelolaan Pondok Pesantren Al-Jauharen Kota Jambi, Tahun 2010
50
meningkatkan kinerja atau semangat kerja bagi pegawai pada
sebuah organisasi97
6. Jurnal oleh Abdullah bayzuhdi yang berjudul :kepemimpinan kepala
madrasah dalam meningkatkan disiplin guru di madrasah
tsanawiyah negeri jambi timur kota jambi, yang membahas bagai
mana kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru di
lingkungan madrasah tsanawiyah negeri jambi timur kota jambi.98
97Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpan Menuju Kesuksesan Organisasi, (Jurnal Academica :Fisip Untad, 2012) 98Abdullah bayzuhdi dengan judul: Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Disiplin Guru Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur Kota Jambi
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut kualtatif
karena sifat data yang dikumpulkan berbentuk kualitatif bukan kuantitatif
dakam bentuk angka-angka. Melalui pendekatan ini diharapkan ditemukan
gambaran mengenai kualitas dan realitas sosial. Pendekatan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu
penelitian tentang data yang dinyatakan dalam bentuk gambar atau kata-
kata yang disusun dalam kalimat.
Bogdan dan Taylor yang dikutip Tohirin, menyatakan penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati99
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menkankan pada quality
atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa.Hal yang terpenting
dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial
adalah nakna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi pengembangan suatu konsep teori.100
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memaparkan dan
menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah,
namun dapat juga bermaksud sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Dalam hal ini untuk
mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai strategi
99Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hal.2 100Satori, Djam’an dkk. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta) hal.22
52
pemimpin pondok pesantren101 dalam membangun Pondok Pesantren
Darul Qur’an Batanghari
B. Situasi Sosial dan Subyek Penelitian
1. Situasi Sosial
Sugiyono mengartikan, populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.102
Sedangkan menurut Husaini yang dikutip M.Iqbal menyatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran
ataupun perhitungan, kualitatif ataupun kuantitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya.103
Sementara itu menurut Husaini Usman dan Purnomo, populasi ialah
semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif
maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok
objek yang lengkap dan jelas.104
Menurut Muhtar yang dikutip dari Abdullah, Situsi sosial adalah
lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan penelitian, Karena
penelitiannya adalah riset sosial atau lingkungan manusia atau budaya
maka dinamakan situasi sosial (Social Setting).105 Setting penelitian ini
adalah di lingkungan Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari
dan seluruh penelitian diambil dari lokasi tersebut. Adapun alasan
pemilihan lokasi ini karena Letak geografis yang sangat strategis, karna
102 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Jakarta: Alfabeta, 2012), hal 389 103 M.Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 statistik deskriptif, ( Jakarta: Bumi Asara,2002) hal.12 104 Husaini Usman Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal.181 105 Abdullah, Manajemen Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesional Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Sultha Thaha Saifuddin Jambi, 2016).hal.73
53
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari merupakan pondok
yang dulu pernah memiliki kemajuan yang sangat pesat dan lokasi yang
sangat bagus dan luas dan telah banyak mengeluarkan lulusan yang
sukses bahkan alumni Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Batanghari sudah ada yang mendirikan pesantren sendiri bahkan sudah
banyak yang menjadi kyai dan ustad untuk daerah Batanghari pada
khususnya dan di provinsi jambi pada umumnya.
2. Subyek Penelitian
Penemuan subyek penelitian dalam penelitian ini menggunakan
tehnik purposive sampling.Menurut Muhtar yang dikutip dari Abdullah
Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan tujuan atau
kepentingan.
Subyek dalam penelitian ini adalah pimpinan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Batanghari guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren
tersebut atau semua santri yang ada di pesantren tersebut, serta unsur
lainnya yang dianggap perlu terlibat secara langsung maupun tidak
langsung di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari.
Sementara yang menjadi informasi kunci (Key Informan) adalah pimpinan
pondok pesantren itu sendiri, sedangkan ustadz/guru, santri/murid, serta
masyarakat sekitar pondok di tetapkan sebagai informasi tambahan.
C. Jenis dan Sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
dimaknai untuk diinterprestasi dalam rangka menggambarkan lebih rinci
tentang strategi pemimpin pondok pesantren dalam membangun Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari,
Data tersebut dapat berupa pendapat-pendapat dan pernyataan
dari informan yang direkam dan kemudian dijabarkan lebih lanjut. Serta
temuan-temuan dalam melaksanakan pengamatan dan dokumen-
dokumen dari sumber-sumber yang terpercaya.
54
1. Jenis Data
Penilitian kualitatif ini bersifat deskriptif dan prosedur penelitian
kualitatif yang yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
seseorang baik tertulis atau diucapkan maupun perilaku yang dapat
diamati.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data skunder.
a. Data primer
Sebagaimana dikemukakan diawal bahwa data adalah seluruh
informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh dilapangan sebagai
pendukung kearah konstuksi ilmu secara ilmiah dan akademis.
Sedangkan data primer adalah data yang diambil langsung dari
penelitian kepada sumbernya tanpa adanya perantara. Sumber yang
dimaksud berupa benda-benda, situs atau manusia.106yaitu data yang
diperoleh langsung melalui wawancara dan observasi, dan dari
dokumen langsung dengan pihak-pihak yang terkait.adapun data-data
tersebut adalah :
1) Apa saja metode yang telah diterapkan pimpinan pondok
dalam membangun hubungan dengan masyarakat sekitar
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami?
2) Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
kepemimpinan dalam Membangun hubungan dengan
masyarakat sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami?
3) Bagaimana upaya pimpinan pondok dalam membangun
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami?
Dalam penelitian kualitatif data primer sangat dibutuhkan, oleh
karena itu seorang penelitinantinya harus terjun langsung kelokasi
penelitian, dan ikut merasakan apa yang subjek rasakan atau
106 Mukhtar, Bimbingan skripsi, Tesis, dan artikel Ilmiah.(Jakarta:Gaung Persada Press,2007), hal. 86
55
lakukan di lokasi, dan data primer ini sangat menentukan apakah
grantournya selama ini benar atau salah,
b. Data skunder yaitu data yang diperoleh dengan tekhnik dokumentasi,
rekaman arsip dan perangkat fisik. Data sekunder berasal dari tangan
kedua,ketiga dan seterusnya artinya melewati satu atau lebih pihak
yang bukan peneliti.data skunder dikenal juga sebagai data-data
pendukung atau pelengkap data utama yang dapat digunakan oleh
peneliti.
Data sekunder yang penulis masukan dalam penelitian ini yaitu data
yang diperoleh melalui dokumen tertulis dan arsip pondok pesantren
Darul Qur’an Batanghari, adapun data-data tersebut adalah :
1) Historis dan geografis Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
2) Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al Islami
3) Keadaan sarana dan prasarana
4) Keadaan Ustad/ Guru serta karyawan yang berada di Pondok
tersebut.
5) Keadaan santri/murid
Data sekunder merupakan data yang diperlukan oleh peneliti untuk
menunjang hasil penelitiannya, data sekunder ini biasanya
berhubungan langsung dengan arsip pihak yang diteliti, sehingga
peneliti tidak bisa secara langsung mendapatkannya, akan tetapi
memerlukan orang tertentu yang nantinya dapat memberikan data
tersebut. Data sekunder sebagai data pelengkap setelah penelitian
mendapatkan data primer sebab dari data sekunder inilah akan
dibandingkan dengan hasil data primer yang setelah itu peneliti
dapat menarik sebuah kesimpulan.
56
2. Sumber data
Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh. Sumberdata
merupakan sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti
mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan
dalam sebuah penelitian baik data primer maupun sekunder. Sumber
data dapat diperoleh dari lembaga atau situasi informan, dokumentasi
lembaga, badan atau historis. Semua informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber tesebut belum tentu semuanya berguna bagi peneliti,
karna kan di sortir ulang, mana yang relevan dan terkait dengan
rumusan maslah dan tema tema yang telah ditetapkan. Adapun
Sumber data dalam penelitia ini yaitu:
a) Orang-orang yang dijadikan responden,
b) Dokumentasi, yaitu semua dokumen yang berkaitan dengan
penelitian.
c) Suasana yaitu situasi di lingkungan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Batanghari
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.Observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, yakni
pengamat tidak terlibat langsung dalam situasi yang ada.Akan
tetapi mengamati dan melihat dari dekat peristiwa yang sedang
berlangsung. Menurut sugiono, observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis.107
Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif
dimanfaatkan sebesar-besarnya atas dasar : 107 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,2013)hal, 203
57
a) Pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.
b) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dang
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
c) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang
langsung diperoleh dari data.
d) Pengamatan memungkinkan untuk mengecek kembali jika
terjadi keraguan saat wawancara.
e) Pengamatan memungkinkan peneliti untuk memahami situasi
yang rumit.
f) Pengamatan digunakan dalam kasus-kasus tertentu dimana
tekniik komunikasi lain tidak memungkinkan.108
Metode observasi digunakan untuk mengamati langsung terhadap
objek penelitian sehingga dapat diketahui fenomena yang
mendukung data lain. Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkandata tentang strategi kepemimpinan pondok
pesantren dalam membangun Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami Batanghari, kendala-kendala serta upaya-upaya yang
dilakukan. Melalui observasi peneliti langsung melakukan
pengamatan umum tentang :
a. Keadaan pondok pesantren Darul qur’an Al Islami
b. Faktor penghambat dan pendukung dalam membangun pondok
pesantren khususnya pada hubungan dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
c. Strategi dan upaya yang dilakukan pemimpin dalam
membangun pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
108 Lexi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013))hal. 174.
58
2. Wawancara
Wawancara dimaksudakan untuk mendapatkan informasi
dari informan dengan penuh kesadaran. Lebih dari itu wawancara
dilakukan untuk mengetahui sesuatu apa yang tampak dari hasil
observasi yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan ini bersifat
snow ball artinya menggelinding seperti halnya bola salju, dan akan
berhenti ketika mencapai titik kejenuhan. Mereka yang memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan melalui
wawancara di sebut dengan responden. Data berupa jawaban-
jawaban atau pertanyaan yang diajukan. Untuk memperoleh informasi
itu biasanya di ajukan seperangkat pertanyaan yang tersusun dalam
suatu daftar. Terhadap pimpinan pondok pesntren dilakukan
wawancara diantaranya tentang :
a. Apa saja metode yang telah diterapkan pimpinan pondok dalam
membangun hubungan dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami?
b. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
kepemimpinan dalam Membangun hubungan dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami?
c. Bagaimana upaya pimpinan pondok dalam membangun pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami?
Selain mengadakan wawancara terhadap pimpinan pondok pesantren
untuk melengkapi data yang dibutuhkan, peneliti juga mengadakan
wawancara dengan ustadz/ustazah dan masyarakat sekitar pondok
pesantren.
59
3. Dokumentasi
Data yang diperolah dari dokumentasi digunakan untuk menguji,
menfsirkan bahklan meramalkan.109 Metode dokumentasi yang
dimaksudkan dalam proses pengumpulan data penelitian ini adakah
suatu metode atau cara untuk mencari data dari dokumen resmi
internal yang berupa, memo, kwitansi, nota, pengumuman, instruksi,
disposisi, aturan organisasi, termasuk risalah atau laporan rapat dan
keputusan,110 dan program pimpinan pondok pesantren.
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif. Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan dalam
unit-unit, melakukan sentesa, menyusun ke dalam pola memilih mana
yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami.111
Analisa data secara umum dilakukan dengan cara menghubungkan apa
yang di peroleh dari suatu proses kerja awal. Hal ini ditujukan untuk
memahami data yang terkumpul dari sumber, yang kemudian untuk di
ketahui kerangka berfikir penulis.
Adapun analisis data yang digunakan adalah:
1. Analisis Domain
Analisis domain biasanya digunakan untuk memperoleh
gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif
menyeluruh tentang apa yang mencakup dalam suatu fokus pokok
permasalahan yang tengah diteliti. Analisis ini digunakan untuk
memperoleh gambaran umum Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami, untuk menganalisis strategi kepemimpinan di Pondok 109 Ibid. 110 Ibid. hal 163 111 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.Ke-7, h. 244.
60
Pesantren Darul Qur’an Al Islami, menganalisis realita hubungan
emosional ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami, menganalisis upaya pimpinan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami dalam menjalin hubungan antara ustadz/ustadzah
dan masyarakat sekitar, dan menganalisis upaya kepemimpinan
kepala pondok dalam membangun hubungan emosional
ustadz/ustadzah dan masyarakat disekitar Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis yang lebih rinci dan
mendalam. Pada analisis ini fokus penelitian ditetapkan pada
domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya
mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena/fokus yang menjadi
sasaran semua penelitian.
Analisis ini digunaan untuk menganalisis data secara lebih
terperinci dan lebih mendalam tentang faktor pendukung dan
penghambat yang mempengaruhi kepemimpinan kepala pondok
dalam membangun hubungan emosional ustadz/ustadzah dan
masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial adalah analisis yang dilakukan
setelah peneliti mempunyai cukup banyak fakta atau informasi dari
hasil observasi dan wawancara yang melacak kontras-kontras
diantara warga domain. Kontras-kontras tersebut oleh peneliti
dipikirkan atau dicari dimensi-dimensi yang bisa mewadahinya.
Analisis ini penulis gunakan untuk menganalisis data
kepemimpinan kepala pondok dalam membangun suatu hubungan
emosional ustadz/ustadzah dan para masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al Islami.
61
4. Analisis Reflektif
Metode analisa data reflektif merupakan kombinasi yang
kuat antara berfikir deduktif dan induktif atau dengan mendialogkan
data teoritik dan data empirik secara bolak-balik secara kritis.
Metode reflektif ini bertujuan mengetahui kebenaran data yang
telah ditemukan. Dalam metode analisa ini peneliti akan
memecahkan masalah dengan pengumpulan data-data dan
informasi untuk dibandingkan dengan kekurangan dan kelebihan
dari setiap literatur atau alternatif yang ada, sehingga pada
penyimpulan akan diperoleh data yang rasional dan ilmiah.
Dalam hubungan itu, data yang akan dianalisis adalah data
sebab, yaitu strategi kepemimpinan di Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islamy, yang di-counter dengan data akibat, yaitu
hubungan antara ustadz/ustadzah dan masyarakat disekitar
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami.
5. Content Analysis
Content analisis atau disebut dengan analisis isi adalah
suatu analisis untuk memahami wacana atau problem dengan
mencari inti dari wacana tersebut. Berkenaan dengan pengolahan
dan analisis data, content analysis diartikan pula dengan analisis
data deskriptif berdasarkan isinya. Dengan demikian, peneliti dalam
analisis ini akan menganalisa data berdasarkan fenomena yang
terjadi, yaitu strategi kepemimpinan kepala pondok dalam
membangun hubungan ustadz/ustadzah dan masyarakat disekitar
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami.
6. Analisis Tema Kultural
Analisis tema kultural atau discovering cultural themes
sesungguhnya upaya mencari benang merah yang
mengintegrasikan lintas domain yang ada. Analisis ini digunakan
untuk menganalisis data yang berhubungan dengan pokok
permasalahan penelitian dalam mencari benang merah
62
penyelesaian. Benang merah yang dianalisis dalam penelitian ini
adalah strategi kepemimpinan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami dengan output yang dihasilkannya, yaitu terjalinnya
hubungan ustadz/ustadzah dan masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al Islami. Bias dari benang merah itu akan
berimplikasi pada kultural Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
yang memiliki Hubungan baik antara pesantren dan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan budaya interaksi yang baik dikalangan
pimpinan dan ustadz/ustadzah dengan masyarakat sekitar pondok.
F. Uji Keterpercayaan Data
Banyak hal-hal dalam penelitian kualitatif yang diragukan
kebenarannya karena unsur subyektifitas. Dalam penelitian ini peneliti
merupakan instrumen utama. Untuk menghindari terjadinya unsur
subyektif terhadap hasil penelitian maka perlu dilakukan teknik
pengecekan keabsahan data.
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu
derajat kepercayaaan (Credibelity), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability) dan kepastian (Confirmability).112
1. Kredibilitas
Kriterium ini berfungsi: pertama , melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuanya dapat
tercapai.Kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan
ganda yang sedang diteliti.
112Lexy J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 324
63
Di lokasi penelitian peneliti dapat menyelami budaya setting
penelitian, mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang
mungkin mengotori data.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada
hal-hal tersebut secara rinci.Lebih jelasnya bila perpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan
menyediakan kedalaman.
Dapat dikatakan peneliti melakukan dengan cermat terhadap
persoalan yang menonjol dalam penelitian seta ditelaah secara rinci
sehingga pada pemeriksaan data sudah dapat dipahami khususnya
menyangkut peran pemimpin Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami Batanghari dalam menjalin hubungan antara guru dan
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Batanghari.
Melalui cara ini peneliti dituntut agar mampu menguraikan
secara rinci bagaimana proses penemuan tentatif dan penelaahan
secara rinci. Kekurangan ketekunan pengamatan terletak pada
pengamatan terhadap pokok persoalan yang dilakukan terlalu awal.
2. Transferbilitas
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada
kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk
melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti mencari dan
menggumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan
data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang
pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan
penelitian kecil untuk memastiksn usaha verifikasi tersebut.
3. Dependabilitas
Konsep kebergantungan lebih luas dari pada realibilitas . hal
tersebut disebabkan peninjauan yang dari segi bahwa konsep itu
64
diperthitungkan segala-galanya yaitu yang ada pada realibilitas itu
sendiri ditambah factor-faktor lainya yang tersangkut.
4. Konfirmabilitas
Objektivitas-subjektivitasnya sesuatu hal bergantung pada
orang seorang, menurut Scriven(1971). Selain itu masih ada unsur
kualitas yang melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali
dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objek , berarti dapat
dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.subjektif berarti tidak dapat
dipercaya, atau menceng. Pengertian terakhir inilah yang dijadikan
tumpuan pengalihan pengertian objektivitas-subjektivitas menjadi
kepastian.
5. Triangulasi
Teknik triangulasi merupakan suatu pemeriksaan keabsahan
data dengan memanfaatkan sesuuatu yang berada di luar itu,
triangulasi melakukan perbandingan terhadap sesuatu yang
berada di luar data tersebut.
Ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong
bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainya.113
Triangulasi dengan metode dilakukan pertama, pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan drajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Trianggulasi
dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaaan data
atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis
113Lexy Moleong.Op.cit. hlm.320- 330
65
dengan analisis lainnya. Sedangkan, trianggulasi denga teori dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika.
Berdasarkan teknik trianggulasi tersebut diatas, maka
dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data
yang diperoleh di lapangan tentang strategi kepemimpinan pondok
pesantren dalam membangun pondok pesantren Darul Qur’an Al
Islami Batanghari dari sumber hasil observasi, wawancara maupun
melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
keseluruhan data yang di peroleh dilapangan dalam penelitian
tersebut.
G. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami Batanghari. Waktu pelaksanaan penelelitian mulai dari
pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil
seminar, pengesahan judul dan riset,pengumpulan data verifikasi dan
analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan
konsultasi dengan pembimbing, hinga penyempurnaan laporan
dituliskan dalam tabel berikut:
Tabel 1: Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Jadwal
Bulan I Bulan II Bulan III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Pertama
1 Persiapan proposal v
2 Penyusunan proposal v v
3 Perbaikan proposal v
4 Penyusunan instrumen
lapangan dan
penyusunan surat izin
V
66
Tahap Kedua
5 Pengumpulan data
lapangan
V
6 Analisis pendahuluan v
7 Pengolahan data v
Tahap Ketiga
8 Menulis laporan v v
9 Penggandaan /
perbaikan
v v
10 Laporan Akhir v V
Penulisan laporan ini dilakukan dalam waktu tiga bulan dengan
jadwal biasa yang dapat berubah-rubah sesuai dengan persiapan dan
kesiapan surat izin yang dikeluarkan oleh pihak Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
landasan melakukan penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang kategoristiknya
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dapat menimbulkan banyak hipotesis, sehingga peneliti tidak dapat
memaksakan diri menentukan batas-batas selesainya sebuah
penelitian. Oleh karenanya, dibutuhkan serentetan waktu yang sulit
diprediksikan.
Tabel 1 di atas adalah tabel yang memuat jadwal penelitian dalam
skala standar, sedangkan tabel 2 adalah tabel yang memuat rentetan
waktu yang lebih. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perpanjangan
waktu dalam penelitian. Jika peneliti tidak dapat memenuhi standar
jadwal pada tabel 1, maka peneliti akan mempergunakan tabel 2 dalam
melakukan penelitian.
