29
1

PATOLOGI BIROKRASI

  • Upload
    sorcha

  • View
    424

  • Download
    45

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PATOLOGI BIROKRASI. PATOLOGI BIROKRASI. Mengkaji mengenai penyakit yg melekat pd organ manusia, shg organ tidak berfungsi. KONSEP PATOLOGI (Kedokteran). Memahami berbagai penyakit yang melekat dlm birokrasi, shg mengalami disfungsi. PATOLOGI BIROKRASI. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: PATOLOGI  BIROKRASI

1

Page 2: PATOLOGI  BIROKRASI

KONSEP PATOLOGI (Kedokteran)

Mengkaji mengenai penyakit yg melekat pd organ manusia, shg organ tidak berfungsi

PATOLOGI BIROKRASI

Memahami berbagai penyakit yang melekat dlm birokrasi, shg mengalami disfungsi

MENJELASKAN BERBAGAI BENTUK PENYAKIT BIROKRASI (Gerald E. Caiden; Bary Bozeman; dan Sondang P. Siagian)

Page 3: PATOLOGI  BIROKRASI

MENGAPA MUNCUL BERBAGAI PENYAKIT BIROKRASI ??????

BAGAIMANA KARAKTERISTIK BIROKRASI WEBER YANG PADA AWALNYA DIRANCANG

AGAR BIROKRASI DAPAT MENJALANKAN FUNGSINYA DENGAN BAIK, PADA AKHIRNYA JUSTRU MENIMBULKAN BERBAGAI PENYAKIT

YANG MEMBUAT BIROKRASI MENGALAMI DISFUNGSI ???????

Page 4: PATOLOGI  BIROKRASI

STRUKTUR BIROKRASI WEBERIAN MEMILIKI BERBAGAI MASALAH INTERNAL YANG PADA

TINGKAT TERTENTU BERPOTENSI MENYEBABKAN BIROKRASI MENGALAMI

DISFUNGSI (Caiden)

SETIAP ASPEK DARI STRUKTUR BIROKRASI, SELAIN MEMILIKI MANFAAT DAN KONTRIBUSI THD EFISIENSI & KINERJA BIROKRASI, JUGA MEMILIKI POTENSI UNTUK MENCIPTAKAN

PENYAKIT BIROKRASI

KAPAN & BAGAIMANA STRUKTUR BIROKRASI ITU MENCIPTAKAN PENYAKIT BIROKRASI ????

Page 5: PATOLOGI  BIROKRASI

KINERJA

BIROKRATISASI

Teori Kurva-J Birokratisasi = Parabolic Theory of Bureaucracy

Page 6: PATOLOGI  BIROKRASI

PENJELASAN:

1. Banyak orang salah memahami hubungan antara birokratisasi* dan kinerja suatu organisasi dengan menganggap keduanya memiliki hubungan yang linear semakin tinggi birokratisasi semakin baik kinerja dari organisasi, atau sebaliknya semakin tinggi birokratisasi semakin rendah kinerja birokrasi.

2. Menurut Caiden hubungan antara birokratisasi dengan kinerja tidak berbentuk linear, melainkan berbentuk mirip parabola (parabolic curve) penerapan prinsip birokratisasi Weber sampai titik tertentu akan menghasilkan efisiensi yg lebih tinggi, namun pada penerapan birokratisasi yang berlebihan dan melampai titik optimalnya, maka efisiensi justru menjadi semakin rendah.

3. Caiden memperkenalkan konsep titik optimalitas yang selama ini tidak pernah dijelaskan oleh Weber

Page 7: PATOLOGI  BIROKRASI

Prinsip Birokrasi Weberian

Manfaat sebelum melampaui titik optimalitas

Efek negatif setelah melampaui titik optimalitas

Hierarki •Memberikan batas kewenangan;•Memfasilitasi pimp dlm supervisi dan

koordinasi•Mempermudah koordinasi dan

memperjelas saluran komunikasi (vertikal) dan pertanggungjawaban

•Menimbulkan ketergantungan kpd atasan, membatasi diskresi, dan terjadi fragmentasi dlm dec. making

•Melembagakan budaya paternalism & ABS

•Menimbulkan distorsi dlm kom.

