Upload
primamagdalenadmanurung
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 1/11
Neonatal Cholestasis Et Causa
Neonatal Hepatitis
Prima Magdalena Desiyanthi*
10-2011-393 / F2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat Korespendensi:
Prima Magdalena Desiyanthi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Penyebab utama neonatal cholestasis adalah hepatitis. Kerusakan fungsional dan struktural dari
jaringan hati disamping disebabkan primer oleh proses penyakitnya, juga disebabkan sekunder
oleh adanya kolestasis itu itu sendiri di mana dalam hal ini yang sangat berperan adalah asam
empedu hidrofobik dengan kapasitas detergenik. Salah satu tujuan diagnostik adalah
membedakan dengan segera apakah kolestasis disebabkan proses intrahepatik atau ekstrahepatik.
Pada kelainan intrahepatik dapat dilakukan tindakan konservatif dan medika mentosa sedangkan
pada kelainan ekstrahepatik terutama atresia bilier, usia saat dilakukan pembedahan sangat
menentukan prognosis. Pada skenario diatas didapatkan seorang anak berusia 3 bulan dibawa ke
dokter dengan keluhan utama warna kuning pada badannya. Sang ibu mengatakan bahwa badan
kuning terlihat sejak usia 2 minggu. Semakin lama semakin kuning pada tubuh anak tersebut.
Dikatakan oleh ibunya bahwa anak menjadi rewel, kurang aktif, menangis lemah, dan malas
menyusu. Tumbuh kembang terlambat dengan lingkar kepala < -2SD. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada anak positif sklera ikterik, positif jaundice diseluruh tubuh dan mukosa, dan
tanda-tanda vital dalam batas normal. Rumusan masalah yang dapat disusun pada skenario diatas
adalah seorang anak 3 bulan dengan ikterik pada seluruh tubuh sejak usia 2 minggu, dan semakin
menguning sejak itu. Tujuannya yang akan dibahas kali ini adalah mengetahui penyebab
terjadinya ikterik seluruh tubuh pada anak 3 bulan tersebut dan menentukan penatalaksanaan
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 2/11
yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi diatas. Hipotesis yang disusun adalah
anak 3 bulan ini menderita neonatus cholsetasis ec neonatorum hepatitis.
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur
dan lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk
menegakkan diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat
penyakit, dan riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap
pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis)
bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, pendidikan/pekerjaan orang tua,
agama dan suku bangsa.
2. Keluhan utama
Keluhan gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat, pada umumnya tidak harus
sejalan dengan diagnosis.
3. Keluhan/gejala yang timbul
Lama keluhan, keluhan lokal seperti lokasi yang menetap, berpindah-pindah atau
menyebar, hilang timbul, bertambah berat ataukah berkurang, yang mendahului keluhan
lalu kapan pertama kali dirasakan atau pernah merasakan sebelumnya. Tanyakan juga
pengeluaran mekonium pada bayi.
4. Riwayat perjalanan penyakit
Cerita kronologis, rinci, jelas tentang keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai
dibawa berobat. Tindakan sebelumnya yang pernah dilakukan misalnya seperti
penyinaran/suntikan. Ditanyakan juga reaksi alergi lalu gejala penyerta lainnya jika ada.
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
Untuk mengetahui apakah ada faktor genetik yang pernah dialami dari pihak keluarga
seperti prematuritas, riwayat penyaki hati, inkompatibilitas darah, penyakit ibu selama
hamil/trauma lahir, penundaan pengikatan tali pusat dan pemberian ASI.
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 3/11
Riwayat sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit. Sebagaimana
biasanya diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula faktor
pemberat penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi keluhan pasien. Setelah dilakukan
anamnesis, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Sebelum melaksanakan pemeriksaan
fisik, hendaknya didahului oleh penjelasan singkat mengenai pemeriksaan fisik yang akan
dilakukan, bagaimana bentuk pemeriksaannya, apa yang nanti harus dilakukan oleh pasien saat
pemeriksaan fisik berlangsung, dan bertujuan untuk apakah pemeriksaan tersebut, serta meminta
informed consent atau permintaan izin kepada pasien yang menunjukan bahwa pasien tersebut
setuju atau tidak untu melakukan pemeriksaan fisik. Jika pasien setuju, jangan lupa untuk
mencuci tangan sebelum dan sudah pemeriksaan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir (neonatus) tentu saja berbeda
dengan pemeriksaan fisik pada orang dewasa. Pertama-tama kita melihat kondisi umum (KU)
dari neonatus, apakah tampak sehat, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat, hal ini dilihat dari
aktivitas fisiknya, apakah bayi cukup aktif menggerak-gerakkan tungkainya atau mungkin
berkurang karena adanya rasa sakit atau untuk menghemat energi. Setelah itu kita dapat
melakukan pemeriksaan fisik secara head-to-toe. Walaupun kelainan yang dialami bayi adalah
ikterus, tetap saja kita perlu memperhatikan kondisi fisik bayi secara keseluruhan. Bagian yang
paling pertama diperiksa adalah tengkorak. Tengkorak mungkin bertumpangan (molded),
terutama jika bayi adalah anak pertama dan kepala telah terfiksasi selama beberapa waktu.
