22
KOMUNIKASI DAN EMPATI KELOMPOK B6 : 1. PATRICIA RENATA ( 102013055 ) 2. RICHARD A. TUKANG (102013084 ) 3. PRICILYA M. M. SETO ( 102013132 ) 4. AGNES DUA NURAK ( 102013214 ) 5. STEVEN KRISTIANTO YAPUTRA (102013231 ) 6. GOLDA MEIR ( 102013296 ) 7. GERRY STEVEN LINATA ( 102013370 ) 8. MARINTHA TIFFANY NDUN ( 102013398 ) 9. CHARLES TING CHENG ZHI ( 102013485 ) 10. NOR AMEERAH BINTI AZMI ( 102013500 ) MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

PBL 2 - Makalah Pleno

  • Upload
    steven

  • View
    31

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pleno

Citation preview

Page 1: PBL 2 - Makalah Pleno

KOMUNIKASI DAN EMPATI

KELOMPOK B6 :

1. PATRICIA RENATA ( 102013055 )

2. RICHARD A. TUKANG (102013084 )

3. PRICILYA M. M. SETO ( 102013132 )

4. AGNES DUA NURAK ( 102013214 )

5. STEVEN KRISTIANTO YAPUTRA (102013231 )

6. GOLDA MEIR ( 102013296 )

7. GERRY STEVEN LINATA ( 102013370 )

8. MARINTHA TIFFANY NDUN ( 102013398 )

9. CHARLES TING CHENG ZHI ( 102013485 )

10. NOR AMEERAH BINTI AZMI ( 102013500 )

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Page 2: PBL 2 - Makalah Pleno

ABSTRAK

Komunikasi adalah kegiatan keseharian kita sebagai makhluk Tuhan yang paling

bermartabat (mulia) dan berakal,mampu memadukan rasio dan rasa, akal dan kalbu, serta

pikir dan perbuatan[1]. Dengan siapapun kita berkomunikasi dengan maksud-tujuan tertentu,

interpersonal atau dalam kelompok,baik dengan ibu, ayah, suami/isteri, anak, nenek,

guru/dosen,sahabat, teman, atasan, maupun bawahan, perlu penyesuaian bersikap agar

komunikasi menjadi lebih efektif[1]. Komunikasi akan menjadi efektif jika perlu mendengar

aktif, trampil berdialog, memahami perasaan, mengendalikan emosi dan empati. Untuk

berkomunikasi dapat terjadi secara verbal dan non-verbal[1]. Berkomunikasi juga perlu

didasari oleh rasa empati sehingga tercipta suatu komunikasi yang efektif.

Kata Kunci : Komunikasi

ABSTRACT

Communication is the activity of our daily life as God's most dignified creature (noble)

and intelligent, capable of blending ratio and feeling, mind and heart, and think and act. With

whomever we communicate with purpose-specific purposes, interpersonal or in groups,

either by the mother, father, husband/wife, children, grandparents, teachers /professors,

friends, superiors, or subordinates, must be adaptive in order to become more effective

communication. Communication will be effective if need active listening, skilful dialogue,

understanding feelings, emotions manage and empathy. To communicate can result in verbal

and non-verbal. Communicate also need to be based on a sense of empathy in order to create

an effective communication.

Key word : Communication

Page 3: PBL 2 - Makalah Pleno

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahluk sosial tentu banyak melakukan

interaksi dengan manusia lainnya dalam bentuk komunikasi, baik secara disengaja

ataupun tidak, verbal ataupun non-verbal. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari

aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

tatanan kehidupan sosial atau masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada aspek

kehidupan sehari-hari manusia, yaitu dimulai sejak beraktivitas bangun tidur di pagi hari

sampai dengan manusia beranjak tidur di malam hari. Komunikasi ini sangatlah penting

agar kita dapat menyampaikan dan mendapatkan informasi dari orang lain. Contohnya

dalam dunia kerja profesional, hubungan antara dokter dan pasien. Komunikasi

dibutuhkan agar dokter dapat menerima informasi dari pasien untuk membuat diagnosis

dan juga menyampaikan hasil diagnosis tersebut kepada pasien. Tapi bukan hanya dalam

dunia kerja atau profesional saja yang membutuhkan komunikasi. Dalam kehidupan

bersama kelurga, lingkungan pertemanan, dan dengan masyarakat sekitar pun juga selalu

membutuhkan komunikasi Namun dalam penggunaannya, seringkali terjadi

kesalahpahaman antara orang-orang yang melakukan komunikasi tersebut, karena itu kita

perlu belajar dan memahami lebih baik cara berkomunikasi yang benar sehingga tercipta

komunikasi yang efektif agar informasi-informasi yang terdapat dalam komunikasi

tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan empati, di mana

empati merupakan upaya dan kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya di

tempat orang lain dan ikut merasakan apa yang orang tersebut rasakan. Dengan empati,

Page 4: PBL 2 - Makalah Pleno

kita dapat lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, dan dari situ pula

dapat tercipta komunikasi yang baik.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat

memahami dengan sungguh cara berkomunikasi yang baik dan cara menyalurkan

perasaan empati terhadap orang-orang yang menjadi lawan dalam berkomunikasi, serta

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia profesional

mendatang.