Formalisasi •Membantu penyelenggara maupun pengguna layanan

•Standarisasi prosedur dan proses kerja

•Meningkatkan kepastian layanan

•Menghambat munculnya perubahan, kreativitas & inovasi dlm layanan;

•Menciptakan proses kerja yg rigid, rutin dan tidak responsif

Spesialisasi •Menyederhanakan proses kerja untuk efisiensi

•Menjadi basis pengemb keahlian dan profesionalisme

•Terjadi fragmentasi birokrasi, proses kerja berbelit-belit, lambat & inefisensi

•Menimbulkan egoisme pekerja•Menciptakan ketergantungan antar

bagian, shg terjadi ketidakpastian dlm pekerjaan

Impersonalitas Aparat bertindak adil, obyektif dan nonpartisan dlm pelayanan

Hilangnya sense of human being

PENERAPAN PRINSIP BIROKRASI WEBERIAN SEBELUM & SESUDAH MELAMPAUI TITIK OPTIMALITAS

Page 8: PATOLOGI  BIROKRASI

SUATU VARIABEL STRUKTUR BIROKRASI DAPAT

MENGHASILKAN PATOLOGI BIROKRASI JIKA INTENSITAS DARI VARIABEL ITU SUDAH

MENJADI BERLEBIHAN .

HUBUNGAN ANTARA BERBAGAI VARIABEL DLM STRUKTUR BIROKRASI

SEPERTI “HIERARKI, SPESIALISASI, FORMALISASI SERTA PROSEDUR DAN

KINERJA” BIROKRASI SERINGKALI TIDAK BERSIFAT LINEAR

Page 9: PATOLOGI  BIROKRASI

CONTOH:

HIERARKI

1. Membantu pimpinan melakukan supervisi & kontrol2. Membuat arus perintah & info menjadi lebih jelas3. Mempermudah koordinasi

1. Arus perintah & info menjadi semakin panjang mengalami distorsi;

2. Proses pengambilan keputusan menjadi semakin lamban dan terkotak-kotak (fragmented);

3. Memperbesar ketergantungan bawahan terhadap atasan penjilat, laporan yang sifatnya “ ABS “, dan loyalitas yang berlebihan

Page 10: PATOLOGI  BIROKRASI

PENJELASAN:

1. Kelemahan internal birokrasi akan menjadi semakin parah apabila birokrasi beroperasi pada lingkungan tertentu;

2. Lingkungan budaya paternalistis masyarakat berpotensi memperkuat dampak negatif dari struktur birokrasi;

3. Sistem politik yang tidak demokratis sehingga sumber daya kekuasaan terkonsentrasi pada pemerintah dan birokrasinya, kapasitas masyarakat madani yang masih lemah menyebabkan kelemahan internal birokrasi menjadi semakin parah

4. Birokrasi publik di Indonesia yang memiliki hierarki panjang dan ketat cenderung mendorong pejabatnya untuk mengembangkan perilaku ABS memperoleh justifikasi dari lingkungannya karena budaya masyarakat yang paternalistis tidak bisa menjadi sensor bagi perilaku negatif yang muncul dari hierarki yang berlebihan

5. Penyakit birokrasi adalah hasil interaksi antara struktur birokrasi yang salah dan variabel-variabel lingkungan yang salah

Page 11: PATOLOGI  BIROKRASI

MODEL KINERJA BIROKRASI DI INDONESIA

LINGKUNGAN

BUDAYA DAN NILAI

STRUKTUR BIROKRASI WEBERIAN

PATOLOGI BIROKRASI

KINERJA BIROKRASI

Page 12: PATOLOGI  BIROKRASI

BIROKRASI PATERNALISTISBIROKRASI PATERNALISTIS

Struktur Birokrasi Hierarkis

Pejabat Bawahan sangat tergantung

pada atasan

Memperlakukan atasan secara

berlebihan

Loyalitas dan pengabdian yang tinggi kpd atasan

Lingkungan masy yg paternalistis

MEMPEROLEH JUSTIFIKASI KULTURAL

Page 13: PATOLOGI  BIROKRASI

RENDAHNYA RESPONSIVITAS PELAYANAN PUBLIK

PIMPINAN (Atasan Langsung)

PETUGAS PELAYANAN

PENGGUNA LAYANAN

Keluhan & kesulitan masyarakat

Laporan yg “ABS”

Tidak punya kewenangan utk merespon

Kurang paham thd realitas yg dihadapi

Tersumbat info ttg realitas yg ada

TIDAK RESPONSIF

Page 14: PATOLOGI  BIROKRASI

CATATAN:

1. Pada masyarakat dengan budaya paternalistis tidak mampu melakukan koreksi thd dampak struktur birokrasi yang hierarkis beda dengan di negara Barat yang mempunyai budaya rasional birokrasi rasional

2. Salah satu kriteria penting yg membedakan antara birokrasi rasional dengan birokrasi paternalistis adalah konsep mereka tentang “JABATAN”