Periksa juga apakah adanya tanda-tanda trauma pada tengkorak neonatus, karena itu dapat
menjadi salah satu faktor pencetus munculnya ikterus. Setelah itu periksa bagian muka dari
neonatus, periksa tanda-tanda dismorfik, namun pada kasus ini yang paling penting adalah akan
ditemukannya kulit berwarna kuning pada muka neonatus. Apabila disamping itu juga bayitampak pucat, dapat diduga terjadi hemolisis dan anemia pada bayi tersebut.
2,4
Selanjutnya periksa mata dari si bayi tersebut, apakah juga sclera neonatus menjadi
kuning, perhatikan juga adanya pendarahan konjungtiva. Lihat refleks pupil neonatus,
kemampuan berkedip, dsb. Periksa juga ada/tidaknya deformitas atau kelainan-kelainan pada
telinga, hidung dan mulut, dan terus periksa hingga leher, tenggorokan, dada, jantung, genitalia,
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 4/11
anus dan tungkai. Periksa apakah pada bayi terdapat hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan
lien).2 Perhatikan apakah ada petekhie pada kulit bayi tersebut. Perlu diperhatikan perubahan
warna kulit menjadi kuning di tubuh bagian mana saja, karena dapat menentukan derajat/kadar
bilirubin dari ikterus tersebut, ikterus yang paling ringan hanya akan mengubah warna kulit di
sekitar muka, terutama mata, sedangkan untuk ikterus dengan kadar bilirubin paling tinggi,
warna kulit kuning dapat didapati hingga telapak tangan dan telapak kaki.3
Pengamatan ikterus
paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir tampak kuning apabila
kadar bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dL atau 100 mikro mol/L (1mg/dL=17,1 mikro mol/L).
Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana, dan mudah
adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada
tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat
yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Lakukan juga pemeriksaan neurologi, ditakutkan pada bayi dengan ikterus dapat terjadi
komplikasi berupa kern icterus, dimana dapat terjadi gangguan neurologi. Disamping
pemeriksaan-pemeriksaan yang sudah disebutkan, lakukan juga pemeriksaan lingkar kepala bayi,
ukur berat badan bayi tersebut, dan juga ukur panjang badannya. Hal ini penting untuk
memperhatikan status gizi bayi tersebut. Warna dan frekuensi urin dari bayi juga harus terus
diperhatikan, apabila warna urin bayi tersebut seperti teh pekat, maka dapat dicurigai terjadinya
ikterus/ hiperbilirubinemia terkonjugasi.5
Gambar 1. Zona Derajat Ikterus Kramer 5
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 5/11
Tabel 1. Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer 5
Derajat
Ikterus Daerah Ikterus
Perkiraan Kadar
Bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah
umbilikus) hingga tungkai atas (di atas
lutut)
11,4 mg/dl
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
3. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan kadar komponen bilirubin, darah tepi lengkap, uji fungsi hati,
alkali fosfatase, dan bilirubin urin. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan USG
(ultrasonografi) atau dengan CT Scan untuk menilai gambaran hepar yang ada dan
kemungkinan terjadinya sumbatan-sumbatan dalam saluran empedu. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan enzim-enzim hati dan juga enzim-enzim yang berhubungan
dengan cholestasis atau sumbatan. Seperti pemeriksaan Alanin Transaminase (ALT) dan
juga Aspartat Transaminase (AST), dan juga enzim cholestasis yaitu seperti Gama
Glutamil Transferase (GGT), dan 5 Nukleotidase (5-NT). Pemeriksaan penunjang awal
pada kolestasis intrahepatik adalah pemeriksaan serologis TORCH, petanda hepatitis B
(bayi dan ibu), kadar alfa-1 antitripsin dan fenotipnya, kultur urin, urinalisis untuk
reduksi substansi non-glukosa, gula darah, dan elektrolit. Bila terdapat demam atau
tanda-tanda infeksi lain dilakukan biakan darah.3
4. Gejala klinik
Gejala dan tanda klinis utama kolestasis neonatal adalah ikterus, tinja akolok dan urin
yang berwarna gelap, namun tidak ada satupun gejala atau tanda klinis yang
patognomonik untuk atresia bilier. Keadaan umum bayi biasanya baik. Ikterus bisa
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 6/11
terlihat sejak lahir atau tampak jelas pada minggu ke 3 s/d 5. Kolestasisekstrahepatik
hampir selalu menyebabkan tinja yang akolik. Berkurangnya empedu dalam usus juga
menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium dan vitamin D akan menyebabkan
pengeroposan tulang, yang menyebabkan rasa nyeri di tulang dan patah tulang. Juga
terjadi gangguan penyerapan dari bahan-bahan yang diperlukan untuk pembekuan darah.
