Upload
rany-waisya
View
112
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PATOGENESIS DAN ASPEK NEUROLOGI ATEROSKLEROSISDAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan
Bab.II. Epidemiologi
Bab.III. Anatomi dan Fisiologi Arteri
Bab.IV. Patogenesis Aterosklerosis
4.1. Metabolisme Lipid
4.2.
Bab.V. Aspek Neurologi
5.1. Sindroma Arteri Karotis
5.2. Sindroma Cabang Arteri Karotis
5.3. Sindroma Arteri Vertebrobasiler
Bab.VI. Penutup
Bab.VII.Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan penanganan dan diagnosis penyakit serebrovaskular berkembang dengan
pesatnya, namun sampai saat ini penyakit serebrovaskular masih merupakan penyebab kematian
dan kecacatan yang tinggi di populasi, baik secara nasional maupun global. Stroke termasuk
penyebab kematian dan kecacatan fisik dan mental yang utama di negara industri dan mempunyai
dampak yang sangat besar dari segi pembiayaan sistem kesehatan.
Mahalnya biaya pengobatan mengakibatkan tidak semua masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang optimal. Oleh sebab itu upaya preventif merupakan langkah yang harus
diterapkan sedini mungkin sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau kecacatan maupun
kematian
Pada sebagian besar penderita gangguan peredaran darah otak sepintas (stroke),
aterosklerosis merupakan dasar kelainan tersebut. Aterosklerosis merupakan penyakit degeneratif
yang dapat melibatkan pembuluh darah.(Sumarmo M, L Tobing). Stroke merupakan manisfestasi
akhir kelainan patologik pada pembuluh darah yang prosesnya secara bertahap dimulai jauh
sebelum terjadinya serangan stroke.
1
Aterosklerosis merupakan ganggauan pada pembuluh darah arteri yang bertanggung
jawab atas terjadinya kebanyakan stroke iskemik. Penyebab utama stroke iskemik 14-40 % akibat
infark aterosklerotik, 15-30 % kardioemboli, 15-30 % infark lakunar dan 5 % akibat sebab lain yang
jarang ditemukan.
Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama dan kecacatan di negara maju dan
berkembang(Libby). Diperkirakan penyebab kematian utama dunia dalam waktu 25 tahun
kedepan (athero last update). Di Amerika merupakan penyebab kematian terbanyak pada orang
usia diatas 50 tahun (Toole). Dari segi kesehatan masyarakat menyerap dana yang tidak sedikit,
di Amerika diperkirakan menghabiskan dana lebih $ 100 miliar pertahun(athero last update)
Sesuai definisi WHO , aterosklerosis adalah berbagai perubahan pada tunika intima arteri
yang melibatkan penumpukan lokal substansi lemak, kompleks karbohidrat, darah dan unsure-
unsurnya , jaringan ikat dan garam kalsium (milikan). Aterosklerosis selanjutnya dinyatakan
sebagai suatu proses dimana lumen arteri secara berangsur-angsur menjadi sempit oleh karena
adanya deposisi lemak, proliferasi sel otot polos, meningkatnya bentukan kolagen dan kadang-
kadang disertai kalsifikasi
Pada makalah ini akan diuraikan patogenesis dan aspek neurologi aterosklerosis.
Penulisan referat ini adalah merupakan salah satu persyaratan yang dilalui dalam
menjalani stase rawatan pada program studi Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi. Semoga apa
yang ditulis dalam referat ini bisa bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para dokter yang
sedang dalam pendidikan khususnya.
BAB II
EPIDEMIOLOGI
2
Meskipun aterosklerosis digolongkan penyakit sistemik, tetapi lesi aterosklerosis timbul
pada tembat-tempat tertentu/ spesipik yang disebut lokasi lesion prone yang struktur maupun
fungsional berbeda dari lokasi non lesion prone . Lokasi lesion prone mempunyai endotel yang
lebih permeable terhadap protein plasma ( albumin, fibrinogen) dan LDL kolesterol ( Mancini,
1992). Keragaman aterosklerosis pada berbagai pembuluh darah disebabkan pada masa
embriogenesis sel otot polos terbentuk dari organ parenkim yang berbeda, karena itu berbeda pula
dalam respon terhadap berbagai efektor aterosklerosis.
Tempat utama dari aterosklerosis dalam system karotis adalah sinus karotis komunis
interna dan bagian kavernosus dari karotis interna ( sifon karotis), terutama pada bagian karotis
keluar dari sinus kavernosus. Penyakit dapat meluas pada arteri karotis komunis dan karotis
eksterna, tetapi bagian antara karotis interna diantara sinus dan sifon relative tidak terlibat.
Pada system vertebrobasiler tempat utama adalah pangkal arteri subklavia dan bagian
intracranial dari arteri vertebralis. Ujung kaudal dari arteri basilaris lebih sering terlibat dibanding
bagian rostral. Aterosklerosis pada pangkal a. vertebralis lebih sering dan biasanya lebih jelas dari
pada arteri yang lebih kecil, sementara didalam tengkorak a. vertebralis dan a. basilaris ipsilateral
lebih menonjol terkena.
Plak aterosklerosis dapat ditemukan pada cabang-cabang utama a. serebri media ,
anterior, dan posterior, juga pada arteri sirkumferensial yang mendarahi batang otak. Proses lebih
menonjol jika ada hipertensi arterial yang menetap.
