Upload
yogie-g-bastian
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
1/13
1
Kejang Demam Kompleks pada Anak
Fredy Ferdian Pratama
10-2010-117
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: [email protected]
Kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim ditemukan pada anak.
Kejang demam merupakan suatu bangkitan kejang yang terjadi akibat adanya demam tinggi pada
anak yang umumnya disebabkan adanya infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan dan
pendengaran. Umumnya kejang demam terjadi antara periode 6 bulan hingga 5 tahun. Ada
kecenderungan genetik yang dijumpai pada kejang demam.
Pemeriksaan yang fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan tanda vital, tingkat
kesadaran dan rangsang meningeal. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak terlalu spesifik.
Umumnya serangan kejang ini akan berhenti dengan sendirinya, meskipun perlu bantuan obat-
obatan seperti fenobarbital dan natrium valproat untuk mencegah rekurensi kejang. Prognosis
kejang demam sederhana umumnya baik.
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan biasanya dengan allo anamnesis, yaitu dengan menanyakan kepada
orangtua atau pengasuh yang membawanya datang kedokter atau kepada si anak tersebut jika dia
mengerti apa yang dimaksud.1
1. Waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
2. Sifat kejang (fokal atau umum)
3. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
4. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
2/13
2
5. Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun)
6. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
7. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau
epilepsi)
8. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10.Trauma kepala
PEMERIKSAAN FISIK1
Tanda Vital
Pemeriksaan Fokus Infeksi
-
Melihat apa tonsil memerah atau tidak.
- Apakah gendang telinga hipereremi atau tidak.
- Apakah ada ruam kulit atau tidak
Tanda Ransang Meningeal
- Kaku kuduk (Nuchal rigidity)
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak
dapat menepel pada dada.
-
Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan tangan
lainnya di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat,
kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif. Bila terdapat
rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi
panggul dan lutut.
- Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)
Fleksi tungkai pasien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti oleh
fleksi tungkai lainnya ada sendi panggul dan sendi lutut.
- Kernig
Penderita dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak
lurus, kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
3/13
3
Pada iritasi menigeal ekstensi lutut secara pasif akan menyebabkan
rasa sakit dan terdapat hambatan.
Gambar 1: Kernig dan Brudzinski I
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaaan Punksi Lumbal
- Sangat dianjurkan untuk anak < 12 bulan dengan kejang demam
- Dianjurkan untuk anak < 18 bulan dengan kejang demam
- Anak dengan kejang demam disertai tanda meningeal yg positif ( perlu di
ingat : anak 12 bulan tanda meningeal tidak jelas maka lihat dari bu lging
fontanel anterior, kesadaran, dan irritability)
-
Kejang demam kompleks
- Dicurigai meningitis, ensefalitis.
- Anak dengan riwayat kejang demam dimana ada pemberian antibiotik
sebelum kejang yang terjadi ( disebut partially treated meningitis )
- Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, ataum emprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.
Oleh karena itu tidak direkomendasikan.
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
- Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
- Paresis nervus VI
- Papiledema.2
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
4/13
4
Diagnosis Kerja
Merupakan kejang pada demam dengan manifestasi klinis yang lebih lama (lebih dari 15
menit) yang disertai dengan tanda fokal. Serangan kejang yang kompleks dapat terjadi lebih dari
satu kali dalam satu hari. Adanya kejang demam kompleks harus diwaspadai karena dapat
merupakan pertanda infeksi akut yang serius serta dapat menyebabkan komplikasi berupa
timbulnya epilepsi. Dua hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan kejang demam
kompleks dan sederhana ialah lama berlangsungnya kejang serta jumlah serangan kejang yang
terjadi.5
Yang dapat digunakan untuk menegakkan kejang demam kompleks, yaitu:
Umur ketika kejang antara 6 bulan4 tahun.
Kejang berlangsung lenih dari 15 menit.