Terdapatnya empedu dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan gatal-gatal.4
5. Diagnosis kerja
Neonatal cholestasis yaitu hambatan sekresi dan berkurangnya aliran empedu yang
biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama kehidupan. Akibatnya akan terjadi akumulasi,
retensi serta regurgitasi bahan-bahan yang harus disekresi oleh empedu seperti bilirubin,
asam empedu serta kolesterol ke dalam plasma dan pada pemeriksaan histopatologi akan
terlihat penumpukan empedu di dalam sel hati dan sistem bilier. Penumpukan bahan
tersebut akan merusak sel hati dengan berbagai tingkat gejala klinik yang mungkin
terjadi, serta pengaruhnya terhadap organ sistemik lainnya, tergantung dari lamanya
kolestasis berlangsung. Secara klinik bayi terlihat ikterik, urin berwarna lebih gelap dan
tinja berwarna lebih pucat seperti dempul.3
6. Diagnosis banding
A. Ikterus fisiologis yaitu merupakan ikterus yang normal terjadi pada bayi yang baru
dilahirkan. Patofisiologi yang terjadi pada anak ini adalah karena proses pembentukan
bilirubin indirek yang terlalu cepat atau bisa juga enzim hati yaitu glukoronil transferase
yang masih belum bekerja dengan baik, sehingga bilirubin tidak dapat diubah menjadi
bilirubin direk.4-6
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya kadar bilirubin indirek pada
serum anak tersebut. Kondisi ikterus ini akan berlangsung selama kurang lebih 24 jam.
Dapat mencapai kadar tertinggi pada hari ke lima pada bayi cukup bulan. Kadar bilirubin
dalam serum bayi tersebut masih dibawah 15 mg/ dl, dan juga ikterus yang timbul akan
menghilang segera setelah hari ke 14, dan pada ikterus fisiologis tidak perlu pengobatan
tertentu, hanya perlu dilakukan observasi terus menerus pada perkembangan bayi
tersebut.5,6
B. Neonatus cholestasis et causa atresia biliaris. Dari nama penyakitnya saja kita bisa
mengetahui bahwa kelainan yang terjadi adalah adanya sumbatan pada saluran empedu
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 7/11
dikarenakan tidak terbentukanya saluran empedu pada masa kehamilan, sehingga
berakibat pada terjadinya cholestasis.3,5
Cholestasis yang terjadi tentunya ekstrahepatik,
bisa di ductus hepaticus atau di ductus choledukus. Penyebab dari atresia biliaris ini
adalah congenital dikarenakan perkembangan yang salah. Atresia dapat terjadi pada
semua bagian saluran empedu ekstrahepatik, termasuk juga kandung empedu. Kadang
juga terdapat atresia saluran empedu intrahepatik yang mungkin disebabkan oleh
degenerasi sekunder dan bukan oleh kelainan congenital.3,5
Akibat dari atresia saluran empedu ini adalah kolestasis hebat intrakanal,
intraduktulus dan intraduktus yang kemudian berkembang menjadi sirosis bilier.4
Manifestasi klinis yang ada adalah ikterus yang umumnya baru tampak pada umur 2 – 3
minggu kehidupan.5 Ikterus makin lama makin hebat dan tampak kehijauan, akibat
biliverdin.3,5 Pada awalnya hanya ada kenaikan bilirubin direk yang sangat meningkat,
tetapi apabila kerusakan juga disertai dengan kerusakan parenkim hati akibat bendungan
empedu yang luas, maka bilirubin indirek pun akan meningkat pula.3,5
Pengobatan yang
dilakukan pada pasien dengan atresia biliaris ini adalah dengan dilakukan operasi
laparotomi.5
Gambar 1. Atresia biliaris (Sumber: www.ningrumwahyuni.files.wordpress.com)
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 8/11
7. Epidemiologi
Arief (2012), Kolestasis pada bayi terjadi pada ± 1:25000 kelahiran hidup. Insiden
hepatitis neonatal 1:5000 kelahiran hidup, atresia bilier 1:10000-1:13000, defisiensi α-
1antitripsin 1:20000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah
2:1,sedang pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik.5
8. Etiologi
Penyebab dari cholestasis ini sendiri karena adanya sumbatan intrahepatik sehingga
berkurangnya aliran empedu dan juga dicirikan dengan meningkatnya bilirubin
terkonjugasi atau bilirubin direk pada darah.6 Sumbatan bisa terjadi karena adanya
neonatal hepatitis, sel hati raksasa yang tidak beregenerasi menekan saluran empedu
intrahepatik sehingga menimbulkan sumbatan pada saluran empedu tersebut.7 Namun
selain itu cholestasis dapat terjadi juga pada keadaan atresia biliaris, sindrom allagile, dan
kekurangan alfa 1-antitripsin.6
9. Patogenesis
Seperti yang sudah dijelaskan diatas pada cholestasis, patofisiologi yang ada dikarenakan
kongenital atau bisa juga karena didapat, sehingga terjadi sumbatan atau obstruksi.
