Click here to load reader
Upload
arhi-widhia
View
232
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH PBAK
KORUPSI DUKUNGAN
DI SUSUN OLEH :
1. Larantika Hidayati
2. Mauditia Pratiwi
3. Ni Luh Gita Dewi L
4. Ni Luh Nopita Pratami
5. Ni Nyoman Ariwidiani
6. Nurul Hikmah
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI DIPLOMA EMPAT
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan. Dalam makalah ini penulis
membahas “Korupsi Dukungan”
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya dalam memahami tentang Korupsi dukungan dan contoh
kasusnya.
Mataram, 16 September 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
A. LANDASAN TEORI.......................................................................................................................6
B. FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KORUPSI.....................................................................8
C. DAMPAK KORUPSI......................................................................................................................9
D. KASUS..........................................................................................................................................10
E. PEMBAHASAN............................................................................................................................12
F. PANDANGAN AGAMA TERHADAP KORUPSI......................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
3
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia, sebagai salah satu Negara yang telah merasakan dampak dari tindakan
korupsi, terus berupaya secara konkrit dimulai dari pembnahan aspek hukum, yang
sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan-peraturan,
antara lain TAP MPR XI tahun1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU Antikorupsi,
diantaranya : UU No. 20 Tahun 2001 TENTANG PERUBAHAN UU No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kemudian yang paling monumental dan
strategis, Indonesia memiliki UU No. 30 Tahun 2002, yang menjadi dasar hukum
pendirian komisi pemberantasan korupsi (KPK). Dengan demikian pemberantasan dan
pencegahan korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan sederet
peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan semakin menjauhkan sikap, dan
pikiran kita dari tindak korupsi.
Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam
mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui,
bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi dan juga harus jujur mengatakan, bahwa
prestasi tersebut tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan
pencegahan korupsi di Indonesia. Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada
umumnya masyarakat masih dinilai belum menggambarkan upaya sungguh dari
pemerintah dalam peberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari public
menjadi ukuran bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di Indonesia.
Masyarakat menduga masih ada praktik tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus dipahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan
strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat
tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis
untuk membangun budaya antikorupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan
tinggi.
4
Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena social,
fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena itu
pula upaya penangan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui strategi atau
pendekatan Negara/ politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, social dan budaya.
Berdasarkan pengertian, korupsi di Indonesia dipahami sebagai perilaku pejabat dan atau
organisasi (Negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan terhadap norma-
norma/ peraturan-peraturan yang ada. Korupsi dipahami sebagai kejahatan Negara (State
Corruption). Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah kewenangan
bertindak, ditambahkan adanya kesempatan, dikurangi pertanggung jawaban. Jika
demikian, menjadi wajah bila korupsi sangat sulit untuk diberantas apalagi dicegah,
karena korupsi merupakan salah satu karakter atau sifat Negara, sehingga
Negara=kekuasaan=korupsi. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk menghilangkan
korupsi di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari korupsi?
2. Kondisi yang mendukung munculnya Korupsi?
3. Apa saja jenis-jenis tindak korupsi?
4. Apakah dampak dari korupsi?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mensosialisasikan apa itu korupsi
dan bagaimana korupsi itu terjadi di Indonesia. Serta bagaimana upaya pemberantasan
masalah terbesar dinegara ini. Diharapkan dari pembuatan makalah ini kita lebih
mengerti bagaimana cara untuk bisa memerangi korupsi di negeri ini. Kitapun dapat
sedikit berpartisipasi memerantasi korupsi setelah kita mengerti dengan jelas korupsi di
Indonesia.
5
BAB IIPEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Korupsi secara etomologis berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
yang dipercayakan kepada mereka.
Kemudian Robert Klitgaard dalam bukunya Controlling Corruption (1998) yang
dikutip oleh Wiwit (2010) mendefinisikan korupsi sebagai "tingkah laku yang
menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan Negara karena keuntungan status atau
uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri); atau
untuk melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi". Menurut
Komberly Ann Elliott dalam Corruption and The Global Economy yang dikutip oleh
Wiwit (20101) menyajikan definisi korupsi, yaitu "menyalahgunakan jabatan
pemerintahan untuk keuntungan pribadi".