Namun demikian tidak selalu arteriosclerosis akan menimbulkan obstruksi lumen
pembuluh darah, contohnya plak yang banyak terdapat pada sifon karotis jarang menyebabkan
obstruksi, berbeda dengan plak pada sinus karotis yang lebih sering menyebabkan komplikasi.
Perbedaan ini dapat terjadi oleh karena plak dalam sifon biasanya rata, sedangkan pada sinus
karotis plak irregular , berbenjol dan ulserasi.
Pada tahun 1956, Hutchinson dan Yates , dengan dasar penelitian post mortem,
mengajukan istilah Kortikovertebral Stenosis pada proses stenosis yang sering dikedua system
arteri.
Dari pasien yang menjalani angiografi ditemukan :
1. 26-43,5 % dari semua lesi stenotik arteri leher terletak pada level bifurkasio karotis.
2. 20-37 % pada pangkal arteri vertebra
3. 6-12 % pada a. subklavia, terutama yang kiri
4. 6-8 % pada pangkal a. karotis komunis, terutama yang kiri
3
Kombinasi oklusi arteri ekstrakranial dan intracranial frekuensinya tergantung pada usia,
jenis kelamin dan ras. Laki-laki usia 20-49 tahun, 38 % aterosklerosis, bahkan lesi stenotik multipel
terhadap pada setiap 3 kasus.
Fogelholm menemukan aterotrombosis pada otopsi serial pasien usia diatas 45 tahun, 1,7 -10
% trombosis pada a. karotis. 1,5 -8,6 % pada a. vertebralis. Oklusi thrombus pada arteri
intracranial 5 %. Pasien dengan infark serebri insiden oklusi meningkat.
Gambar 1. Tempat predileksi dari aterosklerois
BAB III
ANATOMI DAN FISIOLOGI ARTERI
Pembuluh darah arteri terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1. Tunika intima adalah lapisan paling dalam dan langsung bersentuhan dengan aliran
darah . Lapisan ini terdiri atas barisan endotel longitudinal, dan pada beberapa pembuluh
darah juga mengandung connective tissue dan kadang-kadang disertai dengan sel otot
polos.
2. Tunika media, terdiri atas sel-sel otot polos yang tersusun melingkar, dan tergantung
kepada ukurannya, membentuk jaringan elastik yang baik
4
3. Tunika adventisia, terutama terdiri dari fibroblas, kolagen dan serat-serat elastin
longitudinal. Beberapa jenis sel-sel seperti sel mast, makrofag dan sel-sel ganglionik juga
terdapat dalam tunika adventisia
Adventisia didefinisikan sebagai jaringan penghubung terluar dari berbagai organ,
pembuluh darah, atau struktur lain yang tidak ditutupi oleh serosa. Beberapa studi
menghasilkan konsep bahwa perubahan fungsional dari adventisia akan mengakibatka
patologi vaskular. Sejumlah studi menunjukan bahwa adventisia diaktivasi selama
perkembangan aterosklerosis. Pada tahun 1962 , Schwartz dan Mitchell menunjukan
hubungan positif antara derjat inflamasi adventisia dan derajat keparahan aterosklerosis
Dinding arteri mempunyai struktur yang dinamik dalam menyesuaikan dan memberi
respon terhadap rangsangan mekanik dan biokimia yang dapat merubah struktur dan komposisi
endotel, otot polos, serabut kolagen, elastin dan proteoglikan.
Sel endotel berperanan dalam membentuk permukaan yang berdaya tahan terhadap
trombus ( tromboresisten) yang melancarkan aliran darah secara terus menerus, sifat ini
disebabkan oleh glikoprotein, proteoglikan dan prostasiklin yang dihasilkan oleh sel endotel sendiri.
Endotelium membentuk suatu barier yang selektif terhadap lipid plasma, bersifat antitrombogenik
dan vasotonik.
BAB IV
PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis sudah mulai terjadi setelah manusia dilahirkan , tetapi proses ini
memerlukan waktu bertahun-tahun sampai terbentuk suatu mature plaques yang bertanggung
jawab terhadap gejala klinis yang timbul dikemudian hari.(Japimoru)
Terdapat bukti nyata, bahwa sel-sel otot polos arteri, memainkan peranan dalam proses
atherogenik(Carew)
Proses aterogenesis hingga saat ini belum jelas , meskipun banyak teori dikemukakan
oleh para ahli. Pada dasarnya kelainan yang terjadi berupa proliferasi dari sel lapisan intima dan
akumulasi lemak di intima. Bilamana perubahan ini berlanjut, maka akan menimbulkan trombus
dan oklusi lumen. Beberapa hal yang masih belum dapat diterangkan adalah bagaimana dapat
terjadi, bahwa aterosklerosis tidak dapat timbul pada seseorang, sedang pada yang lain dapat
muncul secara dini (Taufik)
Proses aterosklerosis terkait erat dengan dislipidemia yang merupakan kelainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma.
5
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semua
berperan penting dan sangat erat kaitannya satu sama lain
Metabolisme Lipid
Didalam tubuh manusia dikenal dua jalur transport dalam metabolisme lipid yaitu transpor
eksogen dan transpor endogen.