3. Dalam birokrasi paternalistis, jabatan dilihat sbg fungsi dari amanah atau kepecayaan atasan; sedang dalam birokrasi rasional jabatan adalah fungsi dari prestasi kerja

4. Karakteristik dari budaya paternalistis juga terjadi pd lingk di sekitar birokrasi, misalnya organisasi Dharma Wanita, ketuanya selalu istri dari pimpinan

5. Dalam setiap kepanitiaan pimpinan selalu memperoleh posisi terhormat dan menerima honor paling tinggi

Page 15: PATOLOGI  BIROKRASI

Lanjutan …

6. Karakteristik lain yang menonjol dari birokrasi paternalistis adalah penempatan atasan sbg pusat kehidupan birokrasi publik dapat dilihat pd produk dan perilaku birokrasi publik “WASKAT” mrp produk birokrasi paternalistis mekanisme pengawasan yang bersifat elitis pengawasan adl hak dan kewenangan pimpinan bukan hak dan kewajiban bawahan Pimpinan bertugas mengawasi bawahan, sedangkan bawahan adl obyek pengawasan

SECARA IMPLISIT, WASKAT MENGANGGAP ATASAN ADALAH

MALAIKAT SEDANGKAN BAWAHAN CENDERUNG DILIHAT SEBAGAI SETAN

YANG HARUS SELALU DIAWASI

Page 16: PATOLOGI  BIROKRASI

PEMBENGKAKAN ANGGARAN (Budget-Maximizing Behavior)

ALASAN:

1. Semakin besar anggaran, semakin besar pula insentif

2. Dalam birokrasi publik tidak ada hubungan yang jelas antara biaya (cost) dan pendapatan (revenue) tidak seperti pd mekanisme pasar yang biaya dan pendapatan mempunyai hubungan langsung dan membuat mereka memiliki dorongan untuk memperkecil biaya, pada birokrasi publik dorongan untuk memperbesar cost justru sangat besar.

3. Anggaran merupakan “driving force” bagi kehidupan birokrasi sebagaimana “profit” menjadi “driving force” bagi mekanisme pasar.

Page 17: PATOLOGI  BIROKRASI

Lanjutan….

4. Pada proses perencanaan anggaran terdapat tradisi untuk selalu memotong anggaran yang diusulkan (tanpa alasan yang jelas ?)

5. Pembengkakan anggaran dalam birokrasi publik juga difasilitasi oleh kecenderungan birokrasi mengalokasikan anggaran atas dasar “INPUT” atau kebutuhan, bukan berdasarkan atau mempertimbangkan “OUTPUT” walaupun kita sudah menggunakan label “anggaran berbasis kinerja” akibatanya: Terjadi Ketimpangan Anggaran

Page 18: PATOLOGI  BIROKRASI

PROSEDUR YANG BERLEBIHAN

1. Birokrasi publik mengembangkan prosedur yang rigid dan kompleks, serta ketaatan thd prosedur yang berlebihan

2. Prosedur bukan lagi sbg fasilitas yg dibuat untuk membantu penyelenggaraan pelayanan, tetapi sudah menjadi seperti berhala yang harus ditaati oleh para pejabat birokrasi dalam kondisi apa pun prosedur menjadi tujuan yang tidak boleh dilanggar

3. Pejabat Birokrasi publik cenderung tidak suka dihadapkan pada keharusan mengambil keputusan perlu prosedur dan aturan yang tertulis dan rinci untuk menghindari resiko kesalahan dalam pengambilan keputusan

4. Pengembangan prosedur birokrasi yang rumit dan panjang juga dimanfaatkan sebagai mekanisme kontrol terhadap masyarakat (ada rasa ketidak percayaan/distrust birokrasi thd kehidupan di luar birokrasi)

Page 19: PATOLOGI  BIROKRASI

Lanjutan ……

5. Distrust tidak hanya mewarnai hubungan antara birokrasi dan pengguna layanan, tetapi juga antara suatu birokrasi publik dengan birokrasi publik lainnya (kasus ngurus paspor);

6. Distrust tidak hanya mendorong munculnya prosedur pelayanan yang rigid dan kompleks, tetapi juga turut mendorong munculnya hierarki pemerintahan dan pelayanan publik yang panjang

7. Ketidakmampuan pengguna layanan untuk mengikuti prosedur scr wajar mendorong munculnya praktek KKN prosedur menjadi komoditi untuk kepentingan tertentu.