67
1 Pembuatan Proposal X X X2 Pengajuan Proposal X3 Seminar/Perbaikan Proposal X X X4 Pengajuan Izin Riset X X X X5 Pengumpulan Data X X X X6 Analisis Data X X X X7 Penulisan Tesis X X8 Perbaikan X X9 Penggandaan X X
VI
Tabel 2: Jadwal Penelitian TesisBulan
KegiatanNoI II III IV V
68
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA HASIL
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Pondok Pesantren Darul Qur’an Al islami
Batanghari
Pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami Kelurahan Sridadi
adalah pondok pesantren pertama yang ada di Kelurahan
Sridadi sebelum pesantren lainnya muncul bersamaan dengan
di bukanya pondok pesantren ini maka bersama itu pula MTs
Dan Aliyah Darul Qur’an Al Islami mulai berdiri tepatnya pada
tahun 1990 M yang di niatkan oleh KH. Mahfud Thoha, LC, Q
bertempat tinggal di Cirebon, Arjawangi, Jawa Barat.
Beliau mendapatkan sambutan Bupati Tingkat II Batanghari
Bapak H. Hasip Kamaludin Syam yang disikapi beliau menjadi
donatur/wakap utama pembangunan fisik ponpes diatas tanah
seluas 153.603 M2, dengan luas bangunan 3.300 M2 dari 23
fasilitas bangunan yang ada.
Efektif bangunan tersebut mulai digunakan pada tahun 1991
kemudian ditindak lanjuti oleh Bupati kepala Daerah Tingkat II
Batanghari yang baru yaitu Bapak H. Saman Chatib, SH. Pada
hakekatnya berdirinya ponpes atas kerja sama semua pihak
sanak keluarga KH. Mahfud Thoha, LC,Q. Pada 21 Juni 1991
dihadapan Notaris Ny.Nany Ratna Wirdianalis, SH. Dengan
Akte pendirian No. 36/21-6-1991 didapatkan anggaran dasar ini
hari kamis 27 juni 1991 ke Pengadilan Negri Jambi Nomor :
15/YS/1991. yang akhirnya Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami mulai beraktifitas khususnya untuk jenjang pendidikan
setingkat MTs dan Aliyah lainnya.114 Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Memiliki Beberapa Pemimpin dikarenakan
114 Dokumentasi Pondok Pesantren Swasta Darul Qur’an Al-Islamy 2018-2019
69
wafatnya pendiri awal yaitu KH. Mahfud Thoha, LC, Q maka
pemimpin di ambil alih oleh adik dari KH. Mahfud Thoha, LC,Q
Berikut daftar nama-nama Kepala Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Batanghari sejak awal berdiri sampai sekarang
;
Tabel. III
Daftar Nama Kepala Pimpinan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Al Islami Batanghari Sejak Awal
Berdiri s.d Sekarang.115
NO Nama Masa Jabatan
1 KH. Mahfud Thoha, LC, Q 1991 s/d 1999
2 Assariy, BA 1999 s/d 2008
3 Lutfillah Baidlowi, S.Ag 2008 s/d Sekarang
Saat ini usia Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami telah
memasuki tahun ke-28. Sampai tahun pelajaran 2018/2019,
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami sudah melakukan
Tiga kali pergantian kepala Pimpinan Pondok pesantren sejak
pertama didirikannya hingga saat ini.
2. Geografis Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami adalah Lembga
Pendidikan keagamaan yang ada di kecamatan Muara Bulian,
dimana secara geografis terletak di Jl. Simpang Pesantren
Malapari kelurahan Sridadi Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi. Letak lokasi gedungnya yaitu :
a. sebelah timur berbatasan dengan jalan Simpang Malapari
b. sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga (Bpk
Kamto),
c. sebelah barat berbatasan dengan Sungai Batanghari
115 Ibid.
70
d. sebelah utara berbatasan dengan Kebun Karet
Bila di lihat dari letak geografis, Pondok Pesantren
Darul Qur’an Al Islami sangat kondusif untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Karena keadaannya yang jauh dari
keramaian lalu lintas, tentunya membuat para siswa tidak
terganggu dan merasa nyaman dalam melaksanakan proses
pembelajaran
Dilihat dari jarak antar propinsi, kabupaten dan
kecamatan dalam bentuk ibu kotanya, maka jaraknya adalah
sebagai berikut :
a. Jarak dari ibukota provinsi : ± 65 Km
b. Jarak dari ibukota kabupaten : ± 5 Km
c. Jarak dari ibukota kecamatan : ± 5 Km
Dekatnya jarak Lembaga pendidikan dengan ibukota
kabupaten dan kecamatan memberikan kemudahan bagi
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami dalam mendapatkan
informasi dan perolehan sarana yang menunjang bagi
perkembangan dan kemajuan sekolah.
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Batanghari
Adapun Visi Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Terwujudnya siswa/ santri yang beriman, berkualitas,
berprestasi, serta menjiwai nilai-nilai Qur’ani dan berakhlak
mulia atas Ridha Allah. Untuk tercapainya visi Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al Islami Sungai Penuh tersebut
diatas,maka :
a. Seluruh santri/siswa diwajibkan berada dalam asrama
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami dan mematuhi
disiplin dan tata tertib yang telah ditetapkan, Dengan
71
demikian seluruh siswa/santri selalu dalam pengasuhan
dan bimbingan.
b. Seluruh santri diwajibkan mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler yang telah ditetapkan. Diantaranya ; Latihan
Pidato (Muhadharah), Praktek Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, menghafal Al-Qur’an, Pramuka, Serta kegiatan seni
dan keterampilan lainnya.
c. Tenaga pendidik adalah teladan bagi seluruh santri/siswa,
sehingga segala sikap dan prilaku mereka adalah dalam
rangka pencapaian Visi Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami..
d. Sebagai wujud dari peningkatan keimanan dan ketaqwaan
Santri/siswa, maka pelaksanaan shalat lima waktu sehari
semalam dilaksanakan secara berjamaah. Dimana santri
putra shalat berjamaah bersama di Masjid Pondok
Pesantren yang langsung di pimpin oleh pengasuh Pondok
Pesantren Darul Qur’an sedangkan santri putri berjamaah
di kawasan asrama putri dan di pimpin langsung oleh ibu
nyai istri dari pimpinan pondok pesantren.
e. Interaksi sosial yang terjadi dilingkungan Pondok Pesantren
Darul Qur’an Al Islami adalah miniatur sebuah masyarakat,
maka nilai-nilai kebersamaan dan kepemimpinan yang
diterapkan adalah dalam upaya mendidik seluruh santri
untuk siap terjun kemasyarakat, Siap memimpin dan siap
pula dipimpin. 116
Adapun Misi Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Batanghari adalah Mendidik dan mempersiapkan santri
mencapai manusia seutuhnya yang berlandaskan Al-Qur’an
yang bercirikan :
116 Profil Pondok Pesantren
72
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memberikan pendidikan dan pengajaran tentang ilmu Al-
Qur’an,
3. Menanamkan Nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mendorong siswa memiliki keahlian hafalan Al-Qur’an,
pemahaman, sertan pengamalannya.
5. Menciptakan pendidikan yang berkualitas dan berskala
Nasional dan Internasional
6. Memiliki Integritas Wawasan umum & agama yang luas
7. Memiliki skill dan profesionalitas dalam menghadapi
tantangan zaman
8. Menguasai Bahasa Arab dan Inggris (lisan-tulisan)
9. Melahirkan kader yang mempunyai Iptek dan Imtaq117
4. Program Terpadu
Program Pendidikan Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami adalah mengembangkan paradigma pendidikan terpadu
yang Memfokuskan tentang penghafalan dan pemahaman Al-
Qur’an dan menyeimbangkan IQ, EQ, SQ dan membekali santri
dengan IPTEK dan IMTAQ serta berbagai keterampilan
sehingga santri nantinya dengan bekal yang di bawa dari
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami dapat
mengembangkan serta mengamalkan ilmunya di tengah-tengah
masyarakat nantinya dan dapat berkiprah di dunia Nasional
maupun Internasional.
5. Strategi
a. Mendidik para Siswa/santri mempunyai akhlak yang mulia
sesuai dengan ajaran Islam, memiliki keimanan dan
ketaqwaan yang tinggi.
117Ibid
73
b. Membina dan mendidik Siswa/santri menguasai Ilmu Al-
Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama Islam Dengan
Menggunakan Kitab-Kitab yang diajarkan di pondok
pesantren salafi dan moderen beserta pengetahuan umum
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada perguruan
tinggi atau mengembangkan diri secara otodidak setelah
selesai menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami.
c. Membina dan mendidik Siswa/santri menguasai Bahasa
Arab, baik Muhadatsah, Imla` dan Muthola`ah beserta
pemahamannya, sehingga diharapkan mampu menggali ilmu
dan menerapkan syari`at Islam dari sumber aslinya, Alqur`an
dan Sunnah.
d. Membina dan mendidik Siswa/santri menguasai Bahasa
Inggris agar dapat berkomunikasi aktif dan mampu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. Membekali Siswa/santri dengan berbagai keterampilan
sehingga mereka dapat mandiri dan dapat menciptakan
lapangan kerja sendiri serta dapat mengembangkan diri di
lingkungan masyarakat.
f. Menanamkan semangat beragama, berbangsa dan
bernegara sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban
dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan
bangsa.118
6. Kurikulum
Kurikulum yang di gunakan di Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami, terfokus pada Menghafal Al-qur’an 30 juz, dan
juga mengikuti kurikulum Pondok Modern dan semi salafy
Seperti Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta Selatan
dengan kurikulum MTS - MA. Perpaduan tersebut akan terus di
118Ibid
74
evaluasi sehingga tercapai profil santri yang : Berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas
dengan berlandaskan Al-Qur’an Dan hadist. Agar dapat
mencapai target maka kurikulum yang di berikan :
a. Program Umum
Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Sosiologi, Biologi,
Matematika, Fisika, Kimia, Sejarah, Tauhid, Tafsir, Hadist,
Baca Alqur`an dan Tajwid, Muthola`ah, Fiqh, Usul Fiqh,
Faroid, Bahasa, Indonesia, PPKN, Penjaskes, Tata Negara,
Ekonomi dan Geografi.119
b. Program Penunjang
Nahwu, Shorf, Balagoh, Mufrodat, Imla`, Khot dan Grammar.
c. Program Khusus
Hafalan Al-Qur’an dengan rincian sebagai berikut :
1) Bulan Pertama
Minggu Pertama : Tahsin Al-Quran
Minggu Kedua : Tilawah Cepat
Minggu Ketiga : Tarjamah Al-Quran Perkata
Minggu Keempat : Tahfidz Quran (Menghafal Quran)
2) Bulan ke 2-selesai Tahfidzul Quran (Menghafal Al-Quran) dengan target minimal 1 hari 1Lembar s/d hatam menghafal 30 juz.
Adapun program khusus lainya yaitu pembinaan kaligrafi Islam, Kepanduan, Kesenian, Pidato, Komputer, seni bela diri dan olah raga.120
d. Program Bahasa
Bahasa merupakan kunci ilmu pengetahuan, dengan bahasa
kita dapat membuka cakrawala dunia, Bahasa Arab dan
Inggris adalah bahasa resmi Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al Islami. Maka setiap saat santri dibekali Mufrodat atau
119 Waancara, Wahidah, kamis 17 Januari 2019 120Ibid,.
75
kosa kata. Dan secara berangsur mereka di wajibkan untuk
berkomunikasi dengan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Untuk membuka program ini maka di tetapkan disiplin
berbahasa dan kegiatan penunjang lainnya :121
1) Bagi santri atau sisiwa baru hanya diperbolehkan
berbahasa Indonesia selama 6 Bulan pertama dan
selanjutnya di wajibkan berbahasa resmi, Bahasa Arab
dan Inggris.
2) Sanksi bagi santri yang berbahasa daerah
3) Muhatsah setiap Jum`at pagi dan Selasa
4) Memberi kosa kata pagi dan mengulang pada malam hari
5) Islahul Lughoh atau pembetulan bahasa
6) Pidato :
Pidato Bahasa Indonesia pada hari Selasa malam
Pidato Bahasa Arab dan Inggris pada hari jum’at
malam
7. Kegiatan Harian
04.30 Bangun Pagi
05.00 Shalat subuh Berjama`ah dan Menghafal Alqur`an
05.30 Pemberian kosa kata Bahasa Arab/Inggris dan
Muhadatsah
06.00 Bersih-bersih dan persiapan masuk kelas
06.30 Sarapan pagi
07.00 Berangkat ke kelas
07.15 Proses Belajar Mengajar (PBM)
12.30 Shalat Zuhur berjama’ah
13.40 Proses belajar mengajar (PBM)
15.30 Shalat Ashar berjama’ah dan baca Al Qur’an
16.15 Olah raga/ Pembinaan keterampilan/ Istirahat dan
Makan sore
121Ibid,
76
18.00 Mandi dan persiapan ke Masjid
18.30 Shalat Magrib berjama’ah dan Setoran hafalan Al
Qur’an
19.45 Shalat Isya berjama’ah
20.15 Belajar Kitab Kuning/shorogan/belajar malam/
20.30 Istirahat/ Tidur122
8. Deskripsi Struktur Organisasi
Sebuah lembaga atau organisasi tidak akan berjalan
baik bahkan dapat mengalami kekacauan dalam rangka
mencapai tujuan, apabila lembaga atau organisasi tersebut tidak
terkoordinir dengan baik. Untuk itulah agar lembaga atau
organisasi dapat terkoordinir dengan baik maka dibutuhkan
struktur organisasi yang baik pula. Dan Pondok Pesantren
sebagai suatu lembaga dalam bidang pendidikan sudah
semestinya pula memiliki struktur organisasi yang baik, agar
tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan dan
memudahkan dalam menjalankan sebuah pendidikan sehingga
pendidikan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.
Untuk itulah sebagai sebuah lembaga pendidikan,
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari juga
memiliki struktur kepengurusan yang diharapkan agar proses
kegiatan seperti belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
dan tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan
maksimal sehingga dapat mengeluarkan pelajar yang memiliki
kualitas dalam hal pendidikan. Adapun struktur Pondok
122 Wawancara, Maimuri,senin 21 Januari 2019
77
Pesantren Darul Qur’an Al Islami secara lebih terperinci dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Struktur dan Personalia Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al Islami Batanghari beserta tugasnya adalah sebagai berikut :
a. ketua yayasan pondok pesantren Darul Qur’an KH.
Muhiddin, S.Ag.
Tugas dari ketua yayasan adalah menjaga dan memastikan
pelaksanaan kerja dan kegiatan sesuai visi misi dan tujuan
yang telah ditetapkan untuk melakukan pengawasan serta
memberikan rekomendasi kepada seluruh pengurus dalam
hal penjagaan kondisi persatuan dan kesatuan serta
motivasi berorganisasi para pengurus.
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN PONDOK PESANTRENDARUL QUR’AN AL-ISLAMY BATANGHARI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KETUA YAYASANKH. MUHIDDIN, S.Ag
PIMPINAN PONDOK PESANTRENKH. LUTFILLAH BAIDLOWI, S.Ag
KEPALA MADRASA ALIYAH KEPALA MADRASAH TSANAWIYAHKH. ABDULLAH IBNU UMAR, M. Pd KHOERIYAH MAHFUDZ, S. Pd
SEKRETARIS BENDAHARARIDWAN, S.Pd.I HARTATIK, S.Pd.I
KURIKULUM KESISWAANLAELI ALWIYAH, M. Pd MAIMURI, S.Pd.I
WAHIDAH, S.Pd ZUHRINA, S.Pd
HUMASBAMBANG NURJAMAN, M.Pd
78
b. Pimpinan Pondok pesantren KH. Lutfillah Baidlowi.S.Ag
sebagai mana tugas seorang pimpinan yaitu sebagai :
1) Pimpinan pondok pesantren sebagai Edukator bertugas
melaksanakan penyelenggaraan proses pembelajaran
secara efektif dan efesien
2) Pemimpin pondok pesantren sebagai manajer
mempunyai tugas
Menyusun perencanaan program kegiatan
Mengoranisasikan dan mengarahkan kegiatan
Mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas
Melakukan evaluasi dan menentukan kebijaksanaan
Mengadakan rapat dan mengambil keputusan
Mengatur proses belajar mengajar ektrakurikuler
Mengatur organisasi santri
Mengatur hubungan pesantren dengan masyarakat dan
intansi terkait
3) Pimpinan Pondok Pesantren selaku administrator
menyelenggarakan administrasi yang meliputi bidang
ketatausahaan, kesiswaan, ketenagaan, sarana dan
prasarana serta keuangan pesantren . Sebagai supervisor
bertugas menyelenggarakan supervise mengenai bidang
proses pembelajaran, bimbingan dan konseling,
ektrakurikuler, kerjasama dan masyarakat dan intansi
terkait, secara sarana prasarana OSIS.
c. Kepala Madrasah Aliyah Dan MTs KH. Abdullah Ibnu Umar.
M.Ag dan Ustazah Khoeriyah Mahfudz, S.Pd
Tugas dari kepala sekolah disini adalah menyusun
perencanaan kegiatan di Sekolah, mengarahkan kegiatan,
melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi setiap
kegiatan, melakukan pembaharuan di bidang kurikulum dan
ekstrakulikuler maupun intrarekuler, mengambil keputusan,
79
mensuperpervisi semaua kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan bersama dll. Dalam mengemban tugasnya kepala
Sekolah MTS dan Aliyah Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami diharuskan memiliki karakter sebagai berikut:
1) Dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab
2) Mampu memahami kondisi guru, karyawan dan siswa
3) Memiliki dan memahami visi Sekolah
4) Mengambil keputusan urusan internal dan eksternal
5) Membuat, mencari dan memilik gagasan baru.123
d. Wakil Kurikulum : Laeli Alwiyah,M.Pd
Wakil kurikulum bertugas membantu kepala sekolah dalam
kegiatan
1) Menyusun laporan pengajaran
2) Menyusun pembagian tugas guru
3) Menyusun jadwal pelajaran
4) Menyusun jadwal evaluasi belajar
5) Menyusun pelaksanaan UN (Ujian Nasional). Menerepkan
kriteria persyaratan naik kelas atau tidak naik kelas,
menerapkan jadwal penerimaan ijazah
e. Waka Kesiswaan : ustadz Maimuri, S. Pd.I
Waka kesiswaan adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kepala
Madrasah yang bertanggung jawab kepada tugas-tugasnya
yang berhubungan langsung dengan kegiatan dan
pembinaan siswa. Tugas dari kesisiwaan di Madrasah
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami. bisa dilihat
sebagai berikut:
1) Mengatur program pembinaan kesiswaa
(OSIS/OSDQ) meliputi: Kepramukaan, Muhadhorah,
UKS, Paskibra dll
123 Wawancara Abdullah ibnu umar, selasa 22 januari 2019
80
2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan
pengendalian kegiatan kesiswaan OSIS/OSDQ dalam
menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah dan Pondok
serta pemilihan pengurus OSIS/OSDQ
3) Melaksanakan pemilihan calon siswa berprestasi dan
penerima beasiswa dalam kegiatan di luar sekolah
4) Menyusun dan membuat kepanitiaan PPDB dan
pelaksanaan MOS
5) Menyususun dan membuat jadwal kegiatan akhir
tahun sekolah.124
f. Waka Humas :Ustadz Bambang Nurjaman, M. Pd.I
Fungsi pokok hubungan madrasah atau pondok pesantren
dengan masyarakat adalah menarik simpati masyarakat
serta public khususnya, sehingga dapat meningkatkan relasi
dan juga animo pendaftar pada Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami. Berikut adalah beberapa tugas Waka
Humas di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami:
1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dan peranan
komite sekolah.
2) Menyelenggarakan bakti sosial dan karya wisata
3) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di pondok.
4) Menyusun laporan dll.
g. Kepala Tata Usaha (TU) : Ustadz Ridwan, S.Pd.I
Kepala tata usaha di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al
Islami Batanghari sangat berpengaruh penting dengan setiap
kegiatan atau aktifitas yang ada di Pondok Pesantren. Inilah
beberapa tugas kepala TU di Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Batanghari :
1) Penyusunan program tata usaha sekolah pengurus
administrasi pegawai
124 Dokumentasi Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
81
2) Mendata Guru dan siswa
3) Pengelola keuangan sekolah
4) Pembinaan dan pengembagan karir pegawai tata usaha
sekolah
5) Penyusan administrasi
6) Perlengkapan atau pemilihan barang- barang inventaris
pesantren
7) Mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi
kegiatan – kegiatan ketatausahaan pesantren
8) Melaporkan data serta kegiatan-kegiatan ketatausahaan
pesantren kepala pimpinan pondok pesantren sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
9) Meneliti pendayagunaan barang-barang inventaris
setelah sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan atau
tidak
10) Penyusunan dan penyajian data atau statistik sekolah,
mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan
laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan
ketatausahaan.
h. Wali Kelas,
Wali kelas bertugas:
1) Membantu kepala sekolah dalam kegiatan
pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi
kelas
2) Penyusunan atau pembuatan statistik kelas
3) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa
4) Pembuatan catatan khusus tentang siswa
5) Pemcatatan motivasi siswa
6) Pengisian buku laporan siswa
82
7) Pembagian buku laporan siswa125
9. Keadaan Guru dan Karyawan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al Islami Batanghari
Pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami Batanghari
adalah suatu institusi Pendidikan yang berada di lingkungan
kabupaten Batanghari dan bertanggung jawab kepada
Departemen Agama yang bertujuan untuk mendidik siswa agar
mereka menguasai ilmu pengetahuan, mempunyai akhlakul
karimah, dan mampu berjuang di jalan Allah kapan dan dimana
saja.
Guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor
yang penting dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan
pengajaran. Guru juga harus mempunyai pelayanan yang baik
terhadap anak didikanya, agar anak didiknya mampu
menangkap setiap pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Guru adalah salah satu pemberi jasa pendidikan. Karena tanpa
adanya guru yang baik dan professional, maka suatu lembaga
tidak akan mampu meluluskan dan menciptakan generasi yang
baik pula. Lebih dari itu, guru mempunyai tanggung jawab
terhadap keberhasilan anak didik.
Lembaga pendidikan manapun tentu mempunyai kriteria
dalam memilih guru. Sebab guru merupakan tumpuan harapan
dalam membimbing dan mengantarkan siswa menuju
kedewasaan dan keberhasilan. Oleh karena itu guru harus
mempunyai pengetahuan tentang proses belajar mengajar
dalam pelajaran itu sendiri, serta memasukkannya dalam
kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan keadaan
siswa. Adapun Guru harus memiliki rasa bertanggung jawab
dalam bidang seperti :
1. Berusaha selalu siap pada jam-jam mengajar
125Ibid
83
2. Berpakaian rapi sesuai dengan seragam yang telah
ditentukan
3. Membuat perangkat mengajar
4. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
5. Melaksanakan kegiatan penilaian, ulangan harian, ulangan
semester atau tahunan
6. Menyerahkan pekerjaan atau catatan apabila tidak masuk
atau berhalangan untuk mengajar
7. Turut mendorong kegiatan belajar santri dengan
memberikan metode belajar yang tepat tiap-tiap bidang
studi yang bersangkutan
8. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian dan mengisi
daftar hadir santri
9. Berusaha menyusun bank soal agar memudahkan
penyususunan naskah ulangan formatif maupun sumatif
secara efektif dan efesien.
10. Melaksanakan kegiatan bimbingan dalam kegiatan belajar
mengajar Membuat alat pelajaran atau alat pergara
Mengikuti kegiatan pemngembangan dan pemasyarakatan
kurikulum
11. Melakukan tugas tertentu dipesantren
12. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-
masing santri
13. Meneliti daftar hadir santri sebelum mulai pelajaran
14. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang pratikum
15. Tidak mengijinkan santri masuk kelas atau mengikuti
pelajaran kecuali telah mendapatkan surat izin dari piket
dan tertib memakai seragam sekolah atau atributnya
84
16. Mengikuti upacara bendara pada hari senin dan acara
resmi lainnya dan kegiatan pesantren yang telah di
tetapkan126
Guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pedidikan, dimana peran guru sangat menentukan dalam
proses belajar mengajar di sekolah atau di lembaga pendidikan.
Guru sebagai unsur penting dalam mendidik dan mengajar
materi yang sudah merupakan program dalam dunia
pendidikan. Karena berkualitas atau tidaknya seorang siswa
tergantung dari kemampuan yang di miliki oleh seorang guru,
jika seorang guru mempunyai potensi ketrampilan oleh seorang
guru yang baik dalam mendidik, maka siswa yang menjadi anak
didiknya akan dapat di kembangkan bakatnya. Di samping itu
guru yang mengajar hendaknya menyesuaikan dengan ilmu
yang mereka miliki atau kuasai.
Guru merupakan bapak rohani bagi pesarta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak
mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu
guru mempunyai kedudukan yang tinggi dalam islam.
Berdasarkan skema struktur organisasi di atas maka
jelaslah bahwa dalam suatu organisasi atau suatu lembaga
pendidikan sangat penting dan sangat menentukan dimana
setiap kegiatan baik itu pelayanan terhadap peserta didik,
pembangunan dan kemajuan suatu lembaga pendidikan tidak
terlepas dari pengawasan pimpinan atau kepala atau
penasehat organisasi, akan tetapi kelancaran pelaksanaan di
suatu lembaga pendidikan harus ada kerja sama yang baik
hubungan yang baik,komunikasi yang bagus, antara pimpinan
126Ibid,
85
atau kepala dengan orang-orang disekelilingnya yang ia pimpin.
Berikut daftar guru pondok pesantren Darul Qur’an Al
IslamiBatanghari :
Tabel IV Personal Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
86
Tabel V Keadaan santri/Santriwati No Kelas Jumlah santri Jumlah
Perempuan Laki-laki1 VII Tsanawiyah 14 38 52 2 VIII Tsanawiyah 9 10 19 3 IX Tsanawiyah 12 8 20 4 X Aliyah 11 13 24
5 XI Aliyah 3 1 4
6 XII Aliyah 7 2 9
56 72 128
Pada tabel diatas, dapat dilihat dan diketahui dengan jelas
bahwa jumlah guru di Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
berjumlah 27 orang guru dan jumlah keseluruhan Santri Pondok
NO NAMA NIP TEMPAT TANGGAL LAHIR L/PSTATUS
KEPEGAWAIAN
Kualifikasi Akademik
1 Lutfillah Baidlowi, S.Ag - Cirebon, 23/02/1960 L NON PNS S12 Abdullah Ibnu Umar, M.A - Cirebon, 12/04/1984 L NON PNS S23 Riadlotin, S.Ag - Mugomulyo, 19/03/1971 P NON PNS S14 Khoeriyah Mahfudz, S.Pd - Cirebon, 04/10/1974 P NON PNS S15 Siti Wahidah, S.Pd 197306102006042009 Batanghari, 10/06/1973 P PNS S16 Bambang Nurjaman, M.Pd 198706062009011002 Batanghari, 06/06/1987 L PNS S17 Fatmawati - Bajubang, 07/11/1968 P NON PNS D18 Kurniawan.S, S.Pd.I - Sridadi, 24/12/1981 L NON PNS S19 Hartatik, S.Pd.I - Penerokan, 29/8/1984 P NON PNS S110 Defri Melisa,S.Pd - Muara Bulian,24/01/1992 P NON PNS S111 Winih Rahayu, S.Kom - Kuala Tungkal,06/04/1992 P NON PNS S113 Desi Purnama Sari,S.Pd.I - Malapari,04/12/1990 P NON PNS S114 Ridwan, S.Pd.I - Ps.Teluk Rendah,03/03/1981 L NON PNS S115 Laeli Alwiyah, M.Ag - P NON PNS S216 Heni Puji Lestari, S.Pd.I - P NON PNS S117 Sarini, S.E - NON PNS S118 Maemuri, S.Pd.I - Lampung, 13/05/1986 L NON PNS S119 Nurlia Facharti, S.Pd - Penerokan,19/08/1990 P NON PNS S120 Tina Yanti, S.Pd - P NON PNS S121 Selamet Riyadi, M.Pd - Sridadi,15/06/1988 L NON PNS S222 Nurminingsih, S.Pd.I - Ponorogo, 10/08/1989 P NON PNS S123 zuhrina, S.Pd - Padang Kelapo, 26/05/1995 P NON PNS S124 Nur Fareka - Pelayangan, 15/10/2000 P NON PNS Aliyah25 Islamiyah - Tebing Tinggi, 17/04/1998 P NON PNS Aliyah26 Gunawan - Tebing Tinggi, 19/10/1998 L NON PNS Aliyah27 Hadiyansyah - Rengas Sembilan, 26/06/1999 L NON PNS Aliyah
87
Pesantren Darul Qur’an Al Islami sebanyak 128 orang dari kelas VII
sampai Kelas XII demikian gambaran ringkasan keadaan guru dan
santri pada tahun ajaran 2018/2019.
10. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen
pendidikan yang juga sangat menentukan bagi keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan. Karena tanpa adanya sarana dan
prasarana, proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Sarana
meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sedangkan
prasarana meliputi gedung dan bangunan pendidikan.
Dari hasil observasi, maka dapat diketahui bahwa prasarana
yang ada di pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami seperti
gedung, sudah cukup memenuhi syarat kelayakan hanya saja
sedikit mengalami kerusakan di atap karena faktor usia gedung
yang cukup lama dan belum dilakukan renofasi ulang. Tapi untuk
kelas kelas di pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami sudah
sangat mencukupi untuk melakukan kegiatan belajar menggajar
karena masih ada tiga lokal yang belum digunakan dalam artian
lokal atau kelas masih lebih tiga ruangan.
Berdasarkan data yang ada, untuk sarana pendidikan
walaupun sebagian sudah terpenuhi tapi masih ada sebagian lagi
yang belum memenuhi target, diantaranya dalam hal media
pendidikan seperti buku-buku sumber, buku-buku pelajaran,
media-media, dan lain-lain. Dan berikut ini rincian sarana dan
prasaran yang ada di pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
berdasarkan Volume/jumlah dan kondisinya :
Tabel. VI
Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami
Tahun Pelajaran 2018-2019.127
127Ibid
88
No Uraian Vol/Jml Kondisi Sekarang
Ket Baik RR RB
1 Tanah Bangunan
1.1 Luas tanah 153.603
M2 - - - -
2 Gedung
2.1. Ruang kelas 8 ruang 5 - 3 -
2.2. Ruang kantor 1 ruang 1 - - -
2.3. Ruang Guru 1 ruang 1 - - -
2.4. Ruang UKS 1 ruang - 1 - -
2.5. Ruang Perpustakaan 1 ruang 1 - - -
2.6. WC. Guru 2 buah 2 - - -
2.7. WC. Siswa 2 buah - 1 - -
3 Meubelair
3.1. Kursi siswa 150 buah 129 21 - -
3.2. Meja siswa 80 buah 60 15 5 -
3.3. Kursi Guru 30 buah 30 - - -
3.4. Meja Guru 15 buah 14 1 - -
3.5. Meja pustaka 4 buah - - 4 -
3.6. Kursi pustaka 10 buah 5 - 5 -
3.7. Lemari buku pustaka 10 buah 8 1 1 -
3.8. Kursi jok (pegawai) 6 buah 6 - - -
3.11. Papan
pengumuman 1 buah 1 - - -
3.12. Papan tulis
(whiteboard) 9 buah 9 - - -
3.13. Papan data 5 buah 5 - - -
3.14. Lemari kayu 4 buah 4 - - -
3.15. Meja komputer 2 buah 2 - - -
3.17. Meja/kursi tamu 1 set 1 - - -
89
4 Peralatan Lain
4.1. Komputer 2 buah - 1 1 -
4.2. Printer 2 buah 2 - - -
4.4. Sound
sistem/Wireless 1 buah 1
- - -
4.5. Dispenser 1 buah 1 - - -
4.7. Mesin ketik 1 buah - - 1 -
4.8. Kipas angin 1 buah 1 - - -
4.9. Tape 1 buah 1 - - -
5 Prasarana Lingkungan
6.1. Pagar 235 m² 235 m² - - -
6.2. lapangan 500 m² 500 m² - - -
6.3. Tempat parkir 300 m² 300 m² - - -
6 Perpustakaan
8.1. Jumlah Buku 100 Buku 100 - - -
8.2. Jumlah Buku Mapel 110 eks 110 - - -
8.3. Jumlah Buku Bacaan 220 eks 220 - - -
Dapat kita ketahui bahwa sarana dan prasarana di pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami masih sangatlah minim sehingga untuk menunjang
dalam keberhasilan pembelajaran juga kurang maksimal dan buku di
perpustakaanpun sangat minim sehingga siswa sangat sering
mendapatkan kesulitan untuk menambah wawasan dikarenakan minimnya
bacaan di perpustakaan, Siswa sebagian besar hanya mendapatkan
pembelajaran dan wawasan dari guru mereka.
B. Hasil Penelitian
1. Sterategi Kepemimpinan pondok pesantren dalam
membangun pondok pesantren Darul Qur’an Al
IslamiBatanghari
Setiap pemimpin pondok pesantren yang
menyelengarakan pendidikan formal maupun non-formal
90
hendaknya memiiki sebuah strategi pada setiap jabatan
kepemimpinan yang dia pimpin untuk membangun pondok
pesantren tidaklah mudah karena yang akan di bangun bukan
hanya bangunan sarana dan prasarana saja, akan tetapi yang
lebih penting membangun sebuah karakter atau hubungan antara
seorang pemimpin dengan warga pesantren di mana warga
pesantren tidak hanya meliputi orang-orang yang tinggal di
pesantren melainkan seluruh masyarakat baik itu di dalam,
disekitar dan di seluruh wilayah di mana tempat pesantren
tersebut di bangun. Berdasarkan observasi seorang pemimpin
pesantren memiliki tanggung jawab yang sangat besar pada
lingkungannya, sebagaimana seorang pemimpin pondok
pesantren mendapatkan sebuah kehormatan dengan sebutan
Kyai. Mendapatkan sebutan Seorang kyai berarti dia telah
memiliki ilmu agama yang cukup bagus dan diakui oleh warga
sekitarnya.128
Membangun sebuah pesantren bukanlah hal yang mudah
banyak proses yang harus dilakukan mulai dari menyiapkan
sarana dan prasarana yang mendukung seperti asrama, ruangan
belajar, ruangan sekolah dan yang paling penting para pendidik
yang profesional dan loyal, karena kegitan di pesantren memiliki
waktu yang cukup panjang jika di bandingkan dengan pendidikan
formal lainya seperti SMP/SMA, maka dari itu peran seorang kyai
sangat di butuhkan dalam membangun sebuah lembaga
pendidikan pesantren. Di pesantren Darul Qur’an Al Islami yang
perlu dibangun pada saat ini yaitu sebuah kepercayaan karena
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami sudah berdiri sejak 39
tahun yang lalu sehingga fasilitas asrama, ruang belajar,dan ruang
sekolah sudah tersedia bahkan banyak bangunan yang tidak
terpakai hanya saja yang perlu di lakukan dalam pesantren yaitu
128 Observasi , 2‐3 Januari 2019
91
sedikit pembenahan bangunan bangunan yang ada, karena lama
tidak di gunakan sehingga ada beberapa bangunan dan fasilitas
yang perlu di perbaiki akan tetapi ruangan yang masih layak
digunakan saat ini masih lumayan banyak dan lebih dari cukup
untuk menampung jumlah santri yang ada saat ini.129
Pondok Pesantren inipun sudah mencapai kejayaannya
dimana menjadi pondok yang sangat berpengaruh di Provinsi
Jambi karena kurikulum yang di gunakan penggabungan dari
pondok qur’an dan pondok modern serta penerapan bahasa asing
seperti arab dan inggris. namun setelah wafatnya KH. Mahfudz
Thoha pendiri awal dari pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
penurunan peserta didik sangat meningkat, sehingga pada tahun
2009-2010 pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami tidak memiliki
peserta didik, karena sistem pergantian kepemimpinan di pondok
seperti sistem kerajaan dimana anak tertua dan yang memiliki ilmu
agama yang memumpunilah yang menggantikan posisi Kyai maka
setelah KH. Mahfudz wafat, pondok di pimpin oleh saudara beliau
mengingat anak pertama beliau sudah memimpin pondok
pesantren yang ada di jawa tengah, setelah beberapa tahun
kemudian barulah di berikan kepada KH. Lutfillah Baidlowi
menantu dari anak perempuan KH. Mahfudz Thoha.130
Baru beberapa tahun beliau memimpin pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami sekitar pada tahun 2009 pondok sempat
vakum dikarenakan peserta didik kosong. Dan ini di sebabkan
karena beberapa faktor terutama hilangnya sosok pemimpin yang
di butuhkan pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami. Disinilah
KH. Lutfillah Baidlowi Membuat gebrakan untuk membuat minat
warga sekitar pondok menaruh kepercayaannya lagi hal pertama
yang dilakukan oleh beliau yaitu berbaur dengan warga sekitar
129 Wawancara dengan KH. Ibnu Umar, 3 januari 2019 130 Wawancara dengan KH. Abdullah Ibnu Umar, Rabu 23 Januari 2019
92
dan mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian.131 Mempimpin Pondok
pesantren dan untuk mencapai keberhasilan seseorang pemimpin
sangat bergantung pada kualitas kepemimpinannya dalam
mempengaruhi dan kerja sama dengan peran lain atau bawahnya
untuk mencapai tujuan. Hal ini menunjukkan perlu dilakukan oleh
semua anggota kelompok yang bergabung dalam hal ini warga
pondok pesantren.Kepala pondok pesantren sebagai leader harus
mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan
kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua
arah, dan mendelegasikan tugas sehingga hubungan komunikasi
dapat berjalan dengan baik sebagai mana yang disampaikan
KH.Lutfillah Baidlowi:
“Strategi kepemimpinan merupaka pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh bawahanya. Sehingga Gaya kepemimpinan menggambarakan kombinasi yang konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat dan sikap yag mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu, mementingkan untuk melakukan tugas, mementingkan menjalin hubungan kerja sama dan mementingkan hasil yang dicapai.”132Sehingga dalam mencapi sebuah tujuan haruslah memiliki visi dan misi yang satu pemikiran dengan setiap orang yang berada dalam lingkup lembaga tersebut. Seorang pemimpin haruslah mampu mengatasi semua permaslahan yang ada dalam sebuah lembaga dan yang terpenting adalah metode yang di gunakannya dapat berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuan dari lembaga tersebut. Ada pun metode yang di terapkan oleh KH. Lutfillah Baidlowi dalam pengembangan pesantren yaitu terfokus pada pengembangan komunikasi antara pihak pesantren dengan masyarakat sekitar.133 Konsep mengelola pesantren buakanlah pekerjaan yang
sangat mudah, harus kita ingat bahwa tidak ada konsep yang
mutlak rasional dan paling jitu di terapkan dalam sebuah lembaga
pesantren. Baik itu karena sejarah pertumbuhannya yang sangat
unik maupun karena tertinggalnya pesantren dari lembaga-
131 Ibid 132 Wawancara dengan KH. Lutfillah Baidlowi, Kamis 24 Januari 2019 133 Ibid
93
lembaga kemasyarakatan lainnya dalam melakukan kegiatan-
kegiatan teknis, bagaimanapu sistimatis dan metodisnya sebuah
konsep pesantren masih perlu perbaikan untuk generasi yang
akan datang. Untuk mencapai sebuah tujuan suatu lembaga
khususnya pada lembaga pesantren hal yang perlu untuk di
kembangkan yaitu manajemen dan juga komunikasi dimana
manajemen sendiri berpungsi untu membuat suatu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, dengan empat
tahap ini sebuah manajemen akan bergerak dengan baik,
tentunya hal itu bergantung pada tingkat kepemimpinan seorang
kyai.134
a. Strategi yang digunakan dalam membangun pondok
pesantren untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
Membangun hubungan dengan masyarakat pondok
pesantren harus dapat memakai strategi yang tepat sehingga
dapat mencapai tujuan dengan baik. Membangun hubungan ini
menjadi target utama bagi pondok pesantren Darul Qur’an
mengingat banyaknya kepercayaan yang hilang di kalangan
masyarakat khususnya sekitar pondok pesantren ini menjadi
faktor yang sangat besar dalam kemunduruan sebuah
lembaga pesantren sehingga ada beberapa upaya yang di
lakukan oleh pihak pesantren untuk membangun sebuah
kepercayaan tersebut.135
Adapun strategi yang di lakukan oleh pihak pesantren salah
satunya adalah mengadakan kegiatan pengajian rutin setiap
per satu minggu, satu bulan, dan satu tahun sekali dimana
kegiatan tersebut melibatkan seluruh warga pesantren dan
masyarakat sekitar pesantren termasuk para wali murid dan
134 Wawancara dengan kepala Aliyah, 26 Januari 2019 135 Ibid
94
untuk kegiatan pengajian per minggu itu hanya di ikuti oleh
para masyarakat di sekitar pondok khususnya tetangga
pondok pesantren, hal ini dibenarkan dari seorang warga yang
mengikuti kegiatan tersebut.