1. Transpor Eksogen
Lemak pada makanan (terdiri atas trigliserida dan kolesterol) akan diserap oleh
mukosa usus. Trigliserida akan terhidrolisis, melepaskan asam lemak bebas,
kemudian mengalami reesterifikasi di mukosa usus. Trigliserida bersama kolesterol
membentuk kilomikron dengan bantuan apolipoprotein (apo) B-48 kemudian
dieksresikan kedalam saluran limfe. Pada waktu mencapai sirkulasi darah, kilomikron
akan berinteraksi dengan enzim LPL (lipoprotein lipase) yang terdapat dipermukaan
endotel kapiler. Interaksi ini membersihkan trigliserida dari dalam kilokmikron. Sisanya
(kilomikron remnan) akan dibawa oleh HDL ke hepar, kemudian mengalami
metabolisme dan seterusnya dikeluarkan melalui empedu.
2. Transpor Endogen
Hepar mensintesis VLDL dan diekskresikan kedalam sirkulasi. Sama dengan
kilomikron, VLDL bereaksi dengan enzim LPL sehingga trigliserida dihidrolisis dan
melepaskan asam lemak bebas yang kemudian dideposit didalam jaringan. Dengan
demikian VLDL akan kekurangan trigliserida dan relatif banyak mengandung ester
kolesterol yang disebut VLDL sisa/IDL (Intermidiate Density Lipoprotein). IDL akan
mengalami 2 macam katabolisme, yang berukuran besar langsung ditangkap oleh
reseptor dihepar dan diekskresikan melalui empedu, sedangkan yang berukuran kecil
diubah oleh enzim hepatic trigliserida lipase menjadi LDL.
Metabolisme LDL selanjutnya ditentukan oleh adanya reseptor LDL di jaringan.
Melalui resptor inilah kebutuhan kolesterol tubuh akan terpenuhi. Bila kolesterol
didalam sitoplasma sudah cukup pembentukan reseptor LDL akan dikurangi sehingga
akan menghambat uptake LDL selanjutnya . Ini berarti bila kadar LDL dalam plasma
tinggi tidak semuanya dapat ditangkap oleh reseptor LDL. Dengan demikian LDL akan
berada lama didalam plasma dan mengalami berbagai modifikasi sehingga menjadi
modified LDL yang kan ditangkap oleh reseptor scavenger yang berada dipermukaan
sel makrofag. Sel makrofag tidak mempunyai mekanisme down regulation. Ini berarti
6
walaupun sudah banyak LDL didalam makrofag, reseptor scavenger terus diproduksi
sehingga makin banyak LDL diinternalisasikan kedalamnya. Bila hal ini terus
berlangsung, sel makrofag akan makin membesar dan menjadi sel busa yang
memudahkan terjadinya aterosklerosis.
HDL disintesis dihepar dan usus. HDL dapat mengambil lipid (trigliserida da fosfolipid)
dan protein (apo A1,C,E) dari lipoprotein yang kaya trigliserida (kilomikron dan VDLD).
HDL juga mengambil kelebihan kolesterol bebas dari jaringan perifer dan makrofag,
kemudian membawanya ke hepar. Didalam hepar, kolesterol dapat langsung
dieksresikan melalui empedu, diubah menjadi asam empedu, atau digunakan kembali
dalam proses produksi lipoprotein. HDL merupakan antiteratogenik yang kuat selain
perannya melalui mekanisme reverse cholesterol transport tetapi juga melalui
mekanisme kemampuan HDL untuk mengambil kolesterol langsung dari sel busa
pada lesi aterosklerosis, kemampuan HDL untuk melindungi dari proses oksidasi dan
peranya sebagai bahan pembentukan prostaksiklin yang bersifat antitrombotik (Brown,
Suyono S)
Patogenesis Aterosklerosis
Patofisiologi Aterosklerosis
Pada saat ini telah berkembang beberapa teori aterogenesis , antara lain :
1. Lipid theory
Dalam teori ini dikemukakan bahwa kolesterol dan lipoprotein plasma (terutama
sangat erat terlibat dalam patofisiologi aterosklerosis). Dalam penemuan ini dapat
diamati beberapa hal :
a. Kenaikan transportasi lipoprotein plasma dari darah kedalam dinding arteri
b. Penimbunan lipid intra dan ekstra seluler didalam dinding arteri
c. Penurunan pengeluaran lipid dari dinding arteri
2. Response to injury theory
Prinsip teori ini mengemukakan bahwa adanya kerusakan endotel akan memacu
agregasi trombosit pada lesi kemudian faktor-faktor trombositik akan memacu migrasi
dan proliferasi sel otot polos.
3. Mesenchymal theory
Prinsip teori ini adalah sel dinding arteri merupakan titik lemah dari pengaruh faktor
resiko seperti : hipertensi, diabetes, stress dan diet aterogenik. Faktor resiko tersebut
akan memacu perubahan patologis sel mural arteri ( sel mesenkimal) kemudian terjadi
7
gangguan metabolisme pada sel tersebut yang pada akhirnya terjadi perubahan
histopatologis dinding pembuluh berupa edema, hialinisasi, fibrosis, nekrosis ,aterom
dan trombosis
4. Mutagenic theory
Teori ini serupa teori timbulnya tumor jinak yaitu proliferasi salah satu sel otot polos
dinding pembuluh darah sebagai akibat mutagen ( virus carcinogen)
.