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
a) perbuatan melawan hukum;
b) penyalahgunaan kewenangan kesempatan, atau sarana;
c) memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
d) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
6
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
a) memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
b) penggelapan dalam jabatan;
c) pemerasan dalam jabatan;
d) ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara);
e) menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara)
Sedangkan berdasarkan syed husen alatas (1997) yang dikutip didalam
http://leinadunam.blogspot.com/2010/05/memahami-korupsi-dan-modus-
operandinya.html secara sosiologis korupsi terdiri dari :
a) Korupsi transaktif (transactive corruption)
Jenis korupsi ini disebabkan oleh adanya kesepakatan timbal balik antara pihak
pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan secara aktif
merekamengusahakan keuntungan tersebut.
b) Korupsi yang memeras (extortive corruption)
Pemerasan adalah korupsi di mana pihak pemberi dipaksa menyerahkan uang
suapuntuk mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau
sesuatuyang berharga baginya.
c) Korupsi defensif (defensive corruption)
Orang yang bertindak menyeleweng karena jika tidak dilakukannya, urusan
akanterhambat atau terhenti (perilaku korban korupsi dengan pemerasan, jadi
korupsinya dalamrangka mempertahankan diri).
d) Korupsi investif (investive corruption)
Pemberian barang atau jasa tanpa memperoleh keuntungan tertentu, selain
keuntunganyang masih dalam angan-angan atau yang dibayangkan akan diperoleh di
masa mendatang.
e) Korupsi perkerabatan atau nepotisme (nepotistic corruption)
Jenis korupsi ini meliputi penunjukan secara tidak sah terhadap Sanak-Saudara
atauteman dekat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan. Imbalan yang
bertentangandengan norma dan peraturan itu mungkin dapat berupa uang, fasilitas
khusus dan sebagainya
7
f) Korupsi otogenik (autogenic corruption)
Bentuk korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya satu orangsaja.
g) Korupsi dukungan (supportive corruption)
Korupsi yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah
adamaupun yang akan dilaksanakan.
B. FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KORUPSI
Banyak teori yang membahas mengenai penyebab timbulnya korupsi. Teori GONE
yang dicetuskan oleh Jack Bologne menguraikan bahwa akar penyebab korupsi berasal
dari greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan) dan Exposes
(hukuman).
Keserakahan timbul karena adanya sifat tidak pernah puas yang dimiliki oleh
manusia. Dengan penghasilan yang sudah tinggi pun jika dikuasai keserakahan yang
dilandasi akan rasa tidak pernah puas akan kebutuhan yang dipenuhi maka korupsi pun
akan dilakukan. Contoh yang ditemui baru baru ini adalah pada kasus Suap kepada
mantan Kepala SKK Migas yang berinisial RR, sebagai kepala SKK Migas dan komisaris
Bank Mandiri gaji yang diperoleh berkisar 260 juta perbulan tetapi dengan penghasilan
tersebut RR diduga mau menerima suap dari Kernel Oil.
Kesempatan merupakan suatu keadaan yang menjadi faktor penarik tindakan
kriminal. Didalam tindak pidana korupsi, kelemahan peraturan ataupun kekuasaan yang
dimiliki menjadikan seseorang memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya.
Need atau kebutuhan merupakan salah satu penyebab lain dari korupsi. Jika pada
keserakahan didorong oleh rasa tidak pernah puas, maka kebutuhan menyebabkan
korupsi dikarenakan adanya keadaan yang mengharuskan seseorang untuk memberanikan
diri melakukan perbuatan korupsi tersebut.
Ekposes/ hukuman menjadi salah satu penyebab korupsi karena jika hukuman yang
diterapkan kepada para koruptor lemah ataupun penegakan hukumnya bisa dilakukan
hanky panky tentunya tidak aka efek jera dalam penindakan korupsi tersebut. Pada
tulisan ini akan dibahas secara khusus mengenai langkah langkah yang bisa dilakukan
untuk memperbaiki penegakan hukum tersebut.
