Upload
steven
View
31
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pleno
Citation preview
KOMUNIKASI DAN EMPATI
KELOMPOK B6 :
1. PATRICIA RENATA ( 102013055 )
2. RICHARD A. TUKANG (102013084 )
3. PRICILYA M. M. SETO ( 102013132 )
4. AGNES DUA NURAK ( 102013214 )
5. STEVEN KRISTIANTO YAPUTRA (102013231 )
6. GOLDA MEIR ( 102013296 )
7. GERRY STEVEN LINATA ( 102013370 )
8. MARINTHA TIFFANY NDUN ( 102013398 )
9. CHARLES TING CHENG ZHI ( 102013485 )
10. NOR AMEERAH BINTI AZMI ( 102013500 )
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
ABSTRAK
Komunikasi adalah kegiatan keseharian kita sebagai makhluk Tuhan yang paling
bermartabat (mulia) dan berakal,mampu memadukan rasio dan rasa, akal dan kalbu, serta
pikir dan perbuatan[1]. Dengan siapapun kita berkomunikasi dengan maksud-tujuan tertentu,
interpersonal atau dalam kelompok,baik dengan ibu, ayah, suami/isteri, anak, nenek,
guru/dosen,sahabat, teman, atasan, maupun bawahan, perlu penyesuaian bersikap agar
komunikasi menjadi lebih efektif[1]. Komunikasi akan menjadi efektif jika perlu mendengar
aktif, trampil berdialog, memahami perasaan, mengendalikan emosi dan empati. Untuk
berkomunikasi dapat terjadi secara verbal dan non-verbal[1]. Berkomunikasi juga perlu
didasari oleh rasa empati sehingga tercipta suatu komunikasi yang efektif.
Kata Kunci : Komunikasi
ABSTRACT
Communication is the activity of our daily life as God's most dignified creature (noble)
and intelligent, capable of blending ratio and feeling, mind and heart, and think and act. With
whomever we communicate with purpose-specific purposes, interpersonal or in groups,
either by the mother, father, husband/wife, children, grandparents, teachers /professors,
friends, superiors, or subordinates, must be adaptive in order to become more effective
communication. Communication will be effective if need active listening, skilful dialogue,
understanding feelings, emotions manage and empathy. To communicate can result in verbal
and non-verbal. Communicate also need to be based on a sense of empathy in order to create
an effective communication.
Key word : Communication
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahluk sosial tentu banyak melakukan
interaksi dengan manusia lainnya dalam bentuk komunikasi, baik secara disengaja
ataupun tidak, verbal ataupun non-verbal. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari
aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan
tatanan kehidupan sosial atau masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada aspek
kehidupan sehari-hari manusia, yaitu dimulai sejak beraktivitas bangun tidur di pagi hari
sampai dengan manusia beranjak tidur di malam hari. Komunikasi ini sangatlah penting
agar kita dapat menyampaikan dan mendapatkan informasi dari orang lain. Contohnya
dalam dunia kerja profesional, hubungan antara dokter dan pasien. Komunikasi
dibutuhkan agar dokter dapat menerima informasi dari pasien untuk membuat diagnosis
dan juga menyampaikan hasil diagnosis tersebut kepada pasien. Tapi bukan hanya dalam
dunia kerja atau profesional saja yang membutuhkan komunikasi. Dalam kehidupan
bersama kelurga, lingkungan pertemanan, dan dengan masyarakat sekitar pun juga selalu
membutuhkan komunikasi Namun dalam penggunaannya, seringkali terjadi
kesalahpahaman antara orang-orang yang melakukan komunikasi tersebut, karena itu kita
perlu belajar dan memahami lebih baik cara berkomunikasi yang benar sehingga tercipta
komunikasi yang efektif agar informasi-informasi yang terdapat dalam komunikasi
tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan empati, di mana
empati merupakan upaya dan kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya di
tempat orang lain dan ikut merasakan apa yang orang tersebut rasakan. Dengan empati,
kita dapat lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, dan dari situ pula
dapat tercipta komunikasi yang baik.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
memahami dengan sungguh cara berkomunikasi yang baik dan cara menyalurkan
perasaan empati terhadap orang-orang yang menjadi lawan dalam berkomunikasi, serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia profesional
mendatang.
