Upload
satrio-hudi-asrori
View
119
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisa material yang mengalami patah ulet
Citation preview
MAKALAH
ANALISIS PERPATAHAN ULET
(ANALYSIS OF DUCTILE FRACTURE)
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpatahan dan Fatik
Dosen Pengampu Bpk. Heri Yudiono
Oleh
Satrio Hudi Asrori (5212412016)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 2
D. MANFAAT 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. DASAR TEORI 3
B. PEMBAHASAN 5
BAB III PENUTUP 8
A. SARAN 8
B. SIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN 10
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Bainite structure 5
Gambar2. Spesimen patah ulet 6
Gambar3. Proses pembentukan patahan 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah konstruksi dan perancangan, terdapat suatu kondisi dimana
material akan mengalami perubahan sifat mekanis dan fisis sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Perubahan sifat yang dimiliki material tentu saja akan
berpengaruh pada kondisi akhirnya. Salah satu kondisi yang umum terjadi adalah
patah, patah merupakan kondisi dimana material terpisah dari bagiannya karena
mengalami tegangan dalam bwaktu tertentu.
Patah sendiri memilki 2 jenis, yaitu patah getas dan patah ulet, namun pada
kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan mengenai patah ulet. Patah ulet
adalah patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak atau patah
geser (tearing or shear fracture). Pada dasarnya patah ulet memiliki beberapa ciri,
dianaranya:
a) terjadi penyerapan energi;
b) adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan;
c) permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna
kelabu.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa kondisi patah pada material
sangat penting, khususnya patah ulet (ductile fracture). Sebagai seorang
mahasiswa, kita harus mengetahui secara mendasar dan secara detail patah ulet
tersebut, sehingga diharapkan saat berada di lapangan tidak hanya mengetahui
secara umum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme perpatahan ulet pada material?
2. Bagaimana ciri-ciri material yang mengalami patah ulet?
3. Apa dampak patah ulet bagi material?
4. Bagaimana mengatasi patah ulet pada material?
2
C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. mengetahui mekanisme perpatahan ulet pada material;
2. mengetahui ciri-ciri material yang mengalami patah ulet;
3. mengetahui dampak patah ulet bagi material;
4. mengetahui cara mengatasi material yang mengalami patah ulet.
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan
pengetahuan mendalam mengenai perpatahn ulet, sehingga dalam praktik atau
berada di lapangan kita dapat mengatasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR TEORI
1. Mekanisme Perpatahan
Setiap faktor desain yang menimbulkan konsentrasi tegangan dapat
mengakibatkan perpatahan dini. Telah kita ketahui bahwa untuk
menyelesaikannya merupakan faktor penting. Mekanika patah menyajikan
studi struktural yang memandang perambatan retak sebagai fungsi beban
kerja. Retak adalah cacat mikroskopik yang secara normal muncul pada
permukaan atau bagian dalam material. Tidak ada material atau proses
manufaktur yang menghasilkan struktur kristal yang bebas cacat (selalu
terdapat cacat mikro). Pada tahap permulaan tumbuhnya retak terlihat bahwa
terjadi slip mikroskopik, dan slip tak mampu balik di dalam butir-butir (terjadi
konsenterasi tegangan). Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan
keuletan secara bertahap pada daerah bidang slip, yang menyebabkan
terbentuknya retak mikroskopik. Ini terjadi sekitar 10% - 20% dari umur fatik.
Retak tumbuh secara perlahan-lahan selama sisa siklus yang akhirnya terjadi
pengurangan luas penampang yang cukup besar hingga terjadi perpatahan.
Perambatan retak memerlukan tegangan yang lebih kecil
dibandingkan untuk inisiasi retak. Pada tegangan kerja, retak mudah bergerak
disepanjang material, menyebabkan slip pada bidang geraknya. Pada lokasi ini
lebih mudah terjadi kerusakan. Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya
diskontinuitas pada material. Kegagalan patah terjadi pada level tegangan
dibawah tegangan luluh material solid.
