PBA 2011 Tugas Bentuk Jurnal Full Version Print (Edit)

Embed Size (px)

Citation preview

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayu

Pemanfaatan Limbah Kayu Industri Kayu Untuk Modifikasi Resin Fenol FormaldehidRizky Arief Pambudi. B.Dwiki Arya B.S. Khamim. Risan Upara. Eduardus Satriawan O. Novi Eva Adianto. M. Abdillah Alkafi. Rizal Ardian. Aldise Dyan Rini S. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail : [email protected] Industri kayu menghasilkan limbah padat seperti kulit, batang, dan serbuk kayu. Jumlah limbah tersebut di negara kita cukup banyak mengingat jumlah industri banyak dan angka produksinya tiap tahunnya tinggi. Pemanfaatan limbah tersebut dinilai masih minim karena penggunaannya hanya sebatas sumber bahan bakar keperluan rumah tangga dan pakan hewan. Setelah dilakukan penelitian, limbah kayu tersebut mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai salah satu komponen pembuat lem perekat kayu yakni tannin. Kadar tannin yang dihasilkan dari pengekstraksian limbah tersebut cukup tinggi yakni 40%. Proses produksi dibedakan menjadi dua, yakni proses ekstraksi tanin dan proses pembuatan tanin fenol formaldehid sebagai lem perekat kayu lapis. Proses pengekstraksian tannin terbagi menjadi tujuh tahapan yakni pembersihan dan penjemuran, pengecilan ukuran limbah, penambahan aquades, pengekstraksian, pemisahan residu, penguapan filtrat, dan pemanasan larutan. Proses pembuatan tannin fenol formaldehid dibagi menjadi lima tahapan yakni penimbangan, pencampuran, pelarutan campuran, penambahan katalisator, dan pengekstraksian. Dari hasil ujicoba yang telah dilakukan, perbandingan bahan antara tanin dan fenol yang digunakan sebagai bahan pembuatan lem kayu lapis adalah 30:70 pH 9 dengan menggunakan katalisator basa (NaOH) agar memenuhi standar SII. 0078-83. Meskipun tidak cukup besar, namun hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengurangi penggunaan bahan yang tak terbarukan yakni fenol dalam pembuatan lem kayu lapis. Keyword : limbah industri kayu, perekat, tanin A. Pendahuluan bahan bakar industry tapi pada industry yang lebih kecil limbah kayu tidak seluruhnya terpakai. Limbah yang dihasilkan telah digunakan secara kretaif menjadi produk baru yang memiliki nilai tambah. Limbah dari industri kayu biasanya masih dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan, bahan bakar atau papan partikel. Pad industri kayu lapis atau papan partikel, komponen lain yang dibutuhkan sebagai bahan baku adalah lem kay. Lem yang digunakan adalah resin fenol formaldehid. Limbah kayu ternyata masih mengandung tannin yang dapat digunakan untuk menciptakan resin fenol formaldehid modifikasi.Pemanfaatan ini didukung dengan fakta yang dikemukakan Rachman et al (1997) bahwa limbah kayu dari industri kayu lapis berkisar antara 51-61%. Sehingga limbah tersebut memiliki potensi pemanfaatan tersendiri

Kayu merupakan salah satu produk pertanian, dengan kategori lebih spesifik kehutanan, yang mampu diolah menjadi berbagai macam produk yang memiliki nilai tambah. Indonesia sebagai Negara beriklim tropis, memiliki potensi besar dalam komoditas yang satu ini. Kayu dapat digunakan, mulai dari yang sederhana, yaitu bahan bakar hingga produkproduk yang membutuhkan proses teretentu seperti kayu lapis, papan partikel, perabotan dan kerajinan. Di Indonesia dari sekian banyak industri, ada 3 macam industri yang menggunakan kayu dalam jumlah relative besar yaitu penggergajian, kayu lapis dan kertas. Industri tersebut menghasilkan limbah padat seperti kulit kayu, batang kayu sisa, maupun serbuk gergajian. Pada industri besar limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayua. Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. b. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap. c. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. d. Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya.