Dalam satu episode dapat berulang lebih dari 1 kali
Kejang berulang lebih dari 4 kali setahun
Diagnosis banding
Kejang Demam Sederhana
Kejang demam sederhana merupakan suatu gambaran kejang yang berlangsung kurang
dari 15 menit, tidak menunjukkan adanya gambaran fokal yang signifikan, tidak berlangsung
dalam suatu rangkaian yang memiliki durasi total lebih dari 30 menit serta serangan hanya terjadi
satu kali dalam sehari.5
Meningitis
Merupakan infeksi pada meningen, yaitu selaput pembungkus otak. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh bakteri seperti Stereptococcus pneumonia, Eschericia coli, dan Haemophilus
influenzae maupun virus seperti virus herpes zoster dan herpes simplex. Ada triad klasik dari
meningitis, yaitu berupa kaku kuduk, demam tinggi dan perubahan status mental.
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
5/13
5
Selain itu dapat dijumpai adanya fotofobia dan fonofobia. Jika tidak ada gejala klasik ini,
maka sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis pada seseorang. Pada anak biasanya terlihat
irritabel dan kurang sehat. Pada bayi berusia hingga 6 bulan biasanya didapati penonjolan
fontanella. Adanya pemeriksaan analisa cairan serebrospinal dapat digunakan untuk menegakkan
adanya meningitis.6
Epilepsi
Merupakan kompleks gejala yang timbul akibat akibat gangguan fungsi otak yang
gangguan fungsinya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai proses patologik. Kejang epilepsi
ialah satu gejala gangguan fungsi otak yang paling sering ditemukan. Epilepsi adalah gangguan
kronik, dengan tanda utama adalah kejang spontan yang berulang.
Gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit ayan ini adalah apabila penyakit ini akan
kambuh, penderita biasanya merasa pusing, pandangan berkunang-kunang, alat pendengaran
kurang sempurna. Selain itu, keluar keringat berlebihan dan mulut keluar busa. Sesaat kemudian,
penderita jatuh pingsan diiringi dengan jeritan. Semua urat-urat mengejang, lengan dan tungkai
menjulur kaku, tangan menggenggam dengan eratnya, acapkali lidah luka tergigit karena rahang
terkatup rapat, si penderita sulit bernafas dan muka merah atau kebiru-biruan. Selama terserang
ayan, biasanya mata tertutup dan akhirnya tertidur pulas lebih dari 45 menit. Apabila telah
bangun dan ditanya, tidak lagi ingat apa-apa yang telah terjadi atas dirinya. Serangan ayan yang
demikian itu senantiasa datang berulang-ulang.6
Penatalaksanaan
Non medika mentosa
Seringkali kejang yang terjadi akan berhenti dengan sendirinya. Penting untuk menjaga jalan
napas agar tetap lancar pada pasien yang mengalami serangan kejang demam.7
Jika anak mengalami kejang, posisikan anak miring (semiposisi) dengan leher yang
diekstensikan sehingga sekresi dapat keluar secara lancar melalui mulut.
Jika pernasapan sulit: buka saluran napas dengan ekstensi leher secara hati-hati, angkat
rahang ke depan. Jangan letakkan apapun ke dalam mulut. Berikan O2jika tersedia.
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
6/13
6
Tetap perhatikan keadaan vital pasien seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung. Penting untuk mengetahui pada suhu berapa anak mengalami kejang
sehingga kita dapat mengetahui ambang kejang anak tersebut.
Jangan letakkan apapun (sendok, jari) di mulut pasien.
Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian
antipiretik. Antipiretik yang dapat digunakan pada anak adalah Paracetamol. Jangan
gunakan asam salisilat sebagai antipiretik karena dapat menyebabkan sindrom Reye.
Setelah kejang berhenti, periksa kadar glukosa dan elektrolit darah. Pada kejang demam biasanya
didapati peningkatan kadar fosfor, penurunan kadar magnesium dan kalsium serta penurunan
kadar glukosa darah.8
Hal yang perlu diperlukan adalah untuk menyingkirkan penyebab kejang akibat infeksi pada
sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses otak. Oleh karena itu dapat dilakukan
pungsi lumbal pada L4L5untuk mengambil cairan serebrospinal. Cairan ini kemudian dianalisa
untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi pada sistem saraf pusat.9,10
Namun, analisa
cairan serebrospinal ini tidak dilakukan pada semua kasus kejang demam melainkan hanya
dilakukan pada:
Kejang dengan usia pasien dibawah 1 tahun.