“kami merasa senang dapat mengikuti kegiatan pengajian rutin ini karena kami yang tua-tua ini sangat membutuhkan tambahan tambahan ilmu akhirat, dengan adanya pengajian ini kami bisa lebih mendalami ilmu agama”136 akan tetapi pengajian ini sering terkendala dengan kesibukan pimpinan pondok pesantren sehingga untuk pengajian mingguan ini sering tidak berjalan sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan oleh pihak pesantren.”137 Kemudian penulis mengkonfirmasikan hal diatas
kepada pihak pesantren dan pimpinan pesantren menyatakan
bahwa hal semacam ini sering terjadi karena ada beberapa
kegiatan yang harus beliau ikuti seperti persiapan MTQ karena
kebetulan beliau mendapat kepercayaan untuk menjadi pelatih
di tingkat kabupaten sehingga jadwal pengajian ini sering
terganggu dan beliau sudah mulai akan merancang untuk
melibatkan para ustadz dalam kegiatan ini agar dapat mengisi
pengajian tersebut ketika beliau sedang sibuk.138
Sedangkan untuk pengajian bulanan, itu melibatkan
masyarakat kampung dengan para wali santri kegiatan ini
bertujuan untuk memperkenalkan bakat bakat santri seperti
pidato 3 bahasa, hafalan ayat-ayat quran dan diskusi antara
wali santri dan masyarakat diwilayah pesantren dengan
pimpinan pondok pesantren, ini adalah strategi yang sangat
bagus untuk memberikan kepercayaan baru terhadap
masyarakat dan menciptakan hubungan yang harmonis hal
senada di ucapkan oleh wali santri:
136 Wawancara dengan warga. 30 Januari 2019 137 ibid 138 Wawancara dengan KH. Lutfillah Baidlowi, 31 Januari 2019
95
“saya sangat mendukung kegiatan seperti ini dimana kita bisa
melihat hasil dari apa yang anak-anak kita pelajari dipondok
pesantren dan ada kebanggaan yang sangat luar biasa dalam
diri kami dan kamipun senang bisa saling berdiskusi dengan
pihak pesantren dan warga sekitar pondok peasantren.139
Lebih lanjut dikatakan oleh santri pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami bahwa dia merasa sangat senang bisa tampil
dihadapan para wali santri khususnya di depan orang tuanya
sendiri karena dengan kegiatan ini dia bisa menunjukan kalau
dia memang betul-betul belajar di pondok pesantren,140
dengan adanya kegiatan pengajian bulanan ini juga dapat
menciptakan suatu kepercaayaan baru pada para masyarakat
untuk memasukakan anaknya ke pondok pesantren. Setelah
Penulis melakukan wawancara dari beberapa orang di atas
ada hal yang menarik setelah mewawancarai salah satu dari
wali santri yang kecewa karena anaknya tidak pernah tampil
pada setiap kegiatan pengajian tersebut.
“beliau menyampaikan bahwa sistem pergantiannya kurang adil karena anak beliau tidak pernah dapat giliran untuk tampil sehingga beliau agak kecewa padahal anak beliau sudah duduk di kelas 9 tsanawiyah harusnya dia sudah tampil akan tetapi dia tidak kunjung tampil beliau merasa kecewa tapi agak sungkan untuk menanyakannya.”141 Setelah penulis konfirmasi dengan ustadz yang terlibat dalam
setiap kegiataan ini ternyata memang benar anak bapak
tersebut tidak pernah tampil dikarenakan bukan karena
sistemnya yang tidak adil akan tetapi karena anak bapak
tersebut agak pemalas dan setiap di berikan tugas tidak
pernah di respond dan di kerjakan dengan baik dan suka
139 Wawancara dengan walisantri, 2 Februari 2019 140 Wawancara dengan santri kelas 8 tsanawiyah , 2 Februari 2019 141 Wawancara dengan walisantri, 2 Februari 2019
96
keluar dari pesantren tanpa izin sehingga memang banyak
tertinggal pelajaran-pelajaran pondok.142
Berdasarkan pengamatan dari kegiatan pondok pesantren
memang proses pembelajaran di pondok pesantrenpun perlu
pembenahan yang sangat banyak karena minimnya ustadz
dan ustazah yang tinggal di dalam pesantren sehingga
pengawasan dan pengembangan bakat menjadi masalah buat
para santri walau pun demikian pihak pesantren telah
memaksimalkan setiap kegiatan yang ada di pondok
pesantren.143
“Wawancara dengan ustadz Maimuri, kegiatan di pesantren sudah cukup maksimal yang perlu di maksimalkan lagi adalah sosialisasi terhadap masyarakat karena menciptakan kepercayaan yang pernah ada dan kemudian hilang itu lebih sulit dari pada membangunnya dari awal lagi kita disini berusaha untuk membuat para santri bisa mengembangkan bakatnya dan juga pemahamannya terhadap Al Qur’an dan agamanya walaupun tingkat kesulitan pada kenakalan anak sekarang yang semakin meningkat pesat.”144
Adapun hasil pengamatan penulis di lapangan,
kegiatan di dalam pesantren semua sudah terjadwal dengan
rapi dan kegiatan santri lebih disibukan dengan menghafal Al-
Qur’an dan juga kegiatan lainnya sebagai penunjang, hal ini
memang menjadi kurikulum yang di kembangkan oleh pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami sejak awal berdirinya pondok
hingga sekarang. Dengan padatnya jadwal yang ada sehingga
ruang untuk bersantai sangat minim, jika di bandingkan
dengan sekolah di lingkungan pemerintah pondok pesantren
lebih memiliki keunggulan dalam bidang pembentukan
karakter, walaupun dalam prakteknya masih ada beberapa
santri yang memang susah untuk diatur, karena tingkat 142 Wawncara dengan ustadzz pondok pesantren, 2 Februari 2019 143 Observasi, 3 Februari 2019 144 Wawancara dengan Ustadzz Maimuri, 3 Februari 2019
97
kenakalan anak yang semakin meningkat, akan tetapi hal ini
menjadi tantangan tersendiri untuk pihak pesantren agar bisa
konsisten dalam mengembangkan karakter-karakter santri
masa kini sebagai mana yang di ungkapkan oleh kepala
sekolah aliyah sekaligus kordinator bidang Pembina asrama,
KH. Abdulah Ibnu Umar :
“ Memang dengan pesatnya perkembangan teknologi pada masa ini kita sebagai pendidik hampir kuwalahan dalam mencegah masuknya informasi yang datang dari luar dimana sifat dari informasi tersebut sangatlah merusak fikiran-fikiran para santri walaupun kita sudah berusaha membuat aturan dengan larangan mengakses dan membawa HP ke asrama akan tetapi hal ini masih kurang efisien karena ketika walisantri datang mereka tetap bisa memakai HP walisantri tersebut sehingga informasi dari luar tetap masuk, adapun maksud kami melarang mereka bukan karena untuk membatasi informasi terkini hanya untuk mencegah agar hal-hal buruk yang terjadi pada kenakalan remaja di luar tidak diikuti oleh para santri untuk informasi seputar kejadian di dunia pendidikan, kamipun sudah menyediakannya yang di kordinatori oleh Pembina OSIS sehingga informasi yang mereka dapat sudah di periksa dan dapat diterima dengan baik oleh para santri.145 Selanjutnya metode yang dilakukan oleh pihak
pesantren yaitu mengadakan safari ramadhan dan mengikuti
kegiatan MTQ Di setiap wilayah tempat tinggal para santri,
sedangkan safari ramadhan ini di lakukan setiap awal bulan
ramadhan yang di kordinatori oleh ustadz maimuri pesantren
menjadwalkan di setiap tempat tinggal para santri dengan
strategi menampilkan bakat para santri di wilayahnya sendiri di
depan warga kampung setelah melaksanakan shalat tarawih
berjamaah. Hal ini di jelaskan oleh ustadz maimuri:
“ saya menginginkan agar masyarakat mulai memberikan kepercayaannya terhadap kami dengan strategi safari ramadhan ini kami berharap para warga mulai memandang bahwa pondok pesantren kita masih mampu memberikan lulusan yang berguna dan berprestasi, sehingga mereka mau
145Observasi dan Wawancara dengan Kepala Sekolah Aliyah, 3 Febuari 2019
98
memasukkan putra putrinya ke pesantren kami. Selain di wilayah tempat tinggal santri kami juga memfokuskan kegiatan ini di wilayah sekitar pesantren seperti di mushola-mushola di wilayah kelurahan sridadi.146 hal ini di sangat di respon oleh masyarakat sekitar kelurahan
sridadi sebagaimana yang diungkapkan salah satu warga
setempat:
“ kami sangat mendukung kegiatan yang di lakukan oleh pihak pesantren sehingga setelah shalat tarawih yang biasanya warga langsung pulang dan di lanjutkan dengan tadarus tapi denga kehadiran para ustadz dan santri ini sedikit menambah kegiatan kami setelah sahalat tarawih dan dengan melihat para santri tampil kami merasa bahwa pesantren Darul Qur’an mulai membentuk sebuah kepercayaan baru terhadap kami yang sudah lama menantikan hubungan yang baik ini, dan yang lebih menariknya lagi setelah para santri tmpil di hadpan kami ustadz yang membawa mereka memberika kesimpulan dan mauidzatul hasanah kepada kami, warga di sridadi ini memang sangat antusias ketika ada pelaksanaan keagamaan seperti pengajian-pengajian”147 Hal senada di ungkapkan oleh para santri mereka
sangat gembira bisa mengikuti kegiatan safari tersebut
sehingga mereka bisa tampil di hadapan para warga jadi
mereka bisa mendapatkan pengalaman lansung khususnya
ketika berbicara di depan para warga, ini menjadikan saya
sebuah motivasi baru dan pengalaman baru ketika kita harus
berbicara tentang agama di hadapan para warga dimana
biasanya kami hanya tampil di hadapan kawan kawan santri
dan kegiatan ini sangat menabah pengalaman yang luar biasa
untuk kami dalam menghadapi masyarakat dikemudian hari.148
Sedangkan Ustadz Bambang Nurjaman
menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini menjadi agenda
rutin kami dan kami akan selalu memperluas wilayah
146 Wawancara dengan ustadzz maimuri, 4 Februari 2019 147 Wawancara dengan warga, 6 Februari 2019 148 Wawancara dengan santri kelas 8 Tsanawiyah, 6 Februari 2019
99
kunjungan safari tersebut karena dengan luasnya wilayah yang
kita kunjungi maka akan semakin banyak orang yang
mengetahui bahwa pondok pesantren kita sudah mulai
berbenah dan exis kembali dan juga siap mengeluarkan
lulusan yang kompetitif serta bermanfaat untuk masyarakat.149
Sedangkan dari pengamatan penulis memang podok
pesantren sudah berusaha dengan maksimal walaupun
terkadang banyak kendala-kendala yang di hadapi di setiap
kegiatan tapi hal ini tetap di laksanakan salah satunya target
yang agak susah di lakukan yaitu kegiatan gotongroyong pada
dasarnya kegiatan ini sangat membatu pihak pesantren dalam
menjaga kebersihan di karenakan luasnya wilayah pesantren
maka memang dengan kegiatan ini sangat membatu untuk
pihak pesantren akan tetapi pada kegiatan gotongroyong ini
sering tidak terlaksana padahal peaksanaanya hanya
dilakukan pertiga bulan sekali untuk warga dan dua bulan
sekali untuk walisantri tapi masih sulit untuk mencapai kata
maksimal hal ini di jelaskan oleh wakil pimpinan pondok
pesantren KH. Abdullah Ibnu Umar:
“ saya memang menyadari bahwa untuk kegiatan yang satu ini mungkin bisa dibilang berat karena kita mengambil waktu para walisantri dan masyarakat pada jam mereka sibuk bekerja, walaupun kita buat jadwal itu dihari minggu akan tetapi berhubung masyarakat dan walisantri hampir semuanya petani karet, jadi mereka tidak memiliki waktu libur. Sehingga ketika kita kirimkan undangan ada sebagian wali santri dan masyarakat tidak ikut hadir.150 Dari hasil wawancara dengan salah satu warga:
“ kami selalu dapat undangan ketika ada kegiatan apapun di pondok pesantren termasuk kegiatan gotongroyong yang dilakukan pertiga bulan tersebut akan tetapi karena kesibukan yang kami punya kami tidak dapat menghadiri kegiatan
149 Wawancara dengan ustadzz Bambang nurjaman, 6 Februari 2019 150 Wawancara dengan KH. Abdullah Ibnu Umar, 7 Februari 2019
100
tersebut walau demikian kami sebenarnya sangat mendukung kegiatan ini dimana ini juga termaksuk dari kegiatan sosial dan kami bisa mengenal pihak pesantren lebih dalam lagi tapi entah kenapa jadwal yang di buat oleh pihak pesantren agak bertumburan dengan jadwal kami, walaupun salah satu dari kami ada yang tidak hadir tapi masih ada sebagian yang memang hadir karena sejak awal pondok pesantren ini di bangun dan didirikan kami selalu diajak oleh pihak pesantren untuk bergotong royong.151 Sedangkan dari pengamatan penulis memang ketika
kegiatan gotongroyong untuk jadwal warga sangat berbeda
ketika kegiatan gotongroyong para wali santri dimana ketika
jadwal warga gotongroyong itu lebih sedikit yang hadir
ketimbang jadwal kegiatan gotongroyong wali santri mungkin
ini disebabkan karena adanya rasa tanggung jawab oleh
walisantri karena anaknya tinggal di pesantren dan beda
dengan warga karena mereka tidak merasa ada beban.152
Dari hasil wawancara dengan walisantri memang
benar mereka lebih memiliki tanggung jawab yang besar untuk
kepedulian terhadap pondok pesantren karena anak anak kami
belajar dan menimba ilmu agama bahkan tinggal di pondok
pesantren ini jadi ketika ada kegiatan apapun termaksuklah
kegiatan gotongroyong ini kami sangat antusias ini demi
kebersihan kita bersama dan jika kegiatan ini tidak ada kami
sangat menyayangkan mengingat karena lokasi pondok yang
luas dan santri yang ada masih sedikit jadi tidak munggkin di
bersihkan sendiri tanpa ada campurtangan orang lain.153
Seorang pemimpin harus memilik strategi untuk
mengembangkan sebuah lembaga karena dengan strategi
yang bagus maka lembaga akan mencapai tunjuannya dengan
maksimal. Selain terfokus pada penciptaan hubungan dengan
151 Wawancara dengan warga, 7 Februari 2019 152 Observasi , 10 Februari 2019 153 Wawancra dengan wali santri, 10 Februari 2019
101
masyarakat untuk memulihkan kepercayaan mereka pimpinan
pesantren juga memiliki beberapa strategi yaitu dengan
meningkatkan kualitas para santri di bidang tahfiz dan seni,
sedangkan seni yang di kembangkan meliputi seni baca qur’an
dengan metode tartil dan qiraah, seni tulis arab seperti
kaligrafi, juga seni berbicara seperti berpidato dimana
semuanya di rangkai menurut bakat mereka masing-masing
sehingga para santri dapat memahami kemampuan diri
mereka sebagaimana beberapa santri ada yang begitu
semngat mengikuti setiap kegiatan tersebut hal ini di jelaskan
oleh salah satu santri kelas X Aliyah
“ saya sangat senang bisa belajar beberapa seni untuk membaca al-Qur’an di pondok pesantren ini sehingga saya bisa mengembangkan bakat saya khususnya membaca al-Qur’an karena di kampung saya setiap ada kegitan keagamaan pasti di butuhkan seorang untuk membaca al-Qur’an dengan suara yang bagus sehingga beban untuk para alumni pondok pesantren yang dianggap mampu akan selalu di gunakan dan saya ingin membanggakan orang tua saya dengan tampil di hadapan masyarakat.154 Hal seperti ini sangat penting untuk diperhatikan
karena ketika alumni pesantren dapat berguna bagi para
masyrakat di daerah mereka maka dampak untuk
perkembangan pondok pesantren akan sangat baik karena
masyrakat percaya bahwa pondok pesantren memiliki kualitas
yang bagus, dari hal seperti ini kepercayaan masyarakat akan
meninggkat terhadapa aktivitas dan kegiatan pondok
pesantren sehingga mereka akan lebih memilih
menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren yang
berkualitas mengingat perkembangan zaman yang sangat
cepat dan kemajuan teknologi yang pesat sehingga
perkembangan anak akan semakin cepat jika tidak di berikan
154 Wawancara dengan santri Pondok Pesantren Darul Qur’an Al islami, 10 februari 2019
102
dasar agama yang kuat dapat berpengaruh pada
perkembangannya di masa remaja mereka dan solusi yang
tepat adalah menyekolahkan mereka ke pondok pesantren
yang memiliki kualitas. 155 dari hasil observasi kegiatan untuk
pengembangan diri dilakukan setiap satu kali dalam satu
minggu mengingat padatnya jadwal kegiatan santri sehingga
kegiatan ini dilaksanakan pada sabtu siang di mulai dari ba’da
dzuhur hingga berakhir pada minggu malam dan guru yang
mengajar keiatan ini khusus di amabil dari orang-orang yang
memiliki kemampuan dalam bidangnya masing-masing
sehingga kegiatan inipun selalu berjalan dengan baik dan
diikuti oleh para santri dengan teratur.156
Pelaksanaan pembangunan yang selalu
mengedepankan partisipasi serta peran aktif masyarakat
dalam prosesnya, di perlukan suatu pola atau sebuah model
komunikasi yang tepat model tersebut bergantung pada kultur
dan kondisi masyarakat sekitarnya, dan komunikasi yang
paling tepat adalah komunikasi persuasive dengan model
interpersonal yang konvergen. Model ini akan memberikan
peluang yang luas untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
dalam merencanakan sampai pada evaluasinya.
b. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
Pada sebuah lembaga pendidikan baik itu formal
ataupun informal akan memiliki beberapa kendala pada setiap
pembangunannya baik dalam pembangunan secara fisik
ataupun secana non fisik seperti proses pembangunan sebuah
155 Wawancara dengan ustadzz maimuri, 10 Februari 2019 156 Observasi, 9 Februari 2019
103
hubungan dengan masyrakat dalam setiap lembaga dan hal
ini tidak bisa di hilangkan begitu saja karena setiap aktivitas di
dunia ini akan selalu ada rintangan yang datang dan untuk
menghadapi rintangan tersebut, kita harus bisa menyikapinya
dengan baik dan membuat halangan tersebut menjadikan
sebuah peluang yang bagus untuk diri sendiri, dari hasil
observasi ada beberapa dampak yang menghambat
pengembangan pondok pesantren dalam menjalin hubungan
dengan masyarakat, salah satuya kurangnya tenaga ahli
dalam bidang hubungan antara masyarakat yang biasa di
sebut dengan humas, hal ini memang sangat berpengaruh
untuk perkembangan pesantren. Seyogyanya sebuah lembaga
pesantren harus memiliki tenaga yang khusus untuk menjalin
hubungan dengan masyarakat walaupun pengaruh ini biasa di
pegang langsung oleh seorang pimpinan pondok pesantren
akan tetapi jika hal ini tidak bisa dilakaukan seorang pimpian
maka yang paling penting adalah menugaskan tenaga akhli
dalam bidang hubungan masyarakat, mengingat pimpinan
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami memiliki sifat
pendiam. Sehinga perlu seorang yang memiliki keahlian di
bidang humas tersebut.157
Dari hasil wawancara dengan pimpinan pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami memang beliau sudah
berusaha dengan maksimal untuk melakukan sosialisasi
kepada warga sekitar pondok pesantren karna waktu yang
sangat terbatas sehingga untuk melakukan hal tersebut sedikit
terkendala, sehingga untuk urusan ini kami dulu memiliki
ustadz yang berkemampuan di bidang ini tapi berhubung
ustadz tersebut pindah di karenakan satu hal sehingga
sekarang kami sedang berusaha memaksimalkan ustadz yang
157 Observasi, 13 Februari 2019
104
ada agar mereka bisa menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat sekitar tapi walau demikian peran pemimpin
sangat penting sehingga dengan segala kemampuan kami
akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kualitas diri kami masing-masing.158
Sedangkan hasil wawancara dengan salah satu
warga yang dulu pernah menjadi guru di Pondok pesantren
Darul Qur’an mengatakan bahwa kepemimpinan pondok yang
sekarang dengan yang dulu sangat berbeda, ketika pondok
pesantren ini di pimpin oleh almukarom almarhum KH.