Fenol adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai salah satu komponen dalam pembuatan lem kayu. Fenol tersebut memiliki beberapa keterbatasan di antaranya harga yang mahal dan dibuat dari bahan yang tidak terbarukan yakni batu bara. Kenyataan itu kemudian menjadi dasar bagi para peneliti untuk menganalisis limbah kulit, serbuk, dan batang kayu agar dapat dimanfaatkan. Salah satu hasil yang mereka dapatkan dari pengolahan limbah tersebut adalah ekstrak tannin. Kemudian mereka kemudian agar ekstrak tannin tersebut dapat digunakan sebagai pengganti fenol dalam pembuatan lem kayu lapis. Hasil ekstraksi kadar tannin yang diperoleh dari limbah batang kayu sebesar 40%. Ekstrak tersebut memiliki reaktivitas tinggi terhadap formaldehid.

B. Budidaya Sengon1. Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (suku polongpolongan) Genus : Albizia Spesies : Albizia falcataria (L.) Fosberg Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).

Gb. Pohon Sengon 3. Sifat-sifat kayu a. Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V berat jenis 0,33 (0,24-0,49). b. Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). c. Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas, kayu lapis Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. 4. Syarat Tumbuh Berikut ini adalah syarat tumbuh pohon sengon (Anonim 1, 2011).

2. Ciri-ciri Umum KayuCiri-ciri umum pohon sengon adalah sebagai berikut:

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayumelengkung (tidak rata sehingga menurunkan mutu kayu lapis). Venir yang dibuat dengan cara disayat tebal rata-rata adalah 0,29 mm dengan tebal nominal 0,30 mm, rendemen venirnya adalah 80%. Mutu venir hasil sayatan relative baik sehingga dapat dipergunakan sebagai venir indah (venir muka kayu lapis). Keteguhan rekat kayu lapis sengon memenuhi syarat Standar Jepang (JAS), karena keteguhan rekatnya lebih besar daripada 7 kg/cm2. Selanjutnya menurut Iskandar dan Santoso (2002) bahwa: Nilai keteguhan rekat kayu lapis sengon yang menggunakan bahan pengisi sekam padi, tanah liat dan tepung industri untuk semua kadar (0%, 10%, 20%, 30%, 40%) memenuhi Standar Indonesia, karena nilai keteguhan rekatnya tidak kurang dari 7 kg/cm2. Pengaruh macam bahan pengisi terhadap keteguhan rekat kayu lapis tidak beda. Sedangkan pengaruh kadar bahan pengisi terhadap keteguhan rekat kayu lapis berbeda, dengan kata lain kayu lapis sengon yang memakai bahan pengisi sekam padi, tanah liat dan tepung industri akan menghasilkan keteguhan rekat yang relatif sama. Kecenderungan peningkatan kadar bahan pengisi akan meningkatkan keteguhan rekat kayu lapis, tetapi pada batas tertentu peningkatan kadar bahan pengisi akan menurunkan keteguhan rekat kayu lapis.. Berdasarkan pengujian menurut Standar Indonesia tipe I (eksterior) keteguhan rekat kayu lapis tanpa pengisi rata-rata adalah 19,45 kg/cm2. 2. Papan partikel Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Anonim 2, 2011) Papan partikel dapat dibuat dari jenisjenis kayu hutan rakyat antara lain, mangium dan sengon bahkan bambu dalam bentuk chip atau berupa serbuk. Papan partikel juga dapat dibuat secara komposit dari serbuk gergaji kayu sengon untuk penggunaan di luar ruangan dan dalam ruangan yang berkelembaban tinggi dengan menggunakan perekat berbasis tanin maupun isocianat (Iskandar, 2006). Ditinjau dari emisi formaldehida maupun kestabilan dimensi terhadap

a. Tanah Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. b. Iklim Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 27 C c. Curah Hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 4000 mm d. Kelembaban Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%75%. C. Produk (kayu lapis dan papan partikel)

1. Kayu Lapis Menurut Kliwon dan Iskandar (1995) meneliti uji coba pembuatan kayu lapis dari kayu sengon mengemukakan bahwa, dari dolok kayu sengon sebanyak 10 m3 dapat dihasilkan venir basah sebanyak 3,63 m3 dan 2,96 m3 kayu lapis sengon. Dengan demikian rendemen venir kayu sengon adalah 36,60% dan rendemen kayu lapis 29,60%. Venir kayu sengon setelah dikeringkan cenderung mengkerut dan bergelombang sehingga mengakibatkan produk kayu lapisnya