Kejang yang berulang.
Adanya gejala-gejala gangguan sistem saraf pusat seperti adanya defisit neurologis pasca
kejang.
Medika Mentosa
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orangtua
pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada pasien. Tujuan pemberian
adalah mencegah timbulnya kejang pada keadaan demam. Obat yang diberikan harus cepat
diabsorpsi dan cepat masuk ke otak.
Berdasarkan penelitian dapat digunakan Diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg
untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
7/13
7
lebih dari 10 kg, apabila suhu pasien menunjukkan suhu 38,5oC. Efek samping yang mungkin
timbul adalah ataksia, mengantuk, depresi pusat pernapasan, laringospasme dan hipotonia.5
Untuk mengurangi rekurensi kejang demam dapat digunakan fenobarbital dengan dosis sebagai
berikut:
Neonatus : 30 mg intramuskular
1 bulan1 tahun : 50 mg intramuskular
> 1 tahun : 75 mg intramuskular
Namun penggunaan fenobarbital harus diwaspadai karena efek samping yang mungkin
timbul berupa hiperaktivitas, irritabilitas, letargi dan ruam. Selain itu dicurigai bahwa
fenobarbital memiliki efek samping pada intelegensia. Sebuah penelitian menunjukan kelompok
anak yang pernah diberi fenobarbital memiliki IQ rerata 5,2 poin lebih rendah daripada
kelompok kontrol 6 bulan setelah terapi dihentikan. Pemakaian hanya sewaktu demam tidak
efektif karena konsentrasi terapeutik obat tidak akan dicapai dalam waktu singkat kecuali bila
diberikan dalam dosis yang sangat besar (15-20 mg/kg), namun dosis besar ini juga berarti efek
samping yang lebih besar.5
Diazepam oral 0,33 mg/Kg setiap 8 jam selama demam efektif dalam mengurangi insiden
kejang demam rekuren sama seperti penggunaan kontinu fenobarbital. Fenitoin dankarbamazepin yang diberikan kontinu tidak efektif dalam mencegah kejang demam rekuren.
Natrium valproat mungkin menguntungkan, namun efek samping serius secara potensial
disebabkan oleh penggunaan agen ini tidak menjamin penggunaannya. Sehingga pilihan terapi
pencegahan rekuren terbaik ialah diazepam secara oral.
Komplikasi
Epilepsi
Anak yang menderita kejang demam beresiko lebih besar mengalami epilepsi
dibandingkan dengan yang tidak. Besarnya resiko ini dipengaruhi banyak faktor, namun
yang terpenting adalah kelainan status neurologik sebelum dan sesudah kejang,
timbulnya kejang demam yang kompleks dan riwayat kejang afebris pada keluarga.
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
8/13
8
Seorang anak normal yang mengalami kejang demam memiliki resiko 2x lipat lebih
besar dibandingkan populasi kontrol.3
Apabila kejang pertamanya kompleks, atau bila anaknya abnormal, resiko dapat
meningkat hingga 5 kali lipat. Bila kedua faktor ada maka resikonya menjadi 18 kali
lipat dan insidensi epilepsi dapat mencapai 10% dalam kelompok ini. Anak dengan
serangan kejang demam fokal, berkepanjangan, dan berulang dengan penyakit yang
sama memiliki 50% kemungkinan menderita epilepsi saat ia berusia 25 tahun.
Retardasi mental
Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik dan
status epileptikus pernah dilaporkan sebagai gejala sisa kejang demam. Kejang yang
berkepanjangan tampaknya merupakan faktor pemicu timbulnya sekuele.3
Pencegahan
Pencegahan terutama dari kejang demam adalah mencegah agar suhu tubuh anak tidak terlalu
tinggi sehingga tidak menjadi faktor pemicu timbulnya kejang.4Hal yang dapat dilakukan ialah:
Memberi kompres air dingin pada anak yang demam.
Tidak mengenakan baju yang tebal dan tertutup pada anak.