Mekanika patah memfokuskan pada panjang retak yang kritis yang
menyebabkan elemen mengallami kegagalan. Pengawasan terhadap patah
terbagi atas menjaga tegangan nominal dan menjaga ukuran retak agar dibawah
level kritis untuk material yang telah digunakan pada elemen mesin. Kegagalan
patah terjadi patah level tegangan dibawah tegangan luluh material solid.
Mekanika patah memfokuskan pada panjang retak yang kritis yang
menyebabkan elemen gagal. Pengawasan terhadap patah terbagi atas menjaga
4
tegangan nominal dan menjaga ukuran retak agar dibawah level kritis untuk
material yang telah digunakan pada elemen mesin.
Pada kebanyakan bahan teknik, tahapan yang paling sulit adalah
perambatan deformasi hasil retakan mikro melalui penghalang yang kuat,
misalnya perbatasan butiran. Oleh karena itu ukuran butiran mempunyai
pengaruh yang besar pada sifat-sifat patah getas. Kita mengetahui bahwa
karbida rapuh memainkan peran kritis hingga pada baja lunak terjadi
perpatahan rapuh. Smith mengusulkan mengenai pembentukan retakan mikro
pada batas butir lapisan karbida sebagai gambar berikut.
2. Teori perambatan retak (Theory of crack propagation).
Dalam teori perambatan retak (Theory of crack propagation), ada 3
(tiga) aspek perambatan retak yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1. Ukuran keretakan (crack size). Ukuran retak kritis merupakan fungsi
dari tegangan dan ketangguhan patah material yang didefinisikan
dari persamaan; KIC = σ f (ac π) 0,5 di mana K adalah ketangguhan
patah, σ adalah stress (design property), dan ac adalah ukuran retak
kritis untuk kegagalan (deteksi tergantung pada teknik NDE (ukuran
deteksi berbanding terbalik dengan biaya).
2. Plastik zona di ujung retak Bahan rapuh memiliki kemampuan
sedikit plastis berubah bentuk, sehingga mudah retak merambat.
Bahan ulet dengan mudah dapat merusak di ujung retak, yang
menumpulkan ujung dan menghasilkan energi tambahan (kekuatan)
untuk memajukan ujung retak.
3. Ketebalan (t) Ketebalan dinding bejana tekan adalah fungsi
Ketangguhan retak dan kekuatan hasil dan t adalah tebal dinding; t
<2,5 (KIC / σys) 2. Bila hubungan bentuk patahan terhadap
mikrostruktur merupakan hal yang dianggap penting, maka profil
retakan diuji dan kehatihatian harus dilakukan untuk menjaga bagian
ujung.
Proses nukleasi hanya bergantung pada tegangan geser yang
memaksa dislokasi menjadi satu, sebelum mereka bergabung, oleh karena itu
proses perpatahan hanya bergantung pada tegangan geser. Dengan demikian
5
nukleasi retak mikro dianggap sebagai suatu proses yang lebih mudah
dibandingkan dengan perambatan retak dan tegangan pertumbuhan merupakan
faktor tertentu pada mekanisme perpatahan. Bila tegangan luluh lebih kecil dari
tegangan tumbuh maka bahan dikatakan ulet. Sedangkan bila tegangan luluh
lebih kecil dari tegangan tumbuh maka dikatakan bahan rapuh. Pertumbuhan
retak berlangsung terus dengan cara tadi dan terjadi perpatahan rapuh atau ulet
(karena penampang yang telah berkurang tidak mampu menahan beban). Pada
paduan rekayasa (bukan logam murni) yang mengandung inklusi atau partikel
fasa kedua, terbentuk retak atau rongga dimuka ujung retak awal ketika
tegangan atau regangan tarik mencapai nilai kritis tertentu. Perambatan retak
memerlukan tegangan yang lebih kecil dibandingkan untuk inisiasi retak. Pada
tegangan kerja, retak bergerak mudah disepanjang material, menyebabkan slip
pada bidang geraknya. Pada lokasi ini lebih mudah terjadi kerusakan.
Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya diskontinuitas pada material.
B. PEMBAHASAN
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang
diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak akan
berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya
deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga permukaan
patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu
komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan
karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur
bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.
Gambar 1. Bainite Structure
http://www.metallographic.com/Procedures/1018%20quenched%20steel.htm
6
Gambar 2. Spesimen Patah Ulet
Sumber: http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html
Beberapa jenis patah ulet dapat terjadi selama proses logam atau pada
berbagai jenis pemakaian yang berbeda-beda. Patah ulet akibat beban tarik
biasanya didahului oleh penurunan secara lokal diameter bahan yang dinamakan
penyempitan (necking).
Gambar 3. Tahapan Pembentukan Patahan
Mekanisme patah ulet menggambarkan dimana partikel-partikel fasa
kedua seluruhnya akan terdistorsi akibat proses deformasi plastik, biasanya secara
umum ketahanan terhadap patah ulet sangat bervariasi terhadap arah dalam proses
pembentukannya.
Pada praktiknya Suhu semakin tinggi nilai energi impak semakin tinggi
menunjukkan kemungkinan bagi atom-atom untuk melompat meningggalkan
tempatnya atau kekosongan dalam kristal yang berbentuk garis, sehingga aktivitas
pergeseran meningkat, dan terjadi keadaan perpatahan ulet, hal ini yang
menyebabkan baja karbon rendah semakin ulet. Kecenderungan perpatahan yang
terjadi pada suhu rendah adalah perpatahan rapuh, sebab ketika suhu berkurang
aktivitas pergeseran pada baja karbon rendah tersebut juga berkurang (Putra
22:2012).
7
Dengan keuletan relatif dapat ditentukan dari:
1. Pengukuran keuletan (dengan mengukur % perpanjangan atau %
penyusutan penampang)
2. Jumlah energi yang diserap pada percobaan Impack /pukul. Pada suhu
rendah, retak dapat merambat lebih cepat daripada terjadinya deformasi plastik,
berarti energy yang diserap sedikit. Baja dibebani secara perlahanlahan dapat
patah ulet & patah rapuh pada impack (beban kejut).
Ciri-ciri patah ulet:
Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
Tempo terjadinya patah lebih lama.
Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
Permukaan patahannya terdapat garisgaris benang serabut (fibrosa),
berserat, menyerap cahaya, pempilannya buram
terjadi penyerapan energi
adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan
permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna
kelabu.
8
BAB III
PENUTUP
A. SARAN
Setiap faktor desain yang menimbulkan konsentrasi tegangan dapat
mengakibatkan perpatahan dini. Telah kita ketahui bahwa untuk
menyelesaikannya merupakan faktor penting, begitu patah ulet. Untuk
memprediksi suatu material mengalami patah ulet harus kita selalu awasi dalam
memberikan perlakuan, entah saat pembuatan ataupun penggunaan, sehigga patah
ulet dapat dihindari.
B. SIMPULAN
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan
pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak akan berhenti. Patah
ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang
cukup besar di sekitar patahan. Patah ulet akibat beban tarik biasanya didahului
oleh penurunan secara lokal diameter bahan yang dinamakan penyempitan
9
Daftar Pustaka
Nusyirwan .2007. Analisa Perpatahan Roda Gigi Terhadap Misslignment Gear
Box Kiln Indarung V Pt. Semen Padang. No. 27 Vol.2 Thn. Xiv April
2007 .Diakses pada 16 Oktober 2014 Melalui www.scholar.google.co.id
Putra, Trisna.2012.Perambatan Retak (Crack Propagation) Tap Bolt
Unc - Oil Coated Astm 325.Jurnal Teknik Mesin Vol.2, No. 1, Oktober 2012 : 20-
2. Diakses pada 16 oktober 2014 melalui www.scholar.google.co.id
10
Lampiran