29
Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Otitis Eksterna Maligna EUNIKE 102010203 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Pendahuluan Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda namun akan saling berhubungan untuk satu mekanisme yaitu sebagai alat pendengaran. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga. 1 Otitis eksterna dibagi menjadi otitis eksterna akut, kronis, dan maligna. Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang disertai dengan gangguan di jaringan sekitarnya yaitu lapisan subkutis, tulang, dan tulang rawan. 2 1

Pbl Blok 23

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL 23

Citation preview

Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Otitis Eksterna MalignaEUNIKE102010203Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Pendahuluan Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda namun akan saling berhubungan untuk satu mekanisme yaitu sebagai alat pendengaran. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga.1Otitis eksterna dibagi menjadi otitis eksterna akut, kronis, dan maligna. Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang disertai dengan gangguan di jaringan sekitarnya yaitu lapisan subkutis, tulang, dan tulang rawan.2Tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui tentang penyakit otitis eksterna maligna dan cara menanganinya. Anamnesis Pada setiap pemeriksaan harus diawali dengan anamnesis atau tanya jawab dengan pasien, agar dapat mengetahui keluhan apa yang sedang dirasakan oleh pasien. Hal ini sangat membantu untuk mengetahui penyakit pasien selain dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa:3Alamat Korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana Fakultas Kedokteran (Kampus II) Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat ; Website : www.ukrida.ac.id ; NIM : 102010203; Email : [email protected]. Gangguan pendengaran/pekak (tuli),2. Suara berdenging/berdengung (tinnitus),3. Rasa pusing yang berputar (vertigo),4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan5. Keluar cairan dari telinga (otore).

Beberapa hal yang dapat ditanyakan pada pasien dengan keluhan pada telinga:1. Keluhan utama pasien2. Apakah ada nyeri telinga?3. Apakah ada cairan dari telinga?4. Adakah telingan berbunyi?5. Adakah gangguan pendengaran? Jika ada apakah tiba-tiba atau perlahan?6. Apakah ada trauma kepala sebelumnya?7. Apakah meminum obat yang bersifat ototoksik?8. Apakah bekerja di lingkungan bising?9. Apakah berhubungan dengan usia?10. Apakah ada perasaan berputar (vertigo)? 11. Riwayat penyakit dahulu (diabetes mellitus, hipertensi).12. Riwayat penyakit keluarga.Pemeriksaan Fisik3,4Untuk pemeriksaan telinga, alat yang diperlukan adalah lampu kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga, dan garputala. Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani. 1. Pemeriksaan daun telinga dan bagian-bagiannya:a. Lakukan inspeksi pada setiap daun telinga (kanan dan kiri) dan bagian-bagiannya, apakah terdapat deformitas, benjolan, atau lesi kulit. Deformitas dapat ditemukan apabila terdapat trauma. Benjolan yang dijumpai pada saat inspeksi dapat berupa keloid, kista, basal cell carcinoma, tophi.b. Lihat kesimetrisan kedua daun telinga.c. Lihat apakah ada Battles sign pada bagian belakang telinga, yaitu suatu kondisi dimana terdapat echymosis pada tulang mastoid dan merupakan indikator adanya fraktur pada basis cranii. d. Apabila terdapat nyeri pada telinga, adanya discharge atau proses inflamasi maka lakukan pemeriksaan dengan cara menggerakan daun telinga secara lembut ke atas dan ke bawah (tug test) serta berikan tekanan lembut pada bagian belakang telinga dari atas ke bawah. Saat dilakukan tug test akan dijumpai adanya rasa nyeri pada kondisi Otitis Eksterna Akut (inflamasi pada kanal auditorius) namun tidak pada kondisi Otitis Media.2. Pemeriksaan kanal auditorius dan membran timpani:a. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan otoskop. Pada kondisi otitis eksterna akut dapat dijumpai tanda inflamasi pada kanal auditorius berupa adanya pembengkakan, penyempitan, lembab, dan tampak pucat atau bahkan kemerahan. Pada otitis eksterna kronis permukaan kulit pada kanal auditorius tampak menebal, merah, dan terasa gatal.b. Periksa ada tidaknya serumen (warna, konsistensinya), benda asing, discharge, kemerahan, dan atau edema.c. Inspeksi membran timpani, perhatikan dan catat warna dan konturnya (ada tidaknya perforasi, sklerosis). Warna normal pada membran timpani adalah merah muda keabu-abuan. Pada otitis media akut purulenta dapat dijumpai warna merah membesar pada membran timpani yang disertai adanya pengeluaran cairan. Pada kondisi sklerosis maka akan dijumpai area pada membran timpani yang berwarna keputihan dengan batas tidak rata. Perhatikan gambar 1.