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayumethanol, berbentuk gas atau cair. Dalam industri formaldehida banyka digunakan untukproduksi polimer dan berbagai macam bahan kimia, jika digabungkan denga fenol, urea, melamina akan menghasilkan resin termoset tang keras, resin ini biayasanya dipakai untuk lem permanen misalnya yang dipakai untuk kayu lapis atau tripleks

pengaruh kelembaban tinggi dan keteguhan rekat internalnya, papan partikel komposit sengon aman digunakan sebagai komponen rumah baik di dalam ruangan khususnya plafon, penyekat ataupun sebagai dinding yang tidak terlalu menahan beban (Iskandar, 2006)

4. TanninGb. Produk Olahan Industri (a) Kayu Lapis dan (b) Papan Partikel Monomer tannin adalah digalic acid dan d-glukosa. Ekstrak tannin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi, berguna untuk bahan perekat thermosetting yang tahan air dan panas. Tannin diharapkan mampu mensubstitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi pemakaian fenol sebagai sumber daya alam tak terbarukan. Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalam air, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidak larut dalam petroleum eter, benzene dan eter , terdekomposisi pada suhu 210 oC, titik nyala 210 oC, dan terbakar pada suhu 526 oC (Jayalaksmi and Mathew (1982), Sax and Lewis, (1989)) Pengambilan tanin dilakukan dengan proses ekstraksi dibantu dengan zat pengekstrak berupa alcohol.. Sudrajat, et.al. (2008) mengekstrak tanin dari Bruguiera sexangula menggunakan pelarut aseton 50% (v/v) selama 3 hari. Danarto dkk. (2010) mengambil tannin dari kulit kayu bakau dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70 % dan dimanfaatkan sebagai adsorben limbah logam berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tanin terbanyak diperoleh pada proses ekstraksi dengan suhu 70 oC selama 3 jam

D. Bahan Baku dan PenyusunLem Kayu 1. Resin

Resin merupakan senyawa alami berada dalam tingkat viskositas yang tinggi dan mengeras bila diberi perlakuan. Resin larut dalam alcohol tapi tidak di dalam air. Resin dibagi menjadi dua macam yaitu resin alami dan sintetis. Resin alami dihasilkan oleh tumbuhan dalam berbagai macam wujud. Sebagian besar polimer yang dibuat dari resin sebenarnya terbuat dari resin sintetis, yang lebih murah dan mudah untuk dibuat. Resin sintetis lebih stabil, terkontrol dan seragam dibandingkan resin alami, karena dibuat pada kondisi terkontrol tanpa keberadaan pengotor. Resin dapat dipakai untuk pembuatanh plastik, cat, dan banyak produk lain dimana resin alami digunakan (Anonim 3. 2011)

2. FenolFenol atau asam karbonat atau benzenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzene atau asam benzoate dengan proses raschig, fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat obatan (Anonim 4, 2011).

3.

Formaldehid

Pada umumnya formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalik pada

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayu

Pengekstraksian limbah dengan metode refluks pada suhu 70 C Gb. Tanin Kering

Pemisahan residu dengan filtrate dengan pompa vakum.

E. 1.

Proses produksi Ekstraksi tannin Penguapan filtrate untuk mendapatkan tannin pekat

Langkah awal ekstraksi adalah melakukan pembersihan dan penjemuran limbah yang kayu bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah kotoran yang terkandung agar tidak tercampur pada proses selanjutnya, kemudian dilakukan pengecilan ukuran unutk mempermudah proses ektraksi Proses ekstraksi dapat dibantu dengan zat pengekstrak seperti aseton atau etanol (Danarto dkk,2011). Kemudian dilakukan pasteurisasi selama 3 jam dengan menggunakan pompa vakum dan diambil filtratnya selanjutnya diekstrak ulang dan hasil saringannya dicampur dengan filtrate pertama lalu di panaskan lagi hingga diperoleh tannin pekat. Pemanasan yang kedua dilakukan untuk mendapatkan tannin kering

