23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang, nasi bukan satu-satu nya makanan pokok masyarakat Indonesia. Mie instan yang enak. praktis dan murah kerap dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok kedua setelah nasi. Tidak hanya dimakan di Indonesia, mie instan juga di ekspor ke berbagai Negara, seperti Korea, Singapura, dan salah satunya Taiwan. Permasalahan muncul ketika pemerintah Taiwan mengumumkan untuk menarik produk mie instan Indonesia. Telah terdeteksi, nipagin ; zat pengawet yang ternyata terkandung di dalam produk mie Instan Indonesia. Zat pengawet nipagin ini dianggap terlarang untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena bisa menimbulkan gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan. 1.2 Tujuan Makalah ini dibuat untuk membahas khususnya bahan pengawet nipagin yang terdapat pada mie instan produksi Indonesia yang menjadi penyebab ditariknya produk mie instan Indonesia dari Taiwan. Makalah ini membahas antara lain batas maksimum penggunaan nipagin sebagai bahan pengawet berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) dan berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).Selain itu, dijelaskan pula dalam makalah ini yaitu 1

Pbl Mie Instan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pbl Mie Instan

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang, nasi bukan satu-satu nya makanan pokok masyarakat Indonesia. Mie instan yang enak. praktis dan murah kerap dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok kedua setelah nasi. Tidak hanya dimakan di Indonesia, mie instan juga di ekspor ke berbagai Negara, seperti Korea, Singapura, dan salah satunya Taiwan. Permasalahan muncul ketika pemerintah Taiwan mengumumkan untuk menarik produk mie instan Indonesia. Telah terdeteksi, nipagin ; zat pengawet yang ternyata terkandung di dalam produk mie Instan Indonesia. Zat pengawet nipagin ini dianggap terlarang untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena bisa menimbulkan gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan.

1.2 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk membahas khususnya bahan pengawet nipagin yang terdapat pada mie instan produksi Indonesia yang menjadi penyebab ditariknya produk mie instan Indonesia dari Taiwan. Makalah ini membahas antara lain batas maksimum penggunaan nipagin sebagai bahan pengawet berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) dan berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).Selain itu, dijelaskan pula dalam makalah ini yaitu bahaya nipagin pada tubuh bila digunakan secara berlebihan.

BAB II

ISI

2.1Skenario

KETERANGAN PERSBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIATENTANGPENARIKAN PRODUK MI INSTAN INDONESIA

Nomor : HM.04.01.1.23.10.10.9695

Jakarta, 11 Oktober 2010Berkaitan dengan informasi di media cetak maupun media elektronik tentang penarikan produk mi instan produksi Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Rl memandang perlu menyampaikan informasi kepada masyarakat sebagai berikut:

1. Di Indonesia, penetapan suatu regulasi dan persyaratan keamanan, mutu dan gizi produk pangan olahan mengacu kepada persyaratan internasional yaitu Codex Alimentarius Commission (CAC) dan berdasarkan kajian risiko.

2. Di Indonesia penggunaan Bahan Tambahan Pangan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Salah satu bahan tambahan pangan yang diatur adalah nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) yang berfungsi sebagai pengawet dengan batas maksimum penggunaan.

3. Dalam produk kecap, batas maksimum penggunaan yang diijinkan adalah 250 mg/kg. Dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, batas maksimum penggunaan adalah 1000 mg/kg.

4. Badan POM dalam melindungi kesehatan masyarakat, secara periodik melakukan sampling dan pengujian produk pangan yang beredar di pasaran termasuk mi instan. Hasil pengujian dalam 5 (lima) tahun terakhir, terhadap kecap yang ada dalam produk mi instan, tidak ditemukan adanya kandungan nipagin yang melebihi batas maksimum yang diijinkan.