8
Keempat faktor greed, opportunity, need dan expose diatas bisa saling berdiri
sendiri atau bisa juga timbul menjadi faktor faktor yang saling mendukung untuk
mendorong seseorang melakukan perbuatan korupsi.
C. DAMPAK KORUPSI
Menurut Soejono Karni (2010) korupsi/ dampak dampak yang ditimbulkan oleh
perbuatan korupsi adalah :
Merusak Sistem Tatanan Masyarakat, Norma-Norma Masyarakat Dirusak Oleh
Persekongkolan-Persekongkolan. Korupsi Cenderung Menggerogoti Pemerintah yang
Didukung Publik Masyarakat Sebagian Besar Menderita Baik Dalam Dunia Ekonomi,
Administrasi, Politik dan Hukum Terjadi Biaya Ekonomi Tinggi Sulit Meningkatkan
Efisiensi Kemiskinan Banyak Orang Yang Menjadi Putus Asa Dan Frustasi.
Sedangkan K.A. Abbas (2010) menguraikan bahaya bahaya akibat korupsi adalah :
K.A Abbas (1975), korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik
aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi
kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si
empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan
dapat hidup terus. Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti berikut:
a. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai
masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap
individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest),
bahkan selfishness. Tidak akan ada kerjasama dan persaudaraan yang tulus.
b. Bahaya korupsi terhadap generasi muda.
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang
adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi
makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi
muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budayanya),
sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak
9
bertanggungjawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, bisa
dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.
c. Bahaya korupsi terhadap politik.
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan
pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika
demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan
pemimipin tersebut, akibatnya mereka tidak akan akan patuh dan tunduk pada otoritas
mereka.
d. Ekonomi
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek
ekonomi dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan
projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam
pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai.
e. Birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya
administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan
berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan
kualifikasi akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan
mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan
baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan
sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang
menyebabkan jatuhnya para birokrat.
D. KASUS
Pemilihan Sutiyoso Untuk Bagi-Bagi Kursi Jabatan
[JAKARTA] Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menilai pemilihan
Letjen TNI (Purn) Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tidak lebih dari
sekadar bagi-bagi kursi jabatan oleh Presiden Joko Widodo kepada para pendukungnya.
10
"Pemilihan Sutiyoso juga menunjukkan kebingungan Jokowi untuk menentukan siapa
orang yang tepat dan yang paling penting loyal dan tidak berbahaya baginya," kata Bonar
Tigor Naipospos dihubungi di Jakarta, Rabu (10/6).
Bonar mengatakan intelijen ibarat telinga dan mata bagi pemerintahan. Karena itu,
pemilihan Sutiyoso sebagai Kepala BIN menimbulkan pertanyaan, apakah tidak ada figur
lain yang lebih muda dan memiliki kapasitas.
Menurut Bonar, Sutiyoso memang memiliki latarbelakang militer dan mungkin ada
pengalaman intelijen. Namun, dia berpendapat Presiden Jokowi akan membuat tradisi
baru bila memilih figur sipil yang memiliki pengetahuan tentang keamanan dan
pertahanan sebagai Kepala BIN.
Terkait posisi Sutiyoso yang masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Keadilan dan
Persatuan (PKP) Indonesia, Bonar mengatakan yang bersangkutan seharusnya mundur
dari jabatan di partai politik.
"Pemilihan Sutiyoso juga menjadi tradisi baru, pertama kalinya seorang ketua umum
partai yang tidak memiliki satu kursi pun di DPR diangkat menjadi pejabat
pemerintahan," tuturnya.
Terkait isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dikaitkan kepada Sutiyoso,
Bonar mengatakan Sutiyoso bila menjadi Kepala BIN harus membuktikan dengan
bekerja sama dengan Komisi Nasional HAM bahwa dirinya tidak terlibat dalam
pelanggaran hak sipil dan politik.
"Dia juga harus terbuka pada kasus lainnya seperti saat menjelang pergantian kekuasaan
Soeharto, mengingat posisinya pada waktu itu sebagai Pangdam Jaya," ucapnya.