II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Komunikasi dan Empati
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau
communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran.[4] Kata sifatnya communis yang bemakna umum atau
bersama-sama. Soewarno Handaya Ningrat berpendapat bahwa komunikasi adalah
proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara sesama
manusia.[3] Proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh
seorang dengan maksud agar dapat diterima dan dimengerti antara sesamanya.
Everret M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling
pengertian yang mendalam. Shannon dan Weaver (1949) mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain,
sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk konunikasi verbal, tetapi
juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.[4] Dari ketiga defnisi
komunikasi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa
komunikasi adalah suatu hubungan interaksi antara dua orang atau lebih di mana
terjadi pertukaran informasi antara satu sama lain yang dapat terjadi baik secara
sengaja atau tidak sengaja, verbal maupun non-verbal.
Empati adalah kemampuan untuk seolah-olah menjadi diri orang lain. Empati berarti
kita mampu untuk membaca pikiran dari sudut pandang orang lain dan kita mampu
untuk menyelaraskan diri dengan orang lain. Berempati berarti kita berusaha untuk
melakukan adaptasi dengan orang lain, kita berusaha untuk mempelajari orang yang
ingin kita tuju agar terwujud keselarasan, keserasian, dan keharmonisan hubungan.
Dengan berempati maka akan muncul kesadaran dalam diri kita untuk selalu
menghargai orang lain.
II.2. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah hubungan komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan
dari komunikasi efektif adalah untuk memberi kemudahan dalam memahami pesan
yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap,
pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan bahasa non-verbal
secara baik. [2]
Hukum yang harus dipenuhi dalam komuniukasi efektif :
Respect (sikap menghargai)
Empathy (kemampuan untuk menyesuaikan diri)
Audible (dapat didengarkan, dimengerti dengan baik)
Clarity (komunikasi yang jelas)
Humble (sikap rendah hati) [2]
II.3. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Secara umum, ada dua macam bentuk komunikasi, yaitu secara verbal dan non-
verbal. Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang
disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan
(oral).[5] Komunikasi verbal menempati porsi besar dalam berkomunikasi. Karena
pada dasarnya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara
verbal ketimbang non-verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun
pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Contoh
komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media,
contohnya seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi
verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator
dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan
media berupa surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.[5]
Komunikasi non verbal (non-verbal communicarion) menempati porsi penting.
Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak
menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui
komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu
kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta,
kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis,
komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan
yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi
wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara. Contoh :
Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di
punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
Gerakan tubuh
Dalam komunikasi non-verbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata,
ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk
menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya;
untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.
Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara
berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,
kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi
nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang
dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut
dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[5]
II.4. Komunikasi Satu dan Dua Arah
Komunikasi satu arah adalah situasi komunikasi dimana pengirim tidak memiliki
kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima memberikan umpan balik bagi
pesannya. Sementara itu, komunikasi dua arah adalah situasi komunikasi dimana
pengirim cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari pendengarnya.Dari dua
macam komunikasi diatas, komunikasi dua arah adalah jenis komunikasi yang paling
efektif. Dengan komunikasi dua arah, akan memudahkan terbentuknya sebuah
pemahaman antara pengirim dan penerima pesan. Dalam dunia kedokteran,
komunikasi dua arah sangat dibutuhkan untuk bisa menentukan diagnosis dan cara
penangan yang tepat.[6]
II.5. Transaksi dalam Komunikasi
Dalam berkomunikasi, terjadi peristiwa transaksi yang akan tergantung pada sikap
diri(ego state) dari dua atau lebih individu yang berkomunikasi. Transaksi yang
terjadi ada tiga macam, yaitu transaksi imbang (complementrey
Transaction), transaksi silang (crossed transaction) dan transaksi selubung (ulterior
transaction). [6]
- Transaksi Imbang (Complimentary Transaction)
Yang dimaksud dengan transaksi imbang adalah komunikasi yang terjalin pada
taraf ego state yang sama. Misalnya antara orang tua dengan orang tua, dewasa
dengan dewasa, atau kanak-kanak dengan kanak-kanak. Transaksi ini dinilai paling
sehat karena biasanya menghasilkan respon yang sesuai. [6]
- Transaksi Silang (Crossed Transaction)
Transaksi silang mengakibatkan kesenjangan dalam komunikasi karena terjadi
perbedaan ego state dalam komunikasi. Komunkasi silang lebih sering meleset karena
komunikasi yang dikirim dari dan ke ego state kurang tepat pada situasi tertentu atau
karena pihak yang diajak berkomunikasi tidak peka dan jawababnya tidak sesuai.