Mahfudz Thoha beliau memiliki kemampuan dalam menjalin
hubungan dengan masyarakat sehingga banyak masyrakat
bahkan pejabat pemerintah percaya dengan beliau dan pada
masa beliau memimpin pondok, beliau selalu berkunjung dan
silaturahim kepada lingkungan di sekitar pondok pesantren
khususnya para pembesar atau ulama di wilayah pesantren
dan beliau tidak membeda bedakan status dari setiap orang
yang beliau temui bahkan ketika beliau diundang untuk
pengajian yang sederhana saja beliau sempatkan datang
sehingga warga sangat terkesan dengan sikap beliau, dan
begitu juga beliau selalu melakukan silaturahmi ke pesantren-
pesantren di wilayah jambi sehingga hubungan dengan
pesantren lain juga bagus dan beliau memiliki karakter yang
aktif sehingga memudahkan beliau dalam membangun sebuah
kepercayaan.159
Dari hasil observasi ternyata pimpinan yang sekarang
memang lebih aktif di dalam pondok pesantren dari pada
melakukan kegiatan dengan masyarakat seperti pengajianyang
diadakan oleh masyrakat dan ketika beliau di undang beliau
158 Wawancara dengan pimpinan pondok pesantren, 13 Februarri 2019 159 Wawancara dengan warga Sridadi, 15 Februari 2019
105
jarang menghadiri acara tersebut. Seperti pengajian isa’ mi’raj
yang di laksanakan di masjid akbar Kelurahan Sridadi dari
pihak pesantren tidak ada yang menghadiri acara tersebut.160
Dapat dilihat dari hasil wawancara dari ustadz pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami:
“ memang terkadang kami tidak hadir ketika ada undangan mengingat kegiatan di pondok yang semakin padat dan kami masih kekurangan guru untuk mengajar di sini karena jumlah guru yang ada di pondok hanya dua orang ustadz sehingga pimpinan juga ikut membantu untuk setiap kegiatan yang berjalan di pondok sehingga terkadang beliau tidak dapat menghadiri undangan warga sekitar dikarenakan kekgiatan kami disini juga masih kekurangan tenaga pendidik untuk guru asrama, dan kebetulan setiap acara yang dilakukan di wilayah ini habis magrib dimana jadwal itu bertabrakan dengan setoran wajib bagi para santri yang menghafal al-Qur’an sehingga tidak bisa di wakilkan oleh ustadz yang ada karena khusus untuk program hafalan ini langsung di pegang oleh pimpinan pondok pesantren.161 Sedangkan hasil observasi, kegiatan menghafal Al Qur’an
menjadi faktor utama dari tujuan pondok pesantren ini didirikan
karena untuk menciptakan luluasan yang dapat menghafal dan
memahami Al Qur’an sehingga perlu pembinaan yang ekstra
terhadap para santri dalam bidang ini sehingga ketika di waktu
ini pimpinan agak berat meninggalkan santri untuk kegiatan di
luar.162
Walau demikian pimpinan pondok tetap berusaha untuk
menghadiri setiap undangan yang datang kepada beliau
mengingat itu juga penting dilaksanakan agar para masyarakat
memiliki simpati yang tinggi terhadap pesantren maka satu
satunya jalan adalah selalu berbaur dengan para warga tanpa
memilih dan membedakan satu dengan yang lainya. Sebagai
mana yang di sampaikan pimpinan pondok
160 Observasi, 1 Februari s/d 10 Maret 2019 161 Wawancara dengan ustadzz pondok pesantren, 16 februari 2019 162 Observasi, 16 februari 2019
106
” sejak saat pondok ini di dirikan saya sudah menjadi pengajar di sini hingga sekarang saya menjadi pimpinannya ada beberapa perbedaan ketika menjadi seorang guru dan ketika menjadi seorang pemimpin. Ketika menjadi seorang guru tanggun jawabnya hanya satu yaitu murid sedangkan untuk menjadi seorang pemimpin pondok pesantren tangung jawab semakin bertambah bukan hanya murid akan tetapi semua aspek yang ada pada pensantren mulai dari murid hingga masyarakat sehigga ketika ada undangan datang di waktu mengajar saya agak berat untuk meninggalkan murid tetapi disisi lain kami belum memiliki sosok yang bisa menangani setiap permasalah yang ada dalam masyarakat.163
Sedangakan dari hasil observasi tentang penghambat dari
membangun pondok pesantren pada sebuah hubungan antara
masyarakat adalah kesadaran terhadap tantangan karena
sedikitnya kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan
yang dihadapi oleh pesantren terutama tantangan yang muncul
di kalangan masyarakat sekarang sehingga pihak pesantren
tidak maksimal dalam menciptakan sebuah strategi yang jitu,
kemudian struktur pondok pesantren yang beku, bekunya
struktur sarana dan prasarana yang dihadapi oleh pesantren
baik berupa sarana yang bersifat manajemen pemimpin yang
terampil maupun sarana material lainya, dan masih berada
pada kuantitas yang terbatas keterbatasan ini lah yang menjadi
akibat tidak mungkinnya dilakukan penanganan secara
menyeluruh, dan kelemahan pondok pesantren dapat dilihat
dari :
1) Kurangnya mengikuti perkembangan khususnya
perkembangan problematika dikalangan masyarakat
2) Sarana dan prasarana yang terbatas sebaiknya walaupun
sarana dan prasarananya terbatas tetapi pondok harus
mampu memberikan manfaat yang besar seperti pondok
pondok lainnya.
163 Wawancara dengan pimpinan pesantren, 16 Februari 2019
107
3) Sikap otoriter lebih dominan muncul dan sering
kemunculannya tidak proposional dalam pengelolaanya
tidak mudah menerim pembaharuan dari luar dan terkesan
ekslusif.
4) Kualitas pondok yang menurun dan kurangnya
pembenahan secara signifikan oleh pihak pesantren.
5) Pengelolaan manajemen yang masih di bawah setandar
menyebabkan lambatnya dalam menciptakan kepercayaan
terhadap masyarakat.164
Sedangkan faktor yang dapat mendukung dalam
pembangunan pondok peantren Darul Qur’an Al Islami bisa
dilihat dari beberapa aspek mulai dari pengelolaan pondok
pesantren dan hubungan yang sudah dibentuk, dukungan
kepada pondok pesantren masih sangat tinggi walaupun ada
yang sudah hilang kepercayaannya akan tetapi masih banyak
yang berharap dan berjuang agar pesantren dapat
mengembalikan sebuah kepercayaan tersebut khususnya di
kalangan alumni seperti wawancara dengan salah satu alumni
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami:
“Pondok ini memiliki potensi yang besar asalkan dalam pengelolaannya di perbaiki secara menyeluruh kami sebagai alumni akan selalu mendukung dalam menciptakan kepercayaan itu karena alumni sangat berperan penting dalam menyebarkan informasi sehingga kami bisa turut membantu dengan catatan di dalam lembaga harus memiliki sebuah gebrakan baru, sehingga kepercayaan kami tidak hilang lagi karena sangat disayangkan pesantren yang begitu besar harus hilang kami akan selalu mendukung kegiatan yang di lakukan oleh pihak pesantren asalkan itu dapat membangun pondok pesantren khususnya untuk menciptakan kepercayaan yang hilang di kalangan masyarakat.165
164 Observasi, 16 Februari 2019 165 Wawancara dengan salah satu alumni pesantren, 20 Februari 2019
108
Sedangkang dari wawancara dengan salah satu warga juga
memberikan dukungan yang penuh dengan catatan pihak
pesantren harus konsisten dalam membuat program sebagai
mana seperti yang di katakana oleh salah satu warga yang
tinggal di dekat pesantren
“Saya merasa pondok ini masih memiliki potensi yang cukup besar untuk bangkit kembali seperti dahulu kala asalkan kepengurusan yang ada didalam pesantren bisa di perbaiki sehingga kita bisa memberikan nilai yang baik untuk setiap kegiatan kegiatan yang berlangsung dan kami pun semangat untuk membantu asalkan pihak pondok pesantren bisa memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat dan kami juga akan selalu siap mencurahkan fikiran dan tenaga kami karena pondok ini memiliki sejarah yang begitu berarti untuk kami sebagai warga di sekitar pondok pesantren ini.166
Sebagai suatu lembaga yang bergerak pada bidang
pendidikan agama pengembangan pesantren harus terus di
dorong karena pembangunan pesantren tidak terlepas dari
berbagai kendala yang harus di hadapi apa lagi saat ini dunia
secara dinamis menunjukkan perkembangan secara cepat,
baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap pesantren dan dapat
dilihat ada beberapa hal yang perlu dihadapi oleh pesantren
dalam melakukan pengembangannya hal tersebut adalah :
1) Image pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang
tradisional, dan tidak modern melahirkan pola fikir di
kalangan masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren
hal seperti ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi
pendidikan pesantren sehingga pesantrenbisa berkreasi
dalam mengembangkan lembaga tersebut.
2) Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih belum
memadai, seperti dari segi bangunannya, walaupun pada 166 Wawancara dengan salah satu warga sekitar, 21 February 2019
109
masanya sudah terlihat lengkap karena sudah lama tidak di
gunakan sehingga bangunan yang ada tidak layak di
gunakan lagi dan perlu di renovasi ulang, selama ini
kehidupan di pesantren yang penuh dengan
kesederhanaan dan kebersahajaan tampak masih
memerlukan tingkat penyadaran yang sangat tinggi dalam
melaksanakan pola hidup yang bersih dan sehat, ini juga
bisa di pengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin
pesat sehingga pemahaman dalam kesederhanaan agak
sdikit memiliki hambatan yang sangat besar.
3) Sumber daya manusia juga adalah suatu yang sangat
penting dalam pengembangan dunia pesantren walau pun
terkadang sumber daya manusia tidak dapat diragukan lagi,
tetapi daram rangka meningkatkan eksistensi dan peran
pondok pesantren dalam bidang kehidupan sosial dan
masyarakat ini diperlukan perhatian yang sangat serius
karena jika dalam sebuah lembaga pesantren kekurangan
sumberdaya manusianya maka kesulitan untuk mencapai
tujuan pengembangan pesantren akan menjadi lambat.
Dan dalam lembaga pesantren juga harus memperhatikan
penyediaan dan peningkatan sumber daya manusian dalam
bidang manajemen kelembagaan, serta bidang bidang
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Hal serupa
juga disampaikan oleh seorang alumni “ bahwa pondok
pesantren darul qur’an harus memiliki sumberdaya manusia
yang cukup dalam setiap bidangnya karena ini akan
berpengaruh pada keajuan pesantren jika pondok
pesantren dapat menyediakan sumberdaya yang sesuai
dengan kebutuhan yang di perlukan maka kemungkinan
dalam keberhasilannya akan besar, sehingga pada
prakteknya dalam lembaga ini saling menutupi kekurangan
110
dan kelemahan satu dengan yang lainya, untuk mencapai
satu tujuan yaitu membuat pondok pesantren darul qur’an
Berjaya kembali seperti masa lalu.167
4) Manajemen kelembagaan merupakan unsure yang penting
dan harus selalu di perhatikan karena untuk pengelolaan
pondok pesantren agar tetap berjalan stabil. Pada saat ini
sebagian besar pondok pesantren masih terlihat
pengelolaannya secara tradisional apalagi dalam
penguasaan informasi dan teknologi yang masih sangat
belum optimal hal seperti ini bisa dilihat dari data base
santri dan para alumni pondok pesantren yang masih
kurang terstruktur, walau demikian usaha yang di lakukan
oleh pihak pesantren darul qur’an sudah sangat maksimal
di mana usaha dari pimpinan pondok yang selalu
memberikan saran kepada para guru muda untuk menggali
informasi dan teknologi yang sedang berkembang pada
saat ini dan di pilah untuk di gunakan dalam pesantren
sesuai dengan izin dari pimpinan pondok pesantren.168
5) Pembenahan administrasi memang tidaklah mudah untuk
memperbaiki sistem yang ada didala pesantren, sebab.
Masih di kelola dengan cara tradisional, walau demikian
pihat pesantren telah melakukan perubahan secara
maksimal dengan menggunakan bantuan tenaga akhli
dibidang administrasi yang mana hal ini di sebutkan oleh
staf TU pondok pesantren darul qur’an bahwa “ memang
agak sulit dalam menerapkan administrasi yang baik
karena data data lama tersimpan di buku dan bukunyapun
sulit di temukan karena penyimpanan yang dulu sering
berubah tempat dan gonta ganti staf shingga saat ini 167 Wawancara dengan salah satu alumni, 20 Februari 2019 168 Observasi , 15-21 Februari 2019
111
pendataan hanya dilakukan sesuai dengan data yang ada
sekarang sejak di mulainya lagi pada tahun 2010 walau
demikian untuk data base pesantren masih perlu perbaikan
yang sangat banyak karena sistem lama yang masih
kurang memadai, sehingga dengan kecangihan teknologi
saat ini bisa di perbaiki walaupun memerlukan waktu yang
cukup lama.169
6) Kemandirian ekonomi kelembagaan dalam pesantren selalu
menjadi kendala tersendiri dan ini dapat menimbulkan
halangan halangan dalam melakukan aktivitas pesantren,
baik yang berkaitan dengan kebutuhan pengembangan
pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian
pesantren,tidak sedikit pembangunan pesantren berjalan
dalam waktu lama yang hanya menunggu sumbangan atau
donasi dari pihak luar akan tetapi karena pondok pesantren
darul qur’an sudah memiliki asset tersendiri maka hal ini
sedikit berkurang dan juga pondok pesantren sudah
memiliki banyak ruangan hanya saja perlu sedikit di
renovasi agar layak di gunakan. Untuk ekonomi
kelembagaan pihak pesantren sudah memiliki beberapa
asset yang hasilnya bisa di buat untuk pembangunan
pesantren sebagai mana yang di jelaskan oleh pimpinan
pesantren “ pihak pesantren memiliki asset perkebunan
untuk membiayai kegiatan didalam pesantren asset ini
sudah ada sejak pondok pesantren didirikan karena
pemimpin yang lama memiliki strategi yang sangat bagus
seiring dengan dibukanya pesantren maka perkebunan
untuk asset pesantrenpun di buat strategi ini di rancang
untuk menjaga ekonomi pesantren agar tetap berjalan
dengan lancer setiap kegiatan yang ada dalam pesantren
169 Wawancara dengan staf TU Pondok Pesantren, 21 Februari 2019
112
dan ini selalu di fikirkan oleh pendiri awal pondok pesantren
Al marhum KH. Mahfud Thoha.170
7) Kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat
dimana masih berkonsentrasi dalam peningkatan wawasan
dan pengalaman keagaamaan santri dan masyarakat.
Apabila melihat tantangan kedepan yang semakin berat,
peningkatan kapasistas santri dan masyarakat tidak hanya
dalam bidang agama semata tetapi juga harus di
tambahkan dengan sebuah keahlian dan ketrampilan yang
baik.171
Pada sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren faktor
yang mendukung dan yang menghambat keduanya adalah
sebuah keunikan yang hadir pada setiap lembaga yang
sedang mengalami sebuah masa transisi sehinga kemampuan
seorang pemimpin sangatlah menentukan untuk mencapai
sebuah keberhasilan dimana pemimpin dituntut lebih siap
untuk mengambil sebuah keputusan penting pada setiap
masalah yang muncul di wilayah lembaga yang sedang dia
pimpin dan keputusan yang tepatlah yang perlu dilakukan dan
pertimbangan secara matang dalam setiap masalah yang ada
keunikan, sifat, keterampilan, dan ciri khas seorang pemimpin
juga berpengarauh untuk mengatasi setiap faktor-faktor
penghambat dalam pembangunan khususnya untuk menjalin
hubungan yang telah redup di mata masyarakat.
Adapun dengan sebuah strategi seorang pemimpi akan
mendapatkan kesempatan yang baik dalam mencapai
tujuannya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan
berguna untuk perkembangan pondok pesantren di priode
170 Wawancara dengan pimpinan pondok pesantren , 21 Februari 2019 171 Observasi , 20 Februari 2019
113
selanjutnya walau demikian pekerjaan rumah yang harus di
perhatikan seorang pemimpin pesantren yaitu harus bisa
membuka diri dan bergaul dengang masyarakat di sekeliling
wilayah pessantren dan juga menjadi individu terbaik bagi
institusi yang di pimpinnya, menjadi teladan pada
komunitasnya, memberikan kontribusi pada komuitas pada
kepemimpinannya, dari beberapa hal tersebut barulah dapat
menciptakan sebuah lembaga yang berpengaruh dan bernilai
di mata para masyarakat.
c. Upaya pimpinan pondok dalam membangun pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami
Lingkungan pondok pesantren meliputi santri, ustadz
dan masyarakat sekitar mereka semua merupakan individu
individu yang langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi
oleh perilaku pemimpin pesantren tersebut, kepemimpinan
seorang kyai di pondok pesantren lebih menekankan kepada
proses bimbingan, pembinaan, pengarahan dan kasih sayang
gaya yang di tampilkan oleh pemimpin juga bersifat kolektif.172
Dapat kita pahami bahwa kyai sebagai pemimpin
pesantren dalam membimbing para santri atau masyarakat
sekitarnya memakai pendekatan situasional hal ini Nampak
dalam interaksi antara kyai dengan para santrinya dalam
mendidik dan memberikan ilmunya, dan juga sebagai tempat
konsultasi masalah,sehingga secara tidak langsung kyai juga
berfungsi sebagai orang tua sekaligus guru yang dapat di
temui tanpa batas waktu oleh para santri, ustadz dan juga
masyarakat. Hal ini disampaikan oleh pimpinan pondok
pesantren darul qur’an “bahwa upaya yang beliau lakukan
untuk membangun sebuah kepercayaan pada masyarakat
172 Observasi, 15 Februari 2019
114
sudah di lakukan dengang menggunakan beberapa strategi
dan metode baik secara pendekatan antar individu juga
perkelompok walau terkadang masih belum maksimal dalam
pencapaian hasil akhirnya akan tetapi beliau menyebutkan
akan terus berusaha dalam meningkatkan kemampuan pada
setiap sumber daya manusia yang ada di pondok agar dapat
mencapai tujuan dan cita cita pondok pesantren.173
Hubungan pondok pesantren dan masyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan
dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pondok
pesantren. Dalam hal ini, pondok pesantren sebagai sistem
sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih
besar, yaitu masyarakat.
Pondok pesantren dan masyarakat mempunyai
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Masyarakat disebut kesatuan sosial
yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.
Kesatuan sosial mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya
ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat
dan sebagainya. Sehingga di dalam implementasi
pembangunan pondok pesantren Darul Qur’an berupaya
memanfaatkan ikatan-ikatan yang sebenarnya sudah ada,
hanya saja perlu dipertegas dan dipererat. Hal demikian coba
dilakukan dalam bentuk kerjasama baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Namun dalam pelaksanaannya muncul kendala yang
dapat peneliti deskripsikan sebagai berikut.
a. Belum terbangun komunikasi yang erat dan terarah antara
Pondok Pesantren dan masyarakat
173 Wawancara dengan KH. Lutfillah Baidlowi , 22 Februari 2019
115
Komunikasi merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam merencanakan dan memajukan pondok pesantren
yang melibatkan masyarakat di dalamnya. Dengan
komunikasi yang terbangun secara baik dan terorganisir,
proses perencanaan, pelaksanaan, pembiasaan,
pengawasan serta kontrol terhadap berbagai
perkembangan pondok pesantren akan dapat dilakukan
dengan efektif.
Pondok pesantren Darul Qur’an berdasarkan
wawancara, terungkap bahwa hubungan yang terbangun
antara pondok pesantren dan masyarakat belum
optimal.Sehingga optimalisasi kerjasama antara sekolah
dan masyarakat masih berjalan berdasarkan keinginan
masing-masing pihak, bukan berdasarkan keinginan
bersama yang telah disepakati bersama sebelumnya. Hal
tersebut dapat terungkap dari hasil wawancara berikut.
“Saluran-saluran komunikasi pondok pesantren ini dengan
masyarakat, memang belum sepenuhnya dapat terbangun.
Selama ini kita baru membangun komunikasi langsung
dengan masyarakat maupun komite, acara-acara yang kita
undang mereka untuk hadir. Terlebih lagi, untuk
pembangunan pondok dalam bentuk sebuah kepercayaan
para masyarakat sekitar, selain juga untuk mempererat
silaturahmi kita dengan masyarakat.”174
Kemudian, dengan pertanyaan yang sama berkaitan
dengan komunikasi antara sekolah dan masyarakat. Bapak
Ustadz Maimuri juga mengungkapkan:
“Komunikasi kita, guru-guru juga masyarakat sering dilakukan jika di pesantren kita adakan acara, selain itu jika kita mengadakan kunjungan untuk acara-acara yang
174 Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren, KH. Lutfillah Baidlowi, S.Ag 10 Februari 2019
116
diadakan masyarakat seperti pengajian di masjid, dan yasinan mingguan, dan lain-lain. selain itu, komunikasi yang kita bangun melalui telfon, juga kadang kita lakukan jika ada kepentingan misalnya berkaitan dengan kegiatan atau acara-acara di pondok pesantren ataupun yang lain.”175 Dilihat Dari wawancara diatas, terlihat belum
optimalnya pendayagunaan masyarakat dalam
membangun pondok pesantren sebagai sumber utama
dalam memulihkan sebuah kepercayaan yang hilang. Hal
demikian menuntut tindak lanjut dari pihak pondok
pesantren agar dapat kembali membangun hubungan,
saluran dan strategi hubungan masyarakat yang efektif
dengan masyarakat sekitar pondok pesantren.