Penguapan filtrate untuk mendapatkan tannin KERING

Gb.1 Diagram alir ekstraksi tannin

Pembersihan dan penjemuran limbah batang kayu

Pengecilan ukuran limbah

Hasil dari ekstraksi ini bermacam-macam. Amilia dkk (2002) yang melakukan ekstraksi pada limbah kulit dan batang kayu , memperoleh tanin sebesar 44%. Sedangkan dari penelitian Danarto dkk (2011) yang meneliti kulit bakau, diperoleh tanin sebesar 26% 2. Pembuatan tannin fenol formaldehid

Penambahan aquades sebanyak 3-4 kali jumlah limbah

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Kelompok : 1 Tema : Pemanfaatan Limbah Industri Kayuditambahkan katalisator NaOH 1 N selanjutnya larutan diekstraksi dengan metode refluks pada suhu 800 C 900 C hingga pH konstan. Suhu dijaga agar tetap pada kisaran 800 C 900 C karena apabila suhu terlalu tinggi maka dapat mempengeruhi kualitas resin yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian Linggawati (2002), komposisi tanin dan fenol terbaik adalah 30:70 dengan pH 9. Komposisi ini akan menghasilkan spesifikasi tanin fenol formaldehid/lem yang sesuai dengan standar SII0 778-83.

Pembuatan resin tannin fenol formaldehid dapat dilakukan melalui dua cara, yang pertama menggunakan katalis asam dan yang kedua menggunakan katalis basa. Pada pembuatan resin tannin fenol formaldehid menggunakan katalis asam, serbuk tanin dan fenol dicampur, kemudian dilarutkan dalam formaldehid 37%. Selanjutnya dilakukan penambahan tetes demi tetes asam oksalat. selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan metode refluks pada suhu 800 C 900 C hingga pH konstan. Pada pembuatan resin dengan katalis basa adalah campuran tannin dan fenol dilarutkan dengan formaldehid 37% kemudian

Tabel 1. Karakteristik Tanin fenol formaldehid pada berbagai kondisi

8834,8973,9067,8987,9040,8996,9025,9116,9128

1

Penimbangan serbuk tannin dan fenol fenol dari resin fenol formaldehid

Penimbangan serbuk tannin dan fenol

Pencampuran tannin dengan fenol

Pelarutan campuran dengan formaldehid 37%

Pencampuran tannin dengan fenol

Penambahan katalisator Asam Oksalat I N

Pengekstraksian dengan metode refluks pada suhu 80 sampai 90

Pelarutan campuran dengan formaldehid 37%

Gb. 2 Pembuatan TFF (Tannin Fenol Formaldehid) menggunakan katalis asam) Penambahan katalisator NaOH I N

Pengekstraksian dengan metode refluks pada suhu 80 sampai 90

Gb. 3 Pembuatan TFF (Tannin Fenol Formaldehid) menggunakan katalis basa

44%. Tanin hasil ekstraksi limbah kayu ini kemudian dapat dijadikan bahan perekat tanin fenol formaldehid. Proses pembuatan tanin fenol formaldehid (perekat kayu lapis) akan memenuhi standar SII. 0778-83 apabila perbandingan bahannya antara tanin dan fenol 30:70 pH 9 dengan menggunakan katalisator basa (NaOH). Akan tetapi uji kelengketan masih rendah hanya 30 % disebabkan tanin fenol formaldehid cepat menggumpal. Perlu penelitian yang lebih lanjut, agar permasalahan ini dapat diatasi, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih aplikatif

Gb. Fenol Formaldehid

\Daftar Pustaka Anonim 1. Budidaya Sengon. www.lablink.or.id. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 15.00 WIB Anonim 2. Papan partikel dan Pembagiam Papan Partikel. www.lablink.or.id. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 15.00 WIB Anonim 3. Resin. www.wisegeek.com. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 15.00 WIB Anonim 4. 2011. Fenol. www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 11 Oktober 2011 pada pukul 17.00 WIB Amilia Linggawati, Muhdarina, Erman, Azam, Midiarty. 2002. Pemanfaatan Limbah Kayu Industri Kayu Lapis Untuk Modifikasi Resin Fenol Formaldehid. Jurnal Natur Indonesia 5 (1) : 84-94 Danarto, YC. , Prihananto, Stefanus Ajie. Pamungkas, Zery Anjas., 2011. Pemanfaatan Tanin dari Kulit Kayu Bakau sebagai Pengganti Gugus Fenol pada Resin Fenol Formaldehid. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan.Yogyakarta

F.