Hasilnya respon yang tidak sesuai justru muncul dan memicu kemarahan, persaan
bersalah, ribut, dan terkadang perilaku yang menghindar.[6]
- Transaksi Selubung (Ulterior Transaction)
Dalam transaksi selubung, pesan disampaikan oleh ego state tertentu dan biasanya
melibatkan dua atau lebih ego state. Ada makna tersembunyi dalam komunikasi yang
secara sosial dapat diterima.[6]
II.6. Pembahasan Kasus
Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Mahasiswa
Dengan melakukan wawancara, mahasiswa tersebut berusaha untuk melakukan
komunikasi dengan anak jalanan tersebut.Begitu pula sebaliknya, dengan menjawab
pertanyaan dari mahasiswa, anak tersebut melakukan komunikasi dengna
mahasiswa.Bentuk komunikasi yang dominan dalam wawancara adalah komunikasi
verbal, dimana mahasiswa dan anak jalanan mengucapkan pesan mereka secara
lisan.Tetapi mungkin komunikasi non-verbal juga digunakan, dengan sikap tubuh
mahasiswa dan anak jalanan tersebut sewaktu mereka melakukan wawancara, atau
mungkin dengan menjaga kontak mata, ekspresi wajah yang sesuai, dan sebagainya.
Karena mahasiswa tersebut berhasil mendapatkan jawaban dari anak jalanan, dan
anak jalanan berhasil menyampaikan informasi mengenai dirinya kepada mahasiswa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pesan yang dikomunikasikan sampai kepada
kedua belah pihak, dan proses komunikasi berlangsung dengan efektif.
Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Polisi
Seperti yang disebutkan dalam kasus, anak jalanan ini ‘sering kucing-kucingan
dengan polisi’.Tindakan ini menggambarkan suatu situasi dimana polisi mengejar
anak jalanan dan anak ini lari dari kejaran polisi.Ada komunikasi antara anak jalanan
dan polisi, yang mungkin didominasi komunikasi non-verbal. Dengan mengejar,
polisi menyampaikan suatu pesan bahwa ia ingin menangkap atau menegur anak ini,
dan dengan berlari, pesan yang ditangkap dari anak ini adalah bahwa ia tidak ingin
ditangkap atau ditegur oleh polisi, bahwa ia mungkin merasa takut akan polisi
tersebut. Komunikasi verbal mungkin dilakukan oleh polisi, dengan cara menegur
atau memanggil anak jalanan tersebut. Komunikasi ini kurang efektif, karena
meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh kedua belah
pihak, tetapi tujuan komunikasi tidak tercapai Sewaktu mengejar, anak jalanan ini
mengerti bahwa polisi ingin menangkapnya, maka ia berlari, dan dengan berlari,
polisi mengerti bahwa anak jalanan tersebut tidak ingin ditangkap. Tujuan polisi
adalah menangkap anak jalanan tersebut, dan ia tidak berhasil mencapai tujuannya.
Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Masyarakat Umum
Pekerjaan anak jalanan tersebut adalah mengemis di lampu merah.Dalam kegiatan
mengemis, ada komunikasi antara anak jalanan dengan masyarakat umum.Bentuk
komunikasi yang dilakukan bisa komunikasi verbal maupun non-verbal. Anak jalanan
ini mungkin akan mengatakan kalimat-kalimat yang seperti “Pak, minta, Pak…” atau
kalimat-kalimat lainnya, dan orang yang dituju mungkin akan berkata “Maaf, dik…”
jika ia menolak, atau “Ini, dik…” jika ia memberikan sedekah, meskipun hal ini
jarang ditemui, mengingat lokasi di mana anak jalanan ini mengemis (lampu merah).