Upaya yang lakukan pimpinan pondok pesantren
dalam menghadapi dan menyelesaikan kendala yang
dihadapi dalam membangun sebuah kepercayaan melalui
kerjasama dengan masyarakat adalah sebagai berikut.
a) Berupaya membangun hubungan masyarakat yang
efektif
Hubungan masyarakat sebagai salah satu faktor
penting dalam menciptakan sebuah kepercayaan
terhadap masyarakat dengan melibatkan
masyarakat di sekitar pondok pesantren darul Qur’an
selalu diupayakan untuk dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Namun, tidak bisa dihindarkan bahwa
komunikasi yang dibangun terkadang berjalan tidak
sesuai dengan harapan dan kurang efektif. Demikian
seperti yang diungkapkan Bapak KH. Abdullah Ibnuu
Umar M.Pd:
175 Wawancara dengan ustadz Maimuri, 12 Februari 2019.
117
“Hubngan kita dengan masyarakat selalu kita coba jaga, kita selalu mengundang tokoh masyarakat, warga sekitar jika ada kegiatan-kegiatan seperti PHBI, pengajian rutin bulanan, rapat komite dan lain-lain. Selain itu, jika dilihat ustadz sering duduk dan mengobrol dengan masyarakat. Komunikasi itu penting sekali, apalagi jika kita ingin melibatkan masyarakat itu untuk kita sama-sama membangun sebuah lembaga pendidikan. Tapi kita juga harus paham dengan latar belakang dan kesibukan masyarakat.”176 Berdasarkan observasi, ustadz sering
berinteraksi dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren. Interaksi dan komunikasi yang dilakukan
seperti pada saat kegiatan di pesantren sedang
istirahat. Beberapa ustadz mengobrol dengan
masyarakat yang berjualan di depan pondok
pesantren dan juga ada yang di depan halaman
warga, begitu pula dengan masyarakat yang hadir
dan bergabung ditempat masyarakat berjualan
tersebut.
Namun, dari beberapa observasi belum
menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan dan
dibangun belum terkait dengan langkah-langkah
strategis dalam membangun kepercayaan terhadap
pondok pesantren.Padahal, dalam kesempatan
seperti itu guru dapat mengajak dan bersosialisasi
dengan masyarakat untuk sama-sama
memperhatikan kemajuan pondok pesantren dengan
memberikan dukungan secara penuh.177
b) Mengaktifkan kegiatan kesantrian yang dapat
berperan langsung bagi masyarakat
176 Wawancara dengan wakil Kepala pimpinan pondok pesantren, 16 Februari 2019. 177Observasi Aktivitas dan Prilaku , ustadzz di Masyarakat, tanggal 10-15 Februari 2019.
118
Guna membangun iklim yang baik dengan
masyarakat sekitar madrasah, pimpinan pondok
pesantren Darul Qur’an mengupayakan agar warga
pondok pesantren dengan warga masyarakat tidak
ada dinding pembatas yang menghalangi dalam
proses pendidikan, dalam artian pondok pesantren
dan masyarakat dapat bekerjasama tanpa rasa
malu, sungkan maupun segan.
Pondok pesantren harus mencoba membuka
diri bagi masyarakat untuk dapat berperan bagi
kelangsungan dan keberhasilan pendidikan dengan
mencoba mengupayakan terlebih dahulu untuk
membuka ruang bagi terciptanya kedekatan dengan
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang positif
seperti safari safari pengajian yang melibatkan para
santri dan ustadz.
Kegiatan-kegiatan yang diupayakan adalah
kegiatan yang bernilai kepedulian, tanggung jawab,
kerjasama, keramahan, terhadap masyarakat.Hal
demikian dilakukan dengan asumsi dapat
membangun kepercayaan di kalangan masyarakat.
Dengan kegiatan tersebut, menurut pimpinan
pondok pesantren Darul Qur’an akan dapat menarik
perhatian serta kepedulian masyarakat kepada
pondok pesantren.178
C. Hasil Analis Penelitian
1. Strategi pimpinan pondok pesantren dalam membangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami
178 Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren, 17 februari 2019.
119
Pada sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren kyai
memiliki kekuasaan yang mutlak. Berjalan atau tidaknya
kegiatan pada suatu pesantren tergantung pada izin dan restu
seorang kyai. Untuk menjalankan kewibawaannya maka penting
seorang kyai mengetahui unsur dari sebuah kewibawaan
dimana kewibawaan memegang peran yang sangat penting
setiap upaya yang di lakukan oleh seorang kyai harus dapat
terealisasikan dengan baik jangan sampai memiliki celah yang
jelek khususnya dalam pandangan masyarakat karena akan
berakibat buruk untuk pesantren tersebut. Dari hasil penelitian
maka dapat di lihat dengan analisis swot berikut :
Tabel VII, Analisis Swot
Kelemahan
1. Kurangnya pimpinan dalam menggunakan
strategi untuk membangun hubungan
dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren
2. Kurangnya bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar pondok pesantren
3. kurangnya SDM dalam lembaga
Pendidikan
4. Out put santriwan dan santriwati pada
lembaga pendidikan belum sepenuhnya
bersaing dengan out put santriwan dan
santriwati lembaga pendidikan lainnya.
Keunggulan
1. Memadukan kurikulum pesantren salafy
dan modern
2. Sarana dan prasarana telah memadai
hanya sedikit perlu pembenahan
3. Mempelajari dan menghafal Al Qur’an
Tantangan 1. Membangun kembali kepercayaan
120
masyarakat terhadap pondok pesantren
Darul Qur’an
2. Menciptakan lulusan yang dapat bersaing
dengan lulusan lembaga pendidikan islam
lainnya
3. Memperbaiki kurikulum pondok pesantren
dan manajemen pondok pesantren
Peluang
1. Pimpinan dapat membangun hubungan
dengan masyarakat sekitar pondok
pesantren,
2. Pimpinan bisa mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren
3. Pondok pesantren bisa menciptakan
lulusan yang bisa bersaing dengan lulusan
lembaga pendidikan islam lainya.
Sehingga seorang pimpinan di tuntut memiliki strategi yang
bagus dalam menghadapi tantangan-tantangan di lembaga
pendidikan yang ia pimpin begitu pula yang terjadi pada
lembaga pendidikan pondok pesantren seorang kyai harus
mampu mengatasi setiap problem yang di miliki dalam lembaga
yang ia pimpin,sedangkan pada pondok pesantren Darul
Qur’an tantangan terbesar yang di hadapi oleh pimpinan adalah
menciptakan atau membangun kembali sebuah kepercayaan
dari para masyarakat, mengingat pondok pesantren Darul
Qur’an sudah melewati masa kejayaannya sehingga hal yang
mendasar adalah membangun kembali sebuah kepercayaan di
hati para masyarakat dan adapun strategi yang di gunakan oleh
pimpinan pondok pesantren adalah sebagai berikut :
121
1) Pimpinan pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
merencanakan kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian
rutin mingguan, bulanan, dan tahunan dimana kegiatan ini
melibatkan para masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut dan menampilkan kemampuan para
santri di dalam proses kegiatan tersebut sehingga menciptakan
kesan yang baik terhdap para masyarakat.
2) Merencanakan kegiatan Safari Ramadhan yang mana bertujuan
untuk melatih kemampuan para santri untuk berani tampil di
hadapan masyarakat sehingga memberikan pengaruh kepada
msyarakat dalam membangun kembali hubungan dank
epercayaan terhadap pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
3) Mengadakan kegiatan gotong royong yang melibatkan
masyarakat, ustadz/guru, santri dan para wali santri guna
menciptakan rasa kepedulian terhadap pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami sehingga semua orang yang ada dalam wilayah
pesantren dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis.
4) Mebuat perencanaan musyawarah dengan para wali santri,
komite, masyarakat dan juga melibatkan ustadz yang bermukim
di wilayah pondok pesantren dan langsung di pimpin oleh
pimpinan pondok pesantren, dan dalam pembahasannya
bersifat fleksibel menyesuaikan kebutuhan para masyarakat
dan juga pondok pesantren.
Beberapa strategi diatas yang telah di lakukan oleh
pimpinan pondok pesantren, jika kegiatan ini dilaksanakan
secara terus menerus dan konsisten maka tingkat kepercayaan
para masyarakat akan semakin meningkat dan berdampak pada
kemajuan terhadap pesantren sehingga pemerintahpun akan
ikut berparttisipasi kembali dalam membangun pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami untuk mencapai kejayaannya
kembali.
122
2. Faktor penghambat dan pendukung dalam membangun
pondok pesantren dalam menciptakan hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami
Lembaga pendidikan islam dalam proses pengembangan
dan pembangunannya akan selalu memiliki beberapa faktor
yang menghambat pada setiap prosesnya dan salah satu
penghabat dari membangun pondok pesantren pada sebuah
hubungan antara masyarakat adalah kesadaran terhadap
tantangan karena sedikitnya kemampuan untuk mengatasi
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pesantren terutama
tantangan yang muncul di kalangan masyarakat sekarang
sehingga pihak pesantren tidak maksimal dalam menciptakan
sebuah strategi yang jitu, kemudian struktur pondok pesantren
yang beku, bekunya struktur sarana dan prasarana yang
dihadapi oleh pesantren baik berupa sarana yang bersifat
manajemen pemimpin yang terampil maupun sarana material
lainya, dan masih berada pada kuantitas yang terbatas
keterbatasan ini lah yang menjadi akibat tidak mungkinnya
dilakukan penanganan secara menyeluruh, dan kelemahan
pondok pesantren dapat dilihat dari :
a. Kurangnya mengikuti perkembangan khususnya
perkembangan problematika dikalangan masyarakat
b. Sarana dan prasarana yang terbatas sebaiknya walaupun
sarana dan prasarananya terbatas tetapi pondok harus
mampu memberikan manfaat yang besar seperti pondok
pondok lainnya.
c. Sikaf otoriter lebih dominan muncul dan sering
kemunculannya tidak proposional dalam pengelolaanya tidak
mudah menerim pembaharuan dari luar dan terkesan
ekslusif.
123
d. Kualitas pondok yang menurun dan kurangnya pembenahan
secara signifikan oleh pihak pesantren.
e. Pengelolaan manajemen yang masih di bawah setandar
menyebabkan lambatnya dalam menciptakan kepercayaan
terhadap masyarakat.
Walaupun upaya sudah di lakukan Kendala pokok dalam
implementasi dan optimalisasi membangun pondok pesantren
yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat di sekitar
pondok pesantren darul qur’an berdasarkan temuan penelitian
yaitu:
Pertama, Belum terbangunnya hubungan masyarakat yang
erat dan terarah antara pesantren dan masyarakat. Komunikasi
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam merencanakan
dan menjalankan sebuah pendidikan yang melibatkan
masyarakat di dalamnya.Dengan komunikasi yang terbangun
secara baik dan terorganisir, proses perencanaan, pelaksanaan,
pembiasaan, pengawasan serta kontrol terhadap kemajuan
pesantren dapat dilakukan dengan efektif.
Pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami berdasarkan
wawancara, terungkap bahwa komunikasi yang terbangun
antara pesantren dan masyarakat belum optimal. Sehingga
optimalisasi kerjasama antara pihak pesantren dan masyarakat
masih berjalan berdasarkan keinginan masing-masing pihak,
bukan berdasarkan keinginan bersama yang telah disepakati
bersama sebelumnya.
Sehingga dari hal demikian,dengan kesadaran akan
pentingnya komunikasi yang baik, dan terarah menuntut tindak
lanjut dari pihak madrasah agar dapat kembali memulai
membangun komunikasi, saluran dan strategi komunikasi yang
124
efektif dengan masyarakat sekitar pondok pesantren dalam
upaya berhasilnya kemajuan dan pembangunan pondok
pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Kedua, kendala yang dihadapai dalam implementasi
membangun hubungan melalui kerjasama pondok pesantren
dan masyarakat yaitu belum munculnya rasa peduli dan rasa
tanggung jawab dari masyarakat terhadap berbagai prilaku dan
keadaan pondok pesantren. Rasa peduli dan tanggung jawab
masyarakat yang lebih terhadap keberadaan pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami merupakan sikap dan tindakan yang
sangat dibutuhkan. Karena mengingat bahwamembangun
hubungan merupakan sebuah strategi yang efisien dalam
memajukan pondok pesantren.
Sedangkan faktor yang dapat mendukung dalam
pembangunan pondok peantren Darul Qur’an Al Islami bisa
dilihat dari beberapa aspek mulai dari pengelolaan pondok
pesantren dan hubungan yang sudah dibentuk, dukungan
kepada pondok pesantren masih sangat tinggi walaupun ada
yang sudah hilang kepercayaannya akan tetapi masih banyak
yang berharap dan berjuang agar pesantren dapat
mengembalikan sebuah kepercayaan tersebut khususnya di
kalangan alumni, bahkan beberapa kelompok masyarakat masih
berharap pada perkembangan yang di lakukan oleh pihak
pesantren agar pondok pesantren dapat berkembang kembali.
3. Upaya yang dilakukan pimpinan dalam membangun pondok
pesantren terhadap hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Seorang pimpinan harus selalu memaksimalkan upaya
dalam mengembangkan suatu problem yang terjadi pada
125
wilayah lembaga pendidikan yang sedang dipimpinnya
sehingga kekacauan yang terjadi tidak berlangsung dan
berpengarauh dalam lembaga pendidikan yang di pimpinnya
tersebut. Walaupun ada sebagian masyarakat yang
memberikan respon kepedulian terhadap pondok pesantren.
Namun hal tersebut masih sangat minim. Dibutuhkan
kesadaran dari pihak pesantren dan masyarakat untuk bisa
sama-sama memberikan kepedulian yang maksimal agar
terciptanya hubungan yang baik. Terutama pesantren sebagai
pihak yang benar-benar bertanggung jawab mengemban
amanah terhadap terbentuknya kemajuan pada pondok
pesantren. Pihak pesantren dapat memberikan pengertian,
himbauan, ajakan pada masyarakat untuk sama-sama
memberikan kepedulian dengan bersinergi membangun dan
menjaga pondok pesantren.
Dari kendala-kendala pokok yang muncul dalam
implementasi pembangunan pondok pada hubungan
kemasyarakatan melalui kerjasama pihak pesantren dan
masyarakat, upaya yang di lakukan pihak pondok pesantren
Darul Qur’an dalam menghadapi dan menyelesaikan kendala
yang dihadapi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, Berupaya membangun komunikasi yang
efektif.Komunikasi sebagai salah satu faktor penting dalam
membangun pesantren dengan melibatkan masyarakat di
wilayah sekitar pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Komunikasi yang dibangun melalui saluran-saluran komunikasi
langsung maupun tidak langsung.Komunikasi langsung yang
dilakukan berupa berbicara langsung dengan masyarakat.
Misalnya pada kegiatan pengajian yang sudah di jadwalkan,
maupun ketika pihak pesantren mempunyai kesempatan
126
bertemu langsung misalnya pada saat ada acara di luar
pesantren dengan masyarakat.
Namun, menurut peneliti berdasarkan pengamatan, pihak
pesantren memang sering berinteraksi dengan masyarakat
sekitar pondok pesantren. Interaksi dan komunikasi yang
dilakukan seperti pada saat jam santai/istirahat. Beberapa
ustadz/guru mengobrol dengan masyarakat yang berjualan di
depan pondok pesantren, begitu pula dengan masyarakat yang
hadir dan bergabung ditempat masyarakat berjualan tersebut.
Namun, dari beberapa observasi belum menunjukkan bahwa
komunikasi yang dilakukan dan dibangun belum terkait dengan
langkah-langkah strategis dalam membangun kemajuan
pondok pesantren, dalam kesempatan seperti itu ustadz/guru
dapat mengajak masyarakat untuk sama-sama memperhatikan
dan menciptakan strategi yang bagus dalam membangun
kemajuan pesantren.
Selain itu, komunikasi yang dilakukan dengan masyarakat
dapat pula terjadi ketika guru maupun kepala pondok
pesantren menghadiri acar baik yang diadakan masyarakat
maupun yang di adakan oleh pihak pondok pesantren. Sekali
lagi, hal demikian menurut peneliti merupakan langkah awal
yang baik, namun perlu ditingkatkan dengan membuat
perencanaan yang jelas, tujuan, serta langkah-langkah yang
jelas disertai pembangunan komitmen bersama dalam
membangun hubungan tentu dengan membangun kesadaran
masyarakat bahwa mereka juga sangat berperan penting
dalam perkembangan pondok pesantren khususnya pada
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Menurut peneliti, selain komunikasi yang diupayakan untuk
dibangun dengan cara-cara seperti di atas, membangun
komunikasi dengan memberdayakan orang-orang kunci di
127
masyarakat juga merupakan hal yang patut untuk dilakukan.
Pondok pesantren dapat membangun komunikasi terlebih
dahulu dengan tokoh masyarakat, ketua RW, RT ataupun
ulama-ulama setempat yang peran dan sosoknya dapat
menjadi referensi bagi masyarakat. Sehingga, jalan kerjasama
dengan masyarakat dapat lebih optimal.Hal demikian, seperti
yang diungkapkan Maysyaroh yang dikutip oleh Benty “cara
yang dapat digunakan oleh sekolah untuk melakukan
komunikasi efektif dengan masyarakat yaitu dengan
memberdayakan tokoh-tokoh kunci dimasyarakat seperti Kyai,
perangkat desa, pejabat, dan lain-lain.”179
Kedua, mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang bernilai
kepedulian, tanggung jawab, kerjasama, keramahan, terhadap
masyarakat.Hal demikian dilakukan dengan asumsi dapat
membangun kedekatan dan keintiman antara pesantren dan
masyarakat. Dengan kegiatan tersebut, menurut pimpinan
pondok pesantren daru qur’an akan dapat menarik perhatian
serta kepedulian masyarakat kepada pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami.
Kegiatan-kegiatan yang coba dilaksanakan seperti
pengajian bulanan dan tahunan juga kegiatan lainnya yang
dapat menciptakan kepercayaan yang bagus terhadap
masyarakat kepada pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Selain itu, kegiatan yang dalam usaha untuk dilakukan seperti
kegiatan mengirim do’a juga khusus bagi masyarakat pada
kegiatan Yasinan mingguan pada hari jum’at, bergotong-
royong membersihkan lingkungan sekitar pondok pesantren
dan memperindah pondok pesantren agar masyarakat nyaman
melihat kondisi pondok pesantren, mempersiapkan bakat-
179 DDN Benty, Managemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat, (Malang: UM Press, 2015), hal. 138.
128
bakat santri yang dapat berperan di dalam acara yang
dilaksanakan oleh masyarakat.
Menurut peneliti, langkah pimpinan pondok pesantren
dalam mengatasi kendala maupun penghambat dalam
membangun sebuah hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren melalui kerjasama pihak pesantren
dan masyarakat seperti penghambat berupa komunikasi dan
belum munculnya kesadaran dan kepedulian dari masyarakat
dapat diminimalisir dengan secara bertahap akan teratasi
dengan kegiatan yang dilakukan oleh pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami. Dengan kegiatan-kegiatan maupun upaya
pembangunan komunikasi yang baik dengan masyarakat itu
dapat memberikan dampak bagi kelancaran dan terlaksananya
kerjasama antara pondok pesantren dan masyarakat, terutama
dalam kerjasama untuk membangun pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami
selain upaya yang dilakukan pimpinan pondok pesantren
dalam membangun hubungan yang tertuju kepada masyarakat
upaya peningkatan kualitas para santri juga menjadi target
utama yang di lakukan oleh pemimpin pesantren adapun
upaya yang di lakukan pimpinan pondok dalam meningkatkan
kualitas para santri dengan cara memperbaiki kurikulum dan
memadukannya dengan pondok pondok pesantren modern
lainnya.
Terkait dengan pelaksanaan kurikulum pesantren seorang
guru dalam melaksanakan pembelajaran harus dapat
mengadopsi teori teori pembelajaran yang baru karena dalam
pelaksanaan kurikulum harus didasarkan pada kompetensi,
perkembangan dan kondisi para santri, dan dalam
pelaksanaan kurikulum juga harus memungkinkan para santri
mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, dan
129
pengayaan sesuai dengan potensi para santri, kurikulum juga
harus disesuaikan dengan suasan hubungan santri dengan
pendidik dan tetap memperhatikan dimensi keutuhan ,sosial
dan juga moral, kurikulum juga harus bisa berpadu dengan
perkembangan teknologi tanpa menghilangkan tradisi yang
ada pada kurikulum pesantren.
Pada upaya tersebut menggambarkan bahwa kurikulum
sangat berpengaruh dalam proses sebuah pembelajaran dan
harus disusun dengan baik oleh pihak pesantren dan perlu
peran seorang kyai yang berpengalaman dalam menentukan
sebuah kurikulum untuk di gunakan di dalam pondok
pesantren.
Menurut peneliti, dalam upaya membangun sebuah pondok
pesantren khususnya pada kasus pondok pesantren Darul
Qur’an Al Islami yang sudah pernah Berjaya maka hal yang
terpenting yang perlu dilakukan adalah membangun sebuah
kepercayaan terhadap para masyarakat karena membangun
kepercayaan yang hilang dengan menciptakan kepercayaan
yang baru di buat itu lebih sulit. Karena sifat seorang itu mudah
percaya akan tetapi juga sulit percaya jika kepercayaan
mereka hilang. Pihak pesantren harus selalu menciptakan
starategi yang baik agar pendekatan terhadap masyarakat
lebih cepat berhasil walau demikian hal yang sangat
mendalam yaitu pendidikan yang terjadi di dalam pesantren
mulai dari kurikulum hinga proses pembelajarannya karena ini
akan berpengaruh terhadap hasil belajar para santri yang ada
di pondok pesantren tersebut.