Page 5: PBL 2 - Makalah Pleno

II. PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Komunikasi dan Empati

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau

communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti

pemberitahuan atau pertukaran.[4] Kata sifatnya communis yang bemakna umum atau

bersama-sama. Soewarno Handaya Ningrat berpendapat bahwa komunikasi adalah

proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara sesama

manusia.[3] Proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh

seorang dengan maksud agar dapat diterima dan dimengerti antara sesamanya.

Everret M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa komunikasi

adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling

pengertian yang mendalam. Shannon dan Weaver (1949) mendefinisikan komunikasi

sebagai suatu bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain,

sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk konunikasi verbal, tetapi

juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.[4] Dari ketiga defnisi

komunikasi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa

komunikasi adalah suatu hubungan interaksi antara dua orang atau lebih di mana

terjadi pertukaran informasi antara satu sama lain yang dapat terjadi baik secara

sengaja atau tidak sengaja, verbal maupun non-verbal.

Empati adalah kemampuan untuk seolah-olah menjadi diri orang lain. Empati berarti

kita mampu untuk membaca pikiran dari sudut pandang orang lain dan kita mampu

untuk menyelaraskan diri dengan orang lain. Berempati berarti kita berusaha untuk

Page 6: PBL 2 - Makalah Pleno

melakukan adaptasi dengan orang lain, kita berusaha untuk mempelajari orang yang

ingin kita tuju agar terwujud keselarasan, keserasian, dan keharmonisan hubungan.

Dengan berempati maka akan muncul kesadaran dalam diri kita untuk selalu

menghargai orang lain.

II.2. Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif adalah hubungan komunikasi yang mampu menghasilkan

perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan

dari komunikasi efektif adalah untuk memberi kemudahan dalam memahami pesan

yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap,

pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan bahasa non-verbal

secara baik. [2]

Hukum yang harus dipenuhi dalam komuniukasi efektif :

Respect (sikap menghargai)

Empathy (kemampuan untuk menyesuaikan diri)

Audible (dapat didengarkan, dimengerti dengan baik)

Clarity (komunikasi yang jelas)

Humble (sikap rendah hati) [2]

II.3. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal

Secara umum, ada dua macam bentuk komunikasi, yaitu secara verbal dan non-

verbal. Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang

disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan

Page 7: PBL 2 - Makalah Pleno

(oral).[5] Komunikasi verbal menempati porsi besar dalam berkomunikasi. Karena

pada dasarnya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara

verbal ketimbang non-verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun

pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Contoh

komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media,

contohnya seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi

verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator

dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan

media berupa surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.[5]

Komunikasi non verbal (non-verbal communicarion) menempati porsi penting.

Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak

menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui

komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu

kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta,

kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis,

komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan

yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.

Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi

wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara. Contoh :

Sentuhan

Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di

punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.

Gerakan tubuh

Page 8: PBL 2 - Makalah Pleno

Dalam komunikasi non-verbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata,

ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk

menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya;

untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.

Vokalik

Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara

berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,

kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.

Kronemik

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi

nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang

dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut

dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[5]

II.4. Komunikasi Satu dan Dua Arah

Komunikasi satu arah adalah situasi komunikasi dimana pengirim tidak memiliki

kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima memberikan umpan balik bagi

pesannya. Sementara itu, komunikasi dua arah adalah situasi komunikasi dimana

pengirim cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari pendengarnya.Dari dua

macam komunikasi diatas, komunikasi dua arah adalah jenis komunikasi yang paling

efektif. Dengan komunikasi dua arah, akan memudahkan terbentuknya sebuah

pemahaman antara pengirim dan penerima pesan. Dalam dunia kedokteran,

Page 9: PBL 2 - Makalah Pleno

komunikasi dua arah sangat dibutuhkan untuk bisa menentukan diagnosis dan cara

penangan yang tepat.[6]

II.5. Transaksi dalam Komunikasi

Dalam berkomunikasi, terjadi peristiwa transaksi yang akan tergantung pada sikap

diri(ego state) dari dua atau lebih individu yang berkomunikasi. Transaksi yang

terjadi ada tiga macam, yaitu transaksi imbang (complementrey

Transaction), transaksi silang (crossed transaction) dan transaksi selubung (ulterior

transaction). [6]