5. Dari kajian persyaratan di beberapa negara seperti Kanada, Amerika Serikat, batas maksimum penggunaan nipagin dalam pangan yang diijinkan adalah 1000 mg/kg. Sedangkan di Singapura dan Brunei Darussalam, batas maksimum penggunaan dalam kecap 250 mg/kg dan di Hongkong sebesar 550 mg/kg.

6. Dengan demikian, produk mi instan yang terdaftar di Indonesia dinyatakan aman untuk dikonsumsi.

2.2 Identifikasi Istilah

Codex Alimentarius Commision : komisi yang dibentuk oleh FAO dan WHO untuk mengembangkan tata cara dan kode yang berhubungan dengan FAO/Standard Program Makanan WHO. Tujuannya adalah untuk memproteksi kesehatan konsumer dan memastikan standard makanan yang tepat dibawah pemerintahan internasional dan oraganisasi non-pemerintah.1Nipagin : (akan dijelaskan lebih lanjut pada sasaran pembelajaran 2.6) 2.3Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skenario adalah :

Penarikan produk mie instan Indonesia

2.4Analisis Masalah

2.5Hipotesis

penarikan mie instan produksi indonesia di Taiwan dikarenakan oleh kandungan bahan pengawet nipagin yang berlebihan melewati standard batas maksimum ketentuan.

2.6Sasaran Pembelajaran

2.6.1Pengertian Pengawetan

Secara garis besar pengawetan dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu :

1) Cara alami

2) Cara biologis

3) Cara kimiawi2,31) PENGAWETAN SECARA ALAMI

Proses pengawetan secara alami meliputi pemanasan dan pendinginan.

2) PENGAWETAN SECARA BIOLOGIS

Proses pengawetan secara biologis misalnya dengan peragian (fermentasi).

Peragian (Fermentasi)

Merupakan proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini ialah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya proses peragian tergantung dari bahan yang akan diragikan.2 Enzim

Enzim adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti daging, ikan susu, buah-buahan dan biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja di dalam bahan tersebut.23) PENGAWETAN SECARA KIMIA

Menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lian. Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah

pemakainannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat menghambat berkembangbiaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi.2

a) Asam Sitrat (citric acid)

Merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal

atau serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air, spriritus, dan

ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan

meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang.

Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nenas, jeruk,

lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur

tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai,

Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu, gula-gula (termasuk fondant), dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat digunakan untuk mencegah pembentukan bintik-bintik hitam pada udang. Penggunaan maksimum dalam minuman adalah sebesar 3 gram/liter sari buah.2b) Garam dapur (natrium klorida)

Garam dapur dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang-kadang

berwarna kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada

didalamnya. Air laut mengandung + 3 % garam dapur. Garam dapur sebagai penghambat pertumbuhan mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan ikan dan juga bahan-bahan lain. 2-4c) Garam sulfat

Digunakan dalam makanan untuk mencegah timbulnya ragi, bakteri dan

warna kecoklatan pada waktu pemasakan.2

d) Gula pasir

Digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan

menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan

gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan.2-5e) Zat Pewarna

Zat pewarna ditambahkan ke dalam bahan makanan seperti daging,

sayuran, buah-buahan dan lain-lainnya untuk menarik selera dankeinginan

konsumen. Bahan pewarna alam yang sering digunakan adalah kunyit,

karamel dan pandan. Dibandingkan dengan pewarna alami, maka bahan

pewarna sintetis mempunyai banyak kelebihan dalam hal keanekaragaman

warnanya, baik keseragaman maupun kestabilan, serta penyimpanannya

lebih mudah dan tahan lama. Misalnya carbon black yang sering digunakan

untuk memberikan warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan lain-lain. Bahan pewarna alami warnanya jarang yang sesuai dengan yang

dinginkan.2-4PROSES BEBAS KUMAN DALAM PENGAWETANAda dua cara proses bebas kuman, yaitu sterilisasi dan pasteurisasi

Sterilisasi

Adalah proses bebas kuman, virus, spora dan jamur. Keadaan steril ini dapat dicapai dengan cara alami maupun kimiawi.2Secara alami dapat dilakukan dengan:

- memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu 100oC selama

15 menit, untuk mematikan kuman dan virus;

memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu 120 oC selama 15 menit untuk mematikan spora dan jamur.

Secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan antiseptik dan

desinfektan.

a. Antiseptik

Merupakan zat yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan

jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Ada beberapa bahan yang sering digunakan sebagai antiseptik, antara lain: alcohol, asam dan alkali, air raksa, pengoksida,zat warna, pengalkil.2,3b. Desinfektan

Merupakan bahan kimia yang digunakan untukmencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh kuman penyakit lainnya. Jenis desinfektan yang biasa digunakan adalah chlor atau formaldehid. Jenis ini lebih efektif bila dicampur dengan air terutama dalampembuatan es. Untuk menjaga kualitas ikan penggunaan chlor sebanyak 0,05 % atau 0,5 gram/liter air sangat efektifPasteurisasi

Dilakukan dengan memanaskan tempat yang telah diisi makanan atau

minuman dalam air mendidih pada suhu sekurang-kurangnya 63o C selama 30

menit, kemudian segera diangkat dan didinginkan hingga suhu maksimum 10o

C. Dengan cara ini maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan cepat

tanpa mempengaruhi rasa makanan dan minuman.2,32.6.3 Nipagin

Nipagin adalah nama dagang untuk senyawa metil hidroksi benzoat, yaitu senyawa ester metil dari asam p-hidroksibenzoat. Senyawa ini merupakan bahan tambahan pangan senyawa turunan asam benzoat, yang berfungsi sebagai bahan antimikroba atau pengawet. Senyawa ini sering juga dikenal dengan nama methylparaben dengan rumus kimia CH3(C6H4(OH)COO).6Secara alami, senyawa benzoat termasuk beberapa esternya bisa ditemukan pada buah-buahan; terutama buah kranberi (cranberries). Selain itu, senyawa benzoat secara alami juga bisa ditemukan pada jamur, kayu manis, dan cengkeh. Untuk keperluan komersial; asam benzoat ini disintesis secara kimia dan kemudian diubah menjadi ester melalui reaksi esterifikasi, di antaranya menjadi metil hidroksi benzoat.6Dalam praktiknya; terdapat beberapa jenis ester dari hidroksi benzoat; di antaranya adalah ester metil (-CH3), etil (-C2H5), propil (C3H7) dan butil (C4H9) hidroksi benzoat. Sebagai pengawet; semakin panjang rantai C, maka senyawa tersebut akan mempunyai efektivitas antimikroba yang semakin tinggi. Namun demikian; sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) pengawet; senyawa yang paling banyak ditemukan adalah metil dan/atau etil hidroksi benzoat. Dan BTP pengawet yang saat ini sedang diributkan adalah metil hidroksi benzoat, atau nipagin.62.6.4 Bahaya Nipagin

Zat-zat kimia yang diproses masuk ke dalam tubuh apabila digunakan maupun termakan secara berlebihan akan berbahaya dan menimbulkan efek samping bagi tubuh entah saat ini maupun saat yang akan datang. Methylparaben / nipagin juga mempunyai resiko bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang tak wajar. Meskipun methylparaben larut dalam air dan gampang diserap di bagian intestin maupun kulit, tetapi masih efek samping tak bisa dielakkan bila methylparaben terserap terlalu banyak ke dalam tubuh.6Penggunaan nipagin yang terlalu berkepanjangan bisa berbahaya karena methylparaben ini tidak selalu dipecah di dalam tubuh dan dikeluarkan sisanya. Ada beberapa efek yang akan timbul pada tubuh jika zat ini digunakan terlalu banyak dan berlebihan :