Banyak teori yang mengemukakan patofisiologi dari aterosklerosis antara lain :
1. Teori Respon terhadap injuri endotel
Teori ini menyatakan kerusakan endotel menyebabkan perubahan struktur dan atau
fungsi endotel. Faktor seperti hiperlipidemia , disfungsi hormonal, dan meningkatnya
tegangan gunting ( shear stress ) aliran darah terhadap sel endotel, seperti pada
hipertensi dapat merusak sel endotel dan merubah penghalang (barier) alamiah
endotel, sehingga terjadi penerobosan ( passage) unsur-unsur darah kedalam dinding
arteri. Aksi ini akan merubah hubungan sel endotel dan sel jaringan penunjang,
kekuatan hemodinamik meningkat dan dapat merusak sel endotel dinding arteri. Luka
setempat yang disebabkan oleh proses ini menyebabkan jaringan penun jang
subendotel terbuka terhadap platelet atau unsur-unsur sirkulasi lainnya.
Disfungsi sel endotel akan merubah sifat daya tahan thrombus (thromboresistant) dari
lumen arteri , sehingga interaksi antara platelet melekat padanya, agregasi platelet
diikuti dengan pelepasan isi granul platelet. Infiltrasi hebat dari platelet , lipoprotein
darah serta unsure plasma lainnya pada daerah yang rusak, menyebabkan proliferasi
fokal dari sel otot polos arteri, sel membentuk sejumlah besar matriks jaringan
penunjang dan lemak menumpuk didalam sel maupun disekeliling matriks jaringan
penjunjang. Bila kerusakan endotel berlangsung terus atau berulang kembali,
proliferasi sel otot polos dan akumulasi jaringan penunjang serta lemak berlanjut terus.
Efek ini dapat mengisyaratkan, keseimbangan kritis, antara reendotelisasi, proliferasi
sel, perusakan sel dan pemindahan, yang menunjukan apakah kerusakan meluas,
menetap atau regresi. Factor resiko dapat mempengaruhi keseimbangan ini, dengan
menyebabkan kerusakan menahun atau dengan interferensi reaksi jaringan normal
terhadap kerusakan.
2. Teori Infiltrasi Lipid
8
Menurut teori ini terjadinya aterosklerosis berhubungan dengan peningkatan LDL
plasma. Peningkatan LDL yang kronik dan progresif menyebabkan terbentuknya sel
busa dan fatty streak, dan berkembang menjadi plak fibrosa. Kedua teori diatas tidak
berdiri sendiri, sebab injury endotel memudahkan kemasukan lipid dan peningkatan
kadar lipid mempermudah injury endotel.
Proses aterosklerosis adalah proses yang komplek yang disebabkan interaksi dan
migrasi sel-sel radang, proliferasi sel otot polos dengan menghasilkan matriks
ekstraseluler. Lesi aterosklerosis dimulai dari garis lemak dan plak fibrosa, garis lemak
merupakan lesi awal di subendotel yang terdiri dari sel busa, sel otot polos, limfosit T ,
intra dan ekstraseluler lipid, serabut kolagen, elastin dan proteoglikan.
Plak fibrosa merupakan lesi proliferatif yang terdiri dari lipid amorf, ester kolesterol
yang mengelilingi plak fibrosa yang tersusun oleh sel otot polos, matrik kolagen,
proteoglikan, sel busa, dan limfosit.
Besarnya plak fibrosa membentuk anyaman vasavasorum dilapisan adventisia dan ini
mendasari perubahan degeneratif, kalsifikasi, perdarahan dalam plak, ulserasi dan
terombosis. Dapat dipercaya bahwa proses imunologi berperan pada lesi vascular dan
ada beberapa factor yang juga berpengaruh antara lain kadar trigliserida dan limfosit
sitotoksik
3. Teori Monoklonal
Teori ini menyatakan setiap lesi aterosklerosis berasal dari sel otot polos tunggal, sel
ini bertindak sebagai pemicu bagi sel-sel lainnya untuk berproliferasi. Plak
ateroskleorsis seringkali terlihat sebagai nodul yang terisolasi yang dikelilingi oleh
jaringan normal. Plak yang terisolasi adalah monoclonal. Lesi aterosklerosis
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari sel yang telah mengalami transformasi
oleh virus atau zat kimia.
4. Teori Penuaan klonal (Clonal Senescence)
Teori ini menyatakan bahwa sel sebenarnya memproduksi bahan-bahan khusus yaitu
chalones. Bahan ini mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel. Pada usia tua
kadar chalones ini menurun sehingga tidak terjadi keseimbangan antara chalones
(inhibitor) dan mitogennya ( stimulan). Dalam keadaan normal , zat penghambat ini
berdifusi ke tunika intima untuk menghambat replikasi stem sel. Mekanisme umpan
balik ini menurun dengan meningkatnya usia. Berkurangnya stem sel menyebabkan
sel mati tidak segera diganti dan kadar chalones juga berkurang. Secara kwatitatif
9
efek ini tidak berpengaruh pada tunika media, dimana terdapat banyak sel, tetapi
menurunya difusi chalones ke tunika intima akan meningkatkan replikasi stem sel
intima dan mengakibatkan menumpuknya sel otot polos pada plak aterosklerosis
5. Teori lisosomal
Teori ini menyatakan bahwa akumulasi kolesterol didalam sel menggambarkan
eksresi kolesterol yang tidak efisien melalui lisosom. Jadi bila jumlah kolesterol terlalu
banyak, terjadi penurunan eksresi.