Sedangkan pada neonatal hepatitis masih belum diketahui bagaimana terjadinya sel hati
raksasa tersebut.7 Namun dua hal ini mempunyai kaitan dimana neonatal hepatitis dapat
menjadi etiologi atau penyebab terjadinya neonatal cholestasis.6 Hal ini terjadi dikarenakan
pada neonatal hepatitis terbentuk sel hati raksasa dan juga sel ini tidak dapat beregenerasi,
hal ini menyebabkan sel hati raksasa akan menekan duktuli-duktuli pada saluran empedu
intrahepatis, sehingga terjadi lah sumbatan atau cholestasis intrahepatik.3,6
Faktor resiko
banyak pada anak dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama, maka dari
itu harus ditanyakan riwayat keluarga dari pasien. Walaupun kemungkinan untuk terjadinya
penyakit ini sangat kecil.
5
10. Penatalaksanaan
a. Terapi medika mentosa:
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hari terutama asam empedu
(asam litokolat), dengan memberikan:
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 9/11
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 10/11
12. Pencegahan
Pencegahan dari terjadinya neonatal cholestasis et causa neonatorum hepatitis hampir
tidak ada, karena kelainan yang muncul hampir semuanya terjadi secara kongenital, dan
cholestasis itu sendiri terjadi karena adanya neonatal hepatitis.6 Namun apabila hepatitis
neonatal terjadi karena virus yang diperoleh secara kongenital, maka harus diberikan
edukasi pada orang tua untuk selalu memastikan kesehatan dari infeksi virus baik
sebelum ataupun saat masa kehamilan, karena nantinya infeksi tersebut akan membawa
terjadinya kelainan kongenital pada anaknya.6
13. Prognosis
Prognosis pada penyakit ini termasuk baik, tergantung pada beberapa hal yaitu derajat
keparahan dari “giant cell transformation” pada hepatitis neonatal dan juga penanganan
yang diberikan pada pasien saat terjadi cholestasis dan munculnya manifestasi klinis.
Apabila ditangani tepat waktu dan juga dengan optimal maka akan mempunyai prognosis
yang baik.5 Prognosis buruk terjadi pada “giant cell transformation” yang lengkap,
mortalitas terjadi 30%-40% pada anak tersebut.3
14.
KesimpulanDari skenario yang didapat dan gejala yang diketahui, anak usia 3 bulan ini menderita
neonatal cholestasis et causa neonatal hepatitis. Hipotesis diterima. Dengan
ditemukannya peningkatan kadar bilirubin terkonyugasi maka proses diagnose untuk
mencari penyebab harus segera dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam
pengobatan maupun pembedahan. Kegagalan dalam deteksi dini dapat menyebabkan
terlambatnya tindakan sehingga mempengaruhi prognosis.
15.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, et all. Buku ajar ilmu penyakit dalam ed 5 jilid 1. Jakarta:
Interna Publishing; 2009. 25-9.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. 154-7.
8/11/2019 PBL Neonatal Cholestasis Et Causa Neonatal Hepatitis
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-neonatal-cholestasis-et-causa-neonatal-hepatitis 11/11
3. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiaji A, Ghazali MV, Putra ST. Buku kuliah 2 ilmu
kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007. 538-9, 542-4.
4. Davis HW, Zitelli BJ. Atlas of pediatric physical diagnosis. Philadelphia: Elsevier
Limited; 2007. 398-9.
5. Behrman RE, Kliegman RM. Nelson esensi pediatric ed 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. 245-6, 549-50.
6. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson essentials of pediatrics
ed 6th
. Canada: Elsevier Limited. 2011. 247-8, 489-91.