1. Kanker payudara

Sisa kelebihan dari methyl paraben yang tidak dipecah dan dibuang dari dalam tubuh memiliki fungsi yang hampir setara dengan hormon estrogen yang berakumulasi di dalam organ reproduksi. Pada wanita, hal ini bisa memicu terjadinya kanker payudara. Disarankan bagi mereka dengan kerentanan genetik untuk kanker estrogen-dependent untuk menjauh dari metil dan parabens lainnya.62. Kemandulan pada Pria

Nipagin yang menumpuk di dalam tubuh pria, akan memiliki fungsi yang sama dengan hormon estrogen di dalam tubuh. Penggunaan berlebihan pada nipagin ini akan mempengaruhi fungsi dari organ reproduksi pria. Hal ini bisa menyebabkan kemandulan dan kanker prostat pada pria. Properti yang mirip seperti hormon estrogen ini bisa mempengaruhi sel-sel pada testis, yang mengakibatkan penurunan jumlah sperma dan kualitas sperma yang pada akhirnya mempengaruhi kesuburan pada pria.63. Alergi

Pada beberapa orang yang sensitive pada nipagin bisa mengakibatkan adanya alergi. Orang yang alergi pada paraben bisa timbul dermatitis dan iritasi kulit ketika bersentuhan langsung dengan nipagin ini. Meskipun hal ini amat jarang terjadi pada orang-orang pada umumnya, beberapa orang yang gampang terkena alergi kulit, sebaiknya menghindari menggunakan produk-produk yang mengandung bahan pengawet nipagin ini.64. Gangguan Pencernaan

Penggunaan nipagin dalam dosis tinggi juga bisa mengakibatkan penyumbatan pada saluran pencernaan dan juga bisa menimbulkan peningkatan asam gastric.65. Gangguan Pernapasan

Penggunaan nipagin yang berlebihan juga bisa menyebabkan adanya gangguan pada bagian pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan untuk bernapas.62.6.4Penggunaan Nipagin dan Standard Maksimum Pengunaannya