Tetapi yang saat ini banyak dianut adalah gabungan teori kerusakan endotel dan infiltrasi
lipid. Menurut teori gabungan antara kerusakan sel endotel dan infitrasi lipid,
aterosklerosis terjadi melalui beberapa langkah yaitu :
1. Terjadinya kerusakan endotel pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti factor mekanis
(hemodinamik dan traumatik ), endotoksin, LDL, homosistein dll dan menyebabkan
perubahan membran sel, sehingga terjadi perlekatan platelet dan peningkatan infiltrasi
lipid kedalam dinding pembuluh darah.
2. Perlekatan platelet akan melepaskan faktor pertumbuhan yaitu PDGF (Platelet Derived
Growth Factor). Dengan adanya PDGF dan infiltrasi lipid akan meningkatkan uptake lipid
kedalam sel-sel otot polos dan makrofag. Sementara PDGF sendiri akan menyebabkan
proliferasi dan migrasi sel-sel otot polos dari tunika media ke tunika intima
3. Akibat meningkatnya uptake lipid kedalam makrofag, terjadi gangguan keseimbangan
kolesterol didalam makrofag, dimana kolesterol yang masuk lebih banyak dari yang keluar.
Pada kondisi ini makrofag menghasilkan beberapa produk yang menyebabkan proliferasi
dari fibroblast dan sel otot polos.
Mekanisme terjadinya aterosklerosis yang telah dikenal sebagai berikut :
a. Tahap I : Fatty Streak
Fatty streak adalah tonjolan dengan dasar lebar merupakan bentuk paling dini dari
aterosklerosis, dimana terlihat berupa bercak-bercak akumulasi lipid pada otot polos,
makrofag dan jaringan ikat tunika intima arteri. Fatty streak terjadi karena adanya infiltrasi
LDL yang terlalu banyak kedalam endotel yang kemudian mengalami modifikasi atau
oksidasi. Modifikasi sel endotel ini akan mengeluarkan bahan kimia yang menarik monosit
dari lumen kebawah endotel, yang akhirnya menjadi lipid laden macrophages atau dikenal
juga foam sel ( sel sabun )
10
Sebagian besar komponen lemak yang terdapat dalam sel busa adalah kolesterol ester .
sel busa adalah mononuclear yang penuh dengan droplet lemak. Didalam sel busa juga
ditemukan matrix vesicle yang ternyata berisi kristal garam kalsium, hidroksi apatit.
b. Tahap II : Fibrous Plaque
Fibrous Plaque adalah tonjolan bentuk kubah berupa penebalan intima, terutama pada
aterosklerosis lanjut. Apabila sel busa bertambah banyak akhirnya akan merusak lapisan
endotel sehingga robek dan menyebabkan sel otot polos terpajan darah perifer. Akhirnya
menyebabkan sel otot polos berikatan dengan trombosit, timbul agregasi trombosit dan
keluarlah Platelet Derived Growth Factor (PDGF) yang kemudian merangsang proliferasi
jaringan ikat fibrotik, termasuk serabut kolagen dan fibrin retikularis. Kesemua ini
terperangkap dalam suatu bahan yang akhirnya membentuk plaque(plak).
Suatu plak fibrotik berisi jaringan nekrotik inti yang terdiri atas lemak didalam makrofag
dan juga lemak ekstraselular dengan suatu topi jaringan fibrosis. Plak fibrotik ini bisa
dalam keadaan tenang, bisa tetap tidak berubah sampai beberapa tahun. Derjat plak
fibrotik tersebut sangat tergantung pada jumlah jaringan lemak yang tersimpan kedalam
inti nekrotik plak, proliferasi otot polos dan pembentukan jaringan ikat. Plak ateromatosa
aorta ternyata mengandung 40-65% lemak. Sedangkan atheromatous coronary plaque
mengandung 4-5% lemak, tetapi 50% garam kalsium.
c. Tahap III : Komplikasi lesi aterosklerosis
Merupakan hasil akhir berupa lesi yang komplek, yang berisi tidak hanya plak fibrotik
tetapi juga daerah perdarahan, kalsifikasi, ulserasi ataupun trombosis.
Terbentuknya plak aterosklerotik merupakan proses yang aktif yang merupakan hasil
interaksi antara dinding vascular, unsure-unsur dalam sirkulasi dan gangguan pada aliran.
Perkembangan Plak Aterosklerotik (Gambar 1)1. Accumulation of lipoprotein in intima 2. Oxidative stress3. Cytokine activation 4. Monocyte penetration5. Macrophage foam cells 6. Smooth muscle cell migration7. Extracellular matrix accumulation 8. Calcification
Ada tujuh faktor yang berperan pada perkembangan plak aterosklerosis : (Japimoru)
1. Akumulasi Lipid
11
Peningkatan konsentrasi lipoprotein plasma, terutama LDL, adalah sumber dari akumulasi
kolesterol didinding arteri yang menyebabkan retensi LDL. Mekanisme retensi LDL
didinding arteri kemungkinan karena interaksi antara apo B yang bermuatan positif dengan
proteoglikan dari dinding arteri (APG) yang bermuatan negatif terutama kondroitin sulfat
(CS-PG). Interaksi ini menyebabkan lipoprotein terangkap, kemudian termodifikasi
(teroksidasi), ditangkap oleh makrofag dan menyebabkan terbentuk sel busa
2. Disfungsi endotel
Dalam keadaan normal, sel-sel endotel dapat mencegah masuknya lipoprotein dan
monosit ke dalam intima, menjaga irama vascular dan mencegah koagulasi dan trombosis.
