35
PAUTAN & PINDAH SILANG Drg. Risma Aprinda K. Fak.Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim

Pautan & Pindah Silang

  • Upload
    47sina

  • View
    519

  • Download
    17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pautan & Pindah Silang

PAUTAN & PINDAH SILANG

Drg. Risma Aprinda K.

Fak.Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Page 2: Pautan & Pindah Silang

Jumlah kromosom pd ovum dan sperma sama : ½ jumlah kromosom sel tubuh

Organisme hasil fertilisasi bersifat diploid (2n)

Dalam peristiwa meiosis, kedua perangkat kromosom memisah secara bebas dan mengelompok juga secara bebas dengan kromosom lain yang bukan homolognya

Page 3: Pautan & Pindah Silang

Hukum Mendel Monohibrid

→ perbandingan fenotip = 3 : 1→ Hk. Mendel I : “The Law of Segregation of Allelic Genes” → Pada saat pembentukan gamet2,

maka gen2 yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi

(memisah), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja.

Page 4: Pautan & Pindah Silang

Intermedier

→ Intermedier : sifat diantara yang dimiliki oleh kedua induknya

→ Perbandingan fenotip = 1 : 2 : 1

Page 5: Pautan & Pindah Silang

Dihibrid

→ Perbandingan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1

→ Hk. Mendel II : “The law of Independent Assortment of Genes”

→ Anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tdk saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis selama pembentukan gamet2

Page 6: Pautan & Pindah Silang

PAUTAN Peristiwa dimana dua atau lebih gen

terdapat pada satu kromosom yang sama

Peristiwa pautan terjadi karena organisme memiliki jumlah gen lebih banyak daripada jumlah kromosom

Gen2 bersama alel2nya yang terletak pada sepasang kromosom homolog berkelompok, dinamakan kelompok berangkai (linkage group)

Page 7: Pautan & Pindah Silang

Banyaknya kelompok berangkai pada suatu individu ekuivalen dengan jumlah kromosom haploid dari individu yg bersangkutan, misal: manusia (n=23), terdapat 23 kelompok berangkai

Page 8: Pautan & Pindah Silang

Dibedakan menjadi Pautan autosomal Pautan kelamin

Page 9: Pautan & Pindah Silang

Pautan Autosomal

Contoh : Warna tubuh dan ukuran sayap

Drosophila melanogaster

Page 10: Pautan & Pindah Silang

Pautan Kelamin

Contoh : warna mata pada Drosophila melanogaster

Pada manusiaTerpaut kromosom-X : buta warna dan haemofiliaTerpaut kromosom-Y : hairy-pina (hipertrikosis) dan keratoma dissipatumsifat2 yang disebabkan adanya pautan pd kromosom-Y disebut holandrik

Page 11: Pautan & Pindah Silang

Tidak ada pautan :

A ba B

Page 12: Pautan & Pindah Silang

Ada Pautan :

Coupling Phase: (AB)(ab) atau AB/ab

→ Dua alel dominan atau dua alel resesif pada satu kromosom

B b

A a

Page 13: Pautan & Pindah Silang

Repulsion Phase: (Ab)(aB) atau Ab/aB

→ Satu alel dominan dan satu alel resesif pada satu kromosom

A a

b B

Page 14: Pautan & Pindah Silang

letak gen2 sangat berdekatan satu sama lainnya, sehingga saat pembentukan gamet2 (tahap pemisahan kromosom selama meiosis), gen2 itu selalu bersama2 menuju gamet

Individu dgn genotip AB/ab membentuk 2 gamet saja : AB dan ab

Individu dgn genotip Ab/aB membentuk 2 gamet saja : Ab dan aB

Page 15: Pautan & Pindah Silang

Drosophila melanogaster B = warna tubuh kelabu b = warna tubuh hitam V = sayap panjang v = sayap pendek P1 : (BV) (BV) X (bv) (bv)

Gamet : (BV) (bv) F1 : (BV) (bv) → coupling

phase

P2 : (BV) (bv) X (BV) (bv)

Gamet : (BV) dan (bv) F2 : (BV)(BV), (BV)(bv), (bv)(BV), (bv)(bv) 3 kelabu panjang : 1 hitam pendek

Page 16: Pautan & Pindah Silang

Cu = sayap normal cu = sayap keriput Sr = dada polos sr = dada bergaris2 P1 : (cuSr) (cuSr) X (Cusr) (Cusr)

Gamet : (cuSr) (Cusr) F1 : (Cusr) (cuSr) → repulsion phase

P2 : (Cusr) (cusr) X (Cusr) (cuSr)

Gamet : (Cusr) dan (cuSr) F2 : (Cusr)(cuSr), (Cusr)(Cusr), (cuSr)(cuSr) Fenotip : 2 sayap normal dada polos : 1 sayap normal dada bergaris :