Nipagin adalah bahan pengawet makanan yang dipakai di berbagai jenis makanan. Jenis paraben lain yang juga banyak digunakan adalah propylparaben dan butylparaben. Untuk suatu produk biasanya paraben yang digunakan berjumlah lebih dari satu jenis. Pengawet ini biasanya digabung dengan pengawet lain untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis mikroorganisme.Jumlah asupan nipagin dalam tubuh per hari (acceptable daily intake) adalah 10 miligram per kilogram berat badan. Jika berat badan seseorang 50 kilogram, konsumsi aman nipagin 500 mg per hari.Jika berat kecap dalam mi instan 4 gram dan kandungan nipaginnya 1 mg, maka 500 mg nipagin itu setara 2 kg kecap. Jumlah kecap sebanyak itu tidak mungkin dikonsumsi seseorang dalam satu hari.Penggunaan nipagin pada makanan sebenarnya dapat dihilangkan dengan teknologi temperatur ultratinggi. Namun, itu akan membuat nilai ekonomi barang menjadi tinggi.1Fungsi nipagin hanya menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat makanan cepat rusak. Penggunaan nipagin berlebih tidak memperpanjang daya tahan makanan jika jumlah mikroba dalam makanan itu telah berlebih sejak awal.Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita memerlukan zat aditif.Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.7Sebagai zat pengawet makanan, Badan pengawas makanan dan obat Amerika (FDA) menggolongkan Methylparaben atau nipagin dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS) yang larut dalam air.7Intinya Methylparaben dipakai untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi dari jamur sehingga produk tahan terhadap jamur dan mikroba dalam beberapa jangka waktu.Di Indonesia penggunaan Bahan Tambahan Pangan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Salah satu bahan tambahan pangan yang diatur adalah nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) yang berfungsi sebagai pengawet dengan batas maksimum penggunaan.8Di Uni Eropa misalnya- suatu senyawa diizinkan pemakaiannya sebagai Bahan Tambahan Pangen jika panel ahli telah melakukan kajian dan mendapatkan bukti-bukti ilmiah yang menyakinkan bahwa bahan tersebut aman dan pemakaiannya memberikan manfaat bagi masyarakat. Badan yang bertugas melakukan evaluasi keamanan untuk bahan tambahan pangan di Uni Eropa ini adalah European Food Safety Authority.Jika dalam kajiannya diyakini bahwa senyawa tersebut aman dan bermanfaat pemakaiannya; maka senyawa tersebut akan dimasukkan dalam daftar BTP yang diizinkan; dan diberikan nomor dengan kode huruf E di depannya.9Nipagin merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang diizinkan penggunaannya oleh Uni Eropa. Untuk nipagin, pemakaiannya sebagai BTP adalah aman, dan oleh otoritas keamanan pangan Uni Eropa nipagin diberikan kode E218.9-10 Pada tahun 2004, Otoritas Keamanan Pangan Uni Eropa (EFSA) melalui Panel Ahli (The Scientific Panel on Food Additives, Flavourings, Processing Aids and Materials in Contact with Food) kembali melakukan kajian keamanan nipagin; dengan mempertimbangkan data-data terbaru. 9Salah satu hasil penting dari kajian ini adalah penegasan kembali tentang status aman bagi nipagin (metil hidroksi benzoat) sebagai pengawet.Kajian yang sama juga dilakukan oleh berbagai otoritas keamanan pangan di berbagai negara; antara lain Amerika, Kanada, Singapura dan lain-lain. 9Di Amerika, nipagin atau metil paraben bahkan dimasukkan dalam kategori GRAS (generally regarded as safe) untuk pengawet pangan.7 Demikian juga dengan standar BTP yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC) -badan standar pangan dunia (FAO/WHO)-. CAC telah mengadopsi dan selalu merevisi adanya standar bahan tambahan pangan dengan terbitnya Codex General Standard for Food Additives.1Standar ini pertama kali diadopsi pada tahun 1995; dan direvisi tahun 1997, 1999, 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan terakhir 2010). Pada standar mutakhir tersebut, CAC mengizinkan penggunaan nipagin (dengan nomor INS 218) untuk beberapa jenis produk pangan; termasuk untuk kecap dengan batas maksimum 1.000 mg/kg. Secara khusus, standar penggunaan nipagin untuk berbagai produk pangan ini baru diadopsi oleh CAC antara tahun 2009-2010; yang bararti bahwa kajian keamanannya telah mempertimbangkan berbagai data keamanan mutakhir Dengan demikian, jelas bahwa otoritas keamanan pangan berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, dan bahkan lembaga Internasional (CAC) telah menyatakan bahwa penggunaan metil hidroksi benzoat untuk pengawet adalah aman.1,7Methylparaben bisa ditemukan pada produk seperti:7 Kecap

Sereal

Produk roti

Produk susu beku

Minyak dan lemak

Selai

Sirup

Produk coklat dan kakao

Minuman kaleng

Bumbu-bumbu kemasan

Produk daging, ikan dan unggasSedangkan pada kosmetik, Methylparaben sering ditemukan pada:7 Pelembab wajah

Produk anti-penuaan

Pewarna rambut

Produk pemutihan kulit

Gel cukur

Pembersih wajah

Spray

Shampo dan conditioner

Maskara

Eye shadow

Alas bedakDan dalam industri farmasi, Methylparaben telah digunakan untuk melindungi obat sejak 1924. Metil digunakan untuk anti-bakteri seperti pada:7 Antibiotik topikal

Kortikosteroid

Obat tetes mata

Penisilin2.6.5 Pembahasan Skenario

Methyl paraben atau yang kita kenal dengan sebutan nipagin, ternyata adalah bahan pengawet yang terkandung di dalam kecap di mie instan, bukan sebagai bahan pengawet untuk mie instan itu sendiri.