Disfungsi endotel menyebabkan peningkatan permeabilitas, peningkatan adhesi dan
infiltrasi monosit, peningkatan sekresi molekul vasoaktif dan inflamasi, peningkatan adhesi
dan agregasi trombosit, peningkatan aktivasi prokoagulan dan gangguan fibrinolisis
3. Aktivasi Monosit dan Makrofag
Oksidasi fosfolipid yang ada didalam lipoprotein menghasilkan LDL yang termodifikasi
minimal, yang dapat merangsang endotel untuk mensekresikan factor kemotaktik seperti
monocyte chemotactic protein 1 (MCP-1)
4. Perubahan Sel Otot Polos
5. Matriks Ekstraseluler
6. Trombosit dan Faktor Koagulasi
7. Virus dan Bakteri
Plak ateroskerotik terdiri dua komponen utama yaitu komponen ateromatous pada inti (lipid
core) yang lunak dan kaya lipid, serta komponen sklerotik penyusun fibrous cap yang lebih keras
dan kaya akan kolagen. Kandungan lipid pada plak terdiri kolesterol bebas, kolesterol ester,
fosfolipid, dan trigliserida dengan komposisi masing-masing 25%, 52 %, 14 % dan 9 % (Felton)
Komponen ateromatus yang lebih berbahaya karena menyebabkan plak mudah koyak. Sebaliknya
komponen sklerotik biasanya lebih voluminous tetapi tidak berbahaya karena kolagen bersifat
menstabilkan plak
BAB V
ASPEK NEUROLOGI
12
Jika arterosklerosis menurunkan perfusi jaringan otak dibawah batas kritis , maka akan
terjadi iskemik. Daerah sekitar iskemik adalah zona konsentris dan hiperemis yang disebabkan
kehilangan kemampuan autoregulasi lokal.
Gejala yang timbul tergantung pada arteri mana yang terlibat, ada yang mengelompokan
pada sindroma yang timbul akibat oklusi arteri ekstrakranial dan arteri intrakranial atau bersamaan.
Jika arteri tersumbat oleh trombus dan embolus , aliran darah ke distal terhenti dan
bekuan darah dipertahankan oleh kolateral. Contohnya jika arteri karotis interna tersumbat pada
sinus, biasanya trombus meluas sampai ke arteri karotis kortikotimpani atau oftalmika, kemudian
akan terjadi proliferasi fibroblastik, diameter arteri akan mengecil. Jika proses ini terjadi di cabang-
cabang arteri karotis intrakranial disebut dengan Tromboangitis Obliterans Serebri.
Sindroma Arteri Karotis
Obstruksi pada arteri karotis tidak selalu menyebabkan infark , tergantung pada
upaya sirkulasi kolateral sebagai aliran darah alternatif.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi yaitu anatomi pembuluh darah otak, plak
aterosklerosis yang didapat, ditambah mekanisme pencetus yang mendorong
terjadinya insufisiensi serebrovaskular (TIA) atau infark. Salah satu mekanisme
pencetus serangan adalah lepasnya mikroemboli dari permukaan yang berulkus dari
plak aterosklerosis.
Gambaran Klinik
5.1.1. Amourosis Fugax , oleh karena terlibatnya arteri oftalmika yang berasal
5.1.2. TIA, manisfestasi klinik berbeda-beda tergantung lokasi yang terlibat
5.1.3. Infark, obstruksi manifestasi pertama sebagai infark serebri yang berevolusi
5.1.4. Sakit Kepala, jarang karena dilatasi pada aliran kolateral didalam daerah
distribusi arteri karotis
5.1.5. Bising/Bruit, kadang-kadang pasien mendengar suara menggangu dalam
kepalanya pada daerah telinga sisi yang terkena, tetapi sering terdengar
merata dikepala. Disebabkan karena turbulensi aliran darah
5.1.6. Funduskopi, dapat ditemukan emboli pada arteri retina (oftalmologi umum II
38)
Emboli trombosit/fibrin , berbentuk silinder putih
Emboli kolesterol ( Bercak Hollenhorst), mengkilat
Emboli kalsifikasi, berbentuk bulat telur
13
5.1.7 Auskultasi, bruit dapat didengar diarteri daerah torakal torakal, leher dan kepala.
Tergantung lokasi arteri dan sirkulasi kolateral yang berbentuk, dapat didengar
dibagian bifurkasio karotis pada sudut dagu.