Sebelumnya, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan telah menerima surat dari Presiden
Jokowi terkait penunjukan Sutiyoso sebagai Kepala BIN menggantikan Marciano
Norman.
11
"Presiden menunjuk Pak Sutiyoso menggantikan Pak Marciano," kata Setya Novanto di
Gedung Nusantara III DPR, Jakarta, Rabu.
Setya menjelaskan pada Selasa (9/6) malam sudah berkomunikasi langsung dengan
Presiden Jokowi di Solo terkait pergantian Panglima TNI dan Kepala BIN.
Menurut Setya, kedua surat mengenai pergantian Panglima TNI dan Kepala BIN sudah
diterima pada Selasa malam dan akan segera ditindaklanjuti.
"Akan segera ditindaklanjuti ke paripurna lalu diteruskan ke Badan Musyawarah DPR,"
ujarnya.
Menurut dia, akan dilakukan uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI dan calon
Kepala BIN yang telah ditunjuk Presiden.
"Mudah-mudahan berjalan baik karena merupakan hak prerogatif Presiden," tukasnya.
Sumber : http://sp.beritasatu.com/home/pemilihan-sutiyoso-untuk-bagi-bagi-kursi-
jabatan/89384
E. PEMBAHASAN
Pada kasus di atas murupakan kasus dugaan korupsi dukungan, karena sesuai
dengan definisinya korupsi dukungan merupakan Korupsi yang dilakukan untuk
melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah adamaupun yang akan dilaksanakan.
Dalam kasus di atas disebutkan bahwa pemilihan Letjen TNI (Purn) Sutiyoso
sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tidak lebih dari sekadar bagi-bagi kursi
jabatan oleh Presiden Joko Widodo kepada para pendukungnya sehingga dapat di
kategorikan kasus korupsi dukungan.
Apabila kasus tersebut terbukti maka pelaku melanggar Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 pasal 13 yang berbunyi “Setiap orang yang memberi hadiah atau janji
12
kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan”, Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 pasal 5 yang berbunyi
“Setiap orang atau pegawai negeri sipil/penyelenggara negara yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud
supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau memberi
sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan
dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya”, Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 11 yang berbunyi
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan
atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya” dan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 pasal 12 (a) yang berbunyi “pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya”, (b) yang berbunyi “pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya”
F. PANDANGAN AGAMA TERHADAP KORUPSI
Pandangan agama terhadap korupsi, agama merupakan salah satu hal yang sangat
berhubungan erat dengan kasus korupsi. Karena agama merupakan dasar dari segala
kepercayaan dan keyakinan setiap individu. Dalam semua ajaran agama tidak ada ada
yang mengajarkan umatnya untuk berlaku atau melakukan tindakan korupsi. Namun pada
kenyataannya praktik korupsi sudah menjadi kegiatan yang tidak asing, dan secara sadar
atau tidak terjadi dalam segala aspek kehidupan terutama kehidupan sehari-hari. Namun
sebuah Negara yang beragama tidak menjanjikan kebersihan Negara itu sendiri dari
13
praktik korupsi. Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim,
maupun Negara- Negara di Amerika Latin yang mayoritas penduduk nya non-muslim
memiliki “Citra” yang serupa di mata dunia terkait korupsi yang terjadi di masing-masing
Negara.
Hukum korupsi dalam berbagai ajaran agama, antara lain :
Kristen: suap dapat butakan mata (hati), agar terus jaga tatanan hidup,
hidup adalah perjuangan, takut kepada Tuhan, jauhkan koruptor. Dalam 10 Perintah
Tuhan, larangan kedelapan adalah larangan untuk mencuri. 10 Perintah Tuhan adalah
salah satu norma yang dituangkan di Alkitab Perjanjian Lama dan merupakan inti dari
etika Alkitab Perjanjian Lama. Dalam Keluaran 20:15, Allah berfirman : Jangan mencuri.