Mengacu pada kajian dan peraturan keamanan pangan dari EFSA, CAC, dan termasuk Indonesia (BPOM); maka penggunaan metil hidroksi benzoat sebagai Bahan Tambahan Pangan adalah aman; asalkan penggunaannya tidak melewati batas maksimum yang ditetapkan. Mengacu pada penetapan ADI (Acceptable Daily Intake) nipagin (metil hidroksi benzoat; E218) oleh EFSA sebesar 10 mg/kg berat badan per hari, maka seseorang dengan berat badan 50 kg dapat mengkonsumsi sebanyak 500 mg nipagin per harinya tanpa ada pengaruh kesehatan apapun.

Kemudian, mengacu pada batas maksimum penggunaan nipagin pada kecap oleh BPOM adalah 250 mg/kg berat badan manusia; dan sebagai perbandingan, 1 pak mie instan mengadung sekitar 4 gram kecap.

Bila mengacu pada CAC, standard yang ditentukan adalah sejumlah 1000 mg/kg setiap harinya.Pelarangan penggunaan nipagin sebagai bahan pengawet oleh pemerintah Taiwan merupakan kebijakan Negara itu sendiri. Taiwan yang tidak termasuk sebagai CAC ini mempunyai peraturan yang berbeda dengan yang dikeluarkan oleh CAC itu sendiri.6Dengan demikian, mengingat bahwa Taiwan bukanlah negara anggota CAC, maka bisa saja terjadi perbedaan standard penggunaan bahan tambahan pangan pengawet nipagin ini. Jika digunakan dalam batas-batas penggunaan sesuai dengan peraturan yang seperti sekarang ini; maka keamanan penggunaan nipagin bisa dijamin. BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah penarikan mie instan produksi Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan, dikarenakan Taiwan tidak termasuk dalam anggota CAC. Hal ini menyebabkan adanya perbedan standard batas penggunaan maksimum nipagin ini. Namun, perlu diluruskan pula bahwa kandungan nipagin yang ada di dalam kecap dalam mie instan produksi Indonesia, berada dalam batas sangat aman, jauh dari batas maksimum penggunaan nipagin yang telah ditetapkan oleh CAC itu sendiri.3.2Saran

Setiap orang disarankan untuk berpikir kritis dan menalari berita-berita yang ada saat ini. Ada baiknya jika berita yang ada tidak diserap mentah-mentah saja, tetapi kita harus belajar untuk berpikir kritis, mencari data-data dan fakta-fakta nya, baru bisa mendapatkan kebenarannya.DAFTAR PUSTAKA

1. Current official standards. WHO Standards. 2010.diunduh dari : www.codexalimentarius.net,12 November 2010.

2. Effendi S. Teknologi pengolahan dan pengawetan pangan. Jakarta : Penerbit Alfabeta ;2009.h.45-89.

3. Afrianti LH. Teknologi pengawetan pangan. Jakarta : CV Alfabeta;2008.h.70-9.

4. Saparinto C, Hidayati D. Bahan tambahan pangan. Jakarta : Kanisius;2006.h.23-37.

5. Wijaya HC. Bahan tambahan pemanis pangan. Bandung : IPB Press;2010.h.10-2.

6. Status Keamanan Mie Instan : Kasus Nipagin. Detiknews. 13 Oktober 2010. Diunduh dari : www.detiknews.com, 12 November 2010.

7. Food Additive Petition Submission. FDA. 2010. Diunduh dari : www.fda.gov, 12 November 2010.

8. Daftar makanan dan minuman yang mendapat persetujuan ijin untuk edar tahun 2010. BPOM. 2010 . diunduhdari : www.pom.go.id, 12 November 2010.

9. EFSA advises on the safety of paraben usage in food . EFSA. 2010. Diunduh dari : www.efsa.europa.eu , 12 November 2010.10. Contaminant and additives. FSA.2010. diunduh dari : www.food.gov.uk, 12 November 2010.

PAGE 1