5.1.8. Palpasi, peningkatan denyut nadi menunjukan stenosis arteri karotis,
perlambatan denyut nadi menyokong untuk curian clavian subclavian steal
syndroma. Steal sindroma paling sering karena stenosis arteri subclavian kiri,
menyebabkan darah mengalir terbalik dari kepala kearah ekstremitas atas,
sehingga otak kehilangan sebagian suplai darah
Sindroma Cabang Arteri Karotis
Meliputi sindroma arteri serebri media, anterior, arteri koroidalis anterior, lakunar
infark dan demensia multiinfark
Arteri Serebri Media
Sumbatan pada arteri serebri media terjadi hemiparesis dan hemihipestesia
kontralateral terutama lengan. Gangguan fungsi luhur terjadi pada kortek dominan
Arteri Serebri Anterior
Hemiparese kontralateral terutama tungkai
Arteri Koroidalis Anterior
Foix et al melaporkan suatu sindroma dari hemiplegi, hemianestesia dan
hemianopia sesudah oklusi a. koroidalis anterior. Keadaan ini jarang ditemukan
Infark Lakunar
Infark lakunar sering ditemukan pada otopsi otak, berbentuk bulat, diameter
kurang 10 mm, dan terletak dibagian dalam dari otak. Tempat yang sering pada
putamen, pons, talamus, nukleus kaudatus, kapsula interna, korona radiata, masa
putih hemisfer, serebelum dan korpus kalosum. Biasanya pasien dengan
hipertensi lama dan defisit neurologik berupa hemiparese, gejala sensoris,
ataksia, disartri, afasia, apraksia, kelainan visual.
Demensia Multi Infark
Obstruksi dari kedua arteri karotis dapat menyebabkan demensia, dengan ciri-ciri
perlambatan fungsi mental. Namun masih diperdebatkan apakah demensia
sekunder terjadi karena oklusi arteri atau berdiri sendiri
Sindroma Arteri Vertebro Basiler
Oklusi Arteri Vertebralis
14
Oklusi arteri vertebralis terutama bagian ekstrakranial tidak memberikan gejala jika
aliran darah kolateral mencukupi. Jika tidak, gejala yang ditimbulkan sama dengan
oklusi pada arteri basilaris.
Infark Lakunar Lateral
Terjadi oleh karena oklusi arteri vertebralis intrakranial yang menyebabkan infark
daerah medulla lateral yang didarahi oleh a. serebelli posterior inferior. Disebut
juga dengan Sindroma Wallenberg dan lebih sering disebabkan oklusi pada arteri
vertebralis daripada oklusi a. serebelli posterior inferior.
Infark Medular Medial
Lebih jarang juga disebabkan oklusi a. vertebralis
Infark Pons Inferior
Disebut juga Sindroma Millar Gubler atau Foville. Lesi pada N.VI dan N VII perifer
ipsilateral. Juga sering menyebabkan vertigo, nistagmus, ataksia ekstremitas
ipsilateral dan hemiparese kontralateral
Infark Midpontin Medial
Menyebabkan ataksia ekstremitas ipsilateral, parese wajah, ektremitas dan
kehilangan sensorik kontralateral
Infark Serebelum Superior
Oklusi pada a. serebelaris superior menimbulkan sindroma pontin superior lateral
dengan gejala ataksia ektremitas ipsilateral, sindroma horner, kehilangan
sensibilitas pada wajah ipsilateral. Tuli dapat terjadi tetapi tidak berat, hiperkinesis
kontralateral dan tremor pada ektremitas
Infark Tegmentum
Sindroma tegmentum(benedikt) oleh karena oklusi cabang-cabang perforates dari
serebri posterior, dengan gejala paralisis okulomotorius ipsilateral, hiperkinesis
kontralateral dan tremor pada ektremitas
Sindroma Weber
Disebabkan oleh infark pada serat-serat okulomotorius dan intinya serta traktus
kortikospinal, dengan akibat kelumpuhan N.III ipsilateral, hemiplegi kontralateral.
Mioklonus Palatum
Pergerakan ritmik pada palatum molle dan kadang-kadang pada otot wajah ,
faring, otot badan. Gejala tetap ada sewaktu tidur . menunjukan lesi pada traktus
15
tegementum lateral tetapi dapat juga karena lesi pada sirkuit
dentorubrothalamoolivary serebelum
Sindroma Arteri Basilaris
Oklusi pada arteri ini menyebakan bermacam-macam kombinasi dari sindroma-
sindroma yang sudah disebutkan diatas. Gambaran yang menonjol adalah
kelainan nervus kranial, kelainan sensorik dan motorik, gangguan serebelum ,
traktus piramidal bilateral meliputi ataksia, disatri, hemiplegi atau tetraplegia, reflek
babinski bilateral. Jika Tegmentum batang otak bagian atas terlibat luas, maka
reticular activating sistem terlibat dan menimbulkan koma
Oklusi Arteri Serebri Posterior
Menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan letak oklusi dan lesi yang
ditimbulkannya ( Wendra Ali,
Nothnagel’s syndroma oleh karena lesi pada distribusi arteri
thalamoperforantes dengan gejala hemiplegi kontralateral , ataksia
serebelum atau tremor yang disertai parese N.III ipsilateral ( Mahar M
147)
Sindroma Parinaud, oklusi pada cabang-cabang Quadrigeminal dengan
kelainan Gaze Vertikal yang disebabkan infark pada komisura posterior
atau inti Darkshevich atau Cajal
Sindroma Lhermitte , mungkin disebabkan oleh lesi pada diensefalon
posterior dengan gejala halusinasi visual
Sindroma thalamus / Dejerine –Roussy Syndroma , lesi proksimal dari
serebri posterior atau oklusi pada a. Thalamogenikulatum, dengan gejala
kehilangan sensorik , hemipatia dan nyeri serta macam-macam gangguan
gerakan seperti hemibalismus, tremor, distonia
Sindroma Korsakoff (Amnesic Syndrome), oklusi distal dari a. serebri
posterior yang menyebabkan infark daerah temporal inferamedial atau
lobus oksipitalis yang melibatkan hipokampus , gejala kehilangan ingatan.