Page 20: PATOLOGI  BIROKRASI

JUMLAH PROSEDUR, LAMA WAKTU, DAN BESARNYA BIAYA PERIZINAN MEMBUKA USAHA

NEGARA PERINGKAT JML PROSEDUR

LAMA WKT (HR)

BIAYA (% dari Pendapatan Perkapita

New ZealandAustraliaSingapuraAmerika SerikatInggrisDenmarkTaiwanBelgiaNorwegiaSwediaThailandBelandaMalaysiaJepangVietnamUgandaIndonesiaindia

1348

16282931354355708891

116129161169

123664635

***37698

11189

13

1236

136

2347

153210112350256030

0,40,80,70,70,70,03,95,31,90,66,35,6

11,97,5

13,384,426,066,1

Page 21: PATOLOGI  BIROKRASI

PEMBENGKAKAN BIROKRASIPEMBENGKAKAN BIROKRASI

1. Perkembangan birokrasi di Indonesia yang semula dibentuk dengan misi yang jelas dan struktur yang ramping kerajaan birokrasi yang besar;

2. Ibarat bayi yang baru lahir dengan berat badan normal secara cepat menjadi anak yang gemuk dan bahkan menderita obesitas

W h y . . . . . ?????W h y . . . . . ?????

Page 22: PATOLOGI  BIROKRASI

KARENA :KARENA :

1. Kecenderungan internal birokrasi untuk mengembangkan diri seiring dengan keinginan untuk memperbesar kekuasaan dan anggaran;

2. Kapasitas masyarakat dan legislatif untuk mengontrol perilaku birokrasi masih terbatas pengembangbiakan birokrasi menjadi tidak terkendali;

Page 23: PATOLOGI  BIROKRASI

PEMBENGKAKAN BIROKRASI

MEMPERLUAS MISI BIROKRASI

MELAKUKAN KEGIATAN DI LUAR MISINYA

B K K B N BappenasBappeda

Page 24: PATOLOGI  BIROKRASI

EXTRA ORDINARY EXTRA ORDINARY INSTITUTIONINSTITUTION

1. Ketidak percayaan publik kepada penyelenggaraan pemerintahan (layanan, penegakan hukum, penguatan demokrasi) melakukan pembenahan yang disertai dengan pembentukan lembaga-lembaga baru di luar struktur yang ada KPK, Komisi Ombudsman, Komisi Perlindungan Anak, dll);

2. Pembentukan lembaga-lembaga tsb sbg implikasi dari ketidakmampuan lembaga yang sudah ada dalam menjalankan misi atau peran khusus yang dimilikinya

3. Keberadaan KPK adalah buah dari ketisakpercayaan publik thd kemampuan dan keseriusan kepolisian dan kejaksaan dalam memberantas korupsi;

Page 25: PATOLOGI  BIROKRASI

Lanjutan . . ….

4. Peran yang dijalankan oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) sbenarnya merupakan kewajiban dan tanggung jawab Kementerian Perhubungan;

5. Keberadaan Komisi Perlindungan Anak dan Komnas Perempuan merupakan bentuk ketidakpercayaan thd Kementerian Hukum dan HAM dalam melindungi anak dan perempuan serta menjamin hak-haknya;

6. Pembentukan lembaga-lembaga baru juga merupakan bentuk ketidakpercayaan presiden thd lembaga yang sudah ada

7. Pembentukan UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan pengendalian Pembangunan merupakan bentuk ketidakpercayaan presiden thd kabinet dalam menerjemahkan visi dan agenda kebijakannya padahal sudah ada Kemenko

Page 26: PATOLOGI  BIROKRASI

Pembengkakan birokrasi dan lembaga negara lainnya tentu memiliki akibat yang

sangat buruk bagi kinerja pemerintah. Bukan hanya karena akan menghasilkan pemerintahan yang memiliki biaya tinggi

dan efisiensi rendah, tetapi juga dapat menimbulkan akibat yang sangat buruk

implikasinya bagi kinerja pemerintah

Page 27: PATOLOGI  BIROKRASI

Lembaga Baru Tumpang Tindih

CONTOH:

1.Komnas Anti Kekerasan thd Perempuan dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Sosial, dan Kementerian Hukum dan HAM, atau Komnas HAM2.UKP4 dengan Lembaga Pengawas Pembangunan (Itjen, dan BPKP)

Page 28: PATOLOGI  BIROKRASI

Masih banyak lagi patologi birokrasi lainnya.

Silahkan diidentifikasi sendiri

Page 29: PATOLOGI  BIROKRASI

T E R I M A K A S I H

SELAMAT BELAJAR