- Transaksi Imbang (Complimentary Transaction)

Yang dimaksud dengan transaksi imbang adalah komunikasi yang terjalin pada

taraf ego state yang sama. Misalnya antara orang tua dengan orang tua, dewasa

dengan dewasa, atau kanak-kanak dengan kanak-kanak. Transaksi ini dinilai paling

sehat karena biasanya menghasilkan respon yang sesuai. [6]

- Transaksi Silang (Crossed Transaction)

Transaksi silang mengakibatkan kesenjangan dalam komunikasi karena terjadi

perbedaan ego state dalam komunikasi. Komunkasi silang lebih sering meleset karena

komunikasi yang dikirim dari dan ke ego state kurang tepat pada situasi tertentu atau

karena pihak yang diajak berkomunikasi tidak peka dan jawababnya tidak sesuai.

Hasilnya respon yang tidak sesuai justru muncul dan memicu kemarahan, persaan

bersalah, ribut, dan terkadang perilaku yang menghindar.[6]

- Transaksi Selubung (Ulterior Transaction)

Page 10: PBL 2 - Makalah Pleno

Dalam transaksi selubung, pesan disampaikan oleh ego state tertentu dan biasanya

melibatkan dua atau lebih ego state. Ada makna tersembunyi dalam komunikasi yang

secara sosial dapat diterima.[6]

II.6. Pembahasan Kasus

Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Mahasiswa

Dengan melakukan wawancara, mahasiswa tersebut berusaha untuk melakukan

komunikasi dengan anak jalanan tersebut.Begitu pula sebaliknya, dengan menjawab

pertanyaan dari mahasiswa, anak tersebut melakukan komunikasi dengna

mahasiswa.Bentuk komunikasi yang dominan dalam wawancara adalah komunikasi

verbal, dimana mahasiswa dan anak jalanan mengucapkan pesan mereka secara

lisan.Tetapi mungkin komunikasi non-verbal juga digunakan, dengan sikap tubuh

mahasiswa dan anak jalanan tersebut sewaktu mereka melakukan wawancara, atau

mungkin dengan menjaga kontak mata, ekspresi wajah yang sesuai, dan sebagainya.

Karena mahasiswa tersebut berhasil mendapatkan jawaban dari anak jalanan, dan

anak jalanan berhasil menyampaikan informasi mengenai dirinya kepada mahasiswa

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pesan yang dikomunikasikan sampai kepada

kedua belah pihak, dan proses komunikasi berlangsung dengan efektif.

Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Polisi

Seperti yang disebutkan dalam kasus, anak jalanan ini ‘sering kucing-kucingan

dengan polisi’.Tindakan ini menggambarkan suatu situasi dimana polisi mengejar

anak jalanan dan anak ini lari dari kejaran polisi.Ada komunikasi antara anak jalanan

Page 11: PBL 2 - Makalah Pleno

dan polisi, yang mungkin didominasi komunikasi non-verbal. Dengan mengejar,

polisi menyampaikan suatu pesan bahwa ia ingin menangkap atau menegur anak ini,

dan dengan berlari, pesan yang ditangkap dari anak ini adalah bahwa ia tidak ingin

ditangkap atau ditegur oleh polisi, bahwa ia mungkin merasa takut akan polisi

tersebut. Komunikasi verbal mungkin dilakukan oleh polisi, dengan cara menegur

atau memanggil anak jalanan tersebut. Komunikasi ini kurang efektif, karena

meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh kedua belah

pihak, tetapi tujuan komunikasi tidak tercapai Sewaktu mengejar, anak jalanan ini

mengerti bahwa polisi ingin menangkapnya, maka ia berlari, dan dengan berlari,

polisi mengerti bahwa anak jalanan tersebut tidak ingin ditangkap. Tujuan polisi

adalah menangkap anak jalanan tersebut, dan ia tidak berhasil mencapai tujuannya.

Komunikasi antara Anak Jalanan dengan Masyarakat Umum

Pekerjaan anak jalanan tersebut adalah mengemis di lampu merah.Dalam kegiatan

mengemis, ada komunikasi antara anak jalanan dengan masyarakat umum.Bentuk

komunikasi yang dilakukan bisa komunikasi verbal maupun non-verbal. Anak jalanan

ini mungkin akan mengatakan kalimat-kalimat yang seperti “Pak, minta, Pak…” atau

kalimat-kalimat lainnya, dan orang yang dituju mungkin akan berkata “Maaf, dik…”

jika ia menolak, atau “Ini, dik…” jika ia memberikan sedekah, meskipun hal ini

jarang ditemui, mengingat lokasi di mana anak jalanan ini mengemis (lampu merah).