Sehingga perlu sumberdaya manusia yang cukup untuk
mencapai target hasil yang baik peran seorang kyai sangat di
butuhkan dalam memanfaatkan sumber daya manusia yang
ada di dalam pondok pesantren. Semakin baik program
130
pembelajara dan pendekatan yang di lakukan seorang kyai
kepada para santri, ustadz, dan masyarakat makan akan
semakin besar perkembangan pondok pesantren Darul Qur’an
Al Islami untuk mencapai tujaun yang di cita citakan.
Dalam setiap upaya pasti akan memiliki celah kelemahan di
dalam prosesnya akan tetapi hal yang terpenting adalah bagai
mana cara memanfaatkan celah tersebut sebagai senjata yang
ampuh untuk mencapai tujuan pondok pesantren. Sehingga
celah dan kelemahan yang ada pada pesantren dapat
diselesaikan dan ditutupi agar kemudian tingkat keberhasilan
akan lebih besar dalam pencapaiannya.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembangungan pondok pesantren melalui optimalisasi
kerjasama pondok pesantren dan masyarakat di sekitar wilayah pesantren
ini secara umum berjalan dengan baik, meski masih terdapat gejala yang
menunjukkan belum optimalnya dalam membangun kembali kepercayaan
dan hubungan dengan warga sekitar pondok pesantren. Secara rinci
kesimpulan yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Strategi dalam membangun hubungan masyarakat dan menciptakan
kepercayaan tehadap masyarakat terhadap pondok pesantren tertuju
pada mengoptimalkan komunikasi secara langsung atau pun tidak
langsung dan dengan menggunakan beberapa strategi seperti
pengajian rutin, baik itu pengajian bulanan ataupun tahunan yang di
adakan di lingkungan pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami dengan
melibatkan seluruh warga sekitar pondok pesantren, alumni, pejabat
daerah dan juga wali santri, sehingga mereka semua dapat melihat
dan merasakan bahwa pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami masih
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
dunia pendidikan untuk para masyarakat.
2. Faktor penghambat yang dihadapi dalam membangun sebuah
hubungan yang baik dengan masyarakat yaitu: (1) Belum
terbangunnya komunikasi yang erat dan terarah seperti yang di
lakukan antara pihak pondok pesantren dengan masyarakat seperti
yang dilakukan oleh pimpinan sebelumnya; (2) sifat kyai yang kurang
bersosialisasi dengan para warga setempat sehingga hubungan
dengan warga setempat menjadi agak kaku dan tidak menyatu
sehingga rasa peduli dan rasa tanggung jawab dari masyarakat
132
terhadap pondok pesantren menjadi kurang.(3) Kualitas pondok yang
menurun dan kurangnya pembenahan secara signifikan oleh pihak
pesantren. Pengelolaan manajemen yang masih di bawah setandar
menyebabkan lambatnya dalam menciptakan kepercayaan terhadap
masyarakat. Sedangkan faktor yang dapat mendukung dalam
pembangunan pondok peantren Darul Qur’an Al Islami bisa dilihat dari
beberapa aspek mulai dari pengelolaan pondok pesantren dan
hubungan yang sudah dibentuk, dukungan kepada pondok pesantren
masih sangat tinggi walaupun ada yang sudah hilang kepercayaannya
akan tetapi masih banyak yang berharap dan berjuang agar pesantren
dapat mengembalikan sebuah kepercayaan tersebut khususnya di
kalangan alumni, bahkan beberapa kelompok masyarakat masih
berharap pada perkembangan yang di lakukan oleh pihak pesantren
agar pondok pesantren dapat berkembang kembali.
3. Upaya yang yang dilakukan pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami
dalam menghadapi dan mengatasi kendala yaitu: (1) membangun
kembali komunikasi yang erat dan terarah dengan masyarakat; (2)
mengaktifkan kegiatan pengajian di mulai dari pengajian minggun,
bulanan dan tahunan, yang langsung melibatkan peran
masyarakat.(3) membenahi sistem manajemen yang ada di pondok
pesantren dengan menyesuaikan kebutuhan pondok peantren; (4)
memperbaiki kurikulum yang ada di pondok pesantren agar lebih
efektif dan efisien dalam pelaksanaan pembelajaran dan
mempermudah siswa mengembangkan bakat mereka agar dapat
bermanfaat bagi masyarakat ketika para santri lulus dari pondok
pesantren.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa membangun pondok
pesantren dalam bentuk hubungan dengan masyarakat khususnya pada
pemulihan kepercayaan yang hilang didiri masyarakat terhadap pondok
pesantren Darul qur’an faktor yang dapat mendukung dalam
133
pembangunan pondok peantren Darul Qur’an Al Islami bisa dilihat dari
beberapa aspek mulai dari pengelolaan pondok pesantren dan hubungan
yang sudah dibentuk, dukungan kepada pondok pesantren masih sangat
tinggi walaupun ada yang sudah hilang kepercayaannya akan tetapi masih
banyak yang berharap dan berjuang agar pesantren dapat
mengembalikan sebuah kepercayaan tersebut khususnya di kalangan
alumni, bahkan beberapa kelompok masyarakat masih berharap pada
perkembangan yang di lakukan oleh pihak pesantren agar pondok
pesantren dapat berkembang kembali. adalah hal yang sangat mendasar
untuk selalu di upayakan adapun upaya yang perlu terus dijalin adalah
dengan membangun komunikasi yang erat dan terarah.
Dengan langkah demikian, segala pembatas atau pemisah antara
pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami dengan masyarakat akan
menyatu dan kepercayaanpu akan muncul seiring berjalanya waktu
dengan selalu mengingkatkan upaya upaya dan strategi untuk menjalin
kerja sama yang baik. Membangun saluran komunikasi yang efektif dan
efisien merupakan bentuk yang harus segera ditemukan oleh pondok
pesantren dalam memulai dan menjalankan kerjasama dengan
masyarakat. Selanjutnya, pondok pesantren dapat membuat perencanaan
yang matang guna kelancaran dan efektifitas kerjasama dalam
membangun pondok pesantren Darul Qur’an Al Islami.
Komunikasi dalam sebuah organisasi sangatlah penting dan
dibutuhkan dalam mengelola suatu organisasi atau lembaga
pendidikan.prilaku dalam organisasi sesungguhnya terbentuk deri perilaku
perilaku individu yang terdapat pada organisasi atau lembaga pendidikan
tersebut. Secara luas komunikasi setiap bentuk tingkah laku seseorang
baik verbal maupun nonverbal yang di tanggapi oleh orang lain. Dan
setiap tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga dapat juga
disebut sebagai komunikasi.
Setelah rancangan upaya dan strategi pada pembangunan pondok
pesantren dalam hubungan masyarakat matang, pondok pesantren dapat
134
mengkomunikasikan dan merealisasikan dengan masyarakat dan
melakukan diskusi dengan masyarakat agar dapat membuat masyarakat
merasa memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap pondok
pesantren tersebut. Tentunya hal demikian dapat dilakukan jika saluran
komunikasi antara pondok pesantren dan masyarakat telah terbangun
dengan baik.
Implikasi selanjutnya, dalam membangun kerjasama antarapondok
pesantren dan masyarakat dalam membangun kepercayaan terhadap
pondok pesantren. Pondok pesantren harus selalu meningkatkan potensi
dirinya khususnya pada kyai sebagai pimpinan dari pondok pesantren,
agar bisa berupaya memanfaatkan situasi sekitarnya untuk menciptakan
suatu hal yang positip sehingga para masyarakat dan pejabat daerah bisa
memberikan kepercayaannya kembali terhadap pondok pesantren Darul
Qur’’an Al Islamy. Seorang pemimpin pun harus mampu memaksimalkan
potensi yang ada di masyarakat dengan mengidentifikasi latar belakang,
keadaan dan kondisi masyarakat yang berkemungkinan dan berpotensi
memberikan peran yang baik terhadap suksesnya pendidikan yang ada
pada pondok pesantren. Cara yang cukup bijaksana dalam
memaksimalkan potensi masyarakat yaitu dengan selalu dan secara
bijaksana pula berupaya melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan
yang dipandang sebagai kegiatan yang mampu memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kepercayaan terhadap pondok pesantren.
Kemudian, hal yang perlu dilakukan dan dilaksanakan guna
mendapatkan kepercayaan yaitu memberikan dorongan kepada para
guru/ustadz dan santri agar selalu bersikap baik dan santun kepada
setiap masyarakat baik ketika di dalam pondo pesantren maupun di luar
pondok pesantren, sehingga para guru /ustadz dapat bergaul dan
berinteraksi dengan masyarakat dan menciptakan hubungan yang
harmonis.
Pada dasarnya kepemimpinan akan terlihat dalam proses dimana
seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan menguasai
135
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk
keberhasilan suatu tujuan di perlukan seorang pemimpin, serta dapat
melaksanakan perananya sebagai seorang pemimpin sekaligus seorang
pembimbing, di samping itu pemimpin harus dapat menjalin hubungan
kerja sama yang baik dengan orang orang disekitarnya baik itu dalam
lembaga maupu di luar lembaga yang ia pimpin. Sehingga terciptanya
suasana yang membuat orang orang disekeliling lembaga dan didalam
lembaga merasa aman, tentram dan memiliki kebebasan dalam
mengembangkan gagasan yang dimilikinya dalam rangka tercapainya
tujuan bersama yang telah di sepakati bersama.
C. Rekomendasi
Merujuk pada temuan penelitian mengenai membangun hubungan
antara pondok pesantren dengan masyarakat dalam memunculkan
kepercayaan masyarakat yang hilang, maka rekomendasi penulis/peneliti
adalah:
1. Pemerintah Provinsi Jambi dalam hal ini Gubernur Jambi dan
Pemerintah Kabupaten Batanghari dalam hal ini Bupati Batanghari
diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya membangun dan
menciptakan kepercayaan terhadap warga di wilayahnya dengan
memberikan himbauan, arahan bagi pondok pesantren maupun
lembaga pendidikan lainya dan masyarakat maupun orang tua agar
dapat bekerjasama dalam mejaga dan membangun lembaga lembaga
pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan pesantren agar
dapat selalu exis dalam mengeluarkan alumni alumni untuk generasi
penerus bangsa.
2. Kepala Kementerian Agama Kabupaten batanghari diharapkan
memberikan perhatian khusus bagi lembaga lembaga pondok
pesantren dalam proses perkembangannya baik itu secara langsung
maupun tidak langsung. Hal demikian dilakukan dengan tidak
136
mengesampingkan peran dan potensi yang ada pada masyarakat yang
juga sebagai bagian dari sarana pendidikan.
3. Kepala pimpinan pondok pesantren, guru/ustadz, dan segenap
pengurus lembaga pendidikan khsusunya yayasan pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami Batanghari harus mampu mempertahan dan
meningkatkan aktivitas, kegiatan, maupun budaya yang bernilai
terutama hubungan yang baik dan karakter yang mencerminkan akhlak
Islami.
4. Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami adalah sebagai lembaga
pendidikan islam yang telah melaksanakan kegiatan pendidikan sejak
lama dengan baik di wilayah batanghari. Harus lebih mengoptimalkan
dan meningkatkan kerjasaama dengan masyarakat agar hasil dari
proses pendidikan yang dijalani pada lembaga pendidikannya semakin
baik.
5. Para santri harus sabar dan bersemangat dalam mengikuti proses
pendidikan.
137
D. Kata Penutup
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai tesis ini.Penulis
yang menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tesis ini
berharap pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan tesis ini. Kritik dan saran tersebut tentunya
sangat bermanfaat dan memberikan wawasan yang berguna bagi penulis
dalam penyempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini berguna bagi penulis secara pribadi dan bagi para
pembaca pada umumnya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalah
dalam tesis ini di setiap penulisan kata, kalimat, maupun isinya.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kita sebagai manusia tentu
hanya dapat berupaya dengan semaksimal mungkin untuk menampilkan
dan menghasilkan yang bermanfaat dan yang terbaik dari yang kita miliki.
Jambi, Maret 2019
FERIYANTO NIM.MMP.16.22578
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jld III Jakarta: Departemen Agama,
2009. Abdullah, Manajemen Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesional
Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Sultha Thaha Saifuddin Jambi, 2016.
Ahmad Rohim, Demokratisasi Pendidikan, Yogyakarta: Aswajaya
Presindo, 2012.
Bogdan, Robert C dan Biklen, Sari K.1982.Qualitative research Education An Introduction to Theory and Methods Boston Allyn and Bacon.Inc,1982.
Daeing Arifin dan Pipin, Sekolah Mandiri dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Bandung: Pustaka Al-Kasyaf, 2010. Dhofier, Zamakshari, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, Jakarta: LP3ES, 1990. David I Bertocci, Leadership In Organization, (University Press Of
America.INC, 2009) E. Muhyasa Menjadi Kepala Madrasah Propesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005. Getol, G. Pemimpin Seri Miracle Manajemen Diterima.Jakarta : Elex
Media Komputindo, 2012 GhazalidanBahri, PendidikanPesantrenBerwawasanLingkungan,
PedomanIlmu Jaya, 2001 Gibson Dkk, Organizations, New York : McGraw-Hill, 2012
Goleman, KecerdasanEmosionaluntukMencapaiPuncakPrestasi, Penerjemah, T. Hermaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015
HamdanDimyati, Model KepemimpinandanSistemPengambilanKeputusan, Bandung: PustakaSetia, 2014
Hamim Tohari, Gaya Kepemimpinan berbasis Emotional Intelligence,
Jurnal Pendidikan, Vol. V No. I, 2017
Harmon, Michael M,dan Richard T. Mayer, TeoriOrganisasiuntukAdministrasiPublik, Bantul: KreasiWacana, 2014
Husaini Usman Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika., Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Husni Rohim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos,
2001. Haidar Putra Daulay, pemberdayaan pendidikan agama islam di sekolah.,
Jakarta: kencana, 2016. Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo,.landasan pendidikan islam. Jakarta :
bumi angkasa, 2016. Jaja Dkk, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, dan Implementasi,
Bandung : Alfabeta, 2013 John R. Schermerhorn, Introduction to Management: International Student
Version, Tenth Edition, USA: John Wiley & Sons, 2010
John W , Newstrom,. Organizational Behavior, Human Behavior at Work, New York : MCGraw Hill Companies, 2011
Jhon M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,
Jakarta:Gramedia, 2010. Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren,(Jakarta :
Prenadamedia Group,2018) Lexi J.Moleong, Suatu Kajian Penelitian Kualitati. Bandung. Remaja
Rosda Karya, 1995. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009. Lorens Bagus, Kamus Filsafah, Jakarta: Gramedia, 2005. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994.
Mubtarom HM dalam Ismail et.al. (ed), Dinamika Pesantren dan
Madrasah, Yogyakarta dan Semarang: Pustaka Pelajar & Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2002.
Miles, M.B dan Huberman, AM, Expended Source Book:Quality data Analisis, London:sage Pubilcation.
Mujammil Qomar, Pengembangan Sistem Pendidikan Pesantren dalam
Perubahan Sosial, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI, volume 8 nomor 1, Januari-April 2010.
M.Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 statistik deskriptif, Jakarta:
Bumi Asara,2002. Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, Tangerang: Media
Nusantara, 2006. Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1994. Peter Salim, The Contemporary English Indonesia Dictionary, Jakarta :
Globalisasi English Press, 1986.
Ramyulis dan Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jakarta , kalam mulia, 2017.
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990
Schermerhom, Jr. John R. James G. Hunt, Richard N. Osbom , And
Mary Uhl-Bien, Organisasi Behavior, New Jersey: Joh Wily & Sons, Inc 2011
Shapiro L. E., MengajarEmosional Intelligence pada Anak, penerjemah ,
Alex Tri Kantrjono, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Shihab,M. Quraish, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, danKeserasian al-Qur’an),Cet.I Vol.2; Ciputat: Lenterahati, 2000.
Siti Aisyah, Soltan Takdir, Implementasi Gaya Kepemimpina Situasional
Kepala Sekolah d SMP Negeri 1 Wamena Kabupaten Jaya Wijaya, Ejurnal : Stkip Pessel, 2017
Sobry Sutikno. Pemimpin & Kepemimpinan: Tips Praktis untuk Menjadi
Pemimpin yang Diidolakan. Cet. I; Lombok: Holistika, 2014
Stephen P.Robbins And Timothy A. Judge, Organizational Behavior, New Jersey : PearsonEducation, Inc, 2011
Steven L McShane, And Mary Ann Von Glinow, Organization Behavior,
New York : McGraw Hill, 2010
Sudarwan Danin, Pengantar Kependidikan: Landasan, Teori dan 234 Metafora Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013, Cet. ke-3,
Satori, Djam’an dkk. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta, 2012. Sulistiyo Riwahyudi dan Suci Nur Anisah, Kamus Popular Ilmiyah
Lengkap. Surabaya: Penebit Sinar Terang, 2002. Syamsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-Isu Kontemporer tentang
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010. Tafsir Qur’an Per Kata, Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2010. Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang-undang Rebublik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2003.
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori
dan Praktik, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Wahjosumidja, Kepemimpinan Kepala Sekolah,Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2010 Wahjosumidjo, KepemimpinanKepalaSekolah, Ed. I, Cet. VII; Jakarta:
RajawaliPers, 2010 Wahyudi, KepemimpinanKepalaSekolah, Bandung: Alfabeta, 2012 Yin, Robert K, Qualitative Research from Start to Finish, New York
London: The Guilford Press, 2011 Yukl, Gary A, Leadership in Organizations New Jersey : Printice Hall, Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul :
Strategi Kepemimpinan Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami Dalam Membangun Hubungan Dengan Masyarakat Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
A. Wawancara
a. pimpinan pondok pesantren
1. Bagaimana strategi bapak dalam membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al-Islamy Batanghari?
2. kiat apa saja yang bapak lakukan untuk meningkatkan kemajuan
dalam menjalin hubungan terhadap masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
3. Bagaimana metode yang bapak gunakan dalam membangun
pondok pesantren khususnya dalam Menjalin Hubungan antara
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari?
4. Apakah bapak mempunyai program khusus dalam meningkatkan
hubungan yang baik guna menciptakan kepercayaan terhadap
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari?
5. Faktor apa saja yang menghambat dalam membangun hubungan
dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren?
6. Apa saja faktor yang mendukung dalam proses membangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren ?
7. Bagaimana upaya yang pimpinan pondok pesantren lakukan agar
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren tercipta kembali?
8. Apa ciri khas yang dimiliki Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-
Islamy Batanghari ?
9. Solusi apa yang bapak berikan dalam mengatasi kendala dalam
menjalin hubungan yang baik terhadap masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
b. Guru/Ustadz ( Ustadz dan Ustadzah )
1. Menurut bapak/ibuk, apakah kepala pimpinan pondok telah
menggunakan strategi yang sesuai dalam membangun sebuah
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren?
2. Apakah pimpinan pondok pesantren memberikan kesempatan
kepada ustad/guru atau pegawai untuk selalu melakukan
komunikasi terhadap warga sekitar pondok pesantren?
3. Menurut bapak/ibuk bagaimana hubungan antara pimpinan dengan
seluruh ustadz/guru dan para masyarakat sekitar pondok
pesantren?
4. Menurut Bapak/ibu Faktor apa saja yang menghambat dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren?
5. Menurut bapak/ibuk faktor apa yang mendukung dalam proses
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren ?
6. Program apa saja yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren
dalam meningkatkan hubungan yang baik guna menciptakan
kepercayaan terhadap masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al-Islamy Batanghari?
7. Menurut bapak/ibu apa saja upaya yang telah pimpinan pondok
pesantren lakukan agar hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren tercipta kembali?
8. Apakah kepala Pondok Pesantren selalu melibatkan bapak/ibuk
dalam berbagai kegitan untuk membangun hubungan dan
kepercayaan masyarrakat terhadap pondok pesantren ?
9. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan
hubungan dan kepercayaan terhadap Guru/Ustadz dengan
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari ?
c. Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren
1. Menurut bapak/ibuk, apakah kepala pimpinan pondok telah
menggunakan strategi yang sesuai dalam membangun hubungan
terhadap masyarakat sekitar pondok pesantren?
2. Apakah kepala pimpinan memberikan kesempatan kepada
Guru/Ustadz atau pegawai untuk menjalin hubungan yang baik ke
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari ?
3. Apakah kepala pimpinan Pondok memberikan kesempatan kepada
Guru/Ustadz atau pegawai untuk menjalin hubungan yang baik ke
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari ?
4. Menurut bapak/ibuk bagaimana hubungan antara kepala pimpinan
pondok dengan para Guru/Ustadz dan masyarakat?
5. Menurut bapak/ibuk faktor apa yang mempengaruhi terhadap
strategi kepemimpinan kepala Pondok Pesantren ?