Menggunakan obat penurun suhu tubuh, yaitu Paracetamol.
Pencegahan sekunder berupa mencegah rekurensi demam telah dibahas di bagian
penatalaksanaan, yaitu dengan pemberian diazepam oral 0,33 mg/kg setiap 8 jam.
Prognosis
Umumnya baik. Angka mortalitas sangat rendah, yaitu berkisar dari 0,640,74 %.5
Etiologi
Pencetus terjadinya kejang ialah adanya demam yang disebabkan oleh adanya infeksi
pada bayi dan anak. Bentuk infeksi yang mungkin ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan
atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Perlu diperhatikan untuk
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
9/13
9
menyingkirkan infeksi sistem saraf pusat sebagai penyebab kejang, baru memikirkan
kemungkinan adanya kejang demam.
Pada banyak pasien kejang demam sering ditemukan riwayat kejang demam pada
keluarganya, oleh karena itu dicurigai adanya kecenderungan genetik pada penyakit ini meskipun
belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.1,5
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia dibawah 6 tahun. Puncaknya biasanya terjadi
pada usia 14-18 bulan. Sangat jarang ditemukan adanya kejang demam pada anak berusia diatas
6 tahun. Pada saudara kandung insidensinya berkisar 917%. Angka kejadian pada kembar
monozigot lebih besar dari pada kembar dizigot. Adanya epilepsi pada saudara kandung juga
meningkatkan resiko kejang demam begitu pula sebaliknya. Insidensi komplikasi berupa epilepsi
berkisar 9% pada anak yang memiliki faktor resiko berupa riwayat keluarga epilepsi positif
dibandingkan dengan faktor resiko negatif yaitu sekitar 1%.3
Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui
oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya
kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion Na rendah.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat potensial
membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial
membran ini dapat dirubah oleh adanya:
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
-
Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
10/13
10
Gambar 2. Patofisiologi Kejang
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan menaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron,
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran. Perpindahan ini
mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke membran sel lain melalui
neurotransmitter, dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C. Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 40C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan
pada suhu berapa penderita kejang.Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama(lebih dari 15 menit)
biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik,hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
11/13
11
tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. rangakain kejadian di atas adalaj faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas
kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari,sehingga terjadi serangan epilepsi
yang spontan. Jadi kejang demam berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak sehingga terjadi epilepsi.8-10
Gambar 3. Patofisiologi Kejang Demam
Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis
media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-
klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
12/13
12
terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan
neurologik.
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami
demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang
tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi
yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah,
badan, tangan dan kaki.Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Anak
akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri..8
Kesimpulan
Anak pada kasus yang dibahas menderita kejang demam kompleks. Diagnosis ini
ditegakan berdasarkan cara menegakan diagnosis kerja pada seperti yang ditulis pada tinjauan
pustaka ini seperti. Dengan ini hipotesis awal yang menyatakan anak menderita kejang demam
kompleks dapat diterima.
Daftar Pustaka
1. Richard EB, Robert MK, Ann MA. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume 3. Jakarta: EGC;
2004.h.2059-60.
2. Mary R, Malcolm L . Pediatric and Child Health. 2nd
edition. United States: Blackwell
Pulblishing; 2006.p. 72-90.
3. Abraham MR, Julien IE, Colin DR. Buku ajar pediatric Rudolph. Volume 3. Edisi 20.
Jakarta: EGC; 2007.h.2160-1.
4.
Joyce LK. Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostik. Jakarta: EGC; 2008.h.116-20.
5. Annegers JF, Hauser WA, Shirts SB, et al. Factor prognostic of unprovoked seizures after
febrile convulsions. N Eng J Med 316: p.493.
6. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta : Kedokteran EGC;2002..h 2059-67
7/26/2019 Pbl Fredy Kejang Demam
13/13
13
7. Staf Pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Volume 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.h.1190-2.
8. Ellenberg JH, Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual performance. Arch Neurol
35: p. 1978.
9. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
Kedokteran EGC;2006.
10.Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. 20th
edition. United States: Appleton
and Lange; 2002.