Di lampu merah, komunikasi yang lebih dominan dilakukan, terutama dari

masyarakat kepada anak jalanan, adalah komunikasi non-verbal. Anak jalanan ini

dapat melakukan komunikasi non-verbal dengan cara menadahkan tangan, dan

Page 12: PBL 2 - Makalah Pleno

masyarakat akan mengerti pesan yang disampaikan anak jalanan tersebut. Sebaliknya,

masyarakat juga dapat melakukan komunikasi non-verbal, dengan cara mengeluarkan

uang dari kaca jendela mobil, dan anak jalanan akan mengerti bahwa orang tersebut

memberikan sedekah, atau dengan mengangkat telapak tangan, dan anak jalanan

tersebut akan mengerti bahwa orang yang ditujunya menolak untuk memberi sedekah,

maka ia akan berlalu. Komunikasi antara anak jalanan dan masyarakat umum tidak

dapat diketahui keefektidannya, karena meskipun pesan yang disampaikan oleh anak

jalanan dan masyarakat dapat diterima dengan baik oleh yang lainnya, tetapi tidak

diketahui apakan tujuan yang ingin dicapai anak jalanan dalam berkomunikasi

tercapai atau tidak.

Empati dari Mahasiswa terhadap Anak Jalanan

Dalam skenario disebutkan bahwa mahasiswa mengikuti kegiatan anak jalanan

tersebut. Hal ini menunjukan upaya mahasiswa untuk berempati dengan anak jalanan,

dengan merasakan apa yang dirasakan oleh anak jalanan itu. Karena komunikasi yang

berlangsung antara mahasiswa dan anak jalanan efektif, dapat disimpulkan bahwa ada

empati dalam komunikasi, karena empati membuat komunikasi menjadi sehat.

Empati dari Polisi terhadap Anak Jalanan

Polisi mungkin memiliki empati terhadap anak jalanan, tetapi dalam skenario tidak

dijelaskan mengenai alasan polisi mengejar anak tersebut. Jika alasan polisi mengejar

anak tersebut adalah karena anak jalanan melakukan suatu perbuatan yang melanggar

hukum dan harus diberi sanksi, maka ada kemungkinan polisi merasakan empati

Page 13: PBL 2 - Makalah Pleno

terhadap anak tersebut, tetapi karena ia terikat kepada tugasnya sebagai polisi, ia

harus menjalankan tugasnya dengan cara menangkap anak jalanan tersebut, meskipun

pasti ada rasa berat hati. Polisi juga bisa tidak merasakan empati kepada anak tersebut

dan melaksanakan tugasnya tanpa perasaan ragu atau berat hati.Tetapi jika anak

tersebut tidak melanggar hukum, dan polisi mengejar anak jalanan itu, maka polisi

tersebut jelas tidak memiliki rasa empati terhadap anak tersebut.

Empati dari Masyarakat Umum terhadap Anak Jalanan

Pada umumnya, masyarakat menunjukan sikap empati kepada anak jalanan tersebut,

meskipun mungkin tidak semua. Karena jika ada rasa empati dari masyarakat, maka

orang-orang yang diminta sedekah oleh anak jalanan tersebut akan memberi uang

kepadanya, dan dengan uang itu ia dapat bertahan hidup. Tetapi tidak mungkin semua

orang yang ditemui anak jalanan tersebut memberi sedekah, dan dengan menolak

untuk membantu anak jalanan itu orang-orang yang tidak memberi sedekah

menunjukkan bahwa mereka tidak merasakan empati terhadap anak jalanan tersebut.

Page 14: PBL 2 - Makalah Pleno

III.KESIMPULAN

Agar hubungan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berjalan

dengan baik, maka harus ada pula komunikasi yang baik. Untuk itu, setiap individu harus

terus belajar untuk berkomunikasi dengan baik dan efektif, dan disertai dengan perasaan

empati kepada sesama. Seperti pada kasus anak jalanan di atas, komunikasi efektif dapat

terjadi apabila mahasiswa, masyarakat, dan polisi yang memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan teori-teori di atas, serta menunjukkan

empati mereka pada anak jalanan.

Page 15: PBL 2 - Makalah Pleno

IV. DAFTAR PUSTAKA

[1] Boediardja, Aisah Siti. Komunikasi dengan Empati,Informasi dan Edukasi: Citra

Profesionalisme Kedokteran. Jakarta : Dapartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin, Fakultas Universitas Indonesia.

[2] P. Lastri. Komunikasi Efektif. From http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-

program/study-program-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-

praktek-kebidanan/komunikasi-efektif .

[3] Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta : Elex Media Komputindo.

[4] Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta :

Media Pressindo.

[5] Wantysastro. 2013. Pengertian Komunikasi verbal dan nonverbal beserta contoh dan

slogan produk. From http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-

komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/

[6] Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.