(adam 357,376)
Sinrdroma Anton karena infark lobus oksipitalis bilateral menyebabkan
buta kortikal, anosognosia. Infark oksipital hemisfer dominan
menyebabkan agnosia visual, disleksia tanpa agrafia (adam 401)
Transient Global Amnesia ( Amnesia Global Sementara) Neurologi Wenda ali
16
Sindroma ini biasa pada usia diatas 60 tahun, dengan gejala khas kehilangan
kemampuan untuk mengingat peristiwa baru dalam memorinya dan telah
melupakannya. Berlangsung sepintas 1-24 jam, dan pasien tidak ingat bahwa
mengalami amnesia. Dikemukakan pertama kali oleh Bender, dianggap karena
insufisiensi sirkulasi vertebrobasiler, terutama a. Serebri posterior dan cabangnya
BAB VI
PENETUP
Telah dibicarakan Patogenesis dan Aspek Neurologi dari Aterosklerosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Cerebrovascular Disease in : Hauser SL,et al.
Neurology in Clinical Medicine . The McGraw-Hill, Inc :2006 : 233-247
2. Libby P . Atherosclerosis in : Fauci A, et al,eds.Harrison’s Principles of Internal Medicine.
15 th ed.New York,NY: McGraw-Hill ,Inc;2001: 1377-1386
3. Sylvia A.Price, Lorraine M. Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1 Penerbit Buku Kedokteran EGC Alih Bahasa dr Brahn U. Pendit, dr.
Huriawati Hartanto, dr. Pita Wulansari, dr. Asih Mahanani Cetakan I 2006 Gangguan
Sirkulasi Aterosklerosis 132-135
4. Graeme J. Hankey. Your Questions Answered Stroke . Churchill Livingstone 2002 .93-102
5. Gilroy J,M.D.FRCP (Can),FACP Cerebrovascular Disease in Basic Neurology. 3rd ed;The
Mc Graw-Inc,Inc:2000 : 225-235
6. Toole,J.F.Atherosclerosis .in : Cerebrovascular Disorders, 4 th ed. New York :
Raven Press, 1990 : 255-276
7. Millikan,Clark H. General Pathofisiology and Neuropathology of Stroke in Stroke, Lea
Febiger : 1987 ; 33-47
8. Japimoru P.Patobiologi Plak Aterosklerosis dan Trombosis. Forum Diagnosticum.2000 : 1-
6
9. Kaniawati M,Lina Y.Patogenesis Molekular Aterosklerosis .Forum Diagnosticum.2004: 1-
15
10. Felton CV, Crook D, Davies MJ, Oliver MF. Relation of Plaque Lipid Composition and
Morfologi to the Stability of Human Aortic Plaques. Arterioscler Thromb Vasc Biol
1997;17:1337-1345
17
11. Taufik E. Patofisiologi Aterosklerosis. Makalah Ilmiah Simposium Stroke Management
Update, Jakarta dan Solo, Desember 1994
12. Carew,TE, Koschinskyn T, Hayes SB , Steinberg.D. A mechanisme by Which High-Density
Lipoprotein May Slow the Atherogenic Process. Lancet 1976;1315-1317
13. Brown M, Goldstein J. The Hyperlipoproteinemias and other disorders of lipid metabolism.
In Harrison’s Principles of Internal Medicine. Mc Graw-Hill, 1994 : 2058-2061
14. Suyono S. Peran Lipid pada komplikasi Vaskular diabetes Melitus dalam Bunga Rampai
Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta 1996.171-178
18
Dalam perkembangan teori aterosklerosis akhir-akhir ini, para ahli mempunyai perhatian
khusus pada respon to injury theory dari virchow. Kunci pertama adalah pemunculan dan
pemantapan bercak fibrin yang kemudian memacu proliferasi sel otot polos dinding arteri. Kejadian
ini ditandai dua kelainan khas, yaitu penumpukan intra-ekstra seluler lipid dan penimbunan
ekstraseluler matrik termasuk didalamnya kolagen, fibrin dan proteoglikan
Faktor resiko
Beberapa studi telah menunjukan bahwa proses aterosklerosis dipicu oleh beberapa factor yang
dikenal dengan faktor risiko. Banyak studi epidemiologi di Amerika Utara dan Eropa telah
mengidentifikasi beberapa faktor resiko dalam pembentukan dan progresifitas dari aterosklerosis.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : (Libby P)
Umur
Jenis kelamin laki-laki
Genetik.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : (Libby P)
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktifitas fisik
Hipertensi
Diabetes mellitus
Hiperlipoproteinemia
Terdapat kesepakatan umum dari suatu pandangan epidemiologi, bahwa hiperkolesterolemia,
hipertensi dan merokok, mungkin merupakan factor-faktor yang paling poten, yang terlibat
dalam menimbulkan aterosklerosis ( Bierman)
19
20