Tantangan pembuatan kayu lapis di Indonesia

lem

Saat ini perkembangan modifikasi resin fenol formaldehid sudah cukup berkembang tarlihat dari mulai banyaknya penelitian yang membahas tentang modifikasi resin fenol tersebut, banyaknya penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan yang menjadi kendala utana dalam pemanfaatan skala industri, umumnya hasil penelitian mengenai modifikasi resin fenol ini mengalami kelemahan pada kemampuan daya rekat yang cenderung cepat mengeras sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi yang ideal agar dapat digunakan secara maksimal.

G. Penutup Berdasarkan hasil paparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pembuatan perekat kayu lapis dengan menggunakan limbah kayu (kulit dan batang kayu) merupakan suatu hal yang memiliki nilai tambah yang tinggi serta dapat membantu mengurangi limbah yang dihasilkan oleh industri kayu di Indonesia. Limbah industri kayu tersebut dapat menjadi sumber tanin dengan kandungan tanin kondensat terbesar berasal dari limbah batang kayu yaitu sebesar

Hubner, J.E. 1985. Gipsum Board with Reinforcement by Wood Flakes Bison Report, Berlin. Iskandar, M.I. dan A. Santoso. 2000. Pengaruh Bahan Pengisi pada Perekat Urea Formaldehida terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lamina Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Prosiding Seminar Nasional III MAPEKI. Kerjasama MAPEKI dengan Fahutan UNWIM, Bandung. Iskandar, M.I.. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutab Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) untuk Kayu Rakitan Jayalaksmi, A and Mathew, A.G., 1982, Chemical Composition and Processing The Arecanut Palm (Areca catechu L) , CPCRI Kasaragod, India Kliwon, S. dan M.I. Iskandar. 1995. Uji coba pembuatan kayu lapis dari kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Prosiding Ekspose Hasil

Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosek Kehutanan. P3HH dan Sosek Keh,Bogor. Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan JenisJenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. LPHH, Bogor. Pizzi, A . 1983. Tanin based wood adhesive Wood Adhesive Chemistry and Technology. New York. Marcell Deller Rachman, O., et al. 1997. Case study on waste in plywood manufacture. Forest Product Institute. Report Forest Products Institute 2: 2-3. Sax, I. And Lewis, R.J., 1989, Condensed Chemical Dictionary, 11th ed., pp. 36, Van Nostrad Reinhold Companya, New York

P T P O E O E A I EA R S S P R SN aO am byek D ipetakan O leh Tanggal P etaan em N .P o eta : : : : P engekstraksian tanin K elom pok 1 18 O ktober 2011 01

A pas sisa ektraksi pertam m a A quades O6 I-4 Z pencari at O7 I-5 P engekstrakan K ondensor refluks A quades P enyaringan P pa V om akum P elarutan

Lim bah batang kayu

O1

P enjem uran

O2

P engecilan ukuran

O8 I-6

O3 I-1 Z pencari at O4 I-2

P elarutan

P engekstrakan K ondensor refluks

O5 I-3

P enyaringan P pa V om akum

O9 I-7

P enguapan

O 10 I-8

P anasan em

R ingkasan O perasi Inspeksi P enyim panan T otal

Jum lah 10 8 01 19

W aktu

-

Gambar. PPO ekstraksi tanin

PETA PROSES OPERASINama Obyek Dipetakan Oleh Tanggal Pemetaan No. Peta : Pembuatan Tannin Fenol Formaldehid Dengan Katalis Basa : Kelompok 1 : 18 Oktober 2011 : 02Fenol O-2 Penimbangan Serbuk Tannin O-1

Penimbangan

O3 I-1 Formaldehid O4 I-2 NaOH 1 N O5 I-3

Pencampuran

Pelarutan

Penambahan katalisator

O6 I-4

Pengaekstraksian Kondensor Refluks

Ringkasan Operasi Inspeksi Penyimpanan Total

Jumlah 5 4 1 10

Waktu

-

Gambar. Pembuatan TFF menggunakan katalisator basa

Gambar. Pembuatan TFF menggunakan katalisator asam