6. Program apa saja yang dilakukan oleh kepala pimpinan pondok
dalam meningkatkan hubungan yang baik terhadap masyarakat
sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
7. Kiat-kiat apa saja yang dilakukan kepala pimpinan pondok dalam
meningkatkan hubungan yang baik terhadap masyarakat sekitar
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari ?
8. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan
hubungan dan kepercayan terhadap Guru/Ustadz dengan
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari ?
9. Bagai mana tanggapan bapak tentang kegiatan yang di adakan
oleh pondok pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari ?
Catatan Lapangan
Judul Tesis : Strategi Kepemimpinan Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al Islami Dalam Membangun Hubungan Dengan
Masyarakat Muara Bulian Kabupaten Batanghari
A. Observasi
1. Mengamati strategi kepemimpinan dalam membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Qur’an
Al-Islamy Batanghari.
Pada sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren kyai
memiliki kekuasaan yang mutlak. Berjalan atau tidaknya kegiatan
pada suatu pesantren tergantung pada izin dan restu seorang kyai.
Untuk menjalankan kewibawaannya maka penting seorang kyai
mengetahui unsur dari sebuah kewibawaan dimana kewibawaan
memegang peran yang sangat penting setiap upaya yang di lakukan
oleh seorang kyai harus dapat terealisasikan dengan baik jangan
sampai memiliki celah yang jelek khususnya dalam pandangan
masyarakat karna akan berakibat buruk untuk pesantren tersebut.
Sehingga seorang pimpinan di tuntut memiliki strategi yang
bagus dalam menghadapi tantangan-tantangan di lembaga
pendidikan yang ia pimpin begitu pula yang terjadi pada lembaga
pendidikan pondok pesantren seorang kyai harus mampu mengatasi
setiap problem yang di miliki dalam lembaga yang ia
pimpin,sedangkan pada pondok pesantren Darul Qur’an tantangan
terbesar yang di hadapi oleh pimpinan adalah menciptakan atau
membangun kembali sebuah kepercayaan dari para masyarakat
2. Faktor faktor yang menghabat dan mendukung dalam mebangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren
dan Mengamati aktivitas di Lingkungan Pondok Pesantren Darul
Qur’an Al-islamy Batanghari.
Pertama, Belum terbangunnya komunikasi yang erat dan terarah
antara pesantren dan masyarakat. Komunikasi merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam merencanakan dan menjalankan sebuah
pendidikan yang melibatkan masyarakat di dalamnya.Dengan
komunikasi yang terbangun secara baik dan terorganisir, proses
perencanaan, pelaksanaan, pembiasaan, pengawasan serta kontrol
terhadap kemajuan pesantren dapat dilakukan dengan efektif.
Kedua, kendala yang dihadapai dalam implementasi
membangun hubungan melalui kerjasama pondok pesantren dan
masyarakat yaitu belum munculnya rasa peduli dan rasa tanggung
jawab dari masyarakat terhadap berbagai prilaku dan keadaan
pondok pesantren. Rasa peduli dan tanggung jawab masyarakat
yang lebih terhadap keberadaan pondok pesantren Darul Qur’an
merupakan sikap dan tindakan yang sangat dibutuhkan. Karena
mengingat bahwamembangun hubungan merupakan sebuah strategi
yang efisien dalam memajukan pondok pesantren.
Sedangkan faktor yang dapat mendukung dalam
pembangunan pondok peantren Darul Qur’an bisa dilihat dari
beberapa aspek mulai dari pengelolaan pondok pesantren dan
hubungan yang sudah dibentuk, dukungan kepada pondok pesantren
masih sangat tinggi walaupun ada yang sudah hilang
kepercayaannya akan tetapi masih banyak yang berharap dan
berjuang agar pesantren dapat mengembalikan sebuah kepercayaan
tersebut khususnya di kalangan alumni, bahkan beberapa kelompok
masyarakat masih berharap pada perkembangan yang di lakukan
oleh pihak pesantren agar pondok pesantren dapat berkembang
kembali.
3. Mengamati aktivitas dan upaya yang dilakukan kepala Pondok
Pesantren, guru dan masyarakat di sekeliling wilayah pondok
pesantren dan sekitarnya.
Pertama, Berupaya membangun komunikasi yang
efektif.Komunikasi sebagai salah satu faktor penting dalam
membangun pesantren dengan melibatkan masyarakat di wilayah
sekitar pondok pesantren Darul Qur’an. Komunikasi yang dibangun
melalui saluran-saluran komunikasi langsung maupun tidak
langsung.Komunikasi langsung yang dilakukan berupa berbicara
langsung dengan masyarakat. Misalnya pada kegiatan pengajian
yang sudah di jadwalkan, maupun ketika pihak pesantren
mempunyai kesempatan bertemu langsung misalnya pada saat ada
acara di luar pesantren dengan masyarakat.
Kedua, mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang bernilai
kepedulian, tanggung jawab, kerjasama, keramahan, terhadap
masyarakat.Hal demikian dilakukan dengan asumsi dapat
membangun kedekatan dan keintiman antara pesantren dan
masyarakat. Dengan kegiatan tersebut, menurut pimpinan pondok
pesantren daru qur’an akan dapat menarik perhatian serta kepedulian
masyarakat kepada pondok pesantren darul qur’an.
Ketiga, selain upaya yang dilakukan pimpinan pondok
pesantren dalam membangun hubungan yang tertuju kepada
masyarakat upaya peningkatan kualitas para santri juga menjadi
target utama yang di lakukan oleh pemimpin pesantren adapun upaya
yang di lakukan pimpinan pondok dalam meningkatkan kualitas para
santri dengan cara memperbaiki kurikulum dan memadukannya
dengan pondok pondok pesantren modern lainnya.
4. Wawancara
a. Kepala Pondok Pesantren
1. Bagaimana stragegi bapak dalam membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren Darul Qur’an?
Adapun strategi yang saya lakukan salah satunya adalah mengadakan
kegiatan pengajian rutin setiap per satu minggu, satu bulan, dan satu
tahun sekali dimana kegiatan tersebut melibatkan seluruh warga
pesantren dan masyarakat sekitar pesantren termasuk para wali murid
dan untuk kegiatan pengajian per minggu itu hanya di ikuti oleh para
masyarakat di sekitar pondok khususnya tetangga pondok pesantren,
hal ini di benarkan dari seorang warga yang mengikuti kegiatan
tersebut kemudian Merencanakan kegiatan Safari Ramadhan yang
mana bertujuan untuk melatih kemampuan para santri untuk berani
tampil di hadapan masyarakat, Mebuat perencanaan musyawarah
dengan para wali santri, komite, masyarakat dan juga melibatkan
ustadz yang bermukim di wilayah pondok pesantren dan langsung di
pimpin oleh pimpinan pondok pesantren
2. kiat apa saja yang bapak lakukan untuk meningkatkan kemampuan
kerja bapak ?
kiat-kiat yang saya lakukan adalah selalu menciptkan kebersamaan di
antara ustadz dan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan rutin yang
dilaksanankan di Pondok Pesantren, menciptkan rasa aman di dalam
lingkungan Pondok Pesantren, memberikan saran, anjuran untuk
memelihara serta meningkatkan semangat para ustadz, staf dan santri,
3. Bagaimana metode yang bapak gunakan dalam membangun pondok
pesantren khususnya dalam Menjalin Hubungan antara masyarakat
sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
“metode yang kami gunakan terfokus kepada hubungan komunikasi
yang baik kepada para masyarakat, hal ini di sertai dengan penerapan
yang di lakukan oleh seluruh para warga yang ada di dalam pondok
pesantren seperti ustadz, santri dan pimpinan pondok pesantren.
4. Apakah bapak mempunyai program khusus dalam meningkatkan
hubungan yang baik guna menciptakan kepercayaan terhadap
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy
Batanghari?
“program yang kami rancang memang belum begitu maksimal tapi
dengan perencanaan dan upaya yang maksimal kami berharap akan
mendapatkan hasil yang maksimal, salah satu program unggulan yang
kami rancang yaitu pengajian rutin bulanan, safari ramadhan dan
musyawarah yang melibatkan para tokoh-tokoh masnyarakat dan
pejabat setempat. Sehingga kedekatan dan hubungan yang harmonis
dapat tercipta di lingkungan podok pesantren.
5. Faktor apa saja yang menghambat dalam membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren?
” ada beberapa faktor yang memang menjadi penghambat yang
pertama, Belum terbangunnya komunikasi yang erat dan terarah
antara pesantren dan masyarakat. Komunikasi merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam merencanakan dan menjalankan sebuah
pendidikan yang melibatkan masyarakat di dalamnya.kedua, kendala
yang dihadapai dalam implementasi membangun hubungan melalui
kerjasama pondok pesantren dan masyarakat yaitu belum munculnya
rasa peduli dan rasa tanggung jawab dari masyarakat terhadap
berbagai prilaku dan keadaan pondok pesantren.
6. Apa faktor yang mendukung dalam proses membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren ?
“ faktor yang dapat mendukung dalam pembangunan pondok peantren
Darul Qur’an bisa dilihat dari beberapa aspek mulai dari pengelolaan
pondok pesantren dan hubungan yang sudah dibentuk, dukungan
kepada pondok pesantren masih sangat tinggi walaupun ada yang
sudah hilang kepercayaannya akan tetapi masih banyak yang berharap
dan berjuang agar pesantren dapat mengembalikan sebuah
kepercayaan tersebut khususnya di kalangan alumni, bahkan beberapa
kelompok masyarakat masih berharap pada perkembangan yang di
lakukan oleh pihak pesantren agar pondok pesantren dapat
berkembang kembali.
7. apa saja upaya yang pimpinan pondok pesantren lakukan agar
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren
tercipta kembali?
“Pertama, Berupaya membangun komunikasi yang efektif.Komunikasi
sebagai salah satu faktor penting dalam membangun pesantren dengan
melibatkan masyarakat di wilayah sekitar pondok pesantren Darul
Qur’an. Kedua, mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang bernilai
kepedulian, tanggung jawab, kerjasama, keramahan, terhadap
masyarakat. Ketiga, selain upaya yang dilakukan pimpinan pondok
pesantren dalam membangun hubungan yang tertuju kepada
masyarakat upaya peningkatan kualitas para santri juga menjadi target
utama yang di lakukan oleh pemimpin pesantren adapun upaya yang di
lakukan pimpinan pondok dalam meningkatkan kualitas para santri
dengan cara memperbaiki kurikulum dan memadukannya dengan
pondok pondok pesantren modern lainnya.
b. Guru/ustadz
1. Bagaimana stragegi pimpinan pondok pesantren dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren Darul Qur’an?
“strategi yang pimpinan lakukan untuk membangun hubungan
dan kepercayaan masyarakat memang sudah cukup maksimal
mengingat pimpinan selalu melaksanakan evaluasi bersama
para guru/ ustadz pondok pesantren Darul Qur’an.
2. Apakah pimpinan pondok pesantren memberikan kesempatan
kepada ustad/guru atau pegawai untuk selalu melakukan
komunikasi terhadap warga sekitar pondok pesantren?
“ya , beliau selalu menganjurkan kepada kami agar setiap
berinteraksi di hadapan masyarakan agar selalu memberikan
kesan-kesan yang baik sehingga masyarakat mdapat
memberikan penilaian yang positif terhadap pondok pesantren.
3. Menurut bapak/ibuk bagaimana hubungan antara pimpinan
dengan seluruh ustadz/guru dan para masyarakat sekitar
pondok pesantren?
“hubungan kami dengan pimpinan memang sangat dekat akan
tetapi pinpinan dengan warga sekitar memang agak sedikit
dingin mengingat pimpinan kami yang memiliki sifat yang
pendiam ini bisa disebabkan keilmuan yang beliau miliki
sehingga beliau memiliki sifat tawadhu.
4. Menurut Bapak/ibu Faktor apa saja yang menghambat dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren?
“ ada beberapa faktor yang dapat menghabat terciptanya
hubungan dan kepercayaan masyarakat mungkin salah satunya
sifat pimpinan yang pendiam, dan kurang bersosialisasi.
5. Menurut bapak/ibuk faktor apa yang mendukung dalam proses
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren ?
“ salah sata faktor pendukung yaitu kepedulian para alumni
yang selalu mendukung untuk kemajuan pondok pesantren
darul Qur’an, dan juga beberapa masyarakat yang masih
menaruh harapan besar terhadap pondok pesantren.
6. Program apa saja yang dilakukan oleh pimpinan pondok
pesantren dalam meningkatkan hubungan yang baik guna
menciptakan kepercayaan terhadap masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
“Kepala pondok pesantren melakukan pemetaan program-
program kegiatan untuk membangun hubungan dan
kepercayaan masyarakat salah satunya dengan mengadakan
kegiatan pengajian rutin, safari-safari ramadhan, dan
musyawarah dengan tokoh dan pejabat di wilayah setempat.
7. Menurut bapak/ibu apa saja upaya yang telah pimpinan pondok
pesantren lakukan agar hubungan dan kepercayaan
masyarakat terhadap pondok pesantren tercipta kembali?
“banyak upaya yang sudah beliau upayakan akan tetapi pada
penerapannya agak sedikit kurang maksimal dan efisien
sehingga perlu usaha yang sangat maksimal dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pondok pesantren.
8. Apakah kepala Pondok Pesantren selalu melibatkan bapak/ibuk
dalam berbagai kegitan untuk membangun hubungan dan
kepercayaan masyarrakat terhadap pondok pesantren ?
“ ya, beliau selalu melibatkan kami secara langsung dalm setiap
kegiatan yang sudah di rancang oleh pihak pesantren, karna
pimpinan pondok berharap kepada kami agar bisa menciptakan
hubungan dan kepercayaan kepada masyarakat setempat.
9. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan dalam membangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren?
“ bentuk kegiatan yang sering dilakukan oleh pihak pesantren
seperti pengajian rutin bulanan, safari ramdhan dan juga
musyawarah dengan tokoh masyarakat dan pejabat, selain itu
juga ada kegiatan gotongroyong yang diadakan tiga bulan
sekali.
c. Masyarakat
1. Bagaimana stragegi pimpinan pondok pesantren dalam
membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren Darul Qur’an?
“strategi yang pimpinan lakukan untuk membangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terlihat ada
peningkatan mengingat pimpinan selalu melaksanakan
pendekatan kepada para warga bersama para guru/ ustadz
pondok pesantren Darul Qur’an.
2. Apakah pimpinan pondok pesantren memberikan
kesempatan kepada ustad/guru atau pegawai untuk selalu
melakukan komunikasi terhadap warga sekitar pondok
pesantren?
3. “yang kami lihat memang ada beberapa guru yang sering
ikut berkumpul dengan warga khususnya Ustad Maimuri
beliau sering terlihat bersama para warga, mungkin itu
anjuran dari pimpinan pondok pesantren agar para guru
dapat berinteraksi dengan baik kepada para warga. Dan
setiap berinteraksi para guru selalu memberikan kesan-
kesan yang baik sehingga masyarakat dapat memberikan
penilaian yang positif terhadap pondok pesantren.
4. Menurut bapak/ibuk bagaimana hubungan antara pimpinan
dengan seluruh ustadz/guru dan para masyarakat sekitar
pondok pesantren?
“hubungan kami dengan pimpinan memang kurang begitu
dekat akan tetapi pimpinan dengan para guru sekitar
nampaknya baik-baik saja mengingat pimpinan pondok
pesantren yang memiliki sifat yang pendiam ini bisa
disebabkan keilmuan yang beliau miliki sehingga beliau
memiliki sifat tawadhu.
5. Menurut Bapak/ibu Faktor apa saja yang menghambat
dalam membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren?
“ada beberapa faktor yang dapat menghabat terciptanya
hubungan dan kepercayaan masyarakat mungkin salah
satunya sifat pimpinan yang pendiam, dan kurang
bersosialisasi sehingga kami juga merasa adanya jarak
terhadap pihak pesantren..
6. Menurut bapak/ibuk faktor apa yang mendukung dalam
proses membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren ?
“Salah sata faktor pendukung yaitu kepedulian para alumni
yang sering mengunjungi pondok peantren dan ikut serta
pada setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren dan
selalu mendukung untuk kemajuan pondok pesantren Darul
Qur’an, dan juga beberapa masyarakat yang masih menaruh
harapan besar terhadap pondok pesantren.
7. Program apa saja yang dilakukan oleh pimpinan pondok
pesantren dalam meningkatkan hubungan yang baik guna
menciptakan kepercayaan terhadap masyarakat sekitar
Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Islamy Batanghari?
“Kepala pondok pesantren melakukan beberapa kegiatan
untuk membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
salah satunya dengan mengadakan kegiatan pengajian rutin,
safari-safari ramadhan, dan musyawarah dengan tokoh dan
pejabat di wilayah setempat.
8. Menurut bapak/ibu apa saja upaya yang telah pimpinan
pondok pesantren lakukan agar hubungan dan kepercayaan
masyarakat terhadap pondok pesantren tercipta kembali?
“banyak upaya yang sudah beliau upayakan akan tetapi
pada penerapannya agak terihat sedikit kurang maksimal
dan efisien sehingga perlu usaha yang sangat maksimal
dalam membangun hubungan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pondok pesantren.
9. Apakah kepala Pondok Pesantren selalu melibatkan
bapak/ibuk dalam berbagai kegitan untuk membangun
hubungan dan kepercayaan masyarrakat terhadap pondok
pesantren ?
“ ya, ada upaya beliau selalu untuk melibatkan kami secara
langsung dalam setiap kegiatan yang sudah di rancang oleh
pihak pesantren, karna pimpinan pondok berharap kepada
kami agar bisa menciptakan hubungan dan kepercayaan
kepada masyarakat setempat.
10. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan dalam membangun
hubungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pondok
pesantren?
“Bentuk kegiatan yang sering dilakukan oleh pihak pesantren
seperti pengajian rutin bulanan, safari ramdhan dan juga
musyawarah dengan tokoh masyarakat dan pejabat, selain
itu juga ada kegiatan gotongroyong yang diadakan tiga bulan
sekali.
No Nama Keterangan1 KH. Lutfilah Baidlowi Pimpinan Pesantren2 Gus Abdullah Ibnu Umar Wakil Pimpinan3 Ust. Maimuri Guru Pesantren4 Ust. Selamet Riyadi Guru Pesantren5 ustzh. Zuhrina Guru Pesantren6 ustzh. Wahidah Guru Pesantren7 Ustzh. Hartatik Guru Pesantren8 Ust. Bambang Nurjaman Guru Pesantren9 Pak Bujang Ketua RT
10 Ust. Abdul hakim Tokoh Agama11 Mas sutowo Warga 12 Pak selamet riyadi Warga 13 Pak Jamin Warga 14 Mas Wito Santri15 Rizki santri16 Rio santri
DAFTAR INFORMAN
(kegiatan dan sosialisasi KAPOLRES Batanghari bersama pihak Pondok Pesantren dan
Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
(Kegiatan Pengajian rutin Tahunan yang di lakukan pondok pesantren
Darul Qur’an Al Islami)
(Kumpulan bersama para alumni Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
(Kegiatan Mahasiswa bersama pihak Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
(Kegiatan di depan Mushola warga Rt 08 Sridadi bersama pihak Pondok Pesantren)
(Kegiatan Pengajian Bulanan beserta penampilan para Santri Pondok
Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
(Kegiatan Para santri Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
(Foto setelah wawancara bersama Pimpinan, Ustadz/Ustazah, santri dan
Masyarakat)
(Keadaan Pondok Pesantren Darul Qur’an Al Islami)
i
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
Feriyanto dilahirkan di Kelurahan Sridadi
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari
pada 25 September 1990, Putra dari bapak
Muhadi dan Ibu Sumitun merupakan anak
pertama.
Memperoleh gelar sarajana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.) dari STAI
Muara Bulian pada tahun 2016, Ijazah Madrasah Aliyah (MA) Darul
Rahman Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada Tahun 2011, SMP
Islam Al-Arief Km.18 Desa Muaro Sebapo Kecamatan Mestong
Kabupaten Batanghari pada Tahun 2005 dan memperoleh ijazah
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 55/1 Kelurahan Sridadi Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batanghari pada Tahun 2002
Karya Ilmiah
Karya Ilmiah yang pernah ditulis adalah skripsi dengan judul
keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa arab di Madrasah
tsanawiyah Darul Qur’an Al Islami Batanghari.
Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja yaitu Menjadi Guru MTSS dan MAS Darul
Qur’an Al Islami Batanghari, Dari tahun 2011-2013. sebagai staf
marketing di Perumahan AZP Muara Bulian Tahun 2015, Menjadi
guru DTA Miftahul Huda Dari Tahun 2013-2016, Menjadi Guru di
SMPS Islam Al-Arief Muaro Jambi Dari tahun 2017-2018, sebagai staf
Tenaga Kependidikan di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan
Batanghari Dari Tahun 2018-sekarang.