1 sayap keriput dada polos

Page 17: Pautan & Pindah Silang

PINDAH SILANG

Gen2 yag terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu dengan lainnya sehingga gen2 itu dapat mengalami perubahan letak yang disebabkan karena adanya penukaran segmen dari kromatid2 pada sepasang kromosom homolog

Pindah silang : Proses penukaran segmen dari kromatid2 bukan kakak beradik (nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog

Page 18: Pautan & Pindah Silang

Terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase I), saat kromosom telah mengganda menjadi 2 kromatid

Saat kromosom berpasangan dan membentuk sinapsis, terjadi pindah silang antara 2 kromatid yang tidak berpasangan

Tempat persilangan 2 kromatid disebut kiasma

Page 19: Pautan & Pindah Silang

Pada saat kromosom2 hendak memisah (Anafase I), kromatid2 yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik. Gen2 yang terletak pd bagian yg pindah itu akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah.

Page 20: Pautan & Pindah Silang
Page 21: Pautan & Pindah Silang
Page 22: Pautan & Pindah Silang

Pindah silang dibedakan atas : Pindah silang tunggal Pindah silang ganda (double crossing

over)

Page 23: Pautan & Pindah Silang

Faktor yang Mempengaruhi Pindah Silang Temperatur

Temperatur ↑/↓ dr temperatur biasa dapat memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang

UmurMakin tua suatu individu, makin kurang mengalami pindah silang

Zat kimiaZat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang

Page 24: Pautan & Pindah Silang

Penyinaran dengan sinar-X

Dapat memperbesar kemungkinan pindah silang

Jarak antara gen2 yang terangkai

Makin jauh letak suatu gen dengan gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadinya pindah silang

Page 25: Pautan & Pindah Silang

Jenis kelamin

Dapat dijumpai pada jantan atau betina, kecuali : Ulat sutera (Bombix maori) betina dan Drosophila jantan

Page 26: Pautan & Pindah Silang

Dengan terjadinya pindah silang akan terbentuk 4 macam gamet :

2 gamet tipe parental/induk→ memiliki gen2 seperti yang dimiliki

parentalnya/induknya 2 gamet tipe rekombinasi

→ gamet2 tipe baru sebagai hasil adanya pindah silang

Page 27: Pautan & Pindah Silang

AB = KP

Ab = KR

aB = KR

ab = KP

A B

a b

Page 28: Pautan & Pindah Silang

Nilai pindah Silang (NPS) : angka yg menunjukkan besarnya persentase kombinasi baru yang dihasilkan sebagai akibat terjadinya pindah silang

Jumlah tipe rekombinasi NPS = x 100%

Jumlah seluruh individu

Page 29: Pautan & Pindah Silang

M = biji ungu m = biji merah B = biji panjang b = biji bulat Jika terjadi pindah silang, maka gamet yang

terbentuk 4 macam : (MB), (Mb), (mB), (mb) Di mana (MB) dan (mb) kombinasi parental (KP) Sedangkan (Mb) dan (mB) kombinasi

rekombinan (KR)

P1 (MB)(MB) X (mb)(mb)

(ungu, panj) (mrh,pdk)

G (MB) (mb)

F1 (MB)(mb)

Page 30: Pautan & Pindah Silang

Coupling Phase

M = warna ungu m = warna merah B = serbuk sari panjang b = serbuk sari bulat P1 : ♀ (MB)(MB) X ♂(mb)(mb) Gamet : (MB) (mb) F1 : (MB)(mb) → ungu panjang P2 : ♀ (MB)(mb) X ♂ (mb)

(mb) Gamet : (MB), (Mb), (mB), (mb) (mb)

Page 31: Pautan & Pindah Silang

F2 ♂

mb Jumlah

MB (MB)(mb) 192 (=n)

Mb (Mb)(mb) 23 (=1)

mB (mB)(mb) 30 (=1)

mb (mb)(mb) 182 (=n)

Jumlah = 427

Page 32: Pautan & Pindah Silang

Hasil uji silang yg jumlahnya banyak disebut n, sedangkan yang jumlahnya sedikit disebut 1

Rasio fenotip pindah silang dengan susunan coupling phase = n : 1 : 1 : n

Page 33: Pautan & Pindah Silang

Repulsion Phase

M = warna ungu m = warna merah B = serbuk sari panjang b = serbuk sari bulat P1 : (Mb)(Mb) X (mB)

(mB) Gamet : (Mb) (mB) F1 : (Mb)(mB) → ungu panjang P2 : (Mb)(mB) X (mb)(mb) Gamet : (MB), (Mb), (mB), (mb) (mb)

Page 34: Pautan & Pindah Silang

F2 ♂

mb Jumlah

MB (MB)(mb) 14 (=1)

Mb (Mb)(mb) 178 (=n)

mB (mB)(mb) 160 (=n)

mb (mb)(mb) 18 (=1)

Jumlah = 370

Page 35: Pautan & Pindah Silang

Rasio fenotip pindah silang dengan susunan repulsion phase = 1 : n : n : 1