Gambar 1. Membran Timpani Normal Telinga Kanan (sumber: http://otitismedia.hawkelibrary.com/normal/tm_2)3. Tes pendengaran sederhana/klasik (tes alorji, tes berbisik, tes garpu tala):a. Berfungsi untuk menentukan derajat ketulian secara kasar.b. Lakukan pemeriksaan dalam kondisi ruangan yang betul-betul tenang.c. Pemeriksaan dilakukan dari jarak 1-2 feet = 30,5-61 cm = 0,3-0,6 .d. Pada tes berbisik: Semi kuantitatif. Lakukan pemeriksaan dari samping. Tutup telinga lain yang belum diperiksa dengan jari dan pastikan pasien tidak membaca gerakan bibir pemeriksa. Gunakan angka atau kata yang tediri dari 2 suku kata yang beraksen sama tiga-lima, bola-bata, dan seterusnya. Minta pasien untuk mengulangi kata atau angka yang telah disebutkan.e. Tes garputala: Semi kualitatif. Menggunakan garpu tala yang memiliki frekuensi 512 Hz, diletakkan pada tulang mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik, kemudian dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural (rinne +). Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif (rinne-). Tes rinne, membandingkan hantaran tulang (BC) dengan hantaran udara (AC) pada telinga yang diperiksa. Perhatikan gambar 2.

Gambar 2. Tes Rinne (sumber: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP_PEMERIKSAAN%20FISIK%20TELINGA_NEW.pdf) Tes weber, membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang terdengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga sehat (lateralisasi ke telinga sehat) berarti telinga yang sakit mengalami tuli sensorineural. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit mengalami tuli konduktif. Perhatikan gambar 3.

Gambar 3. Tes Weber (sumber: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP_PEMERIKSAAN%20FISIK%20TELINGA_NEW.pdf) Tes schwabach, membandingkan hantaran tulang telinga orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.Pemeriksaan PenunjangUntuk memastikan suatu diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, harus dilakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk penyakit otitis eksterna adalah:51. Jumlah leukosit, biasanya normal atau sedikit meningkat.2. Laju endap darah (LED), dapat meningkat pada otitis eksternal akut, dan menetap pada keganasan telinga.3. Kimia darah, pada pasien dengan diabetes perlu dilakukan pemeriksaan ini untuk menentukan intoleransi glukosa basal, sedangkan pada pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya.4. Kultur dan tes sensitivitas dari liang telinga. Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa (95%), merupakan organisme anaerobik, gram negatif, mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis, eksotoksin dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.5. Radiologi, pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan penyakit, dan respon terapi. CT-scan dan MRI, keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, dan komplikasi intrakranial.Diagnosis Banding 1. Herpes zoster otikus, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial. Dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks servikalis bagian atas. Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsay Hunt. Tampak lesi kulit vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga, otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan berat ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.12. Otitis media supuratif kronik (OMSK), adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kentalm bening atau berupa nanah. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang). Proses peradangan OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, umumnya tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatoma. Sedangkan OMSK tipe bahaya disertai kolesteatoma dan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah paresis nervus fasialis (N. VII), hal ini terjadi oleh karena penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada otitis media akut, sedangkan pada OMSK kerusakan oleh erosi tulang/kolesteatom/jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis tersebut.Etiopatofisilogi1,2,5 Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan tulang temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa, meskipun sangat jarang dapat juga dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus. Umumnya menyerang pasien dengan diabetes yang berusia tua, serta pasien dengan disfungsi imun selular. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan antara tulang dan tulang rawan.Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut:1. Diabetes (90 % ) merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang berhubungan dengan diabetes merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetes mempunyai pH yang lebih tinggi dan menurunnya konsentrasi lizosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berubah menjadi otitis eksterna maligna. Tidak ada perbedaan antara DM tipe I dan II.2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena penggunaan obat.3. AIDS4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetes.Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.