Di lampu merah, komunikasi yang lebih dominan dilakukan, terutama dari
masyarakat kepada anak jalanan, adalah komunikasi non-verbal. Anak jalanan ini
dapat melakukan komunikasi non-verbal dengan cara menadahkan tangan, dan
masyarakat akan mengerti pesan yang disampaikan anak jalanan tersebut. Sebaliknya,
masyarakat juga dapat melakukan komunikasi non-verbal, dengan cara mengeluarkan
uang dari kaca jendela mobil, dan anak jalanan akan mengerti bahwa orang tersebut
memberikan sedekah, atau dengan mengangkat telapak tangan, dan anak jalanan
tersebut akan mengerti bahwa orang yang ditujunya menolak untuk memberi sedekah,
maka ia akan berlalu. Komunikasi antara anak jalanan dan masyarakat umum tidak
dapat diketahui keefektidannya, karena meskipun pesan yang disampaikan oleh anak
jalanan dan masyarakat dapat diterima dengan baik oleh yang lainnya, tetapi tidak
diketahui apakan tujuan yang ingin dicapai anak jalanan dalam berkomunikasi
tercapai atau tidak.
Empati dari Mahasiswa terhadap Anak Jalanan
Dalam skenario disebutkan bahwa mahasiswa mengikuti kegiatan anak jalanan
tersebut. Hal ini menunjukan upaya mahasiswa untuk berempati dengan anak jalanan,
dengan merasakan apa yang dirasakan oleh anak jalanan itu. Karena komunikasi yang
berlangsung antara mahasiswa dan anak jalanan efektif, dapat disimpulkan bahwa ada
empati dalam komunikasi, karena empati membuat komunikasi menjadi sehat.
Empati dari Polisi terhadap Anak Jalanan
Polisi mungkin memiliki empati terhadap anak jalanan, tetapi dalam skenario tidak
dijelaskan mengenai alasan polisi mengejar anak tersebut. Jika alasan polisi mengejar
anak tersebut adalah karena anak jalanan melakukan suatu perbuatan yang melanggar
hukum dan harus diberi sanksi, maka ada kemungkinan polisi merasakan empati
terhadap anak tersebut, tetapi karena ia terikat kepada tugasnya sebagai polisi, ia
harus menjalankan tugasnya dengan cara menangkap anak jalanan tersebut, meskipun
pasti ada rasa berat hati. Polisi juga bisa tidak merasakan empati kepada anak tersebut
dan melaksanakan tugasnya tanpa perasaan ragu atau berat hati.Tetapi jika anak
tersebut tidak melanggar hukum, dan polisi mengejar anak jalanan itu, maka polisi
tersebut jelas tidak memiliki rasa empati terhadap anak tersebut.
Empati dari Masyarakat Umum terhadap Anak Jalanan
Pada umumnya, masyarakat menunjukan sikap empati kepada anak jalanan tersebut,
meskipun mungkin tidak semua. Karena jika ada rasa empati dari masyarakat, maka
orang-orang yang diminta sedekah oleh anak jalanan tersebut akan memberi uang
kepadanya, dan dengan uang itu ia dapat bertahan hidup. Tetapi tidak mungkin semua
orang yang ditemui anak jalanan tersebut memberi sedekah, dan dengan menolak
untuk membantu anak jalanan itu orang-orang yang tidak memberi sedekah
menunjukkan bahwa mereka tidak merasakan empati terhadap anak jalanan tersebut.
III.KESIMPULAN
Agar hubungan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berjalan
dengan baik, maka harus ada pula komunikasi yang baik. Untuk itu, setiap individu harus
terus belajar untuk berkomunikasi dengan baik dan efektif, dan disertai dengan perasaan
empati kepada sesama. Seperti pada kasus anak jalanan di atas, komunikasi efektif dapat
terjadi apabila mahasiswa, masyarakat, dan polisi yang memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan teori-teori di atas, serta menunjukkan
empati mereka pada anak jalanan.
IV. DAFTAR PUSTAKA
[1] Boediardja, Aisah Siti. Komunikasi dengan Empati,Informasi dan Edukasi: Citra
Profesionalisme Kedokteran. Jakarta : Dapartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, Fakultas Universitas Indonesia.
[2] P. Lastri. Komunikasi Efektif. From http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-
program/study-program-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-
praktek-kebidanan/komunikasi-efektif .
[3] Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta : Elex Media Komputindo.
[4] Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta :
Media Pressindo.
[5] Wantysastro. 2013. Pengertian Komunikasi verbal dan nonverbal beserta contoh dan
slogan produk. From http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-
komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/
[6] Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.