Demikian jelasnya larangan Tuhan untuk tidak mencuri. Sementara itu korupsi adalah
mencuri dengan cara diam-diam, dengan cara halus mengurangi hak negara atau orang
lain demi kepentingan pribadi. Larangan mencuri juga dikemukakan Yesus dalam
bentuk yang berbeda, yaitu hukum mengasihi sesamamanusia seperti diri sendiri
( Matius 22:39; Mark 12:31; Lukas 10:27 ). Hukum ini sama dengan hukumpertama,
yaitu hukum untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan dengan segenap akal
budi.
Hindu: pemimpin korup tak akan hidup kembali, suap sebagai pintu masuk dosa,
pendosa tak diakui oleh Tuhan dan kena karma, etika “kau rasakan apa yang kurasakan”,
agar terus hidup sederhana.
Islam : Tindak Pidana Korupsi untuk memperkaya diri dari harta negara adalah
perbuatan zhalim (aniaya), karena kekayaan negara adalah harta yang dipungut
dari masyarakat termasuk masyarakat miskin yang mereka peroleh dengan susah payah.
Bahkan perbuatan tersebut berdampak sangat luas serta berdampak menambah kuantitas
masyarakat miskin
14
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
Korupsi sudah merupakan masalah yang kronik yang terjadi di bangsa Indonesia.
Fenomena fenomena yang terjadi adalah budaya permisif yang timbul di masyarakat
dimana haus akan hadirnya Negara yang bebas dari korupsi tetapi masih mempraktekkan
perilaku perilaku koruptif, Penegakan hukum atas tindak pidana korupsi juga masih jalan
ditempat khususnya pada aparat kejaksaan dan kepolisian, sektor pelayanan publik yang
cenderung birokratis dan tidak efisien, sektor swasta yang juga tak sungkan
mempraktikan upaya upaya korupsi demi keuntungan yang sebesar besarnya dan yang
paling penting adalah sistem pemilihan pemimpin di legislative dan eksekutif yang boros
juga jadi penyebab suburnya korupsi
Akar penyebab korupsi berasal dari greed (keserakahan), opportunity (kesempatan),
need (kebutuhan) dan Exposes (hukuman).
Keserakahan timbul karena adanya sifat tidak pernah puas yang dimiliki oleh
manusia. Kesempatan merupakan suatu keadaan yang menjadi faktor penarik tindakan
kriminal. Didalam tindak pidana korupsi, kelemahan peraturan ataupun kekuasaan yang
dimiliki menjadikan seseorang memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya. Need
atau kebutuhan menyebabkan korupsi dikarenakan adanya keadaan yang mengharuskan
15
seseorang untuk memberanikan diri melakukan perbuatan korupsi tersebut. Sedangkan
Ekposes/ hukuman menjadi salah satu penyebab korupsi karena jika hukuman yang
diterapkan kepada para koruptor lemah tentunya tidak akan efek jera dalam penindakan
korupsi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1]“GONE Theory.” 2013. Pengetahuan. Diakses pada 12 September 2015.
http://roeshanny.wordpress.com/2009/02/04/gone-theory/.
[2] International, Transparency. 2010. “Global Corruption Report 2009.” Issuu. Diakses pada 12
September 2015.
http://issuu.com/transparencyinternational/docs/global_corruption_report_2009.
[3]KPK. 2006. Komisi Anti Korupsi Di Luar Negeri (Deskripsi Singapura, Hongkong, Thailand,
Madagascar, Zambia, Kenya Dan Tanzania). Jakarta: Deputi Pencegahan KPK. Diakses pada 12
September 2015 http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27925/Komisi-Anti-Korupsi-di-Luar-
Negeri.pdf.
[4] KPU, Modul I Pemilu Bagi Pemula, 2010, diakses pada 13 September 2015
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/modul_1c.pdf
[5] Nur Asih, Wiwit, Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia, 2010. Diakses pada 12
September 2015. http://wiwitna.blogspot.com/2013/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia.html
[6] Widjoyanto, Bambang, Potensi Korupsi dalam Pelaksanaan Pemilu, 2008. Diakse pada 13
September 2015 http://www.antikorupsi.org/id/content/potensi-korupsi-dalam-pelaksanaan-
pemilu
16
17