EpidemiologiDi Amerika Serikat, Otitis eksterna maligna lebih banyak timbul di tempat dengan iklim lembab dan basah daripada iklim lain, lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan dilaporkan menyerang semua kelompok umur, tetapi lebih banyak pada pasien yang lebih tua.5Manifestasi KlinisGejala otitis eksterna maligna dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat, kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.1,2,5Penatalaksanaan Pengobatan harus segera diberikan. Sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan kuman tersebut. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.1,5Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacillin (kombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime, tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan penicillin).1Disamping pemberian obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan pembersihan luka (debrideman) secara radikal. Tindakan debrideman yang kurang bersih akan menyebabkan makin cepatnya perjalanan penyakit. Selain itu perlu diperhatikan kadar gula darah harus tekontrol, dan meningkatan sistem imun pasien.1,2,5Biasanya tindakan bedah tidak diperlukan, tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun sudah diberikan terapi antibiotik adekuat, mungkin perlu dilakukan mastoidektomi radikal. Namun tindakan bedah hanya dibatasi pada pengangkatan jaringan mati/rusak pada tengkorak, drainase abses, dan debrideman lokal jaringan granulasi. Terapi pilihan utama tetap dengan antibiotik sistemik.5Prognosis Otitis eksterna maligna membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama, apabila lama pengobatan tidak sesuai maka manifestasinya berupa sakit kepala dan otalgia. Angka rekurensi dari penyakit ini adalah 9-27% dari kasus yang ada, biasanya terjadi karena lama pengobatan yang kurang. Angka kematian mencapai 50% tanpa pengobatan, dan berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok. Untuk sekarang ini angka kematian menurun hingga 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi intrakranial.2,5Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada otitis eksterna maligna adalah kerusakan saraf kranial, tulang tengkorak, atau otak, kekambuhan kembali setelah pengobatan, penyebaran infeksi ke otak seperti meningitis, abses otak, atau bagian tubuh lain.2Kesimpulan Otitis eksterna maligna merupakan peradangan difus yang terjadi pada telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Banyak terjadi pada orang tua dengan riwayat penyakit diabetes melitus, dan gangguan imunitas. Kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Perlu pengobatan segera dan adekuat dengan antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk kasus berat dengan adanya neuropati dan komplikasi intrakranial dapat menyebabkan kematian.

Daftar Pustaka1. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011.h. 60-3.2. Vorvick LJ. Malignant otitis externa. Edition, 30th August 2012. Downloaded from http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000672.htm, 25th March 2013.3. Soepardi EA. Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok kepala dan leber. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011.h. 1-3.4. Widyawati IY. Manual prosedur pemeriksaan fisik pada telinga. Edisi, 10 Januari 2012. Diunduh dari http://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP_PEMERIKSAAN%20FISIK%20TELINGA_NEW.pdf, 25 Maret 2013.5. Bhandary S, Karki P, Sinha BK. Malignant otitis externa: a review. Edition, 2002. Downloaded from http://www.pacifichealthdialog.org.fj/Volume%209/No.%201%20-%20Emergency%20Health%20In%20The%20Pacific/Review%20Papers/Malignant%20Otitis%20Externa%20a%20review.pdf, 25th March 2013.6. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011.h. 69-73, 80.

Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Kalazion EUNIKE102010203Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

PendahuluanMata merupakan organ/alat indera yang spesial, dan dibagi menjadi beberapa bagian, terutama kelopak mata, bola mata dan orbita (tulang-tulang penyusun sekitar mata) ditambah sistem lakrimal dengan fungsinya masing-masing, namun seperti yang sudah lazim diketahui, fungsi utama mata adalah sebagai organ/indera penglihat.1 Sesuai dengan kasus yang dibahas, masalah terutama terdapat pada kelopak mata, dimana kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra juga merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma fisik, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Pada kelopak mata terdapat berbagai otot dan juga berbagai kelenjar, seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll (keringat), kelenjar Zeis dan kelenjar Meibom, dimana gangguan pada kelenjarnya biasa bermanifestasi sebagai benjolan.1AnamnesisPada setiap pemeriksaan harus diawali dengan anamnesis atau tanya jawab dengan pasien, agar dapat mengetahui keluhan apa yang sedang dirasakan oleh pasien. Hal ini sangat membantu untuk mengetahui penyakit pasien selain dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Anamnesis dimulai dengan identitas pasien mulai dari nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, alamat, dll; kemudian dilanjutkan dengan keluhan utama pasien.

Alamat Korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana Fakultas Kedokteran (Kampus II) Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat ; Website : www.ukrida.ac.id ; NIM : 102010203; Email : [email protected] Pada pasien yang datang dengan keluhan di kelopak mata (palpebra), keluhan utama yang biasa dikemukakan dapat berupa adanya benjolan atau bengkak pada kelopak mata, kelopak mata yang merah, adanya rasa sakit pada palpebra tersebut, atau terkadang ada yang mengeluhkan timbulnya eksudat.1,2 Tanyakan sudah berapa lama gejala tersebut dialami, apakah ada gejala-gejala lain yang menyertainya, terutama walaupun masalah ini tidak terdapat pada bola mata, tanyakan adakah penurunan ketajaman penglihatan (visus) pada pasien. Adakah kesulitan untuk menutup atau membuka kelopak mata, apakah kelopak mata pernah mengalami trauma. Tanyakan juga riwayat pemakaian obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang, atau adakah alergi yang spesifik karena nantinya dapat berpengaruh pada terapi. Riwayat penyakit sebelumnya, penyakit keluarga, dan lingkungan sosial juga perlu ditanyakan.1,2Pemeriksaan FisikPemeriksaan mata yang dilakukan ada beberapa hal yang penting, seperti ketajaman visus, lapang pandang, funduskopi, segmen-segmen anterior seperti; konjungtiva, palpebra, kornea, pupil, dan lensa. Pemeriksaan ketajaman visus digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan sentral, jika mungkin gunakan kartu Snellen (Snellen chart) dengan pencahayaan yang baik.1-3 Setiap huruf dari kartu baca snellen membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60, berati huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter. Kartu snellen ini ada yang menggunakan ukuran 20 kaki atau 6 meter. Tempatkan pasien pada jarak 20 kaki (sekitar 6 meter) dari kartu tersebut. Pasien yang menggunakan kacamata selain jenis kacamata-baca harus mengenakan kaca-matanya. Minta pasien untuk menutup salah satu matanya dengan telapak tangan (agar tidak mencoba mengintip lewat sela jari-jari), dan mencoba sedapat mungkin membaca baris huruf yang paling kecil dengan menggunakan mata yang lain.1,3Bila tajam penglihatan 6/6 (meter) berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal dapat dilihat juga pada jarak 6 meter. Bila pasien hanya dapat membaca huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30, dimana ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, sementara orang normal dapat melihatnya dari jarak 30 meter. Pada pasien yang tidak mencapai 6/6 lakukan pinhole test dimana pasien melihat dari alat berlubang kecil untuk memfokuskan sinar, jika kelainan pasien adalah kelainan refraksi, maka akan terjadi perbaikan hingga 6/6.1 Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari (finger counting). Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.1,3 Uji ini dilakukan dari jarak 1 hingga 5 meter, sehingga visus yang dihasilkan antara 1/60 - 5/60, dan pada pasien yang hanya berhasil hitung jari hingga jarak 2 meter, lakukan pinhole test juga, apabila bisa hingga 5/60, maka kembali lakukan pada kartu Snellen. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan tangan dari jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter berarti visusnya adalah 1/300. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/ karena orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga. Bila sama sekali tidak dapat melihat sinar juga, dikatakan visus pasien 0 (nol) atau buta total. Pemeriksaan Snellen ini dapat dilakukan pada orang yang telah dewasa atau dapat berkomunikasi. Pada bayi pemeriksaan ini tidak mungkin dilakukan, demikian juga pada orang tuli, atau ada keadaan lain, maka dapat dilakukan pemeriksaan visus secara objektif.1Pemeriksaan lapang pandang disebut dengan uji konfrontasi, mata kiri pasien dan mata kanan pemeriksa ditutup, dan sebaliknya. Pasien diperiksa dengan duduk berhadapan terhadap pemeriksa saling bertatap. Sebuah benda dengan jarak yang sama digeser perlahan dari perifer lapang pandang ke tengah. Bila pasien sudah melihatnya ia diminta untuk memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang pandangan pasien adalah normal. Syarat pada pemeriksaan ini adalah lapang pandangan pemeriksa adalah normal. Setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan segmen anterior mata, dimulai dari palpebra dilihat apakah berada dalam batas normal atau ada kelainan seperti adanya benjolan, merah, ada sekret. Konjungtiva tarsalis superior dan inferior dilihat apakah hiperemis, apakah ada tanda-tanda radang, apakah ada sekret, atau ada papil. Lalu pupil, kornea dan lensa pasien dilihat dengan menggunakan sinar, misalnya dari senter kecil. Arahkan senter ke mata pasien (jangan terlalu dekat karena silau) dan lihat bentuk pupil, bulat/lonjong, isokor/anisokor kanan-kiri, serta diperiksa reflek cahaya langsung dan konsensual pupil kanan dan kiri. Normalnya apabila diberikan sinar seperti dari senter, maka pupil akan miosis (mengecil), baik pada mata yang terkena langsung, walaupun mata sebelahnya (reflek konsensual). Kornea pasien harus terlihat jernih saat disinari, kalau kornea keruh maka ketajaman penglihatan pasien akan menurun. Lensa dilihat kejernihannya dengan menggunakan shadow test, dengan cara sinar diarahkan ke pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris, dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh.3Funduskopi atau ophtalmoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.1-3 Oftalmoskopi dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung, pada makalah ini akan dibahas mengenai oftalmoskopi langsung.1 Oftalmoskopi langsung memberikan gambaran normal atau tidak terbalik pada fundus okuli. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan pasien duduk dan dokter berdiri di sebelah mata yang diperiksa. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan dokter demikian pula sebaliknya. Setelah terlihat refleks merah pada pupil maka oftalmoskop didekatkan hingga 2-3cm dari mata pasien. Bila kelopak memperlihatkan tanda menutup maka kelopak tersebut ditahan dengan tangan yang tidak memegang oftalmoskop. Untuk memperluas lapang penglihatan maka pasien dapat disuruh melihat kesamping ataupun kebawah dan keatas. Pada pemeriksaan ini dapat diliha refleks makula lutea, rasio arteri-vena retina, papil, CD ratio, dsb.1,3Pada kasus seperti pada skenario, dapat juga dilakukan pemeriksaan tambahan, seperti mencoba meraba (palpasi) benjolan/massa yang terdapat pada kelopak mata pasien, dari situ dapat dilaporkan diameter atau ukuran massa yang ada, konsistensinya apakah kenyal/ lunak/ keras, apakah terdapat nyeri tekan, apakah teraba panas.2 Pada skenario didapati massa 10x5mm, teraba kenyal dan tidak terdapat nyeri tekan.Pemeriksaan PenunjangSebenarnya pada kasus mata, banyak pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, namun seperti pada kasus yang dibahas ini, tidak banyak pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi dan pemeriksaan histopatologi, juga pemeriksaan ultrasonografi (USG). Biopsi dan pemeriksaan histopatologi serta USG ini digunakan terutama untuk menyingkirkan adanya kemungkinan massa/tumor malignan. Pada pemeriksaan histopatologi, apabila sesuai dengan hipotesis kalazion, seharusnya dapat ditemukan eksudat peradangan yang mengandung sel histiosit, sel raksasa berinti banyak, sel plasma, eosinofil, limfosit, dan leukosit polimorfonuklear (PMN).4 Pemeriksaan dengan USG dipakai untuk melihat struktur abnormal pada kelopak mata tersebut, apakah berbatas tegas, apakah massa padat/tidak, dsb. Jadi, pemeriksaan penunjang terutama dilakukan hanya untuk menyingkirkan diagnosis banding.1Working DiagnosisSesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien, dimana benjolan tersebut sudah kronis, tidak ada sekret, tidak ada nyeri, massa kenyal maka diagnosis kerja yang diambil adalah kalazion. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudo-ptosis.1,4 Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.4 Bila terjadi kalazion yang berulang kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan keasalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu keganasan. Perhatikan gambar 1.1

Gambar 1. Kalazion (sumber: www.stluciaeyecenter.com)Differential DiagnosisPenyakit kalazion biasa diberikan diagnosis banding hordeolum dan blefaritis (radang pada kelopak mata). Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata, dapat sembuh sendiri dengan hanya diberi kompres hangat. Bentuk hordeolum ada dua, yaitu eksternum dan internum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll, sedangkan hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses dalam kelenjar tersebut. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit, mengganjal, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.1,4 Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal, dan biasa berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pseudoptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat, kelenjar preaurikel biasa turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.1Blefaritis merupakan peradangan pada kelopak dan tepi kelopak. Radang yang terjadi pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahum. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak (blefaritis bakterialis) dapat disebabkan kuman streptococcus golongan alfa atau beta, pneumococcus dan pseudomonas. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, ulseratif dan angularis. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket, dan epiforia (banyak air mata). Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka pada kulit. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Blefaritis angularis mengenai sudut kelopak mata sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal. Blefaritis juga dapat disebabkan infeksi virus (Herpes simpleks & Herpes zoster), juga oleh jamur, terutama Actinomyces dan Nocardia.1EpidemiologiTidak ada penyebaran yang khusus pada penyakit ini. Kalazion dapat timbul pada semua umur dan semua jenis kelamin, tidak ada umur yang lebih sering terkena paparan dan tidak ada jenis kelamin yang lebih mudah terkena penyakit ini.EtiologiKalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat, yang berarti etiologinya berasal dari kelenjar Meibom yang tersumbat. Kelenjar meibom tersumbat ini utamanya disebabkan oleh hordeolum interna, karena itu kalazion dapat dikatakan sebagai lanjutan dari hordeolum interna yang sudah kronis, walau tidak semua kalazion berasal dari hordeolum interna.5 Karena umumnya berasal dari hordeolum interna, maka bakteri penyebabnya sama seperti pada hordeolum interna, yaitu infeksi Staphylococcus, yang merupakan bakteri gram positif (+) dengan bentuk bulat bergerombol seperti anggur. Pehatikan Gambar 2.1

Gambar 2. Staphylococcus pada Pewarnaan Gram (sumber: www.microbeworld.org)PatofisiologiKalazion adalah massa granulomatosa mengandung lipid yang menggambarkan reaksi benda asing di sekeliling kelenjar meibom. Kalazion merupakan reaksi esensial terhadap lipid yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut. Ketika daerah mata kotor, dan kuman masuk ke kelopak, kuman sampai ke kelenjar Meibom dan mengakibatkan timbulnya peradangan, hal ini menyebabkan kelenjar Meibom semakin banyak mengeluarkan lipid dan menjadi tersumbat, sehingga kuman dalam pus terhambat untuk keluar, dan menjadi peradangan yang kronis dan tetap berada dalam kelenjar Meibom. Eksudat peradangannya mengandung histiosit, sel raksasa berinti banyak, sel plasma, eosinofil, limfosit, dan leukosit polimorfonuklear (PMN).4Penatalaksanaan Beberapa kalazion sembuh tanpa pengobatan. Sebagian besar penulis menganjurkan pemakaian kompres air hangat yang sering, untuk mempermudah drainase kalazion. Jika blefaritis terjadi juga, antibiotik topikal dapat diberikan, seperti salep gentamycin. Jika masalah tidak hilang setelah 1 bulan pemberian terapi konservatif, pasien harus dirujuk ke spesialis oftalmologi untuk dilakukan insisi. Beberapa ahli oftalmologi menganjurkan pemberian steroid intralesi melalui suntikan.4 Cara melakukan insisi dan ekskokleasi kalazion adalah sebagai berikut: terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesia topikal pantokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan.1Komplikasi Komplikasi dari kalazion meliputi potensi terjadinya superinfeksi jika kalazion dimanipulasi oleh pasien atau petugas nonmedis lainnya. Komplikasi kalazion yang paling sering adalah rekurensi. Kalazion juga dapat mengakibatkan astigmatisma apabila massa pada palpebra tersebut mengubah kontur kornea.4 Squamous cell carcinoma memiliki bentuk yang mirip dengan kalazion, dan sering terjadi rekurensi, namun bukanlah komplikasi dari kalazion, karena memiliki etiologi dan yang berbeda (genetik & mutasi gen).6PencegahanTidak ada pencegahan yang khusus untuk kalazion, yang penting adalah menjaga kebersihan mata dan kelopak mata, apabila mungkin terkena debu dan terasa gatal, hindari mengucek mata karena dapat menyebabkan kuman mudah masuk ke kelopak mata. Selain itu juga hindari pemakaian kosmetik atau obat-obat tetes mata yang sudah kadaluarsa.5PrognosisPrognosis dari kalazion baik, karena sangat jarang menyebabkan komplikasi, dan komplikasi yang biasa timbul hanyalah rekurensi yang biasanya tidak terlalu mengganggu fungsi dari kelopak mata dan bola mata. Apabila kalazion masih baru-baru terjadi, dengan kompres air hangat, prognosis akan semakin baik karena kemungkinan sembuh sendiri menjadi lebih tinggi.1KesimpulanKalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudo-ptosis. Dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Dengan terapi berupa insisi dan ekskokleasi makan massa akan hilang dan tidak menyisakan kelainan.Daftar Pustaka1. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.h.1,14-27,64,89-95.2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga,2005. h.44-5.3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta: EGC, 2009.h.147-58.4. Williams L, Wilkins. Teks-atlas kedokteran kedaruratan Greenberg. Jakarta: Erlangga, 2008.h.81,87.5. Persify. Apa yang dimaksud dengan kalazion. Diunduh dari http://www.persify.com, 23 Maret 2013.6. Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM. Karsinoma kelenjar sebasea kelopak mata. Diunduh dari http://mata-fkui-rscm.org/karsinoma-kelenjar-sebasea-kelopak-mata/, 